• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IDI (Islam Dalam Disiplin Ilmu) Dosen Pengampu: Amirullah, S.Pd.I, M.A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IDI (Islam Dalam Disiplin Ilmu) Dosen Pengampu: Amirullah, S.Pd.I, M.A."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IDI (Islam Dalam Disiplin Ilmu)

Dosen Pengampu:

Amirullah, S.Pd.I, M.A.

Kelompok 3 Disusun oleh :

Annisa Isti Hajar Widuri 1901025350 Aprilia Sulistiani 1901025230 Ayudya Khoirunisa 1901025194 Rabiatul Adawiyah 1901025453 Robiiatul Adawiyyah 1901025266

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2021/2022

(2)

1

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaiku Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta yang telah memberikan kekuatan, ketabahan, dan ilmu yang bermanfaat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul materi “Konsep dan Prinsip Integrasi Ilmu” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah IDI (Islam Dalam Disiplin Ilmu). Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan serta menjadi sumbangan pemikiran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amirullah, S.Pd.I, M.A. selaku dosen pada mata kuliah IDI (Islam Dalam Disiplin Ilmu) yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.

Demikian makalah ini kami susun, dan kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 28 Maret 2022

Penulis

(3)

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 2

BAB I ... 3

PENDAHULUAN ... 3

A. Latar Belakang ... 3

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Masalah ... 3

BAB II ... 4

PEMBAHASAN ... 4

A. Pengertian Integrasi Ilmu ... 4

B. Jenis – Jenis Ilmu ... 5

C. Konsep dan Pentingnya Integrasi Ilmu ... 6

D. Konsep dan Ruang Lingkup Integrasi Ilmu dan Agama ... 8

E. Prinsip dan Nilai Integrasi Ilmu ... 9

BAB III ... 11

PENUTUP... 11

A. Kesimpulan ... 11

B. Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 12

(4)

3 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu merupakan hal terpenting bagi umat manusia. Adanya ilmu dalam kehidupan manusia diharapkan dapat menjawab segala tantangan dari perkembangan zaman. Pada kenyataannya ilmu dan agama memiliki hubungan timbal balik karena keberadaannya yang saling memiliki keterkaitan anatara satu sama lain, tetapi saat ini terjadi ketimpangan antara ilmu dan agama yang disebabkan oleh terpisahnya ilmu dan agama tersebut. Oleh karena itu, pengintegrasian ilmu dengan agama sangat penting sebab agama dapat dijadikan sebagai dasar dan landasan kerja ilmu, sehingga dapat membawa kebaikan dan kemaslahatan bagi keduanya yaitu ilmu dan agama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Integrasi Ilmu?

2. Apa saja Jenis – Jenis Ilmu?

3. Bagaimana Konsep Integrasi Ilmu?

4. Apakah Ilmu dapat di Integrasikan dengan Agama?

5. Bagaimana Prinsip dan Nilai dan Integrasi Ilmu?

C. Tujuan Masalah

1. Dapat mengetahui pengertian dari integrasi ilmu

2. Dapat mengetahui jenis – jenis yang terdapat dalam integrasi ilmu 3. Dapat memahami bagaimana konsep dan pentingnya integrasi ilmu

4. Dapat mengetahui bahwa ilmu pengetahuan dapat berintegrasi dengan ilmu agama 5. Dapat memahami prinsip serta nilai integrasi ilmu

(5)

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Integrasi Ilmu

Secara harfiah, terdapat tiga jenis kata yang merujuk pada kata integrasi.

Pertama, sebagai kata kerja, yaitu to integrate, yang berarti: mengintegrasikan, menyatupadukan, menggabungkan, mempersatukan (dua hal atau lebih menjadi satu).

Kedua, sebagai kata benda, yaitu integration, yang berarti integrasi, pengintegrasian atau penggabungan; atau integrity yang berarti ketulusan hati, kejujuran dan keutuhan.

Kemudian yang ketiga yaitu sebagai kata sifat, kata ini merujuk pada kata integral yang bermakna hitungan integral, bulat, utuh, yang perlu untuk melengkapi seperti dalam kalimat: reading is integral part of the course (membaca merupakan bagian pelengkap bagi kursus itu).

