Masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari keluarga- keluarga. Awal dari masyarakat pendapat kita katakan berasal dari hubungan antar individu, kemudian kelompok yang lebih membesar lagi menjadi suatu kelompok besar orang-orang yang di sebut dengan masyarakat (Khairudin, 2008: 14) keamanan dalam masyarakat akan tepelihara, bilamana tiap warga masyarakat itu tidak menggangu sesamanya, bila keamanan terganggu, maka masyarakat itu akan kacau. Manusia-manusia yang bersifat individualistis misalnya akan mementingkan dirinya sendiri dan timbulah pertikayan. Jika keadaan masyarakat terus menerut demikian maka tidak dapatlah di katakan, bahwa ada penghidupan yang baik dalam suatu masyarakat.
Secara historis, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan atau nasionalisme pada bangsa Indonesia. Pendidikan pada saat ini, juga masih tetap diharapkan memainkan peran strategis dalam membinakan dan meningkatkan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai nasionalisme kepada generasi muda. PPKn memiliki peran yang sangat strategis untuk tetap menjalankan misi dan fungsinya sebagai mata pelajaran yang dapat membinakan nilai-nilai Pancasila dan ke dalam diri siswa yang menjadi bagian dari sebuah masyarakat. Oleh karena itu PPKn tetap diharapkan memuat nilai-nilai luhur yang terkandung pada nilai sentral (central values) bangsa Indonesia, yakni Pancasila, termasuk di dalamnya nilai-nilai nasionalisme.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang sesuai untuk masa kini adalah adalah membina warga negara Indonesia yang baik, yakni warganegara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki jiwa yang merdeka, memahami dan menjalankan hak dan kewajiban dengan baik, memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial, berjiwa
1
demokratis, mampu menghargai perbedaan etnis, budaya dan agama, mampu berfikir kritis, sistematis, kreatif, dan inovatif, mampu mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara demokratis, menyelesaikan konflik secara damai tanpa kekerasan, mematuhi hukum, berdisiplin, menghargai lingkungan hidup, dan mampu berpartisipasi secara cerdas dalam kehidupan politik lokal, nasional, dan global.
Dalam masyarakat yang hidup berbagsa perlu mengetahuai dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin di capainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang di hadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-perseolan umat manusia dalam pergaulan masyarakat.di dunia ini dengan pedoman atau pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya. Menurut Notonagoro dalam (Rozikin,1995: 10) Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa indonesia (merupakan pokok kaidah negara yang fundamental). Selain sebagai dasar negara, Pancasila juga sebagai sumber dari segala sumber hukum, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, dan sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.
Pancasila terdiri dari lima sila 1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan dalam permusyawaatan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai-nilai dasar pancasila tersebut akan menjadi panduan, keyakinan, serta pegangan hidup warganegara baik dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan cita-cita, harapan dari bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam Kehidupan bangsa Indonesia agar terciptanya masyarakat yang tentram dengan harapan diupayakan terealisasikan dalam sikap, tingkah laku dan
perbuatan manusia Indonesia. Pancasila khususnya sila Kemanusiaan yang adil dan beradab mengajarkan agar bangsa Indonesia dapat memanusiakan manusia hal ini tidak terlepas kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai makhluk sosial, maka penghayatan dan pengamalan nilai- nilai Pancasila akan ditentukan oleh manusia itu sendiri agar dapat mengendalikan diri dan kepentingannya untuk memahami hak dan kewajiban sebagai warga Negara Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah menjadikan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Surip, Ngadino dkk (2016: 324), menjelaskan bahwa nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung nilai-nilai yang luhur. Sila kelima merupakan pengkhususan dari sila-sila yang mendahuluinya. Sila kelima didasari dan dijiwai oleh sila-sila yang mendahuluinya, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan. Oleh sebab itu pelaksanaan sila kelima ini tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan sila-sila yang lainnya.
Persatuan dan kesatuan dalam sila kelima dengan sila yang lain senantiasa merupakan satu kesatuan. Sehingga sila kelima dengan sila yang lain (keempat sila yang mendahuluinya) saling memiliki keterkaitan. Surip, Ngadino dkk (2016: 218), menjelaskan perumusan persatuan dan kesatuan sila kelima, yaitu: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, bersatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Penegakan hukum yang adil merupakan kesejahteraan manusia lahir dan batin. Kesejahteraan rakyat lahir batin yaitu terjaminnya sandang, pangan, papan, rasa keamanan, dan keadilan serta kebebasan dalam memeluk
agama. Pancasila sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mempunyai makna bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak mendapatkan keadilan baik dalam bidang hukum, ekonomi, politik dan kebudayaan sehingga terciptanya masyarakat yang adil dan makmur.
Perwujudan dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diwujudkan melalui kegiatan sehari-hari yang dilakukan masyarakat. Setiap warga harus mengembangkan sikap kekeluargaan, kerjasama, kerja keras, peduli sesama, dan adil terhadap sesama warganya. Sikap suka memberikan pertolongan kepada orang ini perlu diajarkan sejak usia dini agar dapat berdiri sendiri dan dengan sikap yang demikian ia tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat semena-mena terhadap orang lain, tidak melakukan hal hal yang bersifat pemborosan, dan hal-hal lain yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Menurut Herimanto (2017: 128) mengatakan bahwa nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu terwujud dalam kehidupan.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Desa Pusat Damai Nilai keadilan sosial sudah mulai berkurang/luntur, hal ini dibuktikan dengan banyaknya permasalahan yang terjadi pada masyarakat di desa tempat tinggal peneliti lebih jelasnya di Desa Pusat Damai, hal ini terjadi terutama karna faktor agama dan suku. Sebagian masyarakat masih banyak yang berperilaku menyimpang dan tidak mencerminkan nilai keadilan. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah masyarakat sangat sering menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat semena-mena terhadap orang lain, dan melakukan hal hal yang bersifat pemborosan, dan hal-hal lain yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, hal ini terjadi karna adanya perbedaan agama, suku, dan kedudukan yang mengakibatkan adanya pihak- pihak tertentu yang merasa nilai keadilan ini kurang tercapai dengan baik.
Maka harapan dalam penelitian ini agar masyarakat Desa Pusat Damai dapat mengembangkan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalam pelaksanaannya di masyarakat tanpa memandang perbedaan agama dan suku agar terciptanya kesejahtraan dan kemakmuran dalam suatu masyarakat .
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti sangat tertarik mencari solusi atau upaya untuk mengembangkan nilai-nilai keadilan di masyarakat dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan dalam pelaksanaan nilai keadilan di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau. Peneliti ingin mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan masyarakat Desa Pusat Damai dalam mengamalkan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka peneliti mengambil judul
“Analisis Nilai Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Untuk Mengembangkan Sikap Keadilan di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian pada penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mengembangkan sikap keadilan di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau?
Adapun yang menjadi sub masalah khusus dari fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana wujud nilai keadilan sosial di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau?
2. Bagaimana cerminan sikap keadilan sosial di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi sikap keadilan di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis nilai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mengembangkan sikap keadilan di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau.
