KARAKTERISTIK PERAIRAN DATAR DITINJAU DARI ASPEK GEOLOGI
KELOMPOK :
1. DIAN RIZKI (K4317019)
2. JONANDA FATTAH (K43170)
LIMNOLOGI
Lymno (danau) dan logos (ilmu)
Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua yaitu lotik dan lentik. Lotik
adalah perairan berarus, co : sungai. Lentik adalah perairan tidak
berarus, co : danau,
SUNGAI
Proses Terbentuknya Sungai
Terbentuknya sungai dimulai dari air yang berada di permukaan darat mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Disini perlu diketahui bahwa air adalah komponen utama penyusun sebuah sungai. Proses mengalirnya ini membentuk sebuah pola aliran sungai yang cukup panjang. Aliran ini mengikis daerah-daerah yang dilalui. Pengikisan daerah ini membuat saluran yang dilewati semakin lebar dan panjang sehingga akan membentuk sebuah sungai.
Sungai terdiri atas beberapa bagian penting. Bagian pertama adalah mata air. Mata air ini biasanya terletak di daerah hulu sungai atau daerah pegunungan. Aliran air di hulu sungai ini biasanya lebih deras dibandingkan dengan aliran sungai di hilir sungai.
Air yang berasal dari mata air akan bergerak dan mengalir menuju ke anak sungai.
Anak-anak sungai ini akan bergabung menjadi satu yang biasa disebut dengan sungai utama. Sedangkan penghujung sungai yang bertemu dengan laut biasa dikenal dengan nama muara sungai. Berikut ini adalah beberapa jenis sungai tertentu yang ada di
dunia.
SUNGAI
Berdasarkan morfologinya sistem sungai dikelompokan menjadi 4 tipe sungai, yaitu :
Sungai Lurus (Straight) umumnya berada pada daerah bertopografi terjal mempunyai energi aliran kuat atau deras. Energi yang kuat ini berdampak pada intensitas erosi vertikal yang tinggi, jauh lebih besar
dibandingkan erosi mendatarnya. Kondisi seperti itu membuat sungai jenis ini mempunyai kemampuan pengendapan sedimen kecil.
Sungai Kekelok (meandering) adalah sungai yang alirannya berkelok-kelok atau berbelok-belok. Pada
sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga pengendapan sedimen kuat. Erosi horisontalnya lebih besar dibandingkan erosi vertikal, perbedaan ini semakin besar pada waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran sungai sering berpindah tempat secara mendatar
Sungai Teranyam (braided) umumnya terdapat pada daerah datar dengan energi arus alirannya lemah dan batuan di sekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan debit air dan pengendapan sedimen tinggi. Daerah yang rata menyebabkan aliran dengan mudah belok karena adanya benda yang merintangi aliran sungai utama.
Sungai Anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabang-cabang, dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu kembali pada titik dan kemudian bersatu kembali pada titik yang lain membentuk satu aliran. Energi alir sungai tipe ini rendah. Ada perbedaan yang jelas antara sungai teranyam dan sungai anastomosing. Pada sungai teranyam, aliran sungai menyebar dan kemudian bersatu kembali menyatu masih dalam lembah sungai tersebut yang lebar
SUNGAI
Berdasarkan arah aliran airnya
Sungai konsekuen, yaitu sungai yang arah alirannya sesuai dengan kemiringan struktur geologisnya.
Sungai subsekuen, yaitu sungai yang arah aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekuen.
Sungai obsekuen, yaitu sungai yang arah aliran airnya berlawanan dengan sungai konsekuen dan menuju sungai subsekuen.
Sungai resekuen, yaitu sungai yang aliran airnya sesuai dengan sungai konsekuen dan menuju sungai subsekuen.
Sungai insekuen, yaitu sungai yang arah alirannya tidak teratur
SUNGAI
Berdasarkan struktur geologinya
Sungai antiseden, yaitu sungai yang mampu mempertahankan alirannya, meskipun terjadi pengangkatan secara perlahan.
Sungai reverse, yaitu sungai yang tidak mampu mengimbangi pengangkatan sehingga terjadi perubahan arah aliran.
Sungai superposed, yaitu sungai yang mengalir pada suatu daratan
paneplain sehingga struktur batuan di dataran tersebut tersingkap
SUNGAI
Pola aliran sungai adalah bentuk keseluruhan dari sistem jaringan sungai beserta cabang-cabangnya pada suatu daerah aliran. Pola
aliran setiap sungai berlainan, perbedaan itu ditentukan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1) Kemiringan semula dari aliran tersebut.
