PREVALENSIGAMBARAN RADIOGRAFI LESIPERIAPIKAL SEBELUM PERAWATAN
ENDODONTIK DI RSGM FKG USU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
PRIASHINI RAGHAWAN NIM: 110600181
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
Fakultas Kedokteran Gigi Unit Radiologi Kedokteran Gigi Tahun 2017
Priashini Raghawan
Prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal sebelum perawatan endodontik di RSGM FKG USU.
xii + 31 Halaman
Lesi periapikal terjadi sebagai reaksi dari tulang sekitar apeks gigi yang mengalami nekrosis pulpa. Lesi inflamasi periapikal ini dikarakteristikkan sebagai periodontitis apikalis, yang secara histologis terlihat berupa abses periapikal dan granuloma periapikal, dimana jika infeksi meluas ke daerah sumsum tulang abses periapikal bisa berlanjut menjadi osteomyletis. Gambaran radiografi lesi inflamasi periapikal bergantung pada lama terjadinya lesi. Perubahan gambaran radiografi dideteksi dari kehilangan kepadatan tulang, ligamen periodontal dan lamina dura apakah menjadi lisis (radiolusen) atau sklerotik (radiopak) atau keduanya.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal sebelum perawatan endodontik di RSGM FKG USU. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 30 radiografi periapikal yang sesuai kriteria inklusi. Penelitian dilakukan dengan menginterpretasi gambaran radiograf lesi periapikal diatas viewer box. Hasil penelitian diperoleh bahwa prevalensi lesi periapikal di instalasi konservasi RSGM FKG USU yang paling banyak dijumpai adalah pada laki-laki yaitu sebanyak 56.7%. Lesi periapikal paling banyak ditemukan di rahang atas dengan prevalensi 76.6 % dan elemen gigi yang paling banyak ditemukan lesi periapikal adalah gigi 11 dan gigi 21 dengan prevalensi 25.8%. Kesimpulan penelitian ini prevalensi lesi periapikal yang paling banyak ditemukan adalah lesi periapikal abses yaitu sebanyak 64.5%.
DaftarRujukan : 27 ( 2003 – 2015 )
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 26 Juli 2017
Pembimbing Tanda tangan
Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG
NIP. 19750225 200502 2 005 ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 26 Juli 2017
TIM PENGUJI
KETUA : Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG
ANGGOTA : 1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) 2. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada kakak tersayang saya Vimala Raghawanatas segala kasih sayang baik moril maupun materil yang tidak akan terbalas oleh penulis sampai kapanpun.. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp.
RKG sebagai dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu penulis dan bersedia meluangkan waktu, memberikan semangat, motivasi serta bimbingan untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. TreliaBoel, drg.,M.Kes., Sp.RKG (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dalam penelitian ini.
2. Hendry Rusdy,drg.Sp BM.,M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. H. Amrin Tahir, drg, Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG, Dewi Kartika, drg, Maria Novita Helen Sitanggang, drg., selaku staf pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik lagi.
4. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (Kak Rani, Kak Tety, Bang Ari).
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani pendidikan.
6. Sahabat-sahabat tersayang (Yoga, Prriyankha, Liliana, Aude, Novi, Irfan, Lavanya dan thana) yang telah memberikan doa, bantuan, serta motivasi kepada penulis pada penelitian ini.
7. Semua teman-teman di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi dan seluruhnya.
Medan, 26 Juli 2017 Penulis
Priashini Raghawan 110600181
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN……… . ABSTRAK………...
KATA PENGANTAR……….……… .... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 2
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Nekrosis Pulpa ... 4
2.2 Lesi Periapikal ... 5
2.3 Periodontitis Apikalis ... 6
2.3.1 Granuloma Periapikal... 7
2.3.2 Kista Periapikal ... 8
2.4 Condensing Osteitis ... 9
2.5 Abses Apikalis ... 10
2.6 Radiografi Intraoral ... 10
2.6.1 Radiografi Periapikal ... 10
2.6.1.1 Teknik Paralel ... 11
2.6.1.2 Teknik Bisekting ... 12
2.6.2 Radiografi Bitewing ... 132.6.3 Radiografi Oklusal ... 13
2.7 Kerangka Teori ... 14
2.8 Kerangka Konsep ... 15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 16
3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
3.3Populasi dan Sampel ... 16
3.3.1Populasi ... 16
3.3.2Sampel ... 17
3.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 18
3.4.1Variabel Penelitian ... 18
3.4.2 Definisi Operasional... 18
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 19
3.6 Prosedur Penelitian... 19
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 19
3.7.1 Pengolahan Data ... 19
3.7.2 Analisis Data ... 20
3.8Etika Penelitian ... 20
3.8.1 Informed Consent ... 20
3.8.2 Ethical Clearance... ... 20
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 21
4.1 Prevalensi karaktesi sampel dari penelitian ... 21
4.2 Prevalensi rahang yang terkena lesi periapikal ... 21
4.3 Prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal ... 22
4.4 Prevalensi elemen gigi terkena lesi periapikal ... 22
4.5 Gambaran radiografi lesi periapikal ... 23
BAB 5 PEMBAHASAN ... 24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 26
6.2 Saran……… 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27 LAMPIRAN……….
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Efek Proses Inflamasi Pada Jaringan periapikal ... 5
2. Definisi operasional……… 18
3. Prevalensi karaktesi sampel dari penelitian……… ... 21
4. Prevalensi rahang yang terkena lesi periapikal……… .... 21
5. Prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal……… 22
6. Prevalensi elemen gigi terkena lesi periapikal……… . 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambaran radiografi infeksi dan inflamasi jaringan apikal ... 5
2. Gambaran radiografi infeksi dan inflamasi jaringan apikal ... 6
3. Gambaran radiografi granuloma periapikal ……….. 8
4. Gambaran radiografi kista periapikal ……….…. ... 8
5. Gambaran radiografi condensing osteitis ……… ... 9
6. Gambaran radiografi abses apikalis ……… ... 10
7. Gambaran radiografi periapikal teknik paralel……… ... 12
8. Gambaran radiografi periapikal teknik bisekting……… ... 13
9. Gambaran radiografi lesi periapikal……… .. 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Health Ethical Committee of North Sumatera 2. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian 3. Lembar persetujuan subjek peneliti ( informed consent) 4. Rincian biaya penelitian
5. Jadwal pelaksanaan penelitian 6. Hasil data penelitian
7. Curriculum vitae
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lesi periapikal merupakan respon lokal dari tulang di sekitar apikal gigi akibat nekrosis pulpa atau akibat kerusakan jaringan periapikal yang disebabkan perluasan penyakit periodontal.Agen infeksi dari pulpa yang nekrosis keluar melalui apeks akar yang menyebabkan reaksi inflamasi pada ligamen periodontal periapikal dan daerah sekitar tulang (periodontitis apikalis).1
Ketika terdapat inflamasi kerana paparan masif bakteri, ini memudahkan kolonisasi bakteri menyebar melalui foramen apikal menuju jaringan periapikal.