Adapun tujuan khusus yang hendak di capai dalam penelitian untuk memperoleh informasi mengenai:
1. Mengetahui wujud nilai keadilan sosial di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau.
2. Bagaimana cerminan sikap keadilan sosial di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau.
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi sikap keadilan di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan masalah dan tujuan, maka manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan referensi bagi rekan mahasiswa/i program studi untuk melakukan kegiatan penelitian.
b. Kelemahan dan kelebihan dari hasil penelitian ini dapat menjadi fokus dan informasi bagi lembaga maupun masyarakat setempat yang ingin mengkaji kembali lebih dalam mengenai nilai keadilan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, yaitu dapat menambah wawasan mengenai keadilan sosial di masyarakat dan pengembagan sikap keadilan di masyarakat.
b. Bagi masyarakat di Desa Pusat Damai khususnya penelitian ini di harapkan menambah pengetahuan tentang arti keadilan sosial di masyarakat agar dapat selalu menjunjung tinggi nilai keadilan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam ruang lingkup penelitian ini meliputi variabel penelitian dan definisi operasional, sebagai berikut :
1. Variabel Penelitian
Variabel penilitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya. Menurut Hamid Darmadi (2011: 19) Variabel adalah suatu atribut, berupa gejala-gejala, sifat-sifat manusia, aspek-aspek, dan objek-objek penelitian yang mempunyai variasi tertentu yang tetap oleh peneliti untuk di pelajari dan di ambil kesimpulannya dalam suatu penelitian di mana peneliti ingin mempelajari dan menarik kesimpulan dari peneliti yang di lakukan itu .Sedangkan Variabel penelitian menurut Sugiyono (2017: 38) pada dasarnya adalah segala suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat di simpulkan bahwa variabel adalah suatu sifat, atribut, dan nilai dari orang atau objek yang bervariasi untuk di pelajari ataupun apa saja yang di tetapkan peneliti sebagai sesuatu yang di pelajari kemudian yang kemudian di tarik kesimpulannya.
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian penelitian ini adalah “Analisis nilai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia untuk mengembangkan sikap keadialan sosial” Dengan aspek-aspek variabel sebagai berikut:
a. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung 12 butir nilai-nilai pancasila, menurut buku UUD Negara Tahun 1945 yaitu:
1. Mengembangkan perbuatan-perbutan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak -hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan pada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepintingan orang lain.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. (Jakni,2014: 30)
b. Faktor penunjang dan penghambat adanya sebuah keadilan adalah sebagai berikut:
1. Faktor penunjang keadilan
a. Menjalin komunikasi yang baik antar warga agar terciptanya rasa kekeluargan yang besar.
2. Faktor penghambat keadilan
a. Kurangnya kesadaran tentang rasa keeluargaan dan gotong- royong
b. Masih banyak warga yang tidak memenuhi kewajiban untuk mewujudkan hak-haknya.
c. Sikap Keadilan masyarakat 1. Adil kepada diri sendiri
Adil pada diri sendiri menempati sebuah nilai keadilan paling dasar di antara keadilan lainnya. Seseorang belum bisa di katakan adil kalau adil terhadap diri sendiri saja tidak di lakukan. Keadilan ini menjadi tolak awal untuk bisa melakukan keadilan ke tingkat yang lebih tinggi.
2. Adil kepada orang lain.
Setelah adil pada diri sendiri, tentunya kita hidup tidak sendirian . kita hidup di masyarakat, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Berbangsa-bangsa, bersuku-suku, berkelah dan berkedudukan
masing-masing. Dimana jika keadilan tidak di junjung secara tinggi, maka akan menimbulkan gesekan-gesekan perseteruan antar satu pihak dan pihak yang lain. Didalam jika keadilan tidak di dalam keluarga dan masyarakat. (Rahman Fadli, 2015)
2. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menafsirkan istilah yang ada dalam penelitian ini, maka perlu penjelasan sebagai berikut:.
a. Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Nilai dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang di maksud di atas adalah nilai-nilai yang menjadi bagian dari keadilan yang di laksanakan di sebuah masyarakat yang berada di Indonesia.
b. Masyarakat Desa Pusat damai
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karna sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Masyarakat Desa ini adalah bagian dari negara kesatuan republik Indonesia, maka setiap orang yang ada dan bertempat tinggal di Desa Pusat Damai harus menaati pancasila yang menjadi panduan bagi rakyat Indonesia dalam bersikap dan berperilaku karna kandungan isi dari sila-sila ini pada dasarnya telah menjadi bagian dari norma kehidupan bagi rakyat Indonesia.
A. Pancasila
Istilah pancasila di gunakan sebagai nama dari dasar negara (basic of state) dan ideologi (ideology) bangsa indonesia sebagaimana Malaysia menyaatakan sebagai dasar negaranya. rumusan pancasila sebagaimana terdapat dalam pembukaan UUD NRI 1945 alenia IV, terdiri atas lima sila, asas atau prinsip Yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap 3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Rakyat
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sedangkan secara entitas pancasila itu sendiri pada hakikatnya adalah nilai Menurut Kaelan (2000:12) Nilai atau value adalah suatu yang berharga, berguna bagi kehidupan manusia. Kelima sila, asas atau prinsip pancasila di atas dapat dikristalisasikan ke dalam lima nilai dasar yaitu nilai Ketuhanan, Kemanusian, persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Pancasila itu merupakan jalinan nilai–nilai dasar yang merupakan kristalisasi dari berbagai nilai-nilai yaang hidup dalam masyaakat bangsa Indonesia. Pancasila yang berisi lima nilai dasar itu di tetapkan oleh bangsa indonesia sebagai dasar negara dan ideologi nasioanal Indonesia sejak tahun 1945 yaitu ketika di tetapkan pembukaan UUD NKRI oleh Panitia persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Pancasila Menurut Damanhuri (2016: 186) Pancasila merupakan ideologi dasar bagi Negara Indonesian dan untuk menjadi warga negara yang baik (good citizen) di indonesia harus sesuai dengan pancasila dan undang-undang dasar 1945 hal ini yang mendasari betapa pentingnya pancasila sebagai acuan
11
ataupun pedoman tentang bagaimana berperilaku menjadi warga Negara yang baik (good citizen) di Indonesia nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila akan mengajarkan cara berfikir dan bertindak yang sesuai dengan ideologi Negara, Kedudukannya sebagai dasar negara dalam ideologi nasional ini di kuatkan kembali melalui Ketetapan MPR RI No XVII/MPR/1998. Pancasila sebagai dasar negara berkonotasi yuridis, sedang pancasila sebagai ideologi berkonotasi dinotasikan sebagi program sosial politik (Mahfud MD,2007:
19). Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional dapat di pandang dari tiga aspek yaitu filosofis, yuridis (hukum) dan politik (Mahfud MD,2007: 19) Pancasila telah menjadi dasar filsafat negara baik bersifat yuridis dan politis (Kaelan,2007: 12).
