• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR, MAKNA, DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM PUISI RAKYAT (PANTAN) MASYARAKAT MELAYU DI KECAMATAN JAWAI KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRUKTUR, MAKNA, DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM PUISI RAKYAT (PANTAN) MASYARAKAT MELAYU DI KECAMATAN JAWAI KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMBANG ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pembatasan Masalah Penelitian ... 8

1.3Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.4Tujuan Penelitian ... 9

1.5Manfaat Penelitian ... 9

1.6Asumsi Penelitian ... 11

1.7Definisi Operasional... 11

1.8Sepintas tentang Pantan ... 13

BAB 2. KERANGKA TEORETIS ... 15

2.1 Sastra lisan ... 15

2.2 Puisi Rakyat Pantan ... 18

2.3 Kajian struktur Pantan ... 20

2.3.1 Bentuk ... 20

2.3.2 Bahasa ... 21

2.3.3 Gaya Bahasa ... 22

2.3.4 Persajakan ... 26

(2)

2.4 Pembagian Foklor ... 31

2.5 Makna Pantan ... 35

2.6 Nilai Pendidikan ... 37

2.7 Masyarakat Melayu Sambas ... 40

2.8 Fungsi Pantan dalam Pendidikan ... 40

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1 Metode Penelitian... 41

3.2 Bentuk Penelitian ... 42

3.3 Sumber Data dan Data Penelitian ... 45

3.4 Informan Penelitian ... 45

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

3.6 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 46

3.6.1 Obervasi ... 46

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data di Lapangan ... 47

3.7 Teknik Analisis Data ... 48

3.8 Tahapan Penelitian ... 48

3.8.1 Tahap Awal Penelitian ... 49

3.8.2 Tahap Inti Penelitian ... 49

3.8.3 Tahap Akhir Penelitian ... 49

3.9 Instrumen Penelitian... 50

BAB IV ANALISIS STRUKTUR, MAKNA, DAN NILAI PENDIDIKAN PADA PUISI RAKYAT PANTAN ... 57

4.1 Desripsi Data ... 57

4.1.1 Latar Belakang Sosial Budaya di Kecamatan Jawai ... 57

4.1.2 Narasumber ... 59

(3)

Sambas Kalimantan Barat... 61

4.1.5 Pentranskripsian dan Penerjemahan ... 63

4.2 Analisis Struktur, Makna, dan Nilai Pndidikan dalam Puisi Rakyat Pantan ... 65

4.2.1 Analisis Struktur Pantan ... 65

4.2.1.1 Teks I Pantan Békasaé ... 65

4.2.1.2 Teks II Pantan Békasaé ... 70

4.2.1.3 Teks III Pantan Békasaé ... 74

4.2.1.4 Teks IV Pantan Békasaé ... 81

4.2.1.5 Teks V Pantan Békasaé ... 89

4.2.1.6 Teks VI Pantan Betangas ... 96

4.2.1.7 Teks VII Pantan Potong Rambut ... 103

4.2.1.8 Teks VIII Pantan Berias ... 108

4.2.1.9 Teks IX Pantan Berias ... 117

4.2.1.10 Teks X Pantan Berias ... 123

4.2.1.11 Teks XI Pantan Bepupor ... 130

4.2.1.12 Teks XII Pantan Bepupor ... 138

4.2.1.13 Teks XIII Pantan Setelah Dirias ... 146

4.2.1.14 Teks XIV Pantan Masokkan Baju ... 151

4.2.1.15 Teks XV Pantan Mengatasi Rasa Gerogi ... 158

4.2.1.16 Teks XVI Pantan Mengatasi Rasa Gerogi ... 164

4.2.1.17 Teks XVII Pantan Mengatasi Rasa Gerogi ... 172

4.2.1.18 Teks XVIII Pantan Bersanding ... 180

4.2.1.19 Teks XIX Pantan Bersanding ... 187

4.2.1.20 Teks XX Pantan Makan Asam Garam dan Gula Jawa ... 193

4.2.1.21 Teks XXI Pantan Dulangan ... 203

4.2.1.22 Teks XXII Pantan Belulos ... 207

4.2.2 Analisis Makna Puisi Rakyat Pantan Kalimantan Barat ... 217

(4)

4.2.2.2 Makna Pantan Békasaé Teks II ... 218

4.2.2.3 Makna Pantan Békasaé Teks III ... 218

4.2.2.4 Makna Pantan Békasaé Teks IV ... 220

4.2.2.5 Makna Pantan Békasaé Teks V ... 221

4.2.2.6 Makna Pantan Betangas Teks VI ... 222

4.2.2.7 Makna Pantan Potong Rambut Teks VII ... 223

4.2.2.8 Makna Pantan Berias Teks VIII ... 224

4.2.2.9 Makna Pantan Berias Teks IX ... 225

4.2.2.10 Makna Pantan Berias Teks X ... 226

4.2.2.11 Makna Pantan Bepupor Teks XI ... 227

4.2.2.12 Makna Pantan Bepupor Teks XII ... 228

4.2.2.13 Makna Pantan Setelah Dirias Teks XIII ... 229

4.2.2.14 Makna Pantan Masokkan Baju Teks XIV ... 230

4.2.2.15 Makna Pantan Mengatasi Rasa Gerogi Teks XV ... 231

4.2.2.16 Makna Pantan Mengatasi Rasa Gerogi Teks XVI ... 232

4.2.2.17 Makna Pantan Mengatasi Rasa Gerogi Teks XVII ... 233

4.2.2.18 Makna Pantan Bersanding Teks XVIII ... 234

4.2.2.19 Makna Pantan Bersanding Teks XIX ... 235

4.2.2.20 Makna Pantan Makan Asam Garam dan Gula JawaTeks X ... 236

4.2.2.21 Makna Pantan Dulangan Teks XXI ... 237

4.2.2.22 Makna Pantan Belulos Teks XXII ... 238

4.2.3 Nilai Pendidikan yang Terdapat di dalam Puisi Rakyat Pantan ... 240

4.3.2.1 Nilai Pendidikan dalam Pantan Békasaé Teks I, II, III, IV, V ... 240

4.3.2.2 Nilai Pendidikan dalam Pantan Betangas Teks VI... 240

4.3.2.3 Nilai Pendidikan dalam Pantan Potong Rambut Teks VII ... 241

4.3.2.4 Nilai Pendidikan dalam Pantan Berias Teks VIII, IX, X ... 241

4.3.2.5 Nilai Pendidikan dalam Pantan Bepupor Teks XI, XII ... 242

4.3.2.6 Nilai Pendidikan dalam Pantan Setelah Dirias Teks XIII ... 243

(5)

4.3.2.8 Nilai Pendidikan dalam Pantan Mengatasi Rasa Gerogi Teks XV, XVI,

XVII ... 244

4.3.2.9 Nilai Pendidikan dalam Pantan Bersanding Teks XVIII, XIX ... 244

4.3.2.10 Nilai Pendidikan dalam Pantan Makan Asam Garam dan Gula Jawa Teks XX ... 245

4.3.2.11 Nilai Pendidikan dalam Pantan Dulangan Teks XXI... 245

4.3.2.12 Nilai Pendidikan dalam Pantan Belulos Teks XXII ... 246

4.3 Hasil Analisis ... 247

4.3.1Struktur Puisi Rakyat Pantan ... 247

4.3.1.1 Bentuk ... 247

4.3.1.2 Isi ... 249

4.3.1.3 Bahasa ... 259

4.3.1.4 Gaya Bahasa ... 260

4.3.1.5 Persaajakan ... 262

4.3.1.6 Konteks ... 264

4.3.2 Makna Puisi Rakyat Pantan ... 265

4.3.3 Nilai Pendidikan Puisi rakyat Pantan ... 267

BAB V RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN PUISI RAKYAT PANTAN SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PADA PERKULIAHAN METODOLOGI PENELITIAN DAN PENGAJARAN SASTRA .... 271

5.1 Dasar Pemikiran ... 271

5.2 Rencana Pelaksanaan Pengajaran Puisi Rakyat Pantan sebagai Alternatif Materi Sastra Perkuliahan di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan ... 273

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 280

6.1 Simpulan ... 280

(6)

6.1.2 Makna dalam Puisi Rakyat Pantan ... 281 6.1.3 Nilai Pendidikan dalam Puisi Rakyat Pantan ... 282 6.2 Saran ... 282

DAFTAR PUSTAKA ... 280

(7)

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara untuk Menjelaskan Struktur, Makna, dan Nilai Pendidikan dalam Puisi Rakyat Pantan

51

Tabel 4.1 Data Penutur Pantan dan Pantan dari Masing-Masing Desa Penelitian Ditampilkan dalam Tabel

60

Tabel 4.2 Data Pantan dan Jumlah Bait, Baris, Suku Kata Setiap Pantan

248

Tabel 4.3 Bahasa dalam Puisi Rakyat Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat

260

Tabel 4.4 Data Pantan dan Gaya Bahasa yang Digunakan 261

(8)

DAFTAR LAMBANG

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nama Lampiran Halaman

Lampiran 1 Data Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat

287

Lampiran 2 Data Penutur Pantan dan Pantan dari Masing-masing Desa Penelitian

295

Lampiran 3 Pedoman Wawancara bagi Penutur Pantan 300

Lampiran 4 Pedoman Wawancara bagi Informan Pantan (Masyarakat)

296

Lampiran 5 Pedoman Wawancara bagi Informan Pantan (Pemuka Masyarakat)

298

Lampiran 6 Surat Keputusan Pegangkatan Pembimbing dan Daftar Pembimbing

300

Lampiran 7 Surat Izin Observasi dan Penelitian 303

Lampiran 8 Lampiran 9

Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian Biodata Peneliti

(10)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan Nusantara yang

keberadaannya mulai pudar karena sastra lisan hanya digunakan oleh orang-orang

tertentu yang mengetahui dan memahami sastra lisan. Hal ini akan menjadi salah

satu penyebab bahwa sastra lisan akan semakin punah apabila tidak ada usaha dari

generasi muda atau orang yang peduli untuk menjaga dan melestarikannya.

Pembelajaran dan penelitian dalam upaya pelestarian terhadap sastra lisan

baik melalui jalur nonformal maupun jalur formal juga masih jauh dari harapan.

Hal ini juga yang membangkitkan semangat peneliti untuk mengangkat salah satu

sastra lisan sebagai usaha untuk mengenalkan dan melestarikan sastra lisan pada

generasi muda, bagi pendidikan dan bagi Nusantara.

Peneliti juga menyadari bahwa apa yang peneliti lakukan dengan

mengupayakan mengangkat salah satu sastra lisan sebagai bahan penelitian dalam

upaya pelestarian ini juga masih terhitung sederhana. Akan tetapi peneliti

beranggapan bahwa tidak ada sesuatupun yang bernilai sia-sia selama ada niat dan

usaha untuk ke arah pelestarian dan perbaikan. Oleh karena itu penelitian ini juga

merupakan salah satu upaya untuk turut serta melestarikan sastra lisan melalui

jalur formal.

Pelestarian terhadap sastra lisan juga mengalami hambatan yang

dikarenakan untuk dapat memahami dan menginterpretasi sebuah sastra lisan

(11)

mengetahui secara struktural teks sastra lisan, pemahaman dan penginterpretasian

juga memerlukan unsur lahir dan berbagai hal yang berada di luar teks sastra

lisan. Oleh karena itu terkadang orang merasa enggan untuk berkecimpung

dengan sastra lisan.

Selama ini sastra lisan terutama jenis puisi rakyat seperti mantra hanya

dianggap sebagai alat atau media untuk kepentingan masyarakat secara tradisional

saja. Misalnya sebagai alat untuk pengobatan, untuk santet, untuk guna-guna,

untuk menarik simpati, untuk kecantikan, untuk menambah kewibawaan, dan

lain-lain. Anggapan seperti itulah yang pada akhirnya menyebabkan sastra lisan

kurang dikenalkan dan diajarkan di lingkungan formal jalur pendidikan. Hal ini

dikarenakan juga sastra lisan jenis puisi rakyat seperti mantra dalam

penggunaannya tidak dilakukan secara sembarangan atau dengan kata lain

penggunaan sastra lisan mantra memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi baik

oleh penutur mantra maupun oleh yang memerlukan mantra tersebut.

Sastra lisan biasanya mempunyai makna dan arti yang selalu berbeda

antara sastra lisan di satu daerah tertentu dengan sastra lisan di daerah yang

lainnya. Sastra lisan biasanya selalu menggunakan bahasa-bahasa yang mengacu

pada makna konotasi, sehingga pemaknaan terhadap sastra lisan sering mengalami

kesulitan. Pemaknaan terhadap sastra lisan jenis puisi rakyat seperti mantra dalam

hal ini adalah Pantan tidak dapat dilakukan hanya mengacu pada teksnya saja.

Pemaknaan harus melibatkan penutur mantra (atau dalam hal ini adalah Pantan)

dan pihak terkait yang memahami mantra yang dimaksud. Hal ini juga yang

(12)

rangka mengupayakan pelestarian terhadap sastra lisan, karena sastra lisan jenis

puisi rakyat seperti mantra atau dalam hal ini Pantan sulit dilakukan.

Sastra lisan selain sulit dipelajari juga jarang digunakan secara formal di

dalam dunia pendidikan. Hal ini juga dikarenakan oleh beberapa hal di antaranya

adalah waktu yang diperlukan untuk mempelajari sastra lisan cukup lama,

sedangkan waktu yang tersedia dalam pembelajaran sangat terbatas. Satra lisan

juga selalu menggunakan bahasa daerah masing-masing yang pada umumnya

bahasa yang digunakan dalam sastra lisan tersebut tidak dipahami dan dimengerti

oleh semua pembelajar. Hal ini dikarenakan tidak semua pemebelajar berasal dari

satu daerah yang sama, dan kalaupun terdapat pembelajar yang berasal dari daerah

sastra lisan itu berasal, pembelajar juga biasanya tidak paham terhadap bahasa

yang digunakan dalam bahasa sastra lisan. Ini juga dikarenakan bahwa dalam

sastra lisan jenis puisi rakyat seperti mantra atau dalam hal ini adalah Pantan

biasanya tidak menggunakan bahasa yang dapat diartikan secara langsung.

Bahkan selalu terjadi bahwa pembelajaran sastra hanya sekedar menumpang

dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sementara itu di jenjang perguruan tinggi

walaupun tersedia waktu yang panjang untuk mempelajari berbagai jenis sastra

akan tetapi pembelajaran sastra yang selama ini dilakukan hanya berpusat pada

pembelajaran sastra tulis atau sastra-sastra yang sudah dikenal dan telah

dibukukan.

