• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN PANEN PT. X KABUPATEN MEMPAWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN PANEN PT. X KABUPATEN MEMPAWAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN PANEN PT. X KABUPATEN MEMPAWAH

IRNA APRILLIA I1011141063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

2017

(2)
(3)

HUBUNGAN BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN PANEN

PT. X KABUPATEN MEMPAWAH Irna Aprillia1; Widi Raharjo2; Agus Fitriangga3

Intisari

Latar Belakang: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%. Oleh karena itu, program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari tahap yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja. PT. X merupakan salah satu perusahaan penghasil kelapa sawit yang berada di kabupaten Mempawah. Tujuan:

Mengetahui hubungan budaya K3 terhadap perilaku tidak aman pada pekerja bagian panen PT. X. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, sebanyak 49 orang sampel pekerja diminta untuk mengisi kuesioner. Analisis data menggunakan uji statistik spearman. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kebijakan K3 di PT. X sudah sesuai dengan PP No.

50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3. Perusahaan ini juga telah menerapkan peraturan dan prosedur K3. Hasil analisis korelasi uji statistik spearman untuk komunikasi K3, keterlibatan pekerja, dan lingkungan sosial kerja diperoleh nilai sig. 0.240, 0.137, dan 0.001. Kesimpulan: Adanya hubungan antara kebijakan K3, peraturan dan prosedur K3, serta lingkungan sosial kerja terhadap perilaku tidak aman. Tidak terdapat hubungan antara komunikasi K3 dan keterlibatan pekerja dengan perilaku tidak aman.

Kata Kunci: keselamatan dan kesehatan kerja, budaya keselamatan, perilaku tidak aman

1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Potianak, Kalimantan Barat.

2) Departemen Kedokteran Komunitas, Kedokteran Keluarga dan Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.

3) Departemen Kedokteran Komunitas, Kedokteran Keluarga dan Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.

(4)

THE CORRELATION BETWEEN OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY ASSESMENT SERIES WITH THE UNSAFE BEHAVIOR OF WORKERS IN

THE HARVESTING DIVISION OF PT. X IN MEMPAWAH DISTRICT Irna Aprillia1; Widi Raharjo2; Agus Fitriangga3

Abstract

Background: Occupational Health and Safety Assesment Series (K3) is the most important factor in achieving the objectives of a project. One of the most popular cause of work accidents is unsafe behavior of the workers, which adds up to 88% of their occurrences. Therefore, it is advised to inure the Working Safety and Health program from its very basic stage, which is constructing working safety and health custom. PT. X is one of companies that produce palm trees operating in Mempawah regency. Objective: To know the correlation between Occupational Health and Safety Assesment Series with the unsafe behavior of workers in the Harvesting Division of PT.

X. Method: The research applies cross sectional approach, 49 people acting as the sample of workers were asked to fill in a questionnaire. The data analysis used Spearman’s statistical significance testing. Result: The result shows that the Occupational Health and Safety Assesment Series (K3) policy enacted by PT. X corresponds to PP No. 50 year 2012 about the Application of SMK3. This company, also, has applied the regulations and procedures of K3, workers’ involvement, and working social environment, acquiring sig.

value of 0.240, 0.137, and 0.001. Conclusion: There is a correlation between K3 policy, the regulations and procedures of K3, and working social environment with workers’ unsafe behavior. However, there is no correlation between the delivery of K3 and workers’ involvement with the unsafe behavior of the workers.

Keywords: Occupational Health and Safety Assesment Series, safety custom, unsafe behavior

1) Medical School, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak West Kalimantan.

2) Department of Community Medicine, Family Medicine, Public Health, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak West Kalimantan.

3) Department of Community Medicine, Family Medicine, Public Health, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak West Kalimantan.

(5)

Pendahuluan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan.1 Pentingnya dilakukan usaha-usaha untuk melindungi keselamatan karyawan di dalam menjalankan pekerjaannya telah mendapat perhatian dari pemerintah dengan dikeluarkannya undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.2

Pada tahun 2012 International Labour Organization (ILO) melaporkan bahwa 6.300 orang meninggal akibat kecelakaan atau penyakit kerja. Lebih dari 2,3 juta kematian akibat kecelakaan kerja terjadi di setiap tahunnya.3 Data dari BPJS Ketenagakerjaan tercatat jumlah kasus kecelakaan pada tahun 2015 di Indonesia mencapai 105.182 dengan korban jiwa mencapai 2.375 orang.4 Sebanyak 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian dan kesalahan manusia.5 Penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88% dan kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut terjadi secara bersamaan.6 Oleh karena itu, program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari tahap yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.7