Karies dan trauma pada gigi dapat menyebabkan inflamasi pada pulpa dan menyebabkan pulpa nekrosis. Jika daerah di sekitar sumsum tulang terjadi reaksi inflamasi, abses periapikal lokal dapat menjadi osteomyelitis2&3
Lesi periapikal dapat saja terlihat luas, namun biasanya lesi bersumber dari daerah apeks gigi. Proses penyakit periapikal dimulai dari proses inflamsi akut ke kronis dan proses akut bergerak lambat ke proses kronis, serta bergantung pada tingkat virulensi mikroorganisme yang menyerang apikal.1
Pada radiograf perubahan awal lesi terlihat dari hilangnya kepadatan tulang, yang biasanya menghasilkan pelebaran ruang ligamen periodontal pada apeks gigi dan kemudian dapat berlanjut dengan area radiolusen dengan diameter yang lebih besar dari sekitar tulang.1Pada awal lesi tidak menunjukan perubahan pada radiograf dan apabila lesi menjadi kronis, menunjukan radiolusen atau sklerotik (radiopak) atau keduanya.1 Lesi inflamasi periapikal dapat menstimulasi resorpsi tulang atau pembentukan tulang. Lamina dura di sekitas apeks gigi biasanya menghilang. Reaksi sklerotik dari tulang biasanya terbatas pada daerah apeks gigi, gambaran radiolusen pada periapeks dapat beratiindikasi adanya lesi abses, granuloma, ataupun kista.1,4
Penelitian Nair menemukan bahwa populasi di brazil terdapat 35% yang didiagnosa sebagai abses periapikal, 50% granuloma dan 15% kista. Penelitian ini
juga menunjukan bahwa prevalansi lesi preriapikal rendah bila dilakukan perawatan saluran akar telah dilakukan.5
Menurut peneliti Raed Mukhaimer prevalensi lesi periapikal secara keseluruhan pada populasi Palestian adalah sebanyak 15.1%. lesi periapikal lebih banyak ditemukan pada maksila yaitu dengan 18.2% dibandingan dengan mandibula yaitu dengan 12.2%.6 Farrokh Farhadi menyimpulkan bahwa prevalensi lesi periapikal lebih ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita, dan peneliti juga menyimpulkan bahwa tidak hubungan signifikan antara jenis kelamin dan lesi periapikal yang terjadi.7
Menurut Gerhad, prevalensi periapikal granuloma berkisar dari 40% ke 94%
manakala kista berkisar dari 6% ke 54,5%. Peneliti menunjukan prevalensi periapikal granuloma lebih tinggi dari kista, karena perbedaan kriteria diagnosis.8 Peneliti Franciso, menyimpulkan bahwa pada populasi California 68% wanita dan 38% laki- laki dengan usia 18-69 terdapat prevalensi lesi periapikal yaitu pada lesi granuloma 62,5%, kista 20% dan abses 17,5% .9
Radiografi sangat penting dan diperlukan pada perawatan endodontik.
Radiografi periapikal paling baik digunakan untuk memperlihatkan radiografi awal dalam perawatan endodontik karena lebih detail struktur anatomi gigi geligi mulai dari mahkota sampai apikal gigi dan jaringan pendukungnya, daerah radiolusen yang menjadi tanda terjadinya peradangan pada apikal gigi dapat diinterpritasi secara jelas.10
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui persentase prevalensi gambaran lesi periapikal pada perawatan endodontik.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat rumusaan masalah sebagai adalah:
Berapakah prevalensi gambaran lesi periapikal pada perawatan endodontik di RSGM FKG USU.
1.3 TujuanPenelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gambaran lesi periapikal sebelum perawatan endodontik di RSGM FKG USU.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi klinis bagi dokter gigi dalam rencana perawatan dan dapat menjadi data awal penelitian selanjutnya di lingkungan FKG. Penelitian ini dapat menjadi bahan edukasi bagi masyarakat sebagai informasi mengenai gigi berlubang yang sudah nekrosis pulpa dapat mengalami infeksi.
2. Manfaat Praktis
a. Informasi ini dapat digunakan dalam membuat rancangan dan pengembangan program kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah lesi periapikal, khususnya lesi periapikal sulit terdeteksi secara klinis namun dapat dilihat dengan bantuan radiografi periapikal.
b. Diharapkan masyarakat dapat memahami bahwa radiografi periapikal dapat membantu mendeteksi lesi periapikal dan rencana perawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nekrosis Pulpa
Nekrosis merupakan akibat dari inflamasi, dapat juga terjadi setelahtrauma yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Penyebab terjadinya nekrosis pulpa disebabkan oleh kerusakan yang membahayakan pulpa seperti bakteri, trauma dan iritasi kimiawi. Radiograf umumnya menunjukan suatu kavitas, suatu jalan terbuka ke saluran, dan suatu penebalan ligamen periodontal. Jaringan pulpa nekrotik, debris selular dan mikroorganisme mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal, atau menunjukan sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal.11
2.2 Lesi Periapikal
Lesi periapikal biasanya disebut dengan peridontitis apikal akut, periodontitis apikal kronis, condensing osteitis, abses apikalis. Gambaran radiolusen disebut rarefying osteitis, sedangkan gambaran radiopak disebut dengan sclerosing osteitis, condensing osteitis dan focal sclerosing osteitis.1 Gambaran radiograf pada periapikal memperhatikan 3 hal yaitu ketebalan, kontinuitas dan radiodensitas. Penyakit periapikal akan dideteksi dalam radiograf dimulai dari kelainan ruang periodontal ligamen (pelebaran ruang), diikuti kelainan lamina dura (garis radiopaknya hilang), baru terjadi resorpsi dan destruksi tulang alveolar.2
Pada awal lesi tidak menunjukan perubahan pada radiografi dan apabila lesi menjadi kronis, menunjukan radiolusen atau sklerotik perubahan (radiopak) atau keduanya. Lesi yang disertai oleh gejala seperti nyeri atau pembengkakan disebut akut (simtomatik), sementara lesi yang disertai dengan gejala ringan atau tidak ada gejala didefinisikan kronik (asimtomatik). Proses penyakit periapikal dimulai dari proses inflamsi akut ke kronis dan proses akut bergerak lambat ke proses kronis, serta bergantung pada tingkat virulensi mikroorganisme yang menyerang apikal. Poliferasi
sel-sel epitel dari rest of malasszes yang berasal dari bakteri membentuk abses dan jika keadaan ini terus dibiarkan, sel-sel epitel akan berpoliferasi dan membentuk perapikal granuloma, granuloma ini akan berkembang menjauhi apeks, maka makin sedikit nutrisi yang didapat sehingga bagian tengah dari granuloma akan mengalami kematian dan menyebabkan kista. 1,11
Tabel 1. Efek proses iflamasi yang berada pada jaringan periapikal dan gambaran radiografi11
Fase Inflamasi Perubahan Inflamasi Gambaran Radiografi Inflamasi Awal
Akut
Eksudat berkumul di ligamenperiodontal bagian apikal disebut periodontitis apikal.