Secara bahasa, integrasi berarti penyatuan untuk menjadi satu kesatuan yang utuh (Poerdowsminto, 1986:384). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) integrasi diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. (DepP&K,1989:335). Kata “kesatuan” mengisyaratkan berbagai macam elemen yang berbeda satu sama lain yang mengalami proses pembauran. Jika pembauran telah mencapai suatu perhimpunan, maka gejala perubahan ini dinamai integrasi.

Maka dapat kita artikan bahwa integrasi adalah penyatuan antara satu objek dengan objek lainnya atau dengan bahasa lainnya menghubungkan sekaligus menyatukan antara dua hal atau lebih. Integrasi dapat juga kita katakan dengan menghubungkan sekaligus menyatukan antara dua hal atau lebih (materi pemikiran atau pendekatan). 1

Istilah Ilmu dalam KBBI ilmu diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, dengan menggunakan metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Dalam Oxford Advanced Learner's Dictionary, dinyatakan bahwa ilmu adalah “organized knowledge, especially when obtained by observation and testing of facts, about physical world, natural laws and society, study leading to such knowledge”2 yaitu berarti pengetahuan terorganisir, terutama ketika diperoleh dengan pengamatan dan pengujian

1 Firdaus, “Dasar Integrasi Ilmu Dalam Alquran,” Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan 16, no. 1 (2019): 23–35.

2 Lalu Muhammad Nurul Wathoni, INTEGRASI PENDIDIKAN ISLAM DAN SAINS Rekonstruksi Paradigma Pendidikan Islam (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018).

(6)

5

fakta, tentang dunia fisik, hukum alam dan masyarakat, studi yang mengarah ke pengetahuan tersebut.

Dari pengertian integrasi secara harfiah dan pengertian ilmu yang sudah disebutkan, maka terdapat disimpulkan bahwa integrasi ilmu berarti cara pandang tertentu atau model pendekatan tertentu terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan. Jadi setiap kajian ilmu pengetahuan harus menghubungkan, mengaitkan bahkan jika memungkinkan menyatukan antara apa yang selama ini dikenal dengan ilmu Islam dengan ilmu umum, melalui trialektika: tradisi teks (hadarat an-nas), tradisi akademik (hadarat al ‘ilm) dan tradisi etik-kritis (hadarat falsafah). Ilmu keislaman menjadi kesatuan yang menjembatani atau merangkaikan dunia dan akhirat sebagai satu kesatuan, sebagaimana berpadunya etika (akhlak) dan aturan-aturan substantif (ilmu keislaman) dengan ilmu terapan (ilmu pengetahuan).

Demikian halnya, integrasi ilmu pengetahuan tidak difragmentasi ke dalam sekat disiplin ilmu yang sempit dan terkotak cakupannya, melainkan ilmu menjadi jejaring yang menjadi satu ikatan yang saling mengisi dan melengkapi baik perspektif, terapan, maupun nilai etik/akhlak (ethic value). Masing-masing disiplin ilmu tersebut menjadi terintegrasi, lebih komprehensif, objektif, holistic (berfikir secara menyeluruh dengan mempertimbangkan aspek tingkah laku), serta sarat dengan nilai (value) dan kemanfaatan (ziyadah al-khair) yang menunjang objektifitas ilmu dan kualitas hidup manusia. 3

B. Jenis – Jenis Ilmu

Ibn Sina berpendapat bahwa ilmu atau falsafah (hikmah) terbagi atas dua jenis yaitu ilmu teoritis (hikmah nazariyyah) dan ilmu praktis (hikmah ‘Amaliyyah). Imu teoritis (hikmah nazariyyah) merupakan ketentuan yang berkaitan dengan hal-hal yang dapat kita ketahui tetapi tidak berlaku dalam praktek seperti ilmu-ilmu yang membahas berbagai masalah metafisika (ketuhanan), matematika (riyadhiyah), dan fisika (thabi’iyah). Ilmu praktis (hikmah ‘Amaliyyah) adalah ketentuan yang berkaitan dengan apa yang diketahui dan dikerjakan seperti etika (Khuluqiyah), mengatur pergaulan keluarga dalam rumah tangga, ekonomi (Tadbir al-Manzil), mengatur pergaulan umat dalam negara (Tadbir al-Madinah) dan kenabian (syari’ah). 4

3 Kevin, “Konsep dan Prinsip Integrasi Ilmu”, https://kkevinnrachman.blogspot.com/2021/04/konsep-dan- prinsip-integrasi-ilmu.html (diakses pada 27 Maret 2022, pukul 08.35)

4 Nur Khasanah, Achmad Irwan Hamzani, and Havis Aravik, ‘Klasifikasi Ilmu Menurut Ibn Sina’, SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7.11 (2020), 993–1008 <https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i11.17739>.

