• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA."

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS V SEKOLAH

DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Umi Laila Fadlilah NIM. 12108244073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua, bapak Drs. Sumarjo dan ibu Dra. Tumiyem yang selalu mendoakan dan memberikan semangat tanpa lelah kepada putrinya ini. Doa dan harapan kalian kepadaku menjadi motivasi terbesarku dalam menapaki jalan menuju impian-impian besarku.

2. Keluarga besar Sumarjo yang selalu memberikan doa dan motivasi untukku. 3. Almamaterku tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta. Tempat dimana aku

(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS V SEKOLAH

DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh

Umi Laila Fadlilah 12108244073

ABSTRAK

Pelajaran matematika masih menjadi pelajaran yang dirasa sulit oleh siswa kelas V SD N Balangan 1. Prestasi belajar matematika masih tergolong rendah dibandingkan mata pelajaran yang lainnya. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar matematika melalui alat peraga blok pecahan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan di SD N Balangan Minggir Sleman Yogyakarta pada bulan Januari 2016. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika materi penjumlahan pecahan menggunakan alat peraga blok pecahan. Penelitian ini menggunakan dua siklus pembelajaran dengan setiap siklus dua kali pertemuan untuk tindakan dan satu kali pertemuan untuk post test. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada pre test persentasenya adalah 64,51%, pada siklus I meningkat menjadi 87,10%, dan menjadi 96,77% pada siklus II dan mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan aktivitas siswa, pada siklus I persentase skornya adalah 70,45% meningkat menjadi 88,63% pada siklus II dan mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Selain itu dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan alat peraga blok pecahan, siswa terlihat lebih senang dan tertarik mengikuti pembelajaran. Terlebih ketika penggunaan alat peraga tersebut dipadukan dengan metode permainan dalam kelompok. Siswa terlihat senang dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Sang Pencipta dan Pemilik Alam Semesta atas rahmat, taufik, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Alat Peraga Blok Pecahan di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Balangan 1 Minggir Sleman Yogayakarta dan dapat diselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dan berdasarkan literatur ilmiah yang telah diperoleh penulis baik melalui media cetak maupun internet.

Dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, tentu penulis mendapat bimbingan, arahan, koreksi, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor UNY yang telah mengizinkan penulis untuk kuliah di FIP UNY.

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd. I., Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan.

(9)

ix

5. Bapak Sri Rochadi, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar telah memberikan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak ibu dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat, serta seluruh staf karyawan FIP UNY yang telah memberikan pelayanan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

7. Ibu Dwi Ismartuti, S.Pd., Kepala Sekolah SD N Balangan 1 Minggir Sleman Yogyakarta, terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama penelitian berlangsung.

8. Bapak ibu guru, staf karyawan, dan siswa SD N Balangan 1 Minggir Sleman Yogyakarta yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Teman-teman PGSD C 2012 yang senantiasa menemani perjuangan selama 7 semester ini dan Keluarga HIMA PGSD Kampus III serta KMIP Kampus III yang senantiasa memberikan kebersamaan dan pembelajaran berharga . 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan serta dukungan demi terselesaikannya penelitian ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat bagi kita semua. Aamiin.

(10)

x A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 11

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 11

2. Faktor-faktor yang Memepengaruhi Prestasi Belajar ... 13

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar ... 16

1. Pengertian Matematika ... 16

2. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 17

3. Ruang Lingkup Materi Matematika Kelas V SD... 19

(11)

xi

5. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 26

C. Tinjauan Tentang Alat Peraga... 30

1. Pengertian Alat Peraga... 30

2. Pentingnya Alat Peraga ... 34

3. Prinsip Penggunaan Alat Peraga ... 35

4. Alat Peraga Blok Pecahan... 37

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 44

E. Kerangka Pikir ... 46

F. Hipotesis Tindakan ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

1. Tempat Penelitian ... 52

2. Waktu Penelitian ... 52

3. Tahapan Penelitian... 52

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 53

D. Definisi Operasional ... 53

1. Prestasi Belajar Matematika... 53

2. Alat Peraga Blok Pecahan... 53

E. Desain Penelitian ... 54

1. Putaran pertama atau siklus I ... 56

a. Perencanaan ... 56

b. Tindakan ... 57

c. Observasi... 58

d. Refleksi ... 58

2. Putaran kedua atau siklus II ... 59

3. Putaran ketiga atau siklus III... 59

F. Metode Pengumpulan Data... 59

1. Observasi... 60

2. Tes... 61

(12)

xii

H. Teknik Analisis Data... 64

1. Analisis Deskriptif Kualitatif ... 65

2. Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 66

I. Kriteria Keberhasilan ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian... 68

B. Deskripsi Data Sebelum Penelitian ... 69

C. Hasil Penelitian... 73

1. Siklus I ... 78

2. Siklus II ... 90

D. Pembahasan ... 106

E. Keterbatasan Penelitian ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen lembar observasi untuk siswa... 63

Tabel 2. Kisi-kisi instrumen lembar observasi untuk guru ... 63

Tabel 3. Kisi-kisi instrumen tes prestasi ... 64

Tabel 4. Kriteria keberhasilan proses pembelajaran aktivitas guru dan siswa... 65

Tabel 5. Rekapitulasi HasilPre TestSiswa ... 71

Tabel 6. Rekapitulasi HasilPost TestSiklus I ... 81

Tabel 7. Perbandingan Prestasi Belajar Siswa padaPre Testdan Siklus I .... 83

Tabel 8. Skor Hasil Observasi Pada Siswa Siklus I ... 85

Tabel 9. Skor Hasil Observasi Pada Guru Siklus I ... 88

Tabel 10. Rekapitulasi HasilPost TestSiklus II... 97

Tabel 11. Perbandingan Prestasi Belajar Siswa padaPre Test, Post TestSiklus I danPost TestSiklus II ... 99

Tabel 12. Skor Hasil Observasi Pada Siswa Siklus II... 101

Tabel 13. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ke Siklus II ... 103

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Kemmis dan Mc. Taggart ... 55 Gambar 2. Diagram Batang HasilPre TestSiswa ... 72 Gambar 3. Diagram Batang NilaiPost TestSiklus I ... 82 Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Nilai Siswa padaPre Test

danPost TestSiklus I ... 83 Gambar 5. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 86 Gambar 6. Diagram Batang NilaiPost TestSiklus II ... 98 Gambar 7. Diagram Batang Perbandingan Prestasi Belajar Siswa

padaPre Test, Post TestSiklus I danPost TestSiklus II... 99 Gambar 8. Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 102 Gambar 9. Diagram Batang Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 121