Pelebaran ruang ligamen periodontal kadang tidak terlihat pelebaran.
Penyebaran Inflamasi Awal
Resorpsi dan destruksi pada soket tulang apikal sehingga terbentuk abses periapikal.
Kehilangan gambaran radiopak lamina dura di apikal.
Penyebaran Inflamasi Lanjut
Resorpsi tulang dan destruksi tulang alveolar apikal lanjut.
Gambaran radiolusen di apeks karena kehilangan tulang pada apeks gigi.
Inflamasi Kronis Awal Fase Rendah
Destruksi minimal tulang apikal.
Tidak terlihat perubahan minimal dan hanya terlihat skerotik tulang disekitar apeks gigi atau sclerosing osteitis.
Inflamasi Kronis Fase Lanjut
Tulang apikal diresorpsi kembali dan hancur dan membentuk granuloma atau kista periapikal.
Area radiolusen kehilangan tulang di apeks, dikelilingi oleh tulang sklerotik padat.
Gambar 1. Gambaran radiografi infeksi dan inflamasi pada jaringanapikalA. tidak ada perubahan. B perubahan awal pada apikal- pelebaran ruang ligamen periodontal yang radiolusen (periodontitis apikalis akut). C perubahan
awal pada apikal, hilangnya lamina dura yang radiopak (awal periapikal abses).11
Gambar 2. Gambaran radiografi infeksi dan inflamasi pada jaringan apikal. D inflamasi akut meluas- diffuse, daerah yang tidak jelas dari radiolusen pada apeks (periapikal abses). E inflamsi kronis fase rendah- diffusedaerah radiopak di apeks (sclerosing osteitis). F inflamasi kronis fase lanjutdaerah radiolusen yang dikelilingi tulang sklerotik padat(periapikal granuloma atau kista radikuler)11
2.3 Periodontitis Apikalis
Periodontitis apikalis secara umum dibagi kepada dua yaitu periodontitis apikalis akut dan periodontitis apikal kronis. Periodontitis apikalis akut disebut sebagai periodontitis apikalis simtomatik. Penyebaran pertama dari inflamasi pulpa ke jaringan periradikuler disebut periodontitis apikalis akut (PAA). Penyebab utama terjadi periodontitis apikalis akut adalah disebabkan iritasi yang berdifus dari nekrosis pulpa ke jaringan periapikal seperti bakteri, toksin bakteri, obat disinfektasi, dan debris.12
Periodontitis apikalis akut pada umumnya menimbulkan rasa sakit pada saat mengunyah. Sensitif terhadap perkusi merupakan tanda penting tes diagnostik. Tes palpasi dapat merespon sensitif atau tidak ada respon. Jika periodontitis apikalis merupakan perluasan pulpitis, maka akan memberikan respon terhadap tes vitalitas.
Jika disebabkan oleh nekrosis pulpa maka gigi tidak akan memberikan respon terhadap tes vitalitas.12
Gambaran radiografi terlihat adanya penebalan ligamen periodontal.
Periodontitis apikalis juga terkait dengan eksudasi plasma dan perpindahan sel-sel inflamasi dari pembuluh darah ke jaringan periapikal. Hal ini menyebabkan kerusakan pada ligamen periodontal dan resopsi tulang alveolar.13&14
Periodontitis apikalis kronis merupakan inflamasi yang berjalan tanpa ada gejala. Periodontitis apikalis kronik timbul akibat nekrosis pulpa dan biasanya diawali dengan peridontitis apikalis akut. Tes perkusi memberi respon non sensitif, sedangkan untuk tes palpasi memberikan respon non sensitif. Hal ini menunjukan keterlibatan tulang kortikol dan terjadi perluasan lesi ke jaringan lunak. Lesi periodontitis apikalis kronis diklasifikasikan sebagai granuloma atau kista.12
Secara radiografis periodontitis apikalis kronis menunjukan perubahan gambaran dasar radiolusen periapikal. Perubahan berawal dari penebalan ligamen periodontal dan resorpsi lamina dura kemudian terjadi desturksi tulang periapikal.