(7)

6

Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis yaitu ilmu naqliyah dan ilmu

‘aqliyah. Ilmu naqliyah merupakan ilmu yang didasarkan pada ororitas atau ilmu-ilmu tradisional, seperti ilmu-ilmu al-Qur’an, hadits, tafsir, ilmu kalam, tasawuf, dan ta’bir al-ru’yah. Ilmu ‘aqliyah merupakan ilmu yang didasarkan pada akal atau dalil rasional seperti filsafat (metafisika), matematika, dan fisika. Attas membagi ilmu berdasarkan hakikat yang esensial dalam keberagaman ilmu pada manusia serta cara-cara yang ditempuh untuk mendapatkan dan memandang pembagian ini sebagai bentuk keadilan dan menempatkan ilmu pengetahuan sebagai objek dan manusia sebagai subjek.

Menurut Al-Attas ilmu terdiri atas dua jenis yaitu ilmu iluminasi (ma’rifah) dan ilmu sains. Ilmu iluminasi disebut sebagai ilmu fardu ‘ain yang bisa dan wajib dipelajari oleh setiap umat muslim. Sedangkan ilmu sains disebut sebagai ilmu fardu kifayah berhubungan dengan fisik dan objek yang berkaitan dengannya, yang dapat dicapai melalui pemanfaatan daya intelektual dan jasmaniah. 5

C. Konsep dan Pentingnya Integrasi Ilmu

Integrasi dipahami menjadi perjuangan pemaduan antara ilmu dan agama, adalah versus berasal pemisahan. perpaduan atau keterpaduan (integrasi) pada maksud ini tidak dimaksudkan menjadi peleburan atau pencampuradukan antara ilmu serta kepercayaan, sebab entitas masing-masing tetap ada dan dijaga. Identitas dan watak berasal keduanya, ilmu serta kepercayaan , tidaklah hilang. Integrasi artinya upaya memposisikan ilmu serta agama secara sehat dan konstruktif dalam arti kontributif bagi kemajuan ilmu serta agama, bukan “ayatisasi” dengan cara mencocok-cocokan ayat-ayat al-Qur’an menggunakan temuan-temuan sains terkini. yang terakhir ini disinyalir adalah upaya integrasi yg kurang valid dan tidak konstruktif. (Bagir et all2005:18-20).

Ilmu Islam memiliki empat sumber yang jika digali secara ilmiah, semuanya akan melahirkan ilmu Islam, yaitu:

1. Al-Qur’an dan Sunnah merupakan sumber ilmu-ilmu Islam yang di dalamnya ditemukan unsur-unsur yang dapat dikembangkan untuk membentuk keberagamaan, konsep, bahkan teori yang dapat difungsikan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi umat. Mengingat sifatnya sebagai unsur esensial, maka di dalam al-Qur’an dan sunnah beberapa ilmu sosial maupun ilmu alam hanya ditemukan unsur-unsur dasar baik dalam bentuk konsep besar atau teori besar (grand concept or grand theory). Memposisikan al-Qur’an dan sunnah sebagai grand concept or grand theory mengandung arti bahwa keduanya berkedudukan sebagai sumber ajaran, baik sebagai sumber teologis maupun etis. Sebagai sumber, al-Qur’an dan sunnah berisi konsep dasar yang melalui suatu proses sangat potensial bagi pengembangan dan pemberdayaan ilmu-ilmu Islam. Al-Qur’an sesungguhnya menyediakan kemungkinan yang sangat besar untuk dijadikan sebagai cara berfikir atau metode memperoleh ilmu yang dinamakan paradigma al-Qur’an. Paradigma al-Qur’an untuk perumusan teori adalah pandangan untuk munjadikan postulat normatif agama (al-Qur’an dan as-Sunnah) menjadi teori untuk mendapatkan

5 Achmad Reza Hutama Al-Faruqi, ‘Konsep Ilmu Dalam Islam’, Kalimah, 13.2 (2015), 223

<https://doi.org/10.21111/klm.v13i2.286>.