Pancasila sebagai dasar negara dapat di tinjau dari aspek filosofis dan yuridis. Dari aspek filosofis pancasila menjadi pijakan bagi penyelegaraan bernegara yang di kristalisasikan dari nilai-nilainya. Dari aspek yuridis, pancasila sebagai dasar negara menjadi cita-cita hukum (rechtstde) yang harus di jadikan dasar dan tujuan setiap hukum di indonesia. Politik pembagunam hukum di Indonesia dengan kerangka nilai pancasila memiliki kaidah-kaidah penuntunnya. Pancasila sebagai sumber dan kaidah penuntun hukum itu selanjutnya di tuangkan di dalam peraturan perundang-undangan sebagai sumber hukum formal. Jalinan nilai-nilai dasar di jabarkan dalam aturan dasar (hukum dasar) yaitu UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasal yang mencakup berbagai segi kehidupan berbagsa dan bernegara Indonesia (Natabaya. 2006: 8)
Aturan-aturan dasar dalam UUD 1945 selanjutnya di jabarkan lagi dalam Undang–Undang dan peratuan di bawahnya. Hierarki Hukum Indonesia yang terbentuk ini piramida dapat di lihat dan sejalan denggan stufenbautherie (Teori jenjang norma) dari Hans Kelsen, di mana Pancasila sebagai Grundnorm berada di luar sistem hukum, besifat meta yuristic tetapi menjadi tempat begantungnya nofina hukum pada posisinya ideologi nasional, nilai-nilai pancasila difungsikan sebagai nilai bersama yang ideal dan nilai pemersatu. hal ini sejalan dengan fungsi ideologi di masyarakat
yaitu pertama, sebagai tujuan dan cita-cita yang hendak di capai secara bersama oleh suatu masyarakat. Kedua sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi di masyarakat.
(Ramlan Surbakti,1999: 76) dalam kaitannya dengan yang pertama nilai dalam ideologi ini menjadi cita-cita atau tujuan dari masyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah untuk mencapai terwujudnya nilai-nilai dalam ideologi itu, sedangakan dalam kaitaannya yang ke dua, nilai dalam ideologi itu merupakan nilai yang di sepakati bersama sehingga dapat mempersatukan masyarakat itu serta nilai bersama tersebut di jadikan acuan bagi penyelesaian suatu masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Pancasila sebagai ideologi nasioanal ini dapat di pandang dari sisi filosofis dan politis, dari aspek filosofis, nilai-nilai pancasila menjadi dasar keyakinan tentang masyarakat yang di cita-citakan (fungsi pertama ideologi). Dari aspek politik pancasila merupakan modus operadi atau kesepakatan luhur yang mampu mempersatukan masyarakat indonesia yang majemuk dalam satu Nation state atas dasar prinsip persatuan (fungsi ke dua ideologi) Pancasila menjadi nilai bersama atau nilai integratif yang amat di perluakan bagi masyarakat yang plural.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pancasila adalah pandangan hidup, pengangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup.
Dalam hal ini pancasila berarti bahwa semua tingkah-laku dan tindak-tanduk serta perbuatan setiap manusia indonesia harus di jiwai dan merupakan pengalaman sila-sila pancasila.
B. Hubungan Pancasila dengan PPKn
Secara historis, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan atau nasionalisme pada bangsa Indonesia. Pendidikan pada saat ini, juga masih tetap diharapkan memainkan peran strategis dalam membina dan meningkatkan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai nasionalisme kepada generasi muda. PPKn memiliki peran yang sangat strategis untuk tetap menjalankan misi dan fungsinya sebagai mata pelajaran yang dapat membinakan nilai-nilai Pancasila dan ke dalam diri siswa
yang menjadi bagian dari sebuah masyarakat. Oleh karena itu PPKn tetap diharapkan memuat nilai-nilai luhur yang terkandung pada nilai sentral (central values) bangsa Indonesia, yakni Pancasila, termasuk di dalamnya nilai-nilai nasionalisme.
Sementara itu, Sanusi (1999) menyatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan ialah membuka peluang seluas-luasnya bagi para warga negara, menyatakan komitmennya dan menjalankan perannya yang aktif, untuk belajar mendewasakan diri, khususnya mengenai hubungan hukum, moral dan fungsional antara para warga negara dengan satuan-satuan organisasi negara dan lembaga-lembaga publik lainnya. Sosok warga negara yang baik yang di hasilkan oleh Pendidikan Kewarganegaraan menurut Sanusi adalah warga negara yang merdeka yang tidak jadi beban bagi siapapun, yang melibatkan diri dalam kegiatan belajar, memahami garis besar sejarah, cita- cita dan tujuan bernegara, dan produktif dengan turut memajukan ketertiban, keamanan, perekonomian, dan kesejahteraan umum.
Dalam kondisi masyarakat Indonesia yang pluralistik, yang sering diterpa oleh konflik sosial, dibutuhkan warga negara yang memiliki karakteristik pribadi yang kuat yang dapat hidup secara fungsional pada masa globalisasi yang sangat kompetitif.
Cogan dan Derricot (1998) mengemukakan adanya delapan karakteristik yang perlu dimiliki warganegara pada masa kini yaitu:
1. kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global.
2. kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat.
3. kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya.
4. kemampuan berpikir kritis dan sistematis
5. kemauan untuk menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpakekerasan.
6. kemauan mengubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtif untuk melindungi lingkungan.
7. memiliki kepekaan terhadap hak asasi dan mampu untuk mempertahankannya (seperti hak kaum wanita, minoritas etnis, dsb);
dan
8. kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan lokal, nasional, dan internasional.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang sesuai untuk masa kini adalah membina warga negara Indonesia yang baik, yakni warganegara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki jiwa yang merdeka, memahami dan menjalankan hak dan kewajiban dengan baik, memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial, berjiwa demokratis, mampu menghargai perbedaan etnis, budaya dan agama, mampu berfikir kritis, sistematis, kreatif, dan inovatif, mampu mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara demokratis, menyelesaikan konflik secara damai tanpa kekerasan, mematuhi hukum, berdisiplin, menghargai lingkungan hidup, dan mampu berpartisipasi secara cerdas dalam kehidupan politik lokal, nasional, dan global.
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting, baik di tingkat persekolahan maupun perguruan tinggi dalam membina nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme. Namun, dalam masa-masa yang lalu, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan selalu mendapat pengaruh yang kuat dari kepentingan politik, bahkan dapat dikatakan menjadi mandat politik dari penguasa saat itu, sehingga baik misi, orientasi, tujuan, dan materinya sering berubah sesuai dengan perubahan politik yang terjadi. PPKn yang diharapkan saat ini perlu memperluas misinya bukan sekedar sebagai pendidikan politik, melainkan juga sebagai pendidikan nilai, pendidikan nasionalisme, pendidikan demokrasi, pendidikan hukum, pendidikan multikultural dan pendidikan resolusi konflik.
PPKn pun perlu menggunakan interpretasi maksimal, yang berarti PPKn mesti mengembangkan kemampuan kritis dan reflektif, kemerdekaan fikiran tentang isu-isu sosial, dan kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses sosial dan politik. Oleh karena itu, dengan interpretasi maksimal, PPKn bukan sekadar melaksanakan tradisi transmisi nilai-nilai kewarganegaraan (citizenship transmission), tetapi juga mestinya lebih bersifat reflective inquiry, yang berarti mendidik siswa untuk secara kritis mengkaji dan
memecahkan permasalahan kemasyarakatan, serta menerapkan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme dengan penuh keyakinan.
