• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. DATA PERANCANGAN TAPAK Kondisi Tapak Lokasi dipilih di kawasan Citra Raya, Surabaya Barat, Jawa Timur, Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. DATA PERANCANGAN TAPAK Kondisi Tapak Lokasi dipilih di kawasan Citra Raya, Surabaya Barat, Jawa Timur, Indonesia."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

25

2. DATA PERANCANGAN TAPAK

2.1. Gambaran Umum Kawasan Perancangan

2.1.1. Kondisi Tapak

Lokasi dipilih di kawasan Citra Raya, Surabaya Barat, Jawa Timur, Indonesia.

Gambar 2.1. Propinsi Jawa Timur

Gambar 2.2. Kota Surabaya

(2)

Gambar 2.3. Kawasan Perencanaan

Untuk dapat menentukan luas tapak yang dibutuhkan, maka dipakai kriteria:

• Menurut Jimmy Priatman pada Pusat Riset Energy Surya Surabaya tahun 1981, kebutuhan tapak akan riset pertanian ialah sekitar 20-30 kali luas bangunan. Jadi kebutuhan tapak unuk penelitian sebesar:

• 20 x 13,704.21 m2 = 274,084.2 m2 equivalent dengan 27.5 Ha ditambah dengan 15,023.80 m2 equivalent dengan 1.55 Ha untuk kebutuhan yang lainnya maka total kebutuhan lahan adalah 29.05 Ha.

• Berdasarkan hasil survey ke Pusat Studi dan Pengembangan Agribisnis Tanaman Hortikultura Dataran Rendah, Lebo-Sidoarjo, lahan tanam yang digunakan pada area itu sebesar 6 Ha. Dan buah-buahan yang ingin dikembangkan beraneka ragam, untuk mencukupi kebutuhan konsumen masih sangat kurang.

• Maka kesimpulan yang didapat ialah bahwa luasan tapak yang dibutuhkan sebesar lebih kurang 30 Ha.

(3)

Kawasan Perencanaan berupa lahan kosong yang pada kawasan Pemukiman Citra Raya, Surabaya Barat dengan luas lahan sebesar 300.000.m2 atau 30Ha. Kawasan ini ditujukan sebagai kawasan komersial yang dapat menunjang area permukiman dan area komersial di sekitarnya.

Gambar 2.4. Kondisi Tapak 1 Gambar 2.5. Kondisi Tapak 2

Berdasarkan perencanaan ke depan, pemilihan lokasi tapak proyek didasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut :

• Merupakan sebuah posisi yang strategis karena terletak dekat pusat komersial yang lain, yaitu Ciputra Waterpark dan aksesibel, sehingga mudah dijangkau oleh pengunjung dari dalam wilayah dan dari penjuru wilayah yang lain,

• Terdapat kemudahan untuk masalah komunikasi dan transportasi untuk menuju ke kawasan karena adanya dua jalan arteri yang melintas di sekitar site,

• Daerah tapak akan menjadi kawasan yang cukup ramai karena akan dilalui oleh dua jalan arteri, karena itu perlu dipikirkan tentang masalah peletakan massa,

• Tersedianya infrastruktur pada kawasan yang cukup memadai karena termasuk pada kawasan pemukiman yang sudah terkondisi.

Dan berikut adalah kondisi view dari dalam dan ke luar site,

(4)

• Kondisi view ke dalam tapak

Gambar 2.6. View 1 Gambar 2.7. View 2 Gambar 2.8. View 3

Gambar 2.9. View 4 Gambar 2.10. Tapak Gambar 2.11. View 5

Gambar 2.12. View 6 Gambar 2.13. View 7

(5)

• Kondisi view ke luar tapak

Gambar 2.14. View 8 Gambar 2.15. View 9 Gambar 2.16. View 10

Gambar 2.17. View 11. Gambar 2.18. Tapak Gambar 2.19. View 12

Gambar 2.20. View 13 Gambar 2.21. View 14

2.1.2. Kondisi Topografi

Merupakan daerah dengan penurunan ke arah Timur dan Utara.

Penurunan pada area tapak ini, sekitar 2%-15% yang merupakan kawasan tanah datar yang bergelombang. Baik untuk kawasan wisata yang memiliki persyaratan kemiringan 0%-8%. Penurunan dapat dimanfaatkan untuk masalah sanitasi dan drainase.

2.1.3. Kondisi Iklim Pada Tapak

Berikut adalah kondisi iklim mikro pada tapak.

• suhu berkisar antara 26.2-31.2 0C

• temperatur minimum 26.20C

(6)

• temperatur maximum 31.30C

• kelembaban udara minimum 30%

• kelembaban udara maximum 100%

• kelembaban udara rata-rata 64-85%

• kecepatan angin rata-rata 0.7 km/jam

• Rata-rata curah hujan/tahun 117.67 mm

• Curah hujan ttinggi pada bulan Desember 414 mm selama 23 hari

• Curah hujan terendah pada bulan agustus 4 mm selama 7 hari

2.1.4. Lingkungan Sekitar Tapak

• Batas Utara berupa sebuah jalan lokal sebuah kawasan pemukiman, juga dengan kawasan perumahan penduduk dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.

• Batas Timur berupa sebuah jalan arteri primer dengan kawasan pemukiman untuk kalangan menengah ke atas. (Kondisi eksisting sekarang, masih berupa lahan kosong)

• Batas Selatan berupa sebuah jalan arteri sekunder dan juga sebuah kawasan komersial yaitu, kawasan “Ciputra Waterpark” yang dapat juga menjadi kawasan komersial yang saling menunjang bagi kawasan perencanaan kita.

• Batas Barat berupa sebuah jalan kolektor dalam kawasan pemukiman dan lahan hijau yang juga digunakan sebagai lahan pemukiman untuk kalangan menengah ke atas. (Kondisi eksisting sekarang, masih berupa lahan kosong)

2.1.5. Aktivitas Yang Mungkin Terjadi Di Sekitar Tapak

Oleh karena di sekitar tapak, bagian Utara, Barat dan Timur merupakan sebuah kawasan pemukiman penduduk, maka aktivitas yang mungkin terjadi adalah aktivitas rumah tangga penduduk untuk keperluan sehari-hari, selain itu di bagian Selatan tapak merupakan area komersial dan rekreatif yang akan cenderung ramai dan dikunjungi banyak orang. Kedua model aktivitas ini harus dipertimbangkan dalam perancangan tapak.

(7)

2.1.6. Sirkulasi Pada Tapak

2.1.6.1. Sirkulasi Kendaran Umum

• Melewati kawasan perumahan CITRA RAYA

• Pasar CITRA RAYA, Jalan INTERNASIONAL LAKARSANTRI, Darmo Permai, Pasar Atom, Petekan.

• Namun, karena perencanaan ke depan, kondisi jalan berubah maka alur lalu lintas pun berubah sesuai dengan kondisi jalan yang ada.

Alur sirkulasi lalu lintas bagi kendaraan. (alur pejalan kaki juga terdapat pada sekitar tapak)

Titik-titik yang akan cukup ramai pada site akibat arus lalu lintas kendaraan

Gambar 2.22. Sirkulasi Pada Tapak

2.1.6.2. Sirkulasi Pejalan Kaki

Oleh karena, menurut kondisi eksisting tapak sekarang, belum terolah dan belum ada jalan sekitar sesuai dengan pada gambar perencanaan. Sirkulasi pejalan kaki pun hanya pada jalan kecil di samping tapak. Namun, karena ke depan, di sekitar tapak direncanakan ada pedestrian, maka sirkulasi pejalan kaki di

(8)

sekitar tapak akan ramai. Dan dapat mempengaruhi jalan yang ada di sekitar tapak.

Gambar 2.23. Jalan Kecil (Eksisting Tapak)

2.1.6.3. Sirkulasi Di Dalam Tapak

• Perlu adanya pemisahan jalan yang jelas antara jalan masuk umum untuk masuk ke sarana rekreasi, jalan masuk khusus untuk kegiatan penelitian dan menuju ke mess peneliti, serta jalan masuk area servis

• Perlu adanya kejelasan antara jalan masuk pejalan kaki dengan jalan masuk kendaraan.

• Perlu adanya pembatasan yang jelas, agar kendaraan tidak masuk ke daerah yang privat dan yang memiliki fungsi khusus.

