• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Ikan Mujair Morfologi Ikan Mujair Klasifikasi Ikan Mujair Budidaya Ikan Mujair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Ikan Mujair Morfologi Ikan Mujair Klasifikasi Ikan Mujair Budidaya Ikan Mujair"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Ikan Mujair

2.1.1 Morfologi Ikan Mujair

Ikan mujair memiliki bentuk tubuh pipih dan memanjang, bersisik kecil tipe stenoid, sirip ekor terdapat garis berwarna merah, tubuhnya memiliki garis vertikal. Mulutnya agak besar dan memiliki gigi-gigi halus, letak mulut termianal atau diujung tubuh. Posisi sirip perut terhadap sirip dada disebut thoracic. Jumlah sisik pada garis rusuk bawah 10-15 buah dan bagian atas 18-21 buah. Pada ujung-ujung sirip punggung dan sirip ekor berwarna kemerah- merahan sedangkan pada sirip perut dan sirip dada berwarna hitam kemerahan (Cahyono, 2000).

Ciri khas ikan mujair, pada dagu bagian bawah berwarna kuning- kekuningan. Warna kuning semakin tajam terlihat pada ikan jantan yang telah matang kelamin. Panjang tubuh ikan mujair dua sampai tiga kali tinggi badannya (Setianto, 2012).

Ciri-ciri sebagai pembeda antara induk jantan dan induk betina adalah pada urogenital betina memiliki tiga lubang yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur, dan lubang urin. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan, warna dagu putih dan jika perut ditekan tidak mengeluarkan cairan (Erika, 2008).

Klasifikasi Ikan Mujair

Menurut Kordi (2010) klasifikasi ikan mujair sebagai berikut, Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis mossambicus Budidaya Ikan Mujair

Budidaya ikan mujair biasanya pada perairan air tawar seperti danau, sungai, waduk dan rawa-rawa. Suyantri (2017) menyatakan ikan mujair

(2)

memiliki kemampuan dalam mentoleransi perubahan kondisi perairan, diantaranya perubahan salinitas yang cukup ekstrim. Namun, menurut (Kordi, 2010) salinitas yang cocok untuk ikan mujair adalah 0-35 ppt (part per thousand), tetapi pada salinitas 0-30 ppt merupakan salinitas yang memunkinkan mujair tumbuh secara optimal. Pada salinitas 31-35 ppt ikan mujair masih dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya lambat.

Budidaya ikan mujair dapat dilakukan dengan menebarkan benih ikan.

Benih ikan mujair ditebar dengan kepadatan 15 ekor/30 liter. Namun, sebelum ikan ditebar dilakukan aklimatisasi 15 menit untuk menyesuaikan suhu di lingkungan baru sehingga ikan tidak mengalami stress. Ikan mujair hingga layak untuk dipasarkan berkisar 3-4 bulan. Hal tersebut didukung oleh Sutayanto (2012) menyatakan bahwa ikan mujair yang diproduksi selama 3-4 bulan berat ikan dapat mencapai 120 sampai 200 gram dengan panjang maksimum 40 cm.

Lamanya produksi ikan mujair menyebabkan kurangnya ketersediaan ikan sebagai pemenuhan konsumen. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dalam budidaya ikan yaitu pemberian pakan. Pemberian pakan dalam budidaya ikan mujair dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Ketersediaan pakan yang memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam membudidaya ikan (Kordi, 2010). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan yaitu dengan memperhatikan jumlah pakan yang cukup, waktu yang tepat dan kandungan nutrien sesuai dengan yang dibutuhkan ikan. Sumber nutrien tersebut berupa kandungan protein, lemak, kadar air, kadar abu, dan serat kasar. Dari pemaparan diatas sehingga perlunya pakan ikan yang banyak mengandung nutrien agar dapat membantu pembudidaya ikan mujair dalam menghasilkan ikan secara optimal. Salah satu pakan yang mengandung banyak nutrien yaitu maggot. Seperti yang dipaparkan oleh Fahmi (2009) bahwa pada maggot memiliki kandungan protein 60,2%. Selain protein dan lemak maggot juga mengandung kadar bahan kering berkisar 26%-39% dan kadar abu berkisar 7,65%-11,36% (Rachmawati, 2010). Dari berbagai kandungan yang ada pada maggot, sehingga maggot sangat berpotensi dijadikan sebagai sumber protein dalam budidaya ikan mujair.

