• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BLOK BARAT KABUPATEN TAPANULI UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI MUTIA MUHARANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INVENTARISASI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BLOK BARAT KABUPATEN TAPANULI UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI MUTIA MUHARANI"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BLOK BARAT KABUPATEN TAPANULI

UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

MUTIA MUHARANI 140805002

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

INVENTARISASI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BLOK BARAT KABUPATEN TAPANULI

UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

MUTIA MUHARANI 140805002

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(3)

PERNYATAAN

INVENTARISASI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BLOK BARAT KABUPATEN TAPANULI

UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2020

Mutia Muharani 140805002

(4)

i

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Inventarisasi Zingiberaceae Di Kawasan

Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara

Kategori : Skripsi

Nama : Mutia Muharani

Nomor Induk Mahasiswa : 140805002

Program Studi : Sarjana (S1) Biologi

Fakultas : MIPA- Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Januari 2020

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Saleha Hannum M.Si Dr. Nursahara Pasaribu M.Sc.

NIP. 197108312000122001 NIP. 196301231990032001

(5)

ii

INVENTARISASI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BLOK BARAT KABUPATEN TAPANULI

UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Zingiberaceae merupakan salah satu tumbuhan yang mendominasi kawasan hutan Batang Toru Blok Barat. Berdasarkan survei penelitian yang telah dilakukan, kawasan hutan Batang Toru Blok Barat ditemukan jenis-jenis dari suku Zingiberaceae dan informasi terkait jenis-jenis Zingiberaceae di lokasi ini belum pernah dilaporkan. Penelitian bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis Zingiberaceae di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, dilaksanakan dari bulan Juli hingga September 2018. Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan metode eksplorasi, yaitu menjelajah disepanjang jalur trek yang telah ditentukan. Ditemukan 18 jenis Zingiberaceae yang termasuk dalam 10 marga, dua jenis diantaranya yaitu Alpinia hansenii dan Boesenbergia belalongensis menjadi rekaman baru untuk Sumatera. Dari seluruh jenis Zingiberaceae yang ditemukan, dua jenis ditemukan sebagai epifit dan 16 jenis ditemukan pada habitat teresterial. Suku zingiberaceae menempati habitat yang bervariasi mulai dari daerah pinggiran hutan, daerah terbuka dengan cahaya matahari penuh dan di dalam hutan. Jenis terbanyak pada penelitian ini adalah Globba dan Amomum.

Kata Kunci: Hutan Batang Toru, Inventarisasi, Sumatera Utara, Zingiberaceae

(6)

iii

INVENTARIZATION OF ZINGIBERACEAE IN THE WEST BLOCK BATANG TORU FOREST OF NORTH TAPANULI

NORTH SUMATRA

ABSTRACT

Zingiberaceae is one of the dominating plant family in West Block, Batang Toru forest region. According to preliminary survey, the forest is inhabited by many species of Zingiberaceae while information on its species richness is still limited. The aim of the study was to collect the species of Zingiberaceae in West Block, Batang Toru forest region, conducted from July to September 2018. Inventarization was conducted using exploration method, by exploring along designated tracking ways.

The study found 18 species of Zingiberaceae belonging to 10 genera was obtained, two of them were Alpinia hansenii and Boesenbergia belalongensis were new record in Sumatra. From all species that was found, two species were known to live as epiphytes and the other 16 were terresterials. Zingiberaceae occur in varying habitats, starting from forest edge, open area with optimum sunlight and inside forest floor. The most species found belong to Globba and Amomum.

Keywords: Batang Toru Forest, Inventarization, North Sumatra, Zingiberaceae

(7)

iv

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Inventarisasi Zingiberaceae Di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta Ernawati dan Ayahanda tercinta Mukhlis serta kepada kakak Lia Khairani, Vina Maulida, adik Muhammad Farhan Fatur Rahman dan Keluarga Jambak serta Keluarga Besar Munawar terkasih atas doa, cinta, kasih sayang dan dukungan baik semangat maupun material serta perhatian setulus hati kepada penulis untuk menyelesaikan naskah skripsi ini.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku dosen pembimbing atas dukungan, arahan, waktu, serta kesabaran yang luar biasa dalam membimbing penulis saat memulai penulisan hingga naskah skripsi ini selesai. Terimakasih juga Penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Etti Sartina Siregar, M.Si dan Ibu Kaniwa Berliani, M.Si selaku dosen penguji yang telah membantu dan memberi masukan dan saran untuk kesempurnaan penulisan naskah skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Ibu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hesti Wahyuningsih, M.Si selaku dosen penasehat akademik, Ibu Dr. Saleha Hannum S.Si, M.Si dan Bapak Riyanto Sinaga M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Biologi FMIPA USU, ibu dan bapak dosen serta seluruh pegawai Program Studi Biologi FMIPA USU.

Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) yang telah memberi izin pada penulis untuk melakukan penelitian di stasiun penelitian Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Gabriella Fredriksson, Matthew G. Nowak dan Bapak Mistar Kamsi S.Si yang telah memfasilitasi Penulis untuk melakukan penelitian di Hutan Batang Toru dan banyak meluangkan waktu memberikan arahan dan ide-ide sehingga penelitian terlaksana dengan baik. Terimakasih yang tak terhingga juga Penulis sampaikan kepada Kakak-Abang terhebat di stasiun penelitian Camp

(8)

v Mayang yaitu Kakanda Andayani Oerta Ginting S. Hut, Kakanda Sheila Kharismadewi S.Si dan Abangda Herman S.Si selaku koordinator lapangan yang sudah banyak memberikan bantuan, meluangkan waktunya untuk diskusi kepada Penulis. Para asisten lapangan Abangda Ulil, Abangda Dosman, Abangda Jevi, dan Abangda Nanda terimakasih banyak juga atas kerjasamanya, sambutan hangat, canda tawa dan bantuannya selama Penulis berada di Camp Mayang. Terima Kasih juga kepada Pak Aan, Pak Sity, Kak Rita, Kak Friska, Bang Andri, Bang Ozi dan Tante atas sambutan hangat dan canda tawanya selama Penulis berada di Mess YEL.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman GENOM stambuk 2014 khususnya Rince Gustia Lisna, Siti Aisyah Harahap dan Bagus Prio Prakoso yang telah berjuang bersama dalam suka maupun duka saat penelitian sampai selesainya naskah skripsi ini. Terima kasih kepada sahabat tercinta (Raysa, Dita, Ririn, Yuli, Alvina) juga (Febby, Lisa, Novia) yang telah memberi dukungan, semangat serta telah mengajarkan arti persahabatan dan mewarnai kehidupan penulis selama masa perkuliahan. Terima kasih penulis sampaikan keluarga besar rekan- rekan Bidang Taksonomi dan Ekologi Tumbuhan (Kak Zia, Kak Khairani, Kak Fitri, Kak Fina, Kak Ivana, Kak Tia, Yuli, Fuji, Cindy, Gilang, Ilmal dan Pretty). Keluarga besar rekan-rekan Laboratorium Ekologi Umum (Bang Sandro, Bang Adet, Taufik, Tria, Dina, Ardy, Fajar, Mikha, Bayti, Yuda, Melati, Ulfa, Juflin) dan adik asuh stambuk 2016.

Sebagai manusia dengan kodratnya yang tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan, Penulis menyadari bahwa skirpsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam melengkapi kekurangan penyusunan skripsi ini. Semoga kiranya skripsi ini akan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, Januari 2020

Mutia Muharani

(9)

vi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

ABSTRAK ABSTRACT

ii iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Suku Zingiberaceae 4

2.2 Distribusi Zingiberaceae 4

2.3 Kegunaan Zingiberaceae 5

2.4 Morfologi Zingiberaceae 6

2.5 Polinasi dan Penyebaran Biji 8

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat 9

3.2 Deskripsi Area

3.2.1 Letak dan Luas 3.2.2 Iklim

3.2.3 Topografi 3.2.4 Vegetasi

9 9 9 10 10

3.3 Metode Penelitian 10

3.4 Analisa Data 11

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-jenis Zingiberaceae 12

4.2 4.3

4.4

Morfologi Zingiberaceae Kunci Identifikasi

4.2.1 Kunci identifikasi marga 4.2.2 Kunci identifikasi jenis Deskripsi Jenis

14 18 18 19 21 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 34

5.2 Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 37

(10)

vii DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.1 Morfologi bunga Zingiberaceae 7

4.1 Habitat suku Zingiberaceae 15

4.2 Morfologi rimpang suku Zingiberaceae 16

4.3 Morfologi daun suku Zingiberaceae 17

4.4 Tipe pembungaan suku Zingiberaceae 18

4.5 Morfologi buah suku Zingiberaceae 18

(11)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1 Peta lokasi penelitian 38

2 Peta jalur penelitian 39

3 Hasil identifikasi spesimen 40

4 Foto alat dan bahan penelitian 41

5 Foto pelaksanaan penelitian 42

6 7 8 9

Foto hasil penelitian Data faktor fisik dan kimia Data cuaca dan Grafik cuaca

Tallysheet karakter morfologi Zingiberaceae

45 46 48 53

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumatera merupakan pulau keenam terbesar di dunia dan pulau kedua terbesar di Indonesia setelah pulau Borneo. Pulau Sumatera memiliki hutan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayatinya. Keanekaragaman jenis di hutan Sumatera sebanding dengan kekayaan jenis yang terdapat di Borneo dan Papua Nugini serta lebih kaya dari yang telah ditemukan di Pulau Jawa, Sulawesi dan pulau kecil lainnya. Sumatera memiliki 17 marga tumbuhan endemik dan beberapa jenis tumbuhan spektakuler dan unik seperti Rafflesia arnoldi, bunga terbesar didunia dan Amorphophallus titanum, bunga tertinggi di dunia (Whitten et al., 2000).

