HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME DENGAN SIKAP CINTA TANAH AIR SISWA KELAS V SD
SE-GUGUS IV KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ismayani NIM 11108241101
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak
PERSEMBAHAN
Dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Kiswanto dan Ibu Sri Wahyuti) atas segala
kasih sayang, doa, dan dukungan yang telah diberikan.
2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.
HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME DENGAN SIKAP CINTA TANAH AIR SISWA KELAS V SD
SE-GUGUS IV KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN
Oleh Ismayani NIM 11108241101
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V SD se-gugus IV Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 130 siswa yang diambil dari 7 sekolah dasar yang ada di gugus IV Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan angket. Uji validitas menggunakan uji validitas isi, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha cronbach. Uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas denganrumus Kolmogorov Smirnov dan uji linieritas. Uji hipotesis menggunakan korelasi Pearson product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V SD se-gugus IV Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman dengan signifikansi 0,000 < 0,05, dan nilai r sebesar 0,497 termasuk memiliki hubungan sedang (>0,4 – 0,599). Sedangkan sumbangan efektifnya sebesar 24,7% dan sisanya sebesar 75,3% ditentukan oleh faktor lain.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hubungan pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta
tanah air siswa kelas V SD se-gugus IV Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman”. Terselesaikannya skripsi ini atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
baik secara moral maupun material, sehingga segala kesulitan dan hambatan
selama penyusunan skripsi dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk menuntut ilmu.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta atas ijin
untuk melakukan penelitian.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sri Rochadi, M.Pd dan Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd.
selaku pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Kepala Sekolah Dasar se-gugus IV Kecamatan Mlati,
Sleman yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
6. Bapak, Ibu dan Adikku tercinta yang tidak pernah lelah memberikan
dukungan dan doa bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung dalam
pelaksanaan penelitian ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga semua amal dan budi baiknya mendapat imbalan yang setimpal dari
Allah swt.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab
itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan.
Yogyakarta, 4 April 2016
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1
B.Identifikasi Masalah ... 7
C.Pebatasan Masalah... 8
D.Perumusan Masalah ... 9
E.Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORI A.Tinjauan Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 11
1. Pemahaman ... 11
a. Pengertian Pemahaman ... 11
b. Kategori Pemahaman... 12
c. Ciri-ciri Pemahaman ... 13
2. Nilai ... 14
b. Fungsi Nilai ... 16
c. Jenis Nilai ... 16
3. Nasionalisme ... 17
a. Pengertian Nasionalisme ... 17
b. Unsur Nasionalisme... 19
c. Prisip Nasionalisme ... 20
d. Ciri Nasionalisme ... 21
e. Indikator Nasionalisme ... 21
4. Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 22
B.Sikap Cinta Tanah Air ... 23
1. Sikap ... 23
a. Pengertian Sikap ... 23
b. Komponen Sikap ... 25
c. Tingkatan sikap ... 27
2. Pengertian Cinta Tanah Air... 28
3. Sikap Cinta Tanah Air ... 30
C.Kajian yang Relevan... 31
D.Kerangka Berfikir ... 33
E.Hipotesis Penelitian ... 36
F. Definisi Operasional Variabel ... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37
B. Populasi dan Sampel ... 37
C. Metode Pengumpulan Data ... 40
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
E. Instrumen Penelitian ... 41
Perencanaan dan Penyusunan Instrumen ... 42
F. Uji Prasyarat Instrumen ... 45
1. Uji Validitas Instrumen ... 45
3. Hasil Uji Coba Instrumen ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 51
1. Uji Normalitas ... 51
2. Uji Linearitas ... 51
3. Pengujian Hipotesis ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian ... 54
B. Deskripsi Data ... 54
C. Uji Prasyarat Analisis ... 62
1. Uji Normalitas ... 62
2. Uji Linearitas ... 64
D. Uji Hipotesis ... 65
E. Pembahasan ... 66
F. Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Instrumen Uji Coba Penelitian ... 76
Lampiran 2. Data Skor Hasil Uji Coba Instrumen ... 85
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 89
Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 92
Lampiran 5. Data Skor Hasil Penelitian... 99
Lampiran 6. Analisis Deskriptif ... 109
Lampiran 7. Uji Normalitas ... 114
Lampiran 8. Uji Linearitas ... 115
Lampiran 9. Uji Hipotesis ... 116
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian ... 117
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Populasi ... 38
Tabel 2. Perhitungan Rumus Slovin ... 39
Tabel 3. Daftar Jumlah Sebaran Sampel Siswa ... 40
Tabel 4. Daftar Sekolah dan Alamat Tempat Penelitian ... 41
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 42
Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Sikap Cinta Tanah Air ... 43
Tabel 7. Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 47
Tabel 8. Hasil Uji Validitas Instrumen Sikap Cinta Tanah Air ... 48
Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme .... 49
Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Sikap Cinta Tanah Air ... 50
Tabel 11. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi .. 52
Tabel 12. Daftar Jumlah Sampel Berdasarkan Asal Sekolah... 54
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Data Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 55
Tabel 14. Klasifikasi Data Skor Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 57
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Sikap Cinta Tanah Air ... 59
Tabel 16. Klasifikasi Data Skor Sikap Cinta Tanah Air ... 61
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Data ... 63
Tabel 18. Hasil Uji Linieritas Data ... 64
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Hubungan Antar Variabel ... 35
Gambar 2. Diagram Histogram Skor Pemahaman Nasionalisme ... 56
Gambar 3. Diagram Histogram Klasifikasi Skor Pemahaman Nasionalisme ... 58
Gambar 4. Diagram Histogram Skor Sikap Cinta Tanah Air ... 60
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai masalah
yang berkaitan dengan kurangnya rasa cinta tanah air. Sebagian besar
warga tak lagi mempunyai rasa bangga menjadi bangsa Indonesia.
Permasalahan tersebut disebabkan oleh kekecewaan publik yang
diakibatkan oleh banyak faktor seperti kemiskinan, rasa tidak percaya pada
pemerintah dan kebijakannya, perasaan tidak dilindungi oleh Negara, dan
lain-lain. Hal tersebut menyebabkan semangat kebangsaan warga
Indonesia semakin tak terlihat.
