• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK PEMBANGUNAN. PROGRAM MILENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) DI INDONESIA : KONSEP, STRATEGI DAN CAPAIAN. Disusun Oleh : AGUNG PRAMONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POLITIK PEMBANGUNAN. PROGRAM MILENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) DI INDONESIA : KONSEP, STRATEGI DAN CAPAIAN. Disusun Oleh : AGUNG PRAMONO"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK PEMBANGUNAN

PROGRAM MILENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) 2010 – 2015 DI INDONESIA : KONSEP, STRATEGI DAN CAPAIAN

Disusun Oleh : AGUNG PRAMONO

110906027

Dosen Pembimbing: Warjio, Ph.D.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

AGUNG PRAMONO (110906027)

POLITIK PEMBANGUNAN PROGRAM MILENIUM

DEVELOPMENT GOALS (MDGs) 2010 – 2015 DI INDONESIA : KONSEP, STRATEGI DAN CAPAIAN

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang konsep, strategi dan capaian Millenium Development Goals di Indonesia tahun 2010-2015. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui program MDGs sebagai politik pembangunan, yang meliputi aktor yang telibat dan strategi yang diterapkan dalam pelaksanaan program tersebut serta sejauh mana tujuan MDGs terlaksana di Indonesia. MDGs merupakan program internasional yang dihasilkan berdasarkan konsensus 189 negara anggota PBB. Di Indonesia MDGs menjadi program utama pembagunan yang diarusutakan dalam RPJMN.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber dari buku-buku, arsip-arsip, dokumen-dokumen dan internet. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan membuat, menggambarkan, meringkaskan dari berbagai kondisi dengan berbagai variabel yang timbul pada objek penelitian ini dan mengungkapkan fakta melalui pengumpulan data-data untuk kemudian dipelajari, diolah, dianalisa dan kemudian ditafsirkan yang disajikan secara deskriptif. Adapun teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teori politik pembangunan dan teori ketergantungan.

UNDP dan Indonesia sebagai aktor politik pembangunan bekerja sama dalam pelaksanaan dan pencapaian program MDGs di Indonesia dengan menggunakan strategi Top Down, yang kemudian diimplementasikan dengan kebijakan dalam negeri. Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis ada beberapa program MDGs tidak tercapai.

Kata kunci : Politik Pembangunan, Top Down, MDGs dan UNDP.

(3)

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

AGUNG PRAMONO (110906027)

DEVELOPMENT POLITICS MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) 2010-2014 PROGRAM IN INDONESIA: CONCEPT, STRATEGY AND ACHIEVEMENT

ABSTRACT

This study discusses the concepts, strategies and achievements of the Millennium Development Goals in Indonesia 2010-2015. This research is conducted to find out the MDGs program as a development politics, which includes the involved actors and the strategies implemented in the implementation of this program as well as the objectives of the MDGs implemented in Indonesia. The MDGs are an international program based on the consensus of 189 UN member states. In Indonesia, MDGs become the main development program that is mainstreamed in RPJMN.

The data used in this study is sourced from books, archives, documents and the internet. The method of analysis used in this research is qualitative method which is descriptive by making, describing, summarizing from various condition with various variables that arise in this research object and revision of fact through data to then studied, processed, analyzed and then interpreted. The development politics theory and the dependence theory is the theories used in this research.

UNDP and Indonesia as development political actors work together in the implementation and plan of MDGs program in Indonesia by using Top Down Strategy, which is then implemented with the policy in the country. In research conducted by the author there are some MDGs program can not be achieved.

Keywords: Development Politics, Top Down, MDGs and UNDP.

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Agung Pramono

NIM : 110906027

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Politik Pembangunan Program Milenium Development Goals (MDGs) 2010 – 2015 Di Indonesia : Konsep, Strategi dan Capaian

Menyetujui :

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

NIP. 197408062006041003 (Warjio, Ph.D)

NIP. 197408062006041003 (Warjio, Ph.D)

Mengetahui : Dekan FISIP USU

NIP.

(Dr. Muriyanto Amin, S.Sos., M.Si.)

(5)

Karya Ini Dipersembahkan Untuk Ayah Dan Ibu Serta Tercinta

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah-Nya, skripsi yang berjudul “Politik Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) 2010-2015 Di Indonesia : Konsep, Strategi dan Capaian” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat menempuh ujian akhir Strata-1, jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis haturkan kepada :

1. Terima kasih kepada Bapak Dr. Muriyanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU.

2. Terima kasih kepada Bapak Warjio, Ph.D. selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU sekaligus sebagai selaku dosen pembimbing saya.

Terima kasih untuk segala saran, kritik, dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

3. Seluruh dosen dan staft pengajar Ilmu Politik FISIP USU yang sudah memberi ilmu dan pengajaran kepada saya selama kuliah di Ilmu Politik FISIP USU.

4. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat kepada saya baik secara moril maupun materi. Terima kasih sudah membesarkan saya sampai memperoleh semua yang ada pada diri saya saat ini, terima kasih sudah sabar mengajar dan mendidik saya.

(7)

5. Abang dan kakak-kakak serta adik saya yang selalu memberikan arahan kepada saya untuk bisa menjadi orang yang maju dalam berpikir dan berperilaku.

6. Rekan-rekan dan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik secara khusus kepada sahabat dari angkatan 2011, yang telah memulai perjalanan mulai dari awal perkuliahan sampai dipenghujung akhir akademik kita. Tetaplah abdikan diri kita kepada masyarkat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam pengumpulan data, pengolahan data, serta penyajiannya. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca walaupun masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih bagi semua pihak yang telah memberi bimbingan, masukan, bantuan dan dukungan selama proses pengerjaan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Medan, September 2017

Agung Pramono

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Halaman Persetujuan ... iv

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... vii

BAB I : PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Perumusan Masalah ... 13

1. 3 Batasan Masalah ... 13

1. 4 Tujuan Penelitian ... 14

1. 5 Manfaat Penelitian ... 14

1. 6 Kerangka Teori ... 15

1. 6. 1. Teori Politik Pembangunan ... 15

1. 6. 1. 1 Konsep politik ... 16

1. 6. 1. 2 Konsep Pembangunan ... 19

1. 6. 1. 3 Konsep Politik Pembangunan ... 20

1. 6. 1. 3. 1. Siapa ... 21

1. 6. 1. 3. 2. Apa ... 24

1. 6. 1. 3. 3. Bagaiamana ... 25

1. 6. 1. 3. 4. Mendapat Apa ... 27

1. 6. 2. Teori Ketergantungan ... 27

1. 7 Metodologi Penelitian ... 30

1. 7. 1. Metode Penelitian... 30

1. 7. 2. Jenis Penelitian... 30

1. 7. 3. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. 7. 4. Teknik Analisis Data ... 31

1. 8 Sistematika Penulisan ... 31

BAB II :MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS SEBAGAI PROGRAM PEMBAGUNAN DI INDONESIA 2.1 Sejarah Millennium Development Goals ... 33

(9)

2.2 Profil PBB dan UNDP ... 35

2.3 Tujuan dan Target Program Millennium Development Goals ... 40

2.4 Indonesia Sebagai Pelaksana Program MDGs ... 44

2. 4. 1. Demografi Masyarakat Indonesia ... 46

2. 4. 2. Profil Pendidikan dan Pekerjaan Masyarakat Indonesia ... 48

2. 4. 2. 1. Pendidikan ... 48

2. 4. 2. 2. Pekerjaan ... 51

2. 4. 3. Profil Kesehatan Masyarakat Indonesia ... 52

2. 4. 4. Profil Gizi Masyarakat Indonesia ... 53

2. 4. 5. Kondisi dan Pengadaan Air Bersih di Indonesia ... 59

BAB III :KONSEP, STRATEGI DAN CAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) 2010 – 2015 DI INDONESIA 3.1 Konsep Millennium Development Goals ... 61

3.2 Strategi Pelaksanaan Millennium Development Goals di Indonesia ... 79

3.3 Capaian MDGs di Indonesia ... 78

BAB IV : PENUTUP 4. 1. Kesimpulan ... 81

4. 2. Saran ... 82

Daftar Pustaka... x

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Negara – negara berkembang merupakan kawasan yang tidak dapat dipungkiri memiliki tingkat kompleksitas permasalahan pembangunan yang sangat beragam. Kompleksitas permasalahan itu seringkali disebabkan oleh belum terbentuknya mental dan pola pikir masyarakat negara dalam menghadapi pola sosial kehidupannya yang ditambah dengan belum terbentuknya system administratif pemerintahan yang baik. Masalah – masalah tersebut pada akhirnya bermuara pada buruknya kualitas pendidikan, kesehatan, dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

Tantangan yang dihadapi setiap Negara saat ini berfokus pada kesejahteraan rakyatnya. Permasalahan yang dihadapai mencakup tentang pengentasan kemiskinan dan kesehatan serta peningkatan taraf hidup masyarakat.