Gambaran radiografis pada periodontitis apikalis kronis dapat berupa granuloma atau kista.1&15
2.3.1 Granuloma Periapikal
Merupakan bentuk lebih lanjut dari periodontitis apikal yang ditandai dengan pertumbuhan jaringan granulomatous(jaringan peradang kronis) yang berasal dari pulpa yang mati. Pulpa yang mati disebabkan karies gigi, restorasi yang dalam dan gigi yang mengalami trauma.14 Perkembangan suatu granuloma adalah matinya pulpa,diikuti oleh suatu infeksi ringan atau iritasi jaringan periapikal yang merangsang suatu reaksi selular produktif. Granuloma periapikal mungkin tetap aktif selama jangka waktu yang lama, tapi kesetimbangan dapat terganggu setiap saat disebabkan migrasi dari flora mikroba. Bakteri kemudian dapat bermigrasi dari kanal ke dalam jaringan periapikal dan peradangan kronis menjadi sebagai abses apikalis kronis.13
Pada pemeriksaan radiografik tampak area radiolusen dengan batas jelas pada apeks akar gigi dan terlihat kehilangan lamina dura. Periapikal granuloma memperlihatkan bulatan radiolusen dan dibatasi membran periodontium.15
Gambar 5. Gambaran radiografi granulomaperiapikal14
2.3.2 Kista Periapikal
Kista periapikal merupakan respon peradangan kronis dari jaringan periapeks yang berkembang dari lesi kronis. Kista ini berisi cairan yang dikelilingi dengan jaringan granuloma.16 kista periapikal disebut juga dengan kista radikuler, kista periodontal apikal. Kisa radukuler adalah kista yang berasal dari poliferasi sisa- sisa epitel malassez yang dipicu oleh reaksi inflamasi sebagai bentuk pertahanan tubuh terhadap invasi bakteri.13 kista perapikal berkembang dari granuloma di periapikal yang sudah ada sebelumnya yang mengalami inflamsi kronik di jaringan granulasi apeks dari gigi yang non vital. 15
Pada pemeriksaan radiografi terdapat area radiolusen, kadang-kadang klasifikasi dystrofi mungkin berkembang lama di kista, jarang distribusikan dan partikular radio kapasitas kecil. Gambaran radiograf kista periapikal menunjukan lesi dengan batas kortikol.1
Gambar 6. Gambaran radiografikista periapikal14 2.4 Condensing Osteitis
Condensing osteitis adalah sebuah varian dari periodontitis apikalis kronis (asimtomatik) yang menunjukan adanya peningkatan tulang trabekula sebagai respons terhadap iritasi yang persisten. Penyebaran iritan dari saluran akar ke jaringan periradikuler merupakan penyebab utama condensing osteitis. Lesi ini biasanya ditemukan disekitar apeks gigi posterior mandibula, suatu tanda kemungkinan adanya inflamsi pulpa atau nekrosis. Walaupun begitu, condensing osteitis dapat terjadi di sekitar apeks pada gigi mana pun. Condensing osteitis mungkin asimtomatik atau menimbulkan nyeri.12
Gambaran radiograf terlihat tulang periapikal kelihatan lebih radiopak dari tulang normal dan terdapat pelebaran ligamen periodontal.15
Gambar 7. Gambaran radiografi condensing osteitis14 2.5 Abses Apikalis
Abses apikalis dapat disebabkan metabolik toksik dari pulpa nekrotik yang keluar dari ujung akar yang mendorong terjadi reaksi inflamasi pada ligamen periodontal dan tulang pendukungnya, reaksi inflamsi yang sebagian besar terdiri dari limfosit yang dicampur dengan neutrofil polimonrfonuklear, tergantung pada tingkat keparahan respon, neutrofil dapat terbentuk menjadi nanah dan menghasilkan abses periapikal .11
Abses apikalis ditandai dengan ketidaknyamanan dan nyeri, adanya pembentukan nanah dan pembengkakan. Abses apikalis disertai dengan manifestasisistemik seperti meningkatnya suhu tubuh, malaise, dan leukositas. Tes perkusi abses apikalis akan menghasilkan respon yang sangat sensitive, tes palpasi akan merespon sensiitf. Sedangkan tes vitalitas tidak memeberikan respon.Gambaran
radiografis abses apikalis, terlihat penebalan pada ligamen periodontal dengan lesi pada jaringan periapikal.15
Gambar 8. Gambaran radiografi abses apikalis15 2.6Radiografi Intraoral
Radiografi intaoral adalah suatu teknik pemotretan dengan reseptor diletakkan di dalam mulut pasien.10 Adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya dan pemeriksaan intra oral adalah pokok dari dental radiografi.
Tipe – tipe radiografi intra oral meliputi radiografi periapikal, radiografi bitewing dan oklusal.17
2.6.1 Radiografi Periapikal
Radiografi periapikal menjelaskan teknik intraoral dirancang untuk menunjukan gigi individu dan jaringan di sekitar apeks. Setiap film biasanya menunjukan 2-4 gigi dan memberikan informasi rinci tentang gigi dan tulang alveolar sekitarnya.11 Dosis efektif pemeriksaan rutin gigi pada radiografi periapikal adalah 0,001-0,008 mSv yaitu dosis yang relatif kecil dan tidak berbahaya untuk tubuh. Efek samping yang dapat terjadi dari radiograf periapikal adalah muntah,kekelahan dan kehilangan nafsu makanan. Ukuran film pada radiografi periapikal ada dua tipe, yaitu untuk anak-anak dan dewasa. Ukuran film untuk anak-anak ada dua jenis yaitu ukuran 0 (22 mmx35 mm) dan ukuran 1 (21 mmx40 mm), dan untuk orang dewasa digunakan ukuran 2 (30,5 mmx40,5 mm).15
Indikasi untuk radiografi periapikal yaitu untuk perawatan endodontik melihat adanya infeksi atau inflamasi pada daerah apikal gigi, untuk melihat ada atau
tidaknya kelainan posisi pada gigi yang belum tumbuh, dan untuk evaluasi secara menyeluruh pada kista apikal dan lesi lainya pada tulang alveolar.11
2.6.1.1 Teknik Paralel
Teknik paralel dikenal sebagai extension cone paralleling, right angletechnique, long cone technique, dan true radiograph. Kelebihan teknik parallel merupakan teknik yang ideal karena menggunakan film holder sehingga lebih stabil di dalam mulut.11
Prinsip yang dilakukan pada teknik parallel dilakukan dengan menepatkan film sejajar dengan aksis panjang gigi untuk menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi dengan menggunakan film holder. Setelah film dan aksis panjang gigi sejajar, pusat sinar-x diarahkan tegak lurus dengan gigi dan film. Teknik yang dilakukan dengan benar akan memiliki kelebihan seperti menghasilkan gambar yang jelas sesuai dengan ukuran gigi sesungguhnya, distrosi kecil, mudah untuk diinterpretasi. Tetapi teknik parallel ini memiliki kekurangan seperti sulit meletakkan film holder, terutama pada anak- anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, dan dipengaruhi keterampilan operator dalam pemakaian film holder karena kurang nyaman bagi pasien yang sensitif jika jaringan mukosa pada dasar mulut.18
Pada pengambilan gambar molar mandibula, film ditempatkan pada film holder dengan orentasi horizontal. Molar kedua terletak pada tengah film dengan sinar tegak lurus pada pusat film. Arah titik dating terletak pada bagian bawah sudut mata bagian luar ke daerah tengah mandibula. Kontak antara molar harus terbuka dan daerah distal molar ketiga harus terlihat meskinpun gigi tidak ada. Hati-hati dalam penempatan film karena tepi yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada dasar mulut yang sensitif.1