(8)

7

ilmu. Seperti diketahui, ilmu didapatkan melalui konstruksi pengalaman sehari- hari secara terorganisir dan sistematik. Oleh sebab itu, norma agama sebagai pengalaman manusia juga logis dapat dikonstruksikan menjadi metode memperoleh ilmu. Pengembangan eksperimen-eksperimen ilmu pengetahuan yang berdasar pada paradigma al-Qur’an jelas akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan umat manusia. Kegiatan itu mungkin akan menjadi tambahan baru bagi munculnya ilmu-ilmu alternative. Jelaslah bahwa premis-premis normative al-Qur’an dapat dirumuskan menjadi teori-teori empiris dan rasional.

2. Alam Semesta (afaq) Al-Qur’an menganjurkan manusia untuk memperhatikan alam raya, langit, bumi, lautan dan sebagainya, agar manusia mendapat manfaat ganda, yakni:

1) Menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan, dengan ini manusia akan lebih beriman dan mempunyai pedoman hidup dalam menjalankan segala aktifitasnya,

2) Memanfaatkan segala sesuatu untuk membangun dan me-makmurkan bumi di mana dia hidup. Tuhan telah memilih manusia sebagai khalifah di bumi dengan dibekali indra, akal, hati dan pedoman wahyu (al-Qur’an) dan penjelasannya (as-Sunnah). Manusia dengan indra dan akalnya dapat memperhatikan fenomena alam yang dapat diteliti dan diobservasi, sehingga didapati bermacam-macam informasi ilmu. Manusia dengan akal dan hatinya juga dapat mengkaji rahasia-rahasia al-Qur’an yang telah banyak menyinggung berbagai ilmu yang akan hadir di masa yang akan datang demi kemakmuran manusia.

3. Diri Manusia (Anfus) Manusia ditakdirkan dan disetting oleh Allah agar mampu menemukan pengetahuan. Berbagai perangkat kasar dan perangkat lunak telah Allah siapkan untuk tujuan itu. Dalam Islam, akal merupakan kunci penugasan manusia sebagai khalifah di muka bumi, tanpa akal, manusia tidak dapat dibebani dengan hukum-hukum syariat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ي  ِرُنَس اَف ٰ لْا  ىِف  اَنِتٰيٰا   مِه قـَح لا  ُهَّنَا   مُهَل  َنَّيَبَتَي  ىّٰتَح   مِهِسُف نَا   ْۤ يِف َو  ِق

ِ لُك  ىٰلَع  ٗهَّنَا   َكِ ب َرِب   ِف كَي   مَل َوَا ۗ       د يِهَش  ٍء يَش

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (QS. Fussilat 41: Ayat 53) 4. Sejarah (Qashash) sebagai sumber ilmu pengetahuan mengungkapkan peristiwa

masa silam, baik peristiwa politik, sosial, maupun ekonomi pada suatu negara, bangsa, benua, atau dunia. Peristiwa atau kejadiam masa silam tersebut merupakan catatan yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam lingkup yang luas. Sejarah dalam sisi luarnya tidak lebih dari rekaman peristiwa atau kejadian masa lampau pada riil individu dan masyarakat, baik dalam aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, agama dan sebagainya. Sedangkan dari sisi dalamnya, sejarah merupakan suatu penalaran kritis dan cermat untuk mencari

(9)

8

kebanaran dengan suatu penjelasan yang cerdas tentang sebab-sebab dan asal- usul segala sesuatu. Ada dua unsur pokok yang dihasilkan oleh analisis sejarah.

Pertama, kegunaan dari konsep periodesasi. Kedua, rekontruksi proses genesis, perubahan dan perkembangan. Dengan cara demikian, manusia dapat dipahami secara kesejarahan

D. Konsep dan Ruang Lingkup Integrasi Ilmu dan Agama

Integrasi dipahami sebagai usaha pemanduan antara ilmu dan agama, merupakan lawan dari pemisahan titik perpaduan atau keterpaduan atau integrasi disini tidak dimaksudkan sebagai pelabuhan atau pencampuradukan antara ilmu dan agama karena entitas masing-masing tetap ada dan dijaga. Identitas dan watak dari keduanya, ilmu dan agama, tidaklah hilang. Integrasi adalah upaya memposisikan ilmu dan agama secara sehat dan konstruktif dalam arti kontributif bagi kemajuan ilmu dan agama, bukan "ayatisari" dengan cara mencocok – cocok kan ayat-ayat al-quran dengan temuan-temuan sains modern. Yang terakhir ini disinyalir merupakan upaya integrasi yang kurang valid dan tidak konstruktif. (Bagir et all 2005: 18-20).