2) Perbedaan kekerasan batuan.
3) Struktur batuan.
4) Gaya-gaya tekntonik yang terjadi.
5) Sejarah geologi dan morfologi daerah aliran.
SUNGAI
Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh pada pola aliran maka kita dapat mengenal beberapa pola aliran sungai, yaitu:
Pola Dendritis
Pola densritis yaitu suatu pola aliran sungai,
dimana cabang-cabang (anak sungai) bermuara pada aliran utama (induk) dengan sudut yang tidak teratur.
Jadi yang bermuara pada aliran utama (induk) dengan sudut lancip, tumpul, maupun siku-siku. Biasanya
pola ini terdapat pada daerah batuan sedimen atau batuan beku.
SUNGAI
Pola Pinate
Pola pinate adalah bentuk khusus dari pola dendritis yang mempunyai ciri yaitu anak sungainya hampir sejajar dengan induk sungai dan bermuara
pada induk sungai dengan sudut lancip.
Sudut lancip tersebut menunjukkan kecuraman lereng yang besar.
Pola Trellis
Pola trellis yaitu sungai-sungai yang memperlihatkan letak paralel menurut
strike. Anak-anak sungainya yang sekunder bergabung secara tegak pada sngai-sungai yang paralel tadi. Biasanya pola sungai
semacam ini terdapat di daerah berstruktur lipatan.
SUNGAI
Pola Barbed
Pola barbed biasanya terdapat pada daerah aliran hulu dan daerah alirannya tidak begitu luas. Pada pola ini cabang- cabang sungai bergabung dengan
sungai utama dengan sudut yang
meruncing ke arah hulu. Biasanya pola ini terbentuk sebagai akibat
pembajakan sungai (arus). Bentuknya seperti sungut atau gunting terbuka
Pola Rectanguler
Pola rectanguler yaitu suatu pola dimana sungai induk dengan anak-anaknya
membelok dengan membentuk sudut 90°
(siku). Hal ini dipengaruhi oleh sistem retakan atau patahan.
SUNGAI
Pola Deranged
Pola deranged yaitu suatu pola
aliran sungai yang tidak beraturan. Pola ini biasanya terdapat di danau atau
rawa. Sungainya mengalir keluar masuk rawa atau danau. Anak-anak sungainya pendek-pendek
Pola Memusat (Centrepetal)
Pola memusat yaitu suatu pola aliran sungai yang terdapat pada daerah depresi atau cekungan kawah. Aliran-aliran sungai mengalir dari lereng menuju cekungan
SUNGAI
Pola Radial
Pola radial yaitu suatu pola aliran sungai yang tersebar dari suatu
puncak, seperti kubah, gunung api dll.
Pola Sejajar
Pola sejajar yaitu suatu pola aliran sungai dimana aliran-aliran sungainya hampir sejajar. Pola aliran ini biasanya terdapat pada lereng-lereng yang sangat curam.
SUNGAI
Pola Anular (Melingkar)
Pola anular yaitu suatu pola aliran sungai yang terdapat pada daerah dengan struktur kubah yang sudah
sampai pada peringkat dewasa. Pola ini menyerupai cincin.
Pola Teranyam (Braided)
Pola braided terbentuk sebagai akibat aliran sungai yang terbagi karena adanya gangguan pada aliran (arus) sungai seperti pengendapan ditengah sungai atau sungai tersebut tiba-tiba melalui suatu daerah yang terangkat dan lain-lain
SUNGAI
Jenis-Jenis Sungai Berdasarkan Debit Airnya
Maksud dari jenis atau klasifikasi sungai berdasarkan debit airnya disini adalah bahwa sungai dibagi atas dasar kontiunitas kuantitas air dalam tubuh sebuah sungai. Setidaknya ada 3 jenis sungai berdasarkan debit airnya seperti pada penjelasan di bawah ini.
1. Sungai Permanen
Jenis-jenis sungai berdasarkan debit airnya yang pertama adalah sungai permanen.
Sungai permanen adalah sebuah sungai yang memiliki debit air cenderung tetap selama
sepanjang tahun. Meskipun musim berubah, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan debit airnya tidak berubah banyak. Beberapa contoh sungai permanen adalah Sungai Musi, Sungai Mahakam, dan Sungai Kapuas.
SUNGAI
2. Sungai Periodik
Berbeda dengan sungai permanen, sungai periodik ini mengalami perbuahan debit air.
Pada saat musim hujan biasanya debit air menjadi lebih tinggi. Begitu pula sebaliknya, pada saat musim kemarau debit air menjadi lebih sedikit. Sungai jenis ini banyak ditemukan di Pulau Jawa sebagai akibat karena banyaknya DAS sungai di Pulau Jawa yang dijadikan area pertanian. Contoh sungai periodik adalah Sungai Bengawan Solo dan Sungai Ponorogo.
3. Sungai Episodik
Sungai episodik hampir mirip dengan sungai periodik. Sungai episodik juga mengalami perubahan debit air. Yang berbeda adalah sungai ini akan sangat kering jika musim kemarau telah tiba. Sungai ini biasa ditemukan di daerah dengan musim kemarau lebih panjang
dibandingkan musim penghujannya. Contoh sungai episodik adalah Sungai Kalada di daerah Sumbawa.
SUNGAI
Berdasarkan sumber airnya, setidaknya ada 3 jenis sungai, seperti pada penjelasan dibawah ini.
1. Sungai Hujan
Sungai hujan adalah sungai yang airnya bersumber dari air hujan. Air hujan ini bisa secara langsung atau secara tidak langsung mengisi sungai. Dikatakan secara langsung apabila sungai tersebut mendapat sumber air dari curah hujan yang langsung jatuh mengalir di permukaan bumi. Air hujan yang jatuh ini akan masuk kedalam aliran sungai.
Sedangkan dikatakan secara tidak langsung apabila air hujan tersebut mengalami
proses penyerapan oleh tanah. Air yang diserap oleh tanah tadi akan muncul kembali sebagai mata air pada permukaan yang lebih rendah. Sungai hujan ini menjadi sungai pendominasi di Indonesia.
SUNGAI
2. Sungai Gletser
Jenis-jenis sungai berdasarkan sumber air yang kedua adalah sungai gletser. Sungai ini hanya bisa ditemukan di daerah yang memiliki musim salju. Hal ini karena sungai gletser merupakan sungai yang mendapatkan pasokan air dari cairan lapisan es. Lapisan es ini akan bergerak karena dorongan gaya beratnya menuruni pegunungan dan membentuk sebuah aliran sungai.
3. Sungai Campuran
Sungai campuran ini menggabungkan pembentukan kedua jenis sungai sebelumnya. Sungai ini mendapatkan pasokan air dari dua sumber yaitu lapisan gletser yang mencair dan air hujan yang turun. Sungai campuran biasa
ditemukan pada daerah lintang sedang. Hal ini karena pada daerah ini memiliki pegunungan yang ditutupi oleh lapisan es.
Lapisan es pada akhirnya bisa mencair dan membentuk sungai. Namun, daerah disekitar aliran sungai juga
memiliki presipitasi yang tinggi sehingga air hujan juga memberikan sumbangan air untuk sungai. Sungai campuran ini bisa ditemukan di Indonesia, contohnya Sungai Memberamo di Papua adalah sungai yang mendapat aliran es dari
Puncak Jayawijaya dan air hujan pada saat musim penghujan tiba.
DANAU
Danau menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah genangan air yang sangat luas yang dikelilingi daratan
Air danau dapat berasal dari mata air yang ada di tempat tersebut, dari sungai, maupun dari air hujan yang terkumpul.
DANAU
Berdasarkan kejadiannya atau proses terciptanya
Danau tektonik
Danau tektonik merupakan danau yang tercipta karena penurunan atau pemerosotan
permukaan tanah sehingga menjadi cekung. Cekungan yang tercipta ini akan terisi oleh air hujan, mata air, maupun air sungai sehingga menjadi danau. Contoh danau tektonik di
Indonesia adalah danau singkarak di Sumatera yang terkenal sebagai penghasil ikan bilih.
DANAU
Danau vulkanik
Danau vulkanik adalah danau yang tercipta karena aktivitas letusan gunung berapi. Letusan gunung ini akan mengakibatkan munculnya cekungan di puncak gunung atau di lereng gunung. Cekungan inilah yang selanjutnya akan terisi oleh air dan menjadi danau. Contoh danau vulkanik adalah danau kelimutu di Flores.
Danau tektonik vulkanik
Danau tektonik vulkanik adalah danau yang tercipta karena aktivitas penurunan permukaan tanah dan letusan gunung berapi. Cekungan yang muncul ini akhirnya akan terisi air dan menjadi danau. Contoh danau tektonik vulkanik adalah danau Toba di Sumatera.
Danau karst
Danau karst adalah danau yang muncul di daerah batuan kapur akibat proses larutnya batu kapur oleh air hujan. Danau yang terbantuk di batuan kapur umumnya tidak luas sehingga disebut lokva.
Contohnya adalah lokva Bendogede di Yogyakarta.
DANAU
Danau glasial
Danau glasial adalah danau yang tercipta karena aktivitas gletser atau bukit-bukit es yang besar. Bukit-bukit es tersebut akan mencair dan mengisi daerah cekungan di sekitarnya menjadi danau. Danau ini muncul di daerah-daerah yang memiliki suhu yang sangat dingin seperti Eropa Utara, Kanada, dan Rusia. Contoh danau glasial adalah danau Ontario di
Kanada.
Danau buatan
Danau buatan atau bendungan atau waduk adalah danau yang tercipta karena aktivitas manusia yang menginginkan adanya danau di suatu tempat. Waduk biasa dibuat untuk membantu aktivitas irigasi atau sebagai sumber untuk pembangkit listrik tenaga air.
Contohnya adalah waduk Wadaslintang di Wonosobo Jateng.
Dilihat dari Produksi Materi Organik Danau Oligotropik
Jenis danau pertama berdasarkan produksi materi organiknya adalah danau Oligotropik. Danau Oligotropik merupakan danau yang kekurangan makanan atau nutrient. Hal ini karena fitoplankton di daerah limnestik di danau tersebut tidak produktif. Danau Oligotropik ini merupakan danau yang mempunyai ciri khas tertentu.
Ciri- ciri danau Oligotropik ini antara lain sebagai berikut:
Mempunyai air yang sangat jernih. Danau Oligotropik ini merupakan danua yang memiliki air sangat jerih. Jernihnya air danau ini melebihi air yang berada di danau lainnya.
Merupakan danu yang dihuni sedikit sekali mikroorganisme. Danau Oligotropik merupakan danau yang dihuni oleh jumlah sedikit mikroorganisme. Hal ini karena danau ini mempunyai mikroorganisme yang tidak produktif, sehingga mikroorganisme yang berada di danau inipun juga sedikit jumlahnya.
Terdapat banyak oksigen di dalam air. Ciri khas dari danau Oligotropik ini adalah kaya akan kandungan oksigen yang banyak. Kandungan oksigen yang berada di dalam air ini terdapat dari mulai atas hingga ke dasar air. Oksigen yang terdapat di air danau ini juga tersedia dalam jangka waktu yang lama, yakni sepanjang tahun.
Danau Eutropik
Jenis danau yang kedua berdasarkan produksi materi organiknya adalah danau eutropik. Danau eutropik ini merupakan danau yang dangkal (tidak terlalu dalam) dan kaya kandungan makanan atau nutrient. Hal ini
karena fitoplankton yang berada di danau ini sangat produktif. Seperti halnya danu Oligotropik, danau eutropik ini juga mempunyai ciri khusus, antara lain:
Mempunyai air yang keruh. Air danau ini merupakan air yang keruh. Bila dibandingkan dengan iar di danau lain, air danau eutropik ini terlihat lebih keruh.
Merupakan tempat tinggalnya bermacam- macam organisme. Danau eutropik ini merupakan tempat tinggal dari bermacam- macam mikroorganisme. Hal ini karena fitoplanktin yang ada di danau ini bersifat sangat produktif, sehingga banyak menghasilkan makanan. Dan inilah salah satu hal yang menyebabkan danau ini menjadi tempat tinggal bermacam- macam mikroorganisme.
Terdapat oksigen di daerah profundal. Tidak seperti danau oligotropik yang sangat kaya akan oksigen dari atas hingga ke dasar danau, danau eitropik ini merupakan danau yang hanya mempunyai oksigen di daerah
profundal. Daerah profundal ini merupakan daerah dalam, yakni afotik atau tidak tertembus cahaya matahari.
Danau Hipertobi
Jenis danau terakhir menurut kandungan materi organiknya adalah danau hipertobi. Danau hipertobi merupakan danau yang memiliki kandungan nutrient yang berlebihan. Oleh karena danau ini memiliki kandungan nutrient yang sangat tinggi, maka air yang ada di danau ini terlihat sangat keruh.
Itulah beberapa macam jenis danau jika dilihat dari produksi materi organiknya. Dari beberapa jenis danau yang disebutkan, ternyata ada beberapa danau tersebut yang saling berhubungan. Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau
eutropik karena diakibatkan adanya materi- materi organik yang masuk dan mengendap. Perubahan ini dapat berlangsung cepat karena dibantu dengan aktivitas manusia. Beberapa aktivitas manusia yang dapat memperlancar proses ini antara lain sisa- sisa pupuk buatan pertanian dan juga timbunan sampah kota.
Bahan- bahan tersebut akan memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan juga fosfor. Hal seperti ini akan menyebabkan terjadinya peledakan populasi ganggang atau blooming. Peledakan populasi ganggang ini akan
menyebabkan produksi detritus yang berlebihan yang pada akhirnya akan menyebabkan habisnya supplai oksigen di danau tersebut. Akibatnya air danau akan didominasi oleh fitoplankton yang bersifat tidak ramah bagi lingkungan. Eutrofikasi akan merangsang pertumbuhan tanaman air lainnya, baik yang berada atau hidup di tepian (misal enceng gondok), maupun yang ada di dalam badan air (misal hydrilla). Maka dari itu jika kita mengamai rawa- rawa tau danau yang mengalamai eutrofikasi maka di tepian danau tersebut ditumbuhi subur oleh tanaman- tanaman air tersebut.
Bagian atau Daerah di Danau Daerah Litoral
Daerah litoral merupakan daerah di danau yang dangkal. Di daerah ini, cahaya matahari bisa tembus dengan optimal. Di daerah ini, air yang ada terasa hangat karena letaknya berdekatan dengan tepi. Di daerah ini pula ada tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaa air. Organisme yang hidup di daerah ini sangatlah beragam, seperti ganggang, bermaca,-
macam siput dan remis, serangga, ikan, amfibi, reptil air dan semi air, dan beberapa jenis mamalia yang mencari makan di air danau.
Daerah Limnetik
Daerah limnetik merupakan daerah di danau yang berada jauh dari tepi, namun masih dapat ditembus oleh sinar matahari. Daerah limnetik ini merupakan daerah yang dihuni oleh berbagai macam fitoplankton dan juga zooplankton. Fitoplankton yang hidup di daerah ini meliputi ganggang dan sianobakteri. Apabila tiba musim panas atau musim semi, ganggang ini akan berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan yang tinggi, sehingga pertumbuhan ganggang ini akan berlangsung sangat cepat.
Selain fitoplankton yang hidup di daerah ini ada juga zooplankton yang hidup di daerah ini. Zooplankton yang hidup di daerah ini sebagian besar dari jenis Rotifera dan udang- udangan kecil yang memangsa fitoplankton. Kemudian zooplankton dinamakan oleh ikan- ikan kecil, ikan kecil kemudian dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan yang besar dimangsa oleh ular, kura-kura, dan juga burung pemakan ikan.
Daerah Profundal
Daerah profundal merupakan daerah di danau yang dalam, yakni daerah afotik danau. Daerah afotik danau ini merupakan daerah yang tidak dapat ditembus oleh sinar matahari. Daerah profundal ini merupakan daerah yang dihuni oleh mikroba, mikroorganisme, dan juga cacing. Mikroba dan juga
organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yag jatuh di daerah limnetik.
Daerah Bentik
Daerah bentik merupakan daerah yang terakhir di danau adalah daerah bentik. Daerah bentik ini
merupakan daerah yang yang berada di dasar danau. Daerah bentik juga merupakan daerah terdapatnya bentos dan sisa- sisa organisme yang telah mati.
Itulah beberapa daerah yang ada di danau. Setaip daerah tersebut mempunyai karakteristiknya masing- masing dan juga dihuni oleh berbagai makhluk hidup (termasuk mikroorganisme, zooplankton, dan
fitoplankton) yang berbeda- beda.
PERBEDAAN SUNGAI DAN DANAU
SUNGAI DANAU
Memiliki aliran air Tidak memiliki aliran air Permukaan air relative lebih
sempit
Permukaan air relative lebih luas Memiliki kedalaman relative
lebih dangkal
Memiliki kedalaman relative lebih dalam
Memiliki daerah hulu dan hilir Tidak memiliki daerah hulu dan hilir
Memiliki kadar salinitas yang rendah
Memiliki kadar salinitas yang terkadang hamper seperti laut (laut mati)