Kematian, kecelakaan dan kesakitan di tempat kerja dapat dicegah dengan mempromosikan budaya keselamatan di tempat kerja yang didukung dengan kebijakan dan program nasional. Budaya keselamatan atau safety culture merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan cara penanganan keselamatan yang terjadi di tempat kerja, dan sering mencerminkan sikap,

(6)

kepercayaan, persepsi, dan nilai yang dipakai bersama oleh karyawan dalam kaitan dengan keselamatan.8

PT. X merupakan salah satu perusahaan penghasil kelapa sawit yang berada di kabupaten Mempawah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kecelakaan kerja yang tersering di perusahaan tersebut pada saat proses pemanenan kelapa sawit di tahun 2016 adalah tertusuk duri sawit (26%), tersayat (23%), dan terjatuh (14%), serta keterlibatan alat dan bahan yang banyak menimbulkan kecelakaan yaitu parang dan duri kelapa sawit.

Berdasarkan uraian diatas dan dari pertimbangan peneliti bahwa pada saat ini belum ada penelitian mengenai budaya K3 di Pontianak. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan topik hubungan budaya K3 terhadap perilaku tidak aman pada pekerja bagian panen di PT.

X.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan budaya K3 terhadap perilaku tidak aman pada pekerja bagian panen PT. X.

Metode Penelitian

Desain penelitian ini merupakan observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu di PT. X yang beralamat di Kabupaten Mempawah. Waktu penelitian berlangsung selama Maret 2017 sampai dengan Desember 2017. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pekerja bagian panen PT. X sebanyak 49 orang dengan teknik pengambilan sampel acak sederhana. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah budaya K3 dan perilaku tidak aman

(7)

pekerja. Metode analisis bivariat data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman.

Hasil dan Pembahasan Hasil

Karakteristik Pekerja Bagian Panen PT. X

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa semua pekerja yang menjadi responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 49 orang (100%).

Mayoritas usia responden terdapat pada kelompok usia 29-39 tahun dengan jumlah 24 orang (48,98%). Masa kerja para pekerja bagian panen di PT. X yang paling banyak yaitu pada kelompok 6-10 tahun dengan jumlah 25 orang (51,02%). Tingkat pendidikan pekerja umumnya adalah lululsan SMP sebanyak 22 orang (44,90%). Distribusi frekuensi karakteristik yang diperolah pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik Pekerja Panen PT. X

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Jenis kelamin

Laki-laki 49 100

Usia

18-28 tahun 9 18,37

29-39 tahun 24 48,98

40-50 tahun 16 32,65

Masa Kerja

1-5 Tahun 24 48,98

6-10 Tahun 25 51,02

Tingkat Pendidikan

SD 11 22,45

SMP 22 44,90

SMA 16 32,65

(Sumber: Data Primer, 2017)

(8)

Hubungan Budaya K3 dengan Perilaku Tidak Aman Kebijakan K3 dengan Perilaku Tidak Aman

Kebijakan K3 yang diterapkan oleh PT. X sudah sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 dan pekerja yang masuk dalam kategori berperilaku aman dalam bekerja sebanyak 33 orang dan sebanyak 16 orang masih dalam kategori berperilaku tidak aman dalam bekerja.

Perilaku tidak aman yang paling sering dilakukan yaitu pekerja terburu-buru bekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hubungan kebijakan K3 dengan perilaku tidak aman merupakan hubungan tidak linier yang akan dianalisis secara deskriptif.

Peraturan dan Prosedur K3 dengan Perilaku Tidak Aman

Upaya yang dilakukan oleh PT. X dalam melakukan sosialisasi terhadap adanya peraturan dan prosedur K3 yaitu dengan cara persuasif melalui sosialisasi resmi yang diadakan oleh pihak manajemen K3 serta melalui pendekatan personal pada pekerja yang bersangkutan. Dalam hal memastikan peraturan dan prosedur tersebut telah dilaksanakan maupun ditaati oleh pekerja, PT. X telah melakukan inspeksi setiap satu bulan sekali yang dilakukan oleh pengawas K3. Selain itu, setiap satu minggu sekali dilakukan penghitungan persentase pekerja yang menggunakan APD

PT. X sudah menerapkan peraturan dan prosedur K3 dan pekerja yang masuk dalam kategori berperilaku aman dalam bekerja sebanyak 33 orang dan sebanyak 16 orang masih dalam kategori berperilaku tidak aman dalam bekerja. Perilaku tidak aman yang paling sering dilakukan yaitu pekerja terburu-buru bekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hubungan peraturan dan prosedur dengan perilaku tidak aman merupakan hubungan tidak linier yang akan dianalisis secara deskriptif.