Pandangan para pakar mengenai hubungan ilmu dan agama yang dapat dikelompokkan ke dalam empat mazhab sebagai berikut yaitu:

1. Pertama, pandangan yang mempertentangkan antara ilmu dan agama, keduanya dianggap saling berlawanan bahkan saling bermusuhan. Pandangan ini dinamai mazhab konflik.

2. Kedua, pandangan yang menempatkan ilmu pada suatu wilayah dan agama pada wilayah yang lain. Keduanya tidak ada keterkaitan dan hubungan karena masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Pandangan ini dikenal dengan mazhab independent dalam pandangan barbour dan kontras dalam pandangan John F Haught.

3. Ketiga, pandangan yang melihat ada keterkaitan dan hubungan antara ilmu dan agama. Keterkaitan ini dianggap penting karena kesadaran bahwa keduanya sesungguhnya bisa saling memberikan pengaruh titik pandangan ini disebut mazhab dialog atau kontak.

4. Keempat, pandangan yang menekankan "pertemuan" dan "keterpaduan" pada

"akar", yaitu asumsi metafisis keilmuan menyangkut alam yang menjadi objek kajian ilmu.

Sains, seperti dikatakan Golshoni, mau tak mau, mesti berasumsi bahwa alam yang menjadi objek kajiannya adalah alam yang rasional, teratur dan memiliki hukum- hukum. Pada dirinya sendiri sains tidak dapat memberikan asumsi ini. Dalam sains sekuler, ini menjadi semacam "iman" yang tak perlu dibuktikan meskipun (mau tak mau) diyakini. Tanpa keyakinan bahwa ada hukum yang berlaku secara teratur, maka tak ada dasar konseptual bagi pengembangan teori-teori ilmiah. Di sinilah, Menurut Golshani, senada dengan Haught, agama dapat menjadi dasar untuk kerja sains. (Bagir et all 2005: 18-23) pandangan demikian dinamai mazhab integrasi dan konfirmasi.

Dari sini agama dapat dijadikan sebagai dasar dan landasan kerja ilmu, sehingga membawa kebaikan dan kemaslahatan bagi keduanya, ilmu dan agama. Pandangan ini

(10)

9

dinamai mazhab integrasi dalam pandangan berbaur dan konfirmasi dalam pandangan Haught (2004:32). Dari 4 mazhab di atas, tampak jelas bahwa ide integrasi tidak mewakili 2 mazhab yang pertama, konflik dan independen, tetapi mewakili dua macam yang terakhir, dialog dan integrasi. Meskipun sama-sama penggagas integrasi, tetapi bentuk dan model integrasi yang ditawarkan bisa beragam dan berbeda-beda.

Sebagaimana dalam surat ar-rahman ayat 33 yang artinya "jamaah, jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembus nya kecuali dengan kekuatan". Dalam ayat tersebut Allah SWT memberikan kesempatan terhadap manusia untuk menggunakan akalnya dan menjelajahi terhadap alam semesta.

Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa tidak ada agama (Islam) tanpa adanya aktivitas akal. Dimana hal tersebut penyimpangan antara akal dan iman untuk mencari suatu kebenaran atau setiap fenomena atau permasalahan yang ada. Agama memiliki sifat yang umum, tetap, dan mengatur untuk kehidupan, sehingga dalam percayalisasiannya antara agama dan masyarakat jika tidak seimbang maka akan sulit untuk dipahami.6

Di dalam Classel’s Latin Dictionary seperti dikutip oleh Syahrin Harahap bahwa kataspeculum itu merupakan lawan dari kataeternum yang berarti “abadi” yang digunakan untuk menunjukkan alam yang kekal abadi, yaitu alam sesudah dunia ini.

