• Tidak ada hasil yang ditemukan

Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun 2017"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kinerja

Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh

Tahun 2017

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

BADAN PENELITIAN DAN PENGMBANGAN INDUSTRI

BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDA ACEH

2 0 1 8

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT akhirnya Laporan Kinerja Balai Riset dan Standardisasai Industri Banda Aceh Tahun Anggaran 2017 telah dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Laporan ini disusun sejalan dengan tekad pemerintah untuk senantiasa bersungguh-sungguh mewujudkan penyelenggaraan negara dan pembangunan secara efisien, efektif dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), yang secara jelas tergambar dalam TAP MPR RI Nomor : XI/MPR/1999 dan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Sebagai tindak lanjut dari TAP MPR dan Undang-undang tersebut, Pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor : 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) mewajibkan bahwa setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggung- jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu Rencana Strategi (Renstra) dan Rencana Kinerja (Renkin) yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Tahun 2017 Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh adalah merupakan evaluasi dan pertanggungjawaban atas kinerja Balai dalam pencapaian visi dan misinya pada Tahun Anggaran 2017, disusun berpedoman kepada Peraturan Kementerian Perindustrian Nomor : 150/M-IND/Per/12/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra), Rencana Kinerja (Renkin) dan Laporan Kinerja (LK) di lingkungan Kementerian Perindustrian.

(4)

Untuk memenuhi kewajiban tersebut Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh menyusun Laporan Kinerja Tahun Anggaran 2017 sebagai gambaran keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi selama tahun bersangkutan. Di samping itu Laporan Kinerja ini juga adalah sebagai bahan bagi penyusunan Laporan Kinerja bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian. Dalam penyusunan Laporan Kinerja ini kami sangat menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga laporan Kinerja Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun 2017 ini bermanfaat.

Banda Aceh, 2 Januari 2018 BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH

K e p a l a,

Ir. ABD. RAHMAN, MT NIP. 19621231 199003 1 215

(5)

IKHTISAR EKSEKUTIF

Terselenggaranya good governance atau Kepemerintahan yang baik merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh berkewajiban mempertanggungjawabkan pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijaksanaan yang dipercayakan kepada Balai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Laporan Kinerja merupakan akuntabilitas terhadap kinerja Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh yang harus diberikan kepada publik. Karena Laporan Kinerja berguna sebagai bahan jawaban kepada atasan atau yang memberi wewenang dan juga kepada publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian setiap penyelenggara negara memiliki visi dan misi yang jelas dan harus memiliki akuntabilitas atas beban tugas yang diembannya, disini dapat terlihat apakah penyelenggara negara tersebut berhasil atau gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.

(6)

Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh sebagai Unit Pelaksana Teknis berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian mempunyai tugas melaksanakan riset dan standardisasi serta sertifikasi dibidang industri.

Berdasarkan RENSTRA Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun 2015-2019, ditetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan hasil litbangyasa yang dapat diimplementasikan di dunia industri;

2. Adanya pengembangan produk/jasa baru;

3. Peningkatan jasa pelayanan teknis pada dunia usaha dan masyarakat;

4. Peningkatan pelayanan standardisasi industri;

5. Peningkatan kompetensi SDM dan kesejahteraan pegawai;

6. Terwujudnya pelayanan prima untuk meningkatkan kepuasan pelanggan;

7. Meningkatnya jumlah mitra kerja Baristand Industri Banda Aceh baik dengan institusi maupun dengan dunia usaha.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan tersebut Baristand Industri Banda Aceh, pada Tahun 2017 telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PERKIN), yaitu :

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja

1. Meningkatnya hasil-hasil litbang yang

dimanfaatkan oleh industri Hasil litbang prioritas yang dikembangkan Hasil litbang yang telah diimplementasikan Hasil teknologi yang dapat menyelesaikan permasalahan industry (problem solving) 2. Meningkatnya kerjasama litbang Kerjasama litbang instansi dengan industri 3. Meningkatnya kualitas pelayanan publik Tingkat kepuasan pelanggan

(7)

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 4. Meningkatkan kemampuan Balai dan

hasil litbang dalam rangka meningkatkan daya saing industri

Paket peralatan laboratorium/litbang dan sarana pendukung Balai

5. Meningkatnya publikasi ilmiah hasil

litbang Karya ilmiah yang dipublikasikan

6. Meningkatnya jasa pelayanan teknis

kepada dunia usaha Jumlah peserta pelatihan ketrampilan dan keahlian SDM

Jumlah desain/prototipe

Jumlah perusahaan yang dilayani Jumlah sertifikasi produk

Jumlah survailance SPPT SNI Nilai JPT (Rp.)

7. Meningkatnya standardisasi industri

Daerah Jumlah SDM yang memperoleh sertifikat

Jumlah lingkup pengakuan produk LPK yang diakui oleh KAN

8. Meningkatnya budaya pengawasan dalam rangka mendukung riset dan

standardisasi industri

Terlaksananya pemeliharaan dan peremajaan SIL

Terlaksananya pemeliharaan dan peremajaan Website

Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan Baristand Industri Banda Aceh pada Tahun 2017 mendapat alokasi anggaran DIPA semula sebesar Rp. 12.176.946.000,- dan pada tanggal 5 Agustus 2017 (Revisi Pertama) membintangi beberapa kegiatan dan tidak bisa dicairkan sebesar Rp. 75.095.000,- pagu anggaran masih tetap sebesar Rp.

12.176.946.000,- dan menindaklanjuti Inpres No. 4 Tahun 2017 dan Memo Dinas Sekretaris Jenderal Kementeraian Perindustrian Nomor : 263/SJ-IND/M/7/2017 tanggal 11 Juli 2017 perihal penghematan (self Blocking) Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2017, Baristand Industri Banda Aceh mendapat pemotongan/penghematan sebesar Rp. 75.095.000,- sehingga DIPA (setelah Revisi Kedua) tanggal 15 Agustus 2017 menjadi sebesar Rp. 12.101.851.000,- serta usulan

(8)

revisi anggaran PNBP sebesar Rp. 723.975.000,- sehingga DIPA (setelah revisi Ketiga) tanggal 01 Nopember 2017 menjadi sebesar Rp. 12.825.826.000,- dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2017 sebesar Rp. 11.263.232.263,- atau sebesar 87,82 persen. Realisasi Anggaran 2017 masih dibawah target (87,82 persen) terjadi pada Belanja Gaji dan Tunjangan dimana perhitungan semua ada kenaikan tunjangan kinerja dan juga disebabkan beberapa orang pegawai pensiun. Disisi lain juga ada efisiensi anggaran serta penghematan (blokir) anggaran PNBP sebesar Rp. 42.900.000,-.

Pelaksanaan kegiatan secara umum tidak menemui kendala dan penerimaan PNBP telah melebihi target yang ditetapkan dimana penerimaan sebesar Rp. 2.583.439.909,- atau 103,34 persen dari target sebesar Rp. 2.500.000.000,-. Sedangkan Penggunaannya awal tahun ditargetkan sebesar Rp. 1.689.275.000,-, kemudian realisasi penerimaan sudah melampaui target yang direncanakan, maka pada bulan Agustus 2017 diusulkan diusulkan revisi pagu sebasar Rp. 723.975.000,- sehingga target penggunaaannya menjadi sebasar Rp. 2.413.250.000,- dan realisasinya sebesar Rp. 2.359.360.100,- atau sebesar 97,77 persen.