Teknik paraleling memiliki kelebihan yaitu meghasilkan gambar yang akurat secara geometris dengan sedikit pembesaran, menggambarkan jaringan periapikal secara akurat dengan sedikit pemedekatan atau elongasi, melihat keseluruhan mahkota gigi dapat teramati dengan baik, sehingga karies proksimal dapat terdeteksi, posisi relatif dari film, gigi dan arah sinar tidak dipengaruhi oleh posisi kepala pasien.11
Teknik paraleling memiliki kekurangan, yaitu posisi film untuk pengambilan ronsen foto untuk gigi posterior, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien, sering memicu refleks muntah (gagging), tidak dapat diterapkan pada pasien dengan palatum yang datar atau dangkal, gambaran pada bagian apikal dari akar gigi terkadang muncul sangat dekat dengan tepi film, dan film holder harus terbuat dari bahan yang dapat disterilisasi dan hanya dapat digunakan sekali pakai.1
Gambar 10. Radiografi periapikal teknik parallel11 2.6.1.2 Teknik Bisekting
Teknik bisektris dikenal juga dengan bisecting angle techinique, bisection of the angle technique dan short cone technique. Prinsip pada bisecting technique menggunakan prinsip geometri, film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi, bidang film aksis panjang film tidak diperlukan karena pasien dapat memegang film dengan menggunakan jari.17
Teknik bisektris memiliki kelebihan, yaitu posisi film tidak menggangu kenyamanan pasien, dimanapun regio yang diamati, mudah dan cepat dalam posisi, panjang gigi pada gambar sama dengan panjang gigi sebenarnya bila sudut yang dibentuk benar, sehingga ini cukup adekuat untuk tujuan diagnostik, meskipun tidak ideal.11
Teknik bisektris memiliki kekurangan, yaitu gambar yang dihasilkan dapat mengalami distorsi karena angulasi vertikal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang elogasi maupun memmendek, angulasi horizontal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang overlapping antara mahkota dan akar gigi, akar bukal gigi premolar dan molar maksila terlihat pendek pada gambar.11
Gambar 11. Radiografi periapikalteknik bisektris11 2.6.2 Radiografi Bitewing
Teknik bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi crown, daerah interproksimal dan crest alveolar maksila dan mandibula dalam film yang sama. Selain itu, radiografi oklusal berguna untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini) dan crest alveolar antara 2 gigi. Dosis radiografi bitewing adalah 0,001-0,008mSv.17
2.6.3 Radiografi Oklusal
Teknik oklusal digunakan untuk pemeriksaan di daerah maksila atau mandibula. Radiografi oklusal memiliki tujuan yang berguna untuk melihat lokasi akar gigi, lokasi supernumerary, gigi yang tidak erupsi, gigi yang impaksi, untuk melihat keadaan salivary stone di kelenjar submandibular, untuk mengevaluasi perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan di mandibular atau di maksila, untuk mengevaluasi basis sinus maksilaris, pemeriksaan cleft palate, dan mengukur perubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. Prinsip radiografi oklusal yaitu film diletakkan di dalam mulut antara permukaan oklusal maksila dan mandibula. Film tersebut distabilkan dengan menggigit permukaan film tersebut.
Dosis pada radiografi oklusal adalah 0,008mSv.17
2.7 Kerangka Teori
Lesi Periapikal
Radiografi Intra Oral
Periodontitis Apikalis Akut
Condensing Osteitis Periodontitis
Apikalis Kronis
• Granuloma
• Kista
Kista Abses
Radiografi Periapikal Nekrosis pulpa
2.8 Kerangka Konsep
Lesi Periapikal
Periodontitis Apikalis Akut
Condensing Osteitis Radiografi Periapikal
Abses Periodontitis Apikalis
Kronis
• Granuloma
• Kista
Nekrosis Pulpa
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui prevalensi gambaran lesi periapikal sebelum perawatan endodontik di RSGM FKG USU.
Deskriptif adalah penelitian yang merupakan gambaran objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Fungsi deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di instalasi konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara karena pasien yang menderita nekrosis pulpa umumnya dirujuk ke instalasi konservasi. Pengambilan foto radiografi periapikal untuk penelitian dilakukan di Instalasi Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi Dan Mulut yang berada di Sumatera Utara karena merupakan satu-satunya rumah sakit pendidikan di Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu seluruh radiografi periapikal pasien yang datang ke Instalasi Konservasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG USU yang telah didiagnosa nekrosis pulpa oleh mahasiswa kepaniteran klinik yang telah disetujui dokter Konservasi.
3.3.2 Sampel
Sample penelitian adalah radiografi periapikal pasien data sekunder yang memiliki lesi periapikal yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
Metodepengumpulan sample menggunakan accidental sampling.
1. Kriteria inklusi
a. Pasien umur 30-40 yang di diagnosa nekrosis pulpa.
b. Memiliki lesi periapikal.
c. Yang belum melakukan perawatan.
2. Kriteria eksklusi
a. Apeks akar yang fraktur.
b. Gigi yang sudah dilakukan perawatan endodontik.
c. Gigi yang sudah resorpsi akar 3. Besar sampel
Besar sampel yang ditentukan menggunakan rumus:
𝑛𝑛 =𝑍𝑍𝛼𝛼2 𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝑑𝑑2 Keterangan :
n = Besar sample
Z𝛼𝛼 = deviasi baku alfa = 1,96
P = proporsi penelitian sebelumnya = 0,59 = 5,9%
Q = 1- P= 1-0,59 = 0,41
D = absolute precision = 16% = 0,16 Sehingga,
n
=
(1,96)2 . 0,59 .0,41 (0,16)2 n = 0,92930,0256
16
n = 26 ≈ 30
3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 VariabelPenelitian
Prevalensi gambaran lesi periapikal pada pasien yang melakukan perawatan endodontik di RSGM FKG USU.
3.4.2 Definisi Operasional Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Cara
Pengukuran
Hasil
Pengukuran
Skala Ukur
Abses Abses dengan
gambaran
radiolusen diffuse, disertai hilangnya ligamen periodontal di lamina dura, dan adanya penebalan ligamen periodontal
Pemeriksaan Radiografi Periapikal
1. Ya 2. Tidak
Ordinal
Granuloma Granuloma dengan gambaran
radiolusen bulat di apikal lesi
Pemeriksaan Radiografi Periapikal
1. Ya 2. Tidak
Ordinal
Kista
Kista dengan gambaran radiolusen bulat berbatas jelas dan radiopak pada apikal gigi,yan disertai hilangnya ligamen periodontal di lamina dura
Pemeriksaan Radiografi Periapikal
1. Ya 2. Tidak
Ordinal
Condensing osteitis
Condensing osteitis dengan gambaran radiolusen di apeks berbatas jelas dan radiopak
Pemeriksaan Radiografi Periapikal
1. Ya 2. Tidak
Ordinal
3.5 Alat Penelitian Alat
Alat – alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Laptop merek Asus
2. Kamera digital 3. Viewer Box 4. Alat tulis
3.6 Prosedur Penelitian
1. Menyeleksi sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi pada pasien yang sudah didiagnosa dan akan melakukan perawatan endodontik.