(9)

Komunikasi K3 dengan Perilaku Tidak Aman

Hubungan antara komunikasi K3 dengan perilaku tidak aman pekerja bagian panen di PT. X dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Hubungan Antara Komunikasi K3 dengan Periaku Tidak Aman

Variabel Bebas

Variabel Tergantung Perilaku Tidak Aman

r-Spearman Sig

Komunikasi K3 -0,171 0,240

(Sumber: Data Primer, 2017)

Nilai sig >0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara komunikasi K3 dengan perilaku tidak aman. Hubungan sangat lemah dan tidak searah antara komunikasi K3 dengan perilaku tidak aman.

Hubungan Keterlibatan Pekerja dengan Perilaku Tidak Aman

Hubungan antara keterlibatan pekerja dengan perilaku tidak aman pekerja bagian panen di PT. X dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Hubungan Antara Keterlibatan Pekerja dengan Periaku Tidak Aman

Variabel Bebas

Variabel Tergantung Perilaku Tidak Aman

r-Spearman Sig

Keterlibatan Pekerja -0,215 0,137

(Sumber: Data Primer, 2017)

Nilai sig >0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keterlibatan pekerja dengan perilaku tidak aman. Hubungan sangat lemah dan tidak searah antara keterlibatan pekerja dengan perilaku tidak aman.

(10)

Hubungan Lingkungan Sosial Kerja dengan Perilaku Tidak Aman

Hubungan antara lingkungan sosial kerja dengan perilaku tidak aman pekerja bagian panen di PT. X dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Hubungan Antara Lingkungan Sosial Kerja dengan Perilaku Tidak Aman

Variabel Bebas

Variabel Tergantung Perilaku Tidak Aman

r-Spearman Sig

Lingkungan Sosial Kerja -0,443 0,001

(Sumber: Data Primer, 2017)

Nilai sig <0,05 artinya Ho ditolak atau ada hubungan yang signifikan antara lingkungan sosial kerja dengan perilaku tidak aman. Hubungan sedang dan tidak searah antara lingkungan sosial kerja dengan perilaku tidak aman.

Pembahasan

Hubungan antara Kebijakan K3 dengan Perilaku Tidak Aman

PT. X telah memiliki kebijakan K3 yang tertulis sebagai wujud komitmen manajemen terhadap pelaksanaan keselamatan kerja di perusahaan.

Kebijakan K3 PT. X sudah sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012. Kebijakan K3 juga telah dikomunikasikan kepada pekerja. Sebagian besar pekerja panen juga memiliki perilaku yang aman dalam bekerja. Hal tersebut menggambarkan bahwa dengan adanya kebijakan K3 mendukung terciptanya perilaku aman pekerja. Hal serupa juga diungkapkan oleh Notoatmodjo bahwa adanya kebijakan menjadi sebuah salah satu faktor penguat yang mempengaruhi perilaku manusia.

(11)

Teo et.al (2005), juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan K3 dipengaruhi komitmen manajemen yang diimplementasikan dengan adanya kebijakan K3 dan pengawasan yang baik.9 Ramli (2010) menyatakan kebijakan adalah landasan utama yang diharapkan mampu menggerakkan anggota organisasi untuk melakukan perilaku yang diharapkan oleh organisasi sehingga dapat mewujudkan tujuan perusahaan dalam penerapan K3 yaitu menciptakan zero accident.10 Adanya kebijakan K3 di perusahaan menjadi faktor penguat untuk mempengaruhi perilaku pekerja untuk bekerja dengan aman, seperti visi dan misi perusahaan yang dinyatakan dalam kebijakan K3 yang telah diterapkan oleh PT. X.

Hubungan antara Peraturan dan Prosedur K3 dengan Perilaku Tidak Aman

PT. X telah menerapkan peraturan dan prosedur K3. Peraturan telah disosialisasikan kepada seluruh pekerja. Sebagian besar pekerja bagian panen berperilaku aman. Sehingga hal itu menggambarkan bahwa dengan adanya peraturan dan prosedur K3 berhubungan dengan perilaku pekerja.

