• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULETIN VETERINER UDAYANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BULETIN VETERINER UDAYANA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 10 No.1 Pebruari 2018 p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712 Online pada: http//ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet Terbit mulai 1 Pebruari 2009

p-ISSN: 2085-2495, e-ISSN: 2477-2712

BULETIN VETERINER UDAYANA

➢ Identifikasi Bakteri Asam Laktat Isolat 18a Secara Fenotipik

➢ Efektivitas Partisi Air Buah Pare Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Tikus

➢ Gambaran Histopatologi Limpa Tikus Putih yang Diberi Deksametason dan Vitamin E

➢ Isolasi Klebsiella Sp. pada Sapi Bali

➢ Efektivitas Vitamin E dan Deksametason pada Otak Tikus Putih

➢ Bakteri Coliform Dan Non Coliform yang Diisolasi dari Saluran Pernapasan Sapi Bali

➢ Bakteri Coliform pada Sapi Bali Menurut Tingkat Kedewasaan dan Lokasi Peternakan

➢ Daun Kelor Memperbaiki Histopatologi Hati Tikus Putih Diabetes Melitus

➢ Prevalensi Dermatitis Ulseratif pada Tukik Lekang

➢ Kadar Logam Berat Pb dan Histopatologi Limpa Sapi Bali

➢ Prevalensi pan Intensitas Infeksi Trypanosoma Evansi pada Kuda di Desa Kabaru

➢ Perbandingan Agranulosit Bibit Sapi Bali pada Berbagai Umur di Nusa Penida

➢ Diferensial Granulosit Sapi Bali di Dataran Tinggi dan Rendah di Nusa Penida

➢ Alanin Aminotransferase dan Aspartat Aminotransferase Sapi Bali Terinfeksi Fasciola

➢ Variabel Komponen Utama pada Morfometrik Sapi Putih Taro

Infusa Daun Salam Mempertahankan Kualitas dan Daya Tahan Daging Sapi Bali

DITERBITKAN OLEH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

VOL 10 NO. 1 PEBRUARI 2018

(2)

Publikasi Ilmiah Ini Diterbitkan

Dua Kali Setahun Setiap Bulan Pebruari dan Agustus Yang Bekerjasama Antara

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI)

Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)

Cabang Bali

(3)

Burung Jalak Bali atau di sebut juga Leucopsar rothschildi adalah sejenis burung asli Bali yang dilindungi oleh Undang-undang. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu- abuan.

Susunan Redaksi:

Penanggung Jawab: Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Ketua Redaksi: Ni Ketut Suwiti. Redaktur: I Nengah Kerta Besung, Kadek Karang Agustina, I Wayan Nico Fajar Gunawan. Penyunting/editor: Luh Gde Sri Surya Heryani, Luh Made Sudimartini, I Gusti Ayu Agung Suartini, I Nyoman Suartha, Ni Nyoman Werdi Susari, Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi, I Gusti Made Krisna Erawan, I Wayan Bebas, I Made Kardena, I Made Merdana, Luh Eka Setiasih.

Design Grafis: I Wayan Sudira, Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, Ida Bagus Oka Winaya, Putu Henrywaesa Sudipa. Sekretariat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Jl. PB Sudirman Denpasar Telp. (0361) 223791. Email:buletinvet@gmail.com. Web:

http//www.ojs.unud.ac.id/index,php/buletinvet.

Naskah yang dikirim ke redaksi Buletin Veteriner Udayana tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan atau sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana

BULETIN VETERINER UDAYANA

(4)

Prof. Dr. drh. Fedik Abdul Rantam, DVM Imunologi Molekuler dan Seluler. Lab. Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Prof. Dr. Ir. I Gst Nyoman Gde Bidura, MS

Bioteknologi Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Ir. Dahlanuddin, M.Rur.Sc., Ph.D

Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak/Herbivora Fakultas Peternakan Universitas Mataram

drh. Made Sriasih, M. Agr. Sc., Ph.D

Lab. Biotechnology and Immunology Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.

Dr. Drh. Tyas Rini Saraswati,M,Kes

Lab. Ilmu Faal dan Kasiat Obat Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro

Ir. I Nengah Sujaya , M.Agr.Sc Ph.D

Intestinal Microbiology, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, S.Ked., SpMK, Ph.D

Medicine, Dentistry, and Pharmaceutical. Bag. Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Univesitas Udayana

Prof. Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika Lab. Virologi Veteriner Universitas Udayana

Dr. Drh I Wayan Suardana, MSi

Dairy Sciences Lab. Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

MITRA BESTARI BULETIN VETERINER UDAYANA

(5)

Buletin Veteriner Udayana

Terbit sejak: 1 Pebruari 2009 Naskah asli

Original article

Identifikasi Bakteri Asam Laktat Isolat 18A Secara Fenotipik

(LACTIC ACID BACTERIA ISOLATE 18A PHENOTYPIC IDENTIFICATION)

I Wayan Suardana, Hendro Sukoco, Nyoman Semadi Antara ... 1 Efektivitas Partisi Air Buah Pare Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik

Eksperimental Tikus Putih Jantan

(EFFECTIVENESS OF PARTITION WATER BITTER MELON AGAINST DECREASE IN BLOOD SUGAR EXPERIMENTAL DIABETIC MALE RATS

Dwi Widananta Yogi Indra Yudha, Nyoman Suartha, Luh Made Sudimartini ... 10 Gambaran Histopatologi Limpa Tikus Putih yang Diberi Deksametason dan Vitamin E (HISTOPATHOLOGICAL OF WHITE RATS SPLEEN THAT GIVEN DEXAMETHASONE AND VITAMIN E)

Elsa Hidayati, I Ketut Berata, Samsuri, I Made Merdana ... 18 Isolasi Klebsiella Sp. Pada Sapi Bali Berdasarkan Tingkat Kedewasaan Dan Lokasi

pemeliharaan Serta Pola Kepekaan Terhadap Antibakteri

(ISOLATION KLEBSIELLA Sp. AT BALI CATTLE BASED ON LEVEL OF MATURITY AND BREEDING LOCATION AND THE PATTERN OF SENSITIVITY AGAINST

ANTIBACTERIAL)

Nyoman Anandiya Ramaditya, Ketut Tono PG, I Gusti Ketut Suarjana,

I Nengah Kerta Besung ... 26 Efektivitas Vitamin E dan Deksametason pada Otak Tikus Putih

(THE EFFECT OF VITAMIN E AND DEXAMETASONE ON THE WHITE RATS BRAIN) Afrizal Choirul Umam, I Ketut Berata, Samsuri, I Wayan Sudira,

I Made Merdana ... 33 Bakteri Coliform dan Non Coliform yang Diisolasi dari Saluran Pernapasan Sapi Bali (COLIFORM AND NON COLIFORM BACTERIA THAT ISOLATED FROM

RESPIRATORY TRACT OF BALI CATTLE)

Putu Putri Wiliantari, I Nengah Kerta Besung, Ketut Tono PG ... 40 Jumlah Bakteri Coliform Pada Sapi Bali Menurut Tingkat Kedewasaan Dan Lokasi

Peternakan Di Nusa Penida

(NUMBER OF COLIFORM BACTERIA IN BALI CATTLE BASED ON MATURITY LEVEL AND LOCATION OF FARMS IN NUSA PENIDA)

Bianca Violanda Junus, I Nengah Kerta Besung, I Gusti Ketut Suarjana,

Ni Ketut Suwiti ... 45 Daun Kelor Memperbaiki Histopatologi Hati Tikus Putih Yang Mengalami Diabetes

Melitus

(MORINGA LEAVES IMPROVE HYSTOPATOLOGY WHITE RATS HEPAR EXPERIENCED DIABETIC)

Ida Ayu Adhistania Pidada, Ni Luh Eka Setiasih, Ida Bagus Oka Winaya... 50 DAFTAR ISI

(6)

Prevalensi Dermatitis Ulseratif pada Tukik Lekang yang Dipelihara di Turtle Conservation and Education Centre Serangan

(PREVALENCE OF ULCERATIVE DERMATITIS IN OLIVE RIDLEY HATCHLINGS REARED AT TURTLE CONSERVATION AND EDUCATION CENTRE SERANGAN)

Annabella Ruth Wijaya, Ida Bagus Windia Adnyana, I Made Kardena...57 Kadar Logam Berat Pb dan Histopatologi Limpa Sapi Bali yang Dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir Suwung Denpasar

(LEVELS OF HEAVY METALS PB AND HISTHOPATHOLOGY OF SPLEEN OF THE BALI CATTLE MAINTAINED IN SUWUNG DENPASARFINAL DISPOSAL SITE)

Wahyu Semadi Putra, I Ketut Berata, I Made Kardena...64 Prevalensidan Intensitas Infeksi Trypanosoma Evansipada Kudadi Desa Kabaru,

Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur

(PREVALENCE AND INTENSITY OF TRYPANOSOMA EVANSI INFECTION IN HORSE at THE KABARU VILLAGE, SUBDISTRICT RINDI, EAST SUMBA REGENCY)

Mersy Rambu Maramba Ndiha, Ida Ayu PastiApsari, I Made Dwinata...70 Agranulosit Bibit Sapi Bali pada Berbagai Umur di Nusa Penida

(AGRANULOSIT OF BALI CATTLE ON VARIOUS AGE IN NUSA PENIDA)

Franky Lunggi Hali Remi Andung, Ni Ketut Suwiti, Anak Agung Sagung Kendran...76 Diferensial Granulosit Sapi Bali di Dataran Tinggi dan Rendah di Nusa Penida

(GRANULOCYTES DIFFERENTIAL OF BALI CATTLE IN THE DIFFERENT HIGHER AT NUSA PENIDA)

Ni Made Riska Adnyani, Ni Ketut Suwiti, Ni Luh Eka Setiasih...81 AktivitasAlanin AminotransferasedanAspartat AminotransferaseSapi Bali Terinfeksi Fasciola Gigantica

(ACTIVITY OF ALANIN AMINOTRANSFERASE AND ASPARTATE AMINOTRANSFERASE OF BALI CATTLE INFECTED BY FASCIOLA GIGANTICA)

Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, Ida Bagus Dimas Kusumadarma, Ida Bagus Komang Ardana, Made Suma Anthara, I Wayan Nico Fajar Gunawan, Luh Made Sudimartini, Kadek Karang Agustina...87 Variabel Komponen Utama pada Morfometrik Sapi Putih Taro Berdasarkan

Pengukuran Badan

(PRINCIPALS COMPONENTS VARIABLES OF TARO WHITE CATTLE MORPHOMETRICS BASED ON BODY MEASUREMENT)

Luh Gde Sri Surya Heryani, Ni Nyoman Werdi Susari, I Wayan Nico Fajar Gunawan...93 Infusa Daun Salam Mempertahankan Kualitas dan Daya Tahan Daging Sapi Bali

(BAY LEAVES INFUSE MAINTAIN THE QUALITY AND DURABILITY OF BALI BEEF)

I Ketut Suada, Dimas Indra Dwi Purnama,Kadek Karang Agustina...100

MITRA BESTARI TAMU

(7)

Dr. Sagung Chandra Yowani, S.Si., Apt., M.Si

Lab. Mikrobiologi Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.

Dr. dra. Tyas Rini Saraswati, M.Kes

Lab. Ilmu Faal dan Khasiat Obat Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Diponegoro.

Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc., Ph.D.

Lab. Ekofisiologi Hewan Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.

Dr. drh. I Nyoman Suartha, MSi.

Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Prof. Dr. drh. Gusti Ayu Yuniati Kencana, MP.

Lab. Virologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr. drh I Nengah Kerta Besung, MSi

Lab. Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr.drh. I Gusti Ayu Agung Suartini, MSi.

Lab. Biokimia, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr. drh. I Gusti Made Krisna Erawan, MSi.

Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Kadek Karang Agustina, MP.

Lab. Kesmavet, Fakutas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Made Sudimartini, MP

Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Wayan Nico Fajar, M.Si

Lab. Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dra. Ni Made Pharmawati, MSc. PhD.

Lab. Bioteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Dr. drh. Maxs U E Sanam.

Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Cendana.

Prof. Dr. drh. Pudji Astuti

Lab. Fisiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada.

Prof. Dr.drh. I Nyoman Suarsana, MSi.

Lab. Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Prof. Dr. drh Ni Ketut Suwiti, MKes,

Lab. Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr.drh. Michael Haryadi, MP.

Lab. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Drh. Ni Luh Putu Agustini, MP.

Lab. Bioteknologi Balai Besar Veteriner Denpasar.

Drh. Ni Made Restiati, Mphil.

Klinisi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Bali Dr.drh. AETH Wahyuni, MSi.

Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Drh. Siti Komariah

Klinisi Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia

(8)

Buletin Veteriner Udayana

Vol. 10 No.1 Tahun 2018

Analisis Komponen Utama 93 Antioksidan 18

ALT 87 AST 87

Bakteri Asam Laktat 1 Bakteri Coliform 40 Dataran Tinggi 26, 40 Dataran Rendah 26, 40 Deksametason 18, 33 Deplesi 64

Dermatitis Ulseratif 57 Desa Kabaru 70 Diabetes Mellitus 50 Diabetik 10

Diferensial Granulosit 81 Eksperimental 10

Ekstrak Daun Kelor 50 Ekstrak Pare 10 Fasciola gigantica 87 Feses 45

Histopatologi Hati 50 Indeks Kondisi Tubuh 57 Intensitas 70

Isolat 18A 1

Jumlah Bakteri Coliform 45 Kerusakan Otak 33

Kit API 50 CH 1

Klebsiella Sp. 26 Kuda 70

Leukosit 76 Limfosit 76 Limpa 18, 64 Logam Berat Pb 64 Monosit 76

Morfometrik 93 Nekrosis 18 Non Coliform 40 Nusa Penida 45 Otak 33

Partisi Air 10 Pola Kepekaan 26 Prevalensi 57, 70 Proliferasi 64

Sapi Bali 26, 40, 45, 64, 76, 81, 87

Sapi Putih Taro 93 Streptozotocin 10 T. Evansi 70 Tipe Dataran 81 Tukik Lekang 57 Uji Konvensional 1 Umur 40

Vitamin E 18, 33 INDEKS SUBJEK

(9)

Buletin Veteriner Udayana

Vol. 10 No.1 Tahun 2018

AdnyanaIBW 57 AdnyaniNMR 81 AgustinaKK 87, 100 AndungFLHR 76 Antara NS 1 AntharaMS 87 Apsari IAP 70 ArdanaIBK 87

Berata IK 18,33, 45, 64 BesungINK 26, 40, 45 DharmayudhaAAGO 87 DwinataIM 70

GunawanIWNF 87,93 HeryaniLGSS 93 Hidayati E 18 Junus BV 45 KardenaIM 57, 64 KendranAAS 76 KusumadarmaIBD 87 Merdana IM 18,33 NdihaMRM 70

Pidada IAA 50 Purnama DID 100 Putra WS 64 Ramaditya NA 26 Samsuri 18,33 Setiasih NLE 50, 81 Suada IK 100 Suardana IW 1 Suarjana IGK 26, 45 Suartha N 10

Sudimartini LM 10, 87 Sudira IW 33

Sukoco H 1 Susari NNW 93 Suwiti NK 45, 76, 81 Tono KPG 26, 40 Umam AC 33 Wijaya AR 57 Wiliantari PP 40 Winaya IBO 50 Yudha DWYI 10

INDEKS PENULIS

(10)

1. Ketentuan Umum

a. BuletinVeteriner Udayana memuat tulisan ilmiah dalam bidang Kedoteran Hewan dan Peternakan, berupa hasil penelitian, artikel ulas balik (review).

b. Naskah/makalah harus orisinal dan belum pernah diterbitkan. Apabila diterima untuk dimuat dalam Buletin Veteriner Udayana, maka tidak boleh diterbitkan dalam majalah atau media yang lain.

2. Naskah ilmiah dicetak dengan kertas ukuran A4. Naskah diketik dengan spasi menggunakan program olah kata word for windows, huruf Times New Roman ukuran huruf 12.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut urutan sebagai berikut: Judul, Identitas penulis, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan terimakasih dan Daftar Pustaka.

Upayakan dicetak hitam putih, dan keseluruhan naskah tidak lebih tidak kurang dari 10- 15 halaman.

a. Judul: Singkat dan jelas.

b. Identitas penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila penulis lebih dari seorang, dengan alamat, instansi yang berbeda, maka di belakang setiap nama diberi indeks atas angka arab. Alamat penulis ditulis di bawah nama penulis mencakup laboratorium, lembaga, dan alamat lengkap dengan nomer telepon/faksimili dan Email. Indeks tambahan diberikan pada penulis yang dapat diajak berkorespondensi (corresponding author).

c. Abstrak: Ditulis dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan bahasa Inggris bila naskah dalam bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Abstrak dilengkapi kata kunci (keywords) yang diurut berdasarkan kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa mencoba merinci setiap bagiannya. Hindari menggunakan singkatan.

d. Pendahuluan: Memuat tentang ruang lingkup, latar belakang tujuan dan manfaat penelitian. Bagian ini hendaknya memberikan latar belakang agar pembaca dapat memahami dan menilai hasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan dengan topik. Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukung pembahasan.

e. Metode Penelitian: Hendaknya diuraikan secara rinci dan jelas mengenai bahan yang digunakan dan cara kerja yang dilaksanakan, termasuk metode statistika. Cara kerja yang disampaikan hendaknya memuat informasi yang memadai sehingga memungkinkan penelitian dapat diulang dengan berhasil.

f. Hasil dan Pembahasan: Disajikan secara bersama dan membahas dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tertulis di dalam naskah, tabel, atau gambar. Kurangi penggunaan grafik jika hal tersebut dapat dijelaskan naskah. Batasi pemakaian foto, sajikan foto yang jelas menggambarkan hasil yang diperoleh. Gambar dan tabel harus diberi nomor dan dikutip dalam naskah. Pembahasan yang disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan sebelumnya. Hindari mengulang pernyataan yang telah disampaikan pada metode, hasil dan informasi lain yang telah disajikan pada pendahuluan.

KETENTUAN UNTUK PENULISAN NASKAH

(11)

g. Simpulan dan Saran: Disajikan secara terpisah dari hasil dan pembahasan.

h. Ucapan Terimakasih: Dapat disajikan bila dipandang perlu. Ditujukan kepada yang mendanai penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada Lembaga maupun perseorangan yang telah membantu penelitian atau proses penulisan.

i. DaftarPustaka: Ditulis mengikuti pola Vancouver Style. Disusun secara alfabetis menurut nama dan tahun terbit. Singkatan majalah/jurnal berdasarkan tata cara yang dapat dipakai oleh masing-masing jurnal. Proporsi daftar pustaka jurnal/majalah ilmiah sedikitnya 60%, dan teks book 40%. Contoh penulisan daftar pustaka:

Jurnal/majalah

Cowle SM, Horae S, Mosselman S, Parker MG. 1997. Estrogen receptor alpha and beta for heterodimeson DNA. J Biol Chem, 272(1):158-162.

Buku

Gordon I. 1997. Controlled reproduction in sheep and goats. Controlled reproductionin farm animal series. 2nd Ed. Cab. Internationa. Ireland

Bab dalam Buku

Lukert PD, Saif YM. 1997. Infectious bursal disease. In: Diesease of Pultry. 10th Ed.

Calnek BW, Barness HJ, Beard CW, McDaugrad LR, Saif YM. (eds). Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. Pp. 721-738.

Prosiding

Muzzarelli R. 1990. Chitin and chitosan: Unique cationic polysaccharides, In:

Proceeding Sympotium Towards a Carbohydrate Based Chemistry. Ames, France, 23-26 Oct. 1989. Pp. 199-231.

Disertasi/Tesis

Said S. 2003.Studies on Fertilization of rat soocytes by intra cytoplasmic sperm injection. (Disertation). Okayama: Okayama University.

Website

Gorman C. 1997. The new Hongkong Flue. http://www.pathfinder.com/time/

magazine/1997/dom/971229/heatlh.thenewhong_html

4. Pengiriman naskah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (printout) sebanyak dua eksemplar dan satu softcopy kepada:

Redaksi BuletinVeteriner Udayana

Alamat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar

Telp. (0361) 223791; Fax. (0361) 223791 Email:buletinvet@gmail.com/bulvet@unud.ac.id

5. Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalah tanpa perbaikan, memuat naskah/makalah dengan perbaikan, menolak naskah/makalah.

Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat untuk keperluan itu.

6. Setiap naskah yang dikirim ke redaksi untuk dipublikasikan dalam Buletin Veteriner Udayana akan dipandang sebagai karya asli penulis dan bila diterima, naskah tersebut tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan ataupun sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana.

(12)

Alamat Redaksi Fakultas Kedokteran Hewan Jl. PB Sudirman Denpasar, Telp (0361)223791

BULETIN VETERINER UDAYANA

(13)

70

Prevalensi Dan Intensitas Infeksi Trypanosoma Evansi Pada Kuda Di Desa Kabaru, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur

(PREVALENCE AND INTENSITY OF TRYPANOSOMA EVANSI INFECTION IN HORSE at THE KABARU VILLAGE, SUBDISTRICT RINDI, EAST SUMBA REGENCY)

Mersy Rambu Maramba Ndiha1, Ida Ayu Pasti Apsari2, I Made Dwinata2

1PraktisiDokter Hewandi Sumba, 2Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jalan PB. Sudirman Denasar, Bali

Email: rambumn@gmail.com ABSTRAK

Penyakit Surra merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi.

Kejadian trypanosomiasis dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu kondisi geografis, keberadaan vektor, cara pemeliharaan dan kondisi fisologis hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan intensitas infeksi T. evansi pada kuda di Desa Kabaru, Kecamatan Rindi. Sampel yang digunakan berupa darah dari 100 ekor kuda yang diambil dari Desa Kabaru. Pengambilan darah dilakukan melalui vena jugularis dan dibuat preparat ulas darah tipis yang diwarnai dengan Giemsa 10%. Preparat ulas darah yang telah diwarnai diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui ada tidaknya infeksi T. evansi dan intensitasnya dihitung jumlah rata-rata T. evansi per 10 (sepuluh) lapang pandang. Hasil penelitian didapatkan 8% sampel terinfeksi T. evansidengan intensitas infeksi 13-71 parasitrata-rata sebesar 34.5 ± 22.7. Prevalensi infeksi berdasarkan jenis kelamin didapatkan pada kuda jantan sebesar 12% dan betina sebesar 6.7%. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan prevalensi infeksi T. evansi.

Kata kunci: prevalensi; intensitas; T. evansi; kuda; Desa Kabaru.

ABSTRACT

Surra is a parasitic disease caused by Trypanosoma evansi. The incidence of trypanosomiasis was influenced by geographical conditions, management system, vector, and host. The aim of this research is to determine the prevalence and intensity of T. evansi infection in horse in Kabaru village, subdistrict Rindi. The sample used was blood from 100 horses taken from Kabaru Village. Blood collected was done through a jugular vein and a thin blood smear were made then stained with Giemsa 10%. Preparations of blood smear were examined under microscope to determine the T.

evansi infection and intensity were calculated on average number of T. evansi in 100 red blood cells.

The result showed that 8% of blood sample infected by T. evansi with the infection intensity of 13-71 parasites with an average number of 34.5 ± 22.7. The prevalence of sex-based infections was found in males at 12% and females at 6.7%. There was no significant difference in prevalence of T.

evansiinfection between male and female horse.

Keywords: prevalence; intensity; T. evansi; horse; Kabaru village.

PENDAHULUAN

Peternakan merupakan sektor penting dalam menunjang perekonomian di Kabupaten Sumba Timur. Kuda merupakan salah satu ternak yang banyak diternakkan oleh masyarakat Sumba Timur selain sapi, dan kerbau. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur, pada tahun 2015 populasi kuda di Kabupaten Sumba Timur sebanyak 32.355 ekor. Ternak kuda merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Kabupaten Sumba

Timur. Disamping memiliki nilai sosial budaya, ternak kuda juga mempunyai nilai sumber satu

ekonomis sebagai salah

pendapatan masyarakat peternak yang memberikan kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur, 2015).

dapat berkurang Timur

PAD Sumba

apabila ada wabah penyakit yang menyerang ternak seperti penyakit Surra yang menyebar luas di beberapa kecamatan di Kabupaten Sumba Timur.

(14)

71 Surra merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh T. evansi dan ditularkan secara mekanis oleh vektor lalat penghisap darah, yaitu lalat dari genus Tabanus, tetapi Stomoxys, Haematopota dan Lyperosia juga dapat menularkan protozoa ini. Parasit ini dapat ditemukan dalam plasma darah dan cairan limfe penderita (Coen, 2011).Surra merupakan penyakit yang serius pada kuda dan unta di Afrika dan Asia, menyebabkan turunnya produktivitas, kematian dan kerugian anatomi (Tehseen, 2016).Surra merupakan salah satu penyakit parasit darah yang penting dan secara sporadik menyebar di beberapa wilayah Indonesia, baik pada area tropis maupun subtropics (Lehane, 2005). Kuda dan unta termasuk hewan yang paling peka terhadap infeksi T.

evansi yang dapat menyebabkan mortalitas tinggi. Sapi dan babi dapat menderita penyakit ini, tetapi tanda klinis yang muncul kurang parah dibandingkan unta dan kuda (Desquesnes et al., 2013; Eyob dan Matios, 2013). Sedangkan domba, kambing, dan rusa memiliki kerentanan yang rendah terhadap infeksi T. evansi (Metanawey-El et al., 2009). Sapi dan kerbau dapat bertindak sebagai reservoir.

Kerbau menunjukkan parasitemia lebih lama dan lebih tinggi daripada sapi sehingga kerbau diduga merupakan sumber penularan yang potensial bagi ternak sapi maupun kuda (Mastra, 2011).

Prevalensi T. evansi paling tinggi dilaporkan pada kuda berkisar 73%

dibanding kerbau dan sapi di Brazil (Harrera et al., 2004). Total sebanyak 101 sampel darah diambil dari peternakan sapi perah di India menunjukkan prevalensi infeksi T. evansi berdasarkan pemeriksaan ulas darah 6.9% sedangkan dengan deteksi PCR mencapai 46.5% (Bal, 2014). Laha dan Sasmal (2008) menemukan prevalensi sebesar 12.74% pada kuda di bagian timur India.Penelitian yang dilakukan di pulau Sumbawa menemukan prevalensi T. evansi pada sapi, kerbau, dan kuda masing- masing sebesar 15.45%, 26.13%, dan 13,43% (Mastra, 2011). Manifestasi klinis

surra pada hewan bervariasi, infeksi bisa berlangsung akut, subklinis dan kronis.

Desquesnes (2004) menyatakan bahwa tanda klinis yang muncul dipengaruhi oleh intensitas infeksi T. evansi yang berkembang di sirkulasi darah. Intensitas infeksi T. evansi sangat tergantung pada kekebalan tubuh dan kondisi fisiologis dari hospes.

Data terakhir Dinas Peternakan Sumba Timur menyebutkan bahwa penularan penyakit surra di Kabupaten Sumba Timur mulai ditemukan sejak bulan Agustus 2010 yang menyerang ternak kuda dan kerbau, sedangkan pada ternak sapi tidak ditemukan gejala Surra maupun dari hasil pemeriksaan laboratorium. Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur (2012) melaporkan bahwa kasus Surra di Pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur terjadi pada tahun 2010 – 2011.

Kasus tersebut mengakibatkan 4268 ekor ternak (kuda 1608, kerbau 2464, sapi 196) terjangkit penyakitsurra. Kematian akibat surra di pulau Sumba tersebut dilaporkan sebanyak 1760 ekor, terdiri dari kuda 1159 ekor, kerbau 600 ekor dan sapi satu ekor.

MATERI DAN METODE Materi

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuda di Desa Kabaru, dengan jumlah sampel sebanyak 100 ekor. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel darah kuda, alkohol 75%, kapas, kertas tisu, methanol, geimsa 10% dan minyak emersi.

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, jarum hisap (multi drawing needle), holder, tabung vakum, objek glass, mikroskop dan kamera.

Metode

Teknik pengambilan darah pada kuda dilakukan dengan cara vakum.

Pengambilan sampel darah dilakukan melalui vena jugularis. Pembuluh darah dibendung dan daerah yang akan diambil darahnya dibersihkan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 75%.

(15)

72 Selanjutnya dilakukan pengambilan darah menggunakanjarum hisap (multi drawing needle) dengan holder pada vena jugularis, kemudian tabung vakum dilekatkan pada jarum dan darah akan mengalir masuk kedalam tabung. Pembuatan preparat ulas darah dilakukan menggunakan duabuah objek glass, dimana ujung salah satu objek glass disentuhkan pada darah yang keluar tersebut glass

objek kemudian ujung

disentuhkan pada objek glass lainnya membentuk sudut 450. Selanjutnya kedua objek glass digeser berlawanan arah secara cepat sehingga akan terbentuk ulas darah tipis pada objek glass. Setelah dikeringkan dengan cara mengangin-anginkan, sediaan ulas darah difiksasi menggunakan larutan methanol absolut selama limamenit, dan diwarnai dengan Giemsa 10% selama ± 50 menit kemudian dibilas menggunakan air mengalir dan dikeringkan. Preparat ulas darah yang telah diwarnai kemudian ditetesi dengan minyak emersi dan diamati dibawah mikroskop menggunakan pembesaran 1000X untuk mengidentifikasi keberadaan T. evansi. Jika ditemukan sampel yang positif dilanjutkan dengan penghitungan jumlah T. evansi per 10 (sepuluh) lapang pandang.

Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian dan ini disajikan secara deskriptif dianalisis dengan uji Chi-Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dari hasil pemeriksaan pada 100 sampel darah kuda yang diambil di Desa Kabupaten Kabaru, Kecmatan Rindi,

Sumba Timur ditemukan prevalensi sebesar 8% (8/100) terinfeksi T. evansi.

Gambar1. T. evansi pada Sampel Darah Kuda

infeksi

Prevalensi T. evansi

berdasarkan jenis kelamin, pada kuda jantan sebesar 12% (3/25) dan pada kuda betina sebesar 6.7% (5/75). Setelah Chi-Square, uji

dianalisis dengan

ada hubungan tidak

menunjukkan

(P>0,05) antara jenis kelamin dengan prevalensi infeksi T. evansi (Tabel 1).

Tabel 1. Prevalensi Infeksi T. evansi pada Kuda Berdasarkan Jenis Kelamin Negatif

Positif Jumlah sampel

Jenis Kelamin Prevalensi (%) Sign.

12 22

3 25

Jantan

0.395 6.7

70 5

75 Betina

Pembahasan

Dari 8 sampel darah yang positif terinfeksi T. evansi ditemukan rata-rata intensitas infeksi 13 – 71 parasit T. evansi per 10 lapang pandang dengan rata-rata jumlah T. evansi sebesar 34.5 ± 22.7 (Tabel 2).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Kabaru, Kabupaten Sumba Timur bahwa prevalensi infeksi T.

evansi pada kuda sebesar 8%. Prevalensi infeksi T. evansi sebesar 8% pada penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nadeem et al., (2010) pada kuda di Pakistan sebesar 2% dan Radita (2017) pada kuda di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan sebesar 4% Hal ini berhubungan dengan pola pemeliharaan kuda di Desa Kabaru. Pada umumnya, kuda di Kabupaten Sumba Timur masih dipelihara secara tradisional yaitu dengan cara dilepas di padang gembalaan pada siang hari bersamaan dengan ternak lain seperti kerbau dan sapi kemudian malamnya dimasukkan kedalam kandang, ada pula yang dibiarkan di padang selama berbulan- bulan (Dinas Peternakan Kabupaten

(16)

73 Sumba Timur. 2015). Kuda yang diternakkan bersama dengan kerbau dan sapi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi T. evansi pada kuda, dimana kerbau dan sapi dapat bertindak sebagai reservoir infeksi T. evansi. Dadi- Mamud et al. (2012) mengatakan bahwa tingginya infeksi parasit dapat disebabkan oleh manajeman lingkungan pemeliharaan yang buruk. Pengambilan sampel yang dilakukan pada musim kemarau juga mempengaruhi prevalensi pada penelitian ini. Padang penggembalaan biasanyamenghasilkan hijauan yang melimpah di musim hujan, dan musim kemarau mengalami kekeringan. Pada musim kemarau terjadi keterbatasan pakan bagi ternak, akibatnya ternak kurus dan kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi infeksi T. evansi (Reid 2002).

Tabel 2. Intensitas Infeksi T. evansi pada Kuda di Desa Kabaru, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur

Sampel Jumlah T. evansi/10 lapang pandang

1 13

2 32

3 6

4 58

5 71

6 17

7 46

8 33

Rata-rata 34.5 ± 22.7

Prevalensi infeksi T. evansi sebesar 8% pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mastra (2011) secara serologis pada kuda di Pulau Sumbawa sebesar 13.43%. Hal ini dikarenakan perbedaan kondisi geografis di daerah tersebut dan metode penelitian yang digunakan. Lokasi pengambilan sampel pada penelitian yang diakukan oleh Mastra (2011) banyak dijumpai sungai dan hutan dimana kondisi lingkungan seperti ini digemari oleh vektor lalat-latat pengisap

darah. Prevalensi infeksi T. evansi pada penelitian ini juga lebih rendah dibandingkan dengan penelitian dilakukan oleh (Mueeid, 2010) pada kuda di Pakistan sebesar 16%, Harrera et al. (2004) pada kuda di Pantanal Brazil sebesar 73% dan Silva et al, (2016) pada kuda di Marajo Island, Brazi sebesar 8.23%. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan kondisi geografis di Desa Kabaru, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur yangterletak disepanjang pantai utara berbukit, memiliki curah hujan yang sangat rendah dan tidak merata, dimana musim kemarau relatif lebih panjang dibandingkan musim hujan. Dengan kondisi geografis yang demikian merupakan tempat yang kurang potensial bagi perkembangan vektor penyebar T.

evansi (Tabanus, Stomoxys, Haematopota, Lyperosia). Hal ini dinyatakan oleh Desquesnes et al. (2013) bahwa status epidemiologik dan kondisi geografis dapat mempengaruhi kejadian penyakit Surra di suatu wilayah.Disamping itu waktu pengambilan sampel yang dilakukan pada musim kemarau juga kemungkinan mempengaruhi prevalensi pada penelitian ini. Selama musim hujan akan terjadi peningkatan jumlah vektor dibandingkan dengan musim kemarau. Menurut Herczeg et al. (2015) bahwa curah hujan, kelembapan udara dan sinar matahari berpengaruh terhadap banyaknya vektor khusunya Tabanus sp di alam. Vektor membutuhkan suhu udara disekitarnya paling tidak 180C untuk terbang. Suhu optimal bagi Tabanus sp untuk terbang minimal 310C - 350C. Suhu rata-rata di kabupaten Sumba Timur umumnya, 22,50C - 31,730C (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur). Rendahnya prevalensi infeksi T. evansi pada penelitian inikemungkinan berhubangan dengan saat pengambilan sampel darah, dimana ternak di Desa Kabaru berada dalam masa pengobatan penyakit Surra (Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur, 2016).

(17)

74 infeksi

Prevalensi T. evansi

kuda yaitu berdasarkan jenis kelamin,

dan kuda betina 12%

sebesar jantan

sebesar 6.7 %. Setelah dianalisis menggunakan Chi-Square, diperoleh tidak ada hubungan (P>0,05) antara jenis

infeksi kelamin dengan prevalensi T.

evansi. Penelitian pada unta yang dilakukan oleh Bhutto (2010) di Pakistan dan Kassa (2011) di Ethiopia juga menunjukkan hasil yang sama. Hal ini kemungkinankarena kuda jantan maupun kuda betina memiliki paparan yang hampir sama dengan vektor lalat di area penggembalaan. Perbedaan prevalensi pada kudajantan dan betina dipengaruhi oleh ketahanan dari inang itu sendiri. Reid (2002) menyatakan bahwa prevalensi penyakit Surra sering kali tidak berkaitan dengan klinis penyakit, harus ada faktor lain yang terlibat, seperti hewan stress akibat kekurangan nutrisi,

patogenitas dipekerjakan terlalu berat,

parasit dan strain parasit.

Intensitas infeksi T. evansi pada penelitian ini ditemukan 13 – 71 parasit per 10 lapang pandang dengan rata-rata jumlah T. evansi sebesar 34.5 ± 22.7.

Intensitas infeksi pada penelitian ini berhubungan dengan kondisi kuda yang digunakan sebagai sampel, dimana beberapa kuda hanya menunjukkan tanda klinis secara umum kelemahan, lesu, penurunan berat badan dan ada pula yang menunjukkan tanda klinis berupa edema pada abdomen. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Desquesnes (2004) bahwa tanda klinis yang muncul dipengaruhi oleh intensitas infeksi T. evansi yang berkembang di sirkulasi darah. Intensitas infeksi T. evansi pada dasarnya tergantung pada kekebalan tubuh dan kondisi fisiologis dari hospes.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Prevalensi infeksi T. evansi pada kuda di Desa Kabaru, Kabupaten Sumba jantan kuda

pada 8%.

Timur sebesar

sebesar betina

kuda dan 12%

sebesar

6.7%. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin pada kuda jantan sebesar 12% dan kuda betina sebesar 6.7%. Tidak ada kelamin dengan jenis

hubungan antara

prevalensi infeksi T. evansi. Intensitas infeksi T. evansi pada sampel yang positif ditemukan 13-71 parasit per 10 lapang pandang dengan rata-rata jumlah T. evansi sebesar 34.5 ± 22.7.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh vektor dalam penularan infeksi T. evansi pada kuda sehingga dapat dilakukan suatu dan pencegahan strategi pengendalian

infeksi T. evansi. Perubahan pola pemeliharaan kuda dengan memperhatikan manajemen kebersihan lingkungan yang baik juga perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya infeksi T. evansi.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur yang telah membantu dan memfasilitasi penulis dalam pengambilan sampel penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Bal MS, Amrita S, Ashuma, Balwinder KB, Kaur P and Singla LD. 2015.

Detection and Management of Latent Infection of Trypanosoma evansi in a Cattle Herd. Indian J. Anim. Res.

48(1): 31-37.

Bhutto B, Gadahi JA,Shah G, Dewani P and Arijo AG. 2010. Field Investigation on the Prevalence of Trypanosomiasis in Camels in Relation to Sex, Age, Breed and Herd Size. Pak.

Vet. J. 30(3): 175-177.

Coen PG, Luckins AG, Davison HC, and Woolhouse MEJ. 2001. Trypanosoma evansi in Indonesian buffaloes:

evaluation of simple models of natural immunity to infection. Epidemiol.

Infect. 126: 111-122.

Dadi-Mamud NJ, Kabir MA, Dibal DM, Rajab MH. 2012. Study on Prevalenceof Haemoparasites of

(18)

75 Pigeon (Columbia livia) in Lapai- Nigeria. IJABR. 4(1&2): 121–127.

Desquesnes M. 2004.Livestock Trypanosomoses and their Vectors in Latin America. Centre de coopération internationaleen recherche agronomique pour le développement (CIRAD)/Élevage et médecine vétérinaire tropicale (EMVT). ISBN:

92-9044-634-X.

Desquesnes M, Philippe H, De-Hua L, Alan D, Zhao-Rong L, and Sathaporn J. 2013. Trypanosoma evansi and Surra: A Review and Perspectives on Origin, History, Distribution, Taxonomy, Morphology, Hosts, and Pathogenic Effects. Bio. Med. Res. Int.

2013:22.

Eyob E, and Matios L. 2013. Review on camel trypanosomosis (surra) due to Trypanosoma evansi: Epidemiology and host response. J. Vet. Med. Anim.

Health. 5(12): 334-343.

Herczeg T, Dénes S, Miklós B, András B, Mónika G, Róbert F and Gábor H.

2015. The effect of weather variables on the flight activity of horseflies (Diptera: Tabanidae) in the continental climate of Hungary. Parasitol. Res.

114: 1087–1097.

Herrera HM, Da´vilab AMR, Noreka A, Abreuc UG, Souzab SS, D’Andread PS, Jansena AM. 2004. Enzootiology of Trypanosoma evansi in Pantanal, Brazil. Vet. Parasitol. 125: 263–275.

Tehsheen S, Jahan N, Desquesnes M, Shahzad MI, Qamar MF. 2016. Field investigation of Trypanosoma evansi and comparative analysis of diagnostic tests in horses from Bahawalpur, Pakistan. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 41:

288-293.

Kassa T, Tadesse E and Hassen. 2011.

Prevalence of camel Trypanosomosis and its vectors in Fentale district, South East Shoa Zone, Ethiopia. Vet.

Arhc. 81: 611-621.

Laha R, and Sasmal NK. 2008. Endemic status of Trypanosoma evansi infection in a horse stable of eastern region of India – a field investigation. Trop.

Anim. Health Prod. 40(5): 357–361.

Lehane MJ. 2005. The Biology of Blood- Sucking in Insects. Cambridge University Press.

Mastra IK. 2011. Seroprevalensi Trypanosomiasis di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Bul. Vet.

23(79).

Metanawey-El, NadiaTM, El-Beih M, Abdel El-Aziz., Hassanane, MS and Abd El- Aziz TH. 2009. Comparative Studies on Diagnosis of Trypanosoma evansiin Experimentally Infected Goats. Global Vet. 3(4): 348-353.

Muieed MA, Chaudhary ZI, Shakoori AR.

2010. Comparative studies on the sensitivity of polymerase chain reaction (PCR) and microscopic examination for the detection of Trypanosoma evansi in horses. Turk. J.

Vet. Anim. Sci. 34(6): 507-512.

Nadeem A, Asim A, Zafar IC, Kamran A, Khalid S, Nisar A, Ishtiaq A and Habib UR. 2010. Indirect fluorescent antibody technique based prevalence of Surra in equines. Pak. Vet. J. 31(2):

169-170.

Radita Besse Dewisari Nur. 2017. Deteksi Trypanosoma evansi pada Kuda (Equss caballus) di Kabupaten Wajo.

Skripsi, Fakultas Kedokteran Hewan universitas Hasanuddin.

Reid SA. 2002. Trypanosoma evansi control and containment in Australasia.

Trends. Parasitol. 18(5): 219-224.

Silva JAD, DomicianoI TO, MontãoI DP, Sousa PGS, Ramos LL, Paredes LJA, MonteiroI SG, Rivero GRC, Júnior ASPB, Duarte Cerqueira IABVD.

2016. Reemerging of natural infection by Trypanosoma evansi in horses in Arari, Marajó Island, Brazil. Ciência Rural, Santa Maria. ISSN 1678-4596.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kombinasi enzim pencernaan yang mengandung xilanase, amylase dan protease dengan tepung kunyit (Curcuma

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur histologi leukosit agranulosit bibit sapi bali di Nusa Penida yang terdiri dari limfosit dan monosit menunjukkan adanya berbagai

Bakteri yang ada di dalam tumpukan sampah tersebut dapat berpindah pada tubuh sapi yang mengkonsumsi pakan sampah tersebut, hal ini dapat menyebabkan jumlah

Oleh karena itu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kadar cemaran logam berat Pb dan perubahan histopatologi pada limpa sapi bali yang dipelihara di TPA Suwung

Hasil penelitian menunjukkan bakteriosin asal bakteri asam laktat Enterococcus durans18A merupakan senyawa protein dengan konsentrasi protein sebesar 0,272 µg/ml dan tidak

Pola kepekaan dan pola resistensi Uji kepekaan 14 isolat Escherichia coli dari usap hidung sapi bali terhadap antibiotika sulfametoksasol, ampisilin, dan oksitetrasiklin,

Pemberian dosis vitamin E ditingkatkan pada kelompok P2 (deksametason 0,13 mg/kg dan vitamin E 150 mg/kg), hasilnya tampak lebih efektif untuk memperbaiki

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis otot dan lama penyimpanan terhadap nilai nutrisi daging sapi bali yang terdiri atas lima parameter yaitu