2. Menyeleksi gambaran radiografi periapikal pasien (data sekunder)yang dapat diinterpritasi untuk dilihat lesi periapikalnya
3. Melakukan reproduksi radiograf periapikal sampel untuk disimpan dalam bentuk digital.
4. Melakukan evaluasi radiografi untuk melihat lesi periapikal apakah abses, granuloma atau kista di atas viewer box.
5. Mencatat data untuk dihitung prevalensinya.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data
1. Identifying, yaitu mengenal pasti hasil penelitian yang telah diperoleh 2. Entry data, yaitu kegiatan memasukkan data dalam komputer untuk dilakukan analisa dengan uji statistik deskriptif dengan menyajikan data dalam bentuk frekuensi dan presentase
3. Tabulating, yaitu proses menghintung setiap variabel berdasarkan kategori yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian.
3.7.2 Analisis Data
Untuk melihat analisis dari hasil radiograf tersebut, maka dilakukan analisis dengan uji statistik deskriptif.
3.8 Etika Penelitian 3.8.1 Informed Consent
Penelitian meminta izin dan menjelaskan tujuan dari penelitian kepada pasien Instalasi Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang termasuk kriteria inklusi untuk meminta agar berpartisipasi dalam penelitian. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian.
3.8.2 Ethical Clearence
Penelitian ini mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Sumatera Utara (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat 822/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2016.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mengenai prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal sebelum perawatan endodontik di RSGM USU. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 hingga Januari 2017. Prosedur penelitian ini melihat lesi periapikal pada gambaran radiografi periapikal dengan bantuan viewer box. Sampel penelitian adalah radiografi periapikal pasien data sekunder yang memiliki lesi periapikal yang sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 sampel.
4.1 Prevalensi Karakteristik Sampel dari Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian laki-laki mengalami lesi periapikal dengan prevalensi 56.7%.
Tabel 1. Prevalensi Karakteristik Sampel Penelitian
Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 17 56.07.00
Perempuan 13 43.03.00
4.2 Prevalensi Rahang yang Terkena Lesi Periapikal
Berdasarkan hasil penelitian maksila terdapat lesi periapikal dengan prevalensi 80%.
Tabel 2. Prevalensi Rahang Gigi yang Terkena Lesi Periapikal
Jenis Rahang Gigi Jumlah Persentase (%)
Maksila 23 76.7
Mandibula 7 33.3
Karakteristik Sampel Penelitian Jenis Kelamin
4.3 Prevalensi Gambaran Radiografi Lesi Periapikal Dilihat Melalui Gambaran Radiografi Periapikal di RSGM USU
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 20 lesi periapikal abses dengan prevalensi 64.5%.
Tabel 3. Prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal malalui gambaran radiografi periapikal di RSGM USU.
Kasus Kelainan Periapikal
Jumlah Persentase%
Abses 20 66.7
Granuloma 10 33.3
Kista - -
Condensing Osteitis - -
4.4 Prevalensi Elemen Gigi yang Terkena Lesi Periapikal
Elemen gigi yang paling banyak terdapat lesi periapikal adalah elemen gigi 11 dan 21 dengan persentase 25.8%.
Tabel 4. Prevalensi Elemen Gigi yang Terkena Lesi Periapikal.
Elemen Gigi yang Terkena Lesi
Periapikal Jumlah Presentase%
12 1 40.00.00
11 7 23.3%
42 1 3.2%
21 8 25.8%
47 1 3.2%
22 1 43.3%
46 1 3.2%
36 1 3.2%
41 2 6.5%
24 1 3.2%
12 4 12.9%
13 1 3.2%
Total 31 100.00.00
21
4.5Gambaran Radiografi Lesi Periapikal
A. Lesi periapikal abses kelihatan radiolusen diffuse dengan batas yang tidak jelas pada apeks gigi 46. B. Lesi periapikal granuloma kelihatan tampak radiolusen dengan batas tepi yang kadang terlihat jelas pada gigi 21.
(Dokumentasi pribadi)
A B
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil radiografi periapikal pasien data sekunderyang memiliki lesi periapikal di Instalasi Konservasi RSGM USU dengan 30 sampel. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat jenis lesi periapikal yang terdapat pada setiap elemen gigi. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh prevalensi lesi periapikal lebih banyak pada laki-laki dibandingan perempuan yaitu 17 laki (56.7%) dan 13 perempuan (43.3%). Gbadebo (2014) mengatakan prevalensi lesi periapikal banyak ditemukan pada laki dibandingkan perempuan yaitu laki sebanyak 35%. 18 Layya Safi (2008) juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam terjadinya lesi periapikal antara dua jenis kelamin.19
Pada tabel 2 terlihat bahwa prevalensi lesi periapikal lebih banyak ditemukan pada rahang atas yaitu sebanyak 76.6%. Hal ini sejalan dengan Ao Akinyamaju (2014) yang menemukan bahwa prevalensi lesi periapikal lebih banyak pada rahang atas dengan 56.9%.20 Hal ini mungkin disebabkan trauma dan karies gigi yang lebih rentan terjadi pada rahang atas yang dapat menyebabkan nekrosis pulpa yang dapat berlanjut sehingga menimbulkan lesi.21 Salah satu yang menyebabkan karies lebih banyak ditemukan pada maksila karena self-cleansing pada mandibular lebih banyak dibandingkan maksila.22
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 lesi periapikal yang paling banyak dijumpai adalah abses dengan prevalensi 66,7%. Vier dkk di Brazil menunjukan prevalensi lesi periapikal abses pada penelitian yang paling banyak dijumpai yaitu sebanyak 63.7%.23 Umumnya abses periapikal dapat disebabkan metabolik toksik dari pulpa nekrotik yang keluar dari ujung akar yang mendorong terjadi reaksi inflamasi pada ligamen periodontal dan tulang pendukungnya. Efek inflamasi tersebut mengelilingi tulang cancelleous, menstimulasi pembentukan tulang, menghasilkan pola sklerotik dan resorpsi tulang sehingga terlihat gambaran radiolusen.11 Ruang
ligamen periodontal pada lesi akan melebar disekeliling apikal akar dan terjadi kehilangan lamina dura di apikal.15Debora (2003) mengatakan bahwa pada radiografi lesi periapikal abses, kelihatan ruang ligamen periodontal dalam batas normal dan kelihatan sedikit menebal ke radilolusen periapikal yang besar.24
Pada tabel 3 terlihat hanya 12 elemen gigi yang terkena lesi periapikal dan masing-masing gigi memiliki lesi periapikal yang berbeda yang diinterpritasi melalui radiografis.Elemen-elemen gigi yang terkena lesi periapikal merupakan gigi 12, 11, 42, 21, 47, 22, 46, 36, 41, 24, 12 dan 13.Frekuansi gigi yang terdapat lesi periapikal yang paling tinggi adalah gigi 11 dan 21. Hasil penelitian ini sesuai dengan peneliti Gbadebo,yang mengatakan lesi periapikal lebih banyak ditemukan pada insisivus atas maksila yaitu dengan prevalensi 68.4%.Prevalensi lesi periapikal lebih ditemukan pada insisivus disebabkan karena kebanyakan yang terlibat dalam trauma domestik atau kecelakan lalu lintas, olaraga dan lain-lain.18 Ramanpreet et al mengatakan bahwakebanyakan lesi terjadi pada gigi anterior rahang atas ditimbulkan oleh trauma morphologi dan lokasinya posisi gigi di rahang atas menyebabkan fraktur hingga pulpa terbuka dan merupakan gigi permanen yang tumbuh awal sehingga dapat terjadi kerusakan lebih dahulu dibandingkan dengan gigi lain. Gigi anterior rahang atas memiliki kamar pulpa yang dekat dengan permukaan luar gigi sehingga apabila terdapat karies akan lebih cepat mencapai pulpa dan berlanjut ke area apikal dan ini yang mengakibatkan terjadi nekrosis pulpa lebih cepat pada anterior dibandingkan gigi posterior.21
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Prevalensi lesi periapikal yang diperoleh pada penelitian ini paling banyak adalah abses yaitu sebesar 64.5% dan diikuti granuloma 32.3% dan kista sebanyak 3.2%.
6.2 Saran
1. Dibutuhkan penelitian yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar di Instalasi Konservasi dan dibandingkan dengan histopatologi agar diperoleh hasil yang akurat.
2. Perlu memberikan edukasi pada pasien yang datang ke Instalasi Konservasi bahwa harus dilakukan pemeriksaan radiografik untuk melihat ada tidak lesi sebelum melakukan perawatan untuk mendapatkan perawatan yang lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. White SC, Pharoah MJ, Oral radiology principle and interpretation. 6th ed. St Louis: 2009: 309-45.
2. Sabarina D, Anne R. Frequensi dan distrubusi lesi periapikal berdasarkan elemn gigi, lokasi, kelainan, jenis kelamin dan ukuran lesi. Dept Oral Maxillofacial Surgery. Sept 2007 ; 12(8): 585.
3. Sood N, Maheshwari N, Gothi Rajat. Treatment of large periapical cyst like lesion: a noninvasive approach: a report of two cases. Int J Clinical Ped Dent.
May –Augustus 2015; 8(2):133.
4. Venugopal P, Kumar a, Jyothi KN. Successful healing od periapical lesion with non surgical endodontic approach. J Dent Sci Res 2011; 2:1.
5. Estrela C, Leles CR, Hollanda AC, Moura MS, Pecora JD. Prevalence and risk factor of apical periodontitis in endodontically treated teeth in a selected population of Brazilian adults. Braz Dent J. 2008; 19(1): 37.
6. Mukhaimer R, Hussein E, Orafi I. Prevalence of apical periodontitis and quality of root canal treatment in an adult Palestinian sub- population. Saudi Dent J.
2012; 24: 150-153.
7. Farhadi F, Sina SM, Zarandi A. Using Periapical radiography to differentiate periapical granuloma and radicular cysts. Avicenna J Dent Res. June 2015; 8(2):3.
8. Block RM, Bushella, Rodrigues H, Langeland K. A histopathologic, histobacteriologic and radiographic study of periapical endodontic surgical specimens. Oral Surg. 1976. 678.
9. Enriquez FJJ, Vieyra JP, Ocampo FP. Relationship between clinal and histopathologic findings of 40 periapical lesion. Open Acess J. 2015; 5(2): 1.
10. Sitam PD. Radiografi periapikal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012. 6-10.
11. Whaites E. Essentials of dental radiography and radiology. 4th ed. London:
Churchill Livingstone Elsevier; 2003. 75-100.
26
12. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip & praktik ilmu endodonsia 3th ed.
Sumawinata N. Jakarta: Buku Kedoktoran EGC; 2003. 31-53.
13. Chandra S, Gopikrishna V. Grossman’s endodontic practice. 13th ed. India:
Wolter Kluwer ; 2014: 112-143.
14. Abbot PV. Classification, diagnosis and clinical manifestations of apical periodontitis. Endodontic Topics: Blackwell Munksguard. Australia. 2004; 8: 36- 48.
15. Ingle JI. Pdo endodontics. Hamilton: Bc decker; 2005.9-30.
16. Taringan R, Taringan G. Perawatan pulpa gigi. 3 ed. Jakarta: Buku Kedoktoran EGC; 2012. 3-40.
17. Boel T. Dental radiografi prinsip dan teknik. Medan: Usu Press; 2009. 20.
18. Gbadebo SO, Akinyamoju AO, Sulaiman AO. Periapical Pathology: Comparison Of Clinical Diagnosis And Histopatological Findings. J West African Col Surg.
July-September 2014; 4(3): 81-83.
19. Safi L, Azar RM, Akbary R. A twenty- year survey f pathologic reports of two common types of chronic periapical lesion on Shiraz Dental School. JODD.
22/04/2008; 2:63.
20. Akinyamoju AO, Gbadebo SO, Adeyemi BF. Periapical lesion of the jaw: a review of 104 cases in Ibadan. Ann Ibadan Post Med. Desember; 12(2): 115.
21. Mappangara S, Tajrin A, Fatmawati. Kista radikuler dan kista dentigerous. Kis rad. 2007; 1-2: 3.
22. Baqar A, Mirza D, Ahmed S, Hakeem S. Pattern of missing teeth in patients seen in prosthodontic department in a teaching hospital Karachi. Pakistan oral & Dent J. June 2014; 34(2): 368.
23. Vier FV, Figueiredo JAP. Prevalence of different periapical lesions associated with human teeth and their correlation with the presence and extension of apical external root resorption. Int Endo J. 2002; 35: 710.
24. Matthews DC, Sutherlands S, Basrani B. Emergency management of acute apical abscess in the permanent dentition: a systematic review of the literature. J Can Dent Assoc. November 2003; 69(10): 660.
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Saudara.