Peraturan dan prosedur K3 dapat mengupayakan perilaku pekerja bekerja dengan aman dan selalu mengutamakan keeselamatan kerja. Peraturan K3 menyatakan perilaku yang dilarang dan diperbolehkan, sedangkan prosedur K3 merupakan serangkaian langkah atau tahapan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan standar pekerjaan. Pekerja yang mematuhi peraturan dan prosedur K3 yang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen dapat menciptakan safe behavior bagi pekerja.11

Hubungan antara Komunikasi K3 dengan Perilaku Tidak Aman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara komunikasi K3 dengan perilaku tidak aman. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Suyono (2013) yang menyatakan bahwa komunikasi

(12)

memiliki hubungan yang kuat terhadap perilaku aman kerja. Semakin tinggi tingkat intensitas komunikasi antara pekerja dengan pekerja maupun pekerja dengan manajemen, maka semakin baik pula perilaku aman pekerja.12

Namun ada beberapa syarat suatu komunikasi dapat berjalan dengan efektif, antara lain: (1) adanya perhatian, (2) ketertarikan/minat, (3) keinginan, (4) keputusan, dan (5) tindakan. Apabila elemen syarat tersebut tidak terpenuhi maka tujuan komunikasi menjadi tidak tercapai, dibutuhkan sebuah pengelolaan komunikasi dalam sebuah organisasi, tidak serta merta hanya dikomunikasikan begitu saja.13

Hubungan antara Keterlibatan Pekerja dengan Perilaku Tidak Aman Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keterlibatan pekerja dengan perilaku tidak aman. Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilalakukan oleh Suyono (2013) dan Jayatri (2014), dari hasil penelitiannya keterlibatan pekerja merupakan faktor budaya keselamatan yang tidak berhubungan terhadap perilaku aman pekerja.12, 14 Namun penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Petra et.al (2005) dan Christina et.al (2012) yang menunjukkan keterlibatan pekerja memiliki pengaruh terhadap kinerja pekerja.15, 16

Keterlibatan pekerja dalam keselamatan kerja dapat diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan dan keaktifan pekerja dalam program K3. Salah satu contohnya yaitu dalam hal penyusunan prosedur kerja. Maka akan timbul rasa di dalam diri pekerja bahwa prosedur yang telah disusun merupakan tanggung jawab pekerja, karena pekerja ikut berperan serta dalam proses penyusunannya.12

(13)

Hubungan antara Lingkungan Sosial Kerja dengan Perilaku Tidak Aman Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sedang antara lingkungan sosial kerja dengan perilaku tidak aman. Lingkungan sosial kerja mencakup peran rekan kerja yang memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku pekerja. Tekanan rekan kerja semakin meningkat saat semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten atau berpengalaman.17

Notoadmojo (2014) menyatakan bahwa perilaku seseorang menyesuaikan dengan lingkungan dan individu yang bersangkutan. Setiap orang perlu beradaptasi dengan lingkungan sekitar dimanapun ia berada, tak terkecuali di lingkungan kerja. Apabila di lingkungan kerja terdapat rekan kerja yang bertindak sembrono mengabaikan keselamatan kerja, maka dapat menular ke rekan kerja yang lainnya. Lingkungan sosial kerja yang baik di perusahaan, maka dapat menumbuhkan rasa kesadaran pekerja terhadap keselamatan.18

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan perlu diperhatikan, karena lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap para karyawan. Lingkungan kerja yang kondusif dapat meningkatkan kinerja karyawan dan sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak memadai menurunkan kinerja karyawan.

Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila manusia yang terlibat di dalamnya dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.19

(14)

Kesimpulan

1. Karakteristik pekerja bagian panen PT. X yaitu:

a. Pekerja bagian panen seluruhnya berjenis kelamin laki-laki.

b. Kelompok usia pekerja yang paling banyak yaitu usia 29-39 tahun.

c. Kelompok masa kerja yang paling banyak yaitu 6-10 tahun.

d. Tingkat pendidikan pekerja paling banyak yaitu yang berpendidikan akhir SMP.

2. Sebagian besar pekerja pada bagian panen PT. X telah memiliki budaya K3 yang baik.

3. Perilaku pekerja pada bagian panen PT. X paling banyak berada pada kategori aman pada saat bekerja.

4. Terdapat hubungan antara budaya K3 dengan perilaku tidak aman dimana elemen yang paling dominan yaitu lingkungan sosial kerja.