(3)

2.1.2 Penelitian Terdahulu tentang Pakan Sumber Protein Ikan Mujair Penelitian terdahulu tentang pemberian pakan sebagai sumber protein ikan sudah banyak dilakukan dengan jenis pakan yang berbeda. Pertama, hasil penelitian Sukardi (2012) yang berjudul Penggunaan tepung kulit buah kakao pada pakan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi gurami. Peneliti membahas bahwa tepung kulit buah kakao memiliki nutrisi yang cukup tinggi utamanya karbohidrat sebesar 48,93%, selain itu mengandung protein 9,97% dan lemak 6,10% sehingga dari penelitian tersebut menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ikan. Kedua, hasil penelitian Utomo (2013) yang berjudul Peran tepung ikan dari bebagai bahan baku (ikan runcah, ikan asin, dan kepala ikan tongkol) terhadap pertumbuhan lele sangkuriang Clarias sp. Sumber tepung ikan yang digunakan berasal dari ikan runcah, ikan asin, dan kepala ikan tongkol yang memiliki kadar protein berkisar 25-75% sehingga mampu digunakan sebagai pakan ikan. Ketiga, hasil penelitian Novrianto (2019) yang berjudul Pengaruh pemberian komposisi pakan tepung tongkol jagung yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan tawes (Puntius javanicus). Penelitian tersebut memanfaatkan tongkol jagung sebagai sumber pakan ikan dengan pengolahan digiling hingga halus kemudian dibentuk seperti pelet. dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa tongkol jagung mengandung serat kasar dan protein kasar yang cukup tinggi yang dibuktikan pada penelitian tersebut dihasilkan tepung tongkol jagung menghasilkan pertumbuhan berat mutak yang cukup nyata, sehingga tepung tongkol jagung berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan ikan.

Keempat, hasil penelitian Haryono (2015) yang berjudul Pengaruh pakan buatan dengan tepung ikan petek (Leiognathus equulus) terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila strain larasati (Oreochromis niloticus). Peneliti menggunakan tepung ikan petek (Leiognathus equulus) sebagai pakan ikan nila (Oreochromis niloticus), karena tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani yang dibutuhkan dalam komposisi pakan ternak.

Penambahan tepung ikan petek (Leiognathus equulus) memberikan pengaruh nyata tehadap laju pertumbuhan relatif tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelulusan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus). Kelima, menurut

(4)

penelitian Syahrizal (2016) yang berjudul Tepung daun singkong (Manihot utilissima) tua sebagai sumber protein alternatif dalam formula pakan ikan lele (Clarias gariepinus). Daun singkong memiliki kandungan protein berkisar 25- 28%, lemak 7-13%, serat kasar 12-17%, fosfor 0,3%, dan kalsium 1,3%.

Penelitian tersebut dihasilkan pertumbuhan dan kelulusan hidup ikan antar perlakuan tidak signifikan (semua perlakuan tidak ada perbedaan) dan dikategorikan pakan tepung daun singkong dapat menggantikan pakan tepung ikan. Keenam, hasil penelitian Diana (2018) yang berjudul Limbah ampas tahu sebagai bahan baku sumber protein nabati pakan ikan nagan raya. Penelitian ini memanfaatkan limbah ampas tahu sebagai alternative pakan ikan, dari berbagai literatur ampas tahu mengandung protein berkisar 19-24% sehingga memungkinkan dimanfaatkan sebagai pakan ikan, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa limbah tahu mampu meningkatkan pertumbuhan ikan.

