• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) PADA SEKOLAH LAPANG PADI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) PADA SEKOLAH LAPANG PADI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) PADA SEKOLAH LAPANG PADI DI KABUPATEN

KOTAWARINGIN TIMUR

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

TANJUNG PRAMESWARI 04.01.18.075

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

LAPORAN TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) PADA SEKOLAH LAPANG PADI DI KABUPATEN

KOTAWARINGIN TIMUR

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

TANJUNG PRAMESWARI 04.01.18.075

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

i

HALAMAN PERUNTUKKAN

Alhamdulillahirobbilalamin Sembah sujud serta rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah mengizinkan saya untuk bisa melewati dan menyelesaikan karya ilmiah ini.

Untuk yang teristimewa kedua orang tua saya, Bapak Alek Mulyono dan ibu Sumiati, Doa dan ketulusan hatimu selalu mengiringi langkahku, Kau menjadi alasanku, menyingkirkan rasa malas dan lelahku Kau selalu menjadi jawaban atas pertanyan “untuk siapa ini semua ku persembahkan?”

Untuk lelahmu, waktu tidurmu yang sering kali berantakan demi semuanya terupayakan, hanya kata terimakasih yang saat ini mampu kuucapkan semoga semua yang sedang kita usahakan berbuah manis suatu hari kemudian.

Untuk dosen pembimbing saya, bapak Hamyana, SST, M.Si dan bapak Dr.Ir. Suhirmanto, M.Si terimakasih atas segala bimbingan, arahan dan masukkan yang telah diberikan hingga tulisan ini dapat saya persembahkan.

Tak lupa juga seluruh dosen POLBANGTAN MALANG yang telah memberikan ilmu yang begitu luar biasa kepada saya, semoga seluruh bekal yang saya miliki dapat berguna bagi saya dan orang disekitar serta bernilai ibadah bagi bapak ibu dosen semua.

Untuk seseorang yang tak kalah istimewanya yaitu sahabat sekaligus saudara saya, Nur Sabrina Alfain terimakasih untuk segala dukungan yang telah diberikan, kamu menjadi salah satu penyumbang terbesar atas keberhasilan ini semoga kebaikan dan ketulusan hatimu beserta keluarga dibalas oleh Allah SWT.

Untuk seluruh teman-teman PPB Angkatan ’18, terkhusus untuk keluarga besar blok 3 terimakasih sudah menjadi tempat yang nyaman untuk bercerita dan berkeluh kesah, menjadi salah satu support system terbesar dalam perjalananku menyelesaikan Pendidikan ini.

Untuk Dinas Pertanian dan para penyuluh pertanian di Kab.KOTIM terimakasih untuk segala dukungan yang telah diberikan hingga kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar.

Dan untuk semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terimakasih banyak atas semuanya. Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan kalian. Aamiin Aamiin Ya Rabbalalamin.

(4)

ii

LEMBAR ORISINALITAS

(5)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

(6)

iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

(7)

v RINGKASAN

Tanjung Prameswari, NIRM 04.01.18.075. Implementasi Technology Acceptance Model (TAM) Pada Sekolah Lapang Padi di Kabupaten Kotawaringin Timur. Komisi Pembimbing : Bapak Hamyana, SST, M.Si dan Bapak Dr. Ir.

Suhirmanto, M.Si.

Sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) adalah sebuah tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan, pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan yang luas sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Pelaksanaan SL-PTT di Indonesia selama bertahun- tahun di berbagai daerah dinilai berperan besar membantu petani dalam meningkatkan hasil panen. Pelaksanaan SL-PTT di kabupaten kotawaringin timur sudah berjalan selama kurang lebih 9 tahun sejak 2013 hingga saat ini dinilai kurang memberikan hasil pada peningkatan produksi di kabupaten kotawaringin timur. Peneliti berasumsi bahwa kondisi ini tidak terlepas dari aspek perilaku yang mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan seorang petani dalam menerapkan inovasi yang didapat petani melalui program sekolah lapang (SL) padi di Kabupaten Kotawaringin Timur. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi dalam menerapkan inovasi dari program sekolah lapang (SL) padi selanjutnya dianalisis dengan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) untuk diketahui model penerimaan petani serta menjelaskan tingkah laku pemakaian akhir (end-user) terhadap program sekolah lapang (SL) padi di Kabupaten Kotawaringin Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model penerimaan pada sekolah lapang di kabupaten kotawaringin timur. Pelaksanaan kajian ini dilaksanakan di kabupaten kotawaringin timur dan dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Mei 2022. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan analisis statistik menggunakan program smart-PLS versi 3.0. Hipotesis dalam penelitian ini berjumlah 18 hipotesis dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah responden 89 orang petani padi yang ditentukan dengan metode proportionate stratified random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 hipotesis terdapat 10 hipotesis yang diterima yaitu H2, H3, H6, H7, H9, H10, H13, H14, H16 dan H18. Selanjutnya dari hasil analisis yang dilakukan ditemukan bahwa model TAM atau model penerimaan pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu SN- PEU-ASU atau subjective norm (SN) berpengaruh terhadap behavioral intention (BI) melalui perceived ease of use (PEU).

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun laporan Tugas Akhir dengan judul

“Implementasi Technology Acceptance Model (TAM) Pada Sekolah Lapang Padi di Kabupaten Kotawaringin Timur”.

Laporan ini disusun sebagai syarat dalam pelaksanaan Tugas Akhir (TA).

Dalam penyusunannya, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik itu dalam bentuk materi maupun non materi. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Hamyana, SST, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, 2. Dr. Ir. Suhirmanto, M. Si, selaku Dosen Pembimbing II,

3. Dr. Eny Wahyuning Purwanti, SP, MP, selaku Ketua Program studi dan Jurusan Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, M.Si, selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

5. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan laporan.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Malang, Juli 2022

Penulis

(9)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Landasan Teori ... 7

2.1.1 Sekolah Lapang (SL) ... 7

2.1.2 Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) ... 8

2.1.3 Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) ... 9

2.1.4 Technology Acceptance Model (TAM) ... 10

Penelitian Terdahulu ... 18

Aspek Penyuluhan ... 24

Penyuluhan Pertanian ... 24

Tujuan Penyuluhan ... 26

Sasaran Penyuluhan ... 28

Materi Penyuluhan ... 29

Metode Penyuluhan ... 31

Media Penyuluhan ... 34

Pelaksanaan Penyuluhan ... 35

Evaluasi Penyuluhan ... 38

Kerangka Konsep Penelitian ... 47

Kerangka Pikir ... 48

BAB III METODE PELAKSANAAN ... 49

3.1 Lokasi dan Waktu ... 49

3.2 Metode Penelitian ... 49

3.2.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

(10)

viii

3.2.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 52

3.2.3 Hipotesis Penelitian ... 54

3.2.4 Jenis Sumber Data ... 55

3.2.5 Teknik pengumpulan data ... 56

3.2.6 Teknik Pengujian Instrument ... 58

3.2.7 Pengolahan Data ... 59

3.2.8 Analisis Data ... 59

3.3 Metode Perancangan Penyuluhan ... 66

3.3.1 Penetapan Tujuan ... 66

3.3.2 Penetapan Sasaran ... 66

3.3.3 Penetapan Materi ... 66

3.3.4 Penetapan Metode ... 67

3.3.5 Penetapan Media... 69

3.3.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan ... 69

3.4 Metode lmplementasi Penyuluhan ... 70

3.4.1 Persiapan penyuluhan ... 70

3.4.2 Pelaksanaan penyuluhan ... 70

3.4.3 Evaluasi Penyuluhan ... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KAJIAN ... 73

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kotawaringin Timur ... 73

4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi ... 73

4.1.2 Iklim ... 74

4.1.3 Tanah dan topografi ... 75

4.1.4 Kondisi Penduduk ... 75

4.2 Gambaran Umum Wilayah Fokus Penelitian ... 78

4.2.1 Kecamatan Mentaya Hilir Selatan ... 78

4.2.2 Kecamatan Pulau Hanaut ... 81

4.2.3 Kecamatan teluk sampit ... 84

4.2.4 Kecamatan Kota Besi ... 87

4.3 Hasil Penelitian Karakteristik Responden... 90

4.3.1 Umur ... 90

4.3.2 Pendidikan Terakhir ... 90

4.3.3 Lama usahatani ... 91

4.4 Hasil Analisis Data ... 91

4.4.1 Evaluasi Outer Model (Measurement Model) ... 91

4.4.2 Evaluasi inner model (Structural Model) ... 97

(11)

ix

4.5 Pembahasan hasil hipotesis ... 105

4.5.1 Pengaruh Perceived Enjoyment terhadap Perceived Usefulness .. ... 105

4.5.2 Pengaruh Perceived Enjoyment terhadap Perceived Ease Of Use ... 106

4.5.3 Pengaruh Perceived Enjoyment terhadap Behavioral Intention ... ... 106

4.5.4 Pengaruh Perceived Enjoyment terhadap Actual System Use 107 4.5.5 Pengaruh Kemandirian terhadap Perceived Usefulness ... 107

4.5.6 Pengaruh Kemandirian terhadap Perceived Ease Of Use ... 107

4.5.7 Pengaruh Kemandirian terhadap Behavioral Intention ... 108

4.5.8 Pengaruh Kemandirian terhadap Actual System Use ... 108

4.5.9 Pengaruh Subjective Norm terhadap Perceived Usefulness ... 108

4.5.10 Pengaruh Subjective Norm terhadap Perceived Ease Of Use ... ... 109

4.5.11 Pengaruh Subjective Norm terhadap Behavioral Intention .... 110

4.5.12 Pengaruh Subjective Norm terhadap Actual System Use ... 111

4.5.13 Pengaruh Perceived Usefulness terhadap Behavioral Intention .. ... 112

4.5.14 Pengaruh Perceived Usefulness terhadap Actual System Use ... ... 113

4.5.15 Pengaruh Perceived Ease Of Use terhadap Perceived Usefulness ... 114

4.5.16 Pengaruh Perceived Ease Of Use terhadap Behavioral Intention ... 114

4.5.17 Pengaruh Perceived Ease Of Use terhadap Actual System Use . ... 115

4.5.18 Pengaruh Behavioral Intention To Use terhadap Actual System Use ... 116

4.6 Model TAM (Technology Acceptance Model) Pada Sekolah Lapang (SL) Padi di Kabupaten Kotawaringin Timur ... 116

4.7 Sekolah Lapang (SL) Pada Tanaman Padi di Kabupaten Kotawaringin Timur ... 119

BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENYULUHAN ... 124

5.1 Kontekstualisasi Hasil Penelitian Dengan Rancangan Penyuluhan... 124

5.1.1 Tahap Pengumpulan Data ... 125

5.1.2 Pembuatan Matrik IFAS dan EFAS ... 126

5.1.3 Tahap Analisis ... 128

5.1.4 Pengambilan Keputusan ... 130

(12)

x

5.2 Rancangan Penyuluhan Pertanian ... 130

5.2.1 Tujuan Penyuluhan Pertanian ... 131

5.2.2 Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 131

5.2.3 Materi penyuluhan ... 132

5.2.4 Metode Penyuluhan Pertanian ... 133

5.2.5 Media Penyuluhan Pertanian ... 134

5.2.6 Evaluasi Penyuluhan ... 135

5.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 137

5.3.1 Persiapan Penyuluhan ... 138

5.3.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 138

5.4 Hasil Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 139

5.4.1 Data Identitas Responden Penyuluhan Pertanian ... 139

5.4.2 Hasil Analisis Data Evaluasi ... 141

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI ... 145

6.1 Pembahasan Hasil Implementasi Penyuluhan dan Evaluasi Penyuluhan ... 145

6.1.1 Karakteristik Responden ... 145

6.1.2 Evaluasi Penyuluhan ... 146

6.1.3 Rencana Tindak Lanjut ... 151

BAB VII PENUTUP ... 153

7.1 Kesimpulan ... 153

7.2 Saran ... 155

DAFTAR PUSTAKA ... 156

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model TAM... 12

Gambar 2. Kerangka Konsep ... 47

Gambar 3. Letak Geografis Kab.Kotawaringin Timur ... 73

Gambar 4. Penggunaan Lahan Kec.Mentaya Hilir Selatan ... 80

Gambar 5. Presentase Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 83

Gambar 6. Presentase Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 86

Gambar 7. Presentase Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 88

Gambar 8. Uji Hipotesis ... 99

Gambar 9. Peran Mediasi ... 117

Figure 10. Hasil Matriks Analisis SWOT ... 129

Gambar 11. Diagram Tingkat Pengetahuan dan Sikap ... 149

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ukuran sampel petani tiap kecamatan ... 51

Tabel 2. Variabel Dependen, Variabel Intervening, Variabel Independen ... 53

Table 3. Hipotesis penelitian ... 55

Tabel 4. Kategori jawaban ... 57

Tabel 5. Jumlah Kecamatan, Kelurahan Dan Desa Kabupaten Kotawaringin Timur ... 74

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 75

Tabel 7. Luas Areal Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman Tiap Kecamatan ... 75

Tabel 8. Luas Lahan Sawah Dan Bukan Sawah Tiap Kecamatan ... 76

Tabel 9. Rekap Kelompok Tani Per Wilayah ... 77

Tabel 10. Luas Wilayah Kecamatan Mentaya Hilir Selatan ... 78

Tabel 11. Penggunaan Lahan Kec.Mentaya Hilir Selatan ... 79

Tabel 12. Luas Panen, Produksi & Produktivitas Padi ... 80

Tabel 13.Jumlah Anggota POKTAN Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

Tabel 14. Wilayah Tiap Desa Di Kec.Pulau Hanaut ... 82

Tabel 15. Penggunaan Lahan Kec.Pulau Hanaut ... 82

Tabel 16. Luas Panen, Produksi & Produktivitas Padi Kec. Pulau Hanaut ... 83

Tabel 17. Jumlah Anggota POKTAN Berdasarkan Jenis Kelamin Kec. Pulau Hanaut ... 84

Tabel 18. Wilayah Tiap Desa Di Kec.Teluk Sampit ... 85

Tabel 19. Penggunaan Lahan Kec.Teluk Sampit ... 85

Table 20. Luas Panen, Produksi & Produktivitas Padi Kec.Teluk Sampit ... 86

Tabel 21. Jumlah Anggota POKTAN Berdasarkan Jenis Kelamin Kec. Teluk Sampit ... 87

Table 22. Wilayah Tiap Desa Di Kec.Kota Besi ... 87

Tabel 23. Penggunaan Lahan Kec.Kota Besi ... 88

Table 24. Luas Panen.Produksi & Produltivitas Padi di Kec.Kota Besi ... 89

Table 25. Jumlah Anggota POKTAN Berdasarkan Jenis Kelamin di Kec. Kota Besi ... 89

Table 26. Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 90

Table 27. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 90

Table 28. Jumlah Responden Berdasarkan Lama Usahatani ... 91

Tabel 29. Hasil pengujian convergent validity tahap 1 ... 92

Table 30. Hasil pengujian convergent validity tahap 2 ... 93

Tabel 31. Nilai AVE ... 95

Table 32. Nilai Cross Loading ... 96

Table 33. Hasil Cronbach’s Alpha ... 97

Table 34. Nilai R Square ... 97

Table 35. Uji Hipotesis ... 100

Table 36. Uji Peran Mediasi ... 117

Table 37. Model Fit ... 118

Table 38. Hasil Pembobotan Faktor Internal ... 127

Table 39. Hasil Pembobotan Faktor Eksternal ... 128

Tabel 41. Hasil Strategi Analisis SWOT ... 130

Table 42. Jumlah Responden Penyuluhan Berdasarkan Kelompok Umur ... 139

Table 43. Jumlah Responden Penyuluhan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 140

Table 44. Kesesuaian Materi, Metode & Media ... 144

Table 45. Hasil Skor Tingkat Pengetahuan ... 146

Table 46. Analisis Data Evaluasi Berdasarkan Klasifikasi Pengetahuan ... 147

(15)

xiii

Table 47. Hasil Skor Tingkat Sikap ... 148 Table 48. Analisis Data Evaluasi Berdasarkan Klasifikasi Sikap ... 148

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penelitian Terdahulu ... 160

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 165

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 166

Lampiran 4.. Distribusi Responden Penelitian ... 169

Lampiran 5. Rekapitulasi Jawaban Responden ... 172

Lampiran 6. Kuesioner SWOT ... 176

Lampiran 7. Matriks Pengambilan Keputusan Materi Penyuluhan ... 178

Lampiran 8. Matriks Pertimbangan Pemilihan Metode Penyuluhan ... 179

Lampiran 9. Matriks Analisa Penetapan Metode ... 180

Lampiran 10. Matriks Analisa Penetapan Media Penyuluhan ... 181

Lampiran 11.Distribusi Responden Evaluasi Penyuluhan ... 182

Lampiran 12. Kisi – Kisi Kuisioner Evaluasi Penyuluhan ... 183

Lampiran 13. Kuesioner Evaluasi Penyuluhan ... 185

Lampiran 14. Hasil Uji Validitas Evaluasi Penyuluhan (Pengetahuan & Sikap) 188 Lampiran 15. Hasil Uji Reliabilitas Evaluasi Penyuluhan (Pengetahuan & Sikap) ... 192

Lampiran 16. Kontekstualisasi Keadaan Lapangan ... 193

Lampiran 17. Sinopsis Penyuluhan ... 196

Lampiran 18. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) ... 200

Lampiran 19. Berita Acara Penyuluhan Pertanian... 201

Lampiran 20. Daftar Hadir Penyuluhan Pertanian ... 202

Lampiran 21. Media Penyuluhan Pertanian ... 204

Lampiran 22. Hasil Evaluasi Penyuluhan (Pengetahuan) ... 205

Lampiran 23. Hasil Evaluasi Penyuluhan (Sikap) ... 206

Lampiran 24. Dokumentasi ... 207

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman pangan adalah dengan intensifikasi, yaitu upaya meningkatkan hasil pertanian dengan mengolah lahan yang ada melalui penerapan teknologi produksi yang lengkap dan terpadu. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan intensifikasi pertanian yaitu dengan memberikan program Sekolah Lapang (SL) melalui penerapan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang merupakan salah satu metode pendekatan dalam mengajarkan teknologi produksi tanaman pangan kepada petani secara lengkap dan terpadu.

Sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) adalah sebuah tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan yang luas sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh, 2012).

Pada dasarnya sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) merupakan metode atau strategi bahkan filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara terpadu dan berkelanjutan. Melalui usaha tersebut diharapkan pendapatan petani padi dapat ditingkatkan serta usaha pertanian padi dapat terlanjutkan (BPP Sukoharjo, 2008). Tujuan dari sistem ini adalah untuk meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan, dan efisiensi dengan memperhatikan sumber daya yang ada, kemampuan dan kemauan petani.

Menurut Sumarmo dalam Pramono Joko et al., (2005) Pengelolaan Tanaman Terpadu (Integrated Crop Management) atau yang lebih dikenal PTT

(18)

2

pada padi sawah merupakan salah satu model atau pendekatan pengelolaan usaha tani padi, dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi budidaya yang memberikan efek sinergis, PTT menggabungkan semua komponen usaha tani terpilih yang serasi dan saling melengkapi untuk mendapatkan hasil panen yang optimal. Dalam SL-PTT petani dapat belajar secara langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah. Melalui program SL-PTT yang menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas petani, dimana petani dipandang sebagai kunci keberhasilan serta sumber daya yang paling potensial dan merupakan pelaku utama dilahan sendiri diharapkan menjadi mampu mengelola sumber daya yang tersedia (varietas, tanah, air, dan sarana produksi) secara terpadu, sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usaha taninya dalam rangka peningkatan produksi padi.

Seperti halnya di Kabupaten Kotawaringin Timur (KOTIM) yang setiap tahunnya selalu memberikan program sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) kepada petani padi yang terpilih melalui hasil CPCL (calon petani dan calon lokasi) guna meningkatkan produktivitas padi di Kabupaten KOTIM. Program sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) untuk petani padi di Kabupaten Kotawaringin Timur ini diselenggarakan setiap tahunnya sejak tahun 2013 dan masih terus berlangung hingga saat ini. Namun hasilnya hingga saat ini produktivitas padi di Kabupaten Kotawaringin Timur masih rendah dan cenderung tidak mengalami peningkatan. Hasil observasi awal yang peneliti temukan yaitu masih banyak ditemukan petani yang belum menggunakan teknologi budidaya padi dari program sekolah lapang dalam kegiatan usahataninya dan lebih lanjut ditemukan kurangnya keinginan petani untuk menggunakan inovasi tersebut. Sedangkan Sekolah lapang pengelolaan tanaman

(19)

3

terpadu (SL-PTT) sudah banyak dipraktekkan pada sektor pertanian di Indonesia dan dalam pelaksanaannya selama bertahun-tahun di berbagai daerah di Indonesia dinilai berperan besar membantu petani dalam meningkatkan hasil panen.

Menurut Jogiyanto dalam Saras Mareta Ratri (2016) Dahulu banyak informasi yang gagal karena sistemnya, namun saat ini informasi banyak gagal karena aspek perilaku dari penggunanya. Dari uraian diatas peneliti berasumsi bahwa kondisi ini tidak terlepas dari aspek perilaku yang mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan seorang petani dalam menerapkan inovasi yang didapat petani melalui program sekolah lapang (SL) padi di Kabupaten Kotawaringin Timur. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi dalam menerapkan inovasi dari program sekolah lapang (SL) padi selanjutnya dianalisis dengan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) untuk diketahui model penerimaan petani serta menjelaskan tingkah laku pemakaian akhir (end-user) terhadap program sekolah lapang (SL) padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Technology Acceptance Model (TAM) dikembangkan oleh Davis pada tahun 1985 untuk menjelaskan dan memprediksi penggunaan dari suatu sistem. Model ini merupakan adaptasi dari model Theory of Reasoned Action (TRA) oleh Fishbein dan Ajzen. Model ini menyebutkan bahwa pengguna sistem cenderung menggunakan sistem apabila sistem mudah digunakan dan bermanfaat bagi si penggunanya yang dalam hal ini adalah program sekolah lapang (SL) padi.

Konsep TAM sendiri dilandasi oleh teori tindakan beralasan yaitu Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975. Dalam TAM, ada 2 variabel yang utama, yaitu kegunaan (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan (perceived ease of use).

(20)

4

Fishbein dan Ajzen (1975) menyebutkan TRA mengasumsikan bahwa perilaku didasari oleh niat individu untuk terlibat dalam suatu tindakan tertentu. Niat ditentukan oleh dua faktor, yaitu sikap individu terhadap hasil tindakan dan pendapat lingkungan sosial individu tersebut. Teori ini menunjukkan bahwa seseorang sering bertindak berdasarkan persepsi mereka mengenai apa yang orang lain pikir mereka harus lakukan. Konsep TAM yang dikembangkan oleh Davis (1989), menawarkan sebuah teori sebagai landasan untuk mempelajari dan memahami perilaku pemakai dalam menerima dan menggunakan sebuah sistem informasi. Perluasan konsep TAM diharapkan akan membantu memprediksi sikap dan penerimaan seseorang terhadap teknologi dan dapat memberikan informasi mendasar yang diperlukan mengenai faktor-faktor yang menjadi pendorong sikap individu tersebut (Lee and Panteli, 2010).

TAM memiliki teori yaitu niat seseorang dalam menggunakan teknologi informasi ditentukan oleh dua faktor, yaitu persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang memercayai bahwa menggunakan suatu sistem tertentu akan memaksimalkan kinerja mereka dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) merupakan tingkat dimana seseorang percaya bahwa dalam menggunakan suatu sistem tanpa diperlukan usaha yang keras (Davis dalam Saras Mareta Ratri, 2016). Seiring dengan berjalannya waktu model TAM banyak dimodifikasi dengan menambahkan faktor-faktor eksternal. Dari sekian banyak faktor eksternal yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini difokuskan pada 3 faktor eksternal yaitu perceived enjoyment (persepsi kenyamanan), kemandirian dan subjective norm (norma subjektif).

Melihat permasalahan yang terjadi berdasarkan kondisi di lapangan, peneliti berencana untuk melakukan penelitian terkait “Implementasi Technology Acceptance Model (TAM) Pada Sekolah Lapang Padi di Kabupaten Kotawaringin

(21)

5

Timur” yang nantinya hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar dan penguat dalam penyusunan rancangan penyuluhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh perceived enjoyment, kemandirian, subjective norm, perceived usefulness, perceived ease of use terhadap behavioral intention pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

2. Bagaimana pengaruh perceived enjoyment, kemandirian, subjective norm, perceived usefulness, perceived ease of use terhadap actual system use melalui behavioral intention pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

3. Bagaimana model TAM pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

4. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan berdasarkan penelitian tentang implementasi technology acceptance model (TAM) pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

1.3 Tujuan

1 Menganalisis pengaruh perceived enjoyment, kemandirian, subjective norm, perceived usefulness, perceived ease of use terhadap behavioral intention pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

2 Menganalisis pengaruh perceived enjoyment, kemandirian, subjective norm, perceived usefulness, perceived ease of use terhadap actual system use melalui behavioral intention pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

3 Mengetahui model TAM pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

(22)

6

4 Menyusun rancangan penyuluhan berdasarkan penelitian tentang implementasi technology acceptance model (TAM) pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Bagi Penulis

Manfaat bagi penulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana terapan di politeknik pembangunan pertanian (POLBANGTAN) Malang serta menambah wawasan tentang implementasi technology acceptance model (TAM) pada sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur dengan penerapan secara langsung.

b. Bagi Lingkungan Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah bahan atau acuan dalam memberikan pengetahuan dan pengembangan bagi mahasiswa/i Politeknik Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Malang khususnya bagi mahasiswa/i Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah dalam mengevaluasi kegiatan sekolah lapang (SL) padi serta dapat membantu sebagai bahan masukan dalam perbaikan sekolah lapang padi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

(23)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori

2.1.1 Sekolah Lapang (SL)

Sekolah lapang adalah salah satu metode belajar yang ditujukkan bagi petani yang didalamnya menggunakan pendekatan orang dewasa untuk menghasilkan tanaman yang sehat dengan produktivitas yang optimal serta proses tersebut tidak membahayakan pekerja (Direktorat Jendral Hortikultura, 2011).

Sekolah lapang adalah sekolah tanpa dinding, tanpa pemisah dan pembatas, terbuka dan bersifat tidak formal dengan metode pendekatan pendidikan orang dewasa (POD) guna mengembangkan dan memberdayakan petani/kelompok tani melalui sistem pembelajaran berdasarkan pengalaman dalam melaksanakan kegiatan bidang pertanian (pusat penyuluhan kehutanan, 2012).

Metode penyuluhan sekolah lapang yang dikenal pertama kali pada tahun 1989, telah memberikan warna baru pada dunia penyuluhan pertanian. Sekolah lapang telah menghasilkan perubahan yang luar biasa dalam berbagai hal seperti dalam meningkatkan kapasitas dan partisipasi petani. Sekolah lapang sebagai salah satu metode penyuluhan atau pembelajaran dan pendidikan bagi petani yang memiliki ciri khusus, prinsip, azas, tahapan yang membedakan dengan metode penyuluhan dan pembelajaran lainnya. Hasil akhir yang ingin dicapai dari kegiatan sekolah lapang adalah membentuk petani yang sadar akan lingkungan, kritis dan mandiri dalam mengembangkan usahatani secara berkelanjutan (Kementrian Kehutanan dalam Yoga, 2015).

Menurut FAO dalam Yoga (2015) telah mempromosikan sekolah lapang sebagai salah satu bentuk pendekatan inovatif untuk pendidikan orang dewasa yang pertama kali dikembangkan di Asia Tenggara untuk pengendalian hama dan

(24)

8

untuk meningkatkan pengolahan lahan dan air di Afrika. Sekolah lapang ini tidak seperti pada pendekatan tradisional yang mengandalkan penyuluh pertanian saja dalam memberikan saran kepada para petani, namun pada sekolah lapangan ini memungkinkan petani untuk mengetahui jawaban untuk diri mereka sendiri.

Dimana artinya petani dapat mengembangkan solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi sendiri.

2.1.2 Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Yanuarto (2011) menjelaskan badan litbang pertanian sebagai lembaga penghasil teknologi pertanian terus melakukan berbagai upaya untuk menghasilkan inovasi teknologi dalam rangka mendukung produksi padi. Salah satu inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). PTT merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya.

Menurut Toha dalam Yanuarto (2011) pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) ialah suatu inovasi dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi melalui perbaikan sistem dan pendekatan dalam perakitan paket teknologi, dinamisasi komponen teknologi padi yang memiliki efek sinergestik yang dilakukan secara partisipatif, dan bersifat dinamis. Paket teknologi PTT bersifat spesifik lokasi, sangat tergantung pada faktor biofisik dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat.

Sedangkan menurut Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (2008), Pengelolaan Tanaman Terpadu merupakan salah satu pendekatan dalam usaha tani dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan produksi. Implementasinya, pengelolaan tanaman terpadu mengintegrasikan komponen teknologi pengelolaan lahan, air, tanaman, dan organisme pengganggu tanaman.

(25)

9

Teknologi pengelolaan tanaman terpadu juga merupakan sistem penerapan komponen teknologi yang saling bekerja sama antara satu juga dengan yang lainnya dan mempertimbangkan karakteristik biofisik lingkungan tanaman, kondisi sosial, ekonomi, dan budidaya petani yang diharapkan ada efek sinergisme terhadap pertumbuhan tanaman spesifik lokasi serta dinamis dalam susunan teknologinya karena adanya sistem introduksi inovasi secara terus menerus (Asnawi, 2014).

2.1.3 Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah sebuah tempat atau wadah pendidikan non formal yang ditujukkan bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan yang luas sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh dalam Sholeh, 2013).

Menurut Deptan dalam Ernawati et al., (2015) dalam SL-PTT seluruh proses belajar-mengajarnya dilakukan di lapangan terbuka, yang dilaksanakan di lahan petani peserta PTT dalam upaya peningkatan produksi padi nasional. Dalam upaya peningkatan produksi padi nasional. Sekolah lapang PTT juga tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat dilakukan di saung meeting atau gubug pertemuan petani dan tempat-tempat lainnya yang berdekatan dengan lahan belajar yaitu lahan persawahan.

Sedangkan menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat (2013) SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani atau kelompok tani, juga sebagai tempat

(26)

10

menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi daerah lainnya.

Falsafah SL-PTT adalah mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan saya faham, menemukan sendiri, saya kuasai. Adapun prinsip dari SL- PTT yaitu mengelolaa sumber daya dan teknologi secara terpadu antar teknologi saling mendukung yang disesuaikan dengan lingkungan dan ekonomi setempat, yang kemudian teknologi diuji dan dipilih petani.

Menurut Sugianto dalam Widyastuti (2010) Pelaksanaan pengelolaan tanaman menurut PTT, diarahkan untuk menerapkan berbagai teknologi usaha tani melalui penggunaan input produksi yang efisien berdasarkan spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Pelaksanaan SL-PTT juga menggunakan sarana kelompok tani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh dalam Sholeh, 2013).

Melalui SL-PTT diharapkan para petani atau kelompok tani nantinya akan mampu mengambil keputusan dalam setiap budidaya usaha taninya, mampu mengaplikasikan teknologi dengan benar agar produksi dan produktivitasnya semakin meningkat. Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi anggota sekolah lapang untuk melakasanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut (Ernawati, dkk, 2015).

2.1.4 Technology Acceptance Model (TAM)

Penerapan informasi yang tersedia berkaitan dengan perilaku individu dalam menerapkannya. Jogiyanto dalam Saras Mareta Ratri (2016) menyatakan bahwa

(27)

11

diperlukan model dan teori untuk menjelaskan interaksi antara individu dengan penerapan informasi. Teori dan model tersebut yaitu Technology acceptance model (TAM).

Technology Acceptance Model (TAM) atau model penerimaan teknologi merupakan salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi (Jogiyanto dalam Saras Mareta Ratri, 2016). Teori Acceptance Model (TAM) diperkenalkan oleh Fred D. Davis pada tahun 1989 sebagai adaptasi dari Technology of Reasoned Action (TRA). Kelebihan TAM yang paling penting adalah TAM merupakan model parsimoni, yaitu model yang sederhana tetapi valid. Selain itu, TAM juga telah diuji dengan banyak penelitian yang hasilnya TAM merupakan model yang baik khususnya jika dibandingkan dengan model TRA dan TPB.

Tujuan dari studi menggunakan TAM sebagai dasar teorinya adalah untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang menentukan tingkat penerimaan penggunaan sebuah sistem informasi, sekaligus untuk menjelaskan perilaku akhir (end-user) sebuah teknologi. Lebih lanjut Davis dalam Hanggono et al., (2015) mengimplementasikan model konseptual TAM ke dalam praktik, yang menunjukan hasil tingkat minat dan penerimaan seseorang terhadap sistem informasi atau teknologi.

Penerimaan penggunaan terhadap implementasi sistem teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai keinginan yang nampak didalam kelompok pengguna untuk menerapkan sistem teknologi informasi tersebut dalam pekerjaannya.

Dalam TAM, penerimaan pengguna dalam penggunaan sistem informasi dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu perceived usefulness (persepsi kegunaan) dan perceived ease of use (kemudahan penggunaan). Kedua variabel tersebut merupakan perbedaan paling mencolok yang ada pada TAM jika dibandingkan

(28)

12

dengan TRA dan TPB. Selain itu, dalam TAM juga tidak terdapat variabel subjective norm (norma subjektif) dan perceived behavioral control (kontrol perilaku). Variabel lain dalam TAM sama dengan TRA, hanya karena lebih dikhususkan untuk penggunaan teknologi, maka istilahnya pun menyesuaikan.

Model TAM ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Model TAM

TAM dalam penelitian ini memiliki 5 variabel, yaitu: (1) External Variabel (variabel eksternal), (2) Perceived usefulness (persepsi kegunaan), (3) Perceived ease of use (persepsi kemudahan), (4) Behavioral intention to use (keinginan untuk menggunakan), dan (5) Actual technology use (penggunaan sebenarnya).

Dalam penelitian ini penggunaan Technology Acceptance Model (TAM) digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan petani terhadap informasi sekolah lapang padi. Adapun variabel beserta indikator yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

2.1.4.1 Pengertian dan Indikator Exsternal Variabel

Exsternal variabel yang selanjutnya disebut variabel eksternal. Variabel eksternal ini disediakan pada TAM untuk memberikan keleluasaan pada penelitian serta untuk memperkuat persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan pada TAM ( Jogiyanto dalam Lagatari et al, 2015). pada penelitian ini menggunakan 3 variabel eksternal yaitu perceived enjoyment (persepsi kenyamanan), kemandirian dan subjective norm (norma subjektif).

(29)

13 a. Perceived Enjoyment

Perceived enjoyment yang selanjutnya disebut persepsi kenyamanan adalah suatu kondisi dimana sekolah lapang dianggap menyenangkan, diluar dari setiap konsekuensi kinerja yang dihasilkan dari penggunaan sistem. Enjoyment didefinisikan sebagai suatu kesadaran dari sensasi secara holistik, ketika orang secara total terlibat dalam aktivitas tertentu (Koufaris dalam Tanjungpura, 2015).

Dalam penelitian ini terdapat 3 indikator untuk mengukur variabel kenyamanan yaitu:

1. Menyenangkan

Menyenangkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi dimana petani menilai bahwa sekolah lapang padi ini adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan untuk diikuti.

2. Mengasikkan

Mengasikkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi dimana petani menilai bahwa sekolah lapang padi ini adalah sebuah kegiatan yang mengasikkan untuk diikuti.

3. Menarik

Menarik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi dimana petani menilai bahwa sekolah lapang padi ini adalah sebuah kegiatan yang menarik untuk diikuti.

b. Kemandirian

Kemandirian berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana petani mau dan mampu mewujudkan kehendak atau keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius, 2002). Kemandirian secara

(30)

14

psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang dalam kehidupanya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain.

Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri, 2000). Dalam penelitian ini terdapat 2 indikator untuk mengukur variabel kemandirian yaitu:

1. Memandang kesulitan sebagai tantangan

Memandang kesulitan sebagai tantangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi dimana petani menilai bahwa kesulitan dalam mempelajari suatu teknologi budidaya padi dianggap sebagai sebuah tantangan bagi mereka.

2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam penelitian ini adalah suatu kondisi dimana keinginan petani dalam mengikuti kegiatan sekolah lapang disebabkan oleh rasa ingin tahu yang tinggi dari diri petani sendiri.

c. Subjective Norm

Subjective Norm yang selanjutnya disebut norma subjektif didefinisikan sebagai persepsi atau pandangan seseorang terhadap tekanan sosial (kepercayaan - kepercayaan orang lain) yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan ( Jogiyanto dalam Saras Mareta Ratri, 2016). Dalam penelitian ini terdapat 3 indikator untuk mengukur variabel norma subjektif yaitu:

1. Keyakinan akan kemajuan

Keyakinan akan kemajuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi dimana petani merasa yakin dengan mengikuti sekolah lapang padi dapat memberikan dampak yang positif akan kemajuan usahatani padinya.

(31)

15 2. Kesamaan akan nilai-nilai

Kesamaan akan nilai-nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi dimana petani merasa bahwa sekolah lapang padi ini memiliki kesamaan nilai-nilai yang diyakini petani terhadap usahataninya.

3. Dukungan dari lingkungan sekitar

Dukungan dari lingkungan sekitar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi dimana petani mendapat dukungan dari sekitar baik keluarga atau sesama petani untuk mengikuti sekolah lapang padi untuk memperbaiki usahataninya.

2.1.4.2 Pengertian dan Indikator Perceived Usefulness

Perceived usefulness yang selanjutnya disebut persepsi kegunaan.

Perceived usefulness didefinisikan sebagai sejauh mana petani percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Dimana jika petani merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya, jika petani merasa bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan menggunakannya. Dengan kata lain variabel ini merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan (Jogiyanto dalam Khoirina, 2016). Dalam penelitian ini terdapat 3 indikator untuk mengukur variabel kegunaan yaitu :

1. Bermanfaat

Bermanfaat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi dimana petani menilai bahwa metode sekolah lapang padi ini bermanfaat bagi dirinya dalam mempermudah penerimaan informasi teknologi pertanian.

2. Efektivitas

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi dimana petani menilai bahwa sekolah lapang padi dapat memberikan solusi yang efektif bagi dirinya dan usahatani yang dijalankannya.

(32)

16 3. Produktivitas

Produktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi dimana petani menilai bahwa sekolah lapang padi dapat meningkatkan produktivitas pekerjaannya.

2.1.4.3 Pengertian dan Indikator Perceived Ease Of Use

Perceived ease of use yang selanjutnya disebut kemudahan penggunaan.

Kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai sejauh mana orang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha. Artinya, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya (Jogiyanto dalam Khoirina, 2016).

Menurut Yudanto dalam Khoirina (2016) perceived ease of use menekankan kepada kemudahan penggunaan sistem atau teknologi tersebut. Suatu sistem yang sulit dikendalikan akan memberikan tingkat perceived ease of use yang negatif. Perceived ease of use merupakan salah satu faktor dalam model TAM yang telah diuji dalam penelitian (Davis et, al. dalam Khoirina, 2016). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor ini terbukti dapat menjelaskan alasan seseorang dalam menggunakan sistem informasi dan menjelaskan bahwa sistem baru yang sedang dikembangkan diterima oleh pengguna. Dalam penelitian ini terdapat 3 indikator untuk mengukur variabel kemudahan penggunaan yaitu : 1. Mudah untuk dipelajari

Mudah untuk dipelajari yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu kondisi dimana petani menilai sekolah lapang memberikan kemudahan atau kebebasan untuk mempelajari teknologi baru.

(33)

17 2. Mudah untuk diterapkan

Mudah untuk diterapkan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu kondisi dimana petani menilai dengan sekolah lapang inovasi pertanian menjadi lebih mudah diterapkan.

3. Mudah untuk menjadi terampil

Mudah untuk menjadi terampil yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu kondisi dimana petani menilai dengan sekolah lapang petani lebih mudah menjadi terampil terhadap inovasi pertanian yang disampaikan.

2.1.4.4 Pengertian dan Indikator Behavioral Intention To Use

Behavioral intention to use yang selanjutnya disebut keinginan untuk menggunakan. Behavioral intention to use adalah kecenderungan petani untuk tetap mengaplikasikan sebuah teknologi (Davis dalam Saras Mareta Ratri, 2016).

Tingkat pengunaan sebuah teknologi atau sistem oleh petani dapat diprediksi dari sikap serta perhatian petani terhadap teknologi atau sistem tersebut, contohnya adalah adanya keinginan untuk menggunakan dan keinginan mempengaruhi orang lain. Dalam penelitian ini terdapat 2 indikator untuk mengukur variabel keinginan untuk menggunakan yaitu :

1. Keinginan untuk menggunakan

Keinginan untuk menggunakan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu kondisi dimana petani menilai bahwa sekolah lapang mampu menimbulkan keinginan petani untuk menggunakan atau menerapkan suatu inovasi pertanian.

2. Keinginan untuk mempengaruhi orang lain

Keinginan untuk mempengaruhi orang lain yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu kondisi dimana petani menilai bahwa sekolah lapang mampu memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan usahataninya sehingga petani memiliki keinginan untuk mempengaruhi petani lain untuk ikut menggunakan atau menerapkan suatu inovasi pertanian yang diperoleh melalui sekolah lapang.

(34)

18

2.1.4.5 Pengertian dan Indikator Actual System Use

Variabel kelima adalah actual system use yang selanjutnya disebut penggunaan sebenarnya. Penggunaan sebenarnya adalah suatu kondisi yang nyata untuk pengaplikasian sistem (Davis dalam Saras Mareta Ratri, 2016). Dalam penelitian ini terdapat 2 indikator pengukuran variabel penggunaan sebenarnya yaitu :

1. Penerapan hasil sekolah lapang padi

Penerapan hasil sekolah lapang padi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi dimana petani menerapkan inovasi atau informasi teknologi yang didapat dalam sekolah lapang (SL).

2. Kepuasan penerimaan informasi sekolah lapang padi

Kepuasan penerima informasi sekolah lapang padi yang dimaksud disini adalah kondisi dimana petani merasa sekolah lapang sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkannya.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bermanfaat untuk digunakan sebagai rujukan para peneliti dan dijadikan sebagai dasar teori dalam melaksanakan sebuah penelitian.

Penelitian terdahulu dicantumkan sebagai bentuk perbandingan penelitian yang telah ada sebelumnya. Berikut adalah penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam penelitian ini:

Menurut Park (2009) dalam penelitiannya yang berjudul An Analysis of the Technology Acceptance Model in Understanding University Students’ Behavioral Intention to Use e-Learning. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk menganalisis hubungan niat mahasiswa untuk menggunakan e-learning. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu e-learning self-efficacy, subjective norm, system accessibility, perceived usefulness, perceived ease of use, attitude towards dan behavioral intention to use e-learning. Metode penelitian menggunakan

(35)

19

pendekatan kuantitatif yang selanjutnya data dianalisis menggunakan teknik pemodelan persamaan struktural (SEM) dengan menggunakan program LISREL untuk menjelaskan proses adopsi. (TAM). Hasil penelitian menunjukkan e-learning self-efficacy dan norma subjektif memainkan peran penting dalam mempengaruhi sikap terhadap e-learning dan niat perilaku untuk menggunakan e-learning.

Menurut Khoirina (2016) dalam penelitian yang berjudul Analisis Penggunaan DIGILIB UNNES Berdasarkan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan DIGILIB Universitas Negeri Semarang berdasarkan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Negeri Semarang. Variabel yang digunakan yaitu usefulness of (X1), ease of use (X2), attitude toward using (X3) dan behavioral intention to use (Y). Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya data dianalisis menggunakan teknik analisis jalur. Simpulan dari penelitian bahwa usefulness of DIGILIB Universitas Negeri Semarang, ease of use DIGILIB Universitas Negeri Semarang ada pengaruh positif dan signifikan terhadap behavioral intention to use DIGILIB Universitas Negeri Semarang baik langsung maupun melalui attitude toward using DIGILIB Universitas Negeri Semarang.

Menurut Sugiarto dan Retno (2017) dalam penelitian yang berjudul Analisis Perceived Enjoyment Sebagai Variabel Anteseden Technology Acceptance Model : Studi Terhadap Mahasiswa Pengguna Internet. Penelitian ini berfokus pada pengaruh perceived pleasure sebagai variabel anteseden dalam technology acceptance model (TAM). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perceived enjoyment, kemanfaatan yang dirasakan, kemudahan yang dirasakan, sikap dan keinginan menggunakan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya data dianalisis menggunakan SEM. Hasil penelitian

(36)

20

menunjukkan bahwa persepsi kenikmatan (perceived enjoyment) memiliki peran sebagai variabel anteseden pada TAM, karena variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dalam model penerimaan teknologi.

Menurut Monica and Japarianto (2022) dalam penelitian yang berjudul Analisa Pengaruh Perceived Ease Of Use dan Melalui Perceived Enjoyment Terhadap Behavior Intention pada Digital Payment. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa pengaruh dari perceived ease of use terhadap behavior intention melalui perceived enjoyment sebagai variabel intervening pada digital payment. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perceived ease of use, behavior intention dan perceived enjoyment. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya data dianalisis menggunakan SEM. Hasil akhir yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perceived ease of use memiliki pengaruh yang positif terhadap behavior intention, perceived ease of use juga memiliki pengaruh yang positif terhadap perceived enjoyment, begitu juga dengan perceived enjoyment memiliki pengaruh yang positif terhadap behavioral intention.

Menurut Thariq (2016) dalam penelitian yang berjudul analisis Behavioral Intention pada Desktop Web-Conferencing Aplikasi Bimbel Online Zenius. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor terkait ekspektasi performa dan usaha, pengaruh sosial, kondisi dan otonomi mempengaruhi niat perilaku pelajar terhadap desktop web-conferencing aplikasi zenius berdasarkan delivery modes. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya data dianalisis menggunakan SEM dengan software LISREL versi 8.8. Hasil penelitian ini adalah ekspetasi performa dan pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap nait perilaku.

Menurut Muslimah (2016) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Computer Self-Efficacy, Subjective Norm, Dan System Quality Terhadap

(37)

21

Penerimaan Womunity Oleh Nasabah Wom Finance. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh computer self efficacy (CSE), subjective norm (SN), system quality (SQ) terhadap perceived ease of use (PEOU) dan perceived usefulness (PU) pada penerimaan aplikasi womunity; 2) pengaruh perceived ease of use (PEOU) terhadap perceived usefulness (PU) penggunaan womunity; dan 3) pengaruh perceived ease of use (PEOU) dan perceived usefulness (PU) terhadap intention to system use (ISU) oleh nasabah WOM Finance. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya data dianalisis menggunakan SEM (structural equation modeling) dengan aplikasi AMOS 18.0 digunakan untuk pengujian hipotesis dan PASW statistics 18.0 digunakan untuk analisis desktiptif. Hasil penelitian menunjukkan computer self efficacy (CSE), subjective norm (SN) berpengaruh positif terhadap perceived ease of use (PEOU) dan perceived usefulness (PU), system quality (SQ) tidak berpengaruh positif terhadap perceived ease of use (PEOU) dan perceived usefulness (PU), perceived ease of use (PEOU) berpengaruh positif terhadap perceived usefulness (PU), perceived ease of use (PEOU) dan perceived usefulness (PU) berpengaruh positif terhadap intention to system use (ISU).

Menurut Heryanta (2016) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Behavioral Intention Terhadap Actual Use Penggunaan GO-JEK Indonesia dengan Pendekatan Technology Acceptance Model dan Innovation Diffusion Theory. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh behavioral intention terhadap actual use pengguna GO-JEK Indonesia dengan pendekatan TAM dan IDT. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang kemudian dianalisis menggunakan Smart-PLS 3.0. hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa perceived ease of use (PEOU), perceived usefulness (PU) dan karakteristik inovasi berpengaruh positif terhadap niat perilaku pengguna layanan transportasi

(38)

22

di Indonesia. Sedangkan niat berperilaku memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pemakaian aktual.

Menurut Aditya dan Wardhana (2016) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Perceived Usefulness dan Perceived Ease Of Use Terhadap Behavioral Intention dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) pada Penggunaan Instant Messaging LINE di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perceived usefulness dan perceived ease of use terhadap behavioral intention pada penggunaan instant messaging LINE di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data deskriptif dan kausal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived usefulness dan perceived ease of use berpengaruh signifikan terhadap behavioral intention.

Menurut Pratama dan Rakhmadani (2022) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Metode Technology Acceptance Model (TAM) dalam Penggunaan Aplikasi LinkAja. Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin melihat penerimaan aplikasi linkaja di institut teknologi Telkom purwokerto dengan metode technology acceptance model (TAM) dari indikator persepsi kegunaan, kemudahan penggunaan, minat perilaku untuk menggunakan dan penggunaan system secara aktual. Data dianalisis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat SPSS dan didapatkan hasil bahwa pengaruh secara langsung dengan nilai tingkat signifikansi paling tinggi yaitu perceived usefulness terhadap actual system use dan pengaruh secara tidak langsung dengan nilai paling tinggi yaitu perceived ease of use pada actual system use melalui behavioral intention to use.

Menurut Andriane (2020) dalam penelitian yang berjudul Analisis Technology Acceptance Model (TAM) dalam Sistem Informasi Keuangan Desa (SISKEUDES). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor dari Technology Acceptance Model terkait penggunaan sistem keuangan desa di Kabupaten Sleman. Variabel dalam penelitian ini yaitu perceived usefulness (X1),

(39)

23

perceived ease of use (X2), jenis kelamin (X3), intention to use (Y1), attitude toward using (Y2), behavioral intention to use (Y3). Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya data dianalisis menggunakan smartPLS 3.0. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semua hipotesis terdukung. Persepsi kemudahan penggunaan terbukti memiliki pengaruh terhadap sikap penggunaan SISKEUDES, persepsi kegunaan terbukti mempengaruhi kemudahan, sikap penggunaan teknologi, minat perilaku dan penggunaan sesungguhnya menggunakan teknologi. Sikap terhadap penggunaan teknologi terbukti mempengaruhi minat perilaku menggunakan SISKEUDES.

Persepsi kemudahan terbukti mempengaruhi penggunaan SISKEUDES.

Menurut Arizqi (2019) dalam penelitian yang berjudul Implementasi Model Modifikasi Technology Acceptance Model (TAM) pada Sistem Informasi Akademik (SIA) Di Universitas Swasta Kota Semarang Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi sistem informasi akademik (SIA) di universitas swasta yang ada di kota Semarang dengan mengusulkan konsep TAM. Variabel yang digunakan yaitu self-efficacy (X1), Subjective Norm (X2), Perceived Usefulness (Y1), Perceived Ease Of Use (Y2), Attitude Toward The System (Y3).

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan pengujian structural equational modelling (SEM) dan menggunakan pendekatan varians (partial least square), kemudian pengolahan data didukung dengan aplikasi SmartPLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (self-efficacy) berpengaruh signifikan terhadap manfaat yang dirasakan (perceived usefulness). Norma subjektif (subjective norm) berpengaruh signifikan terhadap manfaat yang dirasakan (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use). Manfaat yang dirasakan (perceived usefulness) berpengaruh signifikan terhadap sikap penggunaan sistem (attitude toward the system). Sedangkan efikasi diri (self- efficacy) tidak signifikan terhadap kemudahan penggunaan yang dirasakan

(40)

24

(perceived ease of use) dan kemudian kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use) juga tidak signifikan terhadap attitude toward the system.

Menurut Tasmil dan Herman (2015) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Model TAM Untuk Menilai Tingkat Penerimaan Nelayan Terhadap Penggunaan GPS. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat penerimaan penggunaan teknologi GPS untuk nelayan tangkap di Kabupaten Bulukumba.

Variabel yang digunakan yaitu perceived usefulness, perceived ease of use, attitude toward using, behavioral intention to use dan usage actual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya data dianalisis menggunakan pendekatan partial least square (PLS).

Hasil penelitian menunjukkan dari 7 (tujuh) hipotesis yang diadopsi dari model TAM yang telah diuji, hipotesis perceived ease of use berpengaruh positif dan signifikan terhadap perceived usefulness, perceived usefulness berpengaruh positif dan signifikan terhadap attitude toward usage, perceived ease of use berpengaruh positif dan signifikan terhadap attitude toward usage, perceived usefulness berpengaruh positif dan signifikan terhadap behavior intention.

Behavior intention berpengaruh positif dan signifikan terhadap actual usage, fasilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap actual usage, Sedangkan hipotesis attitude toward usage berpengaruh positif tidak signifikan terhadap behavior intention.

Aspek Penyuluhan Penyuluhan Pertanian

Menurut Totok Mardikanto dalam Yerlin (2021) Penyuluhan berasal dari kata dasar “suluh atau obor”, yang mana sekaligus sebagai terjemahan dari kata

“voorlichting” yang dapat diartikan sebagai suatu kegiatan penerangan bagi yang dalam kegelapan. Sehingga penyuluhan juga bisa dimaknai sebagai kegiatan penerangan.

(41)

25

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan suatu komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya dengan memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar (Van den Ban dan Hawkins dalam Tumurang et al., 2019). Penyuluhan pertanian diartikan sebagai suatu pendidikan luar sekolah yang ditujukan kepada petani dan keluarganya agar mereka mau dan mampu bertani lebih baik, berusahatani yang lebih menguntungkan dan terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga dan masyarakatnya (Mardikanto dalam Ramadhani, 2019).

Definisi penyuluhan pertanian menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup. Penyuluh diartikan sebagai seseorang yang atas nama Pemerintah atau lembaga penyuluhan yang memiliki kewajiban mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan calon penerima manfaat penyuluhan dalam mengadopsi suatu inovasi. Penyuluh atau agent of change merupakan seorang petugas lapangan dari suatu instansi atau lembaga yang sudah diberikan pelatihan dengan kemampuan tertentu sesuai dengan kegiatan penyuluhan yang akan diberikan (Isband dalam Nasir, 2018).

Menurut Isran Noor dalam Pasaribu (2021) fungsi seorang penyuluh pertanian yaitu berperan sebagai motivator, fasilitator, dan dinamisator dalam kegiatan penyuluhan pertanian seperti membantu mencarikan informasi inovasi/

teknologi, permodalan, pemasaran, mengajarkan keterampilan, menawarkan/

merekomendasikan paket teknologi, menfasilitasi, dan mengembangkan swadaya dan swakarya petani. Ada beberapa peran penyuluh pertanian, diantaranya sebagai berikut :

(42)

26

1. Memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha 2. Mengupayakan kemudahan pelaku utama dan pelaku usaha dalam

mengakses sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya

3. Meningkatkan kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai hal seperti kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan

4. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh - kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif dan menerapkan tata kelola berusahatani yang baik dan berkelanjutan

5. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usahataninya

6. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup

7. Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian yang maju dan modern bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara berkelanjutan.

Tujuan Penyuluhan

Perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Dimana tujuan penyuluhan dalam jangka pendek yaitu menumbuhkan perubahan - perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usaha tani di pedesaan, harapannya perubahan - perubahan tersebut menyangkut tingkat pengetahuan, kecakapan atau kemampuan sikap dan motif tindakan petani. Sedangkan tujuan penyuluhan pertanian dalam jangka panjang yaitu tercapainya peningkatan taraf hidup masyarakat petani dan mencapai kesejahteraan hidup yang lebih terjamin (Levis. L. R. dalam Eriantina, 2018).

(43)

27

Menurut UU No 16 tahun 2006 tujuan penyuluhan pertanian adalah untuk memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan agar menjadi maju dan modern dalam sistem pembangunan pertanian berkelanjutan.

Menetapkan tujuan merupakan suatu bentuk pernyataan keadaan yang ingin dicapai. Tujuan penyuluhan selain untuk memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam meningkatkan kemampuannya melalui penciptaan iklim yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, pendampingan dan fasilitas yang mumpuni. Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah terwujudnya :

1. Better farming, yaitu dimana petani setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan mau dan mampu mengubah cara-cara usahataninya dengan cara-cara yang lebih baik

2. Better business, yaitu dimana petani setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan mau dan mampu berusahatani yang lebih menguntungkan.

3. Better living, yaitu dimana petani setelah mengetahui kegiatan penyuluhan diharapkan petani menghemat pengeluaran dan tidak berfoya-foya setelah melangsungkan kegiatan panen, petani mau menabung, bekerja sama memperbaiki higiene lingkungan, mendirikan industri-industri rumahan dengan mengikutsertakan keluarganya untuk mengisi kekosongan waktu selama menunggu kegiatan panen, mendirikan industri kecil dengan melibatkan kegotongroyongan para petani/ibu-ibu petani/taruna-taruni petani untuk meningkatkan kualitas produk dan lain- lain.

Menurut Anonim dalam Kusnadi (2011) prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan yaitu SMART :

a. Specific (khusus), kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan harus memenuhi kebutuhan khusus

(44)

28

b. Measurable (dapat diukur), kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan harus mempunyai tujuan akhir yang dapat diukur

c. Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan), tujuan kegiatan penyuluhan itu harus mampu untuk dicapai oleh para peserta atau petani

d. Realistic (realistis), bahwa tujuan yang ingin dicapai harus masuk akal, dan tidak berlebihan, sehingga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta atau petani

e. Time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan), ini berarti bahwa dalam waktu yang telah ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan penyuluhan ini harus dapat dipenuhi oleh setiap peserta atau petani.

Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan pertanian yaitu siapa yang sebenarnya akan menerima materi penyuluhan yang akan disampaikan. Pemilihan sasaran dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus tepat agar materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Menurut UU SP3K No 16 tahun 2006 menyatakan bahwa sasaran penyuluhan pertanian adalah pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan yang meliputi sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, dan Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

Menurut Soejitno dalam Ilyas (2015) menyatakan yang menjadi sasaran dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah petani dan keluarganya, yaitu: bapak tani, Ibu tani, dan pemuda/i atau anak-anak tani sehingga yang harus di rubah perilakunya dalam praktek-praktek usahatani guna meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat ialah petani dan keluarganya. Sasaran penyuluhan

Referensi

Dokumen terkait

Perceived Usefulness dipengaruhi oleh Behavioral Intention, mahasiswa menggunakan software legal yang diunduh dari aplikasi Dreamspark digunakan untuk membantu

model TAM yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) konstruk utama, yaitu: perceived usefulness (persepsi kegunaan), perceived ease of use (persepsi

melaluiAttitude toward Using (AT), berpengaruh tidak langsung antara variabel Perceives Ease of Use (PE) terhadap Behavioral Intenteion to Use (BI) melalui Perceived

Persepsi manfaat ( perceived usefulness ) dengan minat perilaku ( behavioral intention ) pada mahasiswa UMN memiliki pengaruh positif namun lemah dengan nilai signifikan hanya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, variabel Perceived Ease of Use dengan indikator PEOU1, Perceived Usefulness dengan indikator PU1 dan PU3, Behavioral Intention To

Variabel Perceived Ease of Use terhadap Behavioral Intention to Use pada golonngan remaja dan lansia awal terdapat pengaruh positif atau signifikan dan pada

Hipotesis 10 pada penelitian ini menyatakan Perceived ease of use (PEOU) berpengaruh langsung pada Behavioral intention to use (BITU). Hasil analisis pengolahan data

CONCLUSION Based on the research that has been done, it can be concluded that Perceived ease of use, Perceived Usefulness, and Behavioral intention have a significant effect on Actual