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 122

Lampiran 3. Kunci Jawaban Soal... 130

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 132

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 153

Lampiran 6. Daftar Nilai HasilPre TestSebelum Tindakan ... 166

Lampiran 7. Daftar Nilai HasilPost TestSiklus I ... 167

Lampiran 8. Daftar Nilai HasilPost TestSiklus II ... 168

Lampiran 9. Hasil Observasi Pada Siswa Pertemuan I Siklus I... 169

Lampiran 10. Hasil Observasi Pada Siswa Pertemuan II Siklus I ... 170

Lampiran 11. Hasil Observasi Pada Siswa Rata-rata Siklus I ... 171

Lampiran 12. Hasil Observasi Pada Siswa Pertemuan I Siklus II ... 172

Lampiran 13. Hasil Observasi Pada Siswa Pertemuan II Siklus I ... 173

Lampiran 14. Hasil Observasi Pada Siswa Rata-rata Siklus II ... 174

Lampiran 15. Hasil Observasi Pada Guru Siklus I ... 175

Lampiran 16. Hasil Observasi Pada Guru Siklus II ... 176

Lampiran 17. Dokumen Pelaksanaan Penelitian... 177

Lampiran 18. Surat Permohonan Izin Penelitian dari UNY ... 181

Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Bappeda Sleman ... 182

Lampiran 20. Surat Keterangan Kepala Sekolah ... 182

Lampiran 21. Lembar Validasi Media Pembelajaran ... 183

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan suatu

bangsa. Hal ini dikarenakan pendidikan menjadi salah satu tolak ukur

kemajuan sebuah bangsa. Binti (2009: 10-11) menyatakan bahwa negara

Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke IV memiliki

tujuan pendidikan nasional yang mulia yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa. Dengan adanya tujuan pendidikan nasional, pemerintah selalu

berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia.

Pemerintah tidak pernah berhenti dan selesai dalam upaya

pembangunan pendidikan. Menurut Suyanto & Djihad (2000: v), hal ini

disebabkan karena pembangunan sektor pendidikan akan selalu

berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dalam Binti (2009: 14),

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak dan peradaban bangsa dalam rangka mencerdasakan

kehidupan bangsa dan memiliki tujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik. Menurut Riant (2008: 21-22), dalam UU Sisdiknas tersebut

juga dijelaskan mengenai pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

(17)

2

dijelaskan mengenai fungsi, tujuan nasional, dan pengertian dari

pendidikan, maka sudah seharusnya proses pendidikan yang ada di

Indonesia berjalan sesuai dengan ketiga hal tersebut. Seperti dikemukakan

oleh Suyanto & Djihad Hisyam (2000: 147), bahwa proses pendidikan

yang ideal adalah proses pendidikan yang dikemas dengan memperhatikan

aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan memperhatikan

ketiga aspek tersebut dan tidak terpaku pada aspek kognitif saja, maka

output dari pendidikan kita akan mampu mengantisipasi dan menghadapi

perubahan serta kemajuan masyarakat.

Dalam proses mewujudkan pendidikan yang semakin baik,

pemerintah telah beberapa kali melakukan pergantian kurikulum

pendidikan. Saat ini, kurikulum yang digunakan secara resmi adalah KTSP

dan beberapa instansi yang ditunjuk masih menerapkan Kurikulum 2013.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 jenjang Sekolah Dasar,

terdiri atas beberapa mata pelajaran, yaitu: Pendidikan Kewarganegaraan,

Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,

Matematika, Pendidikan Agama, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Seni

Budaya dan Keterampilan, serta Muatan Lokal. Tiga diantara mata

pelajaran yang ada diujikan dalam Ujian Akhir Nasional yaitu

Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Bahasa Indonesia. Oleh karena

itu, tiga mata pelajaran tersebut terkadang menjadi sorotan utama

guru-guru di Sekolah Dasar untuk dapat meningkatkan prestasi siswa-siswanya

(18)

3

Dari ketiga mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir

Nasional, matematika merupakan mata pelajaran yang masih menjadi

momok bagi peserta didik. Kebanyakan siswa di SD merasa matematika

adalah mata pelajaran yang paling sulit bagi mereka. Hal itu terkait dengan

banyaknya angka dan rumus-rumus yang harus mereka pelajari dan

mereka hafalkan untuk menyelesaikan soal-soal yang ada. Meskipun

begitu, sesungguhnya matematika merupakan mata pelajaraan yang

penting dalam dunia pendidikan.

Sesuai dengan penjelasan Cahya Prihandoko (2006: 1) bahwa

matematika merupakan ilmu dasar untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

Oleh karena itu ilmu matematika harus dipahami dengan betul dan benar

sejak dini. Matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

mencerdaskan siswa. Hal ini mengingat bahwa matematika dapat

meningkatkan pengetahuan siswa. Sebagaimana tercantum dalam

dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD

kurikulum 2006 dalam BSNP (2006: 147) menyatakan bahwa fungsi

matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

bekerjasama. Senada dengan fungsi matematika, Depdiknas (2003: 6)

menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah untuk melatih

serta menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif,

konsisten dan mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam

(19)

4

penting dalam kehidupan kita sehari-hari seperti bekerja, melakukan

transaksi jual beli, serta hal-hal yang berkaitan dengan upaya penguasaan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Oleh karena itu, konsep

matematika yang diberikan kepada siswa SD tidak bisa disepelekan meski

terlihat sederhana dan mudah.

Menurut Subarinah (2006: 1) guru harus mengetahui tentang objek

yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajar dengan penuh dinamika

dan inovasi dalam proses pembelajaran. Pada proses belajar mengajar juga

harus disampaikan konsep secara cermat dan menarik dengan harapan

siswa mampu untuk memahaminya. Selain itu, wawasan dan pengetahuan

guru mengenai pentingnya penguasaan matematika bagi anak sangat

menentukan dalam pelaksanaan penyelenggaraan KBM untuk

meningkatkan mutu SDM yang dapat bersaing secara global. Menurut

Herry Sukarman (2002: 6), seorang guru harus mampu berpandangan ke

depan dan selalu menyesuaikan cara pembelajaran yang dilakukan

berdasarkan hasil penelitian dari pakar-pakar pendidikan matematika.

Maka dari itu, guru memiliki peranan yang penting dalam menanamkan

pemahaman konsep pada siswa-siswanya.

Pada proses pembelajaran, selain guru harus menguasai

pengetahuan yang akan diajarkannya kepada peserta didik, menurut

Hamzah (2007: 18 & 28) seorang guru juga harus memiliki pengetahuan

penunjang tentang kondisi fisiologis, psikologis, dan pedagogis dari

(20)

5

karakteristik peserta didik, terutama kemampuan belajarnya, cara dan

kebiasaan belajar, minat terhadap pelajaran, motivasi untuk belajar, dan

hasil belajar yang telah dicapai. Senada dengan pendapat tersebut, Herry

Sukarman (2002: 6) mengungkapkan bahwa hal-hal yang perlu

mendapatkan perhatian guru berkaitan dengan pembelajaran matematika

salah satunya adalah psikologi belajar matematika. Menurut Cahya

Prihandoko (2006: 1-4), hal ini berkaitan juga dengan karakteristik siswa

SD yang berada pada tingkat operasional formal yaitu siswa mampu

memahami suatu konsep apabila mereka memanipulasi benda-benda

konkret. Dengan demikian, dalam melakukan proses belajar mengajar,

guru hendaknya memperhatikan kondisi perkembangan siswa dan

berusaha untuk memberikan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan

tingkat perkembangannya. Sehingga menjadi sebuah hal yang penting bagi

guru untuk dapat memberikan pembelajaran yang menarik dengan

menggunakan benda-benda yang dapat membantu proses kegiatan belajar

mengajar lebih disukai anak.

Dalam wawancara dengan guru kelas V di SD yang akan

digunakan peneliti untuk melakukan penelitian, guru menjelaskan bahwa

sampai saat ini pelajaran matematika masih menjadi pelajaran yang

memiliki nilai prestasi terendah dibandingkan mata pelajaran yang lain.