Dalam membinakan nilai-nilai Pancasila PPKn juga perlu menggunakan secara terintegrasi pendekatan pendidikan nilai secara langsung, yang didasari oleh perspektif sosialisasi, dan pendekatan pendidikan nilai secara tidak langsung, yang didasari oleh perspektif sosialisasi. Pembelajaran PPKn pun hendaknya memiliki kekuatan (powerful), yakni pembelajaran PPKn yang bermuatan nilai, bermakna, aktif, terpadu, mengundang kemampuan berfikir tingkat tinggi, demokratis, menyenangkan, efektif, efisien, kreatif, melalui belajar dengan bekerja sama (cooperative learning), dan mengundang aktivitas sosial. Dengan menggunakan kedua pendekatan itu, secara terintegrasi dan didukung oleh suasana pembelajaran yang memiliki kekuatan seperti di atas, maka diharapkan para siswa dapat menerima dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan dengan penuh nalar dan keyakinan.
C. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia 1. Pengetian Nilai
Nilai adalah kemampuan yang dapat di percayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan suatu manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang untuk suatu kelompok. Jadi nilai pada hakikatnya adalah sifat atau objek yang melekat pada suatu objek.
Menurut Sudibyo dkk (2013: 32) mengatakan bahwa : “Nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subjek. Konsep tentang nilai yang hidup dalam pemikiran sebagian besar warga masyarakat,membentuk sistem nilai budaya”.
Nilai atau value secara harfiah berarti baik atau buruk, yang kemudian artinya di perluas menjadi segala sesuatu yang di senangi, diingikan, dan di cita-citakan dan di sepakati. Nilai berada dalam hati nurani dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan. Nilai harus di bina terus- menerus karna nilai merupakan aspek masalah kewajiban yang timbul tengelam atau pasang surut (Hamid darmadi,2010: 50-51).
Jadi menurut pendapat di atas dapat di kaji nilai yang kokoh dan luhur ini menjadi pedoman hidup manusia dan mengikat setiap masyarakat.
Nilai-nilai itu tampak dalam norma-norma kebiasaan, ataupun hukum- hukum adat sebagai suatu tata tertib yang menjamin kehidupan bersama yang sesuai dengan kepercayaan masyarakat.
2. Jenis-jenis nilai
Menurut Hamid (2010: 49) mengatakan bahwa nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Menurut tinggi rendahnya nilai dapat di kelompokan dalamempat tingkatan yaitu:
a. Nilai kenikmatan
Nilai kenikmatan dalam tingkatan terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakan dan tidak mengenakan, yang menyebutkan orang senang dan tidak senang.
b. Nilai kehidupan
Dalam kehidupan ini terdapat nilai-nilai yang penting bagi kehidupan, misalnya kesehatan, kesegaran jasmani dan sehetan umum.
c. Nilai Kejiwaan
Dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai semacam ini adalah keindahan,kebenaran dan pengetahuan murni yang di capai dalam filsafat.
d. Kerohanian
Dalam tingkatan ini terdapat modalitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai ini semacam nilai terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.
Menurut Hamid Darmadi (2010: 49) mengolongkan Nilai-nilai manusia kedelapan kelompok sebagai berikut:
1) Nilai-nilai Ekonomis (di tunjukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat di beli).
2) Nilai-nilai Kejasmanian (membantu kepada kesehatan, efesiensi dan keindahan dari kehidupan).
3) Nilai-nilai hiburan (nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan).
4) Nilai-nilai sosial (berasal mula dari keutuhan keperibadian dan sosial yang di ingikan).
5) Nilai-nilai watak (keseluruhan dari keutuhan keperibadian dan sosial yang di inginkan).
6) Nilai estetis (nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni).
7) Nilai-nilai intelektual (nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran).
8) Nilai-nilai keagamaan
Dalam kaitannya dengan derivasi atau penjabaran maka nilai dapat di kelompokan menjadi tiga macam yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis selanjutnya dari Hamid Darmadi adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Nilai dasar
Walaupun nilai memiliki sifat abstrak artinya dapat di amati melalui indra manusia. Namun dalam realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek kehidupan yang bersifat nyata, namun demikian setiap kali melihat nilai dasar, yaitu merupakan hakikat, esensi inti sari atau makna yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar bersifat universal karna menyangkut hakikat kenyataan objek segala sesuatu misanya hakikat tuhan, maka nilai tersebut bersifat unifersal adalah hakikat prima, sehingga segala sesuatu ciptaannya berasal dari tuhan. Demikian juga nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai bersumber pada hakikat kodrat manusia, sehingga jika nilai-nilai dasar kemanusiaan itu di jabarkan ke dalam norma hukum maka di istilahkan sebagai hak dasar. Demikian juga hakikat nilai dasar itu dapat juga berlandaskan pada hakikat suatu benda, kuantitas, kualitas, aksio dan realisasi ruang maupun waktu, demikianlah sehingga nilai dasar dapat juga di sebut sebagai sumber norma yang pada giliranya di realisasikan dalam suatu kehidupan yang bersifat praktis. Konsekuensi walaupun dalam aspek praktis dapat berbeda-beda namun secara sistematis tidak dapat bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber penjabaran norma serta realisasikan praktis tersebut.
2) Nilai instrumental
Untuk dapat di realisasikan dalam suatu kehidupan praktis maka nilai dasar tersebut harus dapat memiliki formasi serta parameter atau ukuran yang jelas. Nilai instrumental inilah yang merupakan suatu pedoman yang dapat di ukur dan
dapatdi arahkan. Bila nilai instrumen tersebut berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka hal itu merupakan norma moral.namun jika instrumen itu berkaitan dengan suatu organisasi ataupun negara maka nilai-nilai instrumen itu merupakan arahan. Sehingga dapat di katakan bahwa nilai instrumental ini merupakan suatu eksplitasi dari nilai dasar.
3) Nilai praktis
Nilai praktis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam suatu kehidupan nyata. Sehingga nilai praktis ini merupakan perwujudan dari nilai instrumental itu,dapat juga di mungkinkan berbeda-beda wujudnya, namun demikian tidak dapat menyimpang atau bahkan tidak dapat bertentangan. Artinya oleh karna itu sila dasar ,nilai instrumental dan nilai praktis itu merupakan suatu sistem perwujudan tidak boleh menyimpang dari sistem berikut .
Selain itu menurut Notonegoro (Kaelan,2012: 89) membagi Nilai-nilai menjadi tiga yaitu:
1) Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
2) Nilai keindahan yaitu segala sesuatu yang berguns bagi manusia untuk beraktifitas.
3) Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia, nilai kerohanian ini dapat di bedakan menjadi empat yaitu:
a) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal manusia.
b) Nilai keindahan atau nilai esetis yang bersumber pada perasaan manusia.
c) Nilai kebaikan, yang bersumber pada kehendak manusia.
d) Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.
D. Sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Menurut Jakni (2014:30) Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung nilai-nilai yang luhur. Sila kelima merupakan pengkhususan dari sila-sila yang mendahuluinya. Sila kelima didasari dan dijiwai oleh sila-sila yang mendahuluinya, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan. Oleh sebab itu pelaksanaan sila kelima ini tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan sila-sila yang lainnya. Nilai-nilai yang terandung dalam sila ke lima sebagai beikut:
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
Kita hidup di lingkungan yang masih berada di wilayah indonesia.