Ketujuh, menurut penelitian Aliyah (2019) yang berjudul Pengaruh kombinasi sumber protein (limbah ikan tonkol dan tepung bungkil kedelai) pada pakan benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) di keramba jaring apung Waduk Cirata. Penelitian tersebut menggunakan kombinasi sumber protein limbah ikan tonkol dan tepung bungkil kedelai, limbah ikan tongkol memiliki kandungan protein sebesar 38,54% sedangkan tepung bungkil kedelai terdapat kandungan protein 48,08%. Kombinasi limbah ikan 75% dan tepung bungkil 25% dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan. Kedelapan, menurut penelitian Gusman (2014) yang berjudul Pemanfaatan buah mangrove jenis buah lindur (Bruquiera gymnorrhiza) sebagai campuran pakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio). Hasil analisis kimia buah mangrove jenis buah lindur (Bruquiera gymnorrhiza) mengandung kadar air 73,756%, protein 1,128%, kadar lmak 1,246%, dan karbohidrat 23,528%. Penelitian dihasilakan bahwa buah mangrove jenis buah lindur (Bruquiera gymnorrhiza) mampu meningkatkan pertumbuhan ikan mas dan mampu menyamai pakan komersil. Kesembilan, hasil penelitian Lahay (2019) yang berjudul Pengaruh penambahan tepung biji buah nangka (Artocarpus heterophyllus) pada pembuatan pakan ikan terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan nila (Oreochromis niloticus). Tepung biji nangka mengandung komponen gizi yaitu

(5)

protein 12,08%, abu 1,97%, air 5,02%, karbohidrat 79,34%, serat kasar 2,13%

dan lemak 0,94%. Dari banyaknya gizi yang dikandung tepung biji nangka dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan, namun penelitian dihasilkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan nila, karena pakan yang diberikan kurang memenuhi kebutuhan ikan nila untuk tumbuh.

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pakan alami dalam budidaya ikan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ikan. Salah satu pakan alami yang mampu digunakan sebagai alternatif sumber protein budidaya ikan mujair ialah maggot, karena maggot memiliki kandungan nutrisi yang cukup banyak.

2.2 Maggot

2.2.1 Morfologi Maggot

Maggot (Hermetia illunces) merupakan jenis organisme yang berpotensial untuk dimanfaatkan sebagai agen pengurai limbah dan sebagai pakan tambahan ikan. Rachmawati, dkk (2010) menyatakan maggot Hermetia illunces dapat dijadikan sebagai penyediaan pakan karena mudah berkembangbiak dan terdapat protein tinggi (61,42%).

2.2.2 Klasifikasi Maggot

Klasifikasi maggot adalah sebagai berikut (Anonim, 2010):

Kingdom : Animalia Phylum : Arthopoda Class : Insecta Order : Diptera

Family : Stratiomyidae Subfamily :Hermetiinae Genus : Hermetia

Species : Hermetia illunces 2.2.3 Kandungan Maggot

Maggot merupakan fase kedua setelah fase telur dan sebelum masa pupa.

Pada fase kedua itu mengandung sumber protein paling banyak. Fahmi (2015) menyatakan bahwa maggot memiliki kandungan protein 45-47% dan kandungan lemak 24-30%. Menurut Usman (2012) menyatakan bahwa lemak merupakan

(6)

sumber energi tinggi untuk perkembangan ikan. Maggot yang berkuran kecil memiliki kandungan protein yang lebih tinggi. Seperti penelitian Fahmi (2009) pada maggot ukuran (10-15mm) dihasilkan 60,2% sedangkan ukuran (20-25mm) dihasilkan 32,5% kandungan protein. Menurut Puranti (2015) Protein mampu mempegaruhi pertumbuhan dan menambah tenaga bagi ikan. Peningkatan kadar lemak terjadi mulai dari hari ke-10. Selain protein dan lemak maggot juga mengandung kadar bahan kering berkisar 26%-39% dan kadar abu berkisar 7,65%-11,36% (Rachmawati, 2010). Maggot juga mengandung serat kasar yang berfungsi untuk merangsang gerakan saluran pencernaan (Has, 2014). Secara lengkap kadar nutrisi dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Kadar Nutrisi Maggot

Parameter Bobot Basah (%) Bobot Kering (%)

Protein 31.09 41,49

Kadar air 25,07 0

Kadar abu 7,78 10,38

Lemak 5,47 7,30

Serat kasar 8,77 11,70

BETN 21,82 29,13

Sumber : Lab. Kimia BBPBAT Sukabumi, Retnosari (2007)

2.2.4 Budidaya Maggot

Budidaya maggot dapat dilakukan dengan menggunakan media yang mengandung organik maupun dari berbagai limbah. Karena, menurut Minggawati (2019) media yang mengandung bahan organik mampu digunakan sebagai sumber nutrisi untuk menumbuhkan magot. Menurut Azir (2017) dalam perkembangbiakkan maggot perlu memperhatikan media yang optimal agar perkembangan dan pertumbuhan maggot lebih cepat. Maggot hidup di daerah lembab, suhu sedang dan tidak terpapar matahari secara langsung. Hal tersebut sesuai pernyataan Hartono (2007) menyatakan bahwa kondisi tempat budidaya maggot harus minim cahaya atau bersuhu sedang dengan aroma yang khas untuk mengundang lalat datang sehingga mampu bertahan hidup sampai masa bertelur.

Budidaya maggot dilakukan dengan menggunakan media limbah organik berupa daun-daun kering dan sampah sayur. Sehingga dapat dimulai dengan menyiapkan media berupa daun-daun kering dan sampah-sampah sayur untuk penetasan Hermetia illucens. Telur yang diperoleh dari kandang pemeliharaan Hermetia illucens, selanjutnya telur ditetaskan dan dibesarkan sampai mencapai fase larva (maggot). Maggot yang didapatkan, dapat digunakan sebagai sumber

(7)

protein pakan ikan dalam keadaan segar maupun dijadikan tepung dan dapat dipelihara hingga fase pupa untuk restoking kandang.

2.3 Maggot Sebagai Sumber Protein Pakan 2.3.1 Teknik Pemanfaatan

Teknik pemanfaatan maggot dapat diberikan dalam bentuk segar dan bentuk tepung. Maggot yang diberikan dalam bentuk segar artinya maggot dimanfaatkan untuk sumber protein tanpa diolah terlebih dulu. Sedangkan maggot dalam bentuk tepung dimanfaatkan dengan diolah. Sebagai sumber protein maggot segar lebih efektif karena dalam prosesnya lebih singkat dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit.

2.3.2 Pengaruh Pemanfaatan Maggot pada Bobot Ikan

Pengaruh dari pemanfaatan maggot sebagai sumber protein dapat meningkatkan bobot ikan mujair karena maggot mengandung banyak nutrisi.

Selain itu maggot juga dapat didapatkan dengan mudah dan biaya relatif murah.

Berdasar hasil penelitian berbagai jenis ikan yang digunakan rata-rata terdapat hasil yang cukup memuaskan terhadap bobot ikan. Hal tersebut diukung oleh pernyataan Fauzi (2018) pada perlakuan ikan lele hasil penelitian menunjukkan bahwa maggot sangat berpotensi untuk dibudidayakan sebagai alternatif pakan ikan.

2.3.3 Penelitian Terdahulu tentang Pemanfaatan Maggot sebagai Sumber Protein Pakan Ikan

Pemanfaatan maggot sebagai sumber protein pakan ikan sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan berbagai ikan yang berbeda. Pertama, hasil penelitian Priyadi (2009) yang berjudul pemanfaatan maggot sebagai pengganti tepung ikan dalam pakan buatan benih ikan balashark (Balanthiocheilus melanopterus Bleeker). Penelitian tersebut dihasilkan dengan pemberian maggot 10% dan 20% telah memberikan respons terbaik terhadap pertumbuhan dan pertambahan bobot ikan balashark dibanding perlakuan kontrol. Peneliti menjelaskan bahwa semakin tinggi retensi protein akan mempercepat pertumbuhan ikan. Kedua, hasil penelitian Kardana (2012) yang berjudul efektivitas penambahan tepung maggot dalam pakan komersil terhadap pertumbuhan benih ikan bawal air tawar. Peneliti membahas bahwa ikan dapat

(8)

tumbuh baik jika asupan nutrienya tercukupi, terutama kebutuhan protein.

Protein yang dikonsumsi ikan akan menghasilkan asam amino yang dimanfaatkan sebagai pemeliharaan sel-sel tubuh untuk pertumbuhan dan reproduksi. Ikan membutuhkan protein sebesar 42%. Pada penelitian tersebut dengan penambahan maggot 20% menghasilkan kandungan protein 40,21%

sehingga dinyatakan paling optimal terhadap pertumbuhan ikan bawal. Ketiga, hasil penelitian Irfan (2013) yang berjudul Aplikasi larva Black Soldier FLY (Hermatia illucens) sebagai pakan alami dan pakan buatan (pelet) untuk ikan rainbow kurumoi (Melanotaenia parva). Penetilian tersebut dihasilkan bahwa maggot dan pelet maggot dapat mencukupi kebutuhan nutrisi ikan rainbow kurumoi ditandai dengan bertambahnya bobot ikan yang dibudidaya, peneliti memberi perlakuan menggunakan pakan maggot dan pelet maggot namun telah dibuktikan bahwa keduanya sama-sama mempengaruhi pertumbuhan dengan baik, walaupun pelet maggot telah melalui proses penggilingan, pemanasan, pendinginan bahkan pembentukan ternyata tidak mempengaruhi daya cerna pakan ikan rainbow kurumoi.