Sampai disini, dapat dimaklumi bahwa sekularisasi itu merupakan upaya pemisahan sesuatu dari nilai-nilai agama, termasuk pemisahan ilmu dari agama. Selanjutnya, jika diperhatikan lebih dalam, semua upaya dalam konsep integrasi keilmuan itu memiliki kesamaan landasan yaitu berlandaskan pada konsep tauhid.

Untuk ini, lihat saja misalnya proses kerja islamisasi ilmu yang diagagas oleh Naquib Al-Attas maupun Ismail Raji Al-Faruqi. Dengan tauhid, upaya integrasi keilmuan meyakini bahwa Tuhan-lah yang mutlak dan bahwa semua yang lain adalah nisbi, sehingga dalam posisinya sebagai kebenaran mutlak (al-haqq), maka Tuhan harus diposisikan sebagai sumber dari semua kebenaran lain, meskipun adanya hierarki atau tingkat kenisbian dan kebenaran tetap diakui.7

E. Prinsip dan Nilai Integrasi Ilmu

Prinsip dasar integrasi ilmu adalah tauhid. Konsep tauhid diambil dari kalimat konvensional Islam "La Ilaha Illallah" yang artinya "tidak ada Tuhan melainkan Allah".

Sementara prinsip pendukungnya yaitu inklusivitas (menempatkan diri ke dalam cara pandang orang lain), dialogis, relevansi, objektivikasi, kebenaran, keadilan, istislah (kemaslahatan), holistik : keterkaitan antar ilmu, serta kelangsungan & kesinambungan.

6 Syuhadah, Ainor; Putri Intan Delsa. Analisis Konsep Integrasi Ilmu Dalam Islam. Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan.

7 Subari, Zamiat. 2018. Nilai-Nilai Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Kurikulum13. Edu Riligia.

(11)

10

Dalam pandangan al-Quran, dasar interpretasi dari semua bentuk ilmu adalah tauhid,dalam arti ia di kembangkan dalam bangkai spirit tauhid. Dalam al-Qur’an, khususnya lima ayat pertama yang di turunkan kepada Nabi Muhammad, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5, di sinyalir secara tegas bahwa ilmu mesti tidak dipisahkan dari sang pencipta, tapi harus berkaitan erat agar mendapatkan pemvapaian kebahagiaan serta keselamatan dunia dan akhirat.

Al-Faruqi meletakkan pondasi epistemologinya pada “prinsip tauhid” yang terdiri lima macam kesatuan, yaitu: 1)Keesaan (kesatuan) Tuhan, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, 2)Kesatuan ciptaan, bahwa semesta yang ada ini baik yang material, psikis, spasial (ruang), biologis, sosial maupun estetis, adalah kesatuan yang integral, 3)Kesatuan kebenaran dan pengetahuan. Kebenaran bersumber pada realitas, dan jika semua realitas berasal dari sumber yang sama, Tuhan, 4)Kesatuan hidup.

Rohmat mulyana mengungkapkan bahwa pendidikan nilai mencakup seluruh aspek sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan membiasaan bertindak yang konsisten.

(12)

11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa integrasi adalah penyatuan antara satu objek dengan objek lainnya atau dengan bahasa lainnya menghubungkan sekaligus menyatukan antara dua hal atau lebih. Menurut Al-Attas ilmu terdiri atas dua jenis yaitu ilmu iluminasi (ma’rifah) dan ilmu sains. Ilmu iluminasi disebut sebagai ilmu fardu ‘ain yang bisa dan wajib dipelajari oleh setiap umat muslim.

Sedangkan ilmu sains disebut sebagai ilmu fardu kifayah berhubungan dengan fisik dan objek yang dapat dicapai melalui pemanfaatan daya intelektual dan jasmaniah.

Agama merupakan sumber ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan merupakan sarana untuk mengaplikasikan segala sesuatu yang tertuang dalam ajaran agama. Islam menyamakan dirinya dengan ilmu pengetahuan. Islam menjadikan ilmu pengetahuan sebagai syarat ibadah. Islam sangat memuji orang yang tekun mencari pengetahuan, karena dalam Islam ilmu disebut sebagai cahaya kebenaran dan diyakini sebagai kunci kesuksesan dunia dan akhirat.