Sudah menjadi kodrat manusia sebagai mahluk sosial sebaiknya memiliki sikap tolong menolong antar sesama, gotong-royong, tenggang rasa sesama manusia tampa membedakan ras, suku, jenis kelamin, dan agama.
Namun di masa sekarang nampaknya sikap tersebut sudah meluntur.
Bayak orang yang bekerja sehari sutuk hinga ia tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. hingga timbul sifat acuh tak acuh dan individualis, sikap yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Seharunya kita sebagai rakyat Indonesia yang memiliki pandangan hidup pancasila lebih mementingkan kepentingan sosial di atas kepentingan pribadi.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
Penjabaran makna adil yang sesunguhnya terkadang memberikan pro dan kontra antar manusia. Adil dalam hukum yakni semua rakyat indonesia memiliki kedudukan yang sama dengan yang lain tanpa membedakan suku, agama, ras dan jenis kelamin.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Rakyat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk membela negaranya. rakyat indonesia juga memiliki jaminan hak asasi manusia yang tertuang dalam asasi manusia tersebut mencakup hak atas
kedudukan yang sama dalam hukum, hak atas penghidupan yang layak, hak atas kehidupan berserikat dan, berkumpul, hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat, hak atas kemerdekaan memeluk agama, hak untuk mendapatkan pengajaran, dan sebagainya.
Rumusan hak asasi mengandung pengertian bahwa mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur yang bersifat uniersal serta memegang teguh cita- cita moral rakyat yang luhur
4. Menghormati hak-hak orang lain
Butir ini menghendaki setiap manusia untuk menghormati hak orang lain dan memberikan peluang orang lain dalam mencapai hak, dan tidak berusaha menghalang halangi hak orang lain. Perbuatan seperti mencuri harta orang lain, menyiksa, pelit bersedekah, merusak tempat peribadatan agama lain, adalah contoh-contoh tidak menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain
Suka memberi pertolongan terhadap orang lain. Butir ini sebenarnya mengembangkan sikap dan budaya bangsa yang saling tolong- menolong seperti gotong royong, dan menjauhkan diri dari sikap egois dan individualitas, perbuatan seperti membantu orang buta menyebrang jalan, memberi makan anak yatim dan orang miskin, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok di sembarang tempat adalah contoh dari suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain
Butir ini menghendaki, manusia indonesia bukanlan homo nilupus (manusia yang memakan manusia lain). Manusia Indonesia tidak boleh memeras orang lain demi kepentingan sendiri. Contoh perbuatan memeras ini adalah melakukan perampokan, memberikan bungga terlalu tinggi kepada peminjam terutama kalangan orang kecil dan miskin, serta tidak memberikan upah yang layak kepada pekerja terutama buruh dan pembantu rumah tangga.
7. Tidak bersifat boros
Butir ini menghendaki manusia Indonesia tidak memakai atau mengeluarkan uang dan sumberdaya berlebih lebihan. Pemborosan akan menguras sumberdaya, menimbulkan bayak utang, dan menciptakan beban berat bagi masa depan.
8. Tidak bergaya hidup mewah
Butir ini tidak menghendaki manusia indonesia untuk tidak bergaya hidup mewah tetapi secukupnya sesuai dengan kebutuhan.
Ukuran mewah memang relatif, namun dapat di sejajarkan dengan tingkat kehidupan dan keadilan pada setiap seterata kebutuhan manusia. Perbutan membuang makanan, makan berlebihan, memakai pakaian, perumahan, dan mobil yang berlebihan, juga wujud kehidupan mewah.
9. Tidak melakukan perbutan yang merugikan kepentingan umum Butir ini menghendaki warga negara indonesia menjaga kepentingan umum dan prasarana umum, sehingga sarana tersebut berguna bagi masarakat. Perbuatan telepon umum, rambu lalu lintas, mencuri kabel kereta api atau berkelahi antar, siswa dan mahasiswa adalah perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras
Butir ini mengendaki warga negara indonesia untuk bekerja keras, berusaha secara maksimal dan tidak hanya pasrah terhadap takdir.
Sebagai manusia yang bertakwa kepada tuhan di wajibkan berusa dan di iringi dengan doa. Tidakan seperti boros kuliah, suka mencotek, meminta minta, merupakan contoh tindakan yang tidak suka bekerja keras.
11. Menghargai karya orang lain
Butir ini menghendaki seluruh warga negara Indonesia untuk menghargai hasil karya orang lain, sebagai sebagai penghargaandari hak cipta. Proses penciptaan suatu karya membutuhkan suatu usaha yang keras dan tekun, oleh sebab itu harus di hargai. Tindakan pembajakan program seperti VCD dan DVD, memotokopi atau membeli buku bajakan adalah contoh tindakan yang tidak menghargai karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial (Jakni, 2014: 30)
Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan.
hal ini perlu di karenakan pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. jika pertumbuhan peerkonomian Indonesia tidak merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi hal ini menggalakan pemerataan penduduk, pemerataan perekonomian dengan program pinjaman modal dll. langkah pemerintah tersebut berguna untuk mewujudkan pemerintahan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Pancasila sila ke-5 sebagai cerminan bagi sila-sila yang mendahuuinya dan menjunjung tinggi nilai kenegaraan terutama nilai keadilan. sebagai kepribadian bangsa mengandung nilai yang menuntun rakyat Indonesia untuk berperilaku selaras dengan ajaran Pancasila yang begitu banyak dan memiliki kemanfaatan bagi negara Indonesia guna mewujudkan cita- cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia.
E. Sikap Keadilan
Sikap atau attitude adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. Bayak kajian di lakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupu proses perubahannya. Bayak pula penelitiaan telah di lakukan terhadap sikap, maupun proses perubahannya. Bayak pula penelitian yang telah di lakukan terhadap sikap untuk mengetahui efek dan perannya baik sebagai variabel bebas maupun sikap sebagai variabel tergantung. Terdapat beberapa teori tentang sikap (Mann, 1969; secord and Backman, 1964) antara lain adalah teori keseimbangan (balance theory) oleh heyder; teori kesesuaian (congruity) dari Tannenbaum; teori disonasi kognitif (cognitive dissonance) yang di kemukakan oleh Festiger maupun teori
Fektif-kognitif dari Rossenberg serta beberapa teori lain.
(Hobiyanto,Y.N.1994:34).
Menurut M. Hutaurung (2002:34) Bahwa “Adil adalah tidak berat sebelah, tidak seewenang-wenang, patut, layak, wajar. Adil bersifat kodrati yang merupakan kehidupan manusia sebagai mahluk berbudaya. Keadaan yang patut dan layak,wajar. Rasa ini di sebut dengan rasa keadilan”. Tidak berat sebelah menunjuk kepada suatu keadilan seimbang. Patut atau layak menunjuk kepada suatu keadaan dapat di terima ada kesesuaian hamonis dan serasi . Wajar menunjuk kepada keadaan apa adannya tidak berlebihan dan tidak pula kurang.Muslim Nasution (2003) menyatakan “Rasa keadilan mendorong manusia untuk bersikap jujur dan benar.jujur artinya tidak curang tidak menyimpang / menyeleweng dan menepati janji. Benar artinya keadaan sepeti kenyataan tidak palsu , tidak di buat-buat sesuai dengan kenyataan”.
