PENGARUH PENGALAMAN DAN KERUMITAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) TERHADAP PENERIMAAN APLIKASI
(E-PKH) DI JAWA TIMUR
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Manajemen
Disusun Oleh : Galuh Andika (201910280211011)
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
PENGARUH PENGALAMAN DAN KERUMITAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) TERHADAP PENERIMAAN APLIKASI
(E-PKH) DI JAWA TIMUR
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Manajemen
Disusun Oleh : Galuh Andika (201910280211011)
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
“Pengaruh Pengalaman Dan Kerumitan Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap Penerimaan Aplikasi (E-PKH) Di Jawa Timur” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabatnya yang gigih memperjuangkan ajaran Tauhid dan keutamaan budi pekerti.
Selama proses penyusunan tesis ini, penulis sadar bahwa banyak pihak yang turut membantu dan mendukung terselesaikannya tesis ini. Sebagai ungkapan syukur, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Akhsanul In’am, Ph.D. selaku Direktur Direktorat Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan persetujuan penelitian ini.
2. Dr. Aniek Rumijati, M.M. selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang yang memberikan kesempatan penulis untuk menempuh perkuliahan pada program studi Magister Manajemen.
3. Prof. Ilyas Masudin, M.Log, SCM, Ph.D dan Dr. Fien Zulfikarijah, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, nasihat, dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan banyaknya ilmu.
5. Keluarga besar Bapak Saiman dan Bapak Anang Sumartono yang senantiasa memberikan do’a dan inspirasi.
6. Istriku Ayu Puspita Ningrum, S.sos bersama calon buah hatiku yang menjadi penyemangat dan seluruh teman-teman yang selalu memberikan dukungan untuk terus berjuang.
Kepada mereka semua, hanya ungkapan terima kasih dan doa tulus ikhlas yang dapat saya persembahkan. Semoga apa yang telah mereka berikan tercatat
ii
dalam lembaran catatan amal ibadah yang tidak ternilai. Aamiin.
Akhirnya, dengan segala kemampuan, penulis persembahkan karya tulis ini.
Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih ada beberpa kekurangan. Penulis mengharap kritik maupun saran yang membangun demi kebaikan dan kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga apa yang telah disajikan dalam karya tulis ini bermanfaat untuk kita semua.
Malang, 20 April 2021 Penyusun
Galuh Andika
PENGARUH PENGALAMAN DAN KERUMITAN
TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) TERHADAP PENERIMAAN APLIKASI (E-PKH) DI JAWA TIMUR
Galuh Andika Ilyas Masudin Fien Zulfikarijah
Program Studi Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRAK
Tujuan penelituan ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengalaman dan kerumitan TAM pada sistem aplikasi EPKH yang di gunakan untuk melaporkan data di Kementerian Sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner kepada 150 responden yaitu pendamping sosial di Jawa Timur. Jenis penelitian ini adalah explanatory research, penentuan sampel dilakukan dengan teknik non probability sampling dan menggunakan metode purposive sampling.
Data yang terkumpul kemudian di uji dan di analisis dengan menggunakan program Smart PLS. Hasilnya menunjukkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi kegunaan, sedangkan pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi kemudahan penggunaan. Kerumitan juga berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi kegunaan. Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi kegunaan, persepsi kegunaan berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan dan niat menggunakan berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan secara nyata.
Kata Kunci : TAM, EPKH dan Smart PLS.
iv
THE EFFECT OF EXPERIENCE AND COMPLEXITY OF THE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) ON ACCEPTING
APPLICATIONS (E-PKH) IN EAST JAVA
Galuh Andika Ilyas Masudin Fien Zulfikarijah
Master of Management University of Muhammadiyah Malang
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine and analyze the effect of experience and complexity of TAM on the EPKH application system used to report data at the Ministry of Social Affairs. This research is a quantitative research using data collection methods through distributing questionnaires to 150 respondents, namely social assistants in East Java. This type of research is explanatory research, the determination of the sample is done by non-probability sampling technique and using purposive sampling method. The collected data is then tested and analyzed using the Smart PLS program. The results show that experience has no significant effect on perceived usefulness, while experience significantly affects perceived ease of use.
Complexity also has a significant effect on perceived usefulness. Perceived ease of use has a significant effect on perceived usefulness, perceived usefulness has a significant effect on intention to use and intention to use significantly affects real use.
Keywords: TAM, EPKH and Smart PLS.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
A. PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 4
B. TINJAUAN TEORI ... 5
1. Landasan Teori ... 5
2. Hipotesis ... 12
C. METODE PENELITIAN ... 14
1. Kerangka Konseptual ... 15
2. Definisi Operasional ... 16
3. Uji Coba Instrumen ... 18
4. Teknik Analisis Data... 19
D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 22
1. Identitas Umum Responden ... 22
2. Hasil Analisis Deskriptif ... 23
3. Pembahasan ... 33
E. PENUTUP ... 37
1. Kesimpulan ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hipotesis………..16
Tabel 2 Definisi operasional dan indikator variabel ... 16
Tabel 3 Tabel Skor ... 18
Tabel 4 Karakteristik Responden ... 22
Tabel 5 Jawaban Responden ... 23
Tabel 6 Hasil Evaluasi Convergent Validity ... 26
Tabel 7 Hasil evaluasi Dicriminant Validity ... 27
Tabel 8 Hasil Evaluasi Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha………... 28
Tabel 9 Hasil Koefisien Determinasi ... 29
Tabel 10 Hasil Uji Hipotesis ... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model TAM tahun 1986 ... 5 Gambar 2 Kerangka konseptual………. ... 15 Gambar 3 Model Fit Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) ... 30
i
A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat pengunaan TIK itu penting di karenakan berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan dan membantu dalam pencapaian tujuan pedagosis mereka (Alharbi & Drew, 2014). Akan tetapi proliferasi faktor elektronik baru-baru ini berdampak pada penerimaan pengguna sistem informasi (Radnan & Purba, 2018). Di dalam penerimaan sebuah teknologi baru, tidak semua dapat langsung memahami perubahan teknologi tersebut terutama bagi pengguna yang berpengalaman dan yang tidak berpengalaman (S. Taylor & P. Todd, 1995). Tornatzky and Klein (1982) Menemukan bahwa semakin kompleks suatu sistem akan berdampak pada rendahnya pengguna mengadopsi sistem tersebut. Konsep Technology Acceptance Model (TAM) dikembangkan oleh Davis (1989), menawarkan teori sebagai dasar untuk belajar dan memahami perilaku pengguna dalam menerima dan menggunakan sistem informasi.
Technology Acceptance Model (TAM) memiliki teori tentang niat seseorang dalam menggunakan teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu manfaat yang dirasakan yaitu tingkat keyakinan seseorang bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan kinerja dan persepsi kemudahan penggunaan merupakan tingkat kemampuan seseorang dan keyakinan bahwa menggunakan teknologi memudahkan penyelesaian (Venkatesh & Davis, 2000). Ketika kompleksitas teknologi informasi lebih rendah, sistem akan lebih mudah dioperasikan dan meningkatkan niat pengguna untuk menggunakan teknologi informasi (C.-C. Chen & Tsai, 2019). Dalam mengadopsi teknologi baru, persepsi pengguna dan kemudahan penggunaan memberikan dampak kepada pengguna dan tingkat struktural (Cheung & Vogel, 2013). Sikap pengguna dianggap dipengaruhi oleh dua keyakinan utama persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan, dengan Persepsi kemudahan penggunaan memiliki pengaruh langsung pada persepsi kegunaan (Sakala & Phiri, 2019).
Masalah kemiskinan masih membutuhkan perhatian khusus bagi pemerintah karena membutuhkan banyak waktu dan strategi dalam proses
penangannya. Dalam permasalahan ini pemerintah mendirikan Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai upaya untuk menanggulangi kemiskinan dengan cara memberikan bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Program bantuan sosial bersyarat adalah sebuah intervensi yang mentransfer uang tunai dari pemerintah ke rumah tangga miskin dengan persyaratan yang harus di patuhi dengan spesifik kondisi (atau persyaratan), biasanya difokuskan pada kesehatan dan pendidikan untuk anak-anak mereka (Rasella, Aquino, Santos, Paes-Sousa, & Barreto, 2013). Dengan bantuan bersyarat itu diharapkan Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan dan juga merupakan Program Perlindungan Sosial yang juga dikenal di dunia internasional dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT). Sebuah program yang ditargetkan kepada orang miskin untuk menciptakan situasi yang kondisoional pada perilaku mereka dalam memenuhi kebutuhan (Baird, McIntosh, & Özler, 2011).
Pada program bantuan sosial bersyarat, ada perubahan sistem yang semula dilakukan dengan cara manual beralih menggunakan aplikasi online dengan harapan bisa mengurangi biaya dan kebocoran terkait dengan program perlindungan sosial (Aker, Boumnijel, McClelland, & Tierney, 2016). Program tersebut dapat berjalan dengan baik apabila pengguna suatu sistem mampu menjalankan dengan baik dan data yang diperoleh akurat dan dapat dipercaya karena proliferasi data (besar) telah membawa layanan di mana penggunaan data secara signifikan berkontribusi pada penciptaan nilai (Lim, Kim, Kim, Kim, & Maglio, 2018). Kumpulan data besar biasanya mengumpulkan data dari sumber yang berbeda dengan akurasi, kerumitan, dan ketidakpastian terkait bisa lebih buruk (Yang, Liu, & Xie, 2019). Data tentang berbagai indikator ini harus di kumpulkan secara teratur dengan penggunaan sistem yang baik karena sensus tradisional dan survey rumah tangga tidak akan lagi cukup (Van den Homberg & Susha, 2018).
Untuk mendukung program tersebut agar berjalan dengan baik Kementerian Sosial membuat sebuah aplikasi E-PKH yang merupakan aplikasi untuk mempermudah proses validasi karena langsung menggunakan aplikasi
tanpa banyak menggunakan paperless, untuk menghitung bantuan sosial secara otomatis, memasukkan hasil verifikasi, pemutahkhiran data dan pengontrolan keaktifan kegiatan Familiy Development Session (FDS) agar hasilnya akurat dan dapat dipercaya Intuitif seseorang dalam menggunakan sebuah sistem bisa di dapatkan dari informasi yang tersedia dengan menggabungkan antara pengamatan dari data survey dengan data administrasi (Meijer, Rohwedder, &
Wansbeek, 2012). Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Barrera- Osorio, Bertrand, Linden, and Perez-Calle (2011) tentang peningkatkan program transfer sosial bersyarat yang di buktian dari experiment pendidikan anak di Kolombia menemukan bahwa program transfer tunai bersyarat sangat penting karena mengingat sifat intervensi program di rancang untuk menghasilkan tingkat partisipasi yang tinggi didukung dengan keakuratan data yang di pantau dan administratif yang mempengaruhi jumlah bantuan yang diterima. Penerimaan sebuah sistem pada program tersebut penting untuk diteliti karena kesalahan data secara mendasar yang disebabkan karena kesalahan pengguna (human error) dan kesalahan sistem (error system) membutuhkan beberapa ukuran kebenaran standar objektif yang dengannya akurasi data dapat dinilai (Abowd & Stinson, 2013).
Penelitian ini membahas tentang pengaruh persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, niat perilaku dan penggunaan sebenarnya di dalam mengoperasikan aplikasi Elektronik Program Keluarga Harapan (E- PKH) dengan beberapa perspektif eksternal diantaranyapengalaman serta kerumitan yang saling keterkaitan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arndt and Peterson (2018) menemukan bahwa pengalaman dan persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh secara positif terhadap Persepsi Kegunaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh W. M. Al-Rahmi et al. (2019) menemukan bahwa menemukan bahwa Kerumitan berpengaruh secara signifikan terhadap Persepsi Kegunaan. Dari penelitian terdahulu tersebut, di harapkan agar hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan teknologi aplikasi EPKH yang sudah di terapkan kepada para pekerja.
Orisinalitas penelitian ini di ambil karena kurangnya penelitian yang membahas tentang penerimaan model teknologi pada aplikasi E-PKH di
Indonesia. Dan di dalam program tersebut Silva (2015) membahas tentang sebuah teori sistem informasi yang di desain untuk menerangkan bagaimana pengguna mengerti dan mengaplikasikan sebuah teknologi informasi. Muchran and Ahmar (2019) membangun model TAM dengan memasukkan variabel pengalaman karena mengasumsikan pengalaman juga penentu perilaku bagi pengguna suatu sistem. Ada perbedaan yang signifikan antara penguna sistem yang berpengalaman dengan yang tidak berpengalaman (S. Taylor & P. Todd, 1995). Khususnya, pengalaman dari masa lalu dan tingkat kerumitan sebuah sistem akan membantu mewujudkan sikap dan niat dalam penggunaannya. Inilah yang menyebabkan perhitungan dalam pembentukan niat dalam menggunakan sebuah system (H. Ajzen & Fishbein, 1980).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Pengalaman (Experience) berpengaruh terhadap Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) pada penerimaan aplikasi E-PKH ? 2. Apakah Pengalaman (Experience) berpengaruh terhadap Kemudahan
Penggunaan (Perceived Ease Of Us) pada penerimaan aplikasi E-PKH ? 3. Apakah Kerumitan (Complexity) berpengaruh terhadap Persepsi
Kegunaan (Perceived Usefulness) pada penerimaan aplikasi E-PKH ? 4. Apakah Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use)
berpengaruh terhadap Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) pada penerimaan aplikasi E-PKH ?
5. Apakah Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) berpengaruh terhadap Niat Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use) pada penerimaan aplikasi E-PKH ?
6. Apakah Niat Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use) berpengaruh terhadap Penggunaan secara nyata (Actual Use) pada penerimaan aplikasi E-PKH ?
B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori
Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang mengadopsi Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein (1981). Motivasi pengguna dapat dijelaskan oleh tiga faktor diantaranya Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness), Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use), dan Sikap terhadap penggunaan sistem (attitude) (Davis, 1985). Sikap membentuk perilaku seseorang untuk berniat menggunakan teknologi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi penggunaan sistem yang sebenarnya (Actual Use) (Davis, 1989). Davis (1989) mengadaptasi TRA dengan mengembangkan dua keyakinan yang secara spesifik pada penggunaan teknologi.
Gambar 1. Model TAM tahun 1986
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use), mempengaruhi sikap terhadap pengguna (attitude) dalam mengadopsi atau mengguankan suatu teknologi (Actual Use). TAM mengadopsi rantai sebab akibat dari niat, sikap, keyakinan, dan perilaku seperti yang telah diajukan oleh Fishbein (1981) yang dikenal Theory of Reasoned Action (TRA). Thompson, Higgins, and Howell (1991) menyatakan bahwa manfaat teknologi informasi merupakan dampak yang diharapkan oleh pengguna
X1
X2
X3
Perceived Ease Of Usefulness
Perceived Usefulness
Attitude Toward Using
Actual System Use
teknologi informasi dalam menjalankan tugas mereka jika orang tersebut memiliki pemahaman mengenai manfaat atau kegunaan (usefulness) yang baik atas kegunaannya. Manfaat yang dapat dirasakan memiliki korelasi yang lebih kuat dengan penerimaan pengguna terhadap teknologi (Tibenderana, Ogao, Ikoja-Odongo, & Wokadala, 2010)
Menurut TAM, Niat Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use) mengacu pada penggunaan (Actual Use), yang mencerminkan perasaan disukai atau tidak disukai dalam menggunakan teknologi, dan manfaat yang dirasakan mencerminkan keyakinan bahwa menggunakan teknologi akan meningkatkan kinerja. Sikap ditentukan bersama oleh manfaat yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use). Akhirnya, kemudahan penggunaan adalah penentu langsung yang di rasakan (S. Taylor &
P. Todd, 1995). Karena itu penerimaan bisa lebih jauh digambarkan sebagai faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam mengadopsi teknologi dan penerimaan telah dikonseptualisasikan sebagai variabel hasil dalam proses psikologis yang dilalui pengguna dalam membuat keputusan (Samaradiwakara & Gunawardena, 2014). TAM menunjukkan bahwa keyakinan, sikap dan niat-perilaku dijelaskan dan diprediksi penerima teknologi di antara pengguna yang berpengalaman (Dajani & Yaseen, 2016).
Penelitian ini menjelaskan kekhawatiran dalam mengintegrasi teknologi tentang niat, sikap dan perilaku dalam menggunakan teknologi dengan tingkat kerumitan yang ada berdasarkan pengalaman mereka (S. K. Howard &
Gigliotti, 2016).
Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness)
Persepsi Kegunaan merupakan persepsi yang menjelaskan tentang bagaimana pengguna dapat percaya bahwa dengan menggunakan sebuah teknologi akan meningkatkan kinerjanya. Di dalam penelitiannya Harfouche (2010) Menemukan bahwa persepsi kegunaan merupakan faktor yang penting dalam menjelaskan penerimaan teknologi. Thompson et al. (1991) berpendapat bahwa tidak memahami persepsi kegunaan suatu teknologi baru dapat menyebabkan produktivitas menjadi rendah, dan akhirnya akan membuat suatu
masalah yang komplek dalam suatu pekerjaan. Menurut R. Howard, Restrepo, and Chang (2017) menyatakan bahwa Persepsi kegunaan dari suatu sistem informasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Niat perilaku yang merupakan konstruksi yang terdiri dari harapan kinerja, Harapan Usaha, dan Pengaruh Sosial.
2. Kondisi Fasilitasi: Konstruksi ini mengacu pada sejauh mana seorang individu percaya bahwa organisasi ada untuk mendukung penggunaan sistem
Menurut M. Ali, Zhou, Miller, and Ieromonachou (2016) Persepsi penggunaan teknologi baru dapat langsung berkorelasi dengan faktor kepribadian diantaranya sebagai berikut :
1. Usia pengguna 2. Tingkat pendidikan
3. Kebutuhan yang dirasakan
4. Tingkat penggunaan TI yang diharapkan
Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use)
Menurut Davis (1989) persepsi kemudahan penggunaan merupakan persepsi yang menjelaskan tentang bagaimana seseorang dapat percaya bahwa dengan menggunakan sebuah teknologi akan mempermudah dalam menyelesaikan pekerjaan. Intensitas dan interaksi pengguna dalam menggunakan teknologi dapat menunjukkan kemudahan dalam menggunakan teknologi tersebut. Persepsi kemudahan dipengaruhi oleh teknologi itu sendiri, dan tersedianya sarana dan prasarana yang dapat mendukung penggunaan teknologi (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003). Dimensi kemudahan penggunaan di bagi sebagai berikut :
1. Interaksi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti
2. Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem tersebut
3. Sistem mudah digunakan
4. Mudah mengoperasikan sistem sesuai dengan apa yang ingin individu kerjakan
Davis (1989) berpendapat bahwa dalam persepsi kemudahan penggunaan terdapat beberapa indikator yang harus di perhatikan diantaranya :
1. Teknologi informasi mudah untuk di pelajari dan di pahami
2. Mengerjakan dengan mudah tentang apa yang di inginkan oleh para pengguna
3. Meningkatnya keterampilan pengguna
4. Teknologi informasi mudah untuk di operasikan
Persepsi kemudahan penggunaan merupakan faktor penentu tentang manfaat yang dirasakan para pengguna (Maduku, Mpinganjira, & Duh, 2016).Kemudahan selanjutnya akan memiliki efek pada perilaku para pengguna, yaitu apabila semakin meningkat seseorang beranggapan mengenai kemudahan menggunakan sistem maka akan semakin meningkat pula skala pemanfaatan teknologi informasi tersebut. Pengguna (user) sebuah teknologi memiliki kepercayaan bahwa sistem yang efektif dan efisien serta mudah dalam pengaplikasiannya (compartible) adalah sebuah karakter dari kemudahan penggunaan.
Niat untuk menggunakan (Behavioral Intention to Use)
Menurut Davis (1989) Niat untuk menggunakan merupakan kecenderunagn perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Sikap terhadap penggunaan adalah evaluasi pengguna terhadap keinginan untuk menggunakan sistem informasi tertentu dan niat seseorang dalam menggunakan sistem digunakan sebagai tolak ukur dari kemungkian seseorang akan menggunakan suatu sistem (H. Ajzen & Fishbein, 1980). Niat untuk menggunakan suatu teknologi di pengaruhi oleh persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use) (Holden & Karsh, 2010), semakin mudah dan bermanfaatnya suatu teknologi maka akan mempengaruhi niat orang tersebut untuk terus menggunakan teknologi.
Douglass (1977) menyebutkan bahwa perilaku individu dalam menggunakan suatu sistem didasarkan pada niat individu untuk terlibat dalam tindakan tertentu. Sikap dan norma subyektif membentuk niat seseorang untuk
melakukan suatu perilaku, akhirnya niat seseorang akan menentukan perilaku yang di inginkan (Rahmawati, 2019). Menurut R. Howard et al. (2017) Penerimaan dalam penggunaan teknologi memprediksi bahwa niat perilaku dari suatu sistem informasi dipengaruhi beberapa faktor diantaranya :
1. Kinerja Harapan yaitu sejauh mana pengguna sistem percaya itu akan membantu mereka mencapai keuntungan dalam meningkatkan kinerja.
2. Upaya Harapan yaitu sejauh mana penggunaan sistem ini mudah untuk individu.
3. Pengaruh Sosial yaitu sejauh mana individu memandang mereka harus menggunakan sistem.
Menurut Almaiah and Alyoussef (2019), pengaruh sosial, fasilitasi kondisi, harapan usaha dan harapan kinerja memiliki pengaruh kuat pada niat perilaku untuk menggunakan sebuah sistem. Ketertarikan pada perilaku individu dapat dilihat dari tingkat penggunaan teknologi sehingga dapat diprediksi dari sikap dan perhatian (Muchran & Ahmar, 2019). Olasina (2019) Menyatakan bahwa niat perilaku terkait dengan penggunaan aktual dan dikenal sebagai niat perilaku untuk menggunakan suatu sistem
Penggunaan Secara Nyata (Actual Use)
Menurut Davis (1989) Pemakaian aktual merupakan bagaimana pengguna teknologi dalam kondisi nyata mengaplikasian suatu sistem. Shrestha and Vassileva (2019) Berpendapat bahwa penggunaan aktual sistem ditentukan oleh niat perilaku untuk menggunakan, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh sikap pengguna terhadap penggunaan sistem, persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan. Bentuk pengukuran pemakaian aktual adalah seberapa sering seseorang menggunakan dan durasi waktu pemakaian terhadap teknologi.
Ada beberapa indikator pengukuran konstruk penggunaan teknologi, yaitu: penggunaan aktual, frekuensi aktual dan kepuasan pengguna (Muntianah, Astuti, & Azizah, 2012). Jika seseorang percaya bahwa penggunaan suatu sistem benar-benar dapat membantunya dalam pekerjaannya, maka pengguna akan menggunakan teknologi tersebut (perasaan positif), sebaliknya jika seseorang merasa bahwa teknologi yang akan di gunakan tidak
akan membantunya, maka dia tidak akan menggunakan teknologi (perasaan negatif) (Fathema, Shannon, & Ross, 2015; Nagy, 2018), menemukan bahwa sikap memiliki efek positif pada penggunaan aktual. Menurut Perkins (1985), ada tiga kondisi agar teknologi dapat digunakan secara efektif yaitu peluang memang tersedia, pengguna mengenalinya dan pengguna cukup termotivasi untuk menggunakannya (Surry & Land, 2010: 146). Seseorang akan merasa puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi dalam penggunaannya secara nyata (Hermanto & Patmawati, 2017)
Variabel Eksternal Pengalaman (Experience)
Pengalaman adalah aktivitas masa lalu dalam menggunakan teknologi untuk mendorong kecenderungan dalam menggunakan teknologi sejenis secara berulang-ulang (Muchran & Ahmar, 2019). Pengalaman kerja menunjukkan keterampilan seseorang dalam belajar di tempat kerja yang bisa dilihat dari cara pekerja mengatasi masalah baru secara efektif, memahami langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan operasi, atau merancang cara yang digunakan untuk mencapai persyaratan informasi (Stern & Nakata, 1989) dan membantu untuk memahami pengalaman dari berbagai sudut pandang dan skenario potensial (Lengelle, Meijers, Poell, Geijsel, & Post, 2016).
Menurut Patry and Pelletier (2001), dalam penelitiannya menemukan adanya perbedaaan yang menonjol antara pekerja yang berpengalaman dengan yang tidak berpengalaman dalam mempengaruhi penggunaan yang sebenarnya dalam menerima sebuah perubahan suatu sistem. Tingkat kinerja dan penempatan kerja seseorang pada suatu bidang dapat dilihat dari pengalaman kerja sebelumnya (Uppal & Mishra, 2014). Pekerja yang berpengalaman memiliki keyakinan yang terinternalisasi, nilai-nilai dan harapan kerja yang unik di dalam pekerjaan mereka (Uppal, Mishra, &
Vohra, 2014). Pengalaman kerja dapat di lihat dari lama individu beroperasi
dalam bidang yang diberikan, semakin baik mereka dalam menyerap pengetahuan baru dan menggabungkan konsep-konsep dalam bidang tertentu (Gabrielsson & Politis, 2012).
Pekerja sosial yang berpengalaman cenderung mempertimbangkan re- aktif maupun pro-aktif dalam aspek ketahanan setelah mereka merefleksikan pengalamannya dan mencatat perubahan hubungan interaktif antara berbagai elemen dari diri pekerja sosial, konteks praktik mereka dan faktor mediasi (Collins, 2017). Menurut Adamson, Beddoe, and Davys (2014) para pekerja berpengalaman lebih mudah melihat di luar kebutuhan mereka sendiri untuk fokus terhadap kebutuhan penggunaan sebuah teknologi. Pengalaman dan persepsi tentang teknologi adalah faktor penting yang mempengaruhi integritas teknologi (Mokhtar, Katan, & Hidayat-ur-Rehman, 2018). Menurut Foster et al. (2009), ada beberapa indikator untuk menentukan pengalaman kerja seorang pegawai diantaranya :
1. Lama waktu atau masa kerja
2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki 3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.
Kerumitan (Complexity)
Menurut Gould (1979) kompleksitas pekerjaan didefinisikan sebagai sejauh mana permasalahan yang terdapat pada pekerjaan terutama mengenai penerimaan sebuah sistem yang baru. Peningkatan kompleksitas sebuah sistem memiliki tantangan dalam konsekuensi jangka panjang yang mencakup peningkatan kehidupan sistem, biaya siklus dan peningkatan kesulitan dalam memperbaiki dan memelihara sistem (Boardman & Sauser, 2006). Sudah menjadi hal yang biasa untuk mengataan bahwa pekerjaan sosial di tandai dengan ketidakpastian, ambiguitas dan kompleksitas (Parton, 1998).
Ketidakmampuan pekerja sosial untuk menjamin keakuratan, kepastian pengambilan keputusan dan tindakannya mencerminkan status pengetahuan yang menjadi sandaran praktik tidak pasti dan kurangnya konsensus (ambiguity) berkenaan dengan tujuan, metode, dan pencapaiannya menjadi rumit (Fish & Hardy, 2015). Menurut Pajo and Wallace (2001) ada beberapa hambatan yang mempengaruhi penggunaan teknologi diantaranya :
1. Hambatan pribadi (kurangnya pengetahuan, keterampilan, pelatihan, panutan dan waktu.
2. Hambatan sikap (tidak percaya pada teknologi, keengganan untuk bekerja dengan teknologi, kekhawatiran tentang akses)
3. hambatan organisasi (dukungan teknis, perangkat keras, perangkat lunak, instruksional yang tidak memadai, desain dan tidak ada pengakuan nilai pengajaran online)
Kompleksitas mengasumsikan bahwa tidak liniernya antara input yang diberikan dengan hasil yang di dapatkan atas apa yang di lakukan oleh para pekerja sosial (Pycroft & Wolf-Branigin, 2016). Kemampuan mereka untuk mengelola banyak hal dalam pekerjaan tak terhindarkan dari tingkat kompleksitas emosional intra dan antar pribadi dari pekerjaan mereka (Kinman, McMurray, & Williams, 2014). McDermott (2014) Berpendapat teori kompleksitas saling berinteraksi dengan manajemen resiko, dan menurut Fish and Hardy (2015) dalam kompleksitas prediksi memiliki nilai terbatas, karena perubahan kecil dalam suatu variabel dapat menyebabkan perbedaan hasil yang besar.
2. Hipotesis
Pengalaman mempengaruhi penerimaan sistem secara tidak langsung melalui kepercayaan, persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan (Igbaria et al., 1995). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Arndt &
Peterson, 2018; Danurdoro & Wulandari, 2016; Igbaria et al., 1995) menemukan bahwa pengalaman dan persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh secara positif terhadap Persepsi Kegunaan. Menurut Sunny, Patrick, and Rob (2019) ada hubungan langsung antara keberhasilan dalam menggunakan teknologi dengan pengalaman penggunanya.
Al-Maroof, Salloum, AlHamadand, and Shaalan (2020) mendukung hubungan pengalaman dengan persepsi penggunaan yang membuat pengukuran pengalaman lebih praktis dan efisien. Demikian pula, efisiensi diri memiliki hubungan langsung dengan sikap, persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan. Semakin tinggi efisiensinya, semakin tinggi pengalaman dan
penerimaannya (S. C. Chen, Chen, & Chen, 2009). Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Pengalaman (Experience) berpengaruh terhadap Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness)
H2 : Pengalaman (Experience) berpengaruh terhadap Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use).
Kompleksitas merupakan teknologi sebagai kedalaman dan ruang lingkup upaya pemrograman, pengguna lingkungan, dan upaya teknis terkait yang terlibat dalam membangun sistem tersebut dan dalam mengimplementasikannya di lingkungan pekerjaan (M. H. Meyer & Curley, 1991). Hasil penelitian dari (W. M. Al-Rahmi et al., 2019; Gangwar, Date, &
Ramaswamy, 2015) menemukan bahwa Kerumitan berpengaruh secara signifikan terhadap Persepsi Kegunaan. Kompleksitas sistem yang di presepsikan mengacu pada sejauh mana sistem komputer dirasakan sulit untuk dipelajari atau digunakan. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Kerumitan (Complexity) berpengaruh terhadap Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness)
Apabila seseorang merasa yakin bahwa sistem informasinya mudah digunakan maka dia akan menggunakannya (S. Taylor & P. Todd, 1995). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (W. M. Al-Rahmi et al., 2019; Muchran &
Ahmar, 2019) menunjukkan bahwa Persepsi Kemudahan Penggunaan memiliki pengaruh positif terhadap Persepsi Kegunaan. Persepsi kegunaan memerlukan waktu lebih lama untuk berkembang karena pengguna membutuhkan lebih banyak waktu untuk mendapatkan pengetahuan terperinci tentang sistem dan belajar bagaimana sistem dapat meningkatkan kemampuan kerja mereka.
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use) berpengaruh terhadap Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness)
Sikap terhadap penggunaan sebuah sistem telah dianggap sebagai sejauh mana seorang individu memandang positif atau perasaan negatif terkait dengan
penerimaan sebuah sistem. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Elkaseh, Wong, & Fung, 2016; Wu & Chen, 2017) menemukan bahwa Persepsi Kegunaan berpengaruh secara positif terhadap Niat Untuk Menggunakan. Hal ini sama dengan pendapat Davis (1989) bahwa sikap berfungsi sebagai hal yang krusial untuk memediasi variabel antara persepsi kegunaan terhadap niat mengunakan sebuah sistem, karena efek sikap pengguna tidak langsung akan dirasakan manfaatnya pada niat untuk menggunakan sebuah sistem. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H5 : Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) berpengaruh terhadap Niat Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use)
Niat di definisikan sebagai suatu keinginan seseorang untuk melakukan suatu hal tertentu (Venkatesh et al., 2003). Di dalam penelitian yang dilakukan oleh (Hermanto & Patmawati, 2017; Muntianah et al., 2012) menemukan bahwa niat untuk menggunakan berpengaruh secara positif terhadap penggunaan secara nyata. Niat seseorang dalam menggunakan suatu sistem dapat digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan sebuah sistem. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H6 : Niat Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use) berpengaruh terhadap penggunaan secara nyata (Actual Use).
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian explanatory research dengan menggunakan metode kuantitatif yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (PD Sugiyono, 2017). Penelitian ini juga menggunakan metode survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan
perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, observasi dan wawancara yang terstruktur (PD Sugiyono, 2017).
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para pendamping sosial pada Program Keluarga Harapan yang berada di ruang lingkup kerja Wilayah Jawa Timur yang menggunakan Aplikasi EPKH. Pengambilan sampel ini mengacu pada pendapat Winarno (1998) yang menyatakan populasi cukup homogen di bawah 100 diambil 50 % dan di atas 1000 di ambil 15%. Sesuai perhitungan tersebut maka pegambilan sampel yang diambil sebanyak 15%
dari 1.000 populasi, yaitu sejumlah 150 responden. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik non probability sampling dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik yang digunakan dengan cara memberikan kriteria khusus pada sampel yang akan di ambil.
1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di wilayah kerja Program Keluarga Harapan di Jawa Timur mengenai penerapan aplikasi E-PKH masih ditemukan kendala terutama dalam hal pelaporan data. Melalui konsep TAM terdapat Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness), Persepsi kemudahan pnggunaan (Perceived Ease Of Use), niat untuk menggunakan (Behavioral Intention to Use) yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menggunakan suatu sistem secara nyata (Actual Use) dengan faktor pengalaman (Experience) dan kerumitan (Complexity) sebaga variabel ekternal. Dengan ini dapat disimpulkan konsep penelitian sebagai berikut :
Gambar 2. Kerangka konseptual
Perceived Ease of Use
Experience Behavioral
Intention to Use
Actual Use Percived
Usefulness
Complexity
Tabel 1. Tabel Hipotesis
Hipotesis Deskripsi
H1 Pengalaman (Experience) berpengaruh terhadap Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness)
H2 Pengalaman (Experience) berpengaruh terhadap Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use).
H3 Kerumitan (Complexity) berpengaruh terhadap Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness)
H4 Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use) berpengaruh terhadap Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) H5 Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) berpengaruh terhadap
Niat Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use)
H6 Niat Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use) berpengaruh terhadap penggunaan secara nyata (Actual Use).
2. Definisi Operasional
Menurut Prof Sugiyono (2015) definisi operasional merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Tujuan dari definisi operasional adalah untuk mengetahui cara pengukuran terhadap variabel yang dibangun berdasarkan konsep yang sama sehingga pembaca memiliki pemahaman yang sama.
Penjelasan definisi operasional variabel dan pengukuran variabel dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2. Definisi operasional dan indikator variabel
Variabel Definisi Indikator
Pengalaman (Experience)
Menurut Foster et al. (2009) pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik
Lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh
Tingkat pengetahuan para pengguna
keterampilan yang dimiliki pengguna
Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan Kerumitan
(Compexity)
Kerumitan didefinisikan sebagai seberapa sulit suatu teknologi untuk dipahami dan digunakan yang dipersepsikan oleh pemakai (E. M. Rogers & Shoemaker, 1971)
Menghabiskan banyak waktu saat melakukan pekerjaan
Kesulitan mengintegrasikan hasil pekerjaan
Rentan terhadap kehilangan
data
kerusakan computer (error system)
kesalahan pengguna (human error) Persepsi
Kegunaan (Perceived Usefulness)
Persepsi Kegunaan merupakan persepsi yang menjelaskan tentang bagaimana pengguna dapat percaya bahwa dengan menggunakan sebuah teknologi akan meningkatkan kinerjanya
(Davis, 1989)
Penggunaan teknologi mampu meningkatkan kinerja individu
Penggunaan teknologi mampu menambah tingkat produktifitas individu
Penggunaan teknologi mampu meningkatkan efektifitas kinerja individu
Penggunaan teknologi bermanfaat bagi individu Persepsi
Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use)
Persepsi Kemudahan Penggunaan diasumsikan sebagai tingat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi tertentu akan mempermudah dalam suatu kegiatan (Davis, 1989)
Interaksi individu dengan teknologi jelas dan mudah dimengerti
Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan teknologi tersebut
Sistem mudah digunakan
Mudah mengoperasikan teknologi sesuai dengan apa yang ingin individu kerjakan
Niat Untuk Menggunakan
(Behavioral Intention to
Use)
Menurut Davis (1989) Niat untuk
menggunakan merupakan
kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi
keinginan untuk menggunakan
selalu mencoba menggunakan
berlanjut dimasa yang akan dating
Penggunaan Secara Nyata
(Actual Use)
Menurut Davis (1989) Pemakaian Aktual merupakan bagaimana pengguna teknologi dalam kondisi nyata mengaplikasian suatu system
Frekuensi dan durasi waktu penggunaan terhadap TIK
Penggunaan teknologi sesungguhnya dalam praktek (actual technology use)
Pengukuran nilai variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuisioner pada masing-masing indikator variabel. Selanjutnya jawaban dari kuisioner akan disusun dengan menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (D. Sugiyono, 2010). Di dalam
skala ini terdapat beberpa pilihan jawaban diantaranya : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor sesuai jawaban dari responden diantaranya sebagai berikut :
Tabel 3. Tabel Skor
No Keterangan Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3. Uji Coba Instrumen
Menurut Notoatmodjo (2010) instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya. Teknik dalam pemberian skor yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini menggunakan teknik Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008). Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan software Smart PLS dan menggunakan sampel data sebanyak 150 responden.
a. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya (Azwar, 1986). Menurut PD Sugiyono (2013) Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid yang berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu penelitian dapat dikatakan memiliki validitas yang baik apabila signifikannya > 0,5.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang merupakan pengukuran.
Ghozali (2009) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk.
Menurut Yusuf (2014) suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen itu dicobakan kepada subjek yang sama secara berulang-ulang namun hasilnya tetap sama atau relatif sama. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari batasan yang ditentukan yakni 0,6 atau nilai korelasi hasil perhitungan lebih besar daripada nilai dalam tabel dan dapat digunakan untuk penelitian, yang dirumuskan.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang terutama adalah masalah yang ada di dalam sebuah penelitian. Data ini dibuat dengan dasar pendugaan dan pengujian hipotesis.
Penelitian ini menggunakan Teknik analisis data Deskriptif yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan analisis Partial Least Square (PLS).
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (PD Sugiyono, 2017).
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988).
b. Analisis Partial Least Square (PLS)
Partial Least Square (PLS) merupakan suatu teknik statistik multivariat yang bisa untuk menangani banyak variabel respon serta variabel eksplanatori sekaligus dalam suatu penelitian (Geladi & Kowalski, 1986). PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif (Ghozali & Latan, 2012). Tujuan dari penggunaan PLS (Partial Least Square) yaitu untuk memprediksi hubungan antar konstruk, selain itu untuk membantu peneliti dalam penelitiannya untuk mendapatkan nilai variabel laten yang bertujuan untuk melakukan pemprediksian. Dalam metode PLS teknik analisa yang dilakukan adalah sebagai berikut
1. Analisa outer model
Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa measurement yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliabel). Dalam analisa model ini menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikatornya. Analisa outer model dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya sebagai berikut :
a. Convergent Validity ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi > 0.5
b. Discriminant Validity dianggap valid memiliki nilai average varian extracted (AVE) ≥ 0,5 atau memperlihatkan seluruh outerloading dimensi memiliki nilai loading ≥ 0,5.
c. Composite reliability dapat dilihat pada view latent variabel coefficients dan dapat nilai yang dicapai adalah > 0,5
d. Cronbach’s Alpha dapat dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,5.
Uji yang dilakukan diatas digunakan untuk menguji pada outer model indikator reflektif. Apabila menggunakan indikator formatif maka dilakukan pengujian yang berbeda yaitu dengan cara sebagai berikut :
a. Significance of weights yaitu Nilai weight indikator formatif dengan konstruknya harus signifikan
b. Multicollinearity merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar indikator. Untuk mengetahui apakah indikator formatif mengalami multicollinearity bisa dilihat dari nilai VIF. Apabila nilai VIF antara 5-10 dapat maka dikatakan bahwa indikator tersebut terjadi multicollinearity.
2. Analisa Inner Model
Analisa Inner model biasanya juga disebut dengan (inner relation, structural model dan substantive theory). Analisis ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada substantive theory..
Koefisien Determinasi
koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Nilai R-Square berada pada interval 0-1. Suatu model regresi dapat dikatakan baik apabila nilai R-Square mendekati 1.
Prediction relevance (Q square) dan Goodness of Fit Index (GoF)
Uji Goodness of Fit Inner digunakan untuk mengukur nilai observasi yang di hasilkan oleh model dan parameternya dengan menggunakan koefisien determinasi total (Q2) dengan rumus perhitungannya sebagai berikut :
Q2 = 1 – ( 1 - R21 ) x ( 1 - R22 ) Keterangan :
Q2 = Koefisien determinasi total R2 = R-Square
Tahap selanjutnya mencari nilai Goodness of Fit (GoF) yang di dapatkan dengan rumus :
GoF = √𝐴𝑉𝐸 x R2
Estimate for Path Coefisients merupakan nilai koefisien jalur atau besarnya hubungan atau pengaruh konstruk laten yang dilakukan dengan menggunakan prosedur Bootstrapping.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai probabilitas. dalam pengujian hipotesis menggunakan nilai statistic, maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang digunakan adalah 1,96. Sehingga kriteria penerimaan/penolakan hipotesa adalah Ha diterima dan H0 di tolak ketika t- statistik > 1,96. Untuk menolak/menerima hipotesis menggunakan probabilitas maka Ha di terima jika nilai p < 0,05.
Keterangan :
Ha = Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain
H0 = Hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungannya atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain.
D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Identitas Umum Responden
Responden penelitian ini adalah pengguna aplikasi Elektronik Program Keluarga Harapan (E-PKH) yaitu pendamping sosial di wilayah Jawa Timur.
Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 150 responden. Identitas responden di kategorikan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan angkatan yang secara rinci di gambarkan pada penjelasan berikut.
Tabel 4. Karakteristik Responden
No Keterangan Jumlah Responden Persentase (%)
1
Jenis Kelamin :
Laki – Laki 68 45%
Perempuan 82 55%
Jumlah 150 100%
2
Usia :
23 - 28 tahun 33 22%
29 - 34 tahun 47 31%
35 - 40 tahun 37 25%
> 40 tahun 33 22%
Jumlah 150 100%
3
Angkatan :
2007 – 2012 18 12%
2013 – 2018 122 81%
2019 – 2021 10 7%
Jumlah 150 100%
Tabel 3 menunjukan bahwa responden dalam penelitian ini terdiri dari responden laki-laki dengan jumlah 68 orang (45%) dan perempuan 82 orang (55%). Usia dari responden sebagian besar pada usia dengan rentang 29-34 tahun sebanyak 47 orang (31%), selanjutnya di ikuti pada rentang usia 35-40 tahun sebanyak 37 0rang (25%), usia 23-28 tahun sebanyak 33 orang (22%) dan usia >40 tahun sebanyak 33 orang (22%).
Responden sebagian besar berasal dari angkatan 2007-2012 sebanyak 18 orang (12%), angkatan 2013-2018 sebanyak 122 orang (81%) dan angkatan 2019-2021 sebanyak 10 orang (7%).
2. Hasil Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui berapa banyak distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pernyataan dari setiap indikator pada masing-masing variabel yaitu Pengalaman, kerumitan ,Persepsi Kegunaan, Persepsi kemudahan penggunaan, Niat untuk menggunakan, Penggunan secara nyata. Deskripsi jawaban dari responden pada setiap variabel dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 5. Jawaban Responden
Variabel Indikator Jawaban Responden Rata -
Rata
STS TS KS S SS
Pengalaman (Experience)
a. Lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh
0 0% 11 7% 25 17% 72 48% 42 28% 3.967 b.Tingkat pengetahuan
para pengguna 0 0% 8 5% 29 19% 82 55% 31 21% 3.907 c. Keterampilan yang
dimiliki pengguna 2 1% 9 6% 27 18% 73 49% 39 26% 3.920 d. Penguasaan terhadap
pekerjaan dan peralatan 0 0% 19 13% 38 25% 54 36% 39 26% 3.753
Rata – Rata 3.887
Kerumitan (Complexity
)
a. Menghabiskan banyak waktu saat melakukan pekerjaan
5 3% 12 8% 22 15% 77 51% 34 23% 3.820 b. Kesulitan
mengintegrasikan hasil pekerjaan
2 1% 16 11% 33 22% 53 35% 46 31% 3.833 c. Rentan terhadap
kehilangan data 2 1% 14 9% 25 17% 78 52% 31 21% 3.813 d. kerusakan computer
(error system) 1 1% 11 7% 19 13% 41 27% 78 52% 4.227 e. kesalahan pengguna
(human error) 3 2% 7 5% 27 18% 64 43% 49 33% 3.993
Rata – Rata 3.937
Persepsi Kegunaan
(PU)
a. Penggunaan
teknologi mampu meningkatkan kinerja individu
6 4% 11 7% 23 15% 74 49% 36 24% 3.820
b. Penggunaan
teknologi mampu menambah tingkat produktifitas individu
2 1% 17 11% 32 21% 53 35% 46 31% 3.827
c. Penggunaan teknologi mampu meningkatkan
efektifitas kinerja individu
2 1% 14 9% 25 17% 77 51% 32 21% 3.820
d. Penggunaan teknologi bermanfaat bagi individu
2 1% 11 7% 18 12% 40 27% 79 53% 4.220
Rata – Rata 3.922
Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of
Use)
a. Interaksi individu dengan teknologi jelas dan mudah dimengerti
2 1% 9 6% 27 18% 73 49% 39 26% 3.920 b. Tidak dibutuhkan
banyak usaha untuk berinteraksi dengan teknologi tersebut
0 0% 19 13% 38 25% 54 36% 39 26% 3.753 c. Sistem mudah
digunakan 2 1% 8 5% 35 23% 34 23% 71 47% 4.093
d. Mudah mengoperasikan teknologi sesuai dengan apa yang ingin individu kerjakan
2 1% 20 13% 18 12% 68 45% 42 28% 3.853
Rata – Rata 3.905
Niat Untuk Menggunakan
(Behavioral Intention to
Use)
a. keinginan untuk
menggunakan 2 1% 16 11% 30 20% 56 37% 46 31% 3.853 b. selalu mencoba
menggunakan 2 1% 14 9% 27 18% 66 44% 41 27% 3.867 c. berlanjut dimasa
yang akan datang 8 5% 15 10% 32 21% 50 33% 45 30% 3.727
Rata – Rata 3.816
Penggunaan Secara Nyata (Actual Use)
a. Frekuensi dan durasi waktu penggunaan terhadap TIK
5 3% 12 8% 22 15% 77 51% 34 23% 3.820
b. Penggunaan teknologi
sesungguhnya dalam praktek (actual technology use)
2 1% 16 11% 33 22% 53 35% 46 31% 3.833
Rata – Rata 3.827
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui pada variabel pengalaman terdapat beberapa indikator yang menghasilkan nilai rata rata sebesar 3,887 yang bisa di kategorikan memiliki hasil yang baik. Indikator Lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh menghasilkan nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 3,967, dengan ini bisa di jelaskan bahwa keterampilan para pengguna menjadi faktor yang terpenting dalam menentukan pengalaman seseorang dalam bekerja. Sementara itu indikator tingkat pengetahuan pengguna mendapatkan nilai rata-rata terendah yaitu sebesar 3,907. Dari hasil itu bisa di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan para pengguna tidak cukup untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Variabel Kerumitan menghasilkan nilai rata – rata sebesar 3,937 yang berarti bisa di katergorikan memiliki nilai yang baik. Indikator kerusakan computer (error system) menghasilkan nilai rata – rata tertinggi yaitu sebesar 4,227 dengan ini dapat dijelaskan bahwa para pengguna aplikasi sering mengalami kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi ketika terjadi error system. Indikator rentan kehilangan data menghasilkan nilai terendah pada variabel kerumitan yaitu sebesar 3,813 dengan itu dapat di simpulkan bahwa rentan kehilangan data mungkin saja menjadi kesulitan tersendiri bagi para pekerja akan tetapi indikator yang lainnya pada variabel kerumitan bisa jadi permasalahan yang terlebih dahulu terjadi sebelum kehilangan data.
Variabel persepsi kegunaan menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,922 yang berarti bisa di katergorikan memiliki nilai yang baik. Pada indikator penggunaan teknologi mampu meningkatkan kinerja individu menghasilkan nilai rata-rata tertinggi yaitu 4,220 dengan itu dapat dijelaskan bahwa kemampuan seseorang dalam mengunakan teknologi bisa membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah. Indikator Penggunaan teknologi mampu meningkatkan efektifitas kinerja individu menghasilkan nilai rata-rata terendah yaitu sebesar 3,820 dengan ini dapat dijelaskan bahwa tingkat penggunaan teknologi tidak sepenuhnya mampu meningkatkan keefektifan kinerja seseorang hal ini bisa terjadi di karenakan meskipun tingkat kemampuan menggunakan teknologi seseorang sangat baik tetapi sistem teknologi itu sendiri masih kurang baik atau masih belum stabil maka akan berpengaruh terhadap keefektifan kinerja seseorang.
Variabel persepsi kemudahan penggunaan menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,905 yang berarti bisa di katergorikan memiliki nilai yang baik. Pada indikator Sistem mudah digunakan menghasilkan nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,093 dengan ini dapat dijelaskan bahwa ketika sebuah teknologi mudah untuk di gunakan maka pengguna akan lebih optimal dan efektif dalam mengoperasikannya. Indikator tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan teknologi tersebut menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,753 dengan ini dapat dijelaskan bahwa dalam menggunakan sebuah
teknologi diperlukan banyak usaha dan rutin dalam berinteraksi dengan teknologi tersebut.
Variabel niat untuk menggunakan menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,816 yang berarti bisa di katergorikan memiliki nilai yang baik. Indikator selalu mencoba menggunakan menghasilkan nilai rata-rata terbesar yaitu sebanyak 3,867 dengan itu dapat dijelaskan bahwasemakin sering pengguna mencoba mengoperasikan sebuah teknologi maka akan memudahkan pengguna untuk beradaptasi dalam menggunakannya. Indikator berlanjut dimasa yang akan datang menghasilkan nilai rata-rata terkecil yaitu sebesar 4,00 yang berarti dapat di simpulkan bahwa sebuah teknologi yang sekarang digunakan mungkin saja sangat berpengaruh dan bermanfaat pada saat ini, akan tetapi di masa yang akan datang bisa saja terjadi regenerasi dari teknologi tersebut.
Variabel Penggunaan secara nyata menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,827 yang berarti bisa di katergorikan memiliki nilai yang baik. Indikator Penggunaan teknologi sesungguhnya dalam praktek (actual technology use) menghasilkan nilai rata-rata terbesar yaitu sebesar 3,833 hal ini berarti penggunaan teknologi secara nyata mampu membuktikan bisa meningkatkan produktifitas kinerja seseorang. Sedangkan indikator Frekuensi dan durasi waktu penggunaan terhadap TIK menghasilkan nilai 3,820. Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat frekuensi dan durasi seseorang dalam menggunakan sebuah teknologi tidk bisa menjadi acuan bahwa pengguna itu dapat mengoptimalkan teknologi tersebut secara nyata.
Tabel 6. Hasil Evaluasi Convergent Validity Variabel Indikator Outer loading Keterangan
Pengalaman (Experience)
X1.1 0,857 Valid
X1.2 0,767 Valid
X1.3 0,835 Valid
X1.4 0,734 Valid
Kerumitan (Complexity)
X2.1 0,805 Valid
X2.2 0,871 Valid
X2.3 0,847 Valid
X2.4 0,793 Valid