Saran

1. Bagi PT. X

a. Menjalin kerjasama dengan instansi kesehatan yang berada di sekitar lingkungan perusahaan seperti hiperkes yang terkait K3.

b. Melakukan pengawasan yang lebih ketat sehingga perilaku aman dalam bekerja bisa menjadi sebuah budaya atau kebiasaan.

c. Melakukan edukasi secara berkesinambungan mengenai pentingnya keamanan dalam bekerja untuk meningkatkan kesadaran pekerja.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan ilmu pengetahuan tetang K3, serta instansi pendidikan terkait dapat bekerja sama dengan PT. X dalam bidang K3.

(15)

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian berikutnya dapat menambahkan variabel lain untuk diteliti seperti kompetensi pekerja yang juga menjadi salah satu pembentuk budaya K3. Serta menilai faktor-faktor lain seperti motivasi kerja dan pelatihan K3.

Daftar Pustaka

1. Sanjaya PI, Widhiawati IAR, Frederika A. Analisis Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Konstruksi Gedung Di Kabupaten Klungkung Dan Karangasem. J Ilm Elektron Infrastruktur Tek Sipil. 2012;1.

2. Oktorita Y, Rosyid HF, Lestari A. Hubungan Antara Sikap Terhadap Penerapan Program K3 Dengan Komitmen Karyawan Pada Perusahaan.

J Psikol. 2001;

3. ILO. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.Gramedia; 2012.

4. Jamsostek. Membangun Kekuatan Menuju BPJS Ketenagakerjaan, Jakarta, (serial online).

5. Suma'mur PK. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:

PT. Toko Gunung Agung; 1981.

6. Heinrich HW. Industrial Accident Prevention. New York: McGraw Hill Book Company; 1980.

7. Reason JT. Managing the Risk of Organizational Accidents. Aldershot, Hants: Ashgate Publishing Ltd; 1997.

8. Andi RA, Chandra A. Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja Pada Perilaku Pekerja di Proyek Konstruksi. Jurusan Teknik Sipil.2005;12:3-8.

9. Teo, Evelyn., Ling, Forence., Chong, Adrian. Framework for Project Managers to Manage Construction Safety, International Journal of Project Management; 2004, Volume 23.

(16)

10. Ramli S. Smart Safety, Panduan Penerapan SMK3 Yang Efektif. Jakarta:

Dian Rakyat; 2013.

11. Juwitasari ER. Hubungan Budaya K3 dengan Safe Behavior Pekerja Gerinda. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga; 2016.

12. Suyono KZ. Hubungan antara Faktor Pembentuk Budaya Keselamatan Kerja dengan Safety Behaviour di PT Dok dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga; 2012.

13. Rudi S. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I.

PPM. Jakarta; 2005.

14. Jayatri, EA. Faktor Individu Dan Faktor Pembentuk Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku K3 Di Unit Operasional Pt Bukit Asam (Persero) Tbk Upte Tahun 2014. Skripsi. Palembang:

Universitas Sriwijaya; 2014.

15. Christina, WY, Djakfar L, Thoyib A. Pengaruh Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Jurnal Rekayasa Sipil. 2012;6.

16. Petra, A, Alifen RS, Chandra A. Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja di Proyek Konstruksi.

Jurnal Teknik Sipil, Volume 12; 2005.

17. Geller ES. Working Safe: How to Help People Actively Care for Health and Safety. Florida: Lewis Publisher; 2001.

18. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.

19. Desrizal. Hubungan Antara lingkungan kerja Dengan Motivasi Kerja Karyawan. 2015.

Gambar

Tabel 3 Hubungan Antara Keterlibatan Pekerja dengan Periaku Tidak Aman
Tabel 4 Hubungan Antara Lingkungan Sosial Kerja dengan Perilaku Tidak  Aman

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu di bidang wakaf adalah penelitian ini dilakukan dengan metode ANP dengan pendekatan aspek masalah, solusi, dan

Timbulnya masalah di perbatasan Wilayah Timor Leste – Indonesia karena kerawanan batas wilayah kedua negara yang strategis, stabilitas keamanan kedua negara yang

SW1#show spanning-tree Shows detailed info about STP state SW1#show spanning-tree interface fa0/2 Shows STP info only on a specific port SW1#show spanning-tree vlan 1 Shows

Secara umum tujuan perancangan taman bermain anak adalah menyediakan fasilitas permainan yang aman, nyaman, dan dapat digunakan bagi semua anak termasuk anak

tugas, wewenang dan tanggungjawab daripada seseorang yang telah bekerja pada perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi ini dapat mencegah adanya kesimpang siuran

jantung atau stroke jika arteri yang mengalirkan darah ke jantung atau ke

Pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa kepala sekolah telah berusaha mempengaruhi para guru dengan komunikasi baik lisan maupun tulisan demi peningkatan