Adil sering di artikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam menerapkan hukum, sering di artikan pula dengan persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang di lebihkan atau di kurangi. Tidak berat sebelah atau memihak. Menyadari sepenuhnya akan hak dan kewajiban, mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, bertindak jujur dan tepat sesuai dengan peraturan atau syarat yang telah di tetapkan. Menurut Aristoteles (Hutauruk, 2002:34) keadilan di lihat dari 4 sudut pandang, yaitu:
a. Keadilan distributif adalah keadilan yang berhubungan dengan dengan distribusi jasa dan kemakmuran menurut atau sesuai dengan kerja dan kemampuan
b. Keadilan komulatif keadilan yang berhubungan dengan persamaan yang di terima tanpa melihat jasa dan kemampuannya.
c. Keadilan kodrat alam keadilan yang bersumber pada hukum alam atau kodrat alam. Contoh : penduduk jakarta kalau musim hujan selalu kebanjiran sedangkan puncak tidak kebajiran, penduduk jakarta jangan menuntut keadilan, karna sudah hukum alam air mengalir ke tempat yang lebih rendah.
d. Kadilan konvensional adalah keadilan yang mengikat warga negara karna dinyatakan melalui suatu kekuasaan atau sudah di dekritkan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di maknai bahwa adil artinya tidak berat sebelah, tidak sewenang – wenang, patut, layak, wajar. Adil bersifat
kodrati yang merupakan kehidupan manusia sebagai mahluk berbudaya.
Keadaan yang patut dan layak, wajar. Rasa ini di sebut dengan rasa keadilan. Tidak berat sebelah menunjuk kepada suatu keadilan seimbang.
Sedangkan Menurut Thomas W simon (Purwanto:5) mengatakan bahwa para pembuat teori mendifinisikan keadilan (jutice) dalam istilah (term) yang berbeda beda kelompok libertarian, mendefinisikan dengan istilah kebebasan (liberty), kelompok sosialis mendefinisikan dengan gabungan istilah kebebasan dan kesetaraan, sedangkan sedangkan kaum commniutarian melihat melihat keadilan dengan istilah commod good (kebaikan hukum)
Patut atau layak menunjuk kepada suatu keadaan dapat di terima ada kesesuaian harmonis dan serasi. wajar menunjuk kepada keadaan apaadanya tidak berlebihan dan tidak pula kurang. Rasa keadilan mendorong manusia untuk besikap jujur dan benar. Jujur artinya tidak curang tidak menyimpang / menyeleweng dan menempati janji artinya seperti keadaan tidak palsu, tidak di buat –buat sesuai dengan kenyataan F. Masyarakat Desa Pusat Damai
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup karena proses masyarakat. Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang kontinyu antar individu. Dalam kehidupan bermasyarakat selalu di jumpai saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan bermasyarakat. (Soetomo,2009). Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karna sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Istilah masyarakat kadang-kadang di gunakan dalam artian sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas isinya, sehingga di rencanakan pembentukan organisasi-organisasi tertentu (Soekanto, 1983:8).
Desa ini terbilang unik nama Pusat Damai seolah-olah di desa ini hanya ada kedamaian, desa Pusat Damai berjarak tempuh empat jam dari kota pontianak. Di dalam suatu desa pasti ada pemasalahan sosial yang harus ditangani atau di selesaikan contonya desa pusat damai.Masyarakat
asli daerah ini adalah suku dayak Dayak, merupakan sebutan bagi penduduk asli di pulau Kalimantan umumnya, khususnya pada Kalimantan Barat. Menurut Alloy, et all (2008: 9), Kemudian seiring kedatangan pendatang dari berbagai daerah pusat damai berubah menjadi kota kecil dengan berbagai suku/dan etnis di dalamnya. selain penduduk dayak penduduk aslinya ada juga etnis Batak, Jawa, Melayu, Tionghoa, Bugis, dengan agama dan kebudayaan yang berbeda-beda Hal ini banyak menimbulkan kesenjangan di masyarakat terutama tentang sikap keadilan yang timbul karna perbedaan.
Sejarah Desa Pusat Damai Pusat Damai berasal dari yayasan kapusin yang berdiri di atas tanah Bapak Salen yang tingal di daerah Bodok.
Rumah pertama Petrus Pae, belum menjabat Domangnya Paden (Kepala adat). Kecamatan kecamatan ini masuk ke dalam wilayah sanggau . R.Anggoi, Luwi, Anan, Panden . Saat itu Bupati Sanggau di jabat oleh pak Jaman dan Gubernur Kalimantan Barat Kala itu adalah Bapak Ovang urai yang turun ke kampung Bodok (karna desa Pusat damai belum di berinama), untuk memfokuskan pengembangan pembangunan di wilayah dengan jarak 1 kilo meter ke semua arah dan menyeluruh di kampung di sekelilingngnya untuk pindah ke wilayah tersebut. Kampung bodok sebelum di berinama Pusat Damai yang saat di bangunya (Temengung Pak Digel) .pada saat yayasan kapusin berdiri di wilayah tersebut para sesepuh bermusyawarah, pemuka Bodok dan pemuka Krosik untuk membuat nama Pusat Damai, di putuskan oleh pastor Kae dari Belanda.
Doman/kepala kampung pecah dari krosik yaitu almarhum pak Pensalingnya petidana memimpin penjajahan belanda/jepang. Staf pensaling Merpati : Petrus Pae, R. Anggoe, Luwi, Sanding, A. Tilon, D.
Gerotek, lengkeng (memimpin 1960-1978). Pak Pae di ganti oleh Pak d.Wijaya (Tahun 1978-1982) Stafnya : Y. Alin , Sanding, A. Tilon, Y aceh dan M. Siladan D. Gerotek. Pak Cimen di ganti oleh Mt. Adjung dan stafnya : Sanding,A. Tilon Y aceh dan M Sila
Pak Mt . Ajung di ganti oleh Along dan pada waktu itu kampung di ganti menjadi desa (secara Definitif) dengan wilayah kampung Krosik,Kampung Pusat Damai dan Kampung Bodok di jadikan menjadi Desa Pusat Damai, Kampug Krosik dan kampung Pusat damai di lebur menjadi sebuah Dusun Tani Jaya dan Bodok Menjadi Dusun Bodok.
Pak A.Along di ganti oleh A.Alon, Stafnya D. Ditius, Y.Utaw, Yosef Derahman, Elli, Bartolomeus,Y.Sinyo.Pak A. Alon di ganti oleh Surin, Stafnya: Bartolomius, Irenimus Yanto, Vinsensius,Maria Martina, L Epang. AS. Kepala Dusun terdiri dari & dusun, Dengan jumlah RT 49.
Temengung : Temengung Empalah selanjutnya pati Raja selanjutnya Temengung alon lalu di ganti Pak Akoe setelah itu Temengung difinitif lurah di lebur menjadi Temengung. Temengung M. Kiran.
Sumber data : M. Sila (Kadat Pusat Damai).
A.Long( Mantan Kepala Desa Pusat Damai.