Hal ini dibuktikan dengan hasil perolehan nilai rata-rata rapor siswa kelas

V semester ganjil yaitu mata pelajaran matematika memiliki nilai rata-rata

(21)

6

IPS 72. Menurut guru, salah satu penyebab dari rendahnya nilai rata-rata

rapor siswa tersebut adalah kurang perhatiannya siswa pada saat

pembelajaran matematika berlangsung. Sebagian besar siswa masih ramai

dan tidak memperhatikan pada saat guru menerangkan.

Selain itu, pada saat peneliti bertanya jawab dengan siswa

mengenai pelajaran matematika, sebagian besar siswa mengaku bahwa

mereka kurang suka terhadap mata pelajaran matematika dan masih

kesulitan dalam mengerjakan soal. Dalam kegiatan belajar mengajar juga

masih jarang penggunaan alat peraga pembelajaran. Hal ini dikarenakan

terbatasnya alat peraga yang ada di sekolah serta banyaknya tugas yang

harus diselesaikan oleh guru sehingga tidak punya banyak waktu untuk

membuat dan mempersiapkan alat peraga pembelajaran. Berkaitan dengan

hal tersebut, menurut teori belajar Zoltan P. Dienes (Muchtar Karim, dkk

1996: 19) meyakini bahwa menggunakan berbagai sajian (representasi)

tentang konsep matematika dapat membuat anak lebih memahami secara

penuh konsep tersebut dibandingkan dengan menggunakan satu macam

sajian. Oleh karena itu adanya sebuah alat peraga pada pembelajaran

matematika dapat lebih membuat siswa memahami konsep yang dipelajari.

Guru tidak hanya menjelaskan suatu konsep dengan satu macam sajian

misal dengan metode ceramah, tapi juga menggunakan berbagai sajian

menggunakan alat peraga. Dengan adanya alat peraga matematika, tidak

hanya guru yang bertindak secara aktif dalam proses pembelajaran, tetapi

(22)

7

peraga pembelajaran sembari memahami tentang konsep yang sedang

dipelajari.

Dalam wawancara tersebut, guru yang bersangkutan juga

menjelaskan bahwa siswa masih kesulitan dalam memahami beberapa

materi pelajaran matematika di kelas V. Salah satunya adalah pecahan.

Pada materi pecahan guru baru sedikit menggunakan alat peraga

pembelajaran sehingga siswa belum mampu memahami konsep dengan

baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan pada materi penjumlahan

pecahan menunjukkan bahwa dari 25 siswa kelas V hanya 6 anak yang

mendapatkan nilai di atas KKM atau ≥ 60 dan 19 siswa yang lainnya

masih mendapat nilai di bawah KKM atau < 60.

Berdasarkan hasil perolehan nilai pada materi penjumlahan

pecahan tersebut dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa

kelas V SD Negeri Balangan 1 Minggir masih tergolong rendah. Maka

dari itu, peneliti akan mencoba untuk menerapkan alat peraga pada

pembelajaran matematika. Alat peraga tersebut berupa blok pecahan. Alat

peraga blok pecahan merupakan alat peraga pada materi pecahan yang

dapat digunakan untuk menjabarkan konsep dan operasional pecahan.

Dengan menggunakan alat peraga ini diharapkan siswa akan lebih tertarik

dalam mengikuti pembelajaran dan terlibat aktif sehingga mampu

menguasai materi dengan baik. Dengan keterlibatan siswa secara langsung

dalam pembelajaran, maka siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya

(23)

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan dalam pembelajaran matematika,

yaitu:

1. Mata pelajaran matematika masih menjadi pelajaran yang kurang

disukai oleh para siswa.

2. Para siswa sebagian besar masih kesulitan dalam memahami mata

pelajaran martematika.

3. Banyak siswa yang masih ramai dan tidak memperhatikan proses

pembelajaran.

4. Penggunaan alat peraga dalam proses KBM intensitasnya masih

sedikit.

5. Alat peraga yang ada di sekolah masih terbatas dan guru kesulitan

dalam mengatur waktu untuk menyiapkan alat peraga pembelajaran.

6. Prestasi belajar matematika siswa kelas V SD N Balangan 1 masih

tergolong rendah terlihat dari hasil perolehan nilai rata-rata matematika

yang masih rendah dibandingkan mata pelajaran yag lain.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini

dibatasi pada upaya peningkatan prestasi belajar matematika materi

(24)

9

kelas V SD Negeri Balangan 1 Minggir Sleman Yogyakarta semester

genap tahun ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah

disebutkan di atas, maka rumusan masalah yang akan diajukan adalah

bagaimana meningkatkan prestasi belajar matematika melalui alat peraga

blok pecahan di kelas V SD Negeri Balangan 1 Minggir Sleman

Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan hakikat penelitian tindakan kelas yang bermaksud

untuk memperbaiki proses pembelajaran, maka penelitian ini memiliki

tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui alat peraga

blok pecahan di kelas V SD Negeri Balangan 1 Minggir Sleman

Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan mampu menginspirasi guru untuk lebih

banyak lagi menggunakan alat peraga dalam penyampaian konsep

matematika, sehingga minat siswa akan tinggi dan tertarik pada materi

(25)

10

2. Bagi Siswa

a. Mampu mengubah pandangan siswa terhadap pelajaran

matematika yang tadinya merupakan pelajaran yang sulit menjadi

pelajaran yang menyenangkan.

b. Siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran matematika dan

memudahkan siswa dalam memahami konsep matematika sehingga

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

a. Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan salah satu alat peraga yang mampu membantu mengatasi

permasalahan belajar yang terjadi di sekolah.

b. Mampu meningkatkan kualitas sekolah dengan meningkatkan

prestasi belajar siswa.

c. Terciptanya budaya penelitian untuk menganalisis masalah dan

(26)

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) prestasi

belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan guru. Menurut Poerwanto dalam

Gullam dan Lisa (2011: 92) pengertian prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana dinyatakan

dalam raport. Menurut Suryabrata dalam Fernando (2014: 22) prestasi

belajar adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang dicapai dalam belajar setelah ia melakukan

kegiatan belajar.