Gambar 2.24. Sirkulasi Dalam Tapak

Kolam

Main Entrance 1

Main Entrance 2 Jalur

pedestrian Pintu

Masuk servis dan ke mess

Pintu Masuk

parkir

Jalur pedestrian

Parkir restoran

(9)

2.2. Peraturan Bangunan Dan Kawasan

Perancangan sebuah bangunan atau karya Arsitektur, tidak lepas dari perancangan sebuah tata kota. Oleh karena itu, proyek ini harus pula mengikuti rencana perancangan wilayah yang bersangkutan, yaitu:

• Bangunan disesuaikan dengan rencana pembangunan lahan, sesuai dengan RTRW dan RTRK Unit Distrik Jeruk tahun 2005 dan Unit Pengembangan no.

XII, yaitu Sambikerep, serta mengacu pada rencana pengembangan Citra Raya maka Tata Guna Lahan digunakan menjadi daerah pendidikan sekaligus rekreasi dan wisata yang merupakan area komersil.

• KDB (Koefisisen Dasar Bangunan) untuk fasilitas pendidikan dan rekreasi pada area pengembangan Citra Raya adalah maksimal 50 %.

• KLB(Koefisien Lantai Bangunan) untuk fasilitas pendidikan dan rekreasi pada area pengembangan Citra Raya adalah maksimal 300 %.

• GS (Garis Sempadan) Depan untuk fasilitas pendidikan dan rekreasi pada area pengembangan Citra Raya ditetapkan dengan sistem sudut 60 derajat dengan ketentuan dari as jalan.

• GS (Garis Sempadan) Samping/Belakang untuk fasilitas pendidikan dan rekreasi pada area pengembangan Citra Raya adalah s/d 3 hingga 4 lantai 3.00 meter, 5 lantai 5.50 meter, 6 lantai 6.00 meter, 7-9 lantai 7.00 meter, 10-16 lantai 9.00 meter.

• Ketinggian bangunan maksimal tidak diatur secara detil, namun disesuaikan dengan aturan yang berlaku seperti GSB, KLB, dan KDB.

• Kemiringan tanah pada area kawasan perencanaan ( tapak ) di kawasan Citra Raya, Surabaya Barat ini adalah sekitar 2%-15% merupakan kawasan tanah datar yang bergelombang. Baik untuk kawasan wisata yang memiliki persyaratan kemiringan 0%-8%.

• Keadaan geologi tanah pada daerah ini merupakan formasi Pucangan dan lidah. Formasi Pucangan terdiri dari 2 lapisan; lapisan permukaan atas berupa kandungan batu pasir dan tufan berlapis baik, berstruktur perairan dan silang siur, lapisan permukaan bawah berupa kandungan batu pasir tufan berlapis baik, bersisipan konglomerat dan batu lempung serta kaya fosil moluska dan plankton, sedangkan Formasi Lidah mengandung batu Lempung biru,

(10)

setempat kehitaman dan batu Lempung pasiran, kenyal, pejal, keras, bila kering, lensa tipis dan miskin fosil. Janis tanahnya alluvial hidromorf dan alluvial kelabu tua dengan kedalaman tanah 50-90 cm yang relatif baik dibandingkan dengan kondisi wilayah lain di Surabaya.

• Langgam Arsitektur yang ada disesuaikan dengan konsep pada komplek area pengembangan Citra Raya.

2.3. Infrastruktur Dan Utilitas Kawasan Tapak

Tapak termasuk pada kawasan pengembangan Citra Raya, karena itu, untuk masalah infrastruktur dan utilitas pada kawasan tapak ini, pemerintah memberikan kepercayaan kepada pengembang untuk mengatur perencanaannya, namun tetap harus memperhatikan kawasan sekitar kawasan pengembangan Citra Raya.

2.3.1. Tata Suara

• Pada setiap bangunan dengan ketinggian 4 lantai atau 14 m ke atas, harus dipasang system tata suara yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengumuman dan instruksi apabila terjadi kebakaran.

• Sistem peralatan komunikasi darurat harus menggunakan sistem khusus sehingga apabila sistem dan peralatannya rusak, maka sistem telepon darurat tetap bekerja.

• Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya dan dilindungi terhadap bahaya kebakaran, atau terdiri dari kabel tahan api.

2.3.2. Utilitas Air Bersih

• Apabila kapasitas dan atau tekanan sumber yang digunakan tidak memenuhi kapasitas dan tekanan minimal pada titik pengaturan keluar, maka harus dipasang sitem tangki persediaan air dan pompa yang direncanakan dan ditempatkan sehingga dapat memberikan kapasitas dan tekanan optimal.

Jaringan utilitas yang ada saat ini, pendistribusiannya melalui bawah tanah, tidak mengganggu pemandangan

(11)

Jaringan air bersih di suplai melalui saluran bawah tanah yang ada di sekitar site yang disalurkan melalui water treatment plant yang letaknya tidak jauh dari site

2.3.3. Air Limbah / Buangan

• Perangkap lemak dan minyak dipasang pada pipa buangan tempat cuci, lubang drainase lantai dan alat lain yang biasa menyalurkan buangan yang mengandung lemak.

• Pemeliharaan perangkap lemak harus dilakukan untuk menjamin bekerjanya alat tersebut dengan baik dan kotoran yang terkumpul harus dikeluarkan secara berkala.

• Diwajibkan membuat septic tank untuk menampung air buang dari WC dan kamar mandi serta resapan untuk air hujan. Ventilasi ditempatkan di lokasi yang tidak menimbulkan polusi bau terhadap lingkungan sekitarnya.

2.3.4. Air Hujan

• Air hujan disalurkan ke sumur resapan dan autau dialirkan ke jaringan air hujan lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

• Pembuangan air hujan harus melalui saluran tertutup ke saluran lingkungan

• Dilarang membuang air hujan ke jalan atau kavling sebelahnya.

• Apabila saluran dibuat tertutup maka pada tiap perubahan arah aliran harsu dilengkapi dengan lubang pemeriksaan, dan pada saluran yang lurus, lubang pemeriksaan dibuat dengan jarak 25-100 m disesuaikan dengan diameter saluran tersebut dan standar yang berlaku.

• Kemiringan saluran harus dibuat sehingga dapat mengalirkan seluruh air hujan dengan baik agar bebas dari genangan air, dan bila tidak dapat dilakukan dengan cara gravitasi, maka menggunakan system perpompaan..

2.3.5. Persampahan

• Kapasitas perwadahan sampah atau tempat penampungan sementara harus dihitung berdasarkan jenis bangunan dan jumlah penghuninya, sesuai ketentuan yang berlaku.

(12)

• Tempat perwadahan harus tebuat dari bahan kedap air, tidak mudah rusak, mempunyai tutup dan mudah diangkut.

• Untuk sampah padat yang dikategorikan sebagai jenis buang berbahaya dan beracun (sampah B3), penempatan dan pembuangannya harus ditangani secara khusus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.3.6. Jaringan Listrik

• Sumber daya utama bangunan harus mengguanakan tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

• Bangunan dan ruang khusus dimana tenaga listriknya tidak boleh putus, harus memiliki pembangkit tenaga cadangan yang dayanya dapat memenuhi kelngsungan pelayanan pada bangunan dan atau ruang khusus tersebut.

• Sistem instalasi listrik pada bangunan umum harus memiliki sumber daya listrik darurat, yang mampu melayani kelangsungan pelayanana utama pada bangunan apabila terjadi gangguanan listrik atau terjadi kebakaran.

• Penggunaan genset cadangan hanya diperkenankan yang menggunakan peredam dan diletakkan di tempat yang tidak / paling minim menimbulkan gangguan terhadap lingkungan dalam bentuk polusi udara dan suara serta limbah cair.

Jaringan listrik akan berada di sekeliling site dan di depan site ada jalur utama jaringan listrik kawasan karena site terdapat pada dua jalan arteri.

Pendistribusian listrik dialirkan melalui gardu-gardu listrik yang ada

2.3.7. Telekomunikasi

Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,

• Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan air, aman, dan mudah dikerjakan

• Ukuran lubang orang ( manhole ) yang melayani saluran masuk ke dalam gedung minimal 1,50 m x 0,80 m

• Dekat dengan kabel catu cari kantor telepon dan dekat dengan jalan besar

• Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal berjarak 0,10 m atau sesuai ketentuan yang berlaku

(13)

2.4. Pedoman Perencanaan Teknis

2.4.1. Struktur dan Bahan Konstruksi

Untuk menentukan struktur yang dipilih, maka faktor yang harus diperhatikan ialah :

2.4.1.1. Memenuhi persyaratan struktural, yaitu

• Kekuatan

• Kekakuan

• Kestabilan

• Estetika

• Daya tahan (gempa angin, kebakaran)

2.4.1.2. Memberikan kemungkinan fleksibilitas, mengingat bahwa penelitian selalu berkembang.

2.4.1.3. Sedangkan bahan yang digunakan untuk memenuhi persyaratan tersebut merupakan bahan yang tahan lama dan mudah perawatannya

2.4.2. Persyaratan Utilitas Ruang

Ditujukan untuk memberikan manusia dalam hal

• Keamanan kerja

• Kesehatan lingkungan

• Kenyamanan (spasial, visual, audio, thermal)

Yang dapat memungkinkan kelangsungan kegiatan dengan baik.

2.4.3. Penerangan

Terdapat 2 macam penerangan:

2.4.3.1. Penerangan alami

Diperlukan pertimbangan untuk perencanaan pembukaan

• Luas pembukaan 20-50% luas lantai

• Ambang bawah jendela tidak mengganggu kegiatan dalam ruang

(14)

• Dihindarkan terjadinya silau

• Orientasi bangunan terhadap matahari agar tidak mengganggu aktivitas di dalam bangunan

• Penggunaan pembayangan secara tepat (penggunaan solar chart)

2.4.3.2. Penerangan buatan

Diperlukan penerangan yang sesuai. Pengoptimalan cahaya matahari siang yang masuk ke dalam ruang sebesar 200-300 lux, dengan perlakuan automasi bangunan sehingga pada kondisi tertentu pun, kebutuhan mata akan sinar tetap 200-300 lux.

2.4.4. Penghawaan

Membagi ruang dengan berbagai persyaratan ruang

• Bagi ruang-ruang, dimana kegiatan yang dilakukan di dalamnya tidak membahayakan kesehatan orang di dalamnya, maka peraturan/ persyaratan Dirjen. Cipta Karya (PUTL, DIRJEN CIPTA KARYA, DPMB, “Peraturan Bangunan Nasional”) sebagai berikut

• Pertukaran udara dengan kapasitas lebih besar dari 10 orang, dibutuhkan 20 m3/jam/orang dengan tinggi langit-langit minimal 2,4m.

• Bila persyaratan ini tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, maka dapat menggunakan alat Bantu berupa exhaust atau penggunaan AC.

• Bagi ruang-ruang, dimana kegiatan yang dilakukan di dalamnya dapat mengganggu kesehatan orang di dalamnya, maka persyaratan udara yang diajukan adalah 30 m3/jam/orang dengan ketinggian langit-langit minimal 3m.

• Untuk ruang-ruang yang kegiatannya digunakan penghawaan buatan diadakan usaha untuk memperkecil beban panas /beban pendinginan

• Pada tempat-tempat tertentu dapat ditambah bantuan peralatan mekanis

2.4.5. Ketenangan

Kegiatan penelitian ini, memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi, karena itu diperlukan ketenangan dalam bangunan. Ditentukan dengan cara:

• Menempatkan bangunan penelitian jauh dari pusat-pusat kebisingan.

(15)

• Mengusahakan pada tempat yang membutuhkan ketenangan atau pengurangan kebisingan dengan menempatkan bahan yang kedap suara pada ruang-ruang yang bersebelahan.

• Membuat jarak atau membuat barier berupa pagar tanaman atau tembok untuk mengurangi kebisingan.

2.4.6. Keamanan

Perlu diperhatikan penggunaan bahan yang mudah terbakar, penggunaan bahan yang menyebabkan keracunan zat kimia yang menyebabkan keracunan zat kimia/gas beracun, akibat tegangan listrik yang berubah-ubah, dan menghindarkan terhadap kemungkinan pencurian.

2.4.7. Bentuk dan Modul

2.4.7.1. Bentuk Bangunan

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan adalah:

Unsur lingkungan setempat, yang dipengaruhi oleh kondisi iklim mikro pada site dan iklim makro pada kota Surabaya. Terletak di daerah tropis di mana penggunaaan teritisan harus dipikirkan. Bentuk bangunan sekitar juga mempengaruhi pemikiran akan perencanaan bangunan.

Unsur Estetika, dimana terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi segi estetika pada bangunan ini, yaitu :

• Faktor Kesatuan. Bentuk site yang besar harus memperhatikan peletakan massa sehingga antara massa dapat tercipta kesan unity, tidak terkesan terpisah-pisah. Juga perlu adanya unsur garis dan bidang yang mempersatukan massa bangunan.

• Faktor Keseimbangan. Massa yang satu dengan yang lain harus seimbang, akan dipengaruhi oleh masalah komposisi bangunan, peletakan bidang dan garis harus mewakili keseimbangan, mana massa yang ditonjolkan, tapi tetap seimbang dan menyatu dengan bangunan yang lain.

• Faktor Warna. Merupakan pantulan cahaya dari suatu permukaan benda.

Dapat mempengaruhi psikologi manusia terhadap objek-objek visual.

(16)

Sesuai dengan konsep perancangan dan tujuan perancangan maka dipilih warna-warna natural yang dasar dan ada di alam. Namun, warna tersebut kontras tapi tetap menyatu dengan sekitarnya. Memberikan kesan berbeda namun, dapat menyatu dengan sekitarnya. Penggunaan warna terang dalam bangunan untuk memberikan kesan ringan, meruang dan bersih. Penggunaan warna gelap pada lantai untuk menimbulkan kesan bersih, mengingat banyak aktivitas yang terjadi, sehingga penggunaan lantai menjadi maksimal.

• Faktor Bahan. Penggunaan bahan yang bertekstur halus, memberikan kesan bersih daripada tekstur kasar yang memberikan kesan berat, dan sempit, kurang cocok untuk sebuah bangunan pusat penelitian.

• Faktor fungsi bangunan. Berdasarkan fungsi bangunan sebagai bangunan pusat penelitian, maka kesan yang ingin ditampilkan adalah kesan berteknologi tinggi, maju, dan canggih. Oleh karena itu, penggunaan elemen automasi sebagai elemen estetika sangat menentukan juga.

2.4.7.2. Modul Bangunan

Beberapa faktor yang mempengaruhi modul adalah ruang gerak manusia, material bangunan di pasaran, dan perabot yang digunakan. Maka modul dasar yang digunakan adalah 30 cm dengan modul kolom berjarak 6 m hingga 9 m.

2.5. Perhitungan Luas Daerah Terbangun

Luas lahan kurang lebih 30 Ha atau 300.000 m2. Maka dengan berdasarkan peraturan daerah maka :

• KDB (Koefisisen Dasar Bangunan), yakni 50% dari total luas lahan, 15Ha atau 150.000 m2

• KLB(Koefisien Lantai Bangunan), yakni maksimal 300% dari total luas lahan maka 90 Ha atau 900.000 m2

Referensi

Dokumen terkait

erosa dengan ukuran panjang cangkang yang lebih bervariasi pada stasiun III dan IV (daerah yang bersalinitas tinggi) diduga pada daerah tersebut terdapat spat

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah lokasi penelitian dan variabel bebas, dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas yaitu

(Gunakan cylinder yang mempunyai fasilitas evakuasi dan teruji dalam keadaan vakum). Sebelum digunakan, kevakuman dapat di tes dengan suatu vacuum gage. Catatan: Sebagai

9.4.1 Program ini dilaksanakan untuk berkongsi kemahiran, pengetahuan dan pengalaman di antara UPM dan agensi yang terlibat, selain untuk mewujudkan hubungan kerjasama di

kimia abu terbang batubara yang berkaitan dengan potensinya sebagai bahan pengganti kapur pertanian, mempelajari pengaruh pemberian abu terbang batubara berdasarkan

Hasil penelitian ini konsisten dengan laporan pendahuluan dari komite Hampel (1997) seperti dikutip oleh Short dkk (1999) yang menyatakan bahwa

8umlah kematian janin atau %ayi pada kehamilan 42 minggu + le%ih %esar dari kehamilan 4 minggu. Apa%ila tidak ada tanda ; tanda insufisiensi plasenta&

Prav tako bom testirala obstoj trendov kriminalitete vseh zabeleženih kaznivih dejanj za obdobje od 2001 - 2007 za dežele nekdanje zahodne in vzhodne Nemčije in Nemčije kot celote..