Kegiatan perencanaan anggaran Tahun Anggaran 2018, dimana anggaran PNBP setelah dilakukan pembahasan dengan pihak Dirjen Keuangan disetujui target penerimaan PNBP sebesar Rp. 2.050.000.000,-, serta anggaran pengeluaran Baristand Industri Banda Aceh ditetapkan sebesar Rp. 12.142.974.000,-. Sedangkan layanan perkantoran sudah sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

Dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, Baristand Industri Banda Aceh menghadapi sejumlah tantangan, antara lain seperti realisasi penelitian yang selesai mendekati akhir tahun dan sejumlah kegiatan lainnya yang baru bisa dilaksanakan pada bulan-bulan terakhir. Perubahan/revisi PNBP baru dapat dilaksanakan pada akhir tahun,

(9)

penyebabnya selain karena Peraturan Kementerian Keuangan yang mensyaratkan revisi target penerimaan PNBP baru dapat diajukan apabila telah melampaui target dan atau harus dilampirkan kontrak kerja sama dengan pihak stakeholders beserta jadwal penarikannya.

Berdasarkan pada kondisi tersebut diatas, maka telah dilakukan langkah- langkah untuk mengatasi kendala-kendala dimaksud. Untuk kendala dalam tahun berjalan dan sifatnya internal dilakukan pertemuan dengan masing-masing penanggung jawab kegiatan dalam rangka memacu realisasi kegiatan. Adapun kegiatan yang bersifat eksternal dalam arti antisipasi di tahun yang akan datang, dengan mengintensifkan kondinasi, konsultasi kepada instansi terkait diawal tahun angggaran berjalan sehingga dapat diperoleh kepastian jadwal pelaksanaan dan apabila tidak dapat dilaksanakan dapat segara dilakukan keputusan alternatif lainnya. Selain itu untuk pelaksanaan pengelolaan PNBP yang dari tahun ke tahun selalu bermasalah pada pelaksanaan revisi, hal ini akan disampaikan kepada Kementerian Keuangan melalui Kementerian Perindustrian guna mencari solusi yang terbaik.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

IKHTISAR EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ... 2

1.2 Peran Strategis Organisasi ... 3

1.3 Struktur Organisasi ... 5

BAB II. PERENCANAAN KINERJA 8 2.1 Rencana Strategis Organisasi ... 8

2.2 Rencana Kinerja Tahun 2017 ... 10

2.3 Rencana Anggaran ... 17

2.4 Dokumen Penetapan Kinerja ... 19

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 22 3.1 Capaian Kinerja Organisasi ... 22

3.2 Akuntabilitas Keuangan ... 65

BAB IV. PENUTUP 71 4.1 Kesimpulan ... 71

4.2 Permasalahan dan Kendala ... 72

4.3 Saran dan Rekomendasi ... 72

LAMPIRAN ... 74

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran

1 Pengukuran Kinerja Tahun 2017 ... 75

2 Rencana Aksi Perjanjian Kinerja ... 79

3 Capaian Rencana Aksi Perjanjian Kinerja ... 77

4 Matriks Alur IKU Baristand Industri Banda Aceh ... 81

5 Laporan Barang Milik Negara (BMN) ... 83

6 Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 84 7 Kekuatan Personil ... 85

8 Pendidikan dan Latihan ... 86

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam rangka terwujudnya penyelenggaraan good govermant yang merupakan persyaratan bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bernegara, maka diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, bersih, bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Upaya tersebut sejalan dengan Undang-Undang nomor : 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam pasal 3 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan negara, meliputi asas kepastuan hukum, asas tertib penyelenggaran negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalotas dan asas akuntabilitas. Disebutkan lebih lanjut dalam penjelasan mengenai pasal tersebut, dirumuskan bahwa asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundangan- undangan yang berlaku.

Dalam rangka itu pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintah negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas

(13)

pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategik yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.

Pertanggung jawab dimaksud berupa laporan yang disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lemnaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan.

Baristand Industri Banda Aceh dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berkewajiban menyusun dan menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja sesuai ketentuan yang terkandung dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dan Keputusan LAN Nomor 239 Tahun 2003.

Laporan Akuntabilitas Kinarja memberikan gambaran mengenai tingkatan pencapaian kinerja, sasaran, program/kegiatan serta indikator keberhasilan maupun ketidakberhasilan kinerja yang telah dicapai pada periode/tahun tertentu.

1.1. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Balai Riset dan Standardisasi Industri yang dahulunya bernama Balai Penelitian dan Pengembangan Industri merupakan Unit Pengelola Teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Industri sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 58 Tahun 2015 tanggal 12 Juni 2015, maka tugas Balai Riset dan Standardisasi Industri masih mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49/M- IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Standardisasi Industri. Adapun tugas Balai Riset dan Standardisasi

(14)

Industri adalah melaksanakan riset dan standardisasi serta sertifikasi dibidang industri.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Baristand Industri Banda Aceh mempunyai fungsi sebagai berikut :

 Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi industri di bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin, dan hasil produk, serta penanggulangan pencemaran industri;

 Penyusunan program dan pengembangan kompetensi di bidang jasa riset/litbang;

 Perumusan dan penerapan standar, pengujian dan sertifikasi dalam bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin, dan hasil produk;

 Melaksanakan pemasaran, kerjasama, promosi, pelayanan informasi, penyebarluasan dan pendayagunaan hasil riset/penelitian dan pengembangan;

 Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan dan tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan.

1.2. Peran Strategis Organisasi

Dalam mensukseskan program pemerintah disektor industri, Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh sebagai unit pelaksana teknis dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) diharapkan akan menjalankan tugas dan fungsinya sesuai arahan dari Kementerian Perindustrian, khususnya melalui kegiatan litbang terapan akan digunakan untuk pelayanan

(15)

bantuan teknis antara lain teknologi proses dan teknologi bahan/produk, konsultasi, peningkatan kemampuan tenaga profesi tertentu, standardisasi dan pengujian, penanggulangan pencemaran industri serta rancang bangun dan perekayasaan terutama industri kecil dan menengah.

Sejak awal Tahun 2002, Otonomi Daerah sudah mulai dilaksanakan secara penuh. Dengan diberlakukannya otonomi daerah tersebut, Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh yang masih tetap dibawah koordinasi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri akan lebih dituntut keberadaannya, disamping melayani kebutuhan Pemerintah Daerah juga memberikan pelayanan jasa kepada dunia usaha industri di daerah, dalam rangka mengembangkan potensi daerah.

Dalam melaksanakan kegiatan litbang, Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh akan selalu berpegang pada kebijakan pemerintah, kebijakan Kementerian Perindustrian serta program BPPI. Dalam melaksanakan seluruh kebijakan tersebut tentunya akan memperhatikan pula potensi sumber daya alam daerah, perkembangan industri serta kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Aceh.