Rasa cinta tanah air bangsa Indonesia yang saat ini mengalami
kemunduran ditandai dengan adanya persoalan yang berkaitan dengan
kurangnya rasa persatuan bangsa. Hal ini dibuktikan dari banyaknya
peristiwa seperti perang suku maupun konflik kelompok yang memakan
banyak jiwa. Pada harian Kompas, tanggal 10 Maret 2014 yang ditulis
oleh A. Mado menyatakan bahwa di Maluku telah mengalami berbagai
kasus konflik antar negeri (desa), seperti antara Desa Aboru – Desa Hulaliu (7 Mei 2012; 1 tewas luka tembak), konflik Desa Sepa – Desa Hulaloy (28 Desember 2012; 11 tewas, dan belasan luka-luka), Desa
Mamala – Desa Morela (25 Feb 2013; 1 tewas, 25 Juni 2013; 1 tewas, belasan luka-luka, 10 rumah terbakar, 5 Nov 2013; 1 tewas, 5 rumah
korban nihil) (http://birokrasi.kompasiana.com). Peristiwa tersebut
menunjukan bahwa kurangnya rasa persatuan bangsa karena masyarakat
yang sulit menerima perbedaan dalam kehidupan dan cenderung
menunjukan idealisme sebagai bangsa Indonesia belum terwujud.
Selain itu memudarnya sikap cinta tanah air bangsa Indonesia juga
dapat dilihat dari kasus masyarakat Kalimantan yang berbatasan dengan
negara Malaysia. Mereka kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah
seperti fasilitas yang kurang memadahi dan sulitnya mencari lapangan
pekerjaan. Hal tersebut menyebabkan masyarakat perbatasan lebih
memilih untuk mencari lapangan pekerjaan di Negara tetangga karena
disana mereka lebih mudah untuk mendapatkan fasilitas dan pekerjaan
mengingat kehidupan mereka diperbatasan sangat memperihatinkan.
Apabila hal tersebut dibiarkan terus terjadi akan meyebabkan nasionalisme
masyarakat perbatasan menjadi hilang. Mereka juga akan merasakan lebih
nyaman hidup di Negara tetangga dari pada di Indonesia. Hal terburuk
yang juga dapat terjadi adalah berpindahnya kewarganegaraan menjadi
kewarganegaraan Malaysia. Pada harian Tribun pada hari Kamis, 3 Juni
2010 menyatakan bahwa sejak tahun 1997 sekitar 2.000 warga Kabupaten
Sanggau dan Kabupaten Bengkayang yang tinggal di daerah perbatasan
Kalimantan Barat-Serawak memilih berganti kewarganegaraan menjadi
warga negara Malaysia. Ini akibat kesenjangan infrastruktur dan fasilitas
umum di perbatasan Indonesia-Malaysia tersebut
Hilangya rasa cinta tanah air yang dimiliki oleh sebagian warga
negara Indonesia ini juga dapat dibuktikan dari adanya kasus WNI
eksodus ke Suriah untuk bergabung dengan Negara Islam di Irak dan
Suriah serta pemblokiran situs-situs radikal sehingga memerlukan
ketegasan kebijakan dan penegasan cara pandang. Indonesia tengah
menghadapi orang-orang yang sudah hilang rasa memiliki terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka ini adalah
orang-orang yang "kost" di negeri Irak. Bagi mereka, yang penting adalah "cinta
agama" dan buang jauh-jauh "cinta tanah air"
(http://nasional.kompas.com).
Cinta tanah air perlu untuk dikembangkan dalam setiap jiwa setiap
warga negara Indonesia. Individu yang memiliki rasa cinta tanah air akan
berusaha untuk menjaga kedaulatan bangsa, melindungi dan menjaga
kehormatan negara, serta berusaha utuk memajukan Negara dengan segala
upaya yang dimilikinya. Rasa cinta tanah air dapat mendorong setiap
warga Indonesia untuk membangun Negara dengan penuh dedikasi. Selain
itu rasa cinta tanah air juga dapat membuat setiap warga selalu menjaga
apa saja yang dimiliki oleh Negara dengan penuh tanggungjawab,
termasuk keutuhan NKRI.
Pudarnya rasa cinta tanah air saat ini disebabkan oleh banyak
faktor, salah satunya bangsa indonesia yang semangat nasionalismenya
tengah mengalami degradasi. Saat ini sebagian besar bangsa Indonesia
disebabkan oleh pengaruh dari nilai-nilai dari luar dan kurangnya
pemahaman nilai-nilai nasionalisme.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi juga
turut menyebabkan kurangnya pemahaman nilai-nilai nasionalisme.
Globalisasi membuat kehidupan saat ini seakan tanpa batas. Dampak
buruk dari adanya globalisasi salah satunya menyebabkan masyarakat
bersikap konsumtif dan cenderung mengikuti budaya barat. Hal tersebut
berujung pada gaya hidup yang mewah dan mengikuti tren, berbeda jauh
dari karakter budaya Indonesia yang lebih mengutamakan kehidupan yang
sederhana dan mengedepankan gotong royong. Lebih buruknya saat ini
banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih menggunakan produk
luar negeri dibandingkan produk dalam negeri. Hal ini membuktikan
bahwa kecintaan terhadap produk dalam negeri menurun. Menurunnya
rasa kecintaan terhadap produk dalam negeri ini juga diakibatkan oleh
kurangnya pemahaman nilai nasionalisme.
Soepriyatno (2008 : 67) mengemukakan bangsa Indonesia
merupakan suatu bangsa yang terdiri dari bermacam-macam suku, etnis,
ras, dan agama. Oleh karena itu nasionalisme penting untuk dimiliki
bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan NKRI serta keinginan yang
besar untuk mendirikan sebuah Indonesia merdeka. Artinya, Indonesia
yang berdaulat penuh secara politik, ekonomi, social - budaya serta
dasar munculnya tekat untuk berbangsa, berbahasa, bertumpah darah satu,
yakni Indonesia, sebagaimana ditegaskan dalam sumpah pemuda.
Dengan memiliki jiwa nasionalisme berarti memiliki rasa kesatuan
yang tumbuh dari dalam hati berdasarkan cita-cita yang sama dalam
sebuah bangsa. Persatuan bangsa dalam semangat nasionalisme
merupakan cerminan dari nilai Pancasila. Persatuan Indonesia dalam
Pancasila dapat diuraikan sebagai usaha kearah bersatu dalam kebulatan
satu kesatuan rakyat untuk membina nasionalisme dalam Negara (Sunarso,
dkk, 2006 : 41).
Nilai-nilai nasionalisme perlu ditanamkan pada anak sejak dini.
Melalui pemahaman nilai-nilai nasionalisme yang baik pada anak akan
menumbuhkan sikap yang baik pula. Salah satu sikap tersebut ialah cinta
tanah air. Sri Nawanti (2011 : 30) menyatakan bahwa cinta tanah air
merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Dengan
begitu keutuhan NKRI tetap terjaga.
Jiwa nasionalisme yang harus dimiliki generasi muda saat ini
tentunya berbeda dengan nasionalisme yang dimiliki oleh pejuang
terdahulu dalam melawan penjajah. Nilai-nilai yang harus dikembangkan
anak sejak dini adalah sikap kemanusiaan seperti : dapat menghargai
perbedaan, bersikap adil pada orang lain, dapat hidup dalam perbedaan,
demokratis, dan bersedia untuk hidup rukun. Selain itu anak juga perlu
dibantu untuk dapat ikut bertanggung jawab sebagai warga Negara,
mengerti yang menjadi hak dan kewajibannya (Paul Suparno, 2005 : 85).