Keempat, hasil penelitian Torang (2013) yang berjudul pertumbuhan benih ikan betok (Anabas testudineus Bloch) dengan pemberian pakan tambahan berupa maggot didapatkan hasil bahwa pemberian pakan tambahan berupa maggot dapat mempercepat pertumbuhan berat ikan yang relatif tinggi.

Kandungan nutrisi maggot berfungsi sebagai pengatur trasportasi hormon dalam darah untuk mempercepat perkembangan ikan. Kelima, hasil penelitian pada ikan patin oleh (Rachmawati, 2013) menunjukkan hasil dengan pemberian maggot 25% yang menghasilkan 25,23% protein merupakan hasil paling mutlak terhadap bobot ikan patin karena sudah mencukupi jumlah protein yang dibutuhkan ikan patin sebesar 25%. peneliti membahas bahwa kandungan protein pakan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pertumbuhan ikan patin, jika kekurangan protein menyebabkan keterlambatan bobot dan jika kelebihan protein akan dibuang karena tidak diperlukan tubuh dan akan berdampak meningkatkan kebutuhan energi untuk katabolisme protein. Keenam, menurut penelitian Murni (2013) dengan menggunakan ikan Nila (Oreochromis niloticus) penelitian tersebut membahas bahwa pemberian pakan secara optimal

(9)

sangat mempengaruhi keberhasilan penambahan bobot ikan, dengan memberikan maggot 25%, 50% dan 75% hasil paling optimal yaitu dengan pemberian 50% maggot mampu dijadikan sebagai pakan alternatif pada budidaya ikan karena mampu meningkatkan pertumbuhan ikan secara efisien.

Ketujuh, hasil penelitian pada ikan lele oleh (Fauzi, 2018) dengan judul Analisis usaha budidaya maggot sebagai alternatif pakan lele. Penelitian tersebut membahas bahwa maggot memiliki banyak keunggulan yaitu mudah dibudidaya, mengandung nutrisi tinggi, mengandung anti mikroba dan anti jamur, sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa maggot sangat berpotensi untuk dibudidayakan sebagai alternatif pakan ikan. Berbagai jenis ikan yang digunakan rata-rata terdapat hasil yang cukup memuaskan dalam pemanfaatan maggot.

2.4 Sumber Belajar

Hasil dari penelitian pengaruh berbagai konsentrasi maggot sebagai sumber protein terhadap peningkatan bobot ikan mujair (Oreochromis mossambicus) sebagai sumber belajar biologi. Menurut Suhardi (2012) pemanfaatan hasil penelitian sebagai sumber belajar ada 6 syarat yaitu kejelasan potensi, kejelasan tujuan, kejelasan sasaran, kejelasan informasi yang diungkap, kejelasan pedoman eksplorasi, dan kejelasan perolehan yang diharapkan. Syarat dan deskripsi pemanfaatan hasil penelitian sebagai sumber belajar dijelaskan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Syarat dan Deskripsi Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar No Syarat Pemanfaatan Hasil

Penelitian sebagai sumber Belajar

Deskripsi Syarat

1 Kejelasan Potensi Potensi suatu objek untuk diungkap untuk guna menghasilkan fakta-fakta dan konsep-konsep dari hasil penelitian yang harus dicapai dalam kurikulum dengan mempertimbangkan ketersediaan objek dan permasalahan.

2 Kejelasan Tujuan Kesesuaian hasil penelitian dengan tujuan, kesesuaian yang dimaksud adalah hasil penelitian dengan kompetensi dasar (KD).

3 Kejelasan Sasaran Kejelasan sasaran kejelasan penelitian ini adalah objek dan subjek penelitian

4 Kejelasan Informasi yang Diungkap

Kejelasan Informasi meliputi dua aspek yaitu proses dan produk penelitian yang disesuaikan dengan kurikulum

5 Kejelasan Pedoman Eksplorasi Kejelasan pedoman eksplorasi meliputi penentuan sampel penelitian, alat dan bahan, cara kerja, pengolahan data dan penarikan kesimpulan

6 Kejelasan Perolehan yang Kejelasan perolehan berupa proses dan produk

(10)

Diharapkan penelitian yang meliputi perolehan kognitif, perolehan afektif, dan perolehan psikomotorik

Sasaran sumber belajar yang sesuai dengan penelitian ini yaitu pada siswa SMK kelas X Perikanan kelas X semester 1 dengan materi produksi Pakan Alami dan Buatan pada KD 3.5 menganalisis bahan baku pakan dan memilih bahan baku pakan, serta untuk siswa SMA materi pengayaan.

2.5 Kerangka Konsep

Faktor yang berpengaruh terhadap budidaya ikan mujair salah satunya adalah sumber protein pakan. Sumber protein ikan berfungsi sebagai sumber energi bagi pertumbuhan ikan, perkembangan ikan dan kelangsungan hidup ikan mujair. Dalam budidaya ikan mujair membutuhkan waktu yang cukup lama, untuk memecahkan masalah tersebut perlu adanya tindakan agar pertumbuhan bobot ikan mujair lebih optimal. Salah satu alternatif yang dapat membantu mengatasi pertumbuhan bobot ikan yaitu dengan memberikan pakan ikan yang mengandung banyak nutrisi.

Maggot dapat dijadikan sebagai sumber protein dalam budidaya ikan mujair. Maggot merupakan larva lalat yang memiliki kandungan nutrisi tinggi.

Penelitian mengenai penggunaan maggot sebagai pakan sudah banyak yang meneliti pada ikan, namun belum ada yang menerapkan pada ikan mujair.

Sehingga diharapkan maggot dapat berpengaruh pada pertumbuhan bobot ikan mujair. Kerangka konsep dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(11)

Gambar 2. 1 Kerangka konsep 2.6 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh berbagai konsentrasi maggot sebagai sumber protein terhadap peningkatan bobot ikan mujair (Oreochromis mossambicus).

Kandungan Lemak 24- 30%

(Fahmi, 2015)

Kandungan Protein 45- 47%

(Fahmi, 2015)

Serat kasar 8,77-11,70%

(Retnosari, 2007)

Sumber energi tertinggi untuk pertumbuhan

(Usman, 2010)

Penyusun enzim, membantu pertumbuhan dan menghasilkan tenaga

(Putranti,2015)

Merangsang gerakan saluran pencernaan

(Has,2014) Maggot

Pertambahan Berat Badan Ikan mujair

Sumber Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis memperlihatkan bahwa kandungan protein kasar pelepah daun kelapa sawit cukup rendah yaitu sebesar 6,5 % dengan serat kasar yang cukup tinggi sebesar 32,55 %

Seiring dengan kebutuhan jagung yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan berbahan baku jagung.Tanaman jagung termasuk jenis

Hasil analisis memperlihatkan bahwa kandungan protein kasar pelepah dan daun kelapa sawit cukup rendah yaitu sebesar 6,5 % dengan serat kasar yang cukup tinggi sebesar 32,55

Winarno (2018) menyebutkan bahwa pada 100 g daun kelor kering mengandung senyawa berikut. a) Protein dua kali lebih tinggi dari yoghurt. b) Vitamin A tujuh kali lebih tinggi

Penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2014) tentang teknik imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) menggunakan bahan anestesi ekstrak kasar buah pala (Myristica

Umpan yang mengandung asam amino diidentifikasikan dapat menjadi stimulus dan atraktor makan pada ikan dan crustacea, dan hampir semua studi mengenai rangsangan

Pulp dapat berasal dari kayu, bambu, padi dan tumbuhan lain yang mengandung serat, tetapi pada umumnya serat yang digunakan sebagai bahan baku kertas adalah

15 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Mengenai Sintesis Carboxymethyl Cellulose CMC No Metode Hasil Referensi 1 Sintesis CMC menggunakan limbah tongkol jagung Dengan perlakuan