Kegiatan litbang dan standardisasi yang dilakukan Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh diharapkan turut menunjang pertumbuhan industri di Provinsi Aceh pada umumnya, hal ini disebabkan Provinsi Aceh mempunyai kekayaan sumber alam yang besar yang belum dikelola secara optimal. Oleh karena itu kegiatan litbang dan standardisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh ditujukan terutama dalam bidang :

(16)

1) Mengembangkan industri, khususnya industri kecil dan menengah, dengan melakukan penelitian dan pengembangan terhadap teknologi, bahan baku, proses, peralatan dan produk;

2) Memasyarakatkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat industri;

3) Memberikan pelayanan teknis kepada masyarakat industri dalam hal standardisasi dan pengawasan mutu;

4) Memberikan bantuan teknis tentang teknologi proses;

5) Memberikan bantuan teknis dalam hal penanggulangan pencemaran akibat aktifitas industri khususnya dan kegiatan ekonomi lainnya;

6) Meningkatkan kualitas produk industri kecil dan menengah yang berpotensi untuk dieksport;

7) Melaksanakan sertifikasi produk industri dan penggunaan tanda SNI;

8) Melaksanakan pengujian dan sertifikasi terhadap produk industri SNI wajib dan barang import yang beredar dan barang lain seperti limbah dan lingkungan industri.

1.3. Struktur Organisasi

Adapun Struktur Organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri adalah sebagai berikut :

(17)

STRUKTUR ORGANISASI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 49/M-IND/PER/6/2006 Tanggal 29 Juni 2006

Peranan Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh di Propinsi Aceh pada khususnya adalah mendukung kebijakan Pemerintah Daerah dengan cara lebih memaksimalkan peningkatan kinerja melalui kegiatan riset terapan serta standardisasi dan sertifikasi terhadap industri dalam upaya pengolahan sumber daya alam, kesiapan bahan baku/bahan pembantu industri yang dapat mensubstitusi impor, meningkatkan kualitas produk industri yang ada sehingga dapat dipasarkan lebih luas secara kompetitif, baik didalam negeri maupun diluar negeri, meningkatkan kapasitas produksi dari industri yang ada melalui riset terapan dan standardisasi serta sertifikasi.

(18)

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh berpedoman kepada arahan dan kebijakan teknis Badan Penelitian dan pengembangan Industri, dikarenakan Baristand Industri berada di Wilayah Provinsi Aceh juga mengikuti arahan dan kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh. Sedangkan arah pengembangan Baristand Industri Banda Aceh difokuskan pada program dan kegiatan di bidang rempah dan minyak atsiri.

Meskipun demikian Baristand Industri Banda Aceh tetap memperhatikan kebutuhan dan pengembangan kompetensi inti daerah Provinsi Aceh secara umum.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat digambarkan bahwa pada dasarnya Akuntabilitas Kinerja Instansi mencoba mengkomunikasikan pencapaian kinerja suatu instansi pemerintah dikaitkan dengan sejauh mana organisasi publik tersebut telah melakukan upaya-upaya strategis dan operasionalnya di dalam mencapai tujun/sasaran strategisnya dalam kerangka pemenuhan Visi misi yang ditetapkan. Visi dan misi organisasi serta tujuan strategis organisasi telah diformatkan di dalam suatu renstra yang memiliki rentang waktu 5 tahun.

Selanjutnya untuk capaian yang harus dipenuhi setiap tahunnya dalam periode 5 tahun yang dimaksud didalam renstra ditetapkan pula sejumlah sasaran strategis.

Pemenuhan atas sasaran strategis tersebut setiap tahunnya akan berakumulasi pada pencapaian strategis organisasi di akhir tahun kelima, dengan alur pikir bahwa apabila tujuan strategis organisasi telah dipenuhi maka orgainsasi tersebut dapat dipersepsikan telah memenuhi visi misinya.

(19)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis Organisasi

Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh atau Baristand Industri Banda Aceh didirikan pada tahun 26 Agustus 1980 dengan nama Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Banda Aceh atau Balai Industri Banda Aceh sampai akhir tahun 2002. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 784/MPP/SK/11/2002 tanggal 29 Nopember 2002 nama Balai dirubah menjadi Balai Riset dan Standardisasi Industri dan Perdagangan, yang kemudian dengan adanya pemisahan Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan, maka berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49/M- IND/PER/6/2006 Tanggal 29 Juni 2006, struktur organisasi ditata kembali dan namanya berubah menjadi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh dengan tugas dan fungsi yang hampir sama dengan sebelumnya.

Dalam melaksanakan tugasnya Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh mempunyai Visi sebagai berikut :

“Menjadi lembaga yang unggul dalam riset khususnya atsiri, rempah dan komoditi inti/unggulan daerah serta mapan dalam standardisasi dan sertifikasi di bidang industri”.

Untuk mendukung Visi tersebut maka Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh mempunyai Misi sebagai berikut :

(20)

1. Memberikan layanan jasa riset dan standardisasi untuk mengembangkan industri berbasis atsiri dan rempah

2. Melaksanakan litbang dan standardisasi berbasis komoditi inti/produk unggulan daerah yang remah lingkungan.

3. Memberikan jasa layanan teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, alih teknologi, konsultasi, pelatihan, pengelolaan lingkungan, sertifikasi serta informasi dalam rangka pengembangan industri

Tujuan strategis Baristand Industri Banda Aceh adalah meningkatnya peranan riset dalam pengembangan atsiri, rempah dan komoditi unggulan daerah dengan cara :

1. Memberikan layanan jasa riset dan standardisasi untuk mengembangan industri berbasis atsiri dan rempah.

2. Melaksanakan litbang dan standardisasi berbasis komoditi inti/produk unggulan daerah yang ramah lingkungan.

3. Memberikan jasa layanan teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, alih teknologi, konsultasi, pelatihan, pengelolaan lingkungan, standardisasi, sertifikasi serta informasi dalam rangka pengembangan industri.

Adapun yang menajadi sasaran Strategis Baristand Industri Banda Aceh dalam kurun waktu Tahun 2015-2019, adalah :

1. Terwujudnya peningkatan kompetensi SDM yang professional dalam rangka mendukung riset dan standardisasi.

(21)

2. Dikuasai dan teraplikasinya paket teknologi ekstraksi, fraksinasi, purifikasi dan pengembangan teknologi atsiri dan rempah serta komoditi inti/unggulan daerah, serta teknologi penanggulangan pencemaran lingkungan.

3. Tercapainya pelayanan jasa teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, konsultasi, pelatihan, sertifikasi serta informasi sesuai dengan standar pelayanan public yang prima dalam rangka pengembangan industri.

4. Meningkatkan peran sentra HKI dalam memfasilitasi perolehan perlindungan HKI.

5. Meningkatkan kemampuan laboratorium uji dan LS Pro untuk mendukung penerapan SNI Wajib.

2.2. Rencana Kinerja Tahun 2017

Rencana Kinerja Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2017 disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 49/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006, dan mengacu kepada visi dan misi Kabinet Kerja Jokawi-JK dengan Sembilan prioritas presiden (Nawacita) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) 2015 – 2019.

Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan sektor industri mengacu pada arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam RPJM 2015–2019, yaitu mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan,

(22)

pertambangan, pariwisata serta industri kecil dan kerajinan rakyat, serta pengembangan kebijakan industri dan investasi dalam rangka meningkatkan daya saing global dengan membuka aksesibilitas yang sama terhadap kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan SDA dan SDM dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan.

