• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Hidrasi dan Status Hidrasi. dan menjadi syarat penting untuk menjamin fungsi metabolisme sel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Hidrasi dan Status Hidrasi. dan menjadi syarat penting untuk menjamin fungsi metabolisme sel"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Status Hidrasi

a. Pengertian Hidrasi dan Status Hidrasi

Hidrasi dapat diartikan sebagai keseimbangan cairan dalam tubuh dan menjadi syarat penting untuk menjamin fungsi metabolisme sel tubuh (Murray, 2007). Saunders Comprehensive Veterinary Dictionary (2007) menyatakan bahwa status hidrasi merupakan keadaan yang

menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh sedangkan menurut Kushartono (2006) status hidrasi adalah gambaran jumlah total air dan elektrolit dalam tubuh yang merupakan hasil dari pengaturan keseimbangan antara masukan cairan (intake) dan keluaran cairan (output).

b. Macam-Macam dan Tanda-Tanda Status Hidrasi

Terdapat beberapa macam status hidrasi, yaitu (Shirreffs, 2000):

1) Euhidrasi adalah status dimana kondisi cairan tubuh dalam keadaan seimbang atau terhidrasi dengan baik.

2) Hiperhidrasi adalah status dimana keseimbangan cairan bersifat positif atau kelebihan asupan cairan.

3) Hipohidrasi adalah status dimana keseimbangan cairan bersifat negatif atau kekurangan asupan cairan.

4) Rehidrasi adalah proses penambahan cairan tubuh.

(2)

commit to user

5) Dehidrasi adalah proses kehilangan cairan tubuh melalui urin, keringat, feses, dan proses pernapasan. Dehidrasi dapat terjadi akibat kehilangan cairan yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun akibat keduanya. Gangguan kesehatan seperti muntah dan diare juga menjadi penyebab utama terjadinya dehidrasi karena tubuh kehilangan cairan dalam jumlah banyak. Selain itu, dehidrasi juga dapat terjadi karena adanya rasa mual, kehilangan nafsu makan karena sakit, sakit tenggorokan atau luka di mulut. Banyak orang mengasumsikan bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan cairan. Meskipun demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru saja mengalami dehidrasi. Cairan harus diganti sebelum rasa haus ini timbul.(Heard & Rose, 2009)

Tanda-tanda dehidrasi adalah sebagai berikut(Armstrong, 2007):

1) Dehidrasi tingkat ringan : haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering.

2) Dehidrasi tingkat sedang : detak jantung makin cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemas, konsentrasi urin pekat, tetapi volumnya kurang.

3) Dehidrasi tingkat berat : muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah bengkak), kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah yang tidak lancar), bahkan bisa menimbulkan kematian.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi status hidrasi : 1) Status Gizi

Proporsi cairan yang harus dipenuhi tubuh berbeda-beda tergantung komposisi tubuhnya. Bila komposisi massa tubuh aktif (lean body mass) lebih tinggi daripada massa lemak, maka kadar air

(3)

commit to user

dalam tubuh akan lebih tinggi. Laki-laki mempunyai lean body mass lebih tinggi daripada perempuan, sehingga kadar airnya lebih tinggi daripada perempuan (Davy, et al., 2008). Untuk mendapatkan hasil dari perhitungan komposisi tubuh, salah satunya adalah dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter) (Sugondo, 2007).

IMT =

Untuk mengetahui status gizi seseorang maka status gizi diklasifikasikan berdasarkan ukuran baku (standar reference) dan terdapat batasan-batasan yang disebut ambang batas. Ambang batas setiap negara berbeda-beda tergantung pada kesepakatan ahli gizi di negara tersebut. Salah satu baku anthropometri yang digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kategori Batas Ambang IMT untuk Indonesia

Status Gizi IMT Asia

(kg/m2)

Kurus <18.5

Normal 18.5-24.9

Berat Badan Berlebih 25.0- < 27.0

Obesitas ≥27.0

Sumber : Depkes RI (2013).

2) Jenis Kelamin

Perempuan lebih rentan mengalami kekurangan cairan dibandingkan dengan laki-laki karena cairan tubuh perempuan lebih

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m) Berat Badan (kg)

(4)

commit to user

sedikit dibandingkan laki-laki (Sulistomo, 2014). Usia lebih dari 12 tahun akan mempengaruhi total air tubuh antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki lebih banyak kandungan air tubuhnya dibandingkan dengan perempuan karena laki-laki mempunyai massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (Briawan dkk, 2011). Pada laki-laki dewasa, air membentuk sekitar 60% dari berat badan dan pada wanita dewasa sekitar 50%. (Horne dan Swearingen, 2001).

3) Usia

Air merupakan prosentase yang paling besar dari berat badan manusia. Pada bayi yang baru lahir kira-kira 80% berat badannya adalah air. Seiring dengan bertambahnya usia, maka presentasi air tubuh akan semakin berkurang (Horne dan Swearingen, 2001). Pada laki-laki dewasa, air membentuk sekitar 60% dari berat badan dan pada wanita dewasa sekitar 50%. Kemudian, presentase tersebut menurun lagi pada orang usia lanjut. Presentase air dalam tubuh lansia sekitar 45-55% dari berat badannya (Horne dan Swearingen, 2001).

Berdasarkan uraian diatas, air tubuh total atau Total Body Water (TBW) adalah prosentasi berat air dibandingkan dengan berat badan total, yang bervariasi menurut usia. Departemen Kesehatan (2009) mengelompokkan usia produktif antara usia 20-54 tahun.

(5)

commit to user d. Cara Pengukuran Status Hidrasi

Status hidrasi dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode, namun saat ini belum terdapat “gold standard” untuk mengukur status hidrasi pada semua kondisi lingkungan (Armstrong, 2007).

Beberapa metode yang digunakan untuk penilaian kecukupan air tubuh antara lain (Santoso dkk, 2011) :

1) Penurunan berat badan (body mass loss).

2) Air tubuh total (Total Body Water) dengan pemeriksaan isotop (D2O).

3) Analisis aktivitas neutron.

4) Multiple frequency bioelectrical impedance spectroscopy.

5) Volume darah, perubahan volume plasma dan osmolalitas plasma.

6) Hematokrit ditambah hemoglobin.

7) Berat jenis urin dan warna urin.

8) Osmolalitas urin.

9) Konduktivitas urin.

10) Volume urin 24 jam.

11) Urine dipsticks (variabel tambahan)

12) Pemeriksaan klinis mengenai status hidrasi dan rasa haus.

Metode isotop, analisis aktivitas neutron, osmolalitas plasma atau urin, perubahan volume plasma merupakan metode dengan akurasi tinggi, tetapi memerlukan keahlian dan biaya yang tinggi serta risiko yang tinggi terhadap subjek (Santoso dkk, 2011).

Penurunan berat badan, berat jenis urin, volume urin 24 jam, warna urin, dan rasa haus adalah metode yang mampu dilaksanakan dan

(6)

commit to user

sering digunakan. Metode penurunan berat badan lebih cocok digunakan pada subjek yang mengalami kurang air tubuh mendadak atau akut seperti pada olahraga sedang atau berat dan muntah atau diare. Sementara metode yang lainnya dapat digunakan untuk penilaian kurang air akut dan kronik. Pengukuran volume urin 24 jam lebih sesuai diterapkan pada subjek pasien rawat inap. Metode rasa haus sangat subjektif dan dipengaruhi umur. Rasa haus muncul setelah tubuh mengalami kurang air sekitar 0,5% (Santoso dkk, 2011).

Proses metabolisme pada ginjal menghasilkan ekskresi urine dalam jumlah yang bervariasi. Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan non invasif yang relatif mudah dilakukan ditempat fasilitas kesehatan yang sederhana. Metode berat jenis urin berkorelasi kuat dengan metode osmolalitas urin. Selain itu, warna urin berkolerasi kuat dengan berat jenis urin maupun osmolalitas urin. Oleh karena itu, pada tingkat laboratorium digunakan metode berat jenis urin dan pada tingkat masyarakat digunakan metode warna urin untuk penilaian kecukupan cairan (Santoso dkk, 2011).

Tabel 2. Kekuatan dan Kelemahan Metode Penilaian Kecukupan Cairan

No Metode Biaya Waktu analisis

Keahlian yang diperluka

n

Kete- patan

Porta- bilitas

Alat

Risiko bagi Subjek 1 Berat Jenis

urin

Sedang Singkat Sedang Sedang Ya Rendah 2 Penurunan

berat badan

Rendah Singkat Minimal Sedang Ya Rendah 3 Volume

urin 24 jam

Rendah Lama Minimal Sedang Tidak Rendah 4 Warna urin Rendah Singkat Minimal Sedang Ya Rendah 5 Rasa haus Rendah Singkat Minimal Rendah Ya Rendah Sumber : Santoso dkk, (2011).

(7)

commit to user Berat Jenis Urin

Berat jenis urin (BJU) dapat dikatakan sama dengan menimbang volume urin selama 24 jam. BJU merupakan kepadatan (massa per volume) dari sampel urin yang diukur dengan menggunakan refractometer (Manz & Wentz, 2003). BJU merupakan metode yang layak untuk menilai status hidrasi karena sensitif terhadap perubahan status hidrasi akut dan kronik. Osmolalitas urin juga dapat digunakan sebagai indikator status hidrasi, tapi kurang mudah diukur (Oppliger, et al., 2005).

Berat jenis urin dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti fungsi pemekatan ginjal, komposisi urin dan produksi urin itu sendiri yang menyebabkan berat jenis urin rendah. Sedangkan penyakit diabetes mellitus dan dehidrasi dapat menyebabkan berat jenis urin tinggi (Wirawan, dkk 2010).

Status hidrasi dapat dilihat dengan menggunakan BJU serta terdapat 5 indikator status hidrasi dilihat dari hasil pengukuran BJU, yaitu (Bates & Schneider, 2008) :

1) BJU < 1.015 g/ml = well hydrated 2) BJU 1.015-1.020 g/ml = mildly hydrated

3) BJU 1.021-1.025 g/ml = moderately dehydrated 4) BJU 1.026-1.030 g/ml = dehydrated

5) BJU > 1.030 g/ml = clinically dehydrated, berhubungan

dengan peningkatan risiko penyakit yang berhubungan dengan panas serta penurunan kinerja.

(8)

commit to user 2. Konsumsi Cairan

a. Cairan Tubuh dan Konsumsi Cairan

Air adalah salah satu zat dengan rumus kimia H2O yang tidak memiliki warna, rasa dan aroma. Sedangkan cairan merupakan air beserta unsur-unsurnya yang di dalamnya diperlukan untuk kesehatan sel. Cairan tubuh (tissue fluid) tersebar antara dua kompartemen cairan utama, yaitu cairan di dalam sel (cairan intrasel) dan di luar sel (cairan ekstrasel).

Cairan tubuh (tissue fluid) berfungsi mengangkut nutrisi baik karbohidrat, vitamin, dan mineral serta O2 ke sel-sel tubuh yang membutuhkannya (Irianto, 2010). Cairan tubuh (tissue fluid) dan elektrolit dapat berkurang karena dalam melakukan aktivitas fisik tubuh selalu menghasilkan panas dimana panas yang dihasilkan harus segera dikeluarkan dari dalam tubuh melalui cairan seperti keringat dan urine (Wilmore dkk, 2008).

Konsumsi cairan dapat berupa konsumsi cairan wajib dan cairan kehendak sendiri (elektif). Konsumsi cairan wajib berasal dari air minum volume minimal, air berasal dari makanan, dan air hasil oksidasi zat makanan (Briawan dkk, 2011). Air minum volume minimal adalah air minum yang harus masuk dalam keadaan basal (suhu badan dan lingkungan normal serta dalam keadaan istirahat) untuk menjaga keseimbangan, volume nya kurang lebih 400 mL. Air berasal dari makanan adalah kandungan air yang ada dalam makanan dengan volume kurang lebih 850 mL. Air hasil oksidasi atau metabolisme zat makanan

(9)

commit to user

adalah air hasil oksidasi protein, hidrat arang, dan lemak, volumenya 200-300 mL. Volume cairan wajib adalah sebesar 1.600 mL. Volume konsumsi cairan kehendak sendiri (elektif) sangat tergantung dari besarnya kebutuhan akibat kemungkinan suhu lingkungan yang tinggi, suhu badan yang tinggi, atau setelah melakukan latihan fisik yang merangsang pusat rasa haus sehingga mendorong seseorang untuk minum (Santoso dkk, 2011).

Kebutuhan konsumsi cairan untuk tubuh dapat dilihat dari banyaknya air yang keluar atau hilang dari tubuh. Jumlah pemasukan dan pengeluaran air dalam tubuh harus seimbang untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh (Guyton & Hall, 2006).

Tabel 3. Keseimbangan Air dalam Tubuh

Proporsi cairan yang harus dipenuhi tubuh berbeda-beda pada setiap individu tergantung komposisi massa tubuh aktif (lean body mass) yang terdapat dalam tubuh (Davy, et al., 2008).

Selain itu, kebutuhan cairan juga tergantung dari ukuran fisik, umur, jenis kelamin, aktivitas, jenis pekerjaan, suhu lingkungan,

Asupan dan Keluaran Normal

(ml/hari)

Saat Beraktivitas Berat (ml/hari) Asupan

Dari makanan dan minuman Dari metabolisme

Total Keluaran

Kulit Pernafasan Keringat Feses Urin

Total

2.100 200

2.300

350 350 100 100 1.400 2.300

200

350 650 5.000

100 500 6.600 Sumber : Guyton & Hall (2006)

(10)

commit to user

kelembaban udara rendah, ketinggian, konsumsi tinggi serat, kondisi kesehatan, serta kehilangan cairan tubuh karena konsumsi kopi dan alcohol (Santoso dkk, 2011). Kebutuhan cairan juga dipengaruhi asupan energi. Berdasarkan asupan dan kebutuhan cairan dapat diketahui persentase tingkat konsumsi cairan (Guyton & Hall, 2006).

b. Kebutuhan Cairan Pada Pekerja

Saat bekerja pada kondisi suhu udara tinggi dan kelembaban udara rendah terjadi penguapan cairan tubuh, tetapi kadang tidak merasa haus.

Oleh karena itu, jika tidak mengkonsumsi cukup air, maka tubuh akan mengalami kekurangan air. Semakin banyak dan berat kegiatan, semakin banyak asupan air atau minuman diperlukan oleh tubuh. Pekerja dalam melakukan aktivitas fisik yang tinggi membutuhkan cairan paling sedikit 5 L (Kenefick & Sawka, 2007).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Cairan 1) Suhu Lingkungan

Tubuh dapat kehilangan cairan dalam jumlah yang sama saat suhu lingkungan panas ataupun dingin karena energi yang terpakai

(11)

commit to user

untuk menjaga panas tubuh dan penggunaan pakaian tertentu. Suhu lingkungan yang panas dapat membuat pengeluaran keringat dan pernapasan semakin banyak sehingga tubuh membutuhkan konsumsi air yang lebih banyak pula. Pada saat suhu lingkungan dingin dapat membuat seseorang kehilangan cairan karena banyak buang air kecil dan kulit menjadi kering karena kelembaban kulit menurun. Pada suhu dingin, kehilangan cairan banyak melalui pernafasan. Orang cenderung lebih mudah dehidrasi pada suhu dingin karena pada suhu dingin orang sering merasa tidak haus dan kurang minum (Forrester, 2006).

2) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah kegiatan-kegiatan sadar yang dilakukan sehari-hari. Pengeluaran energi tiap individu berbeda-beda sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Aktivitas fisik dibagi dalam 4 kategori, yaitu (Tate, et al., 2012) :

a) Sedentary (jenis pekerjaan yang lebih banyak duduk) seperti pada sekretaris, pegawai kantor, kasir, teller bank.

b) Light (ringan), seperti pada guru/dosen, perawat, siswa/mahasiswa, teknisi laboratorium, ibu rumah tangga dengan pembantu.

c) Moderate (sedang), seperti pada ibu rumah tangga tanpa pembantu, sopir, montir, penjual makanan keliling.

d) Heavy (berat), seperti pada petani, buruh, pekerja konstruksi, nelayan, olahragawan.

Bagi yang biasa melakukan aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat, dibutuhkan air minum lebih banyak untuk mengimbangi kehilangan cairan yang dikeluarkan tubuh. Untuk

(12)

commit to user

aktivitas ringan, kita membutuhkan minum lebih banyak sebanyak 2 – 3 gelas dibandingkan biasanya dan butuh lebih banyak lagi untuk aktivitas yang lebih berat. Seberapa banyak cairan yang kita konsumsi tergantung pada jenis aktivitas dan berapa lama aktivitas tersebut dilakukan. Beraktivitas yang berat dalam waktu yang lama dan pada suhu lingkungan panas dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh sebanyak 2 L/jam melalui keringat, dan dapat menyebabkan dehidrasi.

Beban kerja merupakan bagian dari aktivitas fisik pada pekerja. Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode yaitu penilaian metode tidak langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja dan metode langsung dengan menghitung nadi kerja, kapasitas ventilasi paru, denyut jantung, dan suhu tubuh. Beban kerja dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan cairan tubuh seseorang. Semakin tinggi beban kerja, maka semakin tinggi pula kebutuhan cairan seseorang (Tarwaka dkk, 2004).

3) Pendapatan

Pendapatan seseorang dapat mempengaruhi konsumsi cairan dan kebiasaan minum. Seseorang dengan pendapatan rendah cenderung minum untuk menghilangkan rasa haus dan lebih suka pada minuman dengan harga terjangkau, sedangkan seseorang dengan pendapatan tinggi minum untuk meningkatkan prestige (Sunyoto, 2013).

4) Pola hidup

Pengaruh dari lingkungan seperti keluarga, teman, media massa, dan lingkungan kerja mempengaruhi konsumsi cairan dan

(13)

commit to user

kebiasaan minum seseorang. Lingkungan kerja berpengaruh besar bagi para pekerja, seperti tersedia atau tidaknya minum di tempat kerja dan kemudahan dalam mengakses minum. Bila lingkungan kerja kurang mendukung, maka asupan cairan pada pekerja dapat kurang dari yang seharusnya (Khumaidi, 2004).

5) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Hasil penelitian menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan gizi merupakan suatu pengetahuan mengenai makanan dan minuman yang kita konsumsi, mengapa kita mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut, dan bagaimana hubungan makanan dan kesehatan serta kesejahteraan, baik secara perorangan, masyarakat atau menyeluruh (Hardinsyah, 2017).

Rendahnya pengetahuan tentang gizi dan cairan merupakan salah satu faktor penghambat dalam usaha perbaikan gizi dan salah satu penyebab penderita gizi kurang atau gizi lebih. Pekerja yang telah mendapatkan pengetahuan gizi diharapkan mempunyai pengetahuan gizi yang baik dan akan memilih makanan/minuman yang baik pula bagi kesehatannya (Hardinsyah, 2017).

(14)

commit to user d. Dampak Kekurangan Konsumsi Cairan

Cairan yang hilang melalui keringat dan tidak diganti menyebabkan volume plasma menurun dan terjadi penurunan kemampuan fisik dan kognitif pekerja, yaitu (Bates & Schneider, 2008) : 1) Kurang air 1-2% dari berat badan dalam lingkungan moderat

menghasilkan pengurangan kapasitas kinerja fisik sebesar 6-7%, kurang air 1% dari berat badan mulai mengganggu kerja otak dan kemampuan berpikir. Selain itu, kurang air sekitar 1% berpotensi menimbulkan gangguan mood.Penelitian pada wanita dehidrasi ringan karena olahraga ringan menunjukkan bahwa terjadi penurunan mood, meningkatkan persepsi kesulitan tugas, konsentrasi yang lebih rendah, dan gejala sakit kepala akibat dehidrasi 1,36%.

2) Kurang air 2% berat badan menyebabkan penurunan konsentrasi, daya ingat sesaat, dan kinerja mental sehingga dapat memengaruhi suasana hati dan semangat kerja. Kurang air sebanyak 2% atau lebih akan menurunkan kemampuan fisik (Gambar 2), visuomotor, psikomotor, dan kognitif (Gambar 3). Penelitian pada pria dan wanita dewasa sehat yang mengalami kurang air masing-masing 1,5% dan 1,3% dari berat badan menunjukkan gangguan kognitif dan mood, bahkan wanita mengalami kelelahan (fatigue).

100%

75%

50%

25%

collapse

1 2 3 4 5 6 7

Zona bahaya Performa

% kurang air

Gambar 2. Hubungan antara kurang air dan performa fisik Sumber : Santoso dkk (2011).

a) kemampuan fisik menurun 25%

a)

(15)

commit to user

Gambar 3. Patogenesis Gangguan kognitif akibat kurang air Sumber : Santoso dkk (2011)

3) Kurang air 3-4% dari berat badan dalam lingkungan yang sama menyebabkan berkurangnya kapasitas pekerjaan fisik sebesar 22%.

4) Kehilangan air tubuh 5-6% menyebabkan pengurangan kapasitas kerja fisik sekitar 50%.

5) Kehilangan cairan tubuh >6% dapat meningkatkan gangguan kesehatan seperti kekakuan otot hingga collapse.

e. Cara Pengukuran Konsumsi Cairan

Cairan tubuh dapat diperoleh dari minuman, air dalam makanan, serta air hasil metabolisme tubuh. Kandungan air pada makanan bervariasi, yaitu mulai 1% pada makanan yang sangat kering seperti crackers dan lebih dari 90% pada buah dan sayuran segar seperti tomat,

semangka, strawberry, bunga kol dan daun selada (Rolfes, et al., 2009).

Total konsumsi cairan adalah jumlah asupan cairan dari minuman dan makanan yang diperoleh dari metode food recall selama 1x24 jam.

• Hipoperfusi serebial

• Iskemi kardiak

• Tromboboemboli

Efek Ekstraseluler Deplesi volume

Intravaskular Kurang air

Efek Intraseluler

• Gangguan imbangan elektrolit

• Uremia akibat gangguan ginjal

• Alkalosis kontraksi

• Sitokin meningkat

• Perubahan farmakokinetik

• Peningkatan beban anti-koligernik

GANGGUAN KOGNITIF

(16)

commit to user

Metode food recall merupakan salah satu metode yang banyak digunakan dalam survey konsumsi makanan di berbagai belahan dunia. Metode food recall lebih mengedepankan kekuatan daya ingat individu yang

diwawancarai dalam mengkonsumsi makanan selama 24 jam yang lalu.

Pengertian 24 jam yang lalu dapat dilihat dari 2 dimensi, yaitu (Hardinsyah, 2017) :

1) Individu diminta untuk menceritakan segala sesuatu yang dikonsumsinya sejak bangun pagi hari kemarin sampai kembali tidur lagi.

2) Individu diminta menceritakan segala sesuatu yang dikonsumsinya sejak bertemu dengan peneliti (misalnya pukul 10.00), kemudian mundur ke belakang hingga waktu yang sama hari kemarin (pukul 10.00 kemarin.

Kedua titik waktu ini boleh saja digunakan salah satunya, tergantung metode mana yang paling nyaman digunakan bagi pewawancara dan individu yang diwawancarai. Prinsip kerja utama food recall adalah narasumber diminta untuk menceritakan (bukan dituntun oleh peneliti). Segala sesuatu yang dikonsumsinya dalam 24 jam yang lalu atau sehari kemarin. Pengalaman menunjukkan bahwa narasumber jarang menceritakan apa yang dikonsumsinya 24 jam yang lalu dengan tuntas, karena pengaruh faktor ingatan (recall) sehingga sering beberapa kondisi tidak terdeteksi dengan baik. Dalam hal ini, barulah pewawancara perlu menuntun individu untuk mengembalikan ingatannya kembali.

(17)

commit to user Kelemahan food recall yang utama adalah :

1) Persoalan memori, yaitu sejauh mana individu mampu mengingat makanan dan bahan makanan yang dikonsumsinya kemarin secara akurat.

2) Kompetensi pewawancara, yaitu sejauh mana pewawancara mempunyai kemampuan yang mumpuni untuk menerima informasi yang diberikan individu saat wawancara.

3) Karena dilakukan hanya 1-3 hari, kondisi ini tidak dapat mencerminkan asupan makanan yang sebenarnya.

4) Ada kecenderungan individu yang diwawancarai untuk melaporkan makanan dan bahan makanan yang dikonsumsinya diatas atau dibawah yang sebenarnya (over or under estimate). Hal ini lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis (the flat slope syndrome).

5) Tidak cocok untuk individu usia kurang dari 7 tahun dan diatas 70 tahun.

6) Individu harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan pengukuran.

Kelebihan food recall antara lain:

1) Mudah dalam pelaksanaan karena tidak membebani individu ketika sedang diwawancarai.

2) Biaya murah.

3) Cepat, sehingga dapat mengukur banyak individu.

4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizinya.

(18)

commit to user

3. Hubungan Konsumsi Cairan dengan Status Hidrasi

Status hidrasi seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsi cairan yang dilakukannya. Bila seseorang mengonsumsi cairan dalam jumlah cukup atau sesuai dengan kebutuhan tubuh maka ia terhidrasi dengan baik (euhidrasi). Bila seseorang kelebihan asupan cairan maka dapat terjadi hiperhidrasi, dan sebaliknya jika seseorang kurang mengkonsumsi cairan dapat menyebabkan seseorang mengalami hipohidrasi dan atau dehidrasi (Shirreffs, 2000).

Menurut British Water Cooler Association (2013) pekerja konstruksi tergolong dalam pekerjaan kategori berat atau sangat aktif dimana mereka melakukan pekerjaan selama berkepanjangan dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan pengurangan massa tubuh setidaknya 2% yang diakibatkan oleh dehidrasi di tempat kerja, sehingga mengganggu produktivitas kerja. Menurut Murray (2006) pekerja konstruksi merupakan salah satu kelompok yang beresiko mengalami dehidrasi meskipun dalam suhu sejuk sekalipun (20oC / 68oF). Cairan diperlukan untuk mengurangi ketegangan otot jantung akibat peningkatan pompa aliran darah ke otot aktif, kulit dan otak. Pekerja konstruksi dengan pakaian kerja panas sangat rentan terhadap dehidrasi yang terbukti dapat mengurangi kapasitas kerja fisik.

Penelitian yang dilakukan di Australia menunjukkan pada pekerja outdoor rata-rata konsumsi cairan pada saat bekerja hanya sebesar 1-1.5 Liter sehingga menyebabkan adanya dehidrasi dengan prosentase mencapai 79% dan nilai berat jenis urine >1.020 gr/ml.

(19)

commit to user

Pekerja Konstruksi

Aktivitas Fisik Sangat Aktif / Heavy

Keringat 2L/jam

Kebutuhan cairan 5 lt per hari Faktor yang

Mempengaruhi Konsumsi Cairan:

Suhu Lingkungan Aktivitas Fisik Pendapatan

Pengaruh Lingkungan Pengetahuan

Faktor yang

Mempengaruhi Status Hidrasi :

Usia Status Gizi Jenis Kelamin

Konsumsi Cairan

Metabolisme Ginjal

Ekskresi Urine

Status Hidrasi B. Kerangka Pemikiran

Gambar 4. Kerangka Berfikir Hubungan Konsumsi Cairan dengan Status Hidrasi Pekerja Proyek Stasiun Bandara Adi Soemarmo Surakarta.

Keterangan gambar :

: yang diteliti : tidak diteliti C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara konsumsi cairan dengan status hidrasi pada pekerja Proyek Stasiun Bandara Adi Soemarmo Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

CT Thorax dengan kontras memperlihatkan intralobar bronchoplumonary sequester (A,B)panah kuning memperlihatkan daerah hiperdens pada lobus kiri bawah paru dengan lesi kistik

(Wawancara dengan A.A. Gede Mayun Asmarateja, Tgl. Dengan demikian yang ditentukan di dalam memindahkan hak milik yang harus diserahkan kepada pembeli adalah suatu benda yang

Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta

Angkutan sedimen berdasarkan arah datangnya ombak terlihat bahwa pada daerah Ujung Lero, Lanrisang-Ujung Tape dan Sibo rata-rata angkutan sedimen pada saat ombak datang

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat literer (library research) dalam pengertian penelitian ini akan didasarkan pada data tertulis yang berbentuk

Mahasiswa mampu memahami dan mengeterapkan langkah-langkah dasar pengembangan alat ukur atribut kognitif dan non kognitif.. Serta penetapan validitas dan reliabilitas instrument

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan serta peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model Project Based

Sehingga diharapkan siswa dapat menemukan minat dan juga termotifasi dalam pembelajaran menulis poster, sehingga dalam pelaksanaanya yaitu dengan menggunakan media