Menurut Muhibbin Syah dalam Fernando (2014: 22) prestasi

belajar adalah tingkat keberhasilan dari siswa dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Gullam dan Lisa

(2011: 92) prestasi belajar adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki

siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang

diperoleh dalam proses belajar mengajar.. Menurut Nana Sudjana dalam

Mustofa (2012: 115) prestasi belajar merupakan hasil-hasil belajar yang

(27)

12

Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran

dinyatakan berhasil apabila tujuan dapat tercapai. Untuk mengetahui

tercapai tidaknya tujuan tersebut, seorang guru perlu mengadakan tes

formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Selain itu,

hal ini juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai

tujuan yang ingin dicapai. Saat seorang siswa mampu mencapai tujuan

yang ditargetkan, dapat dikatakan bahwa siswa mampu mencapai prestasi

belajar yang baik. Menurut Anas Sudijono (2005: 434) menjelaskan

bahwa faktor pencapaian atau prestasi dipergunakan sebagai salah satu

bahan pertimbangan dalam penentuan sebuah nilai akhir siswa. Hal ini

disebabkan prestasi belajar atau pencapaian peserta didik dilambangkan

dengan nilai-nilai hasil belajar siswa pada dasarnya mencerminkan

sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta

didik dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah suatu hasil pencapaian atau penguasaan terhadap

materi yang dipelajari dari usaha yang dilakukan siswa setelah melakukan

kegiatan belajar dan ditunjukkan dengan hasil belajarnya berupa nilai tes

atau angka yang diberikan oleh guru berdasarkan hasil pengukuran

menggunakan alat evaluasi.. Prestasi belajar ini bagi guru dan siswa

merupakan hal yang penting. Bagi guru prestasi yang diperoleh siswa

dapat dijadikan salah satu tolak ukur keberhasilan guru dalam mencapai

(28)

13

diperolehnya merupakan suatu tolak ukur sejauh mana siswa mampu

memahami materi yang telah dipelajari.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Uzer dan Lilis (1993: 9-10), prestasi belajar siswa banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri siswa (internal)

maupun dari luar siswa (eksternal). Oleh karena itu, pengenalan guru

terhadap faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa penting dalam

rangka membantu siswa untuk mencapai prestasi belajar yang seoptimal

mungkin. Fator-faktor tersebut adalah:

a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

1) Faktor jasmaniah (fisiologi). Yang termasuk faktor ini adalah

pancaindera yang tidak berfungi sebagaiman mestinya. Misal

siswa mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang

kurang sempurna.

2) Faktor psikologis. Dalam faktor psikologis masih terbagi menjadi

dua yaitu faktor intelektif dan faktor nonintelektif. Faktor

intelektif meliputi faktor potensial berupa kecerdasan dan bakat

serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.

Sedangkan faktor nonintelektif meliputi unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan

penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Dalam faktor ini, siswa

(29)

14

untuk meraih prestasi karena sudah memahami apa yang harus dia

lakukan untuk mencapai prestasi yang ingin dicapai.

b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)

1) Faktor sosial. Pada faktor sosial terdiri dari lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan

kelompok. Baik lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,

amupun kelompok memiliki pengaruh pada prestasi yang dicapai

oleh siswa.

2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

dan kesenian. Seorang siswa tentu akan bergelut dengan budaya

dalam usahanya mencapai sebuah prestasi. Oleh karena itu, daya

dukungnya terhadap budaya akan membuat siswa mampu meraih

prestasi.

3) Faktor lingkungan fisik. Dalam faktor lingkungan fisik ini

mencakup fasilitas rumah dan fasilitas belajar. Fasilitas rumah

maupun belajar yang lebih lengkap dan sesuai dengan keinginan

siswa akan membuat siswa semakin semangat untuk meraih

prestasi belajar.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Lingkungan spiritual

yang baik pada siswa tentu akan mempengaruhi siswa pada

prestasi belajarnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

(30)

15

internal (dari diri siswa) maupun faktor eksternal (dari luar siswa)

memiliki perannya masing-masing yang berpengaruh pada prestai belajar

siswa. Dari dalam diri siswa seperti faktor jasmaniah, psikologis, dan

kematangan fisik maupun psikis akan berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa. Siswa yang memiliki jasmani yang sempurna, kecerdasan

tinggi, kepribadian yang baik, serta kematangan fisik maupun psikis tentu

akan mampu meraih prestasi belajar yang lebih maksimal dibandingkan

siswa yang memiliki jasmani kurang sempurna, kecerdasan yang rendah,

kepribadian yang kurang baik, serta kematangan fisik maupun psikis

yang masih belum baik.

Begitu pula faktor eksternal dari diri siswa. Lingkungan sekeliling

siswa tentu memiliki pengaruh yang besar bagi prestasi belajarnya. Siswa

akan selalu berinteraksi dengan banyak hal di luar dirinya. Oleh karena

itu faktor sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan

kelompok akan berpengaruh pada pencapaian prestasi siswa. Selain itu,

faktor budaya yang dia dapatkan dari lingkungannya, fasilitas belajar,

dan pengajaran terhadap spiritual yang didapatkan dari kecil juga akan

berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Jadi, prestasi belajar siswa

dipengaruhi oleh banyak hal, apabila satu faktor dan yang lainnya dapat

terpenuhi dengan baik, maka pencapaian prestasi belajar siswa akan

tinggi. Begitu juga sebaliknya apabila satu faktor dengan yang lainnya

(31)

16

akan rendah dan pencapaian prestasi belajarnya tidak akan tercapai

secara maksimal.

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

1. Pengertian Matematika

Menurut Lisnawati, dkk. (1993: 64-65), penggunaan matematika

dalam kehidupan sehari-hari manusia telah menunjukkan hasil nyata yaitu

merupakan dasar bagi desain ilmu-ilmu lain seperti teknik, bidang sosial

dan ekonomi, serta memberikan pengetahuan pada bahasa, proses, dan

teori. Dengan adanya hal tersebut, maka matematika menjadi suatu hal

yang penting bagi negara karena jatuh bangunnya suatu negara tergantung

dari kemajuan di bidang matematikanya. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005: 723) menyatakan bahwa, matematika adalah ilmu

tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Matematika menurut Subarinah (2006: 1) adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di

dalamnya. Hal ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya

adalah belajar konsep, struktur konsep, dan mencari hubungan antar

konsep dan strukturnya.

Menurut Antonius (2006: 9) mengungkapkan bahwa matematika

berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan, dan

(32)

17

karena itu seorang guru harus menggunakan peraga-peraga dan ilustrasi

konkret dari kehidupan nyata di sekitar siswa agar konsep abstrak tersebut

menjadi lebih mudah dipahami siswa. Senada dengan Antonius, menurut

Sukayati & Agus (2009: 1) menyatakan bahwa matematika merupakan

disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas bila dibandingkan dengan

disiplin ilmu yang lainnya. Hal ini dikarenakan matematika berkenaan

dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis

dan penalarannya deduktif. Oleh karena itu pembelajaran dalam

matematika akan lebih mudah dimengerti apabila dalam pembelajaran

siswa diperkenalkan dengan materi dalam bentuk-bentuk konkret.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat dikatakan bahwa

matematika adalah ilmu yang mendasari berbagai pengetahuan yang lain

dan ilmu mengenai bilangan-bilangan yang masih berupa konsep,

struktur, dan hubungan abstrak sehingga memerlukan alat bantu untuk

dapat memahami konsep, struktur, dan hubungan tersebut. Oleh karena itu

menjadi suatu hal yang penting ketika guru harus berusaha menggunakan

alat peraga pada saat melakukan pembelajaran matematika.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika

untuk satuan SD dan MI kurikulum 2004 dalam Depdiknas (2003: 6),

menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan

menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan

(33)

18

menyelesaikan masalah. Dalam dokumen Standar Kompetensi mata

pelajaran matematika untuk satuan SD kurikulum 2006 dalam BNSP

(2006: 148) mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan seperti berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, dan

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang strategi matematika, menyelesaikan strategi, dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, diagram, tabel, dan

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Berdasarkan penjelasan mengenai tujuan dari pembelajaran

matematika di atas maka apabila pembelajaran matematika terlaksana

dengan baik dan siswa mampu memahami serta mengikuti pembelajaran

(34)

19

Dengan tercapainya tujuan-tujuan tersebut maka dunia pendidikan

Indonesia akan menghasilkan insan-insan cendekia yang mampu

memajukan bangsa dan negara. Hal ini dikarenakan pencapaian tujuan

dalam pembelajaran matematika akan membawa siswa pada pencapaian

di bidang ilmu-ilmu yang lain mengingat bahwa matematika merupakan

dasar dari berbagai ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu pembelajaran

matematika harus dilakukan sebaik mungkin agar tujuannya dapat

tercapai.