Masalah lain yang turut mewarnai semakin lunturnya keberadaan sastra

lisan dalam masyarakat adalah rendahnya usaha yang dilakukan oleh para dosen

(13)

jenis puisi rakyat dalam hal ini adalah Pantan. Dosen dan mahasiswa dapat

melakukan penelitian dan pembukuan terhadap sasrta lisan dengan cara

memberikan kesempatan kepada setiap mahasiswa asal daerah masing-masing

untuk meneliti dan mengangkat sastra lisan-sastra lisan yang ada di daerah

masing-masing. Dengan demikian mata kuliah sastra yang terdapat di setiap

program studi bahasa Indonesia dapat lebih berfungsi dan bermanfaat secara

menyeluruh. Hal ini juga didasari oleh kenyataan bahwa di setiap program studi

bahasa Indonesia yang ada di perguruan tinggi di Indonesia selalu memuat mata

kuliah kesastraan. Selain itu kesempatan untuk mengangkat sastra daerah sangat

terbuka mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang pada setiap

daerah memiliki kekayaan sastra lisan masing-masing.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang tentu saja sangat kaya

dengan sastra lisan. Setiap pulau atau daerah di Nusantara selalu memiliki sastra

lisan ataupun tradisi lisan yang berbeda antara satu pulau atau daerah yang satu

dengan daerah lainnya. Tidak terkecuali di Kalimantan Barat, juga merupakan

salah satu pulau di Indonesia yang kaya dengan sastra lisan.

Kalimantan Barat juga terdiri dari beberapa kabupaten, kecamatan dan

desa-desa. Dari setiap kabupaten yang ada, masing-masing juga memiliki sastra

lisan atau tradisi lisan yang berbeda. Sambas, merupakan salah satu kabupaten

yang berada di Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas juga terdiri dari beberapa

kecamatan, satu di antara kecamatan yang ada di Sambas adalah Kecamatan

(14)

Kecamatan Jawai terdiri dari sebelas desa yaitu 1) Desa Sarang Burung

Danau, 2) Desa Sungai Nilam, 3) Desa Sarang Burung Usrat, 4) Desa Sarang

Burung Kolam, 5) Desa Sarang Burung Kuala, 6) Desa Pelempaan, 7) Desa Parit

Setia, 8) Desa Bakau, 9) Desa Desa Sungai Nyirih, 10) Desa Sentebang, dan 11)

Dungun Laut. Dari sebelas desa yang terdapat di Kecamatan Jawai tersebut

peneliti memilih lima desa yang peneliti anggap representatif untuk mewakili

daerah penelitian. Adapun lima desa yang peneliti maksud adalah Desa Dungun

Laut, Desa Pelempaan, Desa Sarang Burung Kuala, Desa Sarang Burung Kolam,

dan Desa Sarang Burung Danau.

Desa Sarang Burung Danau, merupakan desa yang terletak berbatatasan

dengan Kecamatan Sekura Desa Sarang Burung Kolam, berada di tengah

kecamatan Jawai, Desa Sarang Burung Kuala, terletak berbatasan dengan laut

Natuna, Desa Pelempaan berbatasan dengan kecamatan lainnya yaitu Kecamatan

Teluk Keramat, dan Desa Dungun Laut merupakan desa terluar dari kecamatan

Jawai.

Dari sebelas desa yang berada di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas

tersebut masing-masing memiliki sastra lisan jenis puisi rakyat yaitu Pantan.

Pantan yang merupakan puisi lisan tersebut keberadaannya hampir punah. Hal ini

disebabkan para penutur puisi rakyat Pantan sudah banyak yang meninggal dunia.

Kekhawatiran terhadap keberadaan puisi rakyat Pantan yang dimiliki masyarakat

Melayu Sambas di Kecamatan Jawai ini kian beralasan untuk sesegera mungkin

dilakukan penelitian untuk menjaga dan melestarikan puisi rakyat Pantan

(15)

Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat terletak tepat

berbatasan dengan negara tetangga yang salah satunya yaitu Serawak Malaysia.

Berbatasan dengan negara tetangga juga merupakan salah satu alasan peneliti

untuk melakukan penelitian terhadap puisi rakyat Pantan di daerah tersebut. Hal

ini didasari oleh pengalaman Indonesia yang selalu bermasalah dengan Malaysia.

Dengan dasar perbatasan tersebut bukan sesuatu yang mustahil apabila suatu saat

nanti sastra lisan-satra lisan milik Nusantara ini juga akan menjadi hak milik

negara tetangga tersebut. Dengan demikian penelitian terhadap sastra lisan dalam

hal ini sastra lisan jenis puisi rakyat Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten

Sambas Kalimantan Barat peneliti anggap patut dilaksanakan.

Pengkajian sastra lisan jenis puisi rakyat dalam hal ini Pantan masyarakat

Melayu Sambas dengan menggunakan kajian struktural ini didasari oleh beberapa

anggapan di antaranya adalah: 1) untuk dapat melakukan analisis mendalam pada

sebuah sastra lisan pertama yang harus diketahui secara benar adalah struktur

sastra lisan itu sendiri, 2) sastra lisan jenis Pantan ini memiliki struktur yang

berbeda dari jenis puisi rakyat lainnya, 3) untuk menentukan secara pasti tentang

struktur puisi rakyat jenis Pantan masyarakat Melayu Sambas ini sehingga

diketahui secara jelas ciri-ciri bentuk Pantan bagi masyarakat umum yang

berminat mengenal dan mempelajarinya.

Adapun alasan mengapa mengkaji makna puisi rakyat Pantan masyarakat

Melayu Sambas adalah: 1) untuk dapat mengetahui fungsi Pantan dengan benar,

maka kita harus mengetahui makna Pantan dari setiap kata, baris, bait, bahasa,

(16)

Pantan secara benar dan menyeluruh maka dimungkinkan kita akan dapat

memberikan sikap yang tepat untuk memperlakukan puisi rakyat Pantan ini, 3)

mengerti dan paham terhadap makna Pantan berarti kita sudah berusaha

mengenal, dan berusaha untuk dapat turut melestarikannya.

Pengkajian Pantan dari segi nilai pendidikan didasarkan atas alasan

bahwa: 1) sastra lisan merupakan salah satu bahan ajar yang disampaikan di

perkulihan pada program studi bahasa Indonesia di seluruh Indonesia, 2)

menimbulkan penghargaan terhadap sastra lisan jenis puisi rakyat dalam hal ini

Pantan oleh para pembelajar atau generasi muda, 3) setiap sastra lisan jenis puisi

rakyat dalam hal ini Pantan memiliki nilai-nilai yang dapat diajarkan kepada

generasi muda terutama nilai pendidikannya, misalnya untuk memulai segala

kegiatan hendaknya dimulai dengan mengucapkan kata

“Bismillahirrahmaanirrahiim”, dan 4) setiap kita melakukan pekerjaan, hendaknya

kita yakin bahwa yang kita lakukan adalah sesuatu yang baik dan kita harus yakin

akan terkabul.

Kesadaran dan keinginan untuk turut melestarikan sastra lisan jenis puisi

rakyat dalam hal ini Pantan masyarakat Melayu Sambas Kalimantan Barat berarti

kita telah turut berpartisipasi menjaga puisi rakyat Nusantara untuk tetap dapat

lestari dan menjadi kekayaan kesastraan Indonesia. Puisi Rakyat Pantan di

Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat pernah diteliti oleh Sri

Wahyuningsih yang merupakan mahasiswa S1 FKIP Untan Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sasatra, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah tetapi

(17)

1.2 Pembatasan Masalah Penelitian

Berbicara sastra tentu kita akan berpikir bahwa ada dua bentuk sastra yaitu

sastra tulis dan sastra lisan. Kedua jenis sastra tersebut masing-masing terdiri atas

unsur pembentuknya yaitu unsur intrinsik (unsur batin) dan unsur ekstrinsik

(unsur lahir). Dari dua unsur pembentuk sastra yaitu unsur batin dan unsur lahir

tentu sangat luas sekali pembahasannya. Oleh Karena itu untuk memfokuskan

penelitian ini, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti baik dari jenis

sastranya maupun dari segi unsurnya.

Jenis sastra yang akan dibahas adalah jenis sastra lisan terutama sastra

lisan jenis puisi rakyat. Sastra lisan lebih khususnya lagi adalah puisi rakyat

Pantan. Adapun unsur karya sastra yang dibahas mancakup unsur lahir dan unsur

batin pembentuk karya sastra. Dari kedua unsur tersebut maka penelitian ini

memfokuskan pada unsur batin yang meliputi, tema, amanat, alur, latar, bait,

irama, bahasa dan gaya bahasa. Sedangkan dari unsur lahir, peneliti akan meneliti

makna dan nilai pendidikan yang terdapat dalam puisi rakyat Pantan.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Masalah dalam rencana penelitian ini adalah “Bagaimana Struktur, Makna,

dan Nilai Pendidikan dalam Puisi Rakyat Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten

Sambas Kalimantan Barat. Masalah tersebut dirumuskan menjadi masalah khusus

sebagai berikut:

1. Bagaimana unsur batin puisi rakyat Pantan di Kecamatan Jawai

(18)

2. Bagaimana makna puisi rakyat Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten

Sambas Kalimantan Barat?

3. Nilai pendidikan apa saja yang terdapat dalam puisi rakyat Pantan di

Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum rencana penelitian ini bertujuan selain mendeskrisikan

Pantan dalam masyarakat Melayu Sambas juga bertujuan untuk

mendokumentasikan karya puisi rakyat jenis Pantan di Kecamatan Jawai

Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Secara khusus tujuan rencana penelitian

ini adalah:

1. Menganalisis unsur batin puisi rakyat Pantan di Kecamatan Jawai

Kabupaten Sambas Kalimantan Barat?

2. Menginterpretasi dan menganalisis makna puisi rakyat Pantan di

Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas kalimantan Barat.

3. Menganalisis dan mendeskripsikan nilai pendidikan dalam puisi rakyat

Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, terutama bagi:

1. Ilmu Sastra

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan

ilmu sastra lisan sehingga penelitian dan interpretasi terhadap sastra lisan

lainnya semakin banyak dan memenuhi kepentingan penelitian berikutnya.

(19)

inspirasi bagi pengamat dan penikmat sastra lisan untuk jenis sastra lisan

lainnya.

2. Kurikulum di Perguruan Tinggi

Hasil penelitian tentang puisi rakyat Pantan di Kecamatan Jawai

Kabupaten Sambas Kalimantan Barat ini dapat dijadikan sebagai bahan

ajar di perguruan tinggi terutama pada mata kuliuah Metodologi Penelitian

dan Pengajaran Sastra, Kajian Puisi atau mata kuliah Kajian Prosa Fiksi

dan Drama di FKIP Untan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Kalimantan Barat.

3. Pengembangan Pendidikan

Nilai-nilai positif berkaitan dengan pendidikan yang terdapat dalam Puisi

Rakyat Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat

dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pendidikan di Kalimantan Barat,

sehingga Puisi Rakyat Pantan dikenal dan dijadikan sebagai salah satu

sarana penyampaian pesan pendidikan kepada generasi muda melalui

proses pembelajaran di perguruan tinggi.

4. Para Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain yang hendak

meneliti sastra lisan dari jenis dan sudut yang lain. Bahkan hasil penelitian

ini juga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan dasar bagi

(20)

1.6 Asumsi Penelitian

Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang

kebenarannya diterima oleh penyidik, (Arikunto, 2002:58). Dalam rencana

penelitian ini anggapan dasar peneliti adalah sebagai berikut:

1. Peneliti beranggapan bahwa Pantan memiliki struktur yang bagus.

2. Pantan memiliki nilai pendidikan yang baik sehingga dapat digunakan

sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada generasi muda.

3. Pantan merupakan salah satu kekayaan di bidang sastra yang dimiliki

masyarakat Melayu Sambas Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas

Kalimantan Barat yang perlu dijaga dan dilestarikan.

1.7 Definisi Operasional

1. Struktur

Struktur karya sastra peneliti artikan sebagai unsur yang membentuk karya

sastra itu sendiri. Dalam hal ini struktur atau unsur pembentuk karya sastra

itu terdiri dari dua yaitu unsur batin dan unsur lahir. Unsur batin adalah

unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra itu

sendiri, sedangkan unsur lahir merupakan unsur pembentuk karya sastra

yang berasal dari luar karya sastra itu sendiri. Dalam hal ini peneliti

mengartikan bahwa unsur pembentuk karya sastra adalah unsur-unsur baik

yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar karya sastra itu

(21)

2. Makna

Makna adalah maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan

kepada suatu bentuk kebahasaan, (KBBI, 2002:703). Dalam hal ini makna

diartikan sebagai pengertian yang diberikan pada bentuk Puisi Rakyat

jenis Pantan masyarakat Melayu Sambas di Kecamatan Jawai Kabupaten

Sambas Kalimantan Barat.

3. Nilai Pendidikan

Hasil atau nilai dari sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan ; proses, cara, perbuatan

mendidik, (Alwi, 2002:263). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

nilai pendidikan adalah nilai atau hasil dari proses pembelajaran sastra

lisan kepada generasi muda masyarakat Melayu Sambas Kecamatan Jawai

Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

4. Puisi Rakyat

Puisi rakyat biasanya disebut juga puisi lama yaitu puisi yang belum

dipengaruhi puisi barat, masih asli Melayu Indonesia, misalnya mantra,

pantun, bidal, gurindam, dan syair. Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat

yang sudah tertentu bentuknya biasanya terjadi dari beberapa deret

kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang panjang pendek suku

kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama (Danandjaja,

(22)

Bentuk puisi rakyat bermacam-macam, di antaranya dapat berbentuk

ungkapan tradisional (peribahasa), pertanyaan tradisional (teka-teki), cerita

rakyat, dan kepercayaan rakyat yang berupa mantra-mantra. Pantan dalam

masyarkat Melayu Sambas dianggap sebagai bagian dari puisi rakyat jenis

mantra.

5. Pantan

Pantan menurut masyarakat Melayu Sambas adalah sastra lisan berupa

puisi rakyat atau puisi lama yang bersifat religius, mengandung kesaktian

dan hanya digunakan dalam konteks tertentu.

6. Masyarakat Melayu Sambas

Masyarakat Melayu Sambas di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas

adalah masyarakat komunitas Melayu yang tinggal di Kecamatan Jawai

Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

1.8 Sepintas tentang Pantan Masyarakat Melayu Sambas

Sastra lisan jenis Pantan merupakan satu di antara beberapa sastra lisan

yang dimiliki masyarakat Melayu Sambas di Kecamatan Jawai Kabupaten

Sambas Kalimantan Barat. Penyebaran Pantan dilakukan secara turun-temurun

dari mulut ke mulut sehingga tidak diketahui siapa pemilik puisi rakyat Pantan

atau siapa yang menciptakan Pantan pertama kali.

Sekilas dilihat dari bentuknya, Pantan merupakan bagian dari jenis puisi

lama jenis mantra. Walaupun masyarakat Melayu Sambas tidak menyebutnya

sebagai mantra tetapi tetap Pantan. Pantan ini dipercaya oleh masyarakat Melayu

(23)

memenuhi syarat yang sudah ditentukan oleh penutur atau orang tua yang biasa

membacakan Pantan untuk konteks tertentu.

Selain aturan penggunaan dan syarat yang harus dipenuhi ketika

penggunaan, Pantan juga menuntut adanya Pantangan-Pantangan yang harus

ditaati oleh orang yang membacakan Pantan dan juga yang menggunakan Pantan

untuk kepentingan tertentu. Hal ini dikarenakan bahwa apabila aturan, syarat, dan

pantangan tidak dipatuhi, maka akan menghasilkan hasil yang tidak maksimal

bahkan memungkinkan menimbulkan kecelakaan. Dengan demikian untuk dapat

mempelajari dan menggunakan Pantan harus dilakukan dengan cara dan aturan

(24)

27

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian

yang menggunakan metode deskriptif maka data yang dipoeroleh dianalisis dan

diuraikan menggunkan kata-kata ataupun kalimat dan bukan dalam bentuk

angka-angka atau mengadakan perhitungan.

Data yang terkumpul dalam penelitian ini diperoleh melalui survai,

pengamatan, dan wawacara. Dalam hal ini metode deskriptif akan digunakan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian,

yang terdapat sewaktu penelitian dilakukan di daerah objek kajian. Dengan

demikian penelitian ini akan bersifat kualitatif atau naturalistik.

Pendapat ini diladasi oleh teori yang dikemukakan oleh Moleong (2002:

6) bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran, dan bukan

angka-angka. Pendapat lainnya disampaikan oleh Nasution (220:5) bahwa penelitian

kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,

berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka

tentang dunia sekitarnya.

Berdasarkan pada beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian ini berisi kutipan-kutipan data tentang struktur, makna, dan Nilai

pendidikan dalam Puisi Rakyat Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas

(25)

Metode deskriptif ini digunakan oleh peneliti dalam tahapan-tahapan

dalam kegiatan sebagai berikut:

1. Menentukan aspek struktur, makna, dan nilai pendidikan yang terdapat di

dalam Puisi Rakyat Pantan.

2. Menganalisis struktur, makna, dan nilai pendidikan yang terdapat di dalam

Puisi Rakyat Pantan.

3. Mendeskripsikan hasil analisis tentang struktur, makna, dan nilai

pendidikan yang terdapat di dalam Puisi Rakyat Pantan.

4. Membuat kesimpulan tentang struktur, makna, dan nilai pendidikan yang

terdapat di dalam Puisi Rakyat Pantan.

5. Menyusun rencana pengajaran puisi rakyat Pantan sebagai alternatif

materi pada perkuliahan metodologi penelitian dan pengajaran sastra pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3.2 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah kuialitatif. Bentuk penelitian kualitatif

adalah bentuk penelitian yang mengutamakan proses atau prosedur yang

dijalankan, sedangkan hasilnya bergantung pada proses penelitian itu sendiri.

Pendapat ini berdasar pada teori yang disampaikan oleh Bogdan dan Biklen,

Lincoln dan Guba dalam Moleong (2002:4-8) bahwa bentuk penelitian kualitatif

terdiri dari sebelas karakteristik yaitu sebagai berkut:

1. latar alamiah,

(26)

5. teori dari dasar, 6. deskriptif,

7. lebih mementingkan proses daripada hasil, 8. adanya “Batas” yang ditentukan oleh “Fokus”, 9. adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, 10. desain bersifat sementara,

11. hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Ciri Pertama, penelitian kualitaif berlatar alamiah artinya peneliti

berhadapan langsung dengan sumber data di lapangan. Dalam hal ini sumber data

dalam penelitian ini adalah para penutur Pantan yang berasal dari lima desa di

Kecamatan Sandai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat, dengan cara melakukan

pencatatan dan sekaligus penafsiran tehadap data yang terkumpul apa adanya.

Ciri kedua, penelitian kualitatif menjadikan manusia sebagai alat

(instrumen), artinya adalah, dalam penelitian kualitatif manusia (peneliti atau

dengan batuan orang lain) bertindak sebagai instrumen atau alat utama baik dalam

pengumpulan data, pencatatan data, maupun dalam hal penafsiran data dengan

mengerahkan segenap kemampuan intelektual pengetahuan, dan keterampilan

yang dimiliki terhadap fenomena yang ada.

Ciri ketiga, penelitian kualitatif adalah menggunakan metode kualitatif.

Artinya adalah penggunaan metode kualitatif lebih mudah untuk menyesuaikan

diri dengan kenyataan ganda dan metode ini menyajikan langsung hakikat

hubungan antara peneliti dengan sumber data serta bisa menyesuaikan diri dengan

nilai-nilai di lingkungan penelitan.

Ciri keempat, penelitian kualitatif adalah analisis data secara induktif.

Artinya, selain akan mendapatkan kenyataan-kenyataan ganda juga adanya

(27)

latar secara penuh serta dapat membuat keputusan tentang dapat tidaknya

pengalihan kepada suatu latar lainnya.

Ciri kelima, penelitian kualitatif adalah teori dari dasar. Artinya, peneliti

ini mempercayai apa yang diamati, berusaha untuk netral, lebih responsif,

terhadap nilai-nilai kontekstual, bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis

yang telah dirumuskan, lebih merupakan pembentukan abstraksi, berdasarkan data

yang dikumpulkan, dikelompokkan kemudian di uji.

Ciri keenam, penelitian kualitatif adalah deskriptif. Artinya, data yang

terkumpul berupa kata-kata atau gambaran dan bukan angka-angka. Dengan

demikian hasil penelitian akan berupa kutipan-kutipan data tentang puisi rakyat

Pantan untuk memberikan gambaran penyajian laporan ini.

Ciri ketujuh, penelitian kualitatif adalah lebih mementingkan proses

daripada hasil. Artinya, dalam penelitian kualitatif hasil yang diperoleh

sepenuhnya bergantung kepada proses penelitian itu sendiri.

Ciri kedelapan, penelitian kualitatif adalah adanya “Batas” yang

ditentukan oleh “Fokus”. Artinya dalam penelitian kualitatif menghendaki

ditetapkannya batas penelitian berdasarkan fokus yang timbul sebagai masalah

dalam penelitian. Dengan demikian penetapan fokus sebagai masalah penelitian

penting dalam upaya menemukan batas penelitian.

Ciri kesembilan, penelitian kualitatif adalah adanya kriteria khusus untuk

keabsahan data. Artinya, untuk keabsahan data hars memenuhi kriteria adanya

(28)

Ciri kesepuluh, penelitian kualitatif adalah desain yang bersifat

sementara. Artinya, desain yang disusun secara terus-menerus disesuaikan dengan

kenyataan yang ada di lapangan.

Ciri kesebelas, penelitian kualitatif adalah hasil penelitian dirundingkan

dan disepakati bersama. Artinya, penelitian dan hasil interpretasi yang diperoleh

dirundingkan dan mengadakan diskusi dengan teman sejawat.

3.3 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur Puisi Rakyat Pantan

yang berasal dari masyarakat Melayu Sambas Kecamatan Jawai, Kabupaten

Sambas Kalimantan Barat. Sedangkan data dalam penelitian ini adalah Puisi

Rakyat Pantan di Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian ini dilengkapi hasil wawancara dengan beberapa pihak yang

meiliki keterkaitan langsung dengan puisi rakyat Pantan, yaitu masyarakat

Melayu Sambas kecamatan Jawai kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Adapun

pihak-pihak yang peneliti maksud adalah sebagai berikut:

1. Tokoh masyarakat, Mak Inang, dan masyarakat Melayu Sambas yang

berada di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

2. Pejabat yang berwenang misalnya pejabat kelurahan, dan pejabat kecamatan

di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat;

3. Informan di sekitar kecamatan Jawai kabupaten Sambas Kalimantan Barat

yang mengetahui puisi rakyat Pantan;

(29)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah Puisi Rakyat Pantan yang terdapat di

sebelas desa di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat yaitu

struktur, makna, dan nilai pendidikan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini

adalah Puisi Rakyat Pantan yang terdapat di lima desa Kecamatan Jawai

Kabupaten Sambas Kalimantan Barat yang dianggap representatif mewakili

keseluruhan desa yang terdapat di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas

Kalimantan Barat.

3.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara survai

(mengamati lokasi penelitian), wawancara, merekam dan mengambil gambar dari

kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun alat yang

digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah alat perekam (tape

recorder), pengambil gambar (handycam), dan kartu pencatat data. Berikut ini

teknik pengumpul data yang peneliti lakukan:

3.5.1 Observasi

Pada tahap observasi ini rencana kegiatan yang akan peneliti lakukan

adalah sebagai beikut:

1. Peneliti dengan dibantu orang yang mengetahui daerah penelitian datang

ke Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

2. Peneliti mendatangi pihak-pihak tertentu, untuk meminta ijin melakukan

(30)

3. Peneliti mendatangi desa-desa yang peneliti tentukan sebagai daerah

penelitian.

4. Peneliti mendatangi masing-masing kepala desa untuk ijin penelitian.

5. Peneliti melakukan perjalanan mengobservasi daerah-daerah penelitian.

3.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan Dilakukan dengan Teknik

1. Wawancara, hal-hal yang ditanyakan berkaitan dengan:

- Siapa anggota masyarakat yang mengetahui dan paham tentang

Pantan.

- Sejauh mana Pantan masih digunakan oleh masyarakat Sambas.

- Berapa orang masyarakat desa tertentu yang menjadi penutur Pantan.

- Menanyakan kepada beberapa masyarakat apakah mengenal,

mengetahui dan masih menggunakan Pantan dalam situasi tertentu.

2. Merekam kegiatan pengucapan Pantan oleh penutur Pantan:

- Meminta kepada penutur Pantan untuk melafalkan berbagai jenis

Pantan setelah peneliti dan penutur melakukan transaksi yang harus

dipenuhi.

- Merekam seluruh kegiatan penutur dalam melafalkan berbagai jenis

Pantan.

3. Mecatat semua informasi berkaitan dengan Pantan:

- Data tentang berapa jumlah penutur Pantan yang masih aktif

menuturkan Pantan.

(31)

- Menanyakan dan menunjukkan seberapa jauh masyarakat mengenal

Pantan.

3.6 Teknik Analisis Data Penelitian

Setelah data terkumpul secara keseluruhan, maka data di klasifikasikan

dan dianalisis berdasarkan masalah penelitian. Secara rinci teknik analisis data

adalah sebagai berikut:

1. Data dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan masalah penelitian,

yaitu berdasarkan unsur batin (bentuk, isi, bahasa, gaya bahasa, persajakan

dan konteks), makna, dan nilai pendidikan yang terdapat dalam Puisi Rakyat

Pantan.

2. Menganalisis unsur-unsur batin Puisi Rakyat Pantan, menentukan makna

Pantan dan menganalisis nilai pendidikan yang terdapat dalam Puisi Rakyat

Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

3. Mendeskripsikan unsur-unsur batin Puisi Rakyat Pantan, makna Pantan,

dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam Puisi Rakyat Pantan.

4. Membuat kesimpulan tentang hasil analisis terhadap Puisi Rakyat Pantan di

Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

3.7 Tahapan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu sebagai

(32)

3.7.1 Tahap Awal Penelitian

1. Mencari informasi tentang siapa saja yang akan dapat dijadikan sebagai

penutur Puisi Rakyat Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas

Kalimantan Barat.

2. Menentukan sumber data yang akan membantu peneliti dalam pengumpulan

data berdasarkan kriteria sumber data.

3. Menentukan desa yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

4. Menentukan alat yang tepat yang akan digunakan dalam pengumpulan data

di lapangan.

5. Melakukan studi pustaka yang sesuai dengan penelitian.

6. Melakukan pendekatan pribadi dengan sumber data untuk menghindari

terjadinya jarak antara peneliti dengan sumber data.

3.7.2 Tahap Inti Penelitian

1. Melakukan wawancara dengan sumber data Puisi Rakyat Pantan.

2. Merekam dan mengambil gambar proses pembicaraan dengan sumber data

dan juga pelafalan Puisi Rakyat Pantan oleh sumber data.

3. Mengelompokkan atau mengklasifikasikan data berdasar pada masalah

penelitian.

4. Menganalisis data berdasar urutan masalah penelitian.

3.7.3 Tahap Akhir Penelitian

1. Mentranskripkan Puisi Rakyat Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten

Sambas Kalimantan Barat dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Melayu

(33)

2. Mengalihbahasakan Puisi Rakyat Pantan di Kecamatan Jawai Kabupaten

Sambas Kalimantan Barat ke dalam bahasa Indonesia.

3. Melaporkan hasil penelitian dalam bentuk karya ilmiah mahasiswa

pascasarjana yaitu Tesis.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, hal ini berlandas

pada sebuah pendapat bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen

adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif menjadikan manusia sebagai alat

(instrumen), artinya dalam penelitian kualitatif manusia (peneliti atau dengan

batuan orang lain) bertindak sebagai instrumen atau alat utama baik dalam

pengumpulan data, pencatatan data, maupun dalam hal penafsiran data dengan

mengerahkan segenap kemampuan intelektual pengetahuan, dan keterampilan

yang dimiliki terhadap fenomena yang ada (Bogdan dan Biklen, Lincoln dan

Guba dalam Moleong, 2002:4-8).

Dengan demikian peneliti disebut sebagai instrumen utama atau alat

pengumpul data utama. Untuk memudahkan pengumpulan data di lapangan maka

peneliti menggunakan alat bantu penelitian yaitu alat perekam (tape recorder),

pengambil gambar (handycam), dan kartu pencatat data. Alat bantu yang

digunakan peneliti dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam

mengumpulkan data supaya data yang diambil lengkap dan sesuai dengan fakta di

lapangan. Dan selanjutnya tape recorder, handycam, dan kartu pencatat data ini

(34)

Berikut ini peneliti tampilkan tabel yang berisi tentang alur wawancara

dan hal-hal yang berkaitan dengan apa saja yang ditanyakan di lapangan.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Wawancara untuk Menjelaskan Struktur, Makna, dan Nilai Pendidikan dalam Puisi Rakyat Pantan

No Masalah Indikator Pertanyaan

1. Siapa penutur

1. Siapa penutur Pantan di masing-masing desa penelitian?

2. Apakah masyarakat di desa ini masih mengenal berbagai jenis Pantan yang ada? Dilakukan dengan cara menanyakan langsung dan menujukkan berbagai jenis Pantan kepada masyarakat.

3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara menjadi penutur Pantan?

4. Siapa yang mengajari Bapak/Ibu/Saudara menjadi penutur Pantan?

5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai hubungan kekerabatan dengan orang yang mengajarkan Pantan pada Anda?

6. Di mana Bapak/Ibu/Saudara mempelajari Pantan?

7. Bagaimana cara Bapak/Ibu/Saudara mempelajari atau mewarisi Pantan?

8. Berapa lama Bapak/Ibu/Saudara mempelajari Pantan?

9. Apakah ada syarat yang harus dipenuhi untuk mempelajari, mewarisi, atau menggunakan Pantan?

10. Syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk mempelajari, mewarisi atau menggunakan Pantan?

11. Apakah ada Pantangan yang harus ditaati bagi yang mempelajari, mewarisi atau menggunakan Pantan?

12. Apa saja bentuk Pantangan yang harus ditaati oleh yang mempelajari, mewarisi atau menggunakan Pantan?

13. Mengapa ada syarat dan Pantangan yang harus di penuhi dan ditaati oleh orang yang mempelajari, mewarisi atau menggunakan Pantan?

14. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui sejarah tentang asal-usul Pantan?

15. Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara Pantan pada zaman dahulu dengan Pantan sekarang masih sama?

(35)

17. Dalam usia berapa seseorang diizinkan mempelajari, mewarisi atau menggunakan Pantan?

18. Dalam konteks apa saja Pantan dapat dipelajari, diwarisi atau digunakan?

19. Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara sampai sekarang Pantan masih digunakan oleh masyarakat di desa ini?

20. Bagaimana cara menuturkan Pantan di setiap konteks yang berbeda?

21. Apakah ada aturan khusus pada saat menuturkan Pantan bagi penutur maupun bagi pengguna Pantan? (Misalnya arah/menghadap ke mana, penutur dan pengguna Pantan berhadapan atau berdampingan, malam atau siang hari, dan sebagainya?)

22. Pantan jenis apa saja yang terdapat di masing-masing desa penelitian?

1. Apakah Pantan memiliki struktur batin seperti puisi rakyat yang lainnya? 2. Mengapa puisi rakyat yang satu itu

dinamakan Pantan?

3. Mengapa bentuk Pantan demikian?

4. Pantan lebih banyak digunakan oleh laki-laki atau perempuan?

5. Bagaimana struktur Pantan? Apakah seperti puisi, pantun atau seperti mantra?

6. Bagaimana struktur batin Pantan? 6.1 Bagaimana bentuk Pantan? 6.2 Bagaimana isi yang terdapat dalam

Pantan?

6.3 Bagaimana bahasa yang terdapat dalam Pantan?

6.4 Gaya bahasa apa saja yang digunakan dalam Pantan?

6.5 Bagaimana persajakan di dalam Pantan? 6.6 Bagaimana konteks yang terdapat di

dalam Pantan?

7. Pantan termasuk karangan apa? 4.1 Apakah termasuk jenis deskripsi? 4.2 Apakah termasuk narasi? 4.3 Apakah berupa dialog?

4.4 Atau termasuk jenis yang lainnya?

3. Alat apa saja

1. Peralatan produktif apa saja yang digunakan dalam penuturan Pantan?

2. Ketika penuturan Pantan dilaksanakan alat-alat yang digunakan apa saja?

2.1 Wadah apa/terbuat dari bahan apa yang digunakan untuk tempat syarat yang diperlukan?

(36)

Pantan?

3. Pada saat penuturan Pantan apakah diiringi dengan alat musik yang khas?

4. Apakah juga digunakan benda-benda pusaka pada saat penuturan Pantan? Seperti keris atau benda lainnya?

5. Apakah penutur atau yang menggunakan Pantan pada saat penuturan menggunakan busana khusus? Bentuk dan bahan busana yang khusus.

6. Apakah digunakan tempat duduk khusus bagi pengguna Pantan?

7. Apakah orang yang sedang menstruasi (bagi wanita) boleh menggunakan Pantan? 8. Bagi orang yang menyiapkan tapas/sesaji

boleh dilakukan oleh siapa saja?

9. Apa akibatnya apabila salah satu dari syarat yang ditentukan tidak terpenuhi oleh orang yang akan menggunakan Pantan?

10. Dapatkah syarat yang ditentukan oleh penutur Pantan diganti dengan alat/hal yang lainnya?

4. Bagaimana

1. Apakah digunakan binatang dalam upacara yang menggunakan Pantan? Seperti ayam atau binatang lainnya.

2. Apakah juga digunakan berbagai tanaman berkhasiat dalam penuturan Pantan? 3. Dalam ruangan yang bagaimana Pantan

dituturkan?

4. Pada pukul berapa setiap jenis Pantan dituturkan?

5. Apabila penuturan Pantan dilakukan di luar ruangan, di tempat seperti apa yang digunakan?

6. Apakah ada hari tertentu yang disarankan bagi orang yang akan menggunakan Pantan? 7. Apakah ada hari tertentu yang dilarang untuk

penuturan atau penggunaan Pantan?

1. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apa makna Pantan tertentu bagi pemakai Pantan? 2. Apa makna Pantan tertentu bagi masyarakat

di desa ini?

3. Sejauh mana makna Pantan dipercaya oleh masyarakat di desa ini?

4. Apakah selama ini ada masyarakat yang tidak percaya pada makna Pantan dan akhirnya mendapat musibah?

5. Ketika ada masyarakat yang melanggar ketentuan ketika menggunakan Pantan, bagaimana cara menebus kesalahan tersebut?

6. Bagaimana nilai pendidikan

1. Sifat kearifan 1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pandai dalam mengambil keputusan?

(37)

yang terdapat dalam puisi rakyat Pantan?

positif untuk menyimpulkan apa yang dikehendaki?

3. Apakah pikiran yang jernih membawa dampak positif bagi Bapak/Ibu/Saudara?

2. Sifat

kesederhanaan

1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa malu apabila melakukan hal-hal yang tidak baik? 2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu bersikap

tenang ketika menghadapi berbagai masalah? 3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu bersikap

tenang untuk menguasai diri ketika masalah datang?

4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara bersikap dermawan untuk dapat membantu orang lain yang benar-benar membutuhkan bantuan? 5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara dapat bersikap

disiplin dalam menilai berbagai masalah dan juga mentaati aturan dengan benar?

6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu bersikap optimis untuk dapat melengkapi moral yang mulia?

7. Apakah kelembutan hati Bapak/Ibu/Saudara di dapat dari sifat kesederhanaan?

3. Sifat Keberanian

1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara memiliki jiwa yang besar untuk dapat menghadapi berbagai masalah yang datang?

2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mampu menaggung penghinaan yang datang? 3. Bagaimana sikap Bapak/Ibu/Saudara ketika

mendapat penghormatan?

4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu tegar setiap kali menghadapi masalah?

5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu ulet dan bersungguh-sungguh dalam bekerja? 6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu bersikap

tabah setiap kali mendapat godaan untuk melakukan hal-hal yang menyalahi aturan? 7. Apakah Bapak/Ibu/Saudara dapat bersikap bijaksana setiap kali menghadapi berbagai situasi yang berbeda?

8. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa diri yang paling pintar, tegar dan perkasa?

4. Sifat keadilan 1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara bersahabat dengan semua orang tanpa memilih-milih? 2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara peduli terhadap

masalah-masalah yang dihadapi oleh orang lain?

3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara memiliki jiwa sosial ketika harus berpendapat?

4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara bersikap toleransi apabila masalah yang timbul berkaitan dengan keyakinan?

(38)

silahturrahim ke semua kalangan tanpa membedakan status?

6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu bersikap baik dalam bekerja sama?

7. Apakah Bapak/Ibu/Saudara tekun dalam beribadah?

8. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu bersikap bijaksana ketika menyelesaikan masalah, sedangkan yang melakukan kesalahan itu adalah keluarga sendiri/orang lain?

5. Sifat kesetiaan 1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara senang melakukan hal-hal terpuji? 2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah

melakukan pengkhianatan terhadap orang lain?

3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah

mengkhianati pimpinan dalam masalah kerja? 4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu konsisten

pada keputusan yang telah diambil secara bersama?

5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu taat pada janji yang telah diucapkan?

berkeinginan bahwa Pantan ini tetap ada di masing-masing desa penelitian?

2. Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara generasi muda di desa ini masih mengenal Pantan? 3. Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara generasi

muda di desa ini masih taat terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pantan? 4. Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara

nilai-nilai yang terdapat dalam Pantan masih relevan untuk diajarkan kepada generasi muda?

5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju kalau Pantan ini dilestarikan keberadaannya? 6. Menurut Bapak/Ibu/Saudara bagaimana cara

yang tepat untuk melestarikan Pantan sesuai dengan karakteristik masyarakat desa ini? 7. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apa yang bisa

kami lakukan untuk dapat turut melestarikan keberadaan Pantan supaya tetap dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang? 8. Bagaimana menurut Bapak/Ibu/Saudara

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti?

9. Setujukah Bapak/Ibu/Saudara Pantan ini direkam, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan selanjutnya diterbitkan dalam bentuk buku?

2. Model pelestarian

(39)

Pantan yang mungkin dilakukan.

dilestarikan dalam bentuk model pelestarian? 2. Menurut Bapak/Ibu/Saudara model

pelestarian seperti apa yang digemari oleh masyarakat desa sebagai pemilik Pantan?

8. Model

Berikut ini beberapa bentuk model pelestarian Pantan yang ditawarkan kepada masyarakat di kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat:

1. Melalui model pembelajaran di sekolah. 2. Melalui model pelestarian pementasan

Pantan pada acara-acara atau konteks tertentu (dalam acara pernikahan, atau acara lainnya).

3. Melalui model pelestarian penelitian seperti yang peneliti lakukan.

4. Melalui model pelestarian dokumentasi dalam bentuk kumpulan puisi rakyat. 5. Atau melalui model pelestarian alternatif

(40)

257

BAB 5

RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN

PUISI RAKYAT PANTAN

SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PADA PERKULIAHAN

METODOLOGI PENELITIAN DAN PENGAJARAN SASTRA

5.1 Dasar Pemikiran

Puisi rakyat Pantan yang telah peneliti analisis dari segi struktur intrinsik,

makna, dan nilai pendidikan dengan menggunakan metode deskriptif dan

selanjutnya hasil analisis ini disarankan untuk dijadikan salah satu bahan ajar

pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan Pengajaran Sastra pada Program

Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah di FKIP Untan Kalimantan Barat

pada semester V.

Penggunaan Puisi Rakyat Pantan dalam pembelajaran, terutama pada mata

kuliah Metodologi Penelitian dan Pengajaran Sastra di perguruan tinggi peneliti

anggap perlu karena selama ini pembelajaran sastra selalu menggunakan

bahan-bahan sastra yang telah dibukukan dan terkenal. Jarang dilakukan upaya

penggalian sastra-satra lisan yang belum tersentuh tangan-tangan peneliti dan

masih terkubur di daerah masing-masing. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka

Puisi Rakyat Pantan dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk

menumbuhkan kepedulian dan kecintaan kita terhadap sastra lisan yang belum

tersentuh secara Nasional.

Penggunaan Puisi Rakyat Pantan sebagai bahan ajar di program studi

Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah juga dianggap sebagai salah satu upaya

(41)

sastra lisan dalam hal ini puisi rakyat Pantan yang terdapat di Kecamatan Jawai

Kabupaten Sambas Kalimantan Barat dapat dijadikan bahan ajar dan sekaligus

dikenalkan kepada masyarakat luas tentang keberadaan Pantan tersebut. Lebih

dari itu penelitian yang peneliti lakukan juga sebagai salah satu upaya untuk

(42)

270

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. (Cetakan Kedua). Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. (Cara Mudah Memahami Karya Sastra). Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Asnudi, Yean. 2006. Struktur, Nilai Budaya, dan Konteks Cerita Rakyat dalam Tradisi Lisan Randai pada Masyarakat Rantau Kuantan Singingi Provinsi Riau. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan.

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia. (Cetakan Keenam). Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. (Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: MedPress.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan. Surabaya: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia.

Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. (Cetakan Kesembilan Belas). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Koswara, Kos. 2002. Studi tentang Struktur dan Fungsi Jampi pada Masyarakat Desa Dukuh dan Model Pembelajaran sebagai Apresiasi Sastra Lama. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguisti. (Edisi Ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

K.S. Yudiono.1984. Telaah Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

(43)

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. (Cetakan keempat). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi. (Cetakan Ketiga). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. (Cetakan Keempat). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Rusyana, Rus. 2002. Naskah Nusantara dalam Pendidikan Kesastraan di Indonesia. Bandung.

Rusyana, Yus. 2006. Peranan Tradisi Lisan dalam Ketahanan Budaya. Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film Departemen Kebudayaan dan Priwisata.

Rusyana, Yus. 2008. Pembelajaran Sastra di Sekolah dan

Landasan-Landasannya serta Tautannya dengan Keindonesiaan. Malang:

Konferensi International Kesusastraan XIX HISKI.

Ricoeur, Paul. 2003. Filsafat Wacana Membelah Makna dan Anatomi Bahasa. Yogyakarta: IRCiSoD.

Selden, Raman. 1991. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1994. Apresiasi Kesusastraan. (Cetakan Keempat). Jakarta: Gramedia.

Suprapto. 1993. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia. Surabaya: Indah.

(44)

Verhar, J.W.M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. (Edisi Ketiga). Jakarta: Gadjah Mada University Press.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara untuk Menjelaskan Struktur,
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara untuk Menjelaskan Struktur,

Referensi

Dokumen terkait

penulis dapat menyelesaikan Skripsi Strata Satu yang berjudul Makna Logo Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Mengenai

Perubahan secara kesusasteraannya terlihat dari tata-bahasa yang semakin mengerucut kepada bahasa Melayu di beberapa Kalimantan Barat, dialek, hingga lagu-lagu

MERY SILALAHI, Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Studi Kasus RT 02 RW 07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Bagaimana potensi sumber daya ekonomi nelayan di Desa Temajuk Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat, 2)

Pemilihan Kode dalam Masyarakat Bilingual pada Masyarakat Melayu Sambas di Kota Pontianak dalam Lingkungan Pendidikan (Studi Kasus dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di

Selain itu bentuk Syair Bur- dah Melayu unik karena menggabungkan bentuk puisi sastra arab yang memiliki dua penggalan, pantun Melayu terdiri dari empat baris

Salah satu kebijakan pembangunan sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sambas untuk memperbaiki dan

Nilai moral yang berhubungan dengan sesama manusia di dalam buku Petuah Tanah Leluhur (Kumpulan Cerita Rakyat Kalimantan Barat), karya Musfeptial Musa dan Ilham