Pemahaman tentang nilai nasionalisme dan sikap cinta tanah air
perlu dikembangkan melalui pendidikan terutama pada pendidikan sekolah
dasar. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang tepat untuk
mengajarkan dan menanamkan berbagai nilai dan sikap yang baik salah
satunya pemahaman nasionalisme dan sikap cinta tanah air. Akan tetapi
banyak sekolah dasar yang belum berhasil mengembangkan nilai dan
sikap tersebut. Masih banyak siswa sekolah dasar yang kurang memahami
tentang nilai nasionalisme dan seberapa penting memiliki sikap rasa cinta
tanah air.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran di
kelas V SD Negeri Sendangadi 1 pada mata pelajaran PKn dengan materi
pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas V tentang materi
pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) tersebut masih rendah. Terlihat ketika guru sedang melakukan
tanya jawab dengan siswa, sebagian besar siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan tersebut. Siswa masih kesulitan dalam mendeskripsikan NKRI,
menjelaskan pentingnya keutuhan NKRI serta menyebutkan contoh
perilaku dalam menjaga NKRI. Hai ini menunjukkan bahwa siswa belum
serta berbagai kebudayaan yang ada di Indonesia. NKRI merupakan
bagian tidak dapat dipisahkan dari nasionalisme. Oleh karena itu
pemahaman nilai-nilai nasionalisme perlu ditanamkan dengan baik pada
siswa mulai dari siswa sekolah dasar.
Hasil observasi juga menunjukan bahwa sebagian siswa kurang
menunjukkan sikap cinta tanah air. Terlihat banyak siswa yang kurang
menjaga kebersihan, membeda-bedakan teman, saling mengejek satu sama
lain, kurangnya rasa menghargai antar teman, dan juga terdapat siswa yang
kurang peka terhadap teman yang sedang kesusahan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu rendahnya
pemahaman nilai-nilai nasionalisme.
Penanaman pemahaman tentang nilai nasionalisme dan sikap cinta
tanah air harus dilakukan secara berkesinambungan dan perlu adanya
kerjasama dari berbagai pihak agar melekat dengan baik pada diri siswa.
Dengan begitu, dengan adanya pemahaman nilai-nilai nasionalisme yang
tinggi pada siswa diharapkan siswa juga memiliki sikap cinta tanah air
yang tinggi pula. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme
dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V Sekolah Dasar se-Gugus IV di
Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi
1. Banyaknya kasus peperangan antar suku akibat lunturnya rasa
persatuan bangsa Indonesia.
2. Adanya perasaan kurang diperhatikan oleh pemerintah pada
masyarakat perbatasan yang dapat mengikis rasa cinta tanah air.
3. Nasionalisme generasi muda yang tengah mengalami degradasi akibat
pengaruh nilai dari luar.
4. Kurangnya kesadaran generasi muda akan pentingnya memiliki rasa
nasionalisme.
5. Adanya kasus hilangnya rasa cinta tanah air akibat kurangnya memiliki
pemahaman nilai – nilai nasionalisme.
6. Pemahaman tentang nilai-nilai nasionalisme dan sikap cinta tanah
airsiswa kelas 5 SD masih rendah.
7. Kurangnya sikap yang mencerminkan cinta tanah air akibat rendahnya
pemahaman nilai-nilai nasionalisme.
8. Adanya hubungan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan
sikap cinta tanah air.
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini maka
dilakukan pembatasan masalah. Masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah hubungan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme
dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V Sekolah Dasar se-Gugus IV di
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan maslah, maka permasalahan yang akan diungkap dalam
penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan dan positif
antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air
siswa kelas V Sekolah Dasar se-Gugus IV di Kecamatan Mlati, Kabupaten
Sleman.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemahaman
nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V Sekolah
Dasar se-Gugus IV di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Pengembangan ilmu pengetahuan tentang pembangunan karakter
cinta tanah air.
b. Sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan permasalahan ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran nilai-nilai
nasionalisme sehubungan dengan pengembangan sikap cinta tanah
b. Bagi guru
1)Sebagai bahan pertimbangan dalam mengatasi perilaku negatif
siswa dalam bermasyarakat.
2)Memperkaya pembendaharaan masalah yang berkaitan dengan
kurangnya pemahaman siswa mengenai nilai-nilai nasionalisme
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme
1. Pemahaman
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman termasuk ke dalam salah satu klasifikasi pada
ranah kognitif. Menurut Purwanto (2011: 51) kemampuan
pemahaman adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta
dengan fakta. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2009 : 118)
pemahaman diartikan bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas,
menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh,
menuliskan kembali, dan memperkirakan.
Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan
yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep,
situasi, serta fakta yang diketahuinya. Testee tidak hanya hafal
secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta
yang ditanyakan (Ngalim Purwanto, 2013 : 44). Pemahaman
bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk
pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, tanpa harus
Benjamin S. Bloom (M. Chabib Toha, 1991: 28-29)
menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi.
Dalam penelitian ini peneiti menyimpulkan pemahaman
sebagai kondisi dimana seorang individu memahami dan
menghayati sesuatu yang dapat mempengaruhi individu tersebut
dalam bersikap. Pemahaman tersebut terbentuk oleh rekonstruksi
pengetahuan yang mendalam pada kognitif individu sehingga
individu mengolah pengetahuan tersebut dalam dirinya sebagai
bentuk dari pemahamannya.
b. Kategori Pemahaman
Menurut Abdul Majid (2015 : 36) pemahaman dapat
dibedakan ke dalam tiga kategori:
1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tungal Ika,
mengartikan merah putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik
dalam memasang sakelar.
2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu
diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian
dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan
yang bukan pokok.
3) Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan eksrapolasi diharapkan seseorang mampu
melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu,
dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
c. Ciri-ciri Pemahaman
Dunlap dan Grabinger (Ch. Ismaniati, 2009 : 18)
menjelaskan bahwa pemahaman seseorang dicirikan oleh
kemampuannya dalam mengartikulasikan sesuatu melalui cara-cara
mengemukakan gagasannya, perspektif, solusi dan produk mereka
yang siap direnungkan, ditinjau, dikritisi, dan digunakan orang
lain. Sedangkan Benjamin S. Bloom mengklasifikasikan ciri-ciri
pemahaman (comprehension) sebagai proses berpikir dalam ranah
kognitif sebagai berikut :
1) Mampu menerjemahkan (pemahaman menerjemahkan)
2) Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal
3) Pemahaman ekstrapolasi
Dari pemaparan tentang ciri-ciri pemahaman tersebut, maka
peneliti menyimpulkan karakteristik ketika seorang individu
memiliki pemahaman adalah sebagai berikut :
1) Individu mampu mengemukakan gagasannya terhadap
pengetahuan yang telah diperoleh
2) Individu mampu menemukan solusi dari permasalahan yang
dihadapi berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
3) Individu mampu mengambil keputusan dalam menghadapi
masalah yang dilandasi oleh pemahamannnya.
2. Nilai
a. Pengertian Nilai
Nilai merupakan faktor pendorong bagi manusia yang
saling berkaitan untuk bertingkah laku dan mencapai kepuasan
tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai dikatakan sebagai
ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang
berhubungan dengan keadaan baik buruk, benar salah atau suka
terhadap suatu obyek baik material maupun non-material
(Abdulsyani, 2012 : 49).
Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan
sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat, dan paling benar
menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang (Sutarjo
nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang
menghasilkan suatu perilaku yang berdampak positif, baik bagi
yang menjalankan maupun bagi orang lain (Heri Gunawan, 2012 :
31)
Menurut Clyde Kluckhohn (dalam Mohamad Mustari, 2014
: x) nilai merupakan standar yang waktunya cenderung lama yang
mengatur sistem tindakan. Nilai juga merupakan keutamaan
(preference) yaitu sesuatu yang disukai baik mengenai hubungan
social maupun mengenai cita-cita serta usaha untuk mencapainya.
Sementara itu Kirschenbaum (1995) menyatakan bahwa realisasi
nilai memberikan pembekalan berbagai hal yaitu: mengenal diri
sendiri (perasaan, keyakinan dan prioritas), self ssteem
(menghargai diri sendiri), kemampuan menentukan tujuan,
kecakapan berpikir (berpikir kritis, berpikir kreatif), kecakapan
membuat keputusan, kecakapan komunikasi, kecakapan sosial dan
pengetahuan tentang dunia (Rukiyati, tanpa tahun : 2).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa nilai merupakan suatu hal yang dianggap baik dan benar
bagi sekelompok orang dan dijadikan pedoman dalam menjalani
hidup. Nilai sebagai daya dorong atau prinsip dalam pedoman
kehidupan memiliki pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku
b. Fungsi Nilai
Menurut Huky (Abdulsyani, 2012 : 53–54) terdapat
beberapa fungsi umum dari nilai – nilai sosial, yaitu :
1)Nilai dipakai untuk menetapkan harga sosial dari pribadi dan
kelompok dengan memungkinkan sistem stratifikasi secara
menyeluruh pada setiap masyarakat.
2)Nilai – nilai membentuk cara berpikir dan bertingkah laku
secara ideal dalam masyarakat.
3)Nilai – nilai merupakan penentu terakhir bagi manusia dalam
memenuhi peranan – peranan sosialnya.
4)Nilai berfungsi sebagai alat pengawas dengan menekan manusia
untuk berbuat baik.
5)Nilai dapat berfungsi sebagai alat solodaritas di kalangan
anggota masyarakat.
c. Jenis Nilai
Notonegoro mengungkapkan bahwa terdapat tiga nilai yang
perlu diperhatikan serta menjadi pegangan masyarakat Indonesia,
yaitu :
1)Nilai materiil adalah segala sesuatu yang berguna bagi unsur
kehidupan manusia.
2)Nilai vital adalah sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
3)Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi
rohani manusia (Sajarkawi, 2006 : 31).
3. Nasionalisme
a. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme ditinjau secara epistemilogis berasal dari
bahasa Latin nation yang berarti bangsa. Pengertian bangsa adalah
suatu solidaritas yang besar yang terbentuk oleh perasaan yang
timbul sebagai akibat pengorbanan-pengorbanan yang telah dibuat
dan yang dalam masa depan bersedia dibuat lagi. Nasionalisme
merupakan gejala sosio-politik yang berkembang secara dialektik,
berakar di masa silam serta tumbuh dan berkembang sehingga
terwujud semangat persatuan dengan dasar cita-cita hidup bersama
dalam satu Negara nasional (Sunarso, 2006 : 36).
Menurut Greenfeld dan Chirot (Rusli Karim dalam
Sunarso, 2006 : 36), nasionalisme mengacu pada seperangkat
gagasan dan sentimen yang membentuk kerangka konseptual
tentang identitas nasional yang sering hadir bersama dengan
berbagai identitas lain seperti okupasi, agama, suku, bahasa,
wilayah, kelas, gender, dan lain-lain. Selain itu nasionalisme juga
dapat diartikan sebagai perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham
kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi,
kekhawatiran akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan bangsa
Hans Kohn (1961 : 11) mengemukakan bahwa
nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertingi individu harus diserahkan kepada Negara
kebangsaan. Perasaan yang sangat mendalam terhadap suatu ikatan
yang erat dengan tumpah darahnya dengan tradisi – tradisi
setempat dan penguasa- penguasa resmi di daerahnya.
Nasionalisme semakin lama akan semakin kuat peranannya dalam
membentuk semua segi kehidupan, baik yang bersifat umum
maupun pribadi. Nasionalisme menyatakan bahwa Negara
kebangsaan adalah suatu cita- cita dan satu-satunya bentuk sah dari
organisasi politik dan bangsa adalah sumber tenaga kebudayaan
kreatif dan kesejahteraan ekonomi.
Menurut Anthony D. Smith (2003 : 6) dalam abad terakhir
istilah nasionalisme digunakan dalam rentang arti yang kita
gunakan sekarang. Diantara penggunaan-penggunaan itu, yang
terpenting adalah suatu proses pembentukan, atau pertumbuhan
bangsa-bangsa, suatu sentiment atau kesadaran memiliki bangsa
bersangkutan, suatu bahasa dan simbolisme bangsa, suatu gerakan
sosial dan politik demi bangsa bersangkutan, dan suatu doktrin dan
/ atau ideologi bangsa, baik yang umum maupun khusus. Sunarso,
dkk (2008 : 39) mengungkapkan bahwa nasionalisme Indonesia
disebut juga dengan nasionalisme Pancasila, yaitu paham
Winarno (2007 : 41) menjelaskan bahwa nasionalisme
memunculkan semangat untuk mendirikan negara bangsa dalam
merealisasikan cita - cita yaitu merdeka dan tercapainya
masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan Kabul Budiyono
(2007: 208) berpendapat bahwa nasionalisme berasal dari kata nation
yang berarti negara atau bangsa, ditambahkan akhiran isme berarti : 1)
suatu sikap ingin mendirikan Negara bagi bangsanya sesuai dengan
faham/ideologinya, 2) suatu sikap ingin membela tanah air/Negara
dari penguasaan dan penjajahan bangsa asing.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
nasionalisme merupakan suatu paham yang ditandai dengan
adanya kesadaran dalam mencintai tanah airnya, membela bangsa
dan negara dari segala bentuk ancaman, memiliki rasa
persaudaraan antar bangsa, serta turut dalam memajukan dan
mencapai cita-cita bangsa. Dalam nasionalisme terkandung sebuah
tekad untuk bersatu, menjaga, dan mempertahankan kedaulatan
bangsa.
b. Unsur Nasionalisme
Menurut Sartono Kartodirdjo (1992:245) mengemukakan
unsur-unsur nasionalisme di Indonesia dibagi dalam tiga kategori:
1) Unsur kognitif menunjukkan adanya pengetahuan atau
pengertian akan suatu situasi/fenomena tertentu dalam hal ini
2) Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukkan keadaan yang
dianggap berharga oleh pelaku-pelakunya, dalam hal ini
dianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah
memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme
3) Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukkan situasi
dengan pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan
bagi pelaku-pelakunya.
c. Prisip Nasionalisme
Menurut Sartono Kartodirdjo (1994 : 48) terdapat prinsip
nasionalisme sebagai asas tujuan pendidikan nasional, antara lain :
1) Unity ( kesatuan – persatuan )
Pembentukan kesatuan dan persatuan lewat proses integrasi
dalam sejarah berdasarkan solidaritas nasional yang melampaui
solidaritas.
2) Liberty (kebebasan)
Setiap individu dilindungi hak-hak asasinya serta memiliki
kebebasan berpendapat dan berkelompok.
3) Equality (persamaan)
Setiap individu memiliki persamaan hak dan kewajiban dan
persamaan kesempatan.
4) Individuality (kepribadian)
Pribadi perorangan dilindungi hukum seperti hak milik,
5) Performance (hasil kerja)
Baik secara individu maupun kelompok membutuhkan
motivasi dan inspirasi untuk memacu prestasi yang dapat
dibanggakan.
d. Ciri Nasionalisme
Ada beberapa ciri khas nasionalisme Indonesia menurut Ali
Maskur Musa (2011 : 21) yaitu:
1) Bhineka Tunggal Ika, tidak uniform, monolit dan totaliter,
mengakui keragaman.
2) Etis dalam memahami etika pancasila.
3) Universalistik dalam arti pengakuannya terhadap harkat
martabat manusia yang universal dan mendunia.
4) Terbuka dalam arti secara cultural dan religious Indonesia
terbentuk dari pertemuan dari bermacam budaya dan agama.
5) Percaya diri dalam arti menjalin komunikasi dengan tetangga
dan warga masyarakat dunia.
e. Indikator Nasionalisme
Menurut Mohamad Mustari (2014 : 160 - 161) apa yang
menjadi indikasi bahwa kita menjadi nasionalis diantaranya :
1) Menghargai jasa para tokoh / pahlawan nasional
2) Bersedia menggunakan produk dalam negeri
3) Menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia
5) Memilih berwisata dalam negeri, dan lain-lain.
Cholisin (2011 : 12) mengemukakan beberapa indikator
nasionalisme, meliputi :
1) Berbahasa Indonesia secara baik dan dan benar
2) Memiliki rasa cinta tanah air (menghormati pahlawan,
melakukan upacara bendera, memperingati hari-hari besar
nasional, menyanyikan lagu –lagu kebangsaan, melakukan
kegiatan pelestarian lingkungan)
3) Setia kawan terhadap sesama anak bangsa
4) Menggunakan produksi dalam negeri
5) Mengutamakan persatuan dan kesatuan, kepentingan bangsa
dan negara
6) Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan budaya
daerah maupun nasional (misalnya, memakai pakaian adat
tradisional, menyanyikan lagu-lagu daerah, dsb)
7) Memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kenegaraan yaitu
Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika
4. Pemahaman Nilai Nasionalisme
Pemahaman nilai-nilai nasionalisme dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam memahami berbagai nilai tentang
kesetiaan terhadap bangsa dan negaranya. Pemahaman tersebut
terbentuk dari adanya pengetahuan yang mendalam sehingga
menghayati berbagai nilai yang terkandung dalam nasionalisme.
Pemahaman nilai nasionalisme yang telah dimiliki dijadikan sebagai
pedoman dalam menjalani hidup berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan teori, prinsip, ciri, serta indikator nasionalisme yang
telah dipaparkan diatas, peneliti mengambil beberapa hal yang akan
dijadikan sebagai indikator dalam membuat instrumen tes pemahaman
nilai-nilai Nasionalisme. Indikator tersebut antara lain :
1)Pemahaman tentang keragaman bangsa dan budaya Indonesia.
2)Pemahaman tentang pentingnya rasa persatuan dan kesatuan antar
bangsa.
3)Pemahaman tentang persamaan hak dan kewajiban antar bangsa.
4)Pemahaman tentang Pancasila sebagai pedoman hidup.
B. Tinjauan Sikap Cinta Tanah Air
1. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude
adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Sikap
merupakan perbuatan atau tingkah laku sebagai reaksi atau respon
terhadap suatu rangsangan atau stimulus yang disertai dengan
pendirian atau perasaan orang itu. Setiap orang mempunyai sikap
yang berbeda beda terhadap suatu perangsang. Hal ini disebabkan
oleh berbagai factor yang ada pada individu masing-masing seperti
intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan (Ngalim Purwanto,
1993:140-141).
LaPierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan
diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon
terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sedangkan Secord
dan Backman mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitar (Saifuddin Azwar, 2005 : 5)
Maio dan Haddock (2009) mendefinisikan sikap sebagai
“evaluasi menyeluruh terhadap suatu objek berdasarkan informasi
kognitif, afektif, dan behavioral”. Definisi tersebut didasarkan pada
consensus di kalangan para peneliti sikap bahwa sikap merupakan
penilaian evaluativ multikomponen terhadap suatu objek (Eagly
dan Chaiken, 1993, dalam Jenny Mercer dan Debbie Clayton,
2012).
Menurut Fatchul Mu’in (2011 : 167 – 180) terdapat
beberapa unsur – unsur dimensi manusia secara psikologis dan
sosiologis dalam terbentuknya karakter pada manusia, salah
satunya adalah sikap. Sikap seseorang dianggap sebagai cerminan
karakter seseorang tersebut, sikap merupakan predisposisi untuk
sikap bukan hanya gambaran kondisi internal psikologis yang
murni dari individu, melainkan sikap yang lebih merupakan proses
kesadaran yang sifatnya individual.
Saifuddin Azwar (2005 : 15) menyimpulkan bahwa sikap
dikatakan sebagai suatu respon evaluative. Respons hanya akan
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti
bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya
didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang member
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk,
positif – negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang
kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan individu untuk
bertindak terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh suatu
stimulus. Dalam sikap menyangkut beberapa komponen yang
berkaitan dengan kepercayaan, emosional, dan kecenderungan
seseorang dalam berperilaku.
b. Komponen Sikap
Menurut Saifuddin Azwar (2005 : 23 – 26) struktur sikap
1)Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek
sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka akan
menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat
diharapkan dari objek tertentu. Kepercayaan sebagai komponen
kognitif tidak selalu akurat, terkadang kepercayaan tersebut
terbentuk karena kurang atau tidak adanya informasi yang benar
mengenai objek yang dihadapi.
2)Komponen Afektif
Komponen akfektif menyangkut masalah emosional
subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum,
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi sering
kali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak
dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai benar
dan berlaku bagi objek yang dimaksud.
3)Komponen Konatif
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam stuktur
sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan
banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan
perasaannya terhadap stimulus tersebut.
c. Tingkatan Sikap
Menurut Sunaryo (2004:200) sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yaitu :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar
atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain
(tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke
posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling
tinggi.
2. Pengertian Cinta Tanah Air
Cinta tanah air sangat perlu dimiliki oleh setiap warga negara
Indonesia. Sikap cinta tanah air sebaiknya ditanamkan oleh anak sejak
dini. Oleh sebab itu cinta tanah air diajarkan melalui pembelajaran
terutama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Sesuai yang tertera pada pasal 37 ayat (1) Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengemukakan bahwa
tujuan Pkn yaitu membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Kabul Budiyono (2007 : 86 – 87) menyatakan bahwa cinta
selalu dipenuhi dengan keindahan. Jika tanah air dicintai maka tanah
air itu adalah keindahan. Semakin ingin memperindah dan
memperkaya mosaik tanah air, semakin dibutuhkan pula karya unggul
dan cemerlang dari setiap warga Negara yang dapat dihasilkan dengan
suatu kekuatan kemampuan. Oleh sebab itu kekuatan kecintaan kepada
tanah air sangat diharapkan dimiliki oleh setiap warga Negara yang
ingin disebut sebagai patriot.
Cinta tanah air juga termasuk ke dalam upaya bela Negara
Pramuka : Sasaran Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dalam
Gerakan Pramuka adalah terwujudnya warga Negara yang mengerti,
menghayati dan yakin untuk menunaikan kewajibannya dalam upaya
bela Negara dengan ciri-ciri cinta tanah air, yaitu mengenal dan
mencintai wilayah nasionalnya sehingga selalu waspada dan siap
membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara oleh siapapun dan dari
manapun dengan menanamkan dan menumbuhkan kecintaan kepada
tanah air sehingga diharapkan setiap warga pramuka akan mengenal
dan memahami : 1)wilayah nusantara dengan baik, 2)memelihara,
melestarikan, dan mencintai lingkungannya, 3) senantiasa menjaga
nama baik dan mengharumkan Negara Indonesia di mata dunia
(Hamid Darmadi, 2012 : 68).
Sunarso (2008 : 43) menjelaskan kecintaan terhadap tanah air
Indonesia mengandung butir-butir, antara lain :
1)sadar berbangsa dan bernegera Indonesia
2)kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara
3)memahami akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang
hidup dalam kebhinekaan yang berkesatuan.
Ismail Arianto (1996 : 12-13) memaparkan bahwa cinta tanah
air berarti cinta pada negeri tempat kita memperoleh penghidupan
senantiasa berusaha agar negerinya tetap aman, sentosa dan sejahtera.
Cinta tanah air dan bangsa adalah suatu sikap yang dilandasi ketulusan
dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk kejayaan
tanah air dan kebhagiaan bangsanya. Sebagai warga Negara indonesia
kita wajib mempunyai rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa yaitu :
1)Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air indonesia.
2)Tidak akan melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikan
bangsa dan negaranya
3)Setia dan taat terhadap peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
4)Berjiwa dan berpribadian Indonesia
3. Sikap Cinta Tanah Air
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa cinta tanah air
merupakan perasaan yang timbul dari dalam diri seseorang sebagai
warga negara untuk membela, mengabdi, dan melindungi tanah airnya
dari segala bentuk ancaman dan gangguan yang datang dari dalam
maupun luar negeri. Cinta tanah air diikuti dengan sikap seseorang
yang mencerminkan rasa bangga, rasa memiliki dan menjaga tanah
airnya, dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Sikap
tersebut terbentuk dari pengetahuan yang mendalam mengenai bangsa
dan negaranya sehingga akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan oleh ahli di atas,
indikator dalam membuat angket tentang sikap cinta tanah air.
Indikator tersebut antara lain :
1. Kognitif
a. Mengenal dan memahami wilayah nusantara
b. Sadar berbangsa dan bernegara
c. Memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara
2. Afektif
a. Kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara
b. Menjaga dan mengharumkan nama baik negara
c. Bangga sebagai bangsa dan bertanah air Indonesia
C. Kajian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Rosita, Muhammad Japar dan Dwi
Afrimetty Timoera dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Pemahaman
Bela Negara dengan Nasionalisme Siswa di SMP Negeri 03 Tambun
Selatan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
antara pemahaman bela negara dan nasionalisme di SMP Negeri 3
Tambun Selatan sebesar 50.06%.
Penelitian lain yang berjudul “Penanaman Nilai-nilai Cinta Tanah
Air pada Siswa melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013”
yang dilakukan oleh Nur Hamidah Suci Utami. Hasil penelitian ini
lakukan dengan baik oleh guru PKn dengan cara penyusunan perencanaan
pembelajaran yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang mencerminkan
cinta tanah air pada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran telah
melakukan penanaman nilai-nilai cinta tanah air dengan cara presentasi di
awal pembelajaran, menyanyikan lagu nasional, menjaga kebersihan dan
ketertiban kelas untuk menjadikan suasana belajar yang tenang dan
nyaman, studi ke hutan yang ada untuk belajar dan memahami cinta tanah
air dalam bentuk peduli terhadap rusaknya lingkungan atau hutan, menjaga
kerahasiaan soal-soal ujian. Kendala penanaman nilai melalui
pembelajaran PKn baik berasal dari diri Guru, Kepala sekolah maupun
siswa. Kendala yang ada yang lebih sering dihadapiadalah kesulitan Guru
dan tidak sadarnya siswa akan pentingnya cinta tanah air.
Penelitian yang selanjutnya ialah penelitian yang dilakukan oleh
Zulfawati Nune yang berjudul “Peran Guru dalam Menanamkan Rasa
Cinta Tanah Air di TK Helim Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo”.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran guru di TK Helim adalah
membiasakan anak untuk mengikuti acara kenegaraan, dan tiap
perkembangan anak dinilai, selain itu guru di TK Helim menanamkan nilai
karakter bangsa seperti, membiasakan anak untuk disiplin, menghormati,
cinta dan kasih sayang, menanamkan nilai kejujuran, dan tanggungjawab,
mengenalkan pada anak tentang tanah air, termasuk wilayah, budaya dan
kekayaan alam. Memberi contoh pada anak tentang pengorbanan pejuang
cinta tanah air, seperti memakai produk dalam negeri, belajar dengan baik,
dan memberikan pesan yang menarik pada anak tentang bangga terhadap
tanah air. Hal ini dinilai oleh guru sebagai bagian dari karakter bangsa,
sehingganya untuk penilaian dalam menghayati perjuangan para tokoh
dilakukan, terutama dalam penaikan bendera pada upacara hari senin, anak
dibiasakan untuk menghormati jasa pahlawan, dengan mengikuti upacara
sebaikbaiknya, penilaiannya adalah penilaian perilaku dalam bentuk
narasi.
Demikian penelitian yang relevan tersebut menjadi referensi bagi
peneliti untuk lebih memahami tentang nasionalisme dan cinta tanah air.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini termasuk ke dalam
penelitian yang baru karena sejauh pengetahuan peneliti belum ada
penelitian dengan judul yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan.
D. Kerangka Pikir
Pemahaman tentang nilai – nilai nasionalisme perlu dimiliki oleh
setiap warga Negara Indonesia sebagai upaya agar masyarakat Indonesia
memiliki integritas dan identitas bangsa demi kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta perjuangan untuk mencapai tujuan nasional. Dalam
nasionalisme termuat banyak nilai perjuangan, pengorbanan, dan
persatuan para pahlawan terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan
negara Indonesia dan demi terjaganya keutuhan negara Kesatuan Republik
Indonesia. Oleh karena itu pemahaman tentang nilai – nilai nasionalisme
Pemahaman nilai – nilai nasionalisme tersebut dapat dikembangkan pada
siswa melalui pembelajaran di sekolah dan pembiasaan sikap positif pada
lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Rukiyati (2008: 69) menyatakan bahwa nasionalisme adalah
perasaan sebagai suati bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam
masyarakat. Oleh karena itu rasa satu yang demikian kuatnya maka akan
timbul rasa cinta bangsa dan tanah air. Akan tetapi rasa cinta bangsa dan
tanah air yang dimiliki Indonesia bukan yang menjurus kepada
chauvinisme, yaitu rasa yang mengagungkan bangsa sendiri, dan
merendahkan bangsa lain.
Saphiro (2001 : 12) mengemukakan bahwa para ilmuwan sering
membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berpikir yaitu korteks
(neokorteks) sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang
mengurusi emosi yaitu system limbic. Hubungan antar kedua bagian inilah
yang menentukan kecerdasan emosional seseorang. Korteks adalah bagian
berpikir otak, dan berfungsi mengendalikan emosi melalui pemecahan
masalah, bahasa, daya cipta, dan proses kognitif lainnya. System limbic
merupakan bagian emosional otak yang meliputi tumulus, yang
mnegirimkan pesan-pesan ke korteks, hippocampus yang berperan dalam
ingatan dan penafsiran presepsi, dan amogdala pusat pengendalian emosi.
Dengan demikian pemahaman kognitif pada bagian korteks
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan dengan
adanya pemahaman nilai – nilai nasionalisme yang tinggi pada siswa
sekolah dasar maka sikap cinta tanah air dapat tumbuh dalam jiwa siswa
sehingga sikap tersebut tercermin pada perbuatan siswa sehari- hari. Sikap
cinta tanah air yang melekat pada diri siswa akan membuat siswa bangga
menjadi bagian dari bangsa Indonesia, senantiasa menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa, memajukan dan mewujudkan cita-cita bangsa, serta
membela tanah air Indonesia dari segala bentuk ancaman.
Apabila digambarkan dalam bentuk skematis, maka kedua variabel
dalam penelitian ini akan membentuk skema hubungan antar variabel.
Hubungan ini hanya memuat dua variabel yang terdiri dari satu variabel
bebas dan terikat. Jika digambarkan dalam bentuk skema akan membentuk
gambar seperti di bawah ini.
Gambar. 1 Hubungan antar variabel
Keterangan:
X = Pemahaman nilai-nilai nasionalisme (variabel bebas)
Y = Sikap cinta tanah air (variabel terikat)
Sehingga jika pemahaman nilai-nilai nasionalisme baik, maka
sikap cinta tanah air siswa juga akan baik.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka hipotesis yang
peneliti ajukan adalah “Terdapat hubungan yang signifikan dan positif
antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air
siswa kelas lima SD se-Gugus IV di Kecamatan Mlati, Sleman”. Sehingga
semakin baik pemahaman nilai-nilai nasionalisme siswa, maka akan
semakin baik pula sikap cinta tanah airnya.
F. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan terdiri atas dua
variabel yaitu:
1. Pemahaman Nilai Nasionalisme
Pemahaman nilai nasionalisme adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti tentang berbagai nilai yang terkandung
dalam perjuangan mempertahankan dan mengembangkan bangsa
dan negaranya.
2. Sikap Cinta Tanah Air
Sikap cinta tanah air merupakan suatu perilaku yang
ditunjukan oleh seseorang dalam mencintai bengsa dan negara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif
bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, situasi atau variabel yang
timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang
terjadi (Burhan Bungin, 2005 : 44). Dengan penelitian ini penulis ingin
memaparkan data-data dan menganalisis data secara objektif serta
menggambarkan hubungan variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme
dengan variabel sikap cinta tanah air. Dalam penelitian ini data yang diperoleh
akan dideskripsikan dalam bentuk angka. Selain itu dalam penelitian ini
peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam pendekatan
kuantitatif data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik (Sugiyono, 2007 : 7).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 239) penelitian korelasi
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau
lebih dan apabila ada, seberapa eratkah hubungan tersebut serta berarti atau
tidaknya hubungan tersebut
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Burhan Bungin (2011 : 109) populasi penelitian
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,
sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek-objek tersebut dapat menjadi
sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas V Sekolah Dasar tahun ajaran 2015/2016 gugus IV di kecamatan
Mlati yang seluruhnya berjumlah 193 siswa, dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel 1. jumlah siswa kelas V pada setiap sekolah
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa
1. SD Negeri Sendangadi 1 58
2. SD Negeri Sendangadi 2 17
3. SD Negeri Mlati 1 34
4. SD Negeri Mlati 2 28
5. SD Negeri Jatisari 13
6. SD Negeri Ngemplak Nganti 15
7. SD Kanisius Duwet 28
Total 193
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi. Pengambilan
anggota sampel menggunakan teknik simple random sampling, yaitu
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2008 : 82).
Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan rumus Slovin dengan
persen kelonggaran ketidaktelitian yaitu 5%, karena mengingat semakin kecil
persen kelonggaran ketidaktelitian dalam pengambilan sampel, maka akan
Tabel 2. Perhitungan Sampel Rumus Slovin
keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih ditoleransi atau signifikan 5 % ( Sugiyono,
2001: 63)
Perhitungan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin :
n =
+ , 2
n
=
+ ,
n
=
+ ,n
=
,n = 130,185 (dibulatkan menjadi 130)
Dari jumlah populasi sebanyak 193 siswa diperoleh jumlah sampel
sebesar 130 siswa. Sebaran sampel pada setiap sekolah disajikan dalam tablel
berikut.
Tabel 3. Jumlah Sebaran Sampel Siswa Kelas V SD se-Gugus IV
No. Nama Sekolah Perhitungan Jumlah
Siswa
6. SD Negeri Ngemplak Nganti
� 10
7. SD Kanisius Duwet
� 19
Total 130
C. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes dalam bentuk soal dan
menggunakan angket untuk mengumpulkan data. Tes dalam bentuk soal
pilihan digunakan untuk memperoleh data dalam mengukur variabel
pemahaman nilai-niali nasionalisme, sedangkan angket digunakan untuk
memperoleh data dalam mengukur variable sikap cinta tanah air.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tujuh SD dalam satu gugus yang
akan dijadikan tempat untuk mengambil data. Tujuh SD tersebut adalah
Tabel 4. Daftar Sekolah Dasar dan Alamat Tempat Pengambilan Data
No. Nama Sekolah Alamat
1. SD Negeri Mlati 1 Mlati Glondong, Sendangadi
2. SD Negeri Mlati 2 Gondangan, Sendangadi
3. SD Negeri Sendangadi 1 JLN. Magelang KM 7,5 Mlati, Beningan, Sendangadi
4. SD Negeri Sendangadi 2 Tegalturi, Sendangadi
5. SD Negeri Ngemplak
Nganti
Ngemplak, Sendangadi
6. SD Negeri Jatisari Jaten, Sendangadi
7. SD Kanisius 2 Duwet, Sendangadi
2. Waktu penilitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2016. Penelitian
yang dilakukan adalah membagikan instrument soal dan angket kepada
siswa kelas 5 SD se-gugus IV di Kecamatan Mlati, Sleman.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 203) instrumen penelitian adalah
alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang
diteliti (Sugiyono, 2008 : 92). Penelitian ini menyelidiki tentang “Hubungan
Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme dengan Sikap Cinta Tanah Air Siswa
Kelas V di SD se-Gugus pada Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta”.
Berkaitan dengan judul yang diambil oleh peneliti, instrumen yang
2. instrumen untuk mengukur sikap cinta tanah air.
Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa langkah yang ditempuh dalam
penyusunan instrumen untuk mengukur kedua variabel dalam penelitian ini.
Prosedur yang dilakukan dalam pembuatan instrumen penelitian adalah
sebagai berikut :
Perencanaan dan Penyusunan Instrumen
Langkah pertama yang dilakukan dalam menyusun instrument yaitu
membuat kisi-kisinya terlebih dahulu berdasarkan teori-teori yang telah
dikaji pada bab II. Kemudian dari kisi-kisi tersebut dikembangkan menjadi
indikator. Setelah itu indikator dijabarkan ke dalam beberapa item soal.
Instrumen yang dikembangkan untuk mengukur variabel pemahaman
nilai-nilai nasionalisme adalah dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 30
item soal dan untuk megukur variabel sikap cinta tanah air menggunakan
instrumen angket yang terdiri dari 30 item. Instrumen yang dikembangkan
dalam penelitian ini menggunakan aturan Skala Likert. Kisi-kisi instrumen
untuk dua variabel tersebut disajikan dalam dua tabel berikut ini.
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian “Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme”
No. Variabel Indikator No. Item
Pemahaman tentang keragaman
bangsa dan budaya Indonesia 7
a. Menjelaskan keragaman bangsa
dan budaya di Indonesia 2, 16, 20, 19
b. Memberi contoh sikap
menghargai keragaman bangsa
2.
Pemahaman tentang pentingnya rasa
persatuan dan kesatuan antar warga 9
a. Menjelaskan pentingnya
menjaga persatuan dan kesatuan
antar warga 4, 7, 15, 27
b. Menyebutkan ciri atau sikap menjaga persatuan dan kesatuan
antar warga 5, 13,
c. Memperkirakan hal-hal yang dapat merusak persatuan dan
kesatuan antar warga 12, 26, 30
3.
Pemahaman tentang persamaan hak
dan kewajiban antar warga 7
a. Menerangkan persamaan hak dan kewajiban sebagai warga
negara 9, 14, 17
b. Menyebutkan hak dan kewajiban
sebagai warga negara 10, 21, 22, 25
4. Pemahaman tentang Pancasila
sebagai pedoman hidup bangsa 7
a. Menjelaskan nilai-nilai yang
terdapat dalam Pancasila 1, 8, 24, 28 b. Menyebutkan sikap yang sesuai
dengan Pancasila 18, 23, 29
Jumlah Item Instrumen 30
Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian “Sikap Cinta Tanah Air” N
o. Variabel Indikator
No. Item
Mengenal dan memahami
wilayah nusantara 4
a. Mengenal wilayah nusantara 9 16
b. Mengenal keragaman budaya
di nusantara 10 12
2.
Sadar berbangsa dan
a. Menaati peraturan yang ada
6 28
b. Ikut serta dakam usaha
keamanan 19 8
3.
Memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara
a. Memahami hak dan
kewajiban dalam masyarakat 1, 3 24, 25 6
b. Melaksanakan hak dan
kewajiban dengan seimbang 4 20
4.
A
fekt
if
Kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara
a. Mau berkorban demi bangsa
dan negara 14 13 6
b. Peka terhadap sesama warga Indonesia yang mengalami kesulitan
2, 18 17, 26
5.
Menjaga dan mengharumkan nama baik negara
a. Menjaga nama baik negara
Indonesia 27 21 4
b. Mengharumkan nama negara
Indonesia 11 29
b. Bangga terhadap produk
Indonesia 15 5
Jumlah Item
Instrumen 15 15 30
Untuk mengukur variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme, soal
pilihan ganda terdiri dari empat buah pilihan jawaban, dan sampel diminta
untuk memilih satu pilihan jawaban yang paling tepat. Jawaban yang benar
pada soal pilihan ganda akan diberi nilai 1, dan soal yang dijawab salah akan
diberi nilai 0. Sedangkan untuk mengukur variabel sikap cinta tanah air,