Sementara itu kebijakan operasional diarahkan untuk mendorong terwujudnya industri yang kuat dan maju, berdaya saing tinggi, yang mengolah sumber daya alam dalam negeri, terutama yang mengolah hasil pertanian (agro industri); serta penyediaan kebutuhan pokok, menumbuhkan kemampuan inovasi teknologi industri melalui kegiatan penelitian terapan bertumpuh pada sumber daya manusia industrial yang berkualitas dan mampu mendorong penyebaran pembangunan industri ke wilayah-wilayah yang belum berkembang serta memperluas pengembangan dan modernisasi industri kecil.

Bertitik tolak dari arah kebijaksanaan tersebut, maka sasaran sektor industri yang ingin dicapai beberapa tahun ke depan yaitu meningkatnya kontribusi industri pengolahan non migas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) melalui tumbuhnya industri pengolahan non migas; meningkatnya investasi; meningkatnya utilisasi kapasitas produksi; terciptanya persebaran industri; meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha; dan terlaksananya pemberdayaan UKM.

Berpedoman kepada arah kebijaksanaan dan sasaran yang ingin dicapai tersebut, maka Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh diharapkan akan menjalankan tugas dan fungsinya sesuai arahan dari Kementerian Perindustrian

(23)

khususnya melalui kegiatan litbang terapan dan pelayanan bantuan teknis antara lain teknologi proses dan teknologi bahan/produk, konsultasi, peningkatan kemampuan tenaga profesi tertentu, standarisasi dan pengujian produk, penanggulangan limbah industri serta rancang bangun dan perekayasaan terutama untuk industri kecil dan menengah.

Kegiatan Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh juga harus mendukung kebijakan Pemda Provinsi Aceh dan memberikan sumbangsih dalam mensukseskan program yang dilaksanakan oleh pemerintah Aceh. Oleh karena itu Baristand Industri Banda Aceh akan terus melakukan pengembangan dan riset, termasuk rancang bangun dan perekayasaan, seperti proses pengolahan dan peningkatan mutu produk hasil-hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan dengan fokus utama bidang rempah dan atsiri. Bahkan hasil-hasil litbang tersebut sebagian telah dimasyarakatkan, baik yang dilakukan oleh Balai sendiri maupun kerjasama dengan instansi terkait.

Pada hakekatnya program kegiatan Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh merupakan bagian integral dari program Kementerian Perindustrian khususnya BPPI yang secara menyeluruh dimaksudkan untuk memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional bidang Perindustrian. Namun demikian, dalam rangka strukturisasi program, perlu dilakukan pengklasifikasian maupun penjenjangan sehingga terlihat secara jelas di mana muaranya program Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh sebagai instansi di bidang riset dan standardisasi industri di daerah.

(24)

Program-program Baristand Industri Banda Aceh pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :

1. Program litbang teknologi proses dan perekayasaan 2. Program peningkatan kompetensi sumber daya manusia 3. Program Peningkatan sarana dan prasarana

4. Program pembudayaan dan pemasyarakatan hasil litbang

5. Program pengujian bahan, produk dan limbah dan jasa teknis lainnya 6. Program penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program

Sedangkan yang menjadi kegiatan strategis pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :

No. Sasaran Indikator Kinerja Target

I. PENELITIAN, KAJIAN DAN REKAYASA 1. Tersedianya Hasil Penelitian Produk/Teknik

Produksi Jumlah Litbang Teknologi

Proses dan RBPI 5 Judul

II JASA TEKNIS INDUSTRI A. Pengujian

1. Terlaksananya pengujian mutu bahan baku

dan aneka produk industri Jumlah sample uji 12 Bulan

2. Terlaksananya pengujian mutu limbah cair,

udara dan emisi Jumlah sample uji 12 Bulan

B. Sertifikasi

1. Terselenggaranya sertifikasi SPPT SNI

perusahaan Jumlah perusahaan yang

disertifikasi SPPT SNI 15 Lokasi III PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

A. Akreditasi/Survailen/Reakreditasi

1. Terlaksananya survailance lembaga penguji

dan peningkatan pelayanan publik Jumlah dokumen sistem

mutu 1 dok

2. Terlaksananya survailance lembaga sertifikasi produk (LsPro) Aceh dan pembangunan zone integritas

Jumlah dokumen sistem

mutu 1 dok.

3. Terlaksananya survailance ISO 9001-2015 dan penyusunan dokumen pranata litbang (KNAPP)

Jumlah dokumen sistem

mutu 1 dok.

(25)

No. Sasaran Indikator Kinerja Target IV. LAYANAN INTERNAL (OVERHEAD)

A. Pengadaan Kendaraan Bermotor

1. Tersedianya kendaraan operasiona roda 4 Jumlah kendaraan roda 4 1 Unit B. Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

1. Tersedianya perangkat pengolah data dan

komunikasi Jumlah perangkat pengolah

data 19 Unit

C. Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

1. Tersedianya Air Conditioner (AC) Jumlah AC 10 Unit

2. Tersedianya peralatan laboratorium Jumlah alat laboratorium 5 Unit/set D. Pelayanan Perencanaan/Penganggaran Internal

1. Terselenggaranya kegiatan penyusunan

rencana kerja (RKAKL) Jumlah program kerja 1 Tahun

E. Pelayanan Monitoring dan Evaluasi 1. Terlaksananya monitoring dan pengawasan

pelaksanaan program dan kegiatan Jumlah monev program &

kegiatan 1 Tahun

F. Pelayanan Pelaporan Keuangan dan BMN 1. Terlaksananya penataan pengelolaan

laporan keuangan e-Monitoring Jumlah laporan keuangan 1 tahun G. Pelaksanaan Promosi dan Pemasaran Jasa Teknis Industri

1. Tersedianya majalah/jurnal ilmiah Jumlah majalah/jurnal yang

diterbitkan 2 terbitan

H. Pelayanan Umum dan Perlengkapan 1. Optimalisasi Rancang Bangun Unit

Pengolahan Limbah Laboratorium Baristand Industri Banda Aceh

Jumlah UPL 1 Unit

V. LAYANAN PERKANTORAN

A. Pembayaran Gaji dan Tunjangan 1. Tersedianya Gaji, Honor dan Tunjangan

pegawai Jumlah pegawai yang

menerima gaji, honor dan tunjangan

13 Bulan

B. Penyelenggaraan Operasional Dan Pemeliharaan Perkantoran 1. Perawatan Gedung Kantor

Terpeliharanya gedung/bangunan kantor

bertingkat dua Jumlah luas gedung/

bangunan yang terpelihara 1.000 m2 Terpeliharanya halaman gedung kantor Jumlah luas halaman kantor

yang terpelihara 1.000 m2 2. Perawatan Peralatan Kantor

(26)

No. Sasaran Indikator Kinerja Target Terpeliharanya operasional komupter &

laptop Jumlah komputer & laptop

kantor yang terpelihara 25 unit Terpeliharanya operasional printer Jumlah printer yang

terpelihara 15 unit

Terpeliharanya operasional AC split Jumlah AC kantor yang

terpelihara 18 unit

3. Perawatan Peralatan Fungsional

Terpeliharanya peralatan laboratorium kimia

dan mikrobiologi Jumlah alat lab kimia dan

mikrobiologi yang terpelihara

8 unit

Terpeliharanya peralatan laboratorium

lingkungan Jumlah alat lab lingkungan

yang terpelihara 8 unit Terpeliharanya peralatan laboratorium atsiri

dan semen Jumlah alat lab atsiri &

semen yang terpelihara 5 unit 4. Pengadaan Peralatan/Perlengkapan kantor

Terpenuhinya keperluan sehari-hari, foto

copy dan pengiriman surat Jumlah kegiatan yang sesuai

program 12 bulan

Terpenuhinya bahan kimia untuk pengujian Jumlah bahan kimia 1 paket 5. Perawatan Kendaraan Dinas