Perkenalkan, nama saya Priashini Raghawan. Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang malakukan penelitian di instalansi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM FKG USU dengan judul “Prevalensi Gambaran Radiografi Lesi Periapikal Sebelum Perawatan Endodontik di RSGM FKG USU”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapakah persentase gambaran lesi periapikal pada penderita yang gigi mengalami infeksi pada akar yang melakukan perawatan di RSGM. Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi klinis bagi dokter gigi dalam rencana perawatan, dapat menjadi data awal penelitian selanjutnya di lingunkungan FKG, dan dapat menjadi bahan edukasi bagi masyarakat sebagai informasi mengenai gigi berlubang yang mengalami infeksi dapat dilihat menggunakan radiografi periapikal. Penelitian ini bermanfaat bagi saudara karena saudara dapat mengetahui bahwa gigi yang belubang sudah mengalami infeksi dan harus segera dilakukan perawatan. Saudara akan dilakukan pemeriksan rosen foto periapikal di Instalasi Radiologi Kedoktoran Gigi RSGM FKG USU. Penelitian ini menggunakan radiografi periapikal dengan dosis radiasi yang kecil yaitu 0,001-0,008 mSv. Pengambilan radiografi periapikal di lakukan di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM FKG USU dengan waktu kira-kira 5 menit dan pengambilan radiografi periapikal dilakukan pada pasien yang mengalami kematian pulpa dan jumlah subjek peneliti adalah sebanyak 30 orang. Dosis radiasi sangat kecil sehingga tidak akan menimbulkan efek negatif terhadap saudara.Jika terdapat efek samping seperti muntah, kelelahan atau kehilangan nafsu makanan yang diduga berhubungan dengan penelitian ini, saya akan berhenti pengambilan ronsen foto dan saudara tidak akan dipaksakan, saudara akan dibawa ke rumah sakit untuk berobat dan diberikan obat, dan saya akan membiayai biaya pengobatannya. Setiap data yang ada dalam
penelitian ini akan dirahsiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian.Partisipasi Ibu/Bapak di penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan.
Pada penelitian ini Saudara tidak dikenakan biaya apapun dan mendapat souvenir sebagai ucapan terima kasih dan apabila saudara membutuhkan penjelasan atau mengalami keluhan berhubungan dengan penelitian ini, maka dapat menhubungi saya:Priashini (081394343764). Alamat Jl. Dr. Mansyur Jl Pembangunan No110
Jika saudara bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan kepada saya sebagai peneliti. Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitiaan ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung.
Mudah-mudahan keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Medan, Desember 2016
Priashini Raghawan
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang keuntungan, risiko dan hak-hak saya sebagai sujek penelitian yang berjudul:
“Prevalensi Gambaran Radiografi Lesi periapikal Sebelum Perawatan Endodontik Di RSGM FKG USU”
maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...
Alamat : ...
No. Telepon/HP : ...
dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian tersebut diatas. Saya berhak mengundurkan diri dari penelitian apabila saya merasa dirugikan.
Medan, ...2016
Menyetujui, Subjek Penelitian
(...)
Lampiran 3
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No Kegiatan
Waktu Penelitian April
2015
Maret 2015
Juni 2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Revisi Proposal 4 Pengurusan Surat Izin 5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan dan Analisis Data 7 Penyusunan Laporan
No. Kegiatan
WaktuPenelitian
Agustus 2016 Srptember 2016 Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1. Penyusunan Proposal 2. Seminar Poposal 3. Revisi Proposal 4. Pengurusan Surat Izin 5. Pengumpulan data 6. PengolahandanAnalisis
Data
7. PenyusunanLaporan
No. Kegiatan
WaktuPenelitian
Januari 2017 Februari 2016 Maret 2017 April 2017 Mei 2017
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1. Penyusunan Proposal 2. Seminar Poposal 3. Revisi Proposal 4. Pengurusan Surat Izin 5. Pengumpulan data 6. PengolahandanAnalisis
Data
7. PenyusunanLaporan
No Kegiatan
Waktu Penelitian juni
2017
juli 2017
Augustus 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Revisi Proposal 4 Pengurusan Surat Izin 5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan dan Analisis Data 7 Penyusunan Laporan
Lampiran 4
RINCIAN BIAYA PENELITIAN
PREVALENSI GAMBARANRADIOGRAFI LESI PERIAPIKAL SEBELUM PERAWATAN ENDODONTIK DI RSGM FKG USU
Besar biaya yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebesar empat juta enam ratus tujuh puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut:
Alat-alat : Rp 250.000,00
Biaya penjilitan dan penggandaan laporan : Rp 250.000,00
Biaya Transportasi : Rp 200.000,00
Biaya sovenior : Rp 400.000,00
+
Jumlah : Rp 900.000,00
Biaya penelitian ditanggung sendiri oleh peneliti.
Lampiran 5 Frequency table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 17 56.7 56.7 56.7
Perempuan 13 43.3 43.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 19.00 3 10.0 10.0 10.0
20.00 4 13.3 13.3 23.3
21.00 1 3.3 3.3 26.7
22.00 3 10.0 10.0 36.7
23.00 1 3.3 3.3 40.0
24.00 1 3.3 3.3 43.3
25.00 2 6.7 6.7 50.0
26.00 1 3.3 3.3 53.3
27.00 2 6.7 6.7 60.0
28.00 1 3.3 3.3 63.3
30.00 1 3.3 3.3 66.7
31.00 1 3.3 3.3 70.0
32.00 1 3.3 3.3 73.3
42.00 1 3.3 3.3 76.7
43.00 1 3.3 3.3 80.0
44.00 1 3.3 3.3 83.3
47.00 1 3.3 3.3 86.7
48.00 2 6.7 6.7 93.3
49.00 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Elemen Gigi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Gigi 11 7 23.3 23.3 23.3
Gigi 11 dan Gigi 12
1 3.3 3.3 26.7
Gigi 12 4 13.3 13.3 40.0
Gigi 12 dan Gigi 22
1 3.3 3.3 43.3
Gigi 14 1 3.3 3.3 46.7
Gigi 21 8 26.7 26.7 73.3
Gigi 22 1 3.3 3.3 76.7
Gigi 31 1 3.3 3.3 80.0
Gigi 36 1 3.3 3.3 83.3
Gigi 41 2 6.7 6.7 90.0
Gigi 42 1 3.3 3.3 93.3
Gigi 46 1 3.3 3.3 96.7
Gigi 47 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lesi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Abses 20 66.7 66.7 66.7
Granuloma 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Jenis Rahang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid mandibular 7 23.3 23.3 23.3
maxillar 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 15-25 Tahun 15 50.0 50.0 50.0
26-35 Tahun 7 23.3 23.3 73.3
16-45 Tahun 3 10.0 10.0 83.3
>45 Tahun 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lampiran 6
Curriculum vitae
Riwayat Peneliti
Nama : Priashini Raghawan
Tempat dan Tanggal Lahir : Malaysia,13 april 1993 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Anak ke : 6 (enam) dari 6 (enam) bersaudara
Alamat : No110, Jalan Pembangunan Dr.mansyur kost pondok asri .
No. Telp : 087748759486
Alamat e-mail : riya11@gmail.com
Riwayat Pendidikan
2001-2006 : Sekolah kebangsaan Methodist
2007-2009 : Sekolah Menengah Bandar Damai Perdana
2010-2011 : Geomatika college
2012- sekarang : Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara