• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Salah satu penyebab kematian dini diseluruh dunia yaitu Hipertensi atau tekanan darah tinggi. Setiap tahun, sekitar 7 juta orang meninggal dunia akibat hipertensi (Mullo, Fredrik, Langi, & Asrifuddin, 2018). Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan dua atau lebih pengukuran tekanan darah (Anih 2020). Tekanan darah tinggi ini menjadi masalah jika terjadi secara persisten, karena dengan tingginya tekanan darah akan mengakibatkan sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah menjadi tegang termasuk jantung dan otak (Hanim 2019).

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Hipertensi dibagi menjadi 2 berdasarkan penyebabnya yaitu : 1. Hipertensi primer atau essensial

a. Herediter atau factor genetic

b. Lingkungan, pekerjaan, psikososial, usia, jenis kelamin, kurang olahraga, obesitas, stress, asupan garam, konsumsi alkohol

c. System renin, angiotensin dan aldosterone d. Deficit ekstresi Na dari dalam sel

e. Hyperinsulinemia atau resistensi insulin mengakibatkan retensi natrium ginjal meningkatkan, meningkatkan aktivitas saraf simpatis, meningkatkan tekanan arteri dan hipertrofi otot polos

2. Hipertensi sekunder a. Penggunaan esterogen b. Penyakit ginjal

c. Hipertensi vaskuler renal d. Hiperaldosteronisme primer e. Sindrom chusing

f. Feokromositoma g. Koarktasio aorta

(2)

h. Kehamilan (Hastuti 2019).

2.1.3 Manifestasi Klinis Hipertensi

Hipertensi biasanya baru diketahui setelah timbulnya komplikasi, oleh karena itu hipertensi bisa disebut juga “silent killer”(pembunuh diam-diam) akibat tidak adanya tanda gejala yang muncul (Siyad,2011). Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu dengan skrining dan datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Komplikasi menyerang beberapa organ antara lain: mata, ginjal, otak dan jantung. Pada umumnya, keluhan yang dirasakan penderita hipertensi seperti nyeri kepala terutama bagian belakang, baik berat maupun ringan, vertigo, tinnitus (mendengung atau mendesis di bagian telinga), penglihatan kabur bahkan sampai pingsan (Marsall et all, 2012).

Gejala lain seperti sakit kepala, jantung berdebar, pucat dan keringat yang dicuragai adanya pheochromocytoma (Ifeanti,2014). Pheochromocytoma adalah berkembangnya tumor jinak didalam kelenjar adrenal, sehingga menghasilkan banyak hormon tertentu yang dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.Tekanan darah tinggi selama bertahun-tahun dapat menimbulkan gejala klinis, seperti :

1. Nyeri kepala ketika terjaga, terkadang mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.

2. Pandangan kabur akibat kerusakan retina

3. Ayunan yang tidak seimbang karena kerusakan susunan saraf pusat 4. Nokturia akibat peningkatan aliran darah pada ginjal dan terjadi filtrasi

glomerulus

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat dari peningkatan tekanan kapiler

Gejala lain yang mungkin umum terjadi pada penderita hipertensi adalah pusing, muka memerah, sakit kepala, keluar darah pada hidung secara tibatiba, tengkuk terasa pegal (Reny, 2014).

2.1.4 Pemeriksaan Hipertensi

Menurut Alfeus Manuntung, 2018 ada beberapa pemeriksaan penunjang pada penderita Hipertensi, antara lain :

(3)

1. Hemoglobin/Hematokrit : mengetahui keterkaitan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti hipokuagulobilitas, anemia

2. BUN/kreatinin : untuk mengetahui perfusi/fungsi ginjal

3. Glukosa : Hiperglikemia (Diabetes Mellitus pencetus Hipertensi) yang terjadi akibat peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi) 4. Kalium serum : hypokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosterone

utama (penyebab) atay efek samping dari terapi diuretic

5. Kalsium serum : kadar kalsium serum yang meningkat dapat menyebabkan hipertensi

6. Kolesterol dan trigliserida serum : tingginya kadar kolesterol dapat menjadi penyebab terbentuknya plak ateromatosa

7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menyebabkan vasokontriksi dan hipertensi

8. Kadar aldosterone urin dan serum : untuk menguji aldosternisme primer (penyebab)

9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan difungsi ginjal dan diabetes mellitus

10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengidikasikan adanya feokomositoma (penyebab) ; VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokomositoma apabila hilang timbulnya hipertensi 11. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai factor resiko

terjadinya hipertensi

12. Steroid urin: kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenlisme, feokromositoma, disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s, kadar renin juga dapat meningkat

13. IVP : untuk mengindentifikasi adanya parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter

14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi katub ; deposit pada dan EKG atau takik aorta ; pembesaran jantung

15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati atau feokromositoma

(4)

16. EKG : untuk mengindentifikasi apakah ada pembesaran jantung, pila regangan, gangguan konduksi. Catatan : luas dan peninggian gelombang P merupakan tanda dini terjadinya hipertensi.

2.1.5 Penatalaksanaan Hipertensi a. Terapi Farmakologi

1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25mg sehari dosis tunggal pada pagi hari (hanya digunakan bila disertai hemokonsentrasi/odem paru pada hipertensi dalam kehamilan).

2) Reserpin 0,1-0,25mg sehari sebagai dosis tunggal

3) Kaptopril 12,5-25mg diberikan sebanyak 2-3x/sehari (terdapat kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).

4) Nifeldipin mulai 5mg diberikan 2x/sehari, dosis bisa dinaikkan 10 mg 2x/sehari.

b. Terapi Non-farmakologi

Menurut Anih Kurnia, 2020 Langkah awal terapi yang dilakukan pada penderita hipertensi biasanya dengan mengubah pola hidup dengan cara sebagai berikut:

1) Menurunkan dan menjaga berat badan hingga batas normal

2) Merubah pola makan penderita diabetes, orang yang mengalami kegemukan, atau orang yang memiliki kadar kolestrol darah yang tinggi

3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 1,5 gram setiap harinya untuk penderita Hipertensi

4) Mengurangi konsumsi minuman alkohol 5) Mulai berhenti merokok

6) Melakukan diet protein

7) Berolahraga yang cukup dan tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitas selama tekanan darah dapat terkendali).

2.1.6 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah yang mengalami peningkatan seringkali menjadi satu-satunya gejala penderita hipertensi essensial. Kadang-kadang hipertensi essensial

(5)

berjalan tanpa adanya gejala dan akan timbul gejala setelah komplikasi pada organ-organ sasaran seperti pada ginjal, mata, jantung dan otak. (Hidayat, 2014)

2.2 Konsep Keluarga 2.2.1 Definisi Keluarga

Menurut Kemenkes RI, 2016 keluarga adalah satuan Lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dalam masyarakat yang terdiri ayah, ibu, dan anak yang disebut sebagai keluarga inti atau rumah tangga. Hal tersebut juga sependapat dengan para ahli ilmu social dan ahli teori keluarga yang menjelaskan definisi keluarga adalah sekelompok orang yang disatukan ikatan perkawinan, darah atau adopsi yang merupakan satu rumah tangga, beinteraksi atau berkomunikasi satu sama lain sesuai dengan peran sosialnya masingmasing sebagai suami dan istri, ibu dan ayah, putra dan putri, kakak dan adik untuk menciptakan dan memelihara budaya bersama (Deborah Siregar et al, 2020) 2.2.2 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menjelskan bagaimana suatu keluarga melaksanakan fungsi keluarga di lingkungan masyarakat. terdapat beberapa macam struktur keluarga yang ada di indonesia yaitu (Padila, 2012):

1. Patrilineal

Keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dibeberapa generasi, dimana hubungan itu terbangun melalui Ayah.

2. Matrineal

Keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dibeberapa generasi, dimana hubungan itu terbangun melalui Ibu.

3. Matrilokal

Sepasang suami-istri tinggal bersama keluarga sedarah dengan Ibu..

4. Patrilokal

Sepasang suami-istri tinggal bersama keluarga sedarah dengan Ayah.

5. Keluarga kawin

Hubungan antara suami dan istri yang menjadi dasar bagi pembinaan

keluarga, serta beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena terdapat hubungan dengan suami maupun istri. (Padila, 2012)

2.2.3 Ciri-ciri Struktur Keluarga

(6)

1. Terorganisasi yaitu saling berhubungan, antar anggota keluarga saling ketergantungan.

2. Keterbatasan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai kebebasan, tetapi mereka mempunyai keterbatasan untuk menjalankan fungsi dan tugas keluarga masing-masing anggota keluarga.

3. Perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga.

Pendekatan dalam asuhan keperawatan keluarga salah satunya yaitu struktural fungsional. Struktur keluarga menjelaskan bagaimana sebuah keluarga disusun atau bagaimana unit-unit ditata serta saling terkait satu dengan yang lain (Padila, 2012)

2.2.4 Tipe Keluarga

Pada sosiologi keluarga bentuk-bentuk keluarga tergolong sebagai tipe keluarga tradisional dan non-tradisional atau bentuk normatif dan nonnormatif, berikut ini tipe-tipe keluarga: (Padila, 2012)

1. Keluarga Tradisional

1) The Nuclear Family (Keluarga Inti), adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

2) The Dyad Family adalah pasangan suami-istri yang tinggal bersama tanpa ada anak, atau tidak ada anak yang tinggal bersama.

3) The Single Parent Family (duda atau janda) adalah keluarga yang terdiri dari 1 orang tua tunggal antara ayah atau ibu. Hal ini karena bercerai, kematian atau ditinggalkan

4) The Extended Family (keluarga besar) adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan orang yang berhubungan. Bisa terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti keluarga inti disertai paman, bibi, orang-tua (kakek dan nenek), keponakan dan lyang lain.

5) The Single adult living alone / single adult family adalah keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang memilih hidup sendiri (separasi) seperti perceraian atau di tinggal mati.

6) Pasangan usia lanjut adalah keluarga inti dimana suami-istri yang sudah tua dan sudah berpisah dengan anak-anaknya.

(7)

7) The Childless Family adalah keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan terlambat untuk mendapatkan anak. Hal ini karena mengejar karir atau pendidikan yang wanita.

8) Commuter Family adalah keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, namun setiap akhir pekan semua anggota berkumpul bersama di suatu kota yang menjadi tempat tinggal.

9) Multigenerational Family adalah keluarga dengan generasi yang berbeda atau kelompok usia yang tinggal bersama dalam satu rumah.

10) Kin-network Family adalah keluarga dengan beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan menggunakan barang-barang serta pelayanan bersama. Seperti, menggunakan dapur, kamar mandi, ruang keluarga, maupun telepon bersama.

11) Blended Family adalah keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah lagi dan membesarkan anak dari pernikahan sebelumnya.

b. Keluarga non tradisional

1) The unmarried teenage mother adalah keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak, seperti ibu dengan anak dari hubungan tanpa adanya pernikhan.

2) Pasangan yang yang tinggal bersama dan memiliki anak tetapi tidak menikah, karena didasarkan pada hukum tertentu.

3) Menikah kumpul kebo adalah kumpul bersama tanpa menikah dan tinggal bersama.

4) Gay dan Lesbian family adalah pasangan dengan jenis kelamin yang sama hidup bersama selayaknya pasangan suami-istri.

5) Commune Family adalah keluarga dengan beberapa pasang keluarga dan anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang digunakan sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok atau cara membesarkan anak bersama.

6) The stepparent family adalah keluarga dengan orangtua tiri.

(8)

7) The nonmarital heterosexual cohabiting family adalah keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa adanya pernikahan.

8) Cohabiting couple adalah keluarga dengan orang dewasa yang hidup bersama tanpa adanya pernikahan karena alasan tertentu.

9) Group-marriage family adalah keluarga dengan beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagai sesuatu, termasuk seksual dan membesarkan anaknya.

10) Group network family adalah keluarga inti yang dibatasi oleh aturan dan nilai-nilai yang hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunkan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya bersama.

11) Foster family adalah keluarga yang menerima anak yang tidak memiliki hubungan keluarga atau saudara dalam waktu sementara.

12) Homeless family adalah keluarga yang terbentuk tanpa suatu perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan masalah kesehatan mental.

13) Gang adalah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kehidupan dengan kekerasan dan kriminal.

2.2.5 Tugas dan Fungsi Keluarga Terdapat 5 fungsi keluarga yaitu : a. Fungsi Afektif

Fungsi yang berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang menjadi basis kekuatan keluarga. Fungsi ini berguna dalam pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif akan tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari anggota keluarga. Berikut ini komponen yang perlu dipenuhi keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif (Friedman et al, 2010):

1) Saling mengasuh dengan memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, serta saling mendukung antar anggota keluarga.

(9)

2) Saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga dan selalu mempertahankan iklim positif.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup bersama.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi ini di mulai sejak lahir. Keluarga menjadi tempat individu untuk belajar sosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial anak, Membentuk norma-norma dan tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi ini untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Sehingga dilakukan dengan ikatan suatu pernikahan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pasangan, tujuan membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, serta tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau untuk merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

2.2.6 Tahap Perkembangan Keluarga

Delapan tahap siklus kehidupan keluarga dari Duvall paling banyak digunakan sebagai formulasi tahap-tahap perkembangan keluarga inti dengan dua orang tua.

Tabel 2.1 Tahap perkembangan siklus keluarga (Andarmoyo, 2012) No. Tahapan Keterangan

1. Tahap I Keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan)

(10)

6

sampai 13 tahun)

5. Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berumur 13 sampai 20 tahun)

6. Tahap VI Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah ) 7. Tahap VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun) 8. Tahap VIII Keluarga dalam masa pension dan lansia (Juga termasuk

anggota keluarga yang berusia lanjut dan pensiun hingga pasangan meninggal dunia)

2.2.7 Tugas Kesehatan Keluarga

Berikut ini tugas keluarga dalam bidang kesehatan: (Parwati, 2018) 1. Keluarga dapat memahami dan mengenal masalah kesehatan

2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan suatu tindakan 3. Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang

sedang sakit

4. Keluarga dapat menciptakan lingkungan untuk meningkatkan kesehatan 5.

Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan sekitar

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit Kronis(Hipertensi) Menurut WHO (World Health Orgnization) dalam Parwati (2018), asuhan keperawatan keluarga adalah sebuah rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yang berpedoman pada standar asuhan keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.

Pendekatan proses keperawatan meliputi:

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.

Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara pada anggota keluarga, observasi fasilitas yang terdapat di rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.

2. Tahap II Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 0-30 bulan)

3. Tahap III Keluarga dengan usia anak prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 tahun)

4. Tahap IV Keluarga dengan usia anak sekolah (anak tertua berumur

(11)

1. Data Umum

Identitas keluarga meliputi : Nama Kepala Keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, komposisi keluarga dan genogram/silsilah keluarga. Pada pengkajian usia, pekerjaan dan jenis kelamin untuk mengetahui resiko terjadinya hipertensi pada anggota keluarga yang lain

Tipe keluarga menurut Padila dalam Hanifah (2019) : Menjelaskan tentang jenis atau tipe keluarga beserta dengan kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe keluarga yang mengalami hipertensi.

2. Latar Belakang dan Riwayat Kebiasaan

Latar belakang budaya dan identitas religius menurut Sutanto dalam Hanifah (2019) : Mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan masalah kesehatan. Mengenai bahasa yang digunakan dalam keluarga, agama yang di anut serta kebiasaan keluarga yang mempengaruhi masalah kesehatan.

Mengenai status ekonomi menurut Padila dalam Hanifah (2019) : Status sosial ekonomi pada keluarga ditentukan oleh pendapatan dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya. Pada pengkajian status sosial ekonomi dapat diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Sebagai dampak dari ketidakmampuan keluarga dalam membuat seseorang yang tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

Aktivitas rekreasi waktu luang : aktivitas atau kegiatan yang dilakukan suatu keluarga dalam mengisi waktu luang

3. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Gusti dalam Hanifah (2019), dijelaskan bahwa tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan adanya anak tertua dari sebuah keluarga inti. Biasanya keluarga dengan hipertensi terdapat pada tahap keluarga dengan anak dewasa (launcing canter families), namun pada keluarga usia pertengahan (middle age families), dan tahap leuarga usia lanjut.

(12)

Riwayat keluarga inti menurut Gusti dalam Hanifah (2019) : Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada. Biasanya keluarga dengan hipertensi tidak mengatur pola kesehatan dengan baik. Riwayat keluarga sebelumnya : Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga sebelumnya dari pihak istri dan suami.

4. Data Lingkungan (Hanifah, 2019)

Karakteristik rumah dan karakteristik lingkungan : Ukuran rumah (luas rumah), Kondisi dalam dan luar rumah, Kebersihan rumah, Ventilasi rumah, Saluran pembuangan air limbah (SPAL), Ketersedian air bersih, Pengelolaan sampah, Kepemilikan rumah, Kamar mandi/WC, Denah rumah dan fasilitas kesehatan dapat dijangkau oleh keluarga

5. Struktur keluarga (Parwati, 2018)

1) Pola komunikasi keluarga dengan menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga adalah kemampuan masing-masing anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran ialah menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga ialah menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan masalah kesehatan.

6. Fungsi Keluarga (Hanifah, 2019)

Fungsi afektif : kaji kerukunan keluarga dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga.

Fungsi sosialisasi : Kaji keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Kaji tingkat keaktifan keluarga dalam bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.

Fungsi perawatan kesehatan keluarga : Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi hal ini

(13)

ditunjukan dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit hipertensi.

Fungsi reproduksi : kaji tingkat produktifitas seluruh anggota keluarga sesuai usia yang ada dalam keluarga. 7. Stress dan Koping Keluarga

Kondisi stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka panjang : stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

2) Stressor jangka pendek : stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.

Kemampuan keluarga merespon terhadap situasi/ stressor

Strategi koping : digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan 8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

Status Kesehatan Umum meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.

Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarga yang berada di rumah. Metode pemeriksaan head to toe yang meliputi systempernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem gangrointestinal, sistem urinaria, sistem musculoskeletal, sistem neurologis dan sistem reproduksi.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan keluarga dapat mengarah pada sasaran individu maupun keluarga. Komponen diagnosa keperawatan keluarga di rumuskan menurut data yang didapat pada saat pengkajian.

Diagnosa keperawatan keluarga dengan hipertensi yang mungkin muncul berdasarkan SDKI :

1. Resiko penurunan curah jantung (D. 0011) 2. Resiko perfusi serebral tidak efektif (D. 0017) 3. Defisit pengetahuan (D. 0111)

4. Ketidakmampuan koping keluarga (D. 0093) 5. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (D. 0117)

(14)

2.4 Konsep Nyeri 2.4.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial. Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multiple yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi structural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses : transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi (Bahrudin, 2017).

2.4.2 Patofisiologi Nyeri Secara Umum

Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi maupun rendah seperti perenggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler . Peningkatan kadar K + ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab

(15)

untuk serangan migrain . Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri. (Silbernagl & Lang, 2000)

Gambar 2.1 Patofisiologi Nyeri

(16)

(17)

Terdapat beberapa factor predisposisi penyakit hipertensi antara lain : usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olahraga, genetic, alcohol, konsentrasi garam dan obesitas. Tekanan darah yang tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan : a).

tekanan sistemik meningkat sehingga menyebabkan beban kerja jantung pun ikut meningkat dan aliran darah makin cepat keseluruh tubuh sedangkan nutrisi dalam sel sudah mencukupi kebutuhan ; b) kerusakan vaskuler pembuluh darah yang merubah struktur pembuluh darah dan terjadi vasokontriksi sehingga terjadi gangguan sirkulasi pada beberapa organ seperti ginjal, otak, pembuluh darah dan retina. Gangguan sirkulasi ginjal membuat vasokontriksi pembuluh darah ginjal kemudian blood flow darah menurun yang merespon RAA kemudian merangsang aldosterone dan menyebabkan retensi Na dan terjadilah edema (Kelebihan volume cairan). Pada otak terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah otak sehingga pasien mengeluh nyeri kepala serta terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak yang bisa beresiko mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Pembuluh darah sistemik mengalami vasokontriksi yang berimbas pada peningkatan afterload yang menyebabkan penderita hipertensi mengalami fatigue (intoleransi aktivitas) dan penurunan curah jantung serta terjadinya iskemia miokard pada pembuluh darah coroner yang menyebabkan nyeri dada.

Begitupula pada gangguan sirkulasi yang terjadi pada retina mata penderita hipertensi bisa terjadi spasme arteriol (Resiko cidera); c) perubahan situasi, (Ansietas) bisa disebabkan oleh dua hal yaitu krisis situasional dengan metode koping yang tidak efektif (Ketidakefektifan koping) dan informasi yang minim (deficit pengetahuan)

2.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Dewi Rosaliana, 2021 pengalaman seseorang terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh beberapa factor,karena nyeri merupakan hal yang kompleks.

Umumnya pasien tenang akan diam berkenaan dengan nyeri, karena nyeri yang ringan yang dirasakan masih dapat ditahan. Sedangkan secara verbal pasien akan berekspresi emosional dan menunjukkan tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis. 1. Usia

(18)

Khususnya pada anak-anak dan orang dewasa, usia merupakan variabel penting yang memengaruhi nyeri. Bagaimana orang dewasa dan anak-anak bereaksi terhadap nyeri dapat dipengaruhi pada perbedaan perkembangannya. Anak-anak memiliki kesulitan dalam menjelaskan secara verbal dan mengekspresikan nyeri pada orang tua atau petugas kesehatan. Pada orang dewasa terkadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.

2. Jenis kelamin

Secara signifikan tidak ada perbedaan mengenai respon mereka terhadap nyeri diantara pria dan wanita. Terdapat beberapa budaya yang memperngaruhi jenis kelamin misalnya, seorang pria harus berani dan tidak boleh menangis sedangkan wanita boleh menangis dalam situasi yang sama.

3. Kebudayaan

Nilai-nilai budaya dan keyakinan mempengaruhi cara individu dalam mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Mengenali dan memahami nilai-nilai budaya yang dimiliki seseorang jika berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya bisa amembantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang.

4. Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak menjadi bahwa pasien akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Ansietas dan rasa takut akan muncul, pada klien yang sejak lama sudah mengalami nyeri yang berat.

Sebaliknya, apabila seorang klien mengalami nyeri dengan jenis yang sama dan berhasil menghilangkannya, maka akan lebih mudah bagi klien tersebut untuk menginterpretasikan sensari nyeri dan akan lebih siap untuk melakukan tindakan dalam mengatasi nyeri. Pada klien yang tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi pertama dapat mengganggu mekanisme koping terhadap nyeri. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menerap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten.

5. Perhatian

Terdapat hubungan antara peningkatan perhatian dengan peningkatan nyeri, sedangkan upaya pengalihan perhatian bisa dihubungkan dengan penurunan sensasi

(19)

nyeri. Sensasi nyeri klien dapat menurun dengan pengalihan perhatian menggunakan cara memfokuskan perhatian dan konsentrasi pasien pada stimulus yang lain.

6. Ansietas

Hubungan antara ansietas dengan nyeri merupakan suatu hal yang kompleks.

Seringkali ansietas meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Ansietas yang relevan berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.

7. Pola koping

Cara klien dalam mengatasi nyeri juga dapat dipengaruhi oleh pola koping.

Menurun Gill (1990) dalam Dewi 2021, individu yang mempunyai focus kendali internal mempersepsikan diri mereka sebagai klien yang dapat mengendalikan lingkungan mereka serta hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sedangkan, klien yang mempunyai kendali focus eksternal mempersepsikan factor-faktor lain didalam lingkungan seperti tenaga kesehatan sebagai klien yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir mereka. 8. Dukungan keluarga dan social Seorang klien mungkin tergantung pada dukungan atau support emosional dari anak-anak, keluarga atau teman. Kehadiran orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien dapat mempengaruhi respon terhadap nyeri. Seringkali individu tersebut saat mengalami nyeri akan bergantung pada anggota keluarga atau teman untuk mendapatkan dukungan, bantuan ataupun perlindungan sehingga nyeri yang dirasakan meskipun ada dapat meminimalkan rasa kesepian dan ketakutan.

2.4.5 Pengkajian Nyeri

Menurut Aziz Alimul, 2021 ada beberapa intrumen pengkajian nyeri yang dapat digunakan dalam menilai tingkat nyeri dengan kelebihan dan kekurangan masingmasing intrumen dalam penerapannya erta dapat dipengaruhi jenis nyeri dann tingkat perkembangan individu (dewasa dan anak-anak). Pertimbangan yang sesuai karakteristik nyeri yang dirasakan individu sangat diperlukan.Beberapa instrument pengkajian nyeri yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

a. Skala Pendeskripsi Verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS)

(20)

VDS adalah pengkajian nyeri dengan menggunakan garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai sangat nyeri. Pengukur menunjukkan pada pasien skala tersebut dan memintanya untuk memilih intensitas nyeri yang dirasakannya. Alat VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.

Gambar 2.2 Skala VDS b. Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scale/NRS)

NSR bisa digunakan sebagai pengganti dari VDS. Pada pengkajian ini, klien memberikan penilaian nyeri dengan menggunakan skala 0 sampai 10. Skala paling efektif digunakan dalam mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. Penggunaan skala ini biasanya dipakai patokan 10 cm untuk menilai nyeri pasien. Nyeri yang dinilai pasien akan dikategorikan menjadi tidak nyeri (0), nyeri ringan (1-3) secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, (4-6) secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik, (7-9) secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi bafas Panjang dan distraksi, dan (10)pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Gambar 2.3 Skala NRS

c. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale/VAS)

Pengukur tingkat nyeri yang lebih sensitive karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian angka yang menurut mereka paling

(21)

tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang dirasakan pada satu waktu. VAS tidak melabelkan suatu devisi, tetapi terdiri dari sebuah garis lurus yang dibagi secara merata menjadi 10 segmen dengan angka 0 sampai 10 dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diberitahu bahwa 0

menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali” dan 10 menyatakan : nyeri paling ketakutan, kelelahan, monotory. Disbelief

Tindakan perawat untuk menyampaikan agar pasien percaya adanya nyeri, meliputi: mengakui secara verbal adanya rasa nyeri, mendengar dengan penuh perhatian apa yang pasien katakana tentang nyeri katakana.

Misconseption

(22)

Mengurangi misconception pasien tentang nyerinya akan menghindarkan nyeri yang hebat dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya Ketakutan

Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.

Kelelahan

Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya dengan mengembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup seperti pemberian obat/obat analgetik

Monotory (kebosanan)

Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri digunakan distraction yang terapeutik. Distraction adalah mengalihkan perhatian seseorang dari rasa nyeri. Beberapa Teknik distraction diantaranya bernafas pelan dan berirama, aktif mendengarkan musik, guide imagery atau perumpamaan, dengan menghayal yang menyenangkan.

2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan beberapa cara antara lain:

Teknik latihan pengalihan perhatian, caranya : a. Pengalihan perhatian dengan menonton tv b. Berdiskusi/ berbincang dengan orang lain c. Mendengarkan musik

d. Memfokuskan pada objek Teknik relaksasi, caranya :

a. Anjurkan untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.

b. Pasien disuruh mengeluarkan udara pelan-pelandan tubuh dilemaskan,konsentrasi sampai merasakan enak

c. Kemudian bernafas seperti biasa, anjurkan nafas dalam lagi dan keluarkandengan pelan-pelan, baru kaki dilemaskan, kemudian lemaskan bagian tangan, perut dan punggung setelah selesai rileks dan anjurkan nafas secara teratur. Stimulasi kulit, caranya :

a. Menggosok dengan halus pada bagian yang nyeri b. Menggosok punggung

c. Menggunakan air hangat dan dingin

(23)

d. Massase dengan air mengalir c. Pemberian obat analgetik

Pemberian obat analgetik tersebut diberikan dalam rangka menggangu atau memblok transmisi stimulus.

Referensi

Dokumen terkait

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa perumpamaan atau simile yaitu salah satu jenis dari gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya melalui alat analisis Partial Least Square atau PLS mengenai Pengaruh Employee Engagement, Budaya

Apabila terjadi perubahan tempat tugas atau status kepegawaian guru antar madrasah, antar jenis pendidikan dalam satu kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, antar

dengan model Double Seasonal ARIMA dalam memodelkan pemakaian listrik di Pulau Batam, dilihat dari nilai AIC, MSE dan MAPE.. (1983), “The Estimation and

Bagi peserta didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), dalam hal ini KKM=75, harus mempelajari lagi materi dari indikator yang belum

Pengertian keluarga dalam undang-undang tentang perlindungan anak adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri atau suami isteri dan anaknya atau ayah

Dekomposisi serasah memainkan peran yang sangat penting dalam kesuburan tanah, seperti regenerasi dan keseimbangan nutrisi dari senyawa organik yang ada di

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat karunia-Nya, sehingga buku “KECAMATAN DALAM DATA TAHUN 2016” dapat diterbitkan secara keseluruhan