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda namun dalam pada sisi tertentu memiliki kesamaan titik agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan atau ritual, cenderung eksklusif, dan subjektif. Sementara itu selalu mencari yang baru, tidak terlalu terkait dengan etika, progresif, bersifat inklusif dan objektif. Kendati agama dan ilmu berbeda keduanya memiliki kesamaan yakni bertujuan memberi ketenangan dan kemudahan bagi manusia.

B. Saran

Dengan makalah yang kami telah buat ini, sebagai penulis kami mengharapkan teman-teman selaku pembaca dapat mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dan kami juga berterimakasih kepada seluruh teman-teman pembaca sudah diapresiasi atas pembuatan makalah ini. Serta kami sebagai penulis juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya jika ada kekurangan, kekhilafan serta kesalahan pada makalah yang telah kami buat. Kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan makalah ini.

(13)

12

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, “Dasar Integrasi Ilmu Dalam Alquran,” Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan 16, no. 1 (2019): 23–35.

Lalu Muhammad Nurul Wathoni, INTEGRASI PENDIDIKAN ISLAM DAN SAINS Rekonstruksi Paradigma Pendidikan Islam (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018).

Kevin, “Konsep dan Prinsip Integrasi Ilmu”, https:// kkevinnrachman .blogspot.com /2021/

04/konsep-dan-prinsip-integrasi-ilmu.html (diakses pada 27 Maret 2022, pukul 08.35) Nur Khasanah, Achmad Irwan Hamzani, and Havis Aravik, ‘Klasifikasi Ilmu Menurut Ibn Sina’, SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7.11 (2020), 993–1008

<https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i11.17739>.

Achmad Reza Hutama Al-Faruqi, ‘Konsep Ilmu Dalam Islam’, Kalimah, 13.2 (2015), 223

<https://doi.org/10.21111/klm.v13i2.286>.

Putra, Aris Try. (2020). Konsep Pemikiran Ismail Raji Al Faruqi. Jurnal Pemikiran Islam.

6(1).

Adinugraha, H, & Ema Hidayanti. (2018). Fenomena Integrasi Ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negri: Analisis Terhadap Konsep Unity of Sciences di UIN Walisongo. 4(1).

Amiruddin, H. (2007). Integrasi Ilmu dan Agama.Banda Aceh: Yayasan pena Banda Aceh dan Ar-Rainy Press Banda Aceh.

Rossidy, H. I. (n.d.). Filsafat sains dalam al-qur’an: melacak kerangka dasar integrasi ilmu dan agama. 1–24

Subari, Z. (2018). Nilai-Nilai Integrasi Ilmu Pengetahuan dalam Kurikulum 13. Edu Riligia.

Syuhadah, A., & Delsa, P. I. (2016). Analisis Konsep Integrasi Ilmu dalam Islam. Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan.

Aminuddin, Luthfi Hadi. (2010). Integrasi Ilmu dan Agama. Jurnal Pendidikan Keagamaan dan Sosial – Budaya. 4 (1).

Referensi

Dokumen terkait

Diagram level 0 atau juga biasa disebut dengan diagram konteks merupakan diagram.. Diagram ini menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan di sekitar sistem. Diagram level 0

Abdul Halim (2008:232) mengemukakan bahwa, “Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari sekumpulan pengetahuan berdasarkan

Integrasi Tauhid dalam Konsep Berpikir yang Sistematis dan Komprehensif Sebelum mendalami kajian tauhid sebagai prinsip ilmu pengetahuan, disini akan dijelaskan terlebih dahulu

This prospective, randomized, double blind study was designed to assess the effects of magnesium sul- fate on perioperative fentanyl consumption, postopera- tive epidural fentanyl

Hasil pengamatan 25 sampel feses dari 25 ekor sapi dengan masing-masing tiga kali ulangan, ditemukan tiga jenis telur cacing parasit pada Rumah Potong Hewan Medan

Kultur cair dari sampel bakteri disentriftise menggunakan Homogenizer Tomy MS-IOOR , hingga didapat pellet 50-lOOmgr. Sampel dimasukkan ke dalam lysing matrix, lalu ditambahkan

Mitra Surbakti dalam melakukan proses-proses bisnis perusahaan dan berbagai layanan informasi baik kepada pihak luar yang dalam hal ini mitra bisnis maupun kepada pihak