• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapan Pendidikan Menghadapi Era Merdeka Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Persiapan Pendidikan Menghadapi Era Merdeka Belajar"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN:978-602-53231-6-4 Prodi Manajemen Pendidikan Pascadik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

1299 Persiapan Pendidikan Menghadapi Era Merdeka Belajar

Eko Nur Kholik

SD Negeri 1 Sawangan, Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo ekonurkholik2@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan: 1) untuk menghadapi pendidikan melalui sekolah harus memberikan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa, tes formatif, guru sebagai mentor, siswa dipandang tidak sama dan menjadi tidak sama sesuai potensi atau talenta masing-masing.2) Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

3) menerapkan program pendidikan “Merdeka belajar” yang dijadikan arah pembelajaran ke depan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi kualitatif dengan mengumpulkan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Hasil penelitian menyatakan “Merdeka Belajar” terdiri dari empat program pokok meliputi Penilaian USBN Komprehensif, UN diganti dengan assessment penilaian, RPP dipersingkat dan zonasi PPDB lebih fleksibel. Dalam mempersiapkan Pendidikan di era merdeka belajar Guru menjadi dinamisator atau penggerak sebagai ujung tombak demi perubahan dan kemajuan merdeka mengajar dan belajar di era industei 4.0 di mana teknologi dan informasi berkembang sangat cepat. Oleh karena itu, guru tidak boleh menjadi 'kuno' di abad yang modern ini.

Kata kunci: Pendidikan, Guru, Merdeka belajar

Abstract: Education as the development of competence to think, act and live to be part of the world community. To face education through the school must provide learning according to the needs of students, formative tests, teachers as mentors, students are seen as unequal and become unequal according to their potential or talents. To improve the quality of human resources, the Minister of Education and Culture implemented an education program "Merdeka belajar" which is used as a direction of learning in the future. The research method used is qualitative description method by collecting library data, reading and recording and processing research materials. The results stated that "Merdeka Belajar" consists of four main programs including Comprehensive USBN Assessment, UN replaced with assessment assessment, RPP shortened and PPDB zoning more flexible. In preparing education in the era of freedom of learning Teachers become dynamicators or mobilizers as the spearhead for the change and progress of free teaching and learning in the era of industei 4.0 where technology and information are developing very quickly. Therefore, teachers should not be 'ancient' in this modern century.

Keywords: Education, Teachers, Freedom to learn

(2)

ISBN:978-602-53231-6-4 Prodi Manajemen Pendidikan Pascadik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

1300 Pendahuluan

Tujuan dari pendidikan adalah menjadikan peserta didik tidak hanya cerdas dalam intelektual tetapi juga memiliki karakter karakter yang baik. Sistem pendikan juga harus mengikuti perkembangan jaman. Sistem pendidikan harus dapat menghasilkan peserta didik milenial yang mampu bersaing dalam menghadapi era industri 4.0. Oleh karena itu sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami perbaikan dan perubahan. Perubahan dalam pendidikan dawali dengan pidato Mendikbud Nadiem Makarim yang megusulkan tentang gerakan “Merdeka Belajar “.

Dalam merdeka belajar ada empat kebijakan yang diusulkan oleh Mendikbud yaitu pertama USBN diganti ujian (asesmen), kedua 2021 UN diganti denganAsessment Kompetensi Minimum (AKM), dan Survey Karakter (SK), ketiga RPP dipersingkat, keempat Zonasi PPDB lebih fleksibel. Usulan Mendikbud ini adalah untuk mengubah pola lama dalam pendidikan yang hanya mementingkan penguasaan materi saja.

Sehingga peserta didik tidak dapat berfikir kritis dan inovatif. Merdeka belajar usulan Nadiem, memiliki maksud bahwa guru merdeka memiliki makna unit pendidikan atau sekolah, guru, dan muridnya mempunyai kebebasan untuk berinovasi, belajar dengan mandiri, dan kreatif.

Dalam sektor Pendidikan, adanya learning from home atau BDR (belajar dari rumah). (Rahmat, 2017). Disinilah dituntut adanya kreatifitas dan inovasi semua elemen pendidikan, terutama ekosistem pendidikan berbasis teknologi. Tidak bisa dipungkiri, Pelaksanaan sistem pendidikan jarak jauh, selama ini dinilai masih belum berjalan secara optimal (Amelia Putri, artikel 2020). Hambatan seperti sulitnya jaringan internet di daerah tertentu, biaya yang cukup banyak untuk pembelajaran daring, orang tua tidak mampu mendampingi anaknya belajar di rumah, karena pengetahuan mereka kurang tentang sistem pembelajaran saat ini atau orang tua yang bekerja, atau bisa jadi justru guru yang kurang memiliki kompetensi di bidang IT.

Pendidikan Merdeka Belajar merupakan respon terhadap kebutuhan sistem pendidikan pada era Revolusi Industri 4.0. Di era Revolusi Industri 4.0 kebutuhan utama yang ingin dicapai dalam sistem pendidikan yaitu penguasaan terhadap literasi baru. (Rahmat, 2019) Literasi baru tersebut meliputi literasi data, literasi teknologi, literasi manusia. Selain itu, dalam sistem Pendidikan Merdeka Belajar tetap mengutamakan juga pendidikan karakter (Yamin & Dkk, 2020: 126). Dengan tujuan dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul yang bisa beradaptasi secara global, namun tetap memegang nilai- nilai pancasila (validnews.id).

Esensi merdeka belajar adalah merdeka dalam berpikir baik secara individu maupun secara berkelompok sehingga bisa melahirkan siswa – siswa yang kritis, kreatif, kolaborati, (Rahmat, 2016) inovatif dan partisipatif. Dengan adanya merdeka belajar keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan meningkat. Suasana yang bahagia dapat mempengaruhi produktivitas siswa, karena ketika siswa tersebut sedang bahagia, maka produktivitasnya akan meningkat dengan sendirinya. Siswa yang bahagia

(3)

ISBN:978-602-53231-6-4 Prodi Manajemen Pendidikan Pascadik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

1301

cenderung akan lebih giat belajar sehingga kontribusi mereka meningkat dengan signifikan ketimbang mereka yang tidak sedang Bahagia (Piong, 2020: 291).

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi kualitatif dengan mengumpulkan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Penelitian pustaka adalah penelitian yang teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan informasi serta relevansi terhadap topik penelitian (Sukardi, 2010).

Adapun jenis penelitiannya, menggunakan tipe deskriptif yakni mendeskripsikan secara terperinci realitas atau fenomena, dengan memberikan kritik atau penilaian terhadap fenomena tersebut. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong dalam (Ahmad, 2015) pendekatan kualitatif adalah penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Berdasarkan permasalahan yang di angkat, cara pandang dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis digunakan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta mengklarifikikasikan data. Macam-macam sumber data dalam artikel antara lain yaitu jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah, narasumber dan sebagainya.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Untuk membentuk SDM yang unggul tidak lepas dari peran sistem pendidikan di Indonesia. Berbagai macam gebrakan sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Mulai dari perubahan kurikulum sampai dengan meningkatkan mutu guru sebagai pendidik. Kurikulum yang berlaku di berbagai sekolah di Indonesia mulai dari tingkat SD, SMP sampai SMA adalah kurikulum 13 atau yang lebih dikenal dengan K 13.

Kurikulum ini sudah mencakup tentang pendidikan karakter. Gebrakan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia di awali dari Pidato Mendikbud Nadiem Makarim pada saat peringatan Hari Guru Nasional 2019. Beliau menyampaikan gebrakan baru dalam pembelajaran yang kita kenal dengan Kebijakan Merdeka Belajar. Merdeka belajar usulan Nadiem, memiliki maksud bahwa guru merdeka memiliki makna unit pendidikan atau sekolah guru dan muridnya mempunyai kebebasan untuk berinovasi, belajar dengan mandiri, dan kreatif (www.kompasiana.com 6 November 2019 22:00 Diperbarui: 26 November 2019).

Merdeka Belajar menjadi salah satu program untuk menciptakan suasana belajar di sekolah yang bahagia, suasana yang happy, bahagia bagi peserta didik maupun bagi guru. Latar belajar diluncurkan program Merdeka Belajar adalah banyaknya keluhan

(4)

ISBN:978-602-53231-6-4 Prodi Manajemen Pendidikan Pascadik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

1302

dari orang tua pada sistem pendidikan nasional yang berlaku selama ini termasuk nilai ketuntasan minimum yang harus dicapai siswa yang berbeda-beda di setiap mata pelajaran. Merdeka Belajar merupakan bentuk penyesuaian kebijakan untuk mengembalikan esensi dari asesmen yang semakin dilupakan. Konsep Merdeka Belajar adalah mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada esensi undang-undang untuk memberikan kemerdekaan sekolah menginterpretasi kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian mereka (Sekretariat GTK, 2020).

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020:5), merdeka belajar adalah memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan dan merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui pidatonya dalam memperingati Hari Guru Nasional tanggal 25 November 2019 dikatakan bahwa inti Merdeka Belajar adalah sekolah, guru dan murid memiliki kebebasan dalam arti bebas untuk berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif.

Merdeka Belajar adalah kemerdekaan berpikir dimana esensi kemerdekaan berpikir ini harus ada di guru terlebih dahulu. Tanpa terjadi di guru, tidak mungkin bisa terjadi di murid. Hal ini disampaikan oleh anggota DPD/ MPR RI 2019- 2024, Prof. Dr.

Hj. Sylviana Murni, SH, M, Si dalam Seminar Nasional “Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045” yang diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta, pada tanggal 10 Maret 2020.

Implementasi kebijakan merdeka belajar jenjang pendidikan dasar dan menengah ada empat program yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Ujian Nasional (UN) diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.

Asesmen Kompetensi Minimum menekankan pada kemampuan literasi dan numerik peserta didik yang pelaksanaannya tidak di akhir pembelajaran pada satuan pendidikan akan tetapi justru di tengah pembelajaran, dalam hal ini di Kelas 5 SD, Kelas 8 SMP dan Kelas 11 SMA dan SMK. Sementara itu itu Survei Karakter dilaksanakan pada siswa di seluruh satuan pendidkan. 2) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dikembalikan di sekolah. Dalam hal ini sekolah akan dimerdekakan dalam arti bebas menentukan sistem penilaian bagi siswanya masing-masing; dengan ujian tertulis, karya tulis, portofolio, atau bentuk-bentuk penilaian yang lainnya. Meskipun sekolah diberi kemerdekaan dalam menentukan bentuk penilaian akan tetapi pihak Kemdikbud selalu siap untuk memberikan bimbingan; seperti menyediakan contoh baik dalam pelaksanaan (best practice), konsultasi tindakan, dan sebagainya. 3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disederhanakan. RPP yang selama ini dibuat berhalaman-halaman disederhanakan menjadi satu halaman. Penyederhanaan ini dimaksudkan agar guru tidak banyak dibebani tugas administrasi dan waktunya dialihkan untuk kegiatan pembelajaran dan peningkatan kompetensi. 4) Sistem Zonasi di dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah dikembangkan menjadi

(5)

ISBN:978-602-53231-6-4 Prodi Manajemen Pendidikan Pascadik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

1303

Sistem Zonasi yang diperluas. Adapun letak pengembangannya adalah pemberian kesempatan yang lebih banyak bagi calon peserta didik melalui jalur afirmasi dan prestasi, pada sisi yang lain Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas untuk menentukan wilayah zonasinya masing-masing.

Dalam rangka mengkongkritkan fase kenormalan baru dalam bidang Pendidikan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, upaya tersebut terus dilakukan salah satunya dengan mencanangkan reformasi sistem pendidikan Indonesia berupa kebijakan

“Merdeka Belajar”. Implementasi merdeka belajar yaitu memberikan kebebasan setiap unit pendidikan untuk melakukan inovasi, disesuaikan dengan kondisi daerah masing- masing, baik dari segi kearifan lokal, sosial ekonomi, budaya maupun infrastruktur.

Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menambahkan fakta baru bahwa dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun saja, Indonesia telah melakukan pembaharuan kurikulum sebanyak 3 kali. Hal ini tidak lain bertujuan untuk menjawab kebutuhan Indonesia yang selalu berubah sesuai dengan kemajuan zaman, baik secara intern maupun ekstern.

Dengan demikian, Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan perserta didik yang memiliki daya saing di masa yang akan dating. Konsep merdeka belajar di era digital dapat dilakukan kapan saja, tidak terbatas ruang dan waktu. Meliputi: Free choice, peserta didik dapat memilih teknik belajar yang nyaman sehingga kemampuan terus terasah. Personalized learning, memecahkan permasalahan sesuai kemampuannya.

Berbasis proyek, peserta didik menggali keterampilan yang dimiliki untuk masa depannya. Pengalaman lapangan, peserta didik dapat terlibat langsung di lapangan sehingga pengalamannya lebih nyata. Interpretasi data, peserta didik akan lebih sering bergelut dengan komputer. sehingga dengan pembelajaran dengan konsep merdeka belajar akan tercipta smart education, smart learning, smart assessment, smart classroom, smart content dan smart city (Mukri, 2020).

Sedangkan Ciri kegiatan belajar yang menunjang pencapaian kompetensi siswa dalam merdeka belajar (rinosafrizal.com) a). Pembalikan makna belajar pada makna belajar sebelumnya, seringkali diartikan sumber informasi adalah guru dan buku pelajaran. Sedangkan merdeka belajar mempunyai paradigm bahwa siswa sendiri yang membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Lie mengatakan pengetahuan tidak dapat di transfer dari orang lain, tetapi siswa harus perluh memproses dan menafsirkan sendiri, karena belajar bukanlah sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. b) Berpusat pada siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan satu sama lain. Siswa berbeda dengan minat, bakat, kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar. Kegiatan pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Sudjana mengatakan “Hampir tidak pernah terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu, siswa yang belajar” (Sudjana, 1988). c) Belajar dengan mengalami Siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman indrawi yang memungkinkan mereka memperoleh informasi dari melihat, mendengar, meraba,

(6)

ISBN:978-602-53231-6-4 Prodi Manajemen Pendidikan Pascadik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

1304

mencicipi dan mencium. Sumarsih mengatakan, Teori generative learning berasumsi bahwa siswa bukan penerima informasi yang pasif, melainkan aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam mengkontruksi makna dari informasi yang ada di sekitarnya.

d) Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif dan emosional. Siswa membangun pemahamannya akan lebih mudah melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

Dengan interaksi akan memungkinkan terjadinya perbaikan. e) Mengembangkan keingintahuan imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan Siswa dilahirkan dalam keadaan fitrah, keingintahuan yang tinggi terhadap segala hal. Rasa ingin tahu dan berimajinasi merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif. f). Belajar sepanjang hayat. Dalam proses belajar perlu membekali siswa dengan keterampilan belajar; pengembangan rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi, dan bekerjasama supaya mendorong dirinya untuk semangat dalam belajar. g). Perpaduan kemandirian dan kerjasama. Dalam pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat berkompetensi sehat dan memperoleh penghargaan, bekerjasama dan solidaritas.

Dalam merdeka belajar perlu menyediakan tugas-tugas yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri. Langkah-langkah yang harus disiapkan dalam pengimplementasian merdeka belajar diantaranya: a) Sekolah/kepala sekolah;

Menerapkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan merdeka belajar, b) Guru;

Menjadi sosok yang terbuka dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, c) Peserta didik; hendaknya psikologi peserta didik dalam keadaan siap dan suasana hati yang bahagia, mulai dibiasakan untuk berfikir kritis dan selalu bersikap ingin tahu serta mampu menganalisis pertanyaan terbuka, d) Wali murid dan lingkungan; dilibatkan secara aktif dalam pemantauan hasil belajar peserta didik dan mendukung kesinambungan antara sekolah, rumah dan lingkungan, e) Dinas pendidikan; menyediakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru dan menyiapkan melakukan pendampingan saat pelaksanaan merdeka belajar (Majalah Suara Pendidikan, 2020:11).

Selain itu, Seorang guru dapat memilih materi dan metode pembelajaran dengan kualitas tinggi tetapi tetap melihat tingkat kemampuan, bakat dan minat peserta didik.

Dalam hal ini, Kurikulum yang mudah dipahami dan lebih fleksibel juga menjadi salah satu pendukung implementasi merdeka belajar. Karena esensi dari merdeka belajar yaitu guru dan siswa memiliki kebebasan dalam berinovasi, kreatif dan mandiri (Aesthetic, 2019). Mandiri bukan hanya mengikuti proses birokrasi pendidikan, tetapi benar-benar inovasi Pendidikan (pgdiknas.kemdikbud.go.id).

Dalam kaitannya dengan merdeka belajar kesiapan seorang guru harus komprehensif dan integral sesuai dengan kompetensi yang dimiliki seorang guru, kompetensi yang dimaksud meliputi empat (4) yakni pertama, Kompetensi Pedagogik, dimana guru harus menguasai teori dan prinsip pembelajaran dan mampu

(7)

ISBN:978-602-53231-6-4 Prodi Manajemen Pendidikan Pascadik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

1305

mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta relevan dengan kebutuhan peserta didik. Kedua, Kompentensi Kepribadian di mana guru menjadi surih teladan yang mampu ditiru dan diguguh oleh peserta didik dan kehadirannya mampu memberi dampak yang positif dimana pun ia berada. Ketiga, Kompetensi Sosial. Guru mampu berkomunikasi dengan baik itu dengan peserta didik, sesama guru, orang tua siswa maupun masyarakat. Keempat, Kompetensi Profesional. Guru mampu menguasai materi pelajaran yang diampuh serta mampu menghayati profesinya dan menaati semua kode etik sebagai seorang guru demi pengembangan diri dan kinerja yang lebih baik.

Dari ke empat kompetensi tersebut harus mampu diasah secara optimal sebagai upaya memerdekakan diri terlebih dahulu maka siswa pun akan merasa tidak terbebani atau merasa merdeka karena gurunya mampu memahaminya.

Dalam mempersiapkan Pendidikan di era merdeka belajar Guru menjadi dinamisator atau penggerak sebagai ujung tombak demi perubahan dan kemajuan merdeka mengajar dan belajar di era industei 4.0 di mana teknologi dan informasi berkembang sangat cepat. Oleh karena itu, guru tidak boleh menjadi 'kuno' di abad yang modern ini. Karena jika sistem pendidikan yang dibuat mencerminkan kemerdekaan dalam belajar, sarana dan prasarana sudah tersedia dan setiap elemen-elemen sudah siap untuk menunjang proses pembelajaran tetapi jika aktor atau eksekutornya tidak bekerja dengan baik dan profesional maka akan terjadi ketimpangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu guru harus merdeka secara emosional, pemikiran, finansial, tekanan, dan hal lain yang membebani.

Secara umum, guru mampu jika guru tersebut mampu mengasah keempat kompetensi dasar sebagai seorang guru. Walaupun pandemi membuat pembelajaran kurang efektif misalnya faktor emosional antara guru dan siswa tidak dapat dirasakan karena pembelajaran menggunakan daring. Tapi lewat mengasah kompetensi profesional pembelajaran akan berjalan dengan baik. Dan secara khusus, guru harus menyederhanakan keempat kompetensi tersebut menjadi lebih detail sehingga kendala dari dalam sudah mampu diatasi tinggal berupaya menghadapi masalah dari luar dirinya misalnya, siswa tidak memiliki handphone, tidak memiliki paket data dan sebagainya.

Kesimpulan

Merdeka belajar merupakan program kebijakan yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada esensi undang-undang dengan memberi kebebasan kepada sekolah, guru dan murid untuk bebas berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif, dimana kebebasan berinovasi ini harus dimulai dari guru sebagai penggerak pendidikan nasional.

Kebijakan program “Merdeka Belajar” diluncurkan untuk mewujudkan kualitas SDM Indonesia terutama di era revolusi industry 4.0. Kebijakan program “Merdeka

(8)

ISBN:978-602-53231-6-4 Prodi Manajemen Pendidikan Pascadik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

1306

Belajar” meliputi empat pokok kebijakan yaitu Penilaian USBN Komprehensif, UN diganti dengan assessment penilaian, RPP dipersingkat dan zonasi PPDB lebih fleksibel.

Dalam mempersiapkan Pendidikan di era merdeka belajar guru harus komprehensif dan integral sesuai dengan kompetensi yang dimiliki seorang guru yakni:

 Kompetensi Pedagogik

 Kompentensi Kepribadian

 Kompetensi Sosial

 dan Kompetensi Profesional

Dalam mempersiapkan Pendidikan di era merdeka belajar Guru menjadi dinamisator atau penggerak sebagai ujung tombak demi perubahan dan kemajuan merdeka mengajar dan belajar di era industei 4.0 di mana teknologi dan informasi berkembang sangat cepat. Oleh karena itu, guru tidak boleh menjadi 'kuno' di abad yang modern ini. Karena jika sistem pendidikan yang dibuat mencerminkan kemerdekaan dalam belajar, sarana dan prasarana sudah tersedia dan setiap elemen-elemen sudah siap untuk menunjang proses pembelajaran tetapi jika aktor atau eksekutornya tidak bekerja dengan baik dan profesional maka akan terjadi ketimpangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu guru harus merdeka secara emosional, pemikiran, finansial, tekanan, dan hal lain yang membebani

Daftar Pustaka

Arikunto Suharsimi. (1998). Prosedur penelitian suatu kegiatan praktek. Jakata: PT Rineka Cipta.

Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, CV.

Darajati, M. R. (2020). Covid-19 : Indonesia New Normal, dan Sebuah Pembealajaran.

Artikel : Lintas Pakar

Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. (2002). Penddekatan kontekstual (Teaching and learning). Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah, Dirketorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2020.

Buku Saku Panduan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI.

Djaarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

E. Mulyasa. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja.

Hadi Setyagraha. (007). Beberapa Isu dalam Manajemen Pendidikan.

(9)

ISBN:978-602-53231-6-4 Prodi Manajemen Pendidikan Pascadik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

1307

Mukri, R. (2020). Merdeka Belajar: Konsep dan Implementasi di Era Digital.

Pendidikan, S. (2020). Belajar Merdeka. Yayasan Suara Pendidikan, 7.

Sekretariat GTK. 2020. Merdeka Belajar. Artikel. Diakses tanggal 27 Mei 2020.

Sudjana. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif dan Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sukardi. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan RPP

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

http://www.kompasiana.com/humanioraaesthetic/5ddd2e98df5d6f3eae52/merdekabelaja r-begini-penjelasan-nadiem di akses pada 19 Agustus 2020

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Indeks kepuasan masyarakat atas layanan pengadilan pada Pengadilan Tata Usaha Negara jakarta adalah 82.36, angka ini berada di atas ketentuan minimal yang telah ditentukan

hingga akhir 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus melanjutkan kebijakan itu pada 2021. Transformasi pendidikan lewat Merdeka Belajar dilanjutkan

Dapatan temubual yang telah dijalankan juga bersetuju bahawa penggunaan tuala wanita jenis kain adalah lebih eco-friendly dan memelihara alam sekitar.. Ia tidak perlu dibuang

a) Keterampilan menguasai diri. mendidik anak untuk menguasai diri sendiri bisa dimulai saat orang tua memberikan pelatihan kepada anak dengan cara menjaga kebersihan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mulai Tahun 2020 mengeluarkan kebijakan baru terkait Pendidikan Tinggi yaitu Kebijakan Merdeka Belajar, Kampus

Berdasarkan hal tersebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah memberlakukan kebijakan baru di bidang pendidikan tinggi melalui program “Merdeka Belajar – Kampus Merdeka

(2) Standar Kelembagaan, Standar Kampus Merdeka, Standar Pendidikan, Standar Merdeka Belajar, Standar Penelitian, dan Standar Pengabdian kepada Masyarakat

Seiring dengan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Merdeka Belajar-Kampus Merdeka MBKM tertuang dalam Permendikbud RI Nomor 03 Tahun 2020 tentang Standar