3. Ruang Lingkup Materi Matematika Kelas V SD

Menurut dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika

untuk satuan SD kurikulum 2006 dalam BNSP (2006: 148) mata pelajaran

matematika yang diajarkan pada satuan pendidikan SD/MI meliputi

aspek-aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data.

Oleh karena penelitian yang akan dilakukan peneliti dilaksanakan

pada semester II, maka ruang lingkup materi yang akan dipelajari oleh

siswa kelas V SD/MI semester 2 mencakup:

a. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

1) Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya

2) Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan

3) Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan

4) Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

b. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

(35)

20

2) Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

3) Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

4) Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri

5) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan

bangun ruang sederhana

Berdasarkan ruang lingkup materi mata pelajaran matematika kelas

V SD/MI semester 2 di atas, maka dalam penelitian ini materi yang akan

digunakan adalah menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

dengan materi spesifik penjumlahan pecahan.

4. Materi Pecahan

Dari beberapa materi matematika yang dipelajari di SD Negeri

Balangan 1, peneliti menemukan permasalahan materi pecahan. Hal ini

dikarenakan materi pecahan dirasa sulit bagi siswa sehingga hasil

belajarnya belum mencapai kriteria yang diinginkan. Hal ini dibuktikan

dengan hasil ulangan pada materi penjumlahan pecahan, dari 25 siswa

yang mengikuti ulangan hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai di atas

standar KKM dan 19 siswa lainnya masih mendapatkan nilai di bawah

standar KKM. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti materi

pecahan. Menurut Sukayati (2008: 6) menyatakan bahwa kata pecahan

berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran sama berasal dari bahasa

Latin fractio yang berarti memecah menjadi bagian-bagian yang lebih

kecil. Sebuah pecahan memiliki 2 bagian yaitu pemblang dan penyebut

(36)

21

Lisnawaty, dkk (1993: 153), menyatakan bahwa pengertian

bilangan pecahan pada matematika sekolah dasar dapat didasarkan atas

pembagian suatu benda atau himpunan atas beberapa bagian yang sama.

Menurut Marsudi Raharjo (2002: 3) pecahan adalah bagian yang tidak

utuh, pertama kali dapat dilakukan diantaranya adalah dengan melipat

potongan kertas berbentuk lingkaran atau persegi sehingga

lipatan-lipatannya tepat menutupi satu sama lain. Setelah peragaan dengan

melipat, disusul dengan menebalkan bagian yang dilipat dan mengarsir

bagian yang sesuai, ditunjukkan hasilnya kemudian digambarkan di papan

tulis.

Dalam buku Pedoman Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

(2010) dijelaskan bahwa pecahan terdiri dari beberapa jenis (nama) dan

cara penulisannya, yaitu: pertama, pecahan biasa. Pecahan biasa adalah

pecahan yang ditulis dengan pembilang, penyebut, dan garis per mendatar

atau miring; kedua, pecahan campuran. Pecahan campuran adalah

pecahan yang memiliki bagian bulat dan bagian pecahan; ketiga, pecahan

desimal. Pecahan desimal adalah pecahan persepuluhan yang ditulis

dengan menggunakan tanda koma (dalam bahasa inggris ditulis dengan

tanda titik). Menurut Sukayati (2003: 1) menyatakan bahwa pecahan yang

dipelajari anak ketika di SD merupakan bagian dari bilangan rasional

yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b adalah bilangan bulat

dan b tidak sama dengan nol. Pecahan biasa merupakan lambang bilangan

(37)

22

(perbandingan). Menurut Kennedy dalam Sukayati (2003: 1-2) makna

dari pecahan muncul dari situasi-situasi seperti pecahan sebagai bagian

yang berukuran sama dari yang utuh atau keseluruhan, pecahan sebagai

bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak, atau

juga menyatakan pembagian, percahan sebagai perbandingan (rasio).

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli, penulis

menyimpulkan bahwa pecahan adalah bagian dari keseluruhan, yang

biasanya bagian tersebut ditandai dengan arsiran dan dinamakan

pembilang, sedangkan bagian yang utuh tersebut dinamakan penyebut.

Menurut BSNP (2006: 164), pada beberapa materi dalam matematika

terdapat standar kompetensi dan beberapa kompetensi dasar. Standar

Kompetensi materi pecahan adalah menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah. Sedangkan Kompetensi Dasarnya, yaitu sebagai

berikut:

a. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya

b. Mejumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan

c. Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan

d. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti, maka pada

penelitian yang akan dilakukan peneliti mengambil materi penjumlahan

pecahan. Konsep materi dalam penjumlahan pecahan pada buku paket

pegangan siswa SD N Balangan 1 yaitu Cerdas Matematika (2007:

(38)

23

a. Menjumlahkan Pecahan Berpenyebut Sama

1) Menjumlahkan Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa

Contoh: + = ...

Pada penjumlahan berpenyebut sama dapat dilakukan dengan

menjumlahkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.

Jadi, + = =

2) Menjumlahkan Pecahan Biasa dengan Pecahan Campuran

Contoh: +2 = ...

+2 = (0+2) + ( + ) Bagian bulat dan pecahan dipisahkan

= 2 +

= 2

3) Menjumlahkan Pecahan Campuran dengan Pecahan Campuran

Contoh: 3 + 2 = ...

3 + 2 = (3+2) + ( + ) Bagian bulat dan pecahan dipisahkan

= 5 +

= 5

b. Menjumlahkan Dua Pecahan Berpenyebut Tidak sama

1) Menjumlahkan Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa

Contoh : Panjang pita Sukma meter. Panjang pita Fira meter.

(39)

24

+ = ...

Untuk menjumlahkan pecahan tersebut, kedua penyebut harus

disamakan. Gunakan KPK untuk menyamakan penyebut. KPK

dari 3 dan 4 adalah 12.

Jadi, + = +

=

=

= 1

2) Menjumlahkan Pecahan Biasa dengan Pecahan Campuran

Contoh: +1 = ...

Cara 1: Pecahan campuran tidak diubah menjadi pecahan biasa.

Dicari KPK dari penyebut bilangan pecahannya.

+1 = +1 KPK dari 3 dan 4 adalah 12

= 1 +

= 1 + = 1

Cara 2: Pecahan campuran diubah dulu menjadi pecahan biasa

1 = =

Sehingga

+1 = +

(40)

25

=

= = 1

3) Menjumlahkan Pecahan Campuran dengan Pecahan Campuran

Contoh: 2 + 3 = ...

Cara 1: Penyebut-penyebut bagian pecahan disamakan tanpa

mengubah bagian bulat

2 + 3 = 2 + 3

= (2+3) + ( + ) KPK dari 3 dan 2 adalah 6

= 5 +

= 5 + = 5

Cara 2: Kedua pecahan campuran diubah menjadi pecahan biasa,

kemudian penyebutnya disamakan

2 + 3 = +

= + KPK dari 3 dan 2 adalah 6

=

= = 5

4) Menjumlahkan Tiga Pecahan Berpenyebut Tidak Sama

Contoh 1: Sukma membantu Ibu menimbang bahan-bahan kue.

Ibu akan membuat tiga jenis kue. Kue pertama memerlukan kg

(41)

26

ketiga memerlukan kg gula pasir. Berapa kg gula pasir yang

diperlukan untuk semua jenis kue tersebut?

+ + = ...

Penyelesaian:

+ + = + + KPK dari 3, 4, dan 6 adalah 12

=

= = 1

Contoh 2: 1 + + + = ...

Penyelesaian:

1 + + + = + + dijadikan bentuk pecahan biasa

= + + KPK dari 5, 4, dan 10 adalah 20

=

= = 2

5. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Dalam proses pendidikan yang berlangsung di setiap tingkat satuan

pendidikan, seorang guru harus mampu mengetahui karakteristik dari

siswa-siswanya. Dalam hal ini, banyak ahli yang telah mengungkapkan

karakteristik dari siswa SD. Siswa SD umurnya berkisar antara enam atau

tujuh tahun sampai dua belas tahun. Seperti diungkapkan oleh Nasution

dalam Syaiful Bahri (2011: 123) bahwa masa usia sekolah dasar sebagai

(42)

kira-27

kira sebelas atau dua belas tahun. Dalam setiap perkembangannya, anak

akan mengalami karakteristiknya masing-masing. Seperti dikemukakan

oleh Piaget (Wakiman, 2001: 6-7) perkembangan kognitif manusia

melalui 4 tahap, yaitu:

a. Sensorimotor (0 - 2 th)

Pada tahap ini, anak dalam masaa mengembangkan konsep melalui

interaksi dengan dunia fisik. Pada usia dini, dasar-dasar pertumbuhan

mental dan belajar matematika anak mulai berkembang.

b. Praoperasional (2 - 7th)

Pada tahap praoperasional, anak sudah mulai menggunakan bahasa

untuk menyatakan suatu ide, tetapi ide tersebut masih tergantung pada

persepsi. Selain itu, anak telah mulai menggunakan simbol dan belajar

untuk membedakan antar istilah dan objek yang diwakili oleh istilah

tersebut. Pada tahap ini anak juga sudah mulai mengenal ide tentang

“kekekalan” atau “konservasi” yang sederhana.

c. Operasi Konkret (7 – 12th)

Pada tahap operasi konkret, seorang anak akan mengembangkan

konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki

hubungan dan model-model ide abstrak. Bahasa bagi anak merupakan

alat yang sangat penting untuk menyatakan dan mengingat konsep.

Pada tahap ini anak sudah mulai berpikir logis sebagai akibat dari

(43)

28

sudah dapat diterima oleh anak dengan mantap. Hal ini berdasarkan

pengamatan dan penggunaan pikiran yang logis.

d. Operasi formal (12 th - dewasa)

Pada tahap ini, seorang anak sudah mulai mampu untuk berpikir

secara abstrak dan menyusun hipotesis dari hal-hal yang abstrak

menjadi real. Anak sudah mulai tidak bergantung pada benda-benda

konkret.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 124-125), karakteristik

siswa di bagi menjadi dua, yaitu:

a. Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar

1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi

peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

3) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau

hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

5) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu

dianggapnya tidak penting.

6) Pada masa ini (terutama pada umur 6 - 8 tahun) anak

menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat

(44)

29

b. Masa Kelas-kelas Tinggi Sekolah Dasar

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang

konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan

mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai

mulai menonjolnya faktor-faktor.

4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau

orang-orang dewasa lainnya.

5) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,

biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam

permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan

permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

Pada pembagian masa perkembangan anak-anak umur SD, menurut

Suryobroto dalam Syaiful Bahri (2011: 124) menyatakan bahwa

masa-masa kelas rendah sekolah dasar berkisar umur 6 atau 7 tahun sampai

umur 9 atau 10 tahun yaitu kelas I, II, dan III. Masa-masa kelas tinggi

sekolah dasar berkisar umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun

yaitu kelas IV, V, dan VI.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa anak kelas

V SD yang masuk pada masa-masa kelas tinggi dengan perkembangan

(45)

30

logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. Dengan begitu

penggunaan media berupa alat peraga dalam pembelajaran sangat

diperlukan untuk membantu proses berpikirnya sehingga siswa akan lebih

mudah dalam memahami materi pembelajaran yang diajarkan.

C. Tinjauan Tentang Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Dalam proses belajar mengajar di kelas, seorang guru

membutuhkan alat bantu untuk mengajar sehingga memudahkan siswa

dalam mengikuti proses belajar. Menurut Uzer (2006: 31) alat peraga

pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) merupakan

alat-alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu

memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan

mencegah terjadinya verbalisme dalam diri siswa. Senada dengan hal

tersebut, Nasution (2000: 94-97) menjelaskan bahwa dalam dunia

pendidikan, masalah yang sering dialami adalah verbalisme.

Verbalisme yang dimaksudkan terdapat dalam tiap situasi belajar,

yaitu apabila anak-anak diberi kata-kata tanpa memahami artinya. Hal

inilah yang menjadi kekurangan dalam dunia pendidikan kita. Oleh

karena itu, untuk memperoleh suatu pengertian yang nyata, seorang guru

harus mampu mengabstraksi suatu pengalaman pada seorang anak. Akan

tetapi dalam mengabstraksi pengalaman tersebut, diperlukan alat bantu

berupa media. Dalam hal ini, kita tidak bisa sembarangan dalam memilih

(46)

31

A fundamental component of the systematic approach to teaching and learning is the selection of instructional media. The basic rule for media is: A medium of instruction must be selected on the basic of its potential for implementing a stated objective.

Oleh karena itu, pemilihan dalam penggunaan media sangat

penting untuk menyesuaikan dengan materi atau objek yang akan

dipelajari. Media sendiri masih dalam artian yang luas. Menurut Ahmad

Rohani (1997: 3) media adalah sesuatu yang dapat diindra dan berfungsi

sebagai perantara berupa sarana dan alat untuk proses komunikasi (proses

belajar mengajar). Menurut Sukayati & Agus (2009: 6) media

pembelajaran adalah semua benda yang menjadi perantara dalam

terjadinya pembelajaran. Berdasarkan fungsinya media dapat berbentuk

alat peraga dan sarana. Sehingga semua benda yang digunakan sebagai

alat dalam pembelajaran matematika disebut dengan alat peraga

matematika. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa media dibagi

menjadi dua bentuk yaitu sarana dan alat.

Menurut Syaiful Bahri (2005: 184) alat adalah apa saja yang dapat

dijadikan perantara untuk mencapai tujuan pendidikan. Suryosubroto

(2002: 175) menyatakan bahwa dalam kegiatan pendidikan dan

pengajaran sekolah, setiap metode mengajar perlu menggunakan alat-alat

pengajaran yang berfungsi membantu proses pengajaran agar tujuan dapat

dicapai dengan sebaik-baiknya. Alat-alat pengajaran tersebut biasa

disebut dengan alat peraga. Menurut Estiningsih dalam Sukayati & Agus

(2009: 6) alat peraga adalah media pembelajaran yang mengandung atau

(47)

32

Bahasa Indonesia (2005: 27-28) alat peraga adalah alat yang digunakan

dalam pengajaran yang dapat dilihat sehingga tahu benar benda yang

dimaksud atau sebagai alat bantu untuk menghitung, dsb. Menurut Pujiati

dalam Nurul (2012: 27-28) alat peraga adalah seperangkat benda konkret

yang dirancang, dibuat, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk

membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep serta

prinsip-prinsip matematika. Menurut Nasution (2000: 98), menyatakan

bahwa alat-alat peraga adalah alat bantu dalam mengajar agar

pembelajaran menjadi efektif.

Lebih lanjut, Nasution menjelaskan bahwa alat peraga memiliki

faedah atau nilai yaitu: pertama, menambah kegiatan belajar murid. Ini

berarti bahwa siswa dituntut untuk lebih aktif dengan menggunakan alat

peraga, sehingga bukan gurunya saja yang terlibat aktif dalam belajar

mengajar; kedua, menghemat waktu belajar (ekonomis). Dengan adanya

alat peraga, siswa akan belajar dengan waktu yang lebih efektif, guru

tidak harus terlalu lama dalam memberikan pemahaman karena siswa

akan lebih cepat dalam memahami; ketiga, menyebabkan hasil belajar

lebih permanen dan mantap.

Seperti dijelaskan sebelumnya, dengan siswa mengalami langsung

dan berinteraksi dengan materi yang dibuat lebih konkret, siswa akan

mudah memahami dan pemahamannya akan lebih permanen

dibandingkan tidak mengalami langsung; keempat, memberikan alasan

(48)

33

(motivasi) dan aktivitas, pada siswa. Adanya alat peraga akan membuat

siswa lebih tertarik untuk mempelajari materi yang disajikan guru, dengan

begitu motivasi belajarnya akan lebih meningkat; keenam, memberikan

pemahaman yang lebih tepat dan jelas. Seperti penjelasan di atas, pada

masa sebelum seorang anak memasuki bangku sekolah, mereka

cenderung lebih mudah dalam memahami sesuatu, hal ini dikarenakan

mereka mengalami secara langsung. Begitu juga dengan adanya alat

peraga akan membuat siswa lebih paham secara tepat dan jelas karena dia

belajar secara konkret. Oleh karena itu penggunaan alat peraga akan dapat

membantu siswa dalam memahami pembelajaran yang abstrak menjadi

konkret.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

alat peraga adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar

proses komunikasi dalam memahami materi yang dipelajari lebih baik

dan efektif. Alat peraga memiliki banyak manfaat salah satunya adalah

membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan

menggunakan alat peraga, proses belajar mengajar tidak hanya didominasi

oleh guru saja, akan tetapi siswa akan ikut berperan aktif di dalamnya,

salah satunya dengan mencoba memperagakan alat peraga. Dengan

begitu, proses belajar mengajar akan lebih menyenangkan dan menarik

(49)

34

2. Pentingnya Alat Peraga

Alat peraga merupakan alat yang membantu guru dan siswa untuk

dapat belajar dengan efektif. Dengan begitu, alat peraga memiliki banyak

kegunaan pada proses pembelajaran. Menurut Ruseffendi (1984: 384),

secara singkat alat peraga matematika berguna untuk:

a. Supaya anak-anak lebih besar minatnya

b. Supaya anak-anak dapat dibantu daya tiliknya sehingga lebih

mengerti dan lebih besar daya ingatnya

c. Supaya anak-anak dapat melihat hubungan antara ilmu yang

dipelajarinya dengan alam sekitar dan masyarakat

Dalam sebuah pembelajaran di sekolah dasar, anak-anak

menginginkan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Disinilah peran guru sangat dominan untuk

menciptakan suana pembelajaran yang menyenangkan. Khususnya dalam

mata pelajaran matematika yang masih dianggap sulit oleh anak. Guru

harus bisa merubah pemikiran siswanya terhadap pelajaran matematika

bahwa belajar matematika itu menyenangkan dan memiliki banyak

manfaat. Oleh karena itu seorang guru perlu mengetahui macam-macam

alat peraga yang dapa digunakan dalam pembelajaran matematika. Selain

mengetahui, guru juga harus bisa memahami dan menggunakan alat

peraga tersebut. Dengan hal ini diharapkan anak-anak akan lebih banyak

(50)

35

gembira, dengan begitu minatnya terhadap pelajaran matematika akan

lebih besar.

Selain itu, di sekolah dasar masih banyak siswa yang nilainya

kurang. Hal ini bisa disebabkan karena anak sukar dalam membayangkan

bentuk-bentuk geometri ruang dalam pembelajaran matematika. Apabila

hal ini dibiarkan tanpa diperbaiki, maka bukan tidak mungkin siswa akan

semakin tidak paham dan tidak suka terhadap pelajaran matematika dan

menyebabkan mereka enggan untuk sekolah. Oleh karena itu sebagai

seorang guru yang bertugas mendidik siswa-siswa harus bisa segera

mengatasi masalah-masalah tersebut salah satunya dengan menggunakan

alat peraga pada saat pembelajaran matematika berlangsung.

3. Prinsip Penggunaan Alat Peraga

Pendidikan di Indonesia selama ini lebih menekankan pada aspek

kognitif dibandingkan dengan dua aspek yang lainnya yaitu afektif dan

psikomotorik yang sedikit diabaikan. Dengan berkaca pada hal tersebut

menyebabkan pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini masih banyak

yang bersifat klasikal sehingga semua peserta didik diperlakukan sama

oleh guru. Pada pembelajaran ini menyebabkan komunikasi hanya terjadi

satu arah yaitu guru pada siswa tidak ada timbal balik dari siswa ke guru.

Sehingga dalam pembelajarn guru yang akan lebih aktif bahkan dalam

penggunaan alat peraga dan hanya sebagian kecil siswa yang mau

memanfaatkan alat peraga. Oleh karena itu penggunaan alat peraga juga

(51)

36

kelompok. Menurut William Burton dalam Uzer (2006: 32) dalam

memilih alat peraga yang akan digunakan hendaknya memperhatikan

hal-hal berikut:

a. Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan

pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok

b. Alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan

c. Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu

d. Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti dengan

diskusi, analisis, dan evaluasi

e. Sesuai dengan batas kemampuan biaya

Menurut Sukayati & Agus (2009: 9), ada 7 prinsip umum dalam

penggunaan alat peraga pada sebuah pembelajaran, yaitu:

a. Penggunaan alat peraga hendaknya sesuai dengan tujuan

pembelajaran

b. Alat peraga yang digunakan hendaknya sesuai dengan metode

atau strategi pembelajaran

c. Tidak ada satu alat peragapun yang dapat atau sesuai untuk

segala macam kegiatan belajar

d. Guru harus terampil menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran

e. Peraga yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan siswa

(52)

37

f. Pemilihan alat peraga harus obyektif, tidak didasarkan kepada

kesenangan pribadi

g. Keberhasilan penggunaan alat peraga juga dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan

Apabila prinsip-prinsip penggunaan alat peraga di atas dapat

dipenuhi dan dijalankan, maka proses pembelajaran matematika dengan

menggunakan alat peraga akan lebih membuat siswa tertarik dan

memahami pembelajaran dengan baik. Dalam hal ini memang seorang

guru dituntut untuk berusaha lebih keras. Akan tetapi hal tersebut tentu

akan membuat siswa menjadi senang dalam belajar dan memahami suatu

pembelajaran dan akan memiliki dampak yang besar dalam dunia

pendidikan. Sehingga perjuangan dari proses pembelajaran yang baik

akan menghasilkan dampak yang baik pula.

4. Alat Peraga Blok Pecahan

Menurut Pujiati (2008: 37), menyatakan bahwa blok pecahan

adalah alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan tentang konsep

materi pecahan yang terdiri dari lingkaran utuh dan juring-juring.

Menurut Sukayati & Agus Suharjana (2009: 30-31), menyatakan bahwa

alat peraga blok pecahan dapat digunakan untuk pembelajaran pecahan di

kelas III, IV, V, VI SD dalam konsep materi pecahan , , , , , , , ;

membandingkan pecahan, pecahan senilai, serta penjumlahan dan

(53)

38

blok pecahan sangat bermanfaat bagi siswa sebagai pengganti dari

benda-benda aslinya. Menurut Sukayati & Agus Suharjana (2009 : 31-38),

penjelasan mengenai penggunaan alat peraga blok pecahan dalam

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Memperagakan konsep pecahan

Konsep pecahan yang dikenalkan kepada peserta didik dengan

urutan dari an, an, dan an. Selanjutnya mengenalkan pecahan an,

an, an, an, dan an. Satu lingkaran utuh digunakan untuk

(54)

39

Lingkaran utuh digunakan untuk

memperagakan bilangan 1.

Lingkaran yang dipotong menjadi 2 bagian

yang sama digunakan untuk memperagakan

konsep an. Masing-masing melambangkan

dan dibaca setengah/satu perdua/seperdua.

“1” disebut pembilang (merupakan 1 bagian

potongan yang diperhatikan/diambil). “2”

disebut penyebut (merupakan banyaknya

potongan yang sama dari yang utuh).

Lingkaran yang dipotong menjadi 4 bagian

sama digunakan untuk memperagakan konsep

pecahan an. Bila mengambil 2 potong maka

disebut (dua per empat) dan bila mengambil

3 potong maka disebut (tiga per empat).

Peragaan dapat dilanjutkan untuk pecahan an, an, an, an, an,

dan an.

(55)

40

1) Membandingkan pecahan yang berpenyebut sama

Membandingkan pecahan dan dengan cara membandingkan

luasnya.

Karena pecahan an lebih luas dari potongan an, maka > atau

< .

Membandingkan pecahan dan dengan cara membandingkan

luasnya.

Karena potongan an lebih luas dari an, maka > atau .

Jadi, bila penyebut sama maka diperhatikan nilai dari

pembilangnya. Pembilang yang bernilai besar, tanda pecahannya

akan bernilai besar.

2) Membandingkan pecahan yang pembilangnya sama

Membandingkan pecahan dan dengan cara membandingkan

luasnya.

(56)

41

Membandingkan pecahan dan , dengan cara membandingkan

luasnya.

Karena potongan lebih luas dari maka > atau .

Jadi, bila pembilang sama maka diperhatikan nilai dari

penyebutnya. Penyebut yang bernilai besar pecahannya justru

bernilai kecil.

c. Memperagakan pecahan senilai

Pecahan senilai dapat diperagakan dengan membandingkan luasnya

Potong pecahan , , , , luasnya sama.

Jadi pecahan = = = .

Pecahan

Pecahan =

Jadi, bila potongan-potongan dari masing-masing pecahan yang

dibandingkan mempunyai luas yang sama atau apabila kedua

(57)

42

maka dua pecahan tersebut merupakan pecahan senilai. Pecahan

akan senilai bila pembilang dan penyebut dikalikan atau dibagi

dengan bilangan yang sama.

d. Memperagakan penjumlahan dan pengurangan pecahan

1) Penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Contoh 1:

+ = =

Contoh 2:

+ = =

Jadi, penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama dapat dilakukan

dengan menjumlahkan pembilang dari kedua pecahan tersebut,

sedangkan penyebutnya tetap.

2) Penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama

Contoh : + =

(58)

43

Jadi, penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama dan salah

satu penyebutnya merupakan kelipatan penyebut yang lain, dapat

dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu

kemudian baru dijumlahkan.

3) Pengurangan pecahan berpenyebut sama

Contoh: - = ...

diambil

sisa

- = = =

Jadi, pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dapat

dilakukan dengan menguragkan pembilangnya, sedangkan

penyebutnya sama dengan kedua pecahan tersebut.

4) Pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama

Contoh: - = ...

diubah menjadi diambil

diambil =

sisa

(59)

44

Jadi, pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama dapat

dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu

sehingga menjadi dua pecahan berpenyebut sama, baru

mengurangkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya sama

dengan kedua pecahan tersebut.

Berdasarkan penjelasan dan penggunaan alat peraga blok pecahan

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alat peraga blok pecahan mampu

untuk memperagakan materi pecahan dengan baik. Alat peraga blok

pecahan sangat tepat untuk menanamkan konsep membandingkan

pecahan, pecahan senilai, serta penjumlahan dan pengurangan pecahan

biasa. Setelah menguasai konsep pecahan biasa, maka untuk tingkat

selanjutnya guru bisa menggunakan buku paket pada proses belajar

mengajar secara abstrak.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai masukan adalah

penelitian Kristanti Widyastuti (2011) dengan judul “Peningkatan Prestasi

Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui Pembelajaran Dengan

Bantuan Alat Peraga Teropong Pecahan Bagi Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar Negeri 2 Temanggung 1 Kabupaten Temanggung”. Hasil penelitian

ini menyimpulkan bahwa dengan pembelajaran menggunakan alat peraga

teropong pecahan dapat meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar

Gambar

Gambar 1. Model Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen lembar observasi untuk siswa
Tabel 3. Kisi-kisi instrumen tes prestasi
Tabel 4. Kriteria keberhasilan proses pembelajaran aktivitas guru dan siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komplain yang ada biasanya berasal dari dua sumber, yang pertama adalah dari pihak terapis atau resepsionis dan yang kedua adalah langsung dari pelanggan. Terkadang ada pelanggan

“ Evaluasi Pengaruh Penambahan Antioksidan BHA Terhadap Stabilitas Beta Karoten Dan Karakteristik Fisikokimia Sensori Jelly Wortel Selama Penyimpanan ” ini guna

Hasil penelitian ini adalah: (1) konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah: 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44

Penelitian ini bertujuan mengetahui strategi-strategi yang dihasilkan dalam Perencanaan Strategis Dinas Perdagangan Kota Surakarta dalam Mengembangkan Pasar Pucang

Peta anomali Bouguer Regional daerah panas bumi Malingping, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.. Peta anomali Bouguer Residual daerah panas bumi Malingping, Kabupaten Lebak,

Aplikasi pemetaan digital ini dapat menampilkan letak client hasil optimasi beserta data hasil pengukuran bit rate dan field strength dari program pengukur

[r]

To me, leading a remarkable career is the best way I know to kick start that same desire for leading a remarkable life—one where you don’t just become a better and more valuable