2. Kepengurusan Desa Pusat Damai Tahun 2019
Tempat penelitian ini di laksanakan di Desa Pusat Damai oleh karna itu peneliti memasukan data tentang kepengurusan Desa Pusat Damai yang terbaru tahun 2019. Di lihat dari letaknya, Pusat Damai berada pada posisi strategis. selain berada di jalur utama lintas Kalimantan Barat, juga merupakan jalur penghubung menuju ke beberapa kecamatan lainnya di kabupaten sanggau.
a. Visi dan Misi Visi
Pusat Damai maju aman tentram dalam berbagai bidang.
Misi
1. Mensukseskan produksi pangan khususnya produksi beras palawijaya, peternakan, perikanan dan sebagainya.
2. Mensukseskan produksi pangan khususnya produksi beras palawijaya, peternakan, perikanan dan sebagainya.
3. Mensukseskan pelaksanaan program-program Inpres baik inpres SD, INP. Kesehatan, INP. Penghijauan, INP Pasar, INP Provinsi, INP Kabupaten dan INP Desa.
4. Mensukseskan Program Koperasi ( BUUD/KUD)
5. Mensukseskan Program kependudukan, khususnya keluarga berencana.
6. Mensukseskan Pemasyarakatan pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (P4) dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan Bangsa serta pengabdian kita kepada pembangunan, sebagai pengisi kemerdekaan 17 Agustus.
7. Mensukseskan Pelaksanaan KEPRES No 14 A Th 1980 JO KEPRES No 18 Th 1981, JO KEPRES, JO KEPRES NO 29 Th 1984
8. Mensukseskan Program Pertanahan 9. Menigkatkan Eksport Non Minyak b. Susunan Pengurus
1. Kepala Desa Siprianus, A.Md 2. Sekertaris Bartolomeus
3. Kasi Pemerintahan Irenimus Yanto 4. Kasi Pembagunan Vinsensius 5. Kaur Umum Leonardus
c. Struktur Organisasi Desa Pusat Damai
Kepala Desa Siprianus, A.Md
SEKERTARIS DESA Bartolomeus
KASI PEMERINTAHAN KASI PEMBAGUNAN Vinsensius
Irenimus yanto KAUR UMUM KAUR KEUNGAN
Leonardus Epang Maria Martina
KEPALA DUSUN SELOON
KEPALA DUSUN PUSAT
DAMAI KEPALA
DUSUN BODOK KEPALA
DUSUN TANI JAYA KEPALA
DUSUN TANI JAYA KEPALA
DUSUN SERARONG KEPALA
DUSUN NERIYONG
FRANSISKUS Agustinus
Lorensius Donisius Dino
Robert HP Filipinus Stepanus
Sutopo
G. Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan yang saya gunakan berjudul “Implementasi Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Di Masyarakat Desa Meranti”
Dengan hasil dari penelitian sebagai Berikut:
1. Hasil penelitian ini adalah Bentuk pengimplementasian nilai “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” di masyarakat Desa Meranti, yaitu melalui kegiatan kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-hari, seperti melakukan kegiatan gotong royong dan perkumpulan warga desa yang dilakukan masyarakat Desa Meranti, diketahui dapat menumbuhkan sikap kekeluargaan dan semangat gotong-royong, ini sesuai denagn indikator nilai “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yaitu mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan. Kegiatan lain seperti melaksanakan kegiatan kerjabakti yang dilakukan oleh perangkat desa yang tidak membedakan status jabatan/ pangkat, diketahui dapat menumbuhkan sikap adil terhadap sesama. Hal ini sesuai dengan indikator nilai “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yaitu mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Selain itu kegiatan lain yang mencerminkan indikator menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban diwujudkan melalui kegiatan ronda malam yang selalu dilakukan masyarakat Desa Meranti, diketahui dapat meningkatkan keamanan di Desa Meranti, sehingga hak-hak untuk mendapatkan kenyamanan dan keamanan terpenuhi. Indikator selanjutnya yaitu suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan keadilan sosial juga diwujudkan melalui kegiatan pembagian zakat kepada orang yang tidak mampu yang dilkukan masyarakat Desa Meranti, diketahui dapat meningkatkan rasa kepedulian dan akan menimbulkan sikap keadilan sosial terhadap sesama manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
2. Kendala dalam proses pengimplementasian nilai” keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” di masyarakat Desa Meranti yaitu terletak pada
kurangnya kesadaran warga tentang rasa kekeluargaan dan semangat gotong-royong dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitar. Hambatan lainnya, Terkait keadilan sosial masih kurangnya data tentang masyarakat yang kurang mampu sehingga pembagian zakat tidak tersebar secara merata. Kendala-kendala tersebut membuat masyarakat kesulitan dalam menanamkan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Kendala dalam proses pengimplementasian nilai” keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” di masyarakat Desa Meranti yaitu terletak pada kurangnya kesadaran warga tentang rasa kekeluargaan dan semangat gotong-royong dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitar. Hambatan lainnya, Terkait keadilan sosial masih kurangnya data tentang masyarakat yang kurang mampu sehingga pembagian zakat tidak tersebar secara merata. Kendala-kendala tersebut membuat masyarakat kesulitan dalam menanamkan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan menekankan analisis proses dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.
Sugiyono (2016:15) mengemukakan bahwa; “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian kualitatif ini juga dianggap sebagai pendekatan investigasi karena biasanya peneliti harus mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat peneliti itu dilaksanakan. Penelitian kualitatif berusaha berinteraksi dengan subjek penelitiannya secara alamiah, tidak menonjol, dan dengan cara tidak memaksa. Justru penelitian kualitatif tertarik untuk menyelidiki orang-orang dalam latar alamiah tentang bagaimana mereka berpikir dan bertindak menurut cara mereka bentuk penelitian.Menurut sugiyono (2016:2) “Metode penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2012:65) mengatakan bahwa penggunaan metode dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk:
32
a) Menghindari pemecahan masalah dan cara berpikir yang spekulatif dalam mencari kebenaran ilmu, terutama dalam bidang ilmu sosial yang variabelnya sangat dipengaruhi oleh sifat subjektivitas manusia yang mengungkapkannya
b) Menghindari cara pemecahan masalah atau cara bekerja yang bersifat trial and error sebagai cara yang tidak menguntungkan bagi perkembangan ilmu yang sedang dibutuhkan dalam kehidupan modern.
c) Meningkatkan sikap objektivitas dalam menggali kebenaran pengetahuan, yang tidak saja penting artinya secara teoritis tetapi juga sangat besar pengaruhnya terhadap kegunaan praktis hasil penelitian didalam kehidupan manusia.
Dari pendapat yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dimaknai bahwa yang dimaksud dengan jenis penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal penggunaan jenis penelitian, penentuan suatu metode yang akan digunakan dalam penelitian harus tepat, karena bila keliru akan berakibat pada hasil penelitian yang tidak memuaskan.
Metode penelitian kualitatif dipilih dalam penelitian ini dengan tujuan mendapatkan gambaran secara jelas tentang bagimana “Analisis Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Untuk Mengembangkan Sikap Keadilan Di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu ”.