Rakyat sebagai unsur dari sebuah Negara masih mempunyai persoalan sosial yang kompleks serta berkelanjutan, maka dibutuhkan usaha dalam mencapai komitmen Negara untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya.

Kemiskinan adalah kondisi seseorang yang tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan, dan tidak memiliki kemampuan dasar

(11)

manusiawi untuk menunjang keberlanjutan hidup.1

Kemiskinan juga merupakan masalah pokok di suatu Negara, baik itu kemiskinan secara struktural, kultural dan natural. Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah pekerjaan nomor satu pemerintah yang harus segera diatasi dan harus segera diselesaikan. Trend atau kecenderungan kemiskinan di dunia telah semakin memburuk. Jumlah orang miskin yang mengalami kesulitan dalam memenuhi masalah pangan dan kebutuhan gizi mengalami peningkatan sekitar 1,1 milyar pada tahun 1998 menjadi 1,13 milyar pada tahun 2008.

Kemudian dari pada itu kemiskinan menurut United Nation Development Program (UNDP) terbagi kedalam empat bentuk, yaitu kemiskinan pendapatan, kemiskinan manusia, kemiskinan kebutuhan dasar dan kemiskinan kemampuan.

Kelaparan menjadi masalah dari setiap Negara di dunia yang merupakan satu bentuk dari kemiskinan. Meski jumlah angka kemiskinan menurun setiap tahunnya, persoalan tentang menghapuskan kelaparan menjadi tugas yang berkelanjutan bagi setiap Negara dengan cara meningkatkan hasil pertanian pangan. Data FAO (Food and Agriculture Organization) menyebutkan di tahun 2000 populasi masyarakat dunia yang menderita kelaparan berkisar diantara angka 15,5 % dari jumlah penduduk dunia.

2

1 Definisi Kemiskinan menurut UNDP. http://www.scribd.com/docl/44466968/Pembangunan-dan- Kemiskinan-Perempuan-di-Kota. Diakses pada tanggal 1 April 2017 pukul 09.00 WIB.

2 United State Departement of Agriculture, Food Security Assesment. 1999. www.ers.usda.gov.

Diakses pada tanggal 1 April 2017 pukul 09.25 WIB.

(12)

Melihat kenyataan yang ada, banyak bermunculan aksi protes dari berbagai kalangan aktivis yang bertujuan untuk membuka mata para pemimpin dunia agar segera menindaklanjuti masalah-masalah kemiskinan yang kian marak ini. Kampanye dan aksi protes ini telah lama dimulai, sejak tahun 1995 sehingga pada akhirnya pada tahun 2000 PBB menyelenggarakan sebuah deklarasi penting yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan. Kemudian muncullah program Millennium Development Goals sebagai program untuk memerangi kemiskinan di dunia.

Melihat banyaknya kasus – kasus serupa yang terjadi di belahan dunia, tak pelak hal ini pun mendapatkan perhatian khusus oleh dunia internasional.

Perlunya pembangunan di berbagai sektor oleh negara – negara miskin ataupun berkembang merupakan salah satu komponen yang wajib dilaksanakan demi membenahi kekurangan di berbagai sektor. Dunia Internasional sendiri telah menetapkan standarisasi dalam mengukur pembangunan suatu negara yang digagas oleh United Nations Development Program (UNDP) yaitu berupa program jangka panjang yang dinamai Millenium Development Goals atau yang biasa dikenal dengan sebutan MDG’s. MDG’s adalah sebuah program jangka panjang yang dilaksanakan sejak tahun 2000 yang berisi delapan target pembangunan yang harus dicapai dalam jangka 15 tahun.

Pada Millennium Summit bulan September tahun 2000, tidak kurang dari 189 (seratus delapan puluh sembilan) kepala Negara dari seluruh dunia, termasuk

(13)

Presiden Indonesia, berkumpul dalam KTT Millennium PBB di New York dan menandatangani deklarasi Millennium menyepakati bahwa prioritas pembangunan dalam lima belas tahun selanjutnya menetapkan sasaran – sasaran dan melakukan kemitraan global untuk mengurangi kemiskinan ekstrim dan menjadikannya sebagai target terikat waktu, dengan batas waktu 2015, yang telah dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs).

Tujuan Pembangunan Millennium adalah target dunia terikat waktu dan terukur untuk mengatasi kemiskinan ekstrim di setiap Negara anggotanya.

Prioritas utama dari target MDGs adalah pengentasan kemiskinan dengan dua sasaran utama yaitu menurunkan dari separuh penduduk yang penghsilannya kurang dari 1 dolar AS per hari pada tahun 2015. Sasaran kedua adalah menurunkan menjadi separuh jumlah penduduk yang menderita kelaparan pada tahun 2015. Jika kita ingin meninjau lebih jauh lagi sub-sahara Afrika adalah pusat krisis, kemiskinan kelaparan, serta tingkat kematian ibu yang cukup tinggi.

Dan jumlah orang meninggal di daerah yang kumuh, serta mewabahnya penyakit menular seperti kolera dan HIV IDS. Asia adalah wilayah dengan kemajuan tercepat, tapi masih ada ratusan juta orang yang masih berada dalam kemiskinan ekstrim. Inilah yang harus diatasi oleh setiap pemerintah negara.

Semua target dalam MDGs diratifikasi dengan harapan agar negara – negara berkembang dapat disejajarkan dengan negara – negara maju dalam pembangunan seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dan negara – negara Eropa

(14)

lainnya. Atas dasar itu maka negara – negara di dunia pun berlomba untuk dapat mencapai target dalam MDG’s.

MDGs dalam salah satu targetnya juga mengharuskan negara-negara untuk mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Hal ini didasari oleh pemikiran negara-negara lain yang dirasa perlu untuk membantu negara- negara miskin dalam memacu pembangunan dan membantu meningkatkan kondisi sosial ekonomi negara-negara termiskin di dunia. Oleh karena itu maka terbentuklah lembaga-lembaga keuangan dunia yang ditujukan untuk membantu proses terbentuknya kemitraan global yang mendukung pembangunan negara- negara peserta MDG’s. Beberapa di antara lembaga-lembaga keuangan itu diantaranya adalah International Monetary Fund (IMF), World Bank, Asian Development Bank (ADB), HIPC (Heavily Indebted Poor Countries), ataupun MDRI (Multilateral Debt Relief Initiative), dan lain-lain.

Dengan menandatangani Deklarasi Millennium pemimpin dunia berjanji untuk mengurangi jumlah proporsi orang yang menderita kelaparan, memastikan bahwa anak dapat menyelesaikan pendidikan dasar, menghapuskan disparitas gender, mengurangi tingkat kematian bayi dan meningkatkan kemitraan global.

Negara Indonesia merupakan Negara berkembang yang ikut menandatangani deklarasi Millennium, atau Millennium Development Goals.

Menurut PBB bahwa standar kemiskinan yang digunakan adalah pendapatan yang

(15)

kurang dari USD 1 per hari dari penghasilan setiap individu.3

3 Laporan BAPPENAS dalam pencapaian pembangunan Millennium di Indonesia 2010.

Program penanggulangan kemiskinan.

http://www.bappenas.go.id/files/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-tujuan-

pembangunan-milenium-di-indonesia-2011_20130517105523_3790_0.pdf Diakses pada tanggal 2 April 2017 pukul 13.00 WIB.

Dilihat dari standar penghasilan per hari yang digunakan PBB maka Negara Indonesia masih termasuk dalam kategori Negara yang belum sejahtera, yaitu yang memiliki rata- rata penghasilan penduduk lebih rendah dengan Negara-negara lainnya sedangkan target dalam MDGs adalah mengurangi separuh dari penduduk miskin yang berpenghasilannya dibawah standar kemiskinan internasional. Maka dengan ditandatanganinya deklarasi Millennium pemerintah Indonesia ingin mengurangi jumlah kemiskinan penduduk Indonesia, sesuai dengan yang telah ditetapkan PBB dalam Millennium Development Goals.

Hal ini penting mengingat konstitusi kita mengamanatkan bahwa negara wajib melindungi segenap warga negaranya, terutama orang miskin. Serta tertera dalam UUD 1945 yang berisi tentang tujuan negara yaitu memajukan kesejahteraan umum. Pemerintah dalam hal mencapai tujuan-tujuan ini membuat beberapa program-program guna mengurangi tingkat kemiskinan secara maksimal. Program-program yang dilaksanakan bertujuan untuk mendukung terciptanya masayarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Meskipun demikian masalah kemiskinan masih menjadi masalah yang berkelanjutan di negara ini.

(16)

Komitmen Indonesia untuk mencapai MDGs merupakan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyaknya dan memberikan kontribusi kepada peningkatan masyarakat dunia. Karena itu MDGs merupakan acuan penting dalam Penyusunan Perencanaan Pembangunan Nasional. Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2005-2015, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJNM) 2014- 2009 dan 2010-2014, Rencana Kerja Program Tahunan (RKP), serta Dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).4

Sejumlah kebijakan dan program Nasional pemberdayaan Masyarakat, Penguatan Keluarga, Pemerataan pendidikan dasar, jaminan sosial dan jaminan kesehatan dan peningkatan kesehatan masyarakat telah diluncurkan. Program- program tersebut diantaranya BLT (Bantuan Langsung Tunai), Jamkesmas

Pada tahun 2009 - 2010 pada masa pemerintahannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerapkan beberapa program untuk mengurangi angka kemiskinan, program-program ini diciptakan supaya Indonesia dapat mencapai target yang sudah dicanangkan dalam MDGs. Pemerintah telah menunjukkan komitmen untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam Millennium Development Goals 2015.

4 Laporan BAPPENAS dalam pencapaian pembangunan Millennium di Indonesia 2010.

Program penanggulangan kemiskinan.

http://www.bappenas.go.id/files/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-tujuan-

pembangunan-milenium-di-indonesia-2011_20130517105523_3790_0.pdf. Diakses pada tanggal 1 April 2017 pukul 14.00 WIB.

(17)

(Jaminan Kesehatan Masyarakat), PNPM (Program pemberdayaan Masyarakat Mandiri) dan Raskin (Subsidi Beras untuk orang Miskin).

Bukan hanya negara – negara saja yang sibuk untuk berusaha menyukseskan program jangka panjang ini namun berbagai kalangan Non- Govermental Organisation (NGO) maupun Organisasi Internasional juga turut berpartisipasi dalam menyukseskan program ini. Banyak NGO yang membentangkan sayap hingga ke negara – negara dengan bekerja sama ataupun membentuk organisasi yang berorientasi sama namun dalam lingkup nasional seperti yang dilakukan Green Peace yang bekerjasama dengan WALHI di Indonesia. Namun ada juga Organisasi Internasional yang bekerja sama dengan organisasi sejenis yang berorientasi nasional di suatu negara seperti yang dilakukan oleh United Nations Programme on HIV/AIDS (UN-AIDS) yang bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan Aids Nasional yang berada di Indonesia.5

5 http://aidsindonesia.or.id (diakses pada tanggal 1 April 2017 pukul 13.20 WIB)

Kerjasama Multilateral tersebut terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi juga terjadi di negara – negara lain yang juga fokus untuk dapat mencapai target yang telah ditetapkan dalam MDG’s. Inilah yang menjadi salah satu fakta yang menjelaskan bahwa tidak hanya negara saja yang berperan dalam menyukseskan MDG’s melainkan terdapat elemen lain yang turut menyukseskan agenda tersebut.

(18)

Namun secara garis besar melihat keadaan yang ada, program-program ini merupakan program yang bersifat short-run dan hanya memiliki multiplier effect yang rendah karena hanya dapat mereduksi gejala kemiskinan sesaat.

Masalah kemiskinan di Indonesia telah menjadi permasalahan struktural, bukan permasalahan atau fenomena sesaat. Permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat dan tidak semudah seperti memutar telapak tangan maka penanganan masalah kemiskinan di Indonesia harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.

Beberapa tahun yang lalu, dalam pidatonya, presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono mengutarakan beberapa agenda yang akan dilakukan dalam pemerintahannya lima tahun ke depan. Salah satu agenda yang diberikan perhatian khusus adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jika dilihat dari agenda yang diberi perhatian khusus adalah kesejahteraan rakyat, maka hal ini wajar mengingat masih rendahnya tingkat kesejahteraan sebagian besar penduduk Indonesia.

Indikator utama untuk melihat masih rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk dapat diukur dari masih tingginya angka kemiskinan.

Meninjau kembali pidato Presiden Republik Indonesia pada 16 Agustus 2010, yang mana pada waktu itu presiden Susilo Bambang Yudoyono mengatakan

“kita harus bekerja keras lagi untuk mencapai sasaran Millennium Development

(19)

Goals (MDGs) yang telah kita sepakati”.6

Kondisi kemiskinan di Indonesia pada tahun 2004, sebesar 36,2 juta (16,6%). Angka ini sempat turun pada tahun 2005 menjadi 35,1 juta (16%).

Namun naik lagi pada tahun 2006 menjadi 39,3 juta (17,8%) karena dipicu kenaikan harga BBM pada tahun 2005 sehingga pada tahun itu jumlah penduduk di Indonesia naik sebesar 1,8%. Kemudian sejak tahun 2007 hingga 2009 angka kemiskinan terus menurun dan telah menyentuh angka 32,5 juta (14,2%) pada tahun 2009.

Dengan pidato tersebut dapat diartikan bahwa pemerintah telah siap dan bekerja keras untuk mengurangi tingkat kemiskinan penduduk sesuai dengan target MDGs.

Meski pemerintah sudah menerapkan beberapa komitmen dan kebijakan untuk mencapai target MDGs, namun kinerja pemerintah Indonesia untuk mengurangi jumlah kemiskinan penduduk sebagaimana yang ditargetkan dalam program MDGs dinilai masih lambat dan belum bisa maksimal karena pencapaian Millennium Development Goals di Indonesia hingga tahun 2010 baru mencapai 24% dari target yang ingin dicapai.

7

6 Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sidang Paripurna DPR dan DPD, Jakarta 16 Agustus 2010. http://www.antaranews.com/berita/214148/pidato-presiden-digabung-di- hadapan-dpr-dpd Diakses pada tanggal 1 April 2017 pukul 13.00 WIB.

7 Sumber: BPS (di sadur dari batubara 2008).

http://www.kompasiana.com/dzulfiansyafian/kemiskinan-struktural-peran-dan-kegagalan- negara_54ff4395a333119e4c50f8af Diakses pada tanggal 1 April 2017 pukul 10.35 WIB.

Hingga tahun 2010 kemiskinan di Indonesia masih mencapai sekitar

(20)

31,02 juta.8

Hal ini dapat dilihat karena terdapat kelemahan dalam pelaksanaan MDGs di Indonesia, ini dinilai dari masih tingginya jumlah dan presentase angka kemiskinan yang ada di Indonesia serta kesejahteraan rata-rata penduduk Indonesia yang masih jauh tertinggal dengan Negara-negara ASEAN. Jumlah penduduk miskin di Indonesia hanya mapu dikurangi 10% hingga 30%, sedangkan target yang sudah disepakati dalam program MDGs adalah mampu atau dapat mengurangi separuh dari jumlah penduduk miskin yang ada di negara Indonesia.

Dilihat dari jumlah penduduk miskin yang berada di Indonesia, sebenarnya pemerintah sudah dapat menurunkan/mengurangi jumlah penduduk miskin yang ada.

9

8 Pidato kenegaraan dan iptek MDGs, Kompas, Rabu, 18 Agustus 2010.

http://nasional.kompas.com/read/2010/08/18/12525378/pidato.kenegaraan.dan.iptek.mdgs diakses pada tanggal 1 April 2017 pukul 11.00 WIB.

9 Tujuan pembangunan Millennium yang ke satu, lihat

http://www.undp.or.id/unv/id/resources_mdg.html, Tujuan Pembangunan Millennium.

Diakses pada tanggal 2 April 2017 pukul 15.10 WIB.

Hambatan-hambatan ini berasal dari internal dan eksternal. Internal yaitu penghambat yang berasal dari dalam negeri itu sendiri seperti keterbatasan pembiayaan dalam pembangunan, minimnya anggaran pemerintah dalam subsidi kepada orang-orang miskin untuk program MDGs dan tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar negara Indonesia.

(21)

Sebagai tindak lanjut dari komitmen yang dibuat dalam Millennium Summit, setiap negara yang menandatangani diharapkan untuk mempersiapkan laporan Millennium Development Goals. Pemerintah Indonesia di bawah BAPENAS dan dengan dukungan teknis dari PBB telah menyelesaikan laporan MDGs. Laporan ini merupakan upaya awal pemerintah menilai situasi pembangunan manusia terkait dengan target MDGs, mengukur dan menganalisa kemajuan menuju realisasi dan mengidentifikasi serta review kebijakan dan program yang dibutuhkan untuk memenuhi target.

Namun jika mengacu pada target MDGs yang hendak dicapai oleh Indonesia, maka angka ini menunjukkan bahwa target MDGs dalam mengurangi tingkat kemiskinan penduduk belum bisa tercapai. Karena target yang ditetapkan oleh PBB dalam program Millennium Development Goals adalah mengurangi separuh dari jumlah penduduk miskin yang ada dalam kurun waktu 15 tahun, yaitu mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2015. Melihat kenyataan di atas maka target yang ingin dicapai oleh Indonesia belum berhasil.

Semua masalah di atas menjadi target Millennium Development Goals yang merupakan gerakan pembangunan yang telah disepakati oleh dunia. Negara Indonesia sebagai salah satu anggota PBB, memiliki dan ikut melaksanakan komitmen tersebut, melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai target MDGs dalam upaya menyejahterakan masyarakat. Tujuan pembangunan Millennium ini dapat dijadikan pemacu dan semangat untuk

(22)

melakukan upaya yang lebih baik dalam penanganan permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Berangkat dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti apa konsep dan bagaimana strategi serta capaian Program MDGs 2010-2015 di Indonesia sebagai salah satu wujud program politik pembangunan.

1. 2 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana politik pembangunan program Millennium Devepment Goals (MDGs) 2010 – 2015 di Indonesia terkait dengan konsep, strategi dan capaian?

1. 3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terkonsentrasi pada politik pembangunan Millennium Development Goals di Indonesia maka batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan kajian analisis tentang politik pembangunan sebagai landasan untuk melihat konsep, strategi dan capaian program Millennium Development Goals (MDGs) di Indonesia.

2. Penelitian ini akan mengkaji dan menganalisis keadaan Indonesia sebagai negara pelakasana program MDGs dalam sistem dunia dengan menggunakan kajian analisis ketergantungan.

(23)

1. 4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui analisis politik pembangunan program Millennium Development Goals (MDGs) sebagai bentuk politik pembangunan di indonesia.

2. Untuk melihat capaian dan keberhasilan program Millennium Development Goals (MDGs) di Indonesia tahun 2010 - 2015.

1. 5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat anatara lain:

1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang sungguh diharapkan mampu memberikan sebuah sumbangsih mengenai konsep-konsep pembanguan dalam mencapai sebuah tatanan masyarakat baru.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi serta pisau analisis bagi pelaksana pembangunan dan masyarakat luas dalam melihat pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Secara akademis, penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(24)

1. 6 Kerangka Teori

Sebagaimana telah dipaparkan pada landasan pemikiran di atas yang kemudian melahirkan rumusan masalah sebagai upaya menganalisis secara kritis politik pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) 2010 – 2015 di Indonesia. Kemudian dibutuhkan teori analisis untuk membedah masalah dan mencari asumsi pokok yang mendasar suatu penelitian atau jawaban, dan pemecahan untuk masalah dibutuhkan sebuah teori.

1. 6. 1. Teori Politik Pembangunan

Politik pembangunan merupakan sebuah pandangan yang melihat pembangunan dari pemahaman politik. Dalam politik pembangunan, sebuah pembangunan dilihat sebagai produk politik yang meliputi proses perencanaan dan pengambilan kebijakan dalam sebuah sistem politik baik berupa organisasi atau negara oleh seseorang atau kelompok yang bersangkutan.

Sebagai suatu produk politik, pembangunan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan masyarakat luas bukan hanya sebatas kepentingan kelompok tertentu maka dapat diartikan pembangunan lahir dari sebuah keputusan di atas kepentingan dan kehendak umum yang lebih dikenal sebagai kebijakan umum.

Politik pembangunan bukan saja menganalisis latar belakang pembangunan tetapi juga proses-proses yang terjadi dari sebuah pembangunan; siapa aktor yang ada di balik itu; ide atau paham apa yang dikembangkan dalam pembangunan.10

10 Warjio, Politik Pembangunan: Paradoks, Teori, Aktor dan Ideolog, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 84

(25)

Dilihat dari konsepnya pembangunan politik adalah suatu terminologi yang merupakan gabungan antara konsep politik dan konsep pembangunan. Tanpa adanya proses politik, pembangunan tidak akan terjadi.

1. 6. 1. 1 Konsep Politik

Miriam Budiardjo mendefiniskan politik sebagai bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses-proses menentukan tujuan-tujuan itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.11

1. Negara

Tujuan- tujuan yang dimaksud adalah tujuan bersama dan bukan tujuan pribadi. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dibutuhkan sebuah pembuatan kebijakan yang menghasilkan kebijakan-kebijakan publik yang mengatur kehidupan masyarakat dalam sistem politik (negara).

Secara umum, konsep politik terdiri dari:

Negara merupakan sebuah lembaga politik di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Menurut Ni’matul Huda istilah negara merupakan “agency” (alat) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Sebagai sebuah lembaga yang mempunyai kekuasaan tertinggi, negara mempunyai sifat

11 Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 8

(26)

memaksa melalui hukum-hukum dan keputusan politik terhadap rakyatnya.

Dengan demikian, negara bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajibannya dalam pembangunan.

Hubungan negara dengan pembangunan dapat diartikan bahwa negara menjadi aktor atau pelaksana pembangunan. Negara dalam hal ini pemerintah melaksanakan pembangunan di setiap bidang mulai dari pembangunan sumber daya manusia, infrastruktur, ekonomi dan lainnya.

2. Kekuasaan

Kekuasaan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang atau kelompok dalam mempengaruhi orang lain untuk mengikuti keinginan pemilik kuasa tersebut. Dalam sebuah sistem politik (negara), kekuasaan dapat dilihat dari sebuah jabatan pemerintahan dan atau bisa juga didapat melalui kemampuan atau pengetahuan sesorang, contohnya local bossism.

Melalui kekuasaan, pemangkunya untuk mempengaruhi orang lain, pengambilan keputusan menjadi diakui dan akan dilaksanakan oleh orang lain yang mengakuinya dalam konteks sistem politiknya.

3. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan (decion making) adalah sebuah proses pembuatan keputusan atau kebijakan publik sampai pada tercapainya. Keputusan yang diambil menyangkut kebutuhan masyarakat dan diputuskan berdasarkan pertimbangan atas kebutuhan tersebut. Pengambilan keputusan sebagai konsep

(27)

politik karena terdapat proses politik kolektif dalam sebuah kekuasaan untuk mencapai tujuan dan kehendak bersama. Pengambilan keputusan ini tentunya merupakan output kekuasaan yang dibuat oleh elit-elit politik.

4. Kebijakan Publik

Hasil dari pengambilan keputusan akan melahirkan kebijakan-kebijakan umum yang diartikan sebagai sekumpulan keputusan atau kebijakan yang berisi tujuan-tujuan dan cara mencapainya. Kebijakan publik dilahirkan atas sebuah kebutuhan masyrakat untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada atau sedang dihadapi dalam sebuah sistem politik untuk kelangsungan hidup rakyatnya.

5. Pembagian atau Alokasi

Pembagian atau alokasi sering juga disebut dengan distribusi kekuasaan.

Distribusi kekuasaan dilakukan guna menghindari konflik yang muncul dalam bentuk ketimpangan kekuasaan. Selain untuk menghindari ketimpangan kekuasaan, pembagian atau alokasi dalam konsep politik diartikan sebagai sebuah resolusi konflik melalui negosiasi atau kompromi dan cara-cara lain sehingga menghasilkan sebuah kesepakatan politik.

1. 6. 1. 2 Konsep Pembangunan

Dalam kehidupan masyarakat, kebutuhan akan perubahan selalu menjadi keharusan untuk mencapai kebaikan dalam masyarakat itu sendiri. Kebutuhan- kebutuhan itu menjadi tujuan-tujuan yang akan dicapai atau pun sedang dalam

(28)

proses pencapaian yang bertujuan untuk membawa perubahan. Dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan perwujudan cita-cita dari suatu kelompok masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Mansour Faqih (2011) dalam Warjio, menjelaskan bahwa pembangunan banyak dipahami sebagai kata benda netral yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan ekonomi, politik, budaya, infrastruktur masyarakat dan sebagainya.12

Pembangunan diharapkan mampu memberikan dampak pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang menjadi tujuan dari pembangunan itu sendiri. Tujuan-tujuan pembangunan itu sendiri tertuang dalam tujuan nasional dan akan terus dilaksanakan guna mengatasi masalah-masalah sosial yang muncul. Sesuai dengan sifatnya, pembangunan harus terus

Pembangunan bertujuan menciptakan kemajuan dalam setiap bidang kehidupan manusia.

Pembangunan sering kali dipandang sebagai sebuah proses dan usaha untuk mencapai tujuan. Melihat pengertian seperti itu maka di dalam pembangunan ada subjek sebagai pembangun atau aktor dan objek sebagai sasaran pembangunan serta adanya instrumen atau alat yang digunakan. Dengan demikian, pembangunan mengandung banyak kepentingan antarkelompok atau orang dalam menentukan tujuan dan orientasi pembangunan tersebut sehingga pemaknaan terhadap pembangunan terletak pada tujuan dan orientasi.

12 Warjio. Op, cit. Hal. 91

(29)

dilaksanakan secara berkelanjutan (sustainable) untuk menjamin kehidupan masyarakat yang sejahtera.

1. 6. 1. 3 Konsep Politik Pembangunan

Secara filosofis konsep politik pembangunan adalah sebuah konsep yang lebih mendalam dalam memahami realitas politik dalam pembangunan. Jadi, ia tidak dimaknai secara terpisah-pisah tetapi harus dimaknai secara satu-kesatuan.13

Konsep politik pembangunan mengandung ide-ide dari seseorang atau kelompok yang menginginkan atau mengambil keuntungan dari pembangunan itu.

Maka untuk menjelaskan konsep politik pembangunan dapat dilihat dari Untuk melihat secara utuh, politik pembangunan tidak terlepas dari latar belakang ideologi politik dan pembangunannya.

Salah satu bentuk paham yang menjadi dasar dari politik pembangunan yaitu liberalisme. Paham liberal menjadikan dasar pembangunan kepada liberalisasi dan privatisasi. Swasta merupakan salah satu kekuatan pembangunan karena pendanaan yang diberikan terhadap pembangunan itu sendiri. Keadaan seperti ini tentunya menguragi beban dan tanggung jawab negara dalam melaksanakan pembangunan.

13 Ibid. hal. 98

(30)

pertanyaan tentang: siapa (who), apa (what), bagaimana (how) dan mendapat apa (get what).14

1. 6. 1. 3. 1. Siapa

Dalam konsep politik pembangunan, siapa (who) diartikan sebagai seseorang atau kelompok politik yang memiliki kepentingan baik berupa keuntungan secara materi maupun secara politik. Pengertian ini mengarah kepada pelaku sebagai aktor yang berupa individu, kelompok atau lembaga seperti negara dan swasta. Aktor politik pembangunan memberikan pengaruh terhadap pembangunan melalui kekuatan-kekuatan politik untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya. Aktor politik bisa berupa elit-elit politik yang dalam memberi pengaruh politiknya tergantung kepada kekuatan pengaruhnya dalam mengambil keputusan politik pembangunan. Semakin besar kekuasaan dan kekuatan politik atau hegemoni aktor, maka akan semakin besar pula keuntugan yang diperolehnya dalam pembangunan.

Jenis-jenis aktor politik ini dibagi menjadi 4 yaitu: negara, swasta, masyarakat sipil ( LSM), individu. Aktor-aktor politik bisa saling mempengaruhi dalam menjalankan praktik politiknya. Aktor-aktor ini bergerak sesuai dengan ide-ide atau gagasan yang dimilikinya sebagai upaya untuk memberikan pengaruh atau hegemoni dalam mencapai keuntungannya. Aktor politik pembangunan bisa saja bekerja sama dengan aktor lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

14 Ibid. hal. 111

(31)

Negara sebagai aktor politik pembangunan dapat dilihat melalui birokrat yang bekerja di dalamnya, maka negara menjalankan fungsi sebagai penyelenggara kehidupan masyarakatnya baik secara ideologi, pembangunan dan kesejahteraan. Hal ini mengarah kepada tujuan terbentuknya negara sesuai kontrak sosial sebagai konsensus masyarakat untuk melindungi hak-hak mereka.

Seperti dijelaskan di atas, negara dalam penyelenggaraan politik pembangunan bisa melibatkan aktor politik pembangunan yang lain. Misalnya negara bekerja sama dengan wasta (LSM, NGO, IO dan lain-lain) untuk mendapatkan keuntungan dari satu sama lain. Dengan demikian, aktor politik bekerja sesuai dengan ide atau gagasan yang dijalankan untuk mendapat keuntungan atas sebuah pembangunan.

Kerja sama antaraktor politik pembangunan bisa disebabkan oleh kurangnya sumber daya untuk pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah. Kerja sama tersebut tentunya dilaksanakan atas dasar keuntungan yang diperolehnya.

Perwujudan kerja sama ini biasanya dalam bentuk investasi (dana), teknologi dan tenaga kerja. Kerja sama ini akan berdampak pada ketergantungan salah satu aktor terhadap aktor lain yang akan dibahas pada teori ketergantungan pada sub pembahasan selanjutnya.

Aktor politik pembangunan selanjutnya ialah swasta. Aktor ini dapat dikenal sebagai perusahaan atau korporasi yang meletakkan pertimbangan atas dasar kapital atau modal. Untuk terlibat sebagai aktor politik pembangunan,

(32)

swasta bergerak atas modal yang besar, dengan demikian orientasi dari swasta tentunya profit atau keuntungan. Mereka bergerak dalam politik pembangunan sebagai mitra negara melalui kontrak dengan negara untuk mencapai tujuannya.

Dalam politik pembangunan, swasta atau perusahaan-perusahaan besar diharapkan dapat memberikan inovasi terkait teknologi dan industri swasta yang memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan lembaga Non Goverment Organization (NGO). LSM sebagai aktor politik pembangunan adalah kelompok-kelompok politik yang muncul dari kekecewaan masyarakat atas pembangunan yang didasarkan pada paham neoliberalisasi. Besarnya peran swasta mengakibatkan munculnya kelompok yang bergerak dengan tujuan pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam bentuk perekonomian masyarakat. LSM melaksanakan pembangunan mulai dari basis masyarakat atau dari bawah, bukan dari atas seperti halnya yang dilakukan pemerintah, dengan demikian LSM bergerak secara lokal.

Dalam skala internasional, lembaga swadaya dikenal dengan Non Goverment Organization. Bentuk-bentuk bentuknya dapat berupa Intergoverment Organization (IGO) dan International Non Goverment Organization (INGO).

Mereka bergerak sebagai mitra pemerintah dalam politik pembangunan.

Lembaga-lembaga internasional bergerak dalam pembagunan baik pembangunan manusia atau kemiskinan, pembangunan infrastruktur, pembangunan atau

(33)

kelestarian lingkungan hidup, perdagangan dan keuangan. Lembaga ini mempunyai pengaruh luas terhadap politik pembagunan karena aktor-aktor yang terlibat didalamnya. Hegemoni yang diciptakan tidak hanya sebatas keuntungan kapital tetapi juga kepentingan ideologi politik pembagunan. Lembaga-lembaga internasional bersama negara menjalin kerja sama dalam pembangunan dapat menciptakan sebuah keadaan ketergantungan.

Individu sebagai aktor politik pembangunan merupakan seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan politik dalam mempengaruhi politik pembangunan. Seorang aktor politik dapat dilihat melalui perannya dan keterlibatannya dengan organisasi atau aktor lainnya. Maka seorang aktor politik tidak bisa dilihat tanpa memandang ideologi yang dibawanya.

1. 6. 1. 3. 2. Apa

Konsep politik pembangunan diketahui dari sebuah kata “apa”, artinya politik pembangunan dapat dilihat melalui isu atau permasalahan yang dibawakannya. Politik pembangunan mencakup topik yang terjadi dan muncul di dalam sistem politik atau persoalan masyarakat. Isu-isu tersebut dapat berupa persoalan kesejahteraan masyarakat atau kemiskinan, lingkungan hidup, gender, kesehatan dan lain-lain. Konsep ini mengarah pada objek yang akan dibangun dalam ranah politik pembagunan.

(34)

1. 6. 1. 3. 3. Bagaimana

Konsep politik pembangunan dapat dilihat dari bagaimana sebuah pembangunan itu dilaksanakan, artinya penerapan strategi dan cara pelaksanaan pembagunan untuk mencapai tujuan-tujuan yang terdapat dalam politik pembangunan.

Pembangunan dapat dilaksanakan melalui beberapa strategi yaitu:

bottom-up, top-down dan campuran. Konsep ini diperlukan untuk melihat keterlibatan dalam menilai kepentingan aktor dalam politik pembangunan.

Dengan demikian, melalui strategi pembangunan akan dapat menentukan orientasi pembangunan.

Top-Down

Strategi ini menjelaskan pembangunan yang terlaksana berasal dari aktor atau elit yang berada pada suprastruktur dari sebuah sistem negara berupa pemerintah dan penguasa lainnya kemudian diturunkan kepada level atau tingkat yang lebih rendah. Elit atau aktor berperan sebagai pengambil keputusan mengenai pembangunan mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Pendekatan ini mempercayai bahwa peran pemerintah lebih penting sebagai motor dari segala aspek pembangunan.

Pemerintah biasanya menggunakan kekuatan birokrasi untuk melaksanakan program-program pembangunan secara langsung. Peran pemerintah

(35)

seperti dalam pendekatan ini memungkinkan masyarakat hanya menerima secara langsung metode-metode pembangunan serta program-program yang hendak dicapai bergantung pada keputusan dari pusat.

Bottom-Up

Bottom-up adalah strategi yang dilakukan dimana masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal sampai dengan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan sedangkan pemerintah pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu jalannya program.

Pendekatan bottom-up merupakan pendekatan kebalikan dari pendekatan top-down. Pendekatan bottom-up dalam politik pembangunan dilakukan dengan strategi pembangunan berasal dari permasalahan-permasalahan masyarakat yang dikumpulkan kemudian dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri sebagai sebuah program pembangunan. Pendekatan ini berangkat dari pemahaman bahwa masyarakat itu sendiri lebih paham atas kondisi mereka.

Campuran

Pendekatan dengan sistem gabungan dari kedua sistem di atas adalah perencaan yang disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan program yang diinginkan oleh masyarakat yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan juga masyarakat sehingga peran satu dan keduanya saling berkaitan.

(36)

1. 6. 1. 3. 4. Mendapat apa

“Mendapat apa” dalam konsep politik pembangunan dapat diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh aktor politik dalam sebuah pembagunan.

Keuntungan-keuntungan tersebut bisa berwujud pada, kekuasaan atau jabatan, ekonomi atau kekayaan dan lain sebagainya. Aktor politik pembangunan seperti telah dijelaskan di atas bergerak atas dasar kepentingan ideologi dan ekonomi untuk kepentingannya sebagai dasar untuk melihat konsep politik pembangunan.

1. 6. 2. Teori Ketergantungan

Pembangunan seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya merupakan usaha untuk menuju sebuah tatanan masyarakat dalam negara yang maju. Teori-teori pembangunan pada umumnya berhubungan dengan pengalaman negara-negara maju. Bagi negara-negara yang sedang berkembang dan negara terbelakang pengadopsian model pembangunan negara maju adalah salah satu usaha untuk bergerak menuju negara maju. Keinginan seperti itu mendorong adanya kerja sama antar negara dalam melaksanakan pembangunan dengan tujuan modernisasi.

Teori Ketergantungan atau dikenal teori depedensi (Dependency Theory) adalah salah satu teori yang melihat permasalahan pembangunan dari sudut negara dunia Ketiga. Menurut Theotonio Dos Santos, Dependensi (ketergantungan) adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara–negara tertentu dipengaruhi

(37)

oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara–negara lain, di mana negara–negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibat saja.

Teori ketergantungan pada sejarahnya berkembang dan muncul di Amerika Latin. Teori ini lahir sebagai jawaban atas kegagalan program United Nation Economics Commission for Latin America (ECLA) pada tahun 1960-an.15

Teori Ketergantungan (Dependency Theory) dikembangkan pada akhir tahun 1950-an oleh Raul Presibich (Direktur Economic Commission for Latin America, ECLA). Dalam hal ini Raul Presbich dan rekannya bimbang terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang tumbuh pesat, namun tidak serta merta memberikan perkembangan yang sama kepada pertumbuhan ekonomi di negara-negara miskin. Bahkan dalam kajiannya mereka mendapati aktivitas ekonomi di negara-negara yang lebih kaya sering kali membawa masalah-masalah ekonomi di negara-negara miskin. Hal Ini oleh para teori neo-klasik tidak dapat diprediksi sebelumnya dan dianggap bertentangan, oleh karena teori neo-klasik mengandaikan pertumbuhan ekonomi akan memberi manfaat kepada semua negara walaupun manfaatnya tidak selalu dibagi secara sama rata.

Program ECLA dijalankan dengan tujuan mampu membangkitkan perekonomian negara Amerika Latin dengan menggunakan metode modernisasi yang telah berjalan dan sukses di belahan Eropa. Kegagalan ini menjadi bahan awal dalam penemuan teori ketergantungan.

15 Mansour Fakih, Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Jakarta: INSISTPress, 2009)

(38)

Teori ketergantungan memfokuskan penelitiannya kepada hubungan negara maju (Negara dunia pertama) dengan negara berkembang (negara dunia ketiga). Hubungan yang tidak adil dilihat ketika negara dunia ketiga tidak mampu bergerak menuju negara maju yang disebabkan oleh dominasi negara dunia pertama terhadap negara dunia ketiga baik dalam dominasi ekonomi maupun dominasi politik.

Negara dunia ketiga dalam pandangan teori ketergantungan tidak akan bisa menjadi negara maju atau negara kapitalis (negara dunia pertama) karena adanya mekanisme hutang dan penanaman dominasi kekuasaan di negara dunia ketiga tersebut. Inilah yang menjadi dasar dari sebuah ketergantungan tersebut.

Negara dunia ketiga mengalami ketergantungan disebabkan oleh hutang dan investasi dari luar negaranya sehingga akan tetap berada dalam tingkat yang relatif stagnan dan bahkan terbelakang.

Dengan demikian, negara maju akan tetap menjaga sifat ketergantungan oleh negara berkembang agar tetap dapat menjaga aliran sumber daya (kapital dan bahan mentah serta sumber daya lainnya) dari negara dunia ketiga.

1. 7. Metodologi Penelitian 1. 7. 1. Metode Penelitian

Berdasarkan metode yang diterapkan, maka penulis menggunakan penelitian deskriptif. Sebab metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dimana data yang diperoleh disusun dan kemudian diinterpretasikan. Sehingga

(39)

memberikan keterangan-keterangan terhadap masalah-masalah yang aktual berdasarkan data-data yang terkumpul. Langkah yang diambil dalam penelitian ini terlebih dahulu mendeskripsikan konsep politik pembangunan Millennium Development Goals (MDGs). Kemudian mendeskripsikan strategi pembangunan MDGs serta melihat capaian program tersebut di indonesia selama 2010 - 2015.

1. 7. 2. Jenis Penelitian

Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskritif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan adanya.

Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan.16

Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan apa konsep dan bagaimana strategi serta capaian program Millennium development goals di indonesia.

Tentunya penelitian menggunakan data-data, konsep-konsep yang berguna sebagai kerangka acuan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan sekaligus untuk menjawab persoalan yang diteliti.

16 Hadar Nawawi. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1987). Hal 63

(40)

1. 7. 3. Teknik Pengumpulan Data

Data-data, keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sumber data pustaka yang berasal dari buku- buku, jurnal, tabloid, serta literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

1. 7. 4. Teknik Analisi Data

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa kualitatif. Sebab penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.17

1. 8 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab Satu ini akan menguraikan dan membahas latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas dan tujuan mengapa diadakan penelitian ini dan metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah tentang MGDs dan pelaksanaannya di Indonesia.

BAB II : MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS SEBAGAI PROGRAM PEMBAGUNAN DI INDONESIA

Bab Kedua ini akan membahas sejarah dan tujuan pembangunan MDGs serta membahas dalam sub bagiannya mendeskripsikan gambaran Negara Indonesia secara umum dalam keterkaitannya dengan MGDs.

17 John W. Creshwell. Research Design. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012). hal 4

(41)

BAB III : ANALISIS KONSEP, STRATEGI DAN CAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) 2010 – 2015 DI INDONESIA

Di dalam Bab Ketiga akan memuat analisa data penelitian terhadap program Millennium Development Goals 2010 – 2015 di Indonesia. Dalam sub bagiannya akan melihat tentang konsep, strategi dan capaian MDGs di Indonesia.

BAB IV : PENUTUP

Bab Keempat yaitu penutup akan meliputi kesimpulan-kesimpulan dari ulasan pembahasan sebelumnya, serta saran-saran bagi penulis yang berguna nantinya.

(42)

BAB II

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS SEBAGAI PROGRAM PEMBAGUNAN DI INDONESIA

2. 1. Sejarah Millennium Development Goals

Sebagai salah satu jawaban atas permasalahan masyarakat dunia, Perserikatan Bangsa – Bangsa melahirkan sebuah program dengan tujuan untuk meningkatkatkan kesejahteraan masyarakat yang dikenal dengan Millennium Development Goals (Tujuan-Tujuan Pembangunan Milenium) pada september 2000 di New York, Amerika Serikat. Deklarasi ini menghimpun komitmen para pemimpin dunia yang tidak pernah adasebelumnya untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi dan kebebasan fundamental dalam satu paket.18

Selain Tujuan Pembangunan Milenium (MDG), ada beberapa tujuan pembangunan yang lain ditetapkan pada dekade 1960-an hingga 1980-an.

Sebagian terlahir dari konferensi global yang diselenggarakan PBB pada 1990-an, termasuk KTT Dunia untuk Anak, Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua 1990 di Jomtien, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, serta KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial 1995 di Copenhagen. MDG tidak bertentangan dengan komitmen global yang sebelumnya karena sebagian dari MDG itu telah dicanangkan dalam Tujuan Pembangunan

18Laporan MDGs Indonesia tahun 2005

(43)

Internasional (IDG), oleh negara-negara maju yang tergabung dalam OECD pada 1996 hingga selanjutnya diadopsi oleh PBB, Bank Dunia dan IMF.19

Pada mulanya, MDGs merupakan sebuah review atas kebijakan pembangunan yang dikeluarkan oleh OECD-DAC pada pertengahan tahun 1990 dan kemudian dimasukkan ke dalam Tujuan Pembangunan Internasional (Internasional Development Goals) tahun 2000 dan direvisi menjadi Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) pada KTT Milenium.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium, Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang diwakili oleh kepala negara dan kepala pemerintahan sepakat untuk melahirkan sebuah deklarasi Millenium Development Goal (MDG) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Tujuan Pembagunan Millenium.

Deklarasi itu berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan berpijak pada perhatian bagi pemenuhan hak-hak dasar manusia. Dalam KTT Milenium tersebut juga dihasilkan konsensus yang merangkai upaya-upaya untuk mencapai tujuan MDG dengan perhatian utama pada pengentasan kemiskinan dan pembangunan.

20

19Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia; Pebruari2004;

IndonesiaMDG_BI.pdf

20 Harcourt, Wendy; The Road to the UN Millennium Development Goals Some insights into the International Debate; Amsterdam; Oktober 2004; www.ncdo.nl diakses pada 23 Juni 2017 pukul 15.42 WIB

(44)

Setiap tujuan (goal) dari MDG memiliki satu atau beberapa target dengan beberapa indikatornya. MDG memiliki 8 tujuan dan 18 target yang telah disusun oleh konsensus para ahli dari sekertariat PBB, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi untuk Pembangunan dan Kerja sama Ekonomi (OECD) dan Bank Dunia. Masing - masing indikator digunakan untuk memonitor perkembangan pencapaian setiap tujuan dan target. Meskipun Konfrensi Millenium merupakan Konfrensi dari PBB tetapi tujuan yang dirumuskan dalam MDGs bukan tujuan dari PBB melainkan tujuan dan tanggung jawab dari setiap negara yang ikut serta dalam KTT Millenium tersebut.

2. 2. Profil PBB dan UNDP

United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah organisasi internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 untuk mendorong kerjasama internasional. Badan ini merupakan pengganti Liga Bangsa-Bangsa dan didirikan setelah Perang Dunia II untuk mencegah terjadinya konflik serupa.

UNDP adalah salah satu lembaga pembangunan dan pendanaan dibawah PBB. Tujuan utama UNDP adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) berkelanjutan (Sustainable Human Development/SHD). Melalui SHD, UNDP mendukung kesempatan masyarakat dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Penekanan konsep ini adalah kesetaraan dan persamaan distribusi pembangunan, integritas sosial, dan perlindungan lingkungan hidup bagi generasi

(45)

yang akan datang. Deklarasi Milenium adalah landasan yang menjadi fokus UNDP dan pengembangan rencana strategisnya.

UNDP berperan penting dalam membantu memberantas kemiskinan dunia dan mengurangi kesenjangan dan pengucilan sosial, juga membantu banyak negara terbelakang dan negara berkembang dalam membangun kebijakan- kebijakan, keterampilan kepemimpinan, bermitra, dan lembaga di negara-negara tersebut.

UNDP adalah salah satu inisiator dan pengemban (caretaker) dari MDGs.

MDGs merupakan basis dan landasan kerjasama antara UNDP dengan pemerintah di seluruh dunia. Berdasarkan dokumen ini, UNDP mengembangkan rencana strategis dan rencana kerja untuk masing-masing negara.

UNDP fokus membantu negara-negara membangun dan juga berbagi solusi dalam tiga bidang :

Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)

Democratic governance and peacebuilding (Pemerintahan yang demokratis dan Pembangunan Perdamaian)

Climate and disaster resilience (Ketahanan iklim dan bencana)

Negara pendonor terbesar ialah Amerika Serikat, menyumbang $ 243 juta, diikuti oleh Britania Raya, yang menyumbang $ 233 juta kepada UNDIP. Jepang, Belanda, Norwegia dan Swedia menyumbang lebih dari $ 100 juta. Sementara,

(46)

Uni Eropa menyumbang lebih dari $921 juta ($ 226 juta berasal dari Komisi Eropa dan sisanya berasal dari negara-negara anggota Uni Eropa).

Total dana Operasional UNDP hingga tahun 2004 ialah sekitar $ 4 milliar (setara dengan sekitar Rp. 36.900.000.000.000.21

1. Memberikan bantuan hanya dengan persetujuan dari pemerintah negara tersebut dan hanya bila pemerintah negara tersebut mengajukan permintaan pada PBB

Pada mulanya, UNDP hadir untuk memenuhi tujuan dari PBB sendiri, yaitu “to achieve international co-operation in solving international problem of an economic, social, cultural, or humanitarian character” dan untuk mewujudkan

“higher standard of living, full employment and conditions of economic and social progress and development”. Kedua tujuan PBB itu dicapai UNDP melalui pemberian bantuan teknis pada negara-negara berkembang,demi terciptanya kesejahteraan dunia.

Awal pembentukan UNDP sebenarnya bermula dari pembentukan

“Expanded Programme of Technical Assistance for Economic Development of Under-Developed Countries” (EPTA) pada 1950. Dalam pembentukkannya, dikatakan bahwa EPTA akan :

21 http://www.undp.org diakses pada tanggal 15 juli 2017 pukul 12.12 WIB

(47)

2. Tidak menjadi alat untuk intervensi ekonomi luar negeri dan alat politik, dan tidak memberikan perlakuan berbeda dikarenakan perbedaan struktur negara, ras, atau kepercayaan

3. Mengusahakan terciptanya kebutuhan spesifik seperti yang dikehendaki pemerintahan domestik

Selepas pembentukan EPTA, permintaan negara-negara berkembang akan adanya bantuan teknis dan finansial untuk membangun negaranya semakin berkembang, sehinggaakhirnya PBB memutuskan untuk mendirikan satu badan lagi yang berfungsi sebagai badan pelengkap EPTA, yaitu Special Fund for Economic Development (SUNFED). Berbeda dengan EPTA, SUNFED lebih difokuskan pada usaha pencarian dan pengumpulan dana untuk terlaksananya proyek-proyek yang dikerjakan EPTA. Pada Januari 1966, ECOSOCPBB memutuskan untuk menggabungkan EPTA dan SUNFED ke dalam satu wadah, yaitu United Nations Development Programme (UNDP).22

22 Soe Saing, United Nations Technical Aid in Burma, (Singapore : Institute of Southeast Asian Studies, 1990 Hlm. 12)

Program andalan UNDP mempromosikan perubahan transformasional di negara berkembang dengan bekerja baik di tingkat akar rumput dengan masyarakat, sementara pada saat yang sama membangun kapasitas kelembagaan dan memberikan saran kebijakan kepada pemerintah.

(48)

UNDP mendukung pemerintahan demokratis nasional transisi demokratis dengan menyediakan nasihat kebijakan dan dukungan teknis, peningkatan kapasitas kelembagaan dan individu dalam negara, dan mendidik masyarakat tentang advokasi untuk reformasi demokrasi, mempromosikan dialog dan negosiasi, dan berbagi pengalaman sukses dari negara lain dan lokasi.. UNDP juga mendukung lembaga-lembaga demokratis yang ada dengan meningkatkan dialog, meningkatkan debat nasional, dan memfasilitasi konsensus nasional pada program-program pemerintahan.

Demokrasi adalah konsep besar yang memiliki sejumlah aspek yang kompleks. Bagi Indonesia yang notabenenya adalah negara demokratis, dan terus berkembang. Indonesia sebagai negara yang berkembang juga terus mengembangkan dirinya sebagai negara yang ideal demokrasinya.23

23 http://www.undp.or.id diakses pada tanggal 16 Juli 2017, pukul 11.51 WIB

UNDP berkomitmen untuk mendukung prioritas nasional Indonesia dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah di Indonesia 2010-2015, dan juga visi, strategi dan rencana pembangunan nasional dan local. UNDP bekerja untuk mendukung perjuangan Indonesia melawan kemiskinan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, mengurangi kesenjangan antara kelompok dan daerah, dan membantu mencapai delapan Millennium Development Goals pada tahun 2015 di seluruh negeri.

(49)

2. 3. Tujuan dan Target Program Millenium Develpment Goals

Program MDGs berisi 8 tujuan dan 18 target pembangunan yang dilaksanakan dan melihat pelaksanaan pembangunan dalam jangka waktu selama 15 tahun (2000 – 2015). Tujuan, target dan indikator tersebut adalah:

Tabel 2. 1 : Tujuan MDGs

Tujuan Target

Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

1. Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 per hari menjadi setengahnya antara 1990–2015

2. Menyediakan seutuhnya Pekerjaan yang produktif dan layak, terutama untuk perempuan dan kaum muda.

3. Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990–2015.

Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

4. Menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015, semua anak dimana pun, laki-laki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar (primary schooling)

(50)

Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

5. Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

Menurunkan Angka Kematian Anak

6. Menurunkan Angka Kematian Balita sebesar dua pertiganya, antara tahun 1990 dan 2015.

Meningkatkan Kesehatan Ibu

7. Menurunkan angka kematian ibu antara tahun 1990 dan 2015 sebesar tiga-perempatnya.

8. Mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada 2015

Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Lainnya

9. Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya

jumlah kasus baru pada tahun 2015.

10. Tersedianya akses universal untuk perawatan terhadap HIV/AIDS bagi yang memerlukan, pada 2010.

11. Mengendalikan Penyakit Malaria dan mulai menurunnya kasus Malaria dan

(51)

Penyakit lainnya tahun 2015.

Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

12. Memadukan prinsip - prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang.

13. Mengurangi laju hilangnya keragaman hayati, dan mencapai pengurangan yang signikan pada 2010.

14. Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.

15. Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020

Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan

16. Mengembangkan sistem perdanganan dan keuangan yang terbuka, berdasar pada peraturan, dapat diperkirakan dan non-diskriminatif - termasuk

(52)

komitmen terhadap sistem pemerintahan yang baik, dan penanggulangan kemiskinan - ditingkat nasional dan internasional.

17. Penanggulangan Masalah pinjaman luar negeri melalui upaya nasional maupun internasional dalam rangka pengelolaan utang luar negeri yang berkelanjutan dan berjangka panjang.

18. Bekerjasama dengan sektor swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Sumber: Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2007

hSetiap pelaksanaan tujuan MDGs akan dilihat melalui indikator-indikator yang ditetapkan untuk melihat perkembangan pencapaian tujuan tersebut secara objektif24

24 Laporan Pencapaian Milleniun Development Goals 2007

. Program MDGs bukan merupakan tujuan pembangunan PBB melainkan tujuan pembangunan dari setiap negara yang ikut serta menandatangani program MGDs, sementara PBB merupakan lembaga yang aktif untuk

(53)

mempromosikan Program MDGs. Dengan demikian pelaksanaan program MDGs merupakan tanggung jawab penuh dari negara yang ikut serta di dalamnya.

2. 4. Indonesia Sebagai Pelaksana Program Millennium Developments Goals

Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 (delapan) tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Sejak Indonesia tergabung dalam keanggotaan PBB, secara otomatis Indonesia banyak telibat dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh PBB. Keikutsertaan Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan September 2000 dan menandatangani Millenium Development Goals (MDGs) menjadikan Indonesia harus berusaha untuk turut menyukseskan MDG sebagai komitmen global.

Indonesia sendiri menyadari arti penting dari MDG. Indonesia telah menjadikan pencapaian MDG sebagai salah acuan penting terhadap penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional25

25 Ringkasan Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia,

. Oleh karena itu, komitmen

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,

(54)

Indonesia untuk mencapai target-target yang terdapat dalam MDG, sudah sesuai dengan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya serta memberikan kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia.

Pemerintah Indonesia melaksanakan program MDGs di bawah koordinasi BAPPENAS dibantu dengan Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan laporan MDGs yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Tujuan Tujuan Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian tujuan MDGs, mengukur, dan menganalisis kemajuan seiring dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi kenyataan, sekaligus mengidenifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan- tujuan ini. Dengan tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan pendapatan di bawah upah minimum regional antara tahun 1990 dan 2015, Laporan ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur untuk mencapai tujuan tersebut.

2010, hlm 3.

(55)

2. 4. 1. Demografi Masyarakat Indonesia

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237.641.326 jiwa.26

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2001

Untuk melihat rasio perbandingan jumlah penduduk menurut struktur umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 2. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2001

Sementara itu tingkat pertumbuhan populasi penduduk Indonesia dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 2. 1 : Tingkat Pertumbuhan Populasi Penduduk Indonesia

Sumber: Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013

26 Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995.

Lihat https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267 diakses tanggal 17 Juli 2017 pukul 12.50 WIB

Gambar

Tabel 2. 1 : Tujuan MDGs
Gambar 2. 2. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2001
Gambar 2. 3.  Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat  Kemiskinan
Gambar 2. 4. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka  Pertisipasi Kasar (APK)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ruang OSIS terletak disebelah barat bersebelahan dengan kelas X. Ruang ini difungsikan untuk kegiatan yang berhubungan dengan OSIS dan untuk penyimpanan

Hasil perkembangan produksi telur dan DOC dari diseminasi paket teknologi ayam KUB di dua wilayah penangkaran diamati dalam selang waktu mulai produksi akhir tahun 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja finansial usaha pembibitan dan penetasan ayam lokal dengan manajemen perkawinan menggunakan IB metode pellet , IB semen segar, dan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan petugas perpustakaan keliling Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang melayani masyarakat

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel pendidikan, upah, insentif,

Tiada lupa juga solawat serta salam kepada bagianda Rasulluloh Muhammad SAW, beserta sahabat yang agung, keluarga yang mulia serta para pengikutnya sampai akhir

Langkah awal analisis data yaitu membuat kuesioner yang akan diproses dengan analisa regresi untuk mengetahui faktor bauran pemasaran mana yang paling berpengaruh dan

Dalam memperingati Dies Natalis Forum Komunikasi Mahasiswa Minang Universitas Gadjah Mada (FORKOMMI-UGM) yang ke-19, sebagai bagian dari organisasi yang berada di