Kawasan hutan alam Batang Toru terbagi menjadi dua blok utama, yaitu blok Barat dan blok Timur. Hutan Batang Toru blok barat memiliki tipe-tipe hutan habitat hutan Dipterocarpaceae pada elevasi menengah dan tinggi serta hutan pengunungan pada elevasi rendah, sedangkan hutan Batang Toru blok Timur memilki tipe habitat hutan tegakan murni Pinus mercusii (Perbatakusuma et al., 2006).

Kawasan hutan alam Batang Toru Blok Barat merupakan salah satu hutan tropis di Sumatera dengan kawasan transisi biogeografis antara kawasan biogeografis Danau Toba Bagian Utara dan Danau Toba Bagian Selatan. Terjadinya kawasan transisi biogeografis ini kemungkinan disebabkan oleh kekuatan tektonik dan letusan Gunung Berapi Toba pada 150.000 tahun yang lalu. Kondisi transisi mengakibatkan kawasan ini memiliki keunikan dan keragaman hayati yang tinggi (YEL, 2007).

Zingiberaceae merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan pada kawasan hutan tropis, terutama Indo-Malaya. Zingiberaceae ini belum diketahui secara pasti berapa jumlah jenisnya. Sejauh ini daerah yang kaya akan jenis-jenis Zingiberaceae yaitu wilayah Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand, Filipina dan Papua. Sumatra dan Borneo termasuk kawasan yang memiliki daerah yang luas. Namun, masih belum diketahui dan diselidiki lebih dalam lagi untuk keanekaragaman jenis jahe ini (Larsen, 1999).

(13)

Zingiberaceae diperkirakan mencapai lebih dari 1200 jenis, yang tersebar mulai dari daerah tropis hingga subtropis. Persebaran paling besar terdapat di Asia Tenggara, terutama wilayah Malesiana, yaitu Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura, Philipina dan Papua Nugini (Lawrence, 1964; Pandey, 2003). Jumlah jenis Zingiberaceae ini sampai sekarang belum stabil, karena kajian pada tingkat marga masih terus dilakukan (Siregar et al., 2010).

Penelitian mengenai inventarisasi jenis-jenis Zingiberaceae telah dilakukan sebelumnya di Sumatera Utara oleh Gustina (2006) di Taman Wisata Alam Deleng Lancuk. Sari (2006) di Kawasan Hutan Sibayak I. Marpaung (2009) di Taman Wisata Alam Sicike-Cike. Siagian (2009) di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 dan Agustini (2011) di Kawasan Hutan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser.

Data mengenai suku Zingiberaceae di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Propinsi Sumatera Utara hingga saat ini belum pernah dilaporkan.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh data tentang keanekaragaman jenis Zingiberaceae di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Zingiberaceae merupakan tumbuhan jahe-jahean yang bermanfaat secara ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Jahe-jahean dimanfaatkan sebagai rempah, bahan makanan, minuman dan kosmetik serta obat-obatan. Dari hasil survei yang telah dilakukan pada tahun 2017, kawasan hutan Batang Toru blok Barat memiliki keanekaragaman jenis-jenis Zingiberaceae sangat beragam. Namun, informasi mengenai jenis-jenis Zingiberaceae di kawasan hutan Batang Toru blok Barat, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara belum pernah dilaporkan. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan penelitian mengenai inventarisasi jenis-jenis Zingiberaceae di kawasan tersebut.

(14)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu menginventarisasi keanekaragaman jenis-jenis Zingiberaceae di kawasan hutan Batang Toru blok Barat, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

a. Memberikan informasi berupa data-data tentang jenis-jenis Zingiberaceae di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara kepada Yayasan Ekosistem Lestari- Sumatran Orangutan Conservation Programme (YEL-SOCP), Universitas Sumatera Utara, Herbarium Medanense (MEDA) dan Masyarakat.

b. Menambah pengetahuan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentang jenis-jenis Zingiberaceae.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Suku Zingiberaceae

Zingiberales mempunyai beberapa anggota famili yaitu Musaceae, Cannaceae, Zingiberaceae dan Marantaceae (Pandey, 2003). Suku Zingiberaceae mempunyai jumlah jenis terbanyak dibandingkan famili lain dalam ordo yang sama.

Jumlah jenis yang telah dilaporkan lebih dari 1200 jenis, Zingiberaceae umumnya ditemukan tumbuh di kawasan hutan tropis Malesia (Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand, Filiphina dan Papua Nugini). Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah karena sampai sekarang kajian pada tingkat marga masih terus dilakukan (Nurainas dan Yunaidi, 2007).

Zingiberaceae termasuk kedalam ordo Zingiberales yang semua anggotanya berupa herba perennial. Anggota suku ini memiliki ciri khas pada rimpangnya yang mengandung minyak menguap dan berbau aromatik (Ernawati, 2001). Zingiberaceae merupakan tumbuhan dasar dari hutan tropis yang banyak ditemukan tumbuh ditempat rindang dan lembab, sebagian jenis ditemukan di hutan sekunder dan hutan terbuka (Sirigrusa, 1999).

2.2 Distribusi Zingiberaceae

Zingiberaceae tumbuh pada ketinggian 0 hingga lebih dari 2000 mdpl, dan paling banyak di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi dan tempat-tempat lembab. Beberapa jenisnya ditemukan di hutan sekunder, hutan yang terbuka, pinggir sungai, rawa-rawa dan terkadang tumbuh di daerah terbuka dengan cahaya matahari penuh. Beberapa jenis dari Etlingera tumbuh di hutan sekunder atau lokasi hutan yang terbuka (Larsen et al, 1999; Poulsen, 2006).

Pendapat mengenai jumlah jenis Zingiberaceae yang telah diketahui sangat bervariasi. Lawrence (1964) mengemukakan bahwa Zingiberaceae mempunyai 47 genera dengan 1400 spesies yang tersebar disepanjang daerah tropis dan subtropis.

Keng (1978) melaporkan sekitar 50 marga telah tercatat sepanjang daerah tropis.

Lebih dari 20 marganya merupakan tumbuhan asli dari Malaya. Tjitrosoepomo

(16)

(1988) menuliskan sekitar 1400 jenis dari 40 marga telah ditemukan di dunia dan sebagian besarnya terdapat di daerah tropis. Selanjutnya Sirirugsa (1999) melaporkan didunia secara total terdapat 52 genera dengan 1,500 jenis, Cina 21 genera dengan 200 jenis, India 18 genera dengan 120 jenis, Indochina 14 genera 120 jenis, Malesia 25 genera dengan 650 jenis, Nepal 11 genera dengan 35 jenis, Filipina 15 genera 103 jenis dan Thailand 20 genera dengan 200 jenis.

Jumlah dan distribusi jenis Zingiberaceae di Sumatera juga telah dilaporkan Miquel (1862) yang menyatakan bahwa di Sumatera terdapat 29 jenis Zingiberaceae.

Selanjutnya Newman et al. (2004) dalam ‘Checklist of the Zingiberaceae of Malesia’

mencatat 76 jenis Zingiberaceae di Sumatera yang antara lain dikoleksi dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau dan Sumatera Barat.

Lawrence (1964) mengemukakan bahwa tumbuhan Zingiberaceae tersebar luas mulai dari wilayah tropik sampai dengan sub tropik. Kebanyakan Zingiberaceae merupakan tumbuhan teresterial, dapat tumbuh di daerah pembuangan sampah, di daerah dengan sinar matahari yang cukup, tetapi ada juga yang epifit, seperti Hedychium longicornatum (Larsen et al., 1999).

2.3 Kegunaan Zingiberaceae

Zingiberaceae di Indonesia secara umum dikenal dengan jahe-jahean.

Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sejak dulu hingga sekarang karena mempunyai potensi ekonomi yang penting yaitu sebagai obat tradisional seperti jamu, bahan ramuan (herbal medicine), rempah-rempah, bumbu masak, toner rambut, bahan minuman, sayuran dan penyedap makanan. Lebih dari 60 jenis Zingiberaceae yang umum dimanfaatkan oleh masyarakat lokal Indonesia, baik jenis yang sudah dibudidaya maupun jenis-jenis liar dari hutan (Lawrence, 1964; Heyne, 1987; Larsen et al., 1999).

Pengetahuan masyarakat dari berbagai etnis tentang pemanfaatan suku Zingiberaceae sebagai obat tradisional umumnya diperoleh secara turun temurun atau ada juga diperoleh dari tetangga atau media massa. Bagian yang digunakan sebagai bahan obat sebagian besar yaitu rimpang dari tanaman tersebut (Nugroho, 1998).

Selain untuk tanaman obat, Zingiberaceae merupakan sumber penghasil minyak esensial, tanaman industri dan bahan bumbu. Tiga jenis diantaranya sudah

(17)

umum diperdagangkan dan dibudidayakan yakni Zingiber officinale (jahe), Curcuma domestica (kunyit) dan Elatteria cardamomum (garda munggu atau kapulaga) (Nurainas, 2007).

2.4 Morfologi Zingiberaceae

Secara morfologi, Zingiberaceae terbagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

2.4.1 Rimpang

Rimpang pada suku zingiberaceae tumbuh secara horizontal di sepanjang permukaan atau di dalam tanah. Rimpang pada marga Hedychium ditemukan berbentuk memanjang, ditemukan bercabang pada Zingiber. Pada marga Kaempferia, Globba dan marga lainnya yang berukuran kecil, rimpang ditemukan berukuran kecil dan pendek. Pada marga Boesenbergia ditemukan berbentuk bulat dan keras. Pada beberapa marga seperti Amomum, Geostachys dan Hornstedtia, rimpang tumbuh di atas permukaan tanah dengan didukung stilt root.

Bagian ujung dari rimpang atau percabangan tumbuh ke atas dan menjadi batang yang berdaun yang disebut pseudostem. Pada beberapa jenis rimpang tumbuh lebih dari satu meter dari lantai hutan (Kress et al., 2002; Larsen dan Larsen, 2006;

Poulsen, 2006).

2.4.2 Daun

Daun pada suku zingiberaceae termasuk jenis daun tunggal. Letak daun tersusun berselang-seling dalam dua baris, dengan pelepah yang menutupi batang, sebagian jenis dengan tangkai daun (petiolus), selain itu juga terdapat lidah daun (ligula) yang terletak pada pertemuan antara helaian daun (lamina) dengan tangkai daun atau antara helaian daun dengan pelepah daun (vagina). Bentuk dan ukuran ligula berbeda-beda pada setiap marganya. Bentuk bangun daun lanset, bulat telur atau memanjang dengan satu ibu tulang daun (midrib). Pertulangan daun menyirip, sejajar satu dengan yang lainnya (Henderson, 1954; Pandey, 2003).

(18)

2.4.3 Bunga

Perbungaan pada suku zingiberaceae muncul di ujung batang semu, di ketiak daun dan muncul dari rimpang, biasanya berupa rangkaian atau bulir, berwarna mencolok. Bunga biseksual, epigin, zygomorf. Kelopak biasanya berbentuk tabung, tipis, bercelah pada satu sisi, terkadang seperti seludang, ujung bergigi 3 atau bercuping. Mahkota berbentuk tabung dengan 3 cuping saling berlepasan (Handayani, 2018) (Gambar 2.1).

Gambar 1 Bunga Zingiberaceae. A. Etlingera sp., 1. kepala putik, 2. kepala sari, 3. bibir, 4. helai mahkota, 5. kelopak bunga, 6. bakal buah. B. Globba sp., 1. kepala putik , 2. Benang sari fertil, 3. tangkai putik, 4. Tangkai sari, 5.

bibir, 6. Benang sari steril, 7. helai mahkota, 8. tabung mahkota bunga 9.

kelopak, 10. bakal buah, 11. brakteola. C. Zingiber sp., 1. kepala sari, 2.

Tangkai sari, 3. helai mahkota, 4. bibir, 5. tabung nektar, 6. Bakal buah (Smith, 1981; Kittipanangkul & Ngamriabsakul, 2006).

Nurainas dan Yunaidi (2007) mengemukakan bahwa letak perbungaan Zingiberaceae yaitu muncul langsung dari rimpang, dari ketiak daun dan dari ujung batang, mempunyai braktea primer yang tersusun saling tumpang tindih.

Tjitrosoepomo (2002) mengemukakan bahwa bunga terpisah-pisah, tersusun dalam bunga majemuk tunggal dan berganda, kebanyakan bunga banci, zigomorf atau asimetrik, hiasan bunga dapat dibedakan dalam kelopak dengan 3 daun kelopak dan

(19)

mahkota yang terdiri atas 3 daun mahkota yang berlekatan, pada bagian bawahnya membentuk suatu buluh dengan bentuk dan warna yang kadang-kadang cukup atraktif, benang sari 1 dengan 3-5 benang sari mandul yang kadang-kadang bersifat seperti daun mahkota, tangkai putik di ujung, tidak berbagi, bebas atau bergigi 2.

Bakal buah tenggelam, beruang 3, jarang 2 dengan tembuni di ketiak atau beruang satu dengan tembuni pada dinding atau pada dasarnya, buah kendaga yang berkatup tiga atau berdaging tidak membuka. Bakal biji banyak, biji bulat atau berusuk, mempunyai salut biji dan endosperm banyak.

2.4.4 Buah

Buah berbentuk kapsul, kering atau berdaging, terkadang seperti buah beri dan kadang-kadang terbuka menjadi tiga bagian. Warna beraneka macam dengan permukaan licin, kasap, berambut atau berduri (Larsen, 2006; Poulsen, 2006). Buah berkendaga tiga, pecah atau tidak pecah. Jumlah biji bervariasi, dibalut kulit aril, Aril sering bercuping atau terkoyak (Delin, 2000).

2.5. Polinasi dan Penyebaran Biji

Polinasi Zingiberaceae hanya dilakukan dalam beberapa jenis, kupu-kupu dan ngengat memegang peranan penting dalam melakukan polinasi dalam Zingiberaceae (Larsen et al., 1999). Bunga Zingiberaceae umumnya mekar pada pagi hari dan menutup pada sore hari. Pada beberapa jenis Zingiber, bunga mekar pada pagi hari setelah itu menutup beberapa jam kemudian (Holtum, 1950).

Penyebaran biji Zingiberaceae masih sedikit yang diketahui. Penyebaran biji dibantu oleh burung sebagai agen penyebar biji yang berperan aktif. Burung akan tertarik untuk mendatangi biji pada Hedychium saat kapsul biji Hedychium terbuka karena warna bijinya yang mencolok dan berdaging. Burung ini akan menyebarkan biji kemanapun dia terbang. Pada kebanyakan jenis Zingiberaceae, buah tumbuh dekat permukaan tanah dengan arilus biji berwarna putih, yang akhirnya akan disebarkan oleh semut.

(20)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat penelitian

Survei awal telah dilakukan pada tahun 2017 dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2018 di stasiun penelitian Yayasan Ekosistem Lestari Sumatran Orangutan Conservation Progamme (YEL-SOCP) Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara dan dilanjutkan di Laboratorium Sistematika Tumbuhan dan Herbarium Medanense, Universitas Sumatera Utara.

3.2 Deskripsi area 3.2.1 Letak dan luas

Hutan Batang Toru (HBT) memiliki luas 136.000 ha dan terbagi dalam dua Blok yaitu Blok Timur dan Blok Barat. Secara administratif kawasan hutan Batang Toru terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.

Secara geografis berada antara 98°53’ sampai 99° 26’ BT dan 02° 03’ sampai 01°

27’ LU (Lampiran 1). Kawasan hutan Batang Toru Blok Barat seluas 76.000 ha berada antara 98°046’48” sampai 99°017’24” BT dan 10°27’00” sampai 10°59’24”

LU. Lokasi penelitian merupakan kawasan stasiun pemantauan flora dan fauna seluas 12.000 ha yang berada antara 49°93’31’’BT dan 18°63’20’’LU (YEL-SOCP, 2007).

3.2.2 Iklim

Iklim di hutan Batang Toru termasuk iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi berkisar 4.500 sampai 5.000 mm per tahun. Hutan ini berada di wilayah pegunungan, sehingga suhu pada malam hari bisa turun sampai 14˚C, suhu tertinggi pada siang hari 31˚C dan memiliki kelembaban berkisar 33% sampai 95% (YEL- SOCP, 2007).

(21)

3.2.3 Topografi

Kawasan Hutan Batang Toru blok barat merupakan kawasan pegunungan dataran rendah dan tinggi yang memiliki ketinggian 50 sampai 1.875 meter diatas permukaan laut (mdpl) dimana titik terendah berada di Sungai Sipan Sihaporas (dekat Kota Sibolga) dan titik tertinggi berada di Dolok Lubuk Raya. Kelerengan antara 16 sampai 60%, dengan bentang lahan memilki topografi berbukit dan bergelombang (YEL, 2007).

3.2.4 Vegetasi

Hutan Batang Toru memiliki tipe vegetasi yang beragam dan khas hutan gambut pada ketinggian 900 sampai 1.000 mdpl, hutan batu kapur dan terdapat beberapa rawa yang terletak pada ketinggian 800 mdpl. Dominasi vegetasi di Hutan Batang Toru terdiri dari jenis Cemara gunung (Casuarina spp.), Sampinur tali (Dacrydium spp.) dan jenis Mayang (Palaquium spp.). Pada umumnya kawasan hutan ini memiliki vegetasi yang tinggi, namun diameter pohon yang relatif kecil.

Jenis tumbuhan lain yang dapat ditemui yaitu dari jenis-jenis epifit, lumut serta beberapa jenis anggrek dan kantong semar (Nepenthes spp.) (YEL-SOCP, 2007).

3.3 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu papan kerja dan alat tulis (untuk mencatat data), kamera digital (mengambil gambar), tally sheet (mengelompokkan data), meteran kain (mengukur tinggi tanaman), kain hitam (latar belakang foto sampel), karung goni (menyimpan sampel), gunting tanaman (mengambil sampel), oven (mengeringkan spesimen), sasak (mengapit spesimen), hygrometer (mengukur suhu dan kelembaban udara), thermometer (suhu udara), termometer tanah (mengukur suhu tanah), soil pH (mengukur pH tanah), lux meter (mengukur intensitas cahaya), altimeter (mengukur ketinggian tempat) serta titik kordinat dengan GPS (Global Positioning System).

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu alkohol 70% (mengawetkan spesimen), koran (menyimpan spesimen), spidol (memberi tanda), label gantung (kode spesimen), plastik ukuran 15 kg (mengemas spesimen), lakban coklat

(22)

(mengeratkan plastik) dan buku identifikasi (mengidentifikasi jenis tanaman yang ditemukan) (Lampiran 4).

3.4 Metode penelitian

Penelitian di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode eksplorasi yaitu penjelajahan di sepanjang jalur trek utama yakni jalur A (3000 meter), B (3500 meter), C (4000 meter), H (2600 meter), G (3300 meter), JMK (2400 meter) dan Gua (2600 meter) (Lampiran 2). Pengamatan dan pengoleksian dilakukan di sepanjang jalur track yang sudah ditetapkan sesuai dengan habitat Zingiberaceae. Jenis-jenis Zingiberaceae yang ditemukan, diukur morfologinya (Lampiran 9), difoto, dicatat karakter penting secara detail dan dikoleksi. Koleksi spesimen dilakukan dalam bentuk basah maupun kering. Bagian vegetatif tumbuhan yang berperawakan kecil dikoleksi seluruhnya. Jenis tumbuhan yang berperawakan tinggi, dipisahkan menjadi bagian rimpang, daun bawah, tengah dan ujung. Organ tumbuhan lain seperti bunga, buah dan biji yang akan dijadikan spesimen basah, diawetkan dengan menggunakan alkohol 70% dan dimasukkan ke dalam botol sampel.

Spesimen yang diperoleh di lapangan dibawa ke laboratorium, kemudian dibuka, diganti koran dengan yang baru, diapit dengan sasak, kemudian dikeringkan dalam oven pengering dengan suhu ±600 sampai spesimen kering dan berat spesimen menjadi konstan. Spesimen yang telah kering diidentifikasi di Herbarium Medanense (MEDA). Identifikasi berdasarkan ciri morfologi vegetatif dan generatif.

Pustaka acuan yang digunakan untuk identifikasi antara lain:

a. A Revision of Amomum (Zingiberaceae) in Sumatera (Droop and Newman, 2014).

b. Gingers of Lombok (Poulsen et al., 2012).

c. Gingers of Peninsular Malaysia dan Singapura (Larsen, 2006).

d. Gingers of Sarawak (Poulsen, 2006).

e. Panduan Lapangan Jahe-jahean Liar Di Taman Nasional Siberut (Nurainas dan Yunaidi, 2006).

f. Panduan Lapangan Zingiberaceae Di Hutan Sibayak Sumatera Utara (Siregar et al., 2008).

g. Taxonomy of Globba (Zingiberaceae) in Sumatra, Indonesia (Takano and Okada, 2003).

(23)

h. The Genus Etlingera (Zingiberaceae) in Peninsular Malaysia Including a New Species (Khaw, 2001).

3.5 Analisa data

Data jenis-jenis Zingiberaceae disajikan dalam bentuk tabel jenis, deskripsi morfologi, gambaran habitat dan kunci identifikasi secara umum dari masing-masing jenis Zingiberaceae yang ditemukan.

(24)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-jenis Zingiberaceae

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat diperoleh 18 jenis jahe-jahean yang termasuk ke dalam 10 marga yaitu Alpinia, Amomum, Boesenbergia, Camptandra, Conamomum, Etlingera, Globba, Hornstedtia, Meistera dan Zingiber (Tabel 4.1). Pada penelitian ini ditemukan dua jenis rekaman baru untuk Sumatera yaitu Alpinia hansenii dan Boesenbergia belalongensis

Tabel 4.1 Jenis-jenis Zingiberaceae di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara

Keterangan:

⁕ : jenis rekaman baru untuk Sumatera + : ditemukan

- : tidak ditemukan

Marga Jenis Habitat

Teresterial Epifit

Alpinia Alpinia hansenii* + -

Alpinia scabra + -

Amomum Amomum centrocephalum + -

Amomum cerasinum + -

Amomum citrinum + -

Amomum hastilabium + -

Boesenbergia Boesenbergia belalongensis* + -

Camptandra Camptandra sp. + +

Conamomum Conamomum xanthophlebium + -

Etlingera Etlingera coccinea + -

Globba Globba leuchanta + -

Globba multifolia + +

Globba patens + -

Globba pendula + -

Hornstedtia Hornstedtia leonurus + -

Hornstedtia tomentosa + -

Meistera Meistera gyrolophos + -

Zingiber Zingiber puberulum + -

(25)

Dari Tabel 4.1 diketahui marga Amomum dan Globba mempunyai jumlah jenis terbanyak yaitu masing-masing empat jenis diikuti marga Alpinia dan Hornstedtia masing-masing dua jenis dan marga Boesenbergia, Camptandra, Conamomum, Etlingera, Meistera dan Zingiber masing-masing satu jenis. Pada penelitian ini ditemukan tiga jenis Zingiberaceae sebagai rekaman baru untuk Sumatera yaitu Alpinia hansenii, Boesenbergia belalongensis dan Conamomum xanthoplebium, jenis-jenis ini sebelumnya hanya ditemukan di wilayah Borneo, Sabah dan Sarawak.

Zingiberaceae yang ditemukan di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat diketahui masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan total marga keseluruhan yaitu sebanyak 40 marga dengan jumlah jenis lebih dari 1200 jenis (Nurainas dan Yunaidi, 2006). Jumlah Zingiberaceae yang ditemukan di lokasi penelitian tergolong tinggi jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Siagian (2010), di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden yang memperoleh enam marga dengan 10 jenis.

Perbedaan jumlah Zingiberaceae yang diperoleh di dua lokasi penelitian tersebut salah satunya disebabkan oleh perbedaan luas hutan yang dapat dijelajah sesuai dengan habitat Zingiberaceae. Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden memiliki luas hutan lebih kurang 1.890 ha dengan ketinggian 1700 mdpl dan faktor lingkungan seperti kelembaban udara 73 sampai 91% dengan intensitas cahaya matahari berkisar antara 120 sampai 312 Candela. Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat memiliki luas hutan lebih kurang 76.000 ha dan lokasi penelitian merupakan kawasan yang termasuk ke dalam hutan dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 669 sampai 1.875 mdpl. Hal ini sesuai dengan pendapat Pandey (2003), yang mengemukakan bahwa suku Zingiberaceae dapat hidup pada ketinggian lebih dari 2000 mdpl sehingga lokasi penelitian ini mendukung sebagai tempat tumbuhnya Zingiberaceae. Kawasan penelitian memiliki faktor lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan Zingiberaceae seperti kelembaban udara 33% sampai 95% dan curah hujan yang tinggi berkisar 3.500 sampai 5.000 mm per tahun. Nurainas dan Yunaidi (2006), mengemukakan bahwa habitat yang disenangi oleh suku Zingiberaceae ini umumnya di tempat-tempat yang lembab, sedikit ternaungi dan beberapa jenis hidup di daerah hutan yang sedikit terbuka dengan cahaya matahari penuh.

(26)

4.2 Morfologi Zingiberaceae 4.2.1 Habitat

Jenis-jenis Zingiberaceae ditemukan pada dua tipe habitat yaitu teresterial dan epifit. Habitat teresterial ditemukan pada dua jenis substrat yaitu tanah dan batu.

Habitat epifit ditemukan menempel pada pohon.

Gambar 4.1 Habitat Zingiberaceae; habitat teresterial pada Boesenbergia sp (A), habitat teresterial di batu pada Meistera gyrolophos (B), habitat epifit pada Globba multifolia (C).

Pada penelitian ini ditemukan 16 jenis dengan habitat teresterial yaitu (Alpinia hansenii, Alpinia scabra, Amomum centrocephalum, Amomum cerasinum, Amomum hastilabium, Amomum citrinum, Boesenbergia belalongensis, Conamomum xanthoplebium, Globba leuchanta, Globba patens, Globba pendula, Hornstedtia leonurus, Hornstedtia tomentosa, Zingiber puberulum). Jenis Meistera gyrolophos ditemukan tumbuh di permukaan tanah dan menempel pada batu, beberapa individu dari jenis ini ada yang ditemukan di atas permukaan tanah. Pada habitat epifit atau menempel pada pohon ditemukan dua jenis yaitu Camptandra sp. dan Globba multifolia.

Jenis- jenis Zingiberaceae ditemukan pada ketinggian 600 sampai 800 mdpl.

Jenis Zingiberaceae juga ditemukan di daerah pinggiran hutan serta daerah terbuka dengan cahaya matahari penuh (Gambar 4.1). Sebagian besar jenis-jenis Zingiberaceae ditemukan di dalam hutan, satu jenis ditemukan di daerah pinggiran hutan (Etlingera coccinea).

4.2.2 Rimpang

Posisi rimpang dari jenis-jenis Zingiberaceae dapat dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu jenis-jenis dengan rimpang di atas permukaan tanah dengan stilt root

A B

B C

A

(27)

(akar penunjang) dan rimpang di bawah permukaan tanah (Gambar 4.2). Jenis-jenis yang mempunyai rimpang di atas permukaan tanah yaitu Amomum centrocephalum, Amomum citrinum dan Hornstedtia tomentosa, sedangkan jenis-jenis lainnya memiliki rimpang di bawah permukaan tanah.

Pada umumnya daging rimpang Zingiberaceae memiliki dua jenis yang berbeda yaitu rimpang lunak dan rimpang keras. Pada penelitian ini diperoleh tujuh jenis dengan rimpang lunak (Camptandra sp. Globba multifolia, Globba leuchanta, Globba patens, Globba pendula dan Zingiber puberulum), 11 jenis dengan rimpang keras (Alpinia hansenii, Alpinia scabra, Amomum centrocephalum, Amomum hastilabium, Amomum citrinum, Boesenbergia belalongensis, Conamomum xanthoplebium, Etlingera coccinea, Hornstedtia leonurus, Hornstedtia tomentosa dan Meistera gyrolophos) (Gambar 4.3).

Gambar 4.2 Posisi rimpang; rimpang di bawah permukaan tanah pada Conamomum xanthoplebium (A), rimpang di atas permukaan tanah dengan stilt root pada Amomum citrinum (B).

Gambar 4.3 Daging rimpang; rimpang dengan daging lunak pada Zingiber puberulum (A), rimpang dengan daging keras pada Etlingera coccinea (B).

A B

A B

(28)

4.2.3 Daun

Daun pada suku Zingiberaceae memiliki tipe daun tunggal dengan bangun daun bervariasi yaitu jorong, lanset dan memanjang. Bentuk daun jorong terdapat pada marga Camptandra dan Globba, bentuk memanjang pada marga Hornstedtia dan lanset pada jenis Conamomum xanthoplebium dan Alpinia scabra.

4.2.4 Tipe Perbungaan

Perbungaan dari suku Zingiberaceae berdasarkan tempat munculnya bunga dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu dari rimpang (radicalis) dari ketiak daun (aksilaris) dan dari ujung batang (terminalis) (Gambar 4.5). Perbungaan terminalis ditemukan pada jenis Alpinia scabra, Globba leuchanta, Globba patens, Globba pendula, Globba multifolia. Perbungaan aksilaris ditemukan pada jenis Boesenbergia sp. dan Alpinia hansenii. Jenis lainnya memiliki perbungaan radicalis. Perbungaan radicalis berasal dari rimpang yang dekat dengan permukaan tanah, perbungaan ini ditemukan pada jenis Amomum centrocephalum, Amomum cerasinum, Amomum hastilabium, Amomum citrinum, Conamomum xanthoplebium, Etlingera coccinea, Gambar 4.4 Bangun daun; bangun jorong pada Camptandra sp. (A), bangun

memanjang pada Hornstedtia leonurus (B), bangun jorong pada Globba pendula (C), bangun lanset pada Conamomum xanthoplebium (D).

A B

A

C D

B A

(29)

Hornstedtia leonurus, Hornstedtia tomentosa, Meistera gyrolophos, Zingiber puberulum.

Perbedaan bunga Zingiberaceae berdasarkan arah tumbuhnya dibagi menjadi dua yaitu arah tumbuh bunga menggantung dan tegak lurus atau condong ke atas.

4.2.5 Buah

Bentuk buah pada suku Zingiberaceae secara keseluruhan berbentuk bulat.

Permukaan buah bervariasi, pada jenis Alpinia scabra dan Amomum cerasinum permukaan buah licin. Permukaan buah pada Amomum cerasinum kasap, terdapat garis-garis pada permukaannya dan ketika buah dibelah akan terlihat seperti memiliki ruang pada bagian dalamnya dan sama halnya dengan permukaan buah pada marga Globba (Gambar 4.6)

Gambar 4.6 Bentuk buah pada suku Zingiberaceae; bentuk bulat dengan permukaan buah licin pada Alpinia scabra (A), bentuk bulat dengan permukaan buah memiliki garis-garis dan memiliki ruang pada bagian dalam pada Amomum cerasinum (B), bentuk bulat berkendaga tiga Globba pendula (C).

Gambar 4.5 Tipe perbungaan pada suku Zingiberaceae; perbungaan dari ketiak daun pada Boesenbergia belalongensis (A), perbungaan dari rimpang pada Amomum centrocephalum (B), perbungaan dari ujung batang pada Globba leuchanta (C).

A

A B

B B A

B

B C

B

C

(30)

4.3 Ekologi Zingiberaceae

Jenis-jenis Zingiberaceae secara umum menempati habitat yang bervariasi mulai dari ketinggian 669 sampai 1010 mdpl dengan kelembaban udara berkisar 86 sampai 99%, intensitas cahaya matahari berkisar 125 sampai 78 Candela dan curah hujan berkisar 3500 sampai 4000 mm/tahun. Habitat yang ditempati suku Zingiberaceae mulai dari dalam hutan, daerah pinggiran hutan dan daerah terbuka dengan cahaya matahari penuh. Pada umumnya jenis-jenis Zingiberaceae yang ditemukan menempati daerah sekitar alur sungai, sedangkan daerah yang relatif kering ditempati oleh Etlingera coccinea. Hal ini sesuai dengan pendapat Larsen (2000), yang menyatakan bahwa marga Etlingera tumbuh mengelompok di tempat- tempat yang lembab, hutan sekunder dan hutan terbuka.

Keanekaragaman dan kelimpahan jenis-jenis Zingiberaceae dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti ketinggian, suhu udara, intensitas cahaya, dan kelembaban udara. Data ekologi Zingiberaceae di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat menunjukkan suhu udara berkisar 21 sampai 23°C, kelembaban berkisar 84 sampai 99%, pH tanah berkisar 6 sampai 6,7, intensitas cahaya berkisar 125 sampai 578 Candela (Lampiran 7). Dari hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa kondisi lokasi penelitian tergolong lembab dengan pH tanah sesuai untuk pertumbuhan dan penyebaran tumbuhan Zingiberaceae. Hal ini terkait dengan pendapat Suprapti (2003), yang mengemukakan bahwa kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan jahe optimum adalah 25 sampai 30 ºC. Suhu di atas 35 ºC akan membuat daun mengering, sedangkan makin rendah suhu maka umur tanaman akan semakin panjang. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) 4.3 sampai 7.4, tetapi pH optimum untuk jahe adalah 6.8 sampai 7.0 (Effendi, 2000).

Curah hujan di stasiun penelitian sekitar 3500 sampai 5000 mm/tahun.

Banyaknya jenis-jenis Zingiberaceae yang tersebar di lokasi ini diduga salah satunya karena memiliki curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan jenis Zingiberaceae.

Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2000), yang mengemukakan bahwa daerah- daerah dengan jumlah curah hujan tahunan 2500 sampai 4000 mm dengan bulan basah 7 sampai 9 bulan baik untuk pertumbuhan suku Zingiberaceae.

(31)

4.4 Kunci Identifikasi

4.4.1 Kunci identifikasi marga

1. a. Herba epifit ... 2 b. Herba teresterial ... 3 2. a. Daun bulat telur, kepala sari bebas appendage ... Camptandra b. Daun jorong, kepala sari dengan appendage ... Globba 3. a. Rimpang bebas stilt root... 4 b. Rimpang memiliki stilt root ... 5 4. a. Tangkai daun setengah lingkaran ... Boesenbergia b. Tangkai daun bulat ... 6 5. a. Bibir bunga lebih panjang dari tenda bunga ... Amomum b. Bibir bunga sama panjang dengan tenda bunga ... Hornstedtia 6. a. Perbungaan bebas konus, bunga terminal atau aksilar ... Alpinia b. Perbungaan dengan konus, bunga dari rimpang ... 7 7. a. Braktea steril menghasilkan 1 bunga ... Etlingera b. Braktea steril menghasilkan > 1 bunga ... 8 8. a. Pangkal tangkai daun membengkak, ligula terbelah ... Zingiber b. Pangkal tangkai daun rata, ligula membulat ... 9 9. a. Jarak antar shoot ≤ 5 cm, braktea membulat ... Meistera b. Jarak antar shoot > 5 cm, braktea meruncing ... Conamomum

4.4.2 Kunci identifikasi jenis

1. a. Tumbuhan kecil, tinggi ≤ 50 cm ... 2 b. Tumbuhan besar, tinggi > 50 cm ... 11 2. a. Herba epifit ... 3 b. Herba teresterial ... 4 3. a. Daun bulat telur, pertulangan melengkung ... Camptandra sp.

b. Daun jorong, pertulangan menyirip ... Globba multifolia 4. a. Rimpang lunak, panjang daun ≤ 15 cm ... 5 b. Rimpang keras, panjang daun >15 cm ... 7 5. a. Tumbuh bunga menggantung, jumlah apendiks 2... Globba pendula

(32)

b. Tumbuh bunga condong ke atas, jumlah apendiks 4 ... 6 6. a. Permukaan atas daun licin, rimpang tunggal ... Globba leuchanta b. Permukaan atas daun berbulu halus ... Globba patens 7. a. Perbungaan dari batang, jarak antar shoot > 5 cm ... Boesenbergia sp.

b. Perbungaan dari rimpang, jarak antar shoot ≤ 5 cm ... 8 8. a. Pangkal tangkai daun membengkak ... Zingiber multibracteatum b. Pangkal tangkai daun rata ... 9 9. a. Herba berumpun, bibir bunga runcing ... Etlingera coccinea b. Herba soliter, bibir bunga rata ... 10 10. a. Bentuk braktea membulat, ... Meistera gyrolophos b. Bentuk braktea runcing ... 12 11. a. Rimpang dengan stilt root ... 13 b. Rimpang bebas stilt root ... Conamomum xanthoplebium 12. a. Konus membentuk fusiformis ... Hornstedtia tomentosa b. Konus membentuk silinder ... 14 13. a. Perbungaan dari batang, pangkal daun asimetris ... Alpinia scabra b. Perbungaan dari rimpang, pangkal daun simetris ... 15 14. a. Buah berkendaga tiga, jumlah ≤ 20 ... Amomum cerasinum b. Buah bulat, jumlah > 20 ... Amomum citrinum 15. a. Panjang ligula > 10 cm, ujung meruncing ... Hornstedtia leonurus b. Panjang ligula ≤ 10 cm, ujung membulat ... 16 16. a. Perbungaan bebas konus, perbungaan dari batang ... Alpinia hansenii b. Perbungaan dengan konus, perbungaan dari rimpang ... 17 17. a. Braktea saling menutupi satu sama lain ... Amomum hastilabium b. Braktea terpisah satu sama lain ... Amomum centrocephalum

(33)

4.5 Deskripsi Jenis-jenis Zingiberaceae di Hutan Batang Toru Blok Barat 4.5.1 Alpinia hansenii R. M. Sm.

Teresterial. Herba. Tinggi 202 sampai 230 cm. Rimpang lunak, menjalar di bawah permukaan tanah, sisik licin, putih kekuningan, daging beraroma lembut.

Jarak antar shoot 15 cm. Stilt root tidak ditemukan. Pseudostem bulat, licin, tinggi 25 cm, diameter 4 sampai 5 cm, hijau, jumlah daun 4 sampai 8, pelepah hijau, pipih, panjang 37 cm. ligula membulat, licin, panjang 0,3 cm, hijau kemerahan. Lembaran daun lanset, 40x6 cm, pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas dan bawah berbulu, hijau, jumlah 7 sampai 12 lembar . Tangkai daun pipih, hijau kekuningan, panjang 12 cm. Perbungaan aksilar, bunga mekar 2. Tangkai bunga kuning, licin, panjang 3 cm. Kelopak memanjang, ujung tumpul, putih, panjang 5 cm, lebar 1 sampai 1,5 cm, permukaan licin. Mahkota memanjang, merah, panjang 3 cm, lebar 0,5 sampai 1 cm, permukaan licin. Lip bentuk lanset, merah, panjang 2 cm, lebar 0,3 cm, ujung tumpul, pangkal rata, tepi putih, bagian tengah merah. Benang sari merah, panjang 1 cm. Tangkai sari putih kekuningan, panjang 0,6 cm. Kepala sari putih. Putik putih kekuningan, panjang 4 cm. Tangkai putik putih, panjang 1,8 cm (Lampiran 6.1).

Spesimen : MM 19

Distribusi : Indonesia (Sumatera: rekaman baru), Malaysia (Sabah dan Sarawak) (Poulsen, 2006)

Habitat dan Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 781 mdpl.

4.5.2 Alpinia scabra (Blume) Naves.

Teresterial. Herba. Tinggi 250 sampai 300 cm. Rimpang lunak, kecil, menjalar di bawah permukaan tanah, sisik licin, putih kekuningan, daging beraroma lembut. Jarak antar shoot 3 cm. Stilt root tidak ditemukan. Pseudostem bulat, hijau kekuningan, tinggi 3 sampai 5 cm, pelepah tipis, beralur, permukaan atas hijau, permukaan bawah hijau pucat, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 22 cm, ligula membulat, licin, panjang 0,5 cm, hijau. Lembaran daun lanset, 46x9 cm, pangkal asimetris, ujung runcing, tepi rata, hijau, permukaan atas beralur, permukaan bawah licin, jumlah 16 sampai 20. Tangkai daun pipih, hijau

(34)

kecoklatan, pangkal rata, panjang 3 cm. Bunga tidak ditemukan. Buah bulat, hijau kehitaman, permukaan licin, panjang 0 sampai 5 mm, diameter 2 cm, jumlah 45 sampai 60 (Lampiran 6.2).

Spesimen : MM 12, MM 20

Distribusi : Indonesia (Sumatera dan Jawa), Peninsular Malaysia dan Thailand.

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun besar di pinggiran hutan dan di sekitar alur sungai dengan ketinggian 741 sampai 910 mdpl.

4.5.3 Amomum cerasinum Ridl.

Teresterial. Herba. Tinggi 450 sampai 500 cm. Rimpang keras dan berkayu, bulat, di bawah permukaan tanah, sisik licin, coklat, berdaging, putih, beraroma asam. Jarak antar shoot 7 cm. Stilt root tidak ditemukan. Pseudostem bulat, hijau, tinggi 25 cm, diameter pangkal 3,5 cm, pelepah tipis, licin, panjang cm, hijau, ligula membulat, hijau, permukaan licin, panjang 0,1 cm. Lembaran daun lanset, 30 sampai 60 cm, hijau, permukaan atas beralur, permukaan bawah licin, pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata, jumlah 15 sampai 20 lembar.

Tangkai daun pipih, pangkal rata, hijau, panjang 6 cm. Bunga tidak ditemukan.

Buah bundar, muncul dari rimpang, di atas permukaan tanah, panjang 5 sampai 6 cm, diameter 6 sampai 10 cm, permukaan beralur, hijau, jumlah 10 sampai 15 (Lampiran 6.3).

Spesimen : MM 21

Distribusi : Brunei, Indonesia (Jawa, Sumatera), Malaysia (Sabah dan Sarawak)

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun besar di pinggiran hutan dan di sekitar alur sungai pada ketinggian 809 mdpl.

4.5.4 Amomum centrocephalum A. D. Poulsen

Teresterial. Herba, berumpun. Tinggi kurang lebih 205 cm. Rimpang keras, kecil, menjalar di atas permukaan tanah, coklat muda, sisik licin, coklat, berdaging, coklat, tidak beraroma. Jarak antar shoot 3,5 cm. Stilt roots licin, coklat, tinggi 5

(35)

sampai 8 cm. Pseudostem bulat, coklat, tinggi 1,5 sampai 4 cm, diameter pangkal 1,8 cm, pelepah tipis, licin, panjang 25 cm, hijau, ligula membulat, berupa selaput keras, licin, hijau, panjang 0,3 cm Lembaran daun memanjang, licin, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas dan bawah daun licin, panjang 22,5x10 cm, jumlah 17 sampai 25. Tangkai daun hijau kecoklatan, tipis, licin, panjang 0,8 cm. Perbungaan muncul dari rimpang, seperti bongkol membentuk konus, tersusun dari beberapa braktea berwarna merah, ujung braktea meruncing, panjang 4,2 cm, jumlah 1, bunga mekar present. Tangkai bunga merah muda, sisik meruncing, panjang 5 cm. Kelopak bentuk lanset, ujung runcing, merah muda, panjang 2,3 cm, lebar 0,4 cm, permukaan licin. Mahkota bentuk lanset, merah, panjang 2,2 cm, lebar 0,3 cm, permukaan licin. Lip lanset, merah, panjang 2,1 cm, lebar 0,3 cm, ujung runcing putih, pangkal rata, tepi putih, bagian tengah merah.

Benang sari merah, panjang 4 mm. Tangkai sari panjang 2 mm. Kepala sari panjang 2 mm. Putik putih kekuningan. Tangkai putik berbulu halus. Kepala putik patah (Lampiran 6.4).

Spesimen : MM 33, MM 15, MM 14

Distribusi : Indonesia (Sumatera), Malaysia (Sabah dan Sarawak) Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun besar di pinggiran hutan dan di

sekitar alur sungai pada ketinggian 809 sampai 1003 mdpl.

4.5.5 Amomum citrinum (Ridl.) Holttum.

Teresterial. Herba, berumpun, Tinggi 200 sampai 250 cm. Rimpang keras dan berkayu, panjang mejalar, di atas permukaan tanah, putih, sisik licin, coklat, berdaging, putih, beraroma asam. Jarak antar shoot 9,5 cm. Stilt root hijau kecoklatan, tinggi 30 cm. Pseudostem bulat, hijau, diameter 1 sampai 3,5 cm, panjang 1 m, pelepah pipih, licin, hijau, panjang 7 cm, ligula runcing, panjang 1,5 cm, permukaan licin, hijau. Lembaran daun memanjang, 40x15 cm, hijau, permukaan atas licin, permukaan bawah licin, pangkal asimetris, ujung meruncing, tepi rata, jumlah 12 sampai 15 lembar. Tangkai daun pipih, hijau, panjang 1 cm.

Perbungaan muncul dari rimpang. Bunga tidak ditemukan. Buah muncul dari

(36)

rimpang, di atas permukaan tanah, terbungkus oleh braktea, diameter 0,5 sampai 3 mm, permukaan licin, hijau, jumlah 40 sampai 50 buah (Lampiran 6.5).

Spesimen : MM 26

Distribusi : Indonesia (Sumatera) dan Malaysia (Perak)

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun besar di dalam hutan terbuka dan sedikit ternaungi pada ketinggian 1010 mdpl.

4.5.6 Amomum hastilabium Ridl.

Teresterial. Herba, berumpun. Tinggi lebih kurang 205 sampai 300 cm.

Rimpang keras dan berkayu, bulat, di bawah permukaan tanah, sisik licin, putih kekuningan, tidak beraroma. Jarak antar shoot 7 sampai 8 cm. Stilt root tidak ditemukan. Pseudostem bulat, coklat, tinggi 14 cm, diameter 1,5 sampai 3 cm, pelepah pipih, licin, panjang 35 cm, hijau, ligula membulat dan membelah, beralur, pipih, hijau, panjang 1,5 cm Lembaran daun memanjang, 52x17 cm, hijau kekuningan, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, jumlah 16 sampai 20.

Tangkai daun pipih, hijau, panjang 2,2 cm. Perbungaan muncul dari rimpang, seperti bongkol membentuk konus, tersusun dari beberapa braktea berwarna coklat, ujung braktea meruncing, panjang 11 cm, jumlah 1, bunga mekar ada. Tangkai bunga putih sampai kuning, panjang 2 sampai 3 cm. Kelopak lanset, ujung meruncing, kuning, panjang 3 sampai 5 cm, 2 sampai 3 cm, permukaan licin.

Mahkota bentuk lanset, kuning, panjang 3 cm, lebar 2 cm, permukaan licin. Lip lanset, kuning, panjang 2 cm, lebar 2 cm, ujung runcing putih, pangkal rata, tepi putih, bagian tengah merah. Benang sari kuning. Tangkai sari kuning kemerahan, panjang 3 cm. Kepala sari coklat kemerahan, panjang 1,2 cm (Lampiran 6.6).

Spesimen : MM 18

Distribusi : Indonesia (Sumatera)

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun kecil di dalam hutan sedikit terbuka pada ketinggian 804 mdpl.

(37)

4.5.7 Boesenbergia belalongensis A.D Poulsen.

Teresterial. Herba, soliter. Tinggi 75 sampai 85 cm. Rimpang keras, bulat, kecil, pendek menjalar, di bawah permukaan tanah, sisik kasar, coklat, berdaging, putih, tidak beraroma. Jarak antar shoot 4 sampai 8 cm. Stilt root tidak ditemukan.

Pseudostem bulat, hijau, tinggi 15 cm, diameter pangkal 4 sampai 7 cm, pelepah pipih, licin, hijau kemerahan, panjang 7 sampai 9 cm, ligula rata, tipis, panjang 0.6 sampai 1,4 cm atau kadang tidak ditemukan. Lembaran daun lanset, hijau gelap, permukaan atas dan bawah licin, pangkal asimetris, ujung runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, 25x12 cm, jumlah 6. Tangkai daun pipih, hijau kemerahan, permukaan licin, panjang 8 sampai 11 cm, bewarna hijau. Perbungaan di atas permukaan tanah, panjang 11 sampai 20 cm. Tangkai bunga putih, panjang 3 cm.

Mahkota. Kelopak lanset, putih, ujung bergelombang. Lip putih dengan gurat merah pada bagian tengah, ujung, panjang 1 sampai 1,5 cm dan lebar pada bagian ujung 1 sampai 1,5 cm (Lampiran 6.7).

Spesimen : MM 10, MM 11

Distribusi : Brunei dan Indonesia (Sumatera: rekaman baru)

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun kecil di hutan rawa tidak permanen pada ketinggian 906 sampai 907 mdpl.

4.5.8 Camptandra sp.

Epifit. Herba, soliter, Tinggi 24 cm. Rimpang lunak, memanjang, di bawah permukaan tanah, pendek menjalar, putih, sisik licin, coklat, tidak beraroma. Jarak antar shoot 1,5 cm. Stilt root tidak ditemukan. Pseudostem bulat, hijau, diameter 0,5 sampai 1 cm, panjang 4 cm, pelepah pipih, licin, hijau, panjang 3 cm, ligula runcing, panjang 1,3 mm, permukaan licin, hijau. Lembaran daun bulat telur, asimetris, panjang 15x8 cm, hijau, permukaan atas licin, permukaan bawah licin, pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata, jumlah 4 sampai 6. Tangkai daun pipih, hijau, panjang 3 cm (Lampiran 6.8).

(38)

Spesimen : MM 28, MM 34 Distribusi : Indonesia (Sumatera)

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun kecil di dalam hutan dan beberapa jenis tumbuh pada habitat epifit di ketinggian 904 sampai 974 mdpl.

4.5.9 Conamomum xanthoplebium Baker.

Teresterial. Herba, berumpun, Tinggi lebih kurang 230 cm. Rimpang berukuran kecil, panjang menjalar, di bawah permukaan tanah, putih, permukaan licin, sisik coklat, daging putih kekuningan, beraroma asam. Jarak antar shoot 10 cm. Stilt root tidak ditemukan. Pseudostem bulat, hijau, tinggi 20 cm, diameter pangkal 2 sampai 3 cm, pelepah tipis, licin, hijau, panjang 28 cm, ligula membulat, tipis, licin, hijau, panjang 1 cm. Lembaran daun lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas dan bawah licin, permukaan atas hijau, permukaan bawah merah, panjang 68x6 cm, jumlah 17 sampai 20. Tangkai daun pipih, hijau, panjang 2 cm. Perbungaan muncul dari rimpang, seperti bongkol membentuk konus, tersusun dari beberapa braktea berwarna merah. Bunga mekar jumlah 2 sampai 3. Tangkai bunga bulat, merah orange, panjang 4 cm. Kelopak bentuk lanset, ujung rata, merah orange, panjang 2 cm, lebar 4 cm, permukaan licin.

Mahkota bentuk lanset, merah kekuningan, panjang 2,2 cm, lebar 2 cm, permukaan licin. Lip bentuk lanset, merah kuning, panjang 4 cm, lebar 3 cm, ujung runcing putih, pangkal rata, tepi putih, bagian tengah merah. Benang sari merah kuning, panjang 1 cm. Tangkai sari putih kekuningan, panjang 0,6 cm. Kepala sari putih.

Putik putih kekuningan, panjang 4 cm. Tangkai putik putih, panjang 1,8 cm (Lampiran 6.9).

Spesimen : MM 29, MM 30, MM 31

Distribusi : Indonesia (Sumatera), Semenanjung Malaya dan Singapura

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun besar di dalam hutan terbuka dan sedikit ternaungi pada ketinggian 890 sampai 912 mdpl.

(39)

4.5.10 Etlingera coccinea (Blume) S. Sakai & Nagam.

Teresterial. Herba, berumpun. Tinggi 500 sampai 600 cm. Rimpang keras, bulat, di bawah permukaan tanah, sisik kasar, cokelat keputihan, berdaging, putih, beraroma lembut. Jarak antar shoot 6 sampai 38 cm. Stilt root tidak ditemukan.

Pseudostem bulat, merah kecoklatan, tinggi 5 cm, diameter 4 cm, pelepah tipis, panjang 30 sampai 55 cm, hijau, ligula membulat, licin, cokelat kemerahan, panjang 1,4 sampai 1,6 cm. Lembaran daun memanjang, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas daun dan bawah licin, hijau, pertulangan jelas, panjang 20 sampai 82 cm, lebar 7 sampai 12,8 cm, jumlah 13 sampai 25. Tangkai daun pipih, hijau, panjang 0,8 cm. Perbungaan dari rimpang, arah tumbuh tegak, berada di atas tanah. Bunga mekar ditemukan, merah, jumlah 5 sampai 10. Braktea steril panjang 7 cm, lebar 3 cm, memanjang, licin, merah. Braktea fertil panjang 9 cm, lebar 2,8 cm, lanset, licin, merah. Brakteola panjang 3 sampai 5 cm, lebar 1 cm, tabung, merah. Kelopak panjang 8 cm, lebar 0,5 cm, tabung, bergigi tiga, licin, merah.

Tabung mahkota panjang 7 cm, merah. Lip panjang 6 cm, lebar 1,5 cm, lanset, pangkal rata, ujung terbelah, merah, tepi merah, tengah kuning. Benang sari putih, panjang 1 cm, lebar 0,45 cm. Tangkai sari merah muda, panjang 0,1 cm. Putik merah muda, panjang 4 cm. Tangkai putik putih, panjang 9 cm. Kepala putik merah muda (Lampiran 6.10).

Spesimen : MM 17

Distribusi : Indonesia (Sumatera, Jawa), Sarawak dan Semenanjung Malaya

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun besar di dalam hutan terbuka dan sedikit ternaungi pada ketinggian 812 mdpl.

4.5.11 Globba leuchanta Miq.

Teresterial. Herba, soliter. Tinggi lebih kurang 110 cm, Rimpang tunggal, lunak berada di dalam tanah, bulat, pendek menjalar, licin, coklat kemerahan, tidak beraroma. Jarak antar shoot tidak ditemukan. Stilt root tidak ditemukan.

Pseudostem hijau, tinggi 2,8 cm, diameter 1,47 cm, permukaan berbulu halus.

pelepah pipih, hijau, panjang 8 cm, ligula runcing, licin, hijau, panjang 0,6 cm.

Lembaran daun memanjang, bagian atas dan bawah hijau dengan permukaan licin,

(40)

pangkal runcing, ujung runcing, tepi bergerigi, pertulangan jelas, panjang 20x9,2 cm, jumlah 11 sampai 15. Tangkai daun hijau, panjang 0,4 cm. Perbungaan dari ujung batang, putih ungu, panjang 25 cm, tangkai bunga hijau, panjang 4 cm, jumlah 4 sampai 5. Benang sari panjang 12 sampai 20 mm. Tangkai sari panjang 3 sampai 4,5 mm. Putik rusak. Buah bulat, hijau pucat, diameter 0,7 mm, jumlah 2 (Lampiran 6.11).

Spesimen : MM 32

Distribusi : Indonesia (Sumatera, Jawa), Semenanjung Malaya dan Thailand

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan kecil hidup secara soliter di daerah lembab dan di daerah pinggiran sungai, tumbuh pada ketinggian 832 mdpl.

4.5.12 Globba multifolia A.Takano & H.Okada

Epifit. Herba, soliter. Tinggi 118 cm. Rimpang lunak, sisik tidak jelas, kulit licin, merah, daging tidak beraroma, putih, Jarak antar shoot 0,3 cm. Stilt root tidak ditemukan. Pseudostem tinggi 7 cm, diameter 0,5 cm, merah, pelepah panjang 4 cm, hijau bertotol merah, ligula membulat, panjang 0,2 cm, licin, hijau bertotol merah. Lembaran daun jorong, panjang 3 sampai 13,3 cm, lebar 1,7 sampai 5 cm, pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas daun kasap, hijau, permukaan bawah daun kasap, hijau, pertulangan jelas, licin, hijau, Jumlah daun 5 sampai 12. Perbungaan dari ujung batang, arah tumbuh tegak, panjang 10 sampai 25 cm, orange, bunga mekar 1 sampai 3. Braktea tidak ditemukan. Brakteola panjang 0,3 cm, lebar 0,2 cm, jorong, orange. Kelopak panjang 0,5 cm, lebar 0,15 cm, tabung, ujung bergigi tiga, licin, orange kecokelatan. Tabung mahkota panjang 1,5 cm, orange. Lip panjang 1,5 cm, lebar 0,5 cm, segitiga, ujung tumpul, pangkal berlekuk, keseluruhan orange bagian tengah cokelat. Benang sari orange, panjang 0,21 cm, lebar 0,1 cm. Tangkai sari orange, panjang 1,2 cm. Appendiks orange, jumlah 4. Putik orange, panjang 4 cm. Tangkai putik orange, panjang 4 cm. Kepala putik bulat, orange (Lampiran 6.12).

Spesimen : MM 06

Distribusi : Indonesia (Sumatera, Jawa), Malaysia (Sabah dan

(41)

Sarawak, dan Thailand

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan kecil hidup secara soliter di daerah lembab dan di daerah pinggiran sungai, kadang tumbuh secara epifit pada ketinggian 900 mdpl.

4.5.13 Globba patens Miq.

Teresterial. Herba, soliter. Tinggi lebih kurang 110 cm, Rimpang lunak, di bawah permukaan tanah, bulat, pendek menjalar, licin, coklat kemerahan, tidak beraroma. Jarak antar shoot 3 sampai 5 cm. Stilt root tidak ditemukan.

Pseudostem tinggi 25 cm, permukaan berbulu halus, hijau kemerahan, diameter 2,3 cm, pelepah tipis, pangkal rata, hijau, panjang 8 cm, ligula runcing, hijau, panjang 0,6 cm, berbulu, bentuk selaput lunak. Lembaran daun jorong, bagian atas dan bawah licin, hijau, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, panjang 20,5x9,2 cm, jumlah 5 sampai 6. Tangkai daun tipis, permukaaan berbulu halus, hijau, panjang 0,4 cm. Perbungaan terminal, kuning, panjang 16 cm. Tangkai bunga hijau, panjang 16 cm, permukaan berbulu halus. Braktea memanjang, hijau dengan bagian ujung kuning, ujung runcing, panjang 2 cmx0,1 cm, permukaan berbulu halus (Lampiran 6.13).

Spesimen : MM 04, MM 21

Distribusi : Indonesia (Sumatera), Semenanjung Malaya dan Thailand

Habitat dan Ekologi : Tumbuhan kecil hidup secara soliter di daerah lembab dan di daerah pinggiran sungai, kadang tumbuh secara epifit pada ketinggian 803 sampai 900 mdpl.

4.5.14 Globba pendula Roxb.

Teresterial. Herba, soliter. Tinggi 81 sampai 110 cm. Rimpang lunak, di dalam tanah, sisik tidak ditemukan, kulit licin, merah, daging tidak beraroma, putih.

Jarak antar shoot 0,3 cm. Stilt root tidak ditemukan. Pseudostem licin, hijau, tinggi 3,6 cm, diameter 0,5 cm, pelepah tipis, licin, panjang 4 cm, hijau, ligula membulat, panjang 0,2 cm, licin, hijau. Lembaran daun jorong, panjang 3 sampai 13,3 x 1,7 sampai 5 cm, pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata, permukaan

Gambar

Gambar 1 Bunga Zingiberaceae. A. Etlingera sp., 1. kepala putik, 2. kepala sari,   3. bibir, 4
Gambar  4.1  Habitat  Zingiberaceae;  habitat  teresterial  pada  Boesenbergia  sp  (A),  habitat  teresterial  di  batu  pada  Meistera  gyrolophos  (B),  habitat  epifit  pada Globba multifolia (C)
Gambar 4.2  Posisi  rimpang;  rimpang  di  bawah  permukaan  tanah  pada  Conamomum  xanthoplebium  (A),  rimpang  di  atas  permukaan  tanah  dengan stilt root pada Amomum citrinum (B)
Gambar 4.6  Bentuk  buah  pada  suku  Zingiberaceae;  bentuk  bulat  dengan  permukaan  buah  licin  pada  Alpinia  scabra  (A),  bentuk  bulat  dengan  permukaan buah memiliki garis-garis dan memiliki ruang pada bagian  dalam  pada  Amomum  cerasinum  (B)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

In the following, the effect of range (distance between a target and the scanner’s position at each station), inclination (angle between scanner’s beams and the

Sebagaimana lazimnya dunia Linux Quanta Plus 3.1 adalah Editor Web yang free, tetapi mempunyai banyak fasilitas yang tidak kalahnya dengan Web Editor yang komersil, seperti

6) Refleksi (My Teaching Reflection) untuk setiap pertemuan. Guru menuliskan hal-hal yang perlu ditulis sebagai catatan untuk kegiatan mengajar selanjutnya, misalnya

Dalam Penulisan Ilmiah ini, penulis berharap jika kita mendisain cover majalah dengan menggunakan Adobe Photoshop 7.0 akan dapat menarik para pengguna komputer untuk mencoba

Salah satu contohnya adalah Toko Buku Q-Book , dengan hanya menjual beberapa macam buku saja, tetapi usaha tersebut menjadi berkembang karna sekarang knsumen mulai berminat

Pada pertemuan ke 10 ini saya akan membahas bagaimana membuat report ke dalam excel , banyak metode yang dapat kita gunakan untuk men-generate suatu repot

SEKRETARIAT JENDERAL UNIT LAYANAN PENGADAAN. KELOMPOK