Terawatnya kendaraan dinas dengan baik Jumlah kendaraan dinas

roda 6 yang terpelihara 1 unit Terawatnya kendaraan dinas dengan baik Jumlah kendaraan dinas

roda 4 yang terpelihara 4 unit Terawatnya kendaraan dinas dengan baik Jumlah kendaraan dinas

roda 2 yang terpelihara 6 unit Terawatnya peralatan ginset Jumlah ginset listrik yang

terpelihara 1 unit

6. Langganan Daya dan Jasa

Terpenuhinya Langganan listrik Jumlah Pembayaran

langganan listrik 12 bulan Terpenuhinya Langganan air PDAM Jumlah Pembayaran

langganan air PDAM 12 bulan Terpenuhinya Langganan Telepon dan

faximile Jumlah Pembayaran

langganan telp & faximile 12 bulan Terpenuhinya Langganan internet Jumlah Pembayaran

langganan internet 12 bulan 7. Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur Teknis

(27)

No. Sasaran Indikator Kinerja Target Terlaksananya diklat pengujian AMDK Jumlah peserta yang

Terlatih 1 Orang

Terlaksananya diklat pengujian minyak atsiri Jumlah peserta yang

Terlatih 1 Orang

Terlaksananya diklat Peningkatan SDM

Pelayanan Publik Jumlah peserta yang

Terlatih 1 Orang

8. Jasa keamanan dan Kebersihan

Terpeliharanya keamanan kantor Jumlah honor petugas

keamanan kantor 12 bulan

Terpeliharanya kebersihan kantor Jumlah honor petugas

kebersihan kantor 12 bulan Tersedianya pakaian satpam Jumlah pakaian petugas

satpam kantor 4 pasang

9. Pelayanan Informasi Publik (Website dan SIL)

Terlaksananya pelayanan informasi publik Jumlah pelayanan publik 2 Kegiatan 10. Operasional Perkantoran dan Pimpinan

Terselenggaranya pelayanan pengiriman

surat dan bahan perlengkapan kantor Jumlah kegiatan sesuai

dengan program 12 bulan

Terselenggaranya Adm Keuangan yang baik Jumlah honor pengelola

Adm Keuangan 12 Bulan

Terselenggaranya dokumen pengadaan

barang/jasa Jumlah honor panitia

pengadaan barang/jasa 5 Paket Terselenggaranya dokumen penerimaan

barang/jasa Jumlah honor panitia

penerimaan barang/jasa 5 Paket Terselenggaranya Adm Keuangan PNBP

yang baik Jumlah honor pengelola

Adm Keuangan PNBP 12 Bulan 11. Pengadaan Makanan Penambah Daya Tahan Tubuh

Terselenggaranya pengadaan makanan

penambah daya tahan tubuh Jumlah kegiatan sesuai

dengan program 12 bulan

a n 12. Operasional dan Penyelenggaraan Laboratorium

Terselenggaranya kalibrasi peralatan

laboratorium Jumlah peralatan yang

dikalibrasikan 25 unit

Tersedianya bahan kimia untuk pengujian

laboratorium Jumlah bahan kimia 1 paket

Terselenggaranya uji profisiensi dan uji

banding antar laboratorium Jumlah sampel yang diuji 5 paket

(28)

No. Sasaran Indikator Kinerja Target 13. Pameran Hasil Litbang

Terlaksananya pameran hasil litbang Jumlah Pemeran hasil

litbang 1 kali

14. Pembinaan Kepegawaian

Terselenggaranya pembinaan kepegawaian Jumlah pembinaan

kepegawaian 1 tahun

15. Operasional dan Pengujian

Tersedianya bahan kimia untuk mendukung

pengujian di laboratorium Jumlah bahan kimia 1 paket

Pada dasarnya keberhasilan Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh tidak dapat terwujud jika tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan berbagai pihak tersebut tidak seluruhnya dapat dinyatakan dalam rencana strategis yang disusun karena luasnya cakupan dan cepatnya dinamika sektor Perindustrian di Provinsi Aceh.

Pada hakekatnya program kegiatan Balai merupakan bagian dari program kegiatan daerah di samping untuk menunjang program skala nasional yang secara menyeluruh dimaksudkan untuk memberikan kontribusi yang sebebar-besarnya terhadap pencapaian tujuan pembangunan di bidang Industri. Namun demikian dalam rangka strukturisasi program perlu dilakukan pengklasifikasian maupun penjenjangan sehingga terlihat secara jelas sismatika dan komposisinya.

2.3. Rencana Anggaran

Dalam melaksanakan program tersebut pada Tahun Anggaran 2017 Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh didukung oleh anggaran DIPA dengan 5 (lima) kegiatan yaitu :

1. Hasil Litbang Teknologi Industri.

(29)

2. Layanan Jasa Teknis

3. Pengembangan Kelembagaan.

4. Layanan Internal (Overhead) 5. Layanan Perkantoran.

Rincian Anggaran Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

No Uraian Pagu Sebelum

Revisi (Rp.) Pagu Sesudah Revisi (Rp.)

I HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI

1. Belanja Pegawai 0 0

2. Belanja Barang 297.957.000 297.957.000

3. Belanja Modal 97.912.000 97.912.000

Jumlah I 395.869.000 395.869.000

II LAYANAN JASA TEKNIS

1. Belanja Pegawai 0 0

2. Belanja Barang 993.400.000 993.400.000

3. Belanja Modal 0 0

Jumlah II 993.400.000 993.400.000

III PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

1. Belanja Pegawai 0 0

2. Belanja Barang 318.895.000 318.895.000

3. Belanja Modal 0 0

Jumlah III 318.895.000 318.895.000

IV LAYANAN INTERNAL (OVERHEAD)

1. Belanja Pegawai 0 0

2. Belanja Barang 404.760.000 336.910.000

3. Belanja Modal 45.740.000 657.715.000

Jumlah IV 450.500.000 994.625.000

V LAYANAN PERKANTORAN

1. Belanja Pegawai 7.975.382.000 7.975.382.000 2. Belanja Barang 2.000.000.000 2.104.755.000

3. Belanja Modal 0 0

Jumlah V 9.975.382.000 10.080.137.000

(30)

No Uraian Pagu Sebelum

Revisi (Rp.) Pagu Sesudah Revisi (Rp.)

VI CADANGAN

1. Belanja Pegawai 0 0

2. Belanja Barang 42.900.000 42.900.000

3. Belanja Modal 0 0

Jumlah VI 42.900.000 42.900.000 Total 12.176.946.000 12.825.826.000

2.4. Dokumen Perjanjian Kinerja

Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekat dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber dayayang dikelola. Penetapan Kinerja disepakati antara pengemban tugas dengan atasannya (Performance Aggreement). Penetapan Kinerja merupakan ikhtisar Rencana Kinerja Tahunan yang telah disesuaikan dengan ketersediaan anggarannya yaitu setelah proses anggaran (budgeting process) selesai.

Aktualisasi kinerja sebagai realisasi Penetapan Kinerja dimuat dalam Laporan Kinerja (Performance Report).

Tujuan penetapan kinerja antara lain, adalah untuk :

1) Meningkatkan akuntabilitas, tranparansi dan kinerja aparatur;

2) Sebagai wujud nyata komitmen anatara penerima amanah dengan pemberi amanah;

3) Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi;

(31)

4) Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;

5) Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan saksi.

Baristand Industri Banda Aceh telah membuat Penetapan Kinerja Tahun 2017 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada.

Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi kinerja pada akhir Tahun 2017. Pada awal Tahun Anggaran 2017 Kepala Baristand Industri Banda Aceh telah membuat Pernyataan Perjanjian Kinerja yang disetujui oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dapat dilihat sebagaimana yang tercantum dalam tabel dibawah ini :

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Meningkatnya hasil-hasil litbang

yang dimanfaatkan oleh industri Hasil litbang prioritas yang

dikembangkan 3 Penelitian

Hasil litbang yang telah

diimplementasikan 3 Penelitian Hasil teknologi yang dapat

menyelesaikan permasalahan industry (problem solving)

2 Paket Teknologi 2. Meningkatnya kerjasama litbang Kerjasama litbang instansi

dengan industri 2 kerjasama

3. Meningkatnya kualitas pelayanan

publik Tingkat kepuasan pelanggan Indeks 3,5

4. Meningkatkan kemampuan Balai dan hasil litbang dalam rangka meningkatkan daya saing industri

Paket peralatan laboratorium dan

sarana pendukung Balai 1 paket 5. Meningkatnya publikasi ilmiah hasil

litbang Karya ilmiah yang dipublikasikan 2 terbitan

6. Meningkatnya jasa pelayanan

teknis kepada dunia usaha Jumlah peserta pelatihan

ketrampilan dan keahlian SDM 15 orang Jumlah desain/prototipe 3 desain/

prototipe Jumlah perusahaan yang dilayani 175 Prsh Jumlah sertifikasi produk 5 Prsh Jumlah survailance SPPT SNI 15 Prsh

Nilai JPT (Rp.) 2.500.000.000

(32)

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 7. Meningkatnya standardisasi

industri Daerah Jumlah SDM yang memperoleh

sertifikat 3 orang

Jumlah lingkup pengakuan

produk LPK yang diakui oleh KAN 3 Lingkup 8. Meningkatnya budaya pengawasan

dalam rangka mendukung riset dan standardisasi industri

Terlaksananya pemeliharaan dan

peremajaan SIL 1 Unit

Terlaksananya pemeliharaan dan

peremajaan SIL 1 unit

Terlaksananya pemeliharaan dan

peremajaan Website 1 unit

Terlaksananya monitoring dan

evaluasi kegiatan 1 kegiatan

(33)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.

3.1. Capaian Kinerja Organisasi

Dalam mencapai visi dan misinya Baristand Industri Banda Aceh melaksanakan kegiatan yang mengacu kepada Rencana Strategi (Renstra) BPPI Tahun 2015-2019 dan Rencana Strategi (Renstra) Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2015-2019 yang setiap awal Tahun Anggaran ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (PERKIN) Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2017. Pada Tahun 2017 Perkin Baristand Industri Banda Aceh meliputi 8 (delapan) sasaran strategis untuk melaksanakan kinerjanya, yaitu :

1) Sasaran Strategis I : Meningkatkan Hasil-hasil litbang yang dimanfaatkan oleh industri;

2) Sasaran Strategis II : Meningkatnya kerjasama litbang;

3) Sasaran Strategis III : Meningkatnya kualitas pelayanan publik;

4) Sasaran Strategis IV : Meningkatnya kemampuan Balai dan hasil litbang dalam rangka meningkatkan daya saing industri;

5) Sasaran Strategis V : Meningkatnya publikasi ilmiah hasil litbang

6) Sasaran Strategis VI : Meningkatnya jasa pelayanan teknis kepada dunia usaha;

(34)

7) Sasaran Strategis VII : Meningkatnya standardisasi industri daerah.

8) Sasaran Strategis VIII : Meningkatnya budaya pengawasan dalam rangka mendukung riset dan standardisasi industri

Rincian analisis capaian masing-masing sasaran strategis dapat diuraikan pada bagian berikut :

Sasaran Strategis 1 Meningkatnya Hasil-hasil Litbang yang dimanfaatkan oleh Industri

1. Hasil litbang prioritas yang dikembangkan 2. Hasil litbang yang telah diimplementasikan

3. Hasil teknologi yang dapat menyelesaikan permasalahan industri (problem solving).

Adapun hasil capaian kinerja yang telah dilaksanakan dari masing- masing indikator kinerja tersebut adalah sebagai berikut :

a. Indikator Kinerja 1.1. Hasil Litbang Prioritas yang Dikembangkan :

Indikator Kinerja 1.1 Target Capaian %

Capaian Hasil litbang yang siap diterapkan 3 Litbang 4 Litbang 133,33

Hasil litbang prioritas yang dikembangkan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Teknologi proses dan peralatan pembuatan parfum berbasis nilam dan aplikasinya di IKM “Minyak Fret”

2) Pemanfaatan nilam sebagai bahan pembuatan sabun cair serba guna 3) Pengembangan teknologi proses dan pengalengan produk ikan kayu

(Keumamah) khas Aceh

4) Pengadaan peralatan modifikasi proses sintesis adsorbent disulfurisasi berbasis besi oksida hidrate.

(35)

Apabila dibandingkan, maka jumlah hasil penelitian dan pengembangan prioritas yang dikembangkan dari Tahun 2013 s.d 2017 adalah sebagai berikut

Indikator Kinerja Capaian Tahun Anggaran

2013 2014 2015 2016 2017

Hasil litbang prioritas

yang dikembangkan 0

Litbang 0

Litbang 0

Litbang 2

Litbang 4

Litbang

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa hasil litbang prioritas yang dikembangkan pada tahun anggaran 2017 meningkat dibandingkan dengan tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 hal ini disebabkan litbang prioritas yang dikembangkan baru dialokasikan pada tahun 2016 sedangkan tahun sebelumnya masih mengacu kepada hasil litbang yang siap diterapkan.

Sedangkan kegiatan litbang yang dilaksanakan pada Tahun 2017 sebanyak 5 (lima) judul, yaitu :

1) Teknologi proses dan peralatan pembuatan parfum berbasis nilam dan aplikasinya di IKM minyak fret (penelitian kolaborasi sediaan industri farmasi dan kosmetika).

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembang parfum varian baru yaitu varian melati dan merancang peralatan pengisi parfum semi otomatis dan alat penutup botol. Penelitian dilakukan di Laboratorium Atsiri, Baristand Industri Banda Aceh dan IKM “Minyeuk Pret” Desa Lam Ara Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh dengan lama penelitian sekitar 10 bulan. Penelitian diawali dengan ekstrak bunga melati dengan variasi waktu selama 3, 7 dan 24 jam sehingga menghasilkan ekstrak (absolute) melati dan dihitung rendemen, indek bias, berat jenis, uji komponen. Tahap pembuatan parfum dilakukan dengan mencampurkan ekstrak melati 10%, minyak nilam 1 % (parfum A), 2,5 % (parfum B) dan 5 % (parfum C) kemudian ditambahkan alkohol 96% sebanyak 85-89 % sebagai pelarut. Uji organoleptik dilakukan terhadap 30 orang responden dengan usia 25-50 tahun yang terdiri dari 15 orang responden pria dan 15 orang responden wanita untuk menentukan tingkat kesukaan.

(36)

Hasil penelitiannya untuk waktu ektraksi selama 3, 7 dan 24 jam masing-masing dengan rendemen 7,55 %; 7,62 % dan 7,85 % ; indek bias 1,4549 g/mol; 1,4652 g/mol dan 1,4679 g/mol dan berat jenis 0,6644; 0,6657 dan 0,6692. Untuk uji komponen kimia dari ekstrak melati 3 jam diperoleh kadar Linalool 1,33 %, Phenylmethyl ester 16,75

%, Alpha hexylcinnamic aldehide 78,59 %; waktu ekstraksi 7 jam diperoleh Linalool 2,71 %; Phenylmethyl ester 36,69% dan Alpha hexylcinnamic aldehide 60,6 %. Untuk waktu ekstraksinya selama 24 jam diperoleh kadar linalool sebesar 4,22 %, trans-linalool oxide 0,36%, epoxylinalool 0,18% dan geranil linalool 0,43%; Methyl ester 82,47 %.

Uji organoleptik menunjukkan parfum A dengan variasi campuran minyak nilam sebanyak 1% untuk tingkat kesukaan dengan kategori

“suka” memperoleh persentase lebih tinggi dibandingkan parfum lainnya, untuk responden pria yaitu sebesar 40% dan responden wanita sebesar 33% responden terhadap produk yang dihasilkan. Pembuatan alat pengisi botol parfum dan alat penutup botol parfum telah dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

2) Pemanfaatan limbah nilam sebagai bahan pembuatan sabun cair serba guna.

Penelitian mengenai pemanfaatan limbah nilam sebagai bahan pembuatan sabun cair serba guna telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun Anggaran 2017. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi limbah penyulingan petani nilam rakyat menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Pada penelitian ini bahan limbah penyulingan nilam yang digunakan diperoleh dari petani Kabupaten Aceh Jaya. Pemakaian limbah nilam perbandingan 60 : 40 dengan air. Mutu limbah nilam yang digunakan berwarna kuning keruh dengan derajat keasaman 5,98 dan kandungan minyak nabati 359,2 mg/L. Berat jenis sabun yang dihasilkan berkisar dari 1,01 – 1,10, pH berkisar dari 8,42 – 8,60, tidak mempunyai kandungan alkali dan memiliki busa sabun yang stabil dan lembut. Hasil uji sesuai dengan standar mutu sabun cair SNI 06-4085-1996. Analisa resiko sebesar 1,58 yang mengartikan bahwa kegiatan penelitian ini masuk dalam resiko berkatagori ringan. Analisa tekno ekonomi diperoleh BEP unit pada produksi ke 2.921, BEP harga jual pada Rp. 21.861.471,-. Keuntungan bersih yang diperoleh sebesar Rp. 18.643.608,-. Efisiensi biaya sebesar 1,3 dan pengembalian modal dapat diperoleh pada 2,5 bulan.

(37)

3) Modifikasi proses sistensis adsorbent desulfurisasi berbasis besi oksida hidrat.

Adsorbent berbasis besi oksida hidrat merupakan adsorbent yang banyak digunakan dalam desulfurisasi gas alam pada industri pupuk urea. Umumnya, adsorbent yang digunakan berupa berupa sponge iron oxide atau mixed iron oxide yang merupakan material impor sehingga penggunaannya menjadi tidak ekonomis. PT. PIM dan ITB Bandung telah menjalin kerjasama riset untuk menemukan adsorbent berbasis besi oksida hidrat. Riset yang dilakukan telah berhasil dan dikembangkan menjadi produk adsorbent PIMIT yang mulai dikembangkan oleh PT. PIM dengan kapasitas terpasang sebesar 2 ton adsorben per hari dengan sistem operasi batch. Dari proses yang ada, masih menghasilkan ion logam Fe yang merupakan bahan baku pada aliran efluent. Untuk itu, perlu dilakukan modifikasi proses yang ada untuk meningkatkan lagi efisiensi proses sintesa adsorbent PIMIT.

Beberapa penelitian telah banyak dilakukan yang meneliti tentang sintesis Fe2O3 dan juga solubilitas dari FeCO3. Floyd (1968) telah mematenkan proses pembuatan ferrous carbonate secara kimia dengan menggunakan kawat Fe murni. Greenberg dan Tomson (1992) telah mempelajari proses presipitasi dan dissolution kinetics dari larutan ferrous carbonate terhadap temperatur dengan menggunakan bahan baku ferrous ammonium sulfat, natrium carbonate dan gas CO2. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rendemen (yield) dari modifikasi proses menggunakan CO2 sebesar 9,3 hingga 10,6%. Kondisi operasi yang memberikan yield tertinggi sebesar 10,6% dicapai pada laju alir gas CO2 sebesar 4 L/menit. Sedangkan pada penggunaan filtrat proses, yield yang diperoleh tidak berubah secara signifikan, hal ini disebabkan kandungan reaktan pada filtrat proses tidak terlalu besar.

Kata Kunci: Adsorbent, besi oksida hidrat, desulfurisasi, CO2.

4) Peningkatan mutu produk garam beryodium skala IKM.

Garam adalah sejenis mineral alam berbentuk kristal putih dihasilkan dari proses penguapan air laut yang lazim dikonsumsi oleh manusia baik secara langsung sebagai bumbu masak atau digunakan sebagai pengawet makanan. Secara kimia, garam terdiri dari unsur Natrium dan Khlor (NaCl). Kation adalah Natrium sedangkan Anionnya berupa Khlor. Namun, dipasar banyak juga diproduksi garam dengan struktur kimia yang berbeda-beda tergantung dari kegunaan garam itu sendiri. Di Prov. Aceh, proses pembuatan garam umumnya dilakukan dengan menggunakan proses pendidihan air menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar. Garam yang diperoleh dari proses ini biasanya masih mengandung pengotor seperti kotoran organik, pasir dll dan warna yang dihasilkan juga masih kusam karena adanya bahan pengotor tersebut. Disamping itu, garam yang diproduksi melalui proses konvensional umumnya memiliki kandungan iodium yang sangat

(38)

rendah. Adanya kotoran dalam garam dan kadar yodium yang masih rendah tersebut menyebabkan garam yang dihasilkan mutunya masih kurang bahkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan dan ini merupakan salah satu permasalah yang dihadapi oleh para petani garam di Prov. Aceh. Kendala lainnya adalah cara pengemasan garam dimana hampir sebagian besar petani garam hanya mengemas garam secara sederhana. Kemasan garam yang tidak memenuhi persayaratan dapat menyebabkan garam terkontaminasi dengan bahan pengotor yang berasal dari udara atau bahan mikroskopi dari lingkungan disekitarnya, disamping itu jika kemasan tidak merekat sempurna (masih banyak kebocoran) akan menyebabakn garam tersebut berubah menjadi cair karena garam bersifat menyerap air (hidrokopis).

Mengatasi kendala tersebut diatas, garam produksi rakyat perlu ditingkatkan mutunya sebelum dijual ke pasaran salah satunya adalah dengan proses pencucian garam menggunakan peralatan pencuci garam hasil rancangan, disamping itu juga dilakukan proses yodisasi garam dengan menambahkan larutan KIO3 kedalam garam dan penyempurnaan kemasan yang kedap udara sehingga dapat mencegah kehilangan garam dengan mutu lebih terjamin. Hasil pengujian awal dari garam rakyat belum ditingkatkan mutunya menunjukkan hasil sebagai berikut: kadar air 8,78%, kadar NaCl 86,58% dan kadar yodium 0,01%.

Semua paramenter yang di uji tersebut belum memenuhi persyaratan SNI 3556-2010. Setelah dilakukan pemurnian menggunakan peralatan pencuci garam hasi rancangan didapatkan hasil yaitu dua parameter yang uji telah memenuhi persyaratan SNI 3556-2010 yaitu pengujian kadar air mencapai 2,18% dan kadar yodium (KIO3) yaitu sebesar 34,16%. Sedangkan hasil uji kadar NaCl (Natrium klorida) belum memenuhi standar SNI dimana hasil uji hanya mencapai 92,88%

sedangkan SNI mensyaratkan kadar NaCl untuk garam konsumsi Min.

94%. Hasil uji analisa resiko mendapatkan total score sebesar 4,91, artinya resiko dari usaha ini masuk dalam katagori “dalam batas toleransi”.

5) Pengembangan teknologi proses dan pengalengan produk ikan kayu (keumamah) khas Aceh.

Sasaran pembangunan industri yang dijabarkan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 meliputi 10 industri prioritas, salah satunya adalah Industri pangan dengan jenis industri pengolahan ikan. Industri pangan /industri pengolahan ikan juga merupakan bagian dari program kegiatan litbangyasa yang telah diprogramkan dalam Renstra Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2015-2019 terkait dengan fokus pengembangan potensi inti/ komoditi unggulan daerah Aceh yang salah satunya adalah komoditi ikan.

Peningkatan kebutuhan pangan Industri pangan berkembang dalam kapasitas, diversifikasi dan mutu produknya sejalan dengan

(39)

peningkatan jumlah penduduk, serta daya beli dan tingkat pendidikan konsumen. Peningkatan pendapatan penduduk Indonesia yang merupakan konsekuensi logis dari pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen per tahun telah menghasilkan pertumbuhan kelas menengah yang cukup cepat. Kelompok kelas menengah ini juga menjadi salah satu pendorong dari perkembangan kebutuhan pangan, tidak hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga dari sisi kualitas produk pangan, penyajian yang menarik, cepat dan praktis, serta standar higienisme yang lebih tinggi dan harga yang kompetitif dan terjangkau. Kebutuhan terhadap produk pangan yang sehat, aman, dan halal semakin tinggi.

Industri pangan fungsional dan pangan untuk kebutuhan khusus semakin meningkat di masa datang.

Perumusan masalah yang menjadi latar belakang penelitian

“Pengembangan Teknologi Proses dan Pengalengan Produk Ikan Kayu (Keumamah) Khas Aceh” ini yaitu Ikan kayu (keumamah) biasanya diproduksi dan dipasarkan dalam bentuk kering dengan kemasan yang sederhana. Pengolahan ikan kayu (keumamah) menjadi makanan hanya dapat dilakukan oleh yang sebagian orang saja. Dalam hal ini, pengembangan proses pengolahan ikan kayu (keumamah) siap saji yang dikemas dalam kemasan kaleng dilakukan sehingga memudahkan konsumen manapun dan kapan pun dapat dengan mudah menikmati makanan ikan kayu (keumamah) khas Aceh.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan proses pengolahan ikan kayu (keumamah) khas Aceh dalam bentuk siap saji dalam kemasan kaleng. Dengan adanya pengembangan proses pengolahan dan pengemasannya, diharapkan memberi inovasi baru dan meningkatkan nilai ekonomis serta adanya diversifikasi produk olahan ikan kayu (keumamah) yang siap saji.

Adapun keluaran yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Diversifikasi produk olahan ikan kayu (keumamah) khas Aceh yang dapat diaplikasikan pada UD. Belia Jaya yang merupakan salah satu kelompok usaha bersama yang mengolah ikan kayu (keumamah) di Banda Aceh.

2. Pengembangan proses pengolahan dan pengalengan ikan kayu (keumamah) khas Aceh siap saji.

3. Terjalinnya kerjasama antara Institusi Pemerintah (Baristand Industri Banda Aceh, BPPI, Kemenperin) dengan pelaku industri.

4. Mendukung program Kemenperin dalam menggalakkan pembangunan industri prioritas khususnya untuk pengembangan industri pangan bidang pengolahan ikan sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) .

(40)

b. Indikator Kinerja 1.2. Hasil Litbang yang Telah Diimplementasikan Indikator Kinerja 1.2 Target Capaian %

Capaian Hasil litbang yang telah

diimplementasikan 3 Litbang 3 Litbang 100

Hasil litbang yang telah diimplementasikan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Teknologi proses dan peralatan pembuatan parfum berbasis nilam dan aplikasinya di IKM “Minyak Fret”.

2) Peningkatan mutu produk garam konsumsi beryodium skala IKM

3) Pengembangan teknologi proses dan pengalengan produk ikan kayu (keumamah) khas Aceh

Apabila dibandingkan, maka jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang telah diimplementasikan dari Tahun 2013 s.d 2017 adalah sebagai berikut :

Indikator Kinerja Capaian Tahun Anggaran

2013 2014 2015 2016 2017

Hasil litbang yang telah

diimplementasikan 2

Litbang 4

Litbang 3

Litbang 3

Litbang 3 Litbang

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa hasil litbang yang telah diimplementasikan pada tahun anggaran 2017 meningkatkan dibandingkan dengan tahun 2013, menurun dibandingkan dengan tahun 2014, namun realisasinya sesuai dengan target yang direncanakan yaitu sebesar 3 litbang.

Gambar

Tabel Perkembangan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2013 sd 2017

Referensi

Dokumen terkait

Dari pembahasan tentang alat uji penetrasi pada helm SMI 1811- 2007 maka ada beberapa saran yaitu : Pada saat meletakkan helm pada kepala uji harus benar dan pasang sabuk helm

Rekayasa genetik dengan memanfaatkan teknologi DNA rekombinan bisa menjadi salah satu pilihan untuk merakit kedelai transgenik dengan cara memasukkan gen-gen yang

Hasil data yang didapat pada saat penelitian pada lansia yang aktif dengan tidak mengalami depresi para lansia memiliki gairah hidup yang baik dengan memiliki

PT Sarikaya Sega Utama telah berdiri pada tahun 1987 yang beralamatkan Antang permai Jl. 21,9 Landasan Ulin Tengah, Banjarbaru dan kantor pusat yang beralamatkan Jl. Pasar

Dalam interim guidance (panduan sementara) dari WHO mengenai pencegahan infeksi dan penanganan jenazah covid-19, terdapat tujuh poin yang menjadi pertimbangan kunci: kasus

mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran. a) Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran.

perubahan total volume tegakan tinggal tiap periode dapat dilihat pada gambar. 5.49 dan 5.59 dari grafik diketahui total volume tegakan tinggal dengan

(i) Persentase jumlah kabupaten tertinggal yang kemampuan kelembagaan pembangunan masyarakat dan pemda meningkat dalam pengelolaan sumberdaya lokal, (ii) Persentase jumlah