2. Bentuk penelitian
Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan menyajikan gambaran lengkap mengenai setting social atau hubungan antara fenomena yang di uji. Menurut sugiyono (2016:22) mengatakan bahwa penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambar. Sedangkan menurut Sattori,dan Komariah (2012:25) mengatakan bahwa bentuk penelitian deskriptif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan dengan benar, dibentuk
oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Berdasarkan pendapat diatas dapat dimaknai bahwa bentuk penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, atau fenomena dari peristiwa yang terjadi. Berdasarkan masalah penelitian diatas, peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif. Hal ini di sebabkan karna peneliti mengkaji bagaimana “ Nilai Sila Keadilan sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Untuk Mengembangkan Sikap Keadilan Di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu”
B. Latar Penelitian
Setiap penelitian yang di lakukan pasti merujuk pada lokasi penelitian.
Menurut Nasution (2003: 43) mengemukakan lokasi penelitian adalah lokasi atau situasi yang mengandung tiga unsur yakni, tempat, pelaku, dan kegitan.
Tempat adalah tiap lokasi di mana manusia melakukan sesuatu, kegiatan adalah apa yang di lakukan orang dalam situasi sosial tersebut. Lokasi untuk penelitian ini berada di desa Pusat Damai kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau. Sedangkan pelaku adalah orang yang akan di wawancarain saat penelitian ini berlangsung.
Tabel 3.1
Subjek/Pelaku Wawancara
No Infoman Wawancara
1 Informan 1 Kepala desa 1 orang 2 Informan 2 Ketua adat desa 1 orang 3 Informan 3 Ketua RT 2 orang 4 Informan 4 Masyarakat 1 orang C. Data dan Sumber Data
1. Data
Dalam sebuah penelitian di perlukan sebuah data yang valid untuk mendapatkan data yang representif. Data adalah fakta empirik yang di kumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian” (Darmadi, 2014: 33). Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan data penelitian ini adalah menganalisis nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia yang betujuan untuk mengembangkan sikap keadilan di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat di peroleh. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif dapat berupa orang atau benda (Zuldafrial,2012: 46). Sumber data diklasifikasikan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala desa, Ketua Adat Desa, ketua RT Pusat Damai, dan masyarakat umum Desa Pusat Damai. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, baik berupa keterangan maupun literatur yang sifatnya melengkapi data primer.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari internet, jurnal dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan judul skripsi peneliti.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Teknik observasi langsung
Observasi merupakan pengamatan serta pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tanpak pada objek penelitian. Menurut Nawawi (2015:100) Teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi Peristiwa, keadaan atau situasi itu dapat dibuat dan dapat pula yang sebenarnya. Sedangkan pengamatan dapat dilakukan dengan atau tampa bantuan alat.
b. Teknik komunikasi langsung
Teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seseorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut Menurut Nawawi (2015:101). Teknik komunikasi langsung dalam penelitian ini dilakukan kepada masyarakat yang mengerti tentang keadilan dan melaksanakan secara langsung keadilan tesebut.
Proses yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan komunikasi atau dialog langsung yang dilakukan dengan sumber data dari Kepala Desa, Kepala Adat, Ketua RT, dan masyarakat yang bertempat tingal di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu.
c. Teknik Studi Dokumenter
Teknik dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data dimana sipeneliti mengumpulkan fakta dan data yang tersimpan.
Menurut Nawawi (2015:101) Teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan katagorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku koran, majalah dan lain-lain. Maka data yang diperoleh dari Studi Dokumentasi yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto saat kegiatan seperti pembagian beras untuk warga yang tidak mampu, ronda malam, Gotong-royong pembuatan jalan, gotong-royong pembuatan jalan ke lahan-lahan sawit pribadi warga, gotong-royong saat ada hajatan atau acara pernikahan yang bertujuan untuk pengembangan nilai keadilan sosial di Desa Pusat Damai. Ataupun saat proses wawancara dengan Kepala Desa, Kepala Adat, Ketua RT dan masyarakat Desa Pusat Damai.
2. Alat Pengumpul data
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan di kembangkan instrumen penelitian (Sugiyono,2017:
223). Berdasarkan pernyataan diatas maka akan dibuat alat pengumpul data pendukung berdasarkan teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Alat pengumpulan data pendukung yang sesuai dengan teknik- teknik tersebut adalah:
a. Lembar observasi
Nation (Sugiyono,2017: 226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Sedangkan Menurut Cresswell (2010:267) menyatakan bahwa observasi yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah observasi yang didalamnya peneliti langsung turun kelapangan untuk mengamati prilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Lembar observasi digunakan untuk membantu peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia untuk mengembangkan sikap keadilan di desa Pusat Damai. Dalam penelitian ini lembar observasi yang digunakan adalah catatan lapangan dan berbentuk ceklist. yang telah di laksanakan akan di lakukan dengan Kepala Desa, Kepala Adat, Ketua RT dan masyarakat Desa Pusat Damai.
b. Pedoman wawancara
Esterberg (Sugiyono,2017: 231) menyatakan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono,2017: 233). Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh jawaban dari responden. Pedoman wawancara berisikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan secara lisan dan tatap muka
dengan responden. Adapun pendapat dari Patton (Sugiono,2012: 322) mengolongkan enam jenis petanyaan dalam wawancara meliputi:
1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman 2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat 3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan 4. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan 5. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera
6. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi.
Adapun yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau.
Tabel 3.2 Subjek Wawancara
No Infoman Wawancara
1 Informan 1 Kepala desa 1 orang 2 Informan 2 Ketua adat desa 1 orang 3 Informan 3 Ketua RT 2 orang 4 Informan 4 Masyarakat 1 orang c. Dokumen
Menurut Sugiyono (2017: 240) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen pada penelitian ini berupa foto-foto saat penerapan nilai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia untuk mengambangkan sikap keadilan.
E. Teknik Analisis Data
Adapun tenik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Analisi data kualitatif merupakan pembuatan kata-kata dari hasil wawancara atau pengamatan dari hasil yang telah dikumpulkan, dengan cara terus menerus dan berkesinambungan gunanya yaitu untuk dideskripsikan dan dirangkum, sehingga mendapat hasil akhir dari penelitian. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,2017: 246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakaukan
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: data reduction (reduksi data), data display (sajian data), dan conclusion drawing/verification (kesimpulan dan verifikasi).
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Menurut Sugiyono (2017: 247) mengemukan bahwa reduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Pereduksian data dilakukan proses sortir atau pemilihan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data yang dimaksud adalah data yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia untuk mengembangkan sikap keadilan. Untuk mempermudah proses ini maka peneliti akan melakukan tindakan dengan memilah hal-hal pokok, merangkum, dan memfokuskan pada hal-hal penting terutama pada proses kegiatan seperti pembagian beras untuk warga yang tidak mampu, ronda malam, Gotong-royong pembuatan jalan, gotong-royong pembuatan jalan ke lahan-lahan sawit pribadi warga, gotong-royong saat ada hajatan atau acara pernikahan yang bertujuan untuk pengembangan nilai keadilan sosial di Desa Pusat Damai. Serta foto-foto saat proses wawancara dengan Kepala Desa, Kepala Adat, Ketua RT dan masyarakat Desa Pusat Damai serta membuang hal-hal yang dianggap tidak perlu.
2. Data Display (Sajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data diarahkan agar hasil reduksi terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat