• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROSEDURAL DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROSEDURAL DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Anton Tirta Suganda, 2012

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Hipotesis Penelitian ... 10

1.6 Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Prosedural... 12

2.2 Pemahaman Konsep Matematis ... 14

2.3 Pendekatan Brain Based Learning ... 17

2.4 Pembelajaran Konvensional ... 24

(2)

Anton Tirta Suganda, 2012

2.6 Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Brain-Based

Learning ... 27

2.7 Penelitian yang Relevan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 31

3.2 Populasi dan Sampel penelitian ... 33

3.3 Variabel Penelitian ... 36

3.4 Instrumen Penelitian ... 36

3.4.1 Tes Kemampuan Prosedural dan Pemahaman Konsep Matematis ... 37

3.4.2 Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 39

3.4.3 Instrumen Skala Sikap ... 47

3.4.4 Lembar Observasi ... 48

3.4.5 Bahan Ajar ... 49

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.6 Tehnik Analisis Data ... 49

3.7 Data Non-Tes ... 58

3.8 Lokasi Penelitian ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Statistik Deskriptif Hasil Penelitian ... 61

4.1.2 Analisis Hasil Pretes ... 64

4.1.3 Analisis Hasil Postes ... 71

4.1.4 Analisis Sikap Siswa ... 78

4.1.5 Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 86

(3)

Anton Tirta Suganda, 2012

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

4.2.1 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Brain Based Learning ... 94

4.2.2 Kemampuan Prosedural dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 97

4.2.3 Sikap Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Brain- Based Learning ... 100

4.2.4 Aktivitas Guru dan Siswa ... 101

4.2.5 Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(4)

Anton Tirta Suganda, 2012

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Uji Normalitas dan Homogenitas nilai UTS... 36

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Prosedural ... 38

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis . 38 Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi validitas ... 39

Tabel 3.5 Uji validitas Tes kemampuan Prosedural ... 40

Tabel 3.6 Uji Validitas Tes Kemampuan pemahaman Konsep Matematis ... 40

Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 42

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 43

Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Prosedural dan Pemahaman Konsep matematis ... 44

Tabel 3.10 Klasifikasi Daya Pembeda ... 45

Tabel 3.11 Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Kemampuan Prosedural ... 46

Tabel 3.12 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 56

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Prosedural ... 62

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Skor Pemahaman Konsep Matematis ... 62

Tabel 4.3 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Prosedural ... 65

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians Skor Pretes Kemampuan Prosedural ... 66

Tabel 4.5 Uji Kesamaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Prosedural ... 67

(5)

Anton Tirta Suganda, 2012

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Varians Skor Pretes Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis ... 69

Tabel 4.8 Uji Kesamaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 70

Tabel 4.9 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Prosedural ... 71

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Varians Skor Postes Kemampuan Prosedural ... 73

Tabel 4.11 Uji Perbedaan Rerata Skor Postes Kemampuan Prosedural... 74

Tabel 4.12 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 75

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Varians Skor Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 76

Tabel 4.14 Uji Perbedaan Rerata Skor Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 77

Tabel 4.15 Distribusi Skala Sikap Pada Kelas BBL ... 78

Tabel 4.16 Distribusi Skala Siakap Siswa Terhadap Pelajaran Matematika. ... 80

Tabel 4.17 Distribusi Skala Sikap Siswa Terhadap pembelajaran dengan Pendekatan Brain-Based Learning. ... 82

Tabel 4.18 Distribusi Skala Sikap Siswa TerhadapSoal Prosedural dan Pemahaman . ... 84

Tabel 4.19 UjiNormalitas N-gain Kemampuan Prosedural. ... 89

Tabel 4.20 Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Prosedural. ... 90

Tabel 4.21 Hasil Uji Beda Rerata N-gain Kemampuan Prosedural ... 90

Tabel 4.22 Uji Normalitas N-gain Kemampuan Pemahaman Konsep ... 92

Tabel 4.23 Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Pemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 92 Tabel 4.24 Hasil Uji Beda Rerata N-gain Kemampuan Pemahaman Konsep

(6)

Anton Tirta Suganda, 2012

DAFTAR BAGAN

Halaman

(7)

Anton Tirta Suganda, 2012

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Histogram Hasil Pretes Tes Kemampuan Prosedural Kelas

Konvensional ... 65

Gambar 4.2 Histogram Hasil Pretes Tes Kemampuan Prosedural Kelas BBL ... 66

Gambar 4.3 Histogram Hasil Pretes Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Kelas Konvensional ... 69

Gambar 4.4 Histogram Hasil Pretes Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Kelas BBL ... 69

Gambar 4.5 Histogram Hasil Postes Tes Kemampuan Prosedural Kelas

Konvensional ... 72

Gambar 4.6 Histogram Hasil Postes Tes Kemampuan Prosedural Kelas BBL .... 72

Gambar 4.7 Histogram Hasil Postes Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Kelas Konvensional ... 76

Gambar 4.8 Histogram Hasil Postes Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

(8)

Anton Tirta Suganda, 2012

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

A.1. Silabus Penelitian ... 109

A.2. Rencana Pembelajaran kelas BBL... 110

A.3. Rencana Pembelajaran kelas Konvensional ... 137

A.4. Lembar Kerja Siswa ... 153

A.5. Soal Tes Individu ... 195

Lampiran B. B.1. Kisi-Kisi Soal kemampuan Prosedural ...203

B.2. Kisi-Kisi Soal kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ...205

B.3. Soal Tes Kemampuan Prosedural ... 207

B.4. Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 208

B.5. Jawaban Tes Kemampuan Prosedural ... 210

B.6. Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 212

B.7. Kisi-kiasi Angket skala Sikap ... 215

B.8. Angket Untuk Siswa ... 216

B.9. Lembar Observai Guru ... 218

B.10. Lembar Observai Siswa ... 220 Lampiran C

(9)

Anton Tirta Suganda, 2012

Siswa Kelas Konvensional ... 221

C.2. Data Nilai hasil Ujian Tengah Semester Siswa Kelas BBL ... 222

C.3. Hasil Perhitungan Anates Kemampuan Prosedural. ...223

C.3. Hasil Perhitungan Anates Kemampuan Pemahaman Konsep ...228

Lampiran D D.1. Nilai Pretes Kemampuan Prosedural Kelas BBL ... 234

D.2. Nilai Pretes Kemampuan Prosedural Kelas Konvensional ... 235

D.3. Nilai Pretes Kemampuan Pemahaman konsep Kelas BBL ... 236

D.4. Nilai Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Konvensional ... 237

D.5. Nilai Postes Kemampuan Prosedural Kelas BBL ... 238

D.6. Nilai Postes Kemampuan Prosedural Kelas Konvensional ... 239

D.7. Nilai Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas BBL ... 240

D.8. Nilai Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Konvensional ... 241

D.9. Uji Normalitas Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) ...242

D.10. Uji Homogenitas Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) ...243

D.11. Uji Beda Rerata Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) ...244

D.12. Uji Normalitas Pretes Kemampuan Prosedural ...245

D.13. Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Prosedural ...246

D.14. Uji Beda Rerata Pretes Kemampuan Prosedural ...247

D.15. Uji Normalitas Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ...248

D.16. Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ...249

(10)

Anton Tirta Suganda, 2012

D.18. Uji Normalitas Postes Kemampuan Prosedural ...251 D.19. Uji Homogenitas Postes Kemampuan Prosedural ...252 D.20. Uji Beda Rerata Postes Kemampuan Prosedural ...253

D.21. Uji Normalitas Postes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis ...254 D.22. Uji Homogenitas Postes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis ...255 D.23. Uji Beda Rerata Postes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis ...256 D.24. Gain Ternormalisasi Kemampuan Prosedural Kelas BBL ... 257 D.25. Gain Ternormalisasi Kemampuan Prosedural Kelas

Konvensional ... 258 D.26. Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemahaman Konsep

kelas BBL ... 259 D.27. Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemahaman Konsep

Kelas Konvensional ... 260 Lampiran E

E.1. Pemberian Skor Item skala Sikap ... 261 E.2. Skor Skala Sikap Tiap Butir Pernyataan ... 262 E.3. Rekapitulasi Skor Skala sikap Tiap Aspek ... 263 Lampiran F

(11)
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan

untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki

kemampuan nyata dalam perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena

itu proses pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang paling

sentral. Hal ini mengandung arti bahwa keberhasilan proses pendidikan ditentukan

oleh berhasil atau tidaknya proses pembelajaran itu sendiri.

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif yang dilakukan

oleh guru dan murid untuk memperoleh sesuatu yang mengakibatkan

terbentuknya pola-pola perilaku baru yang menyeluruh menuju ke arah yang

lebih meningkat dan lebih baik pada pribadi yang belajar.

Proses pembelajaran saat ini kebanyakan masih belum menunjukan hasil

yang memuaskan, upaya guru yang mengarah pada peningkatan proses

belajar-mengajar belum optimal dan metode serta pendekatan yang digunakan

guru belum beranjak dari pola-pola tradisional, sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tidak tercapai.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,

tujuan mempelajari mata pelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut; 1). Memahami konsep matematika, menjelaskan

(13)

luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2). Menggunakan

penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika, 3). Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh, 4). Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5). Memiliki

sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan kurikulum KTSP di atas, tujuan umum pendidikan

matematika adalah menitikberatkan pada pemahaman konsep, penalaran,

kemampuan pemecahan masalah, komunikasi matematis, dan memiliki

menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Untuk mewujudkan tujuan

pembelajaran pada kurikulum KTSP tersebut, maka proses pembelajaran perlu

mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Untuk mengantisipasi hal ini,

sejak dini perlu dilakukan suatu usaha atau upaya, sehingga siswa tertarik pada

mata pelajaran matematika dan siswa termotivasi untuk belajar matematika

sehingga akan berakibat pada optimalnya hasil siswa dalam belajar matematika.

Tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan berdasarkan KTSP,

khususnya pada aspek kemampuan pemahaman konsep matematis, ternyata masih

belum tercapai. Hal tersebut terungkap dari hasil pengamatan peneliti di lapangan,

(14)

Jawa Barat, kemampuan siswa dalam pemahaman konsep matematisnya masih

sangat rendah. Hal tersebut ditunjukan oleh rendahnya nilai ulangan yang masih

dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh guru

matematika di sekolah tersebut yaitu 60. Hasil pengamatan peneliti tersebut sangat

relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan Wahyudin (1999) bahwa

kemampuan matematika siswa kita masih sangat rendah. Secara rinci Wahyudin

menemukan lima kelemahan yang ada pada siswa, salah satunya adalah siswa

kurang memiliki kemampuan untuk memahami serta menggali konsep-konsep

dasar matematika yang sedang dibicarakan dengan pokok bahasan yang sedang

dibicarakan.

Lebih luas lagi, apabila dibandingkan dengan hasil laporan oleh survei

Programme for International Student Assesment (PISA), ternyata prestasi literasi

matematika untuk anak-anak Indonesia yang berusia sekitar 15 tahun masih

rendah. Pada PISA tahun 2003, Indonesia berada di peringkat 38 dari 40 negara,

dengan rerata skor 360 dan rerata skor internasional adalah 500. Pada tahun 2006

rerata skor siswa kita naik menjadi 391, yaitu peringkat 50 dari 57 negara dan

rerata skor internasional adalah 500, sedangkan pada tahun 2009 Indonesia hanya

menempati peringkat 61 dari 65 negara, dengan rerata skor 371, sementara

rata-rata skor internasional adalah 496. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah

siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. Aspek

literasi matematis yang diukur adalah mengidentifikasikan dan memahami serta

menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan seseorang dalam

(15)

bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kita masih sangat

rendah.

Rendahnya kemampuan pemahaman matematis siswa kita diakibatkan

oleh beberapa faktor, salah satunya diungkapkan oleh Turmudi (2008: 11) yang

memandang bahwa pembelajaran matematika selama ini kurang melibatkan siswa secara aktif, sebagaimana dikemukakannya bahwa “pembelajaran matematika

selama ini disampaikan kepada siswa secara informatif, artinya siswa hanya memperoleh informasi dari guru saja sehingga derajat “kemelekatannya” juga

dapat dikatakan rendah”. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa sebagai subjek

belajar kurang dilibatkan dalam menemukan konsep-konsep pelajaran yang harus

dikuasainya. Hal ini menyebabkan konsep-konsep yang diberikan tidak membekas

tajam dalam ingatan siswa sehingga siswa mudah lupa dan sering kebingungan

dalam memecahkan suatu permasalahan yang berbeda dari yang pernah

dicontohkan oleh gurunya.

Kemudian faktor selanjutnya adalah tidak adanya variasi model

pembelajaran yang dilakukan. Dengan strategi seperti itu, siswa menerima

pelajaran matematika secara pasif dan bahkan hanya menghafal rumus-rumus

tanpa memahami makna dan manfaat dari apa yang dipelajari, sehingga siswa

akan merasa jenuh dalam mempelajari matematika. Akibatnya kemampuan siswa

dalam pemahaman konsep matematisnya rendah dan minat siswa untuk belajar

matematika kurang sehingga berdampak pada kemampuan siswa yang diharapkan

(16)

Salah satu kemampuan siswa yang dapat dinilai adalah kemampuan

kognitif. Menurut Bloom (dalam Ruseffendi, 1991: 35), kemampuan kognitif

manusia di bagi ke dalam 6 tingkatan yaitu: (1) Tingkat Pengetahuan, (2) Tingkat

Pemahaman, (3) Tingkat Aplikasi, (4) Tingkat Analisis, (5) Tingkat sintesis, (6)

Tingkat Evaluasi.

Kompetensi matematis dalam ranah kognitif termasuk tingkat pemahaman

matematika. Kompetensi matematika menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findel

(2001), yaitu, conceptual understanding, procedural fluency, strategic

competence, dan adaptive reasoning.

Salah satu aspek pemahaman matematika yang terpenting dimiliki oleh

siswa adalah conceptual understanding atau diistilahkan “pemahaman konsep”.

Mempelajari matematika berarti belajar tentang konsep-konsep dan

struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta berusaha mencari

hubungan-hubungannya.

Pemahaman siswa akan konsep matematika haruslah disertai penguasaan

prosedur yang baik dan benar agar mereka mengetahui apa yang mendasari

konsep tersebut. Kesalahan yang seringkali muncul apabila pemahaman konsep

terlepas dari prosedur ialah siswa kesulitan untuk mengaitkan suatu permasalahan

matematika dengan konsep serta alasan yang mendasarinya, begitu pula

sebaliknya jika prosedur pemecahan masalah dikuasai namun konsepnya tidak

mereka pahami, siswa akan berhadapan dengan masalah yang sama.

Kemampuan procedural fluency berpengaruh terhadap kompetensi

(17)

mencari jalan keluar dalam permasalahan dengan fleksibel, teliti, secara efisien

dan sewajarnya. ketelitian dan efisien sangat penting dalam suatu prosedur, karena

sudah tersusun secara prosedur sehingga melakukan sedikit kesalahan. Oleh

karena itu, kemampuan prosedural dan pemahaman konsep matematis sudah

seharusnya dimiliki oleh siswa, salah satu caranya adalah dengan meningkatkan

kualitas pembelajaran matematika dan menciptakan pembelajaran matematika

yang menyenangkan.

Untuk menciptakan suasana pembelajaran matematika yang berkualitas

dan menyenangkan, hendaklah guru memperhatikan salah satu hal penting dalam

tubuh manusia yang selama ini masih kurang dioptimalkan, yaitu otak.

Berat otak manusia dewasa pada umumnya hanya sekitar satu setengah

kilogram (Jensen, 2007: 40). Namun, organ kecil ini sangat memegang peranan

penting dalam pelaksanaan pembelajaran, karena organ kecil inilah yang

mengolah segala informasi yang didapatkan.

Secara keseluruhan, tingkah laku manusia dikendalikan oleh otak. Struktur

komposisi otak sangat berpengaruh terhadap sifat setiap orang.

Pandangan-pandangan negatif siswa terhadap matematika sering membuat mereka malas dan

kesulitan dalam memahami konsep, hal tersebut muncul karena komposisi otak

yang dibangun kurang optimal sehingga memunculkan karakter yang negatif

(Jensen, 2007: 45).

Hal penting lainnya yaitu proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran

banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah guru dapat

(18)

harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu. Dimyati dan Mujiono (1994)

mengemukakan ada tujuh prinsip pembelajaran, yaitu: perhatian dan motivasi,

keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,

dan perbedaan individual. Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut, dituangkan

dalam suatu pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran sehingga pelaksanaan

pembelajaran di kelas menjadi lebih bermakna, dan kemampuan siswa yang

diharapkan dapat tercapai.

Salah satu strategi pembelajaran yang bisa dilakukan adalah dengan

menggunakan suatu model pembelajaran yang dapat memaksimalkan fungsi otak

sehingga kemampuan prosedural dan pemahaman konsep matematis siswa bisa

tercapai serta motivasi siswa untuk belajar matematika bisa muncul. Strategi

pembelajaran yang dimaksud adalah dengan melakukan pembelajaran dengan

pendekatan Brain-Based Learning .

Pendekatan Brain-Based Learning adalah pembelajaran yang diselaraskan

dengan cara otak bekerja yang didesain secara alamiah untuk belajar (Jensen,

2007:12). Tahapan-tahapan perencanaan pembelajaran dengan Pendekatan

Brain-Based Learning menurut Jensen (2007: 484) antara lain: tahap pra-pemaparan,

tahap persiapan, tahap inisiasi dan akuisisi, tahap elaborasi, tahap inkubasi dan

formasi memori, tahap verifikasi dan pengecekan keyakinan, dan tahap perayaan

dan integrasi.

Terdapat tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam

implementasi pendekatan Brain-Based Learning (Syafa’at, 2009) yaitu:

(19)

(2) menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan; dan (3) menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa

Berdasarkan strategi-strategi tersebut, pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Brain-Based Learning dalam pembelajaran matematika memberikan

kesempatan pada siswa dalam hal kemampuan berpikir siswa khususnya

kemampuan dalam prosedural dan pemahaman konsep matematis siswa, dengan

demikian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain-Based Learning

diduga dapat meningkatkan kemampuan prosedural dan pemahaman konsep

matematis siswa. Selain itu, lingkungan pembelajaran yang menantang dan

menyenangkan juga akan memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dan

beraktifitas secara optimal dalam pembelajaran sehingga motivasi siswa terhadap

pelajaran matematika bisa bisa meningkat.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap pendekatan Brain-Based Learning dengan judul “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Brain-Based Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Prosedural dan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Kelas X Madrasah Aliyah”

1.2. Rumusan Masalah

Mengacu kepada latar belakang masalah, maka dalam rencana penelitian

ini permasalahan dibatasi hanya pada kajian aspek kemampuan prosedural dan

pemahaman konsep matematis yaitu apakah pendekatan Brain-Based Learning

dapat meningkatkan kemampuan prosedural dan pemahaman konsep matematis

(20)

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan prosedural siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan Pendekatan Brain-Based Learning lebih baik daripada

siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan Pendekatan Brain-Based Learning lebih

baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan Brain- Based Learning?

4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan Brain-Based Learning?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan prosedural siswa yang

mendapatkan pembelajaran matematika dengan Pendekatan Brain-Based

Learning dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan Pendekatan

Brain-Based Learning dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

3. Mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan

(21)

4. Mendeskripsikan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

Pendekatan Brain-Based Learning.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, pembelajaran matematika dengan Pendekatan Brain-Based

Learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan prosedural dan

pemahaman konsep matematis siswa.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan variasi strategi

pembelajaran matematika agar dapat diaplikasikan dan dikembangkan menjadi

lebih baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan prosedural dan

pemahaman konsep matematis siswa.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam rangka mengembangkan

kemampuan lainnya yang erat kaitannya dengan pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

dapat tidaknya pembelajaran matematika dengan Pendekatan Brain-Based

Learning meningkatkan kemampuan prosedural dan pemahaman konsep

matematis siswa.

1.5. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan prosedural siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan Pendekatan Brain-Based Learning lebih baik daripada siswa yang

(22)

2. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan Pendekatan Brain-Based Learning lebih

baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

1.6. Definisi Operasional

1. Pendekatan Brain-Based Learning adalah pembelajaran yang diselaraskan

dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar yang

dibangun di atas sebuah pertanyaan fundamental “ Apa yang terbaik bagi otak?”

2. Kemampuan prosedural adalah pengetahuan mengenai prosedur secara

umum, pengetahuan dalam menampilkan prosedur secara fleksibel, tepat

dan efisien.

3. Pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam

menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari, menerapkan

konsep secara algoritma, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi matematika serta kemampuan mengaitkan berbagai konsep.

4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru

dan proses belajar sangat mengutamakan metode ceramah atau ekspositori,

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan dua

kelompok dengan pretes dan postes. Pengambilan kelompok dilakukan secara

acak kelas. Langkah awal untuk menentukan unit-unit eksperimen dilakukan

dengan memilih sekolah, yang kemudian memilih dua kelas yang homogen

ditinjau dari kemampuan akademiknya. Kelas BBL adalah kelas yang

memperoleh perlakuan menggunakan pembelajaran dengan Pendekatan

Brain-Based Learning dan kelas konvensional adalah kelas yang memperoleh

pembelajaran konvensional.

Pretes dan postes ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan

kemampuan prosedural dan Pemahaman konsep matematis. Pretes diberikan

sebelum proses pembelajaran dalam penelitian ini dimulai, sedangkan postes

setelah keseluruhan proses pembelajaran selesai. Pretes diberikan bertujuan untuk

melihat kesetaraan kemampuan awal kedua kelompok. Dan postes diberikan

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran yang diberikan

terhadap peningkatan kemampuan siswa, melihat apakah terdapat perbedaan

kemampuan yang signifikan diantara kedua kelompok tersebut.

Menurut Ruseffendi (2005), penelitian seperti ini merupakan penelitian

quasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Diagram

desain eksperimennya sebagai berikut :

O X O

(24)

Keterangan :

O = pretes dan postes

X = perlakuan pembelajaran dengan pendekatan Brain-based Learning Adapun alur kerja penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian

Identifikasi masalah dan tujuan penelitian

Penyusunan instrument dan bahan ajar

Uji coba instrumen

Analisis data hasil uji coba instrumen

Perbaikan instrumen

Menentukan kelas BBL dan kelas konvensional

Kelas Konvensional

(Pembelajaran biasa)

Kelas BBL (Pembelajaran dengan

pendekatan brain based learning

Pretes

Postes

Analisis data

(25)

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah

(MA) Persis 99 Rancabango kelas X (sepuluh) tahun pelajaran 2011-2012 pada

semester genap.

Pemilihan sampel, yaitu kelas BBL dan kelas konvensional dilakukan

dengan tekhnik cluster random sampling. Sampel yang dipilih dalam penelitian

ini diambil dua kelas, yaitu satu kelas konvensional dan satu kelas BBL yang

dipilih secara acak dari empat kelas X (sepuluh) yang terdapat di sekolah tersebut.

Dari populasi di atas (4 kelas yang ada yaitu: X-A, X-B, X-C, dan X-D)

ditetapkan 2 (dua) kelas untuk dijadikan sampel kelas penelitian dengan tehnik

Cluster Random Sampling. Dengan teknik Cluster Random Sampling yang dalam

prakteknya dilakuan undian, maka terpilih Kelas X-A sebagai kelas BBL dan

Kelas X-C sebagai kelas konvensional.

Untuk menyakinkan bahwa kedua kelas tersebut memiliki tingkat

kemampuan matematika yang sama, dilakukan uji beda rerata tentang hasil

belajar matematika yang diambil dari nilai asli dari Ujian Tengah Semester (UTS)

mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012.

Sebelum melakukan uji beda rerata terhadap hasil belajar matematika

kedua kelas tersebut, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap normalitas dan

homogenitas dari kedua sampel tersebut. Untuk menguji normalitas kemampuan

awal kelas BBL dan kelas konvensional digunakan data yang diperoleh dari hasil

ulangan semester ganjil mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012

(26)

Adapun untuk rumus khi kuadrat (2) tersebut adalah sebagai berikut:

Dalam penelitian ini perhitungan uji normalitas data dilakukan dengan

menggunakan bantuan SPSS versi 16 dan dilakukan perhitungan menggunakan

rumus di atas sebagai pembanding. Dari hasil pengolahan baik dengan

menggunakan SPSS maupun rumus kay kuadrat diperoleh bahwa 2hitung <

tabel2 ,

maka kelas BBL dan kelas konvensional berdistribusi normal.

Pengujian berikutnya adalah menguji homogenitas varians nilai UTS kelas

BBL dan kelas konvensional. Rumusan hipotesisnya adalah:

H0 :  2e = 

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan Uji F sebagai berikut:

(27)

Setelah diketahui bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen maka

demikian juga sampel berdistribusi normal dan homogen pengujian kesamaan

rerata menggunakan uji-t, dengan rumus :

t =

xk = rerata skor pada kelas konvensional

s = varian gabungan

se = varian kelas BBL

sk = varian kelompok konvensional

ne = banyaknya siswa pada kelas BBL

(28)

Dengan menggunakan bantuan SPS S versi 16, hasil dari uji-t menunjukkan bahwa sig > 0.05, hal ini berarti bahwa H0 diterima, yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata matematika pada kedua kelas, artinya baik untuk siswa pada kelas eksperimen maupun siswa pada kelas kontrol bisa dikatakan memiliki kemampuan yang sama. Sehingga kedua kelas tersebut cocok untuk dijadikan sampel.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rangkuman Tabel 3. 1 berikut:

Tabel 3.1

Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Beda Rerata Nilai UTS

Kelas

Kolmogorov-Smirnov Sig.

Levene Statistic Sig.

t-test for Equality of

Means Sig. (2-tailed)

X-A 0.200

0.19 0.959

X-C 0.136

3.3 Variabel Penelitian

Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu varibel bebas (independent

variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas penelitian ini

adalah Pendekatan Brain-Based Learning yang diterapkan pada pembelajaran

matematika di kelas BBL, dan variabel terikatnya adalah kemampuan prosedural

dan pemahaman konsep matematis siswa.

Dalam setiap pelaksanaan penelitian tidak menutup kemungkinan

adanya variabel-variabel lain yang juga akan mempengaruhi variabel terikat,

seperti lama waktu belajar, les tambahan, kondisi kelas dan sebagainya.

Variabel-variabel luar yang terjadi dalam penelitian ini diasumsikan tidak mempengaruhi

secara signifikan (berarti) terhadap variabel terikat.

(29)

Untuk memperoleh data baik kualitatif maupun kuantitatif, dalam penelitian

ini digunakan empat macam instrumen, yaitu:

1. Tes kemampuan prosedural dan pemahaman konsep matematis.

2. Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa

dan guru selama proses pembelajaran.

3. Skala sikap, digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap

pembelajaran yang dilakukan yang berkenaan dengan strategi, aktivitas,

dan sarana pembelajaran yang digunakan.

Dalam menyusun dan mengembangkan instrumen, langkah awal yang

dilakukan adalah membuat kisi-kisi lalu kemudian mengkontruksi instrumen.

Untuk memeriksa validitas isi dan muka dilakukan sebelum dilaksanakan ujicoba

instrumen.

Setelah instrumen selesai divalidasi, selanjutnya dilakukan ujicoba.

Ujicoba instrumen dilaksanakan satu kali, yaitu diuji cobakan kepada 12 orang

siswa kelas XII (dua belas) di MA tempat penelitian. Hasil ujicoba tersebut

dianalisis dengan menggunakan Anates V4 untuk mengetahui validitas,

reliabilitasnya, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir tes. Analisis hasil

ujicoba instrumen juga ditujukan untuk mengetahui apakah setiap item sudah

cukup baik dan layak digunakan dalam penelitian. Hasil ujicoba instrumen dapat

dilihat pada lampiran C.3.

3.4.1 Tes Kemampuan Prosedural dan Pemahaman Konsep Matematis

Tes untuk mengukur kemampuan prosedural dan pemahaman konsep

matematis siswa ini berupa soal-soal uraian. Penyusunan soal diawali dengan

(30)

diberikan pada setiap jawaban siswa ditentukan berdasarkan pedoman penskoran.

Skor ideal pada suatu butir soal ditentukan berdasarkan banyaknya tahapan yang

harus dilalui pada soal tersebut.

Untuk mengevaluasi kemampuan prosedural siswa digunakan sebuah

pedoman pemberian skor syang tertera pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Pedoman Pemberian Skor Untuk Perangkat Tes kemampuan Prosedural

Skor Kriteria Jawaban dan Alasan

0 Tidak ada jawaban atau jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan atau tidak ada jawaban yang benar

1 Prosedur yang digunakan sebagaian besar tidak tepat dan masih terdapat perhitungan yang salah

2 Sebagian besar Prosedur yang digunakan sudah tepat, namun masih terdapat perhitungan yang salah

3 Prosedur yang digunakan sudah hampir lengkap namun masih terdapat sedikit kesalahan

4 Prosedur yang digunakan serta perhitungannya sudah lengkap dan benar Diadaftasi dari Puspitasari (2011)

Sedangkan untuk mengevaluasi kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa, digunakan sebuah pedoman pemberian skor yang disebut

Holistic Scale dari North Carolina Department of Public Instruction tahun 1994

(Puspitasari, 2011) seperti yang terlihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Tabel Pedoman Pemberian Skor Untuk Perangkat Tes kemampuan Pemahaman Matematis

Skor Kriteria Jawaban dan Alasan

0 Tidak ada jawaban atau jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan atau tidak ada jawaban yang benar

1 Jawaban Sebagian besar mengandung perhitungan yang salah

2 Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti) penggunaan algoritma salah namun mengandung perhitungan yang salah

3 Jawaban hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti) penggunaan algoritma hampir lengkap dan benar, namun mengandung sedikit kesalahan

4 Jawaban lengkap (hampir semua petunjuk soal diikuti) penggunaan algoritma

(31)

3.4.2 Validitas, Reliabilitas, Tingkat kesukaran, daya Pembeda Hasil Ujicoba

Instrumen

a. Validitas Instrumen

Suatu soal atau set soal dikatakan valid bila soal-soal itu mengukur apa

yang semestinya harus diukur (Ruseffendi, 1991). Perhitungan validitas butir soal

akan dilakukan dengan rumus korelasi Product Moment (Ruseffendi, 1991) yaitu

:

r = koefisien korelasi antara variabel dan variabel � = banyaknya sampel

= nilai hasil uji coba = nilai harian

Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto

(2002) seperti pada Tabel di bawah ini:

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

(32)

Butir soal dinyatakan signifikan apabila thitung > ttabel . Berdasarkan hasil uji

coba pada siswa kelas XII IPA di Madrasah Aliyah Persis 99 rancabango , maka

dilakukan uji validitas dengan bantuan Program Anates 4.0, hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3. Hasil uji validitas ini dapat

dinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Uji Validitas Tes Kemampuan Prosedural

Nomor Soal Korelasi

Interpretasi

Validitas

Signifikansi

1 0,838 Sangat tinggi Sangat signifikan

2 0,890 Sangat tinggi Sangat signifikan

3 0,862 Sangat tinggi Sangat Signifikan

4 0,747 Tinggi Sangat signifikan

5 0,602 Tinggi Signifikan

Dari lima butir soal yang digunakan untuk menguji kemampuan prosedural

tersebut berdasarkan kriteria validitas tes, dari kelima butir soal tersebut, dua soal

memiliki validitas yang tinggi (soal no.4 dan soal no.5), dan sisanya memiliki

validitas yang sangat tinggi (soal no.1, soal no.2 dan soal no.3).

Selanjutnya melalui uji validitas dengan Anates 4.0, diperoleh hasil uji

validitas tes kemampuan Pemahaman konsep matematis yang dapat

dinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Uji Validitas Tes Pemahaman Konsep Matematis Nomor

Soal Korelasi

Interpretasi

Validitas Signifikansi

(33)

2 0,797 Tinggi Sangat Signifikan

3 0,655 Tinggi Signifikan

4 0,808 Sangat tinggi Sangat Signifikan

5 0,744 Tinggi Sangat Signifikan

6 0,764 Tinggi Sangat Signifikan

Dari enam butir soal yang digunakan untuk menguji kemampuan

pemahaman konsep matematis tersebut berdasarkan kriteria validitas tes,

diperoleh dua soal (soal nomor 1 dan 4) yang mempunyai validitas sangat tinggi,

dan empat soal sisanya mempunyai validitas tinggi.

Reliabilitas merupakan derajat konsistensi atau keajegan data dalam

interval waktu tertentu. Menurut Arifin (2009) suatu tes dapat dikatakan reliabel

jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada waktu dan kesempatan

yang berbeda. Reliabel soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan

suatu soal tes. Untuk mengukurnya digunakan perhitungan reabilitas menurut

Arikunto (2010). Rumus yang digunakan dinyatakan dengan

11 = reliabilitas instrumen = banyak butir soal

2 i

 = jumlah variansi skor tiap butir item/soal

(34)

�2 =

2( )2 � �

Keterangan :

2 = jumlah kuadrat dari jawaban yang benar

= jumlah jawaban benar

N = jumlah subjek

( )2 = kuadrat jumlah total dari skor

= jumlah total dari skor

Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas yang menyatakan

derajat keandalan alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang ditetapkan oleh

J.P. Guilford (Suherman, 2003) seperti pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90 ≤ r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70≤r11<0,90 Tinggi

0,40≤r11<0,70 Sedang

0,20≤r11<0,40 Rendah

r11<0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas butir soal secara keseluruhan untuk t

untuk tes kemampuan prosedural diperoleh nilai tingkat reliabilitas sebesar 0,83,

(35)

mempunyai reliabilitas yang stinggi sedangkan untuk tes pemahaman konsep

matematis diperoleh nilai tingkat reliabilitas sebesar 0,81, sehingga dapat

diinterpretasikan bahwa soal tes pemahaman konsep matematis mempunyai

reliabilitas yang tinggi.

b. Analisis Tingkat Kesukaran

Kita perlu menganalisis butir soal pada instrumen untuk mengetahui

tingkat kesukaran dalam butir soal yang kita buat. Arikunto (2002: 207)

mengungkapkan bahwa soal tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir

soal yang baik, apabila butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula

terlalu mudah. Dengan kata lain tingkat kesukarannya sedang atau cukup. Tingkat

kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:

B

S = jumlah skor kelompok bawah

A

J = jumlah skor ideal kelompok atas

B

J = jumlah skor ideal kelompok bawah

Kriteria penafsiran harga Indeks Kesukaran suatu butir soal menurut Suherman dan Sukjaya (1990 : 213) adalah seperti pada Tabel.3.8 berikut:

Tabel 3.8

Kriteria Tingkat Kesukaran

(36)

0% - 15% Sangat sukar

16% - 30% Sukar

31% - 70 % Sedang

71% - 85% Mudah

86% - 100% Sangat mudah

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Anates Versi 4.0. diperoleh

tingkat kesukaran tiap butir soal tes kemampuan prosedural dan pemahaman

konsep matematis yang terangkum dalam Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Tingkat Kesukaran Butir Tes

Kemampuan Pemahaman Konsep matematis dan Kemampuan Prosedural

Tes Nomor Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

Kemampuan

matematis yang terdiri dari enam butir soal, terdapat satu buah soal dengan tingkat

kesukaran yang mudah, yaitu soal nomor.1 dan empat buah soal yang memiliki

tingkat kesukaran sedang, serta satu soal yang memiliki tingkat kesukaran sukar

(37)

yang terdiri dari lima butir soal, terdapat tiga buah soal dengan tingkat kesukaran

sedang yaitu soal nomor 1, nomor 2, dan soal nomor 5, satu butir soal dengan

tingkat kesukaran mudah yaitu soal nomor 3 dan satu butir soal dengan tingkat

kesukaran sukar yaitu nomor 4.

c. Analisis Daya pembeda

Menurut Ruseffendi (1991) daya pembeda adalah korelasi antara skor

jawaban terhadap sebuah butiran soal dengan skor jawaban seluruh soal. Daya

pembeda tiap item tes pada penelitian ini diukur menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Ruseffendi (1991) sebagai berikut :

��= � − �1

4

Keterangan :

Ba = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar

Bb = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

N = jumlah skor keseluruhan

Adapun klasifikasi indeks daya pembeda suatu soal pada penelitian

ini, diinterpretasikan dengan mengikuti pedoman yang dikemukakan oleh

Suherman dan Sukjaya (1990) sebagai berikut:

Tabel 3.10.

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Evaluasi Butiran Soal

(38)

0,40 < DP  0,70 Baik

0,20 < DP  0,40 Cukup

0,00 < DP0,20 Jelek

DP 0,00 Sangat buruk

Daya pembeda menunjukkan kemampuan soal tersebut membedakan

antara siswa yang pandai (termasuk dalam kelompok unggul) dengan siswa yang

kurang pandai (termasuk kelompok asor). Suatu perangkat alat tes yang baik harus

bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang kurang pandai

karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok tersebut. Sehingga

hasil evaluasinya tidak baik semua atau sebaliknya buruk semua, tetapi haruslah

berdistribusi normal, maksudnya siswa yang mendapat nilai baik dan siswa yang

mendapat nilai buruk ada (terwakili) meskipun sedikit, bagian terbesar berada

pada hasil cukup.

Proses penentuan kelompok unggul dan kelompok asor ini adalah

dengan cara terlebih dahulu mengurutkan skor total setiap siswa mulai dari skor

tertinggi sampai dengan skor terendah (menggunakan Anates Versi 4.0). Hasil

perhitungan daya pembeda untuk tes kemampuan prosedural dan pemahaman

konsep matematis disajikan dalam Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemahaman konsep Matematis dan Kemampuan Prosedural

Tes Nomor Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi

Kemampuan Pemahaman Matematis

1 41,67 % Baik

2 33,33 % Cukup

(39)

4 33,33% Cukup

5 41,67 % Cukup

6 33,33% Cukup

Kemampuan Prosedural

1 33,33 % Cukup

2 41,67% Baik

3 41,67% Baik

4 33,33% Cukup

5 25,00 % Cukup

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk soal tes pemahaman konsep

matematis yang terdiri dari enam butir soal, terdapat satu butir soal yang daya

pembedanya baik yaitu soal nomor 1, sedangkan soal nomor 2, 3, 4, 5, 6 daya

pembedanya cukup. Selanjutnya, untuk soal tes kemampuan prosedural terdapat

dua butir soal yang daya pembedanya baik yaitu soal nomor 2 dan soal nomor 3,

sedangkan soal nomor 1, 4, dan 5 masing-masing daya pembedanya cukup.

3.4.3 Instrumen Skala Sikap

Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, pembelajaran dengan

pendekatan Brain-Based Learning, serta soal-soal pemahaman dan Prosedural

Instrumen skala sikap dalam penelitian ini terdiri dari 20 butir pertanyaan dan

diberikan kepada siswa kelas BBL setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir

yaitu setelah postes. Instrumen skala sikap secara lengkap dapat dilihat pada

Lampiran B.3.

Model skala yang digunakan adalah model skala Likert. Derajat penilaian

terhadap suatu pernyataan tersebut terbagi ke dalam 5 kategori, yaitu : sangat

(40)

(STS). Dalam menganalisis hasil skala sikap, skala kualitatif tersebut ditransfer ke

dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang

bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Untuk pernyataan yang

bersifat positif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N

diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk

pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, N

diberi skor 3, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.

Langkah pertama dalam menyusun skala sikap adalah membuat kisi-kisi.

Kemudian melakukan uji validitas isi butir pernyataan dengan meminta

pertimbangan teman-teman mahasiswa Pascasarjana UPI dan selanjutnya

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, mengenai isi dari skala sikap

sehingga skala sikap yang dibuat sesuai dengan indikator-indikator yang telah

ditentukan serta dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.

Selanjutnya, dilakukan juga uji validitas skala sikap ini kepada beberapa orang

siswa (kelompok terbatas) sebanyak delapan orang dalam melihat keterbacaan

kalimat-kalimat dalam angket tersebut.

Untuk mengetahui sikap siswa, siswa mempunyai sikap positif atau negatif,

maka rerata skor setiap siswa dibandingkan dengan skor netral terhadap setiap

butir skor, indikator dan klasifikasinya. Bila rerata skor seorang siswa lebih kecil

dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap negatif, sedangkan bila rerata

skor seorang siswa lebih besar dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap

positif.

(41)

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang

aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru

serta interaksi antar siswa dengan siswa dalam pembelajaran dengan Pendekatan

Brain-Based Learning. Lembar observasi terdiri atas dua bagian, yaitu lembar

observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Peneliti bertindak sebagai pelaksana

langsung pembelajaran dengan Pendekatan Brain-Based Learning. Pengamatan

terhadap aktivitas siswa dan guru dilakukan oleh guru matematika di sekolah

tersebut.

3.4.5 Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP disusun sebagai panduan bagi peneliti dan

guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam penelitian ini diimplementasikan

pembelajaran dengan Pendekatan Brain-Based Learning. Oleh karena itu bahan

ajar yang digunakan juga dirancang dan dikembangkan sesuai dengan

karakteristik dari pembelajaran dengan Pendekatan Brain-Based Learning, serta

penyusunannya dengan mempertimbangkan kemampuan yang ingin dicapai, yaitu

kemampuan prosedural dan pemahaman konsep matematis.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan LKS dapat dilihat secara lengkap

pada Lampiran A1 dan A.2.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes, lembar

observasi, dan angket skala sikap. Data yang berkaitan dengan kemampuan

prosedural dan pemahaman konsep matematis siswa dikumpulkan melalui tes

(42)

pembelajaran matematika dengan Pendekatan Brain-Based Learning.

dikumpulkan melalui angket skala sikap siswa.

3.6 Teknik Analisis Data

Seperti diuraikan diatas, pada penelitian ini ada dua jenis data yang

diperoleh, yaitu data kuantitatif (data yang didapat melalui tes awal dan akhir)

dan data kualitatif (data yang didapat melalui angket). Pelaksanaan analisis data

dari kedua jenis data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Tes kemampuan prosedural dan Pemahaman konsep matematis

siswa

Data yang diperoleh dari tes yang digunakan pada tes awal dan tes akhir

merupakan data kuantitatif. Untuk menganalisis data kuantitatif tersebut

digunakan teknik analisis statistik parametrik. Langkah-langkah pelaksanaan

analisis data tersebut adalah sebagai berikut:

a.1. Analisis Kesamaan Rerata Pretes

Analisis kesamaan rerata tes awal kemampuan prosedural dan pemahaman

konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan

dengan cara menguji rerata skor tes awal kedua kelompok. Analisis kesamaan

rerata tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan

prosedural dan pemahaman konsep matematis siswa sebelum mendapat

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Brain-Based

(43)

Sebelum melakukan pengujian harus diperiksa terlebih dahulu normalitas

dan homogenitas dari data tes awal kedua kelompok tersebut, pengujiannya adalah

sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Pretes

Uji normalitas data tes awal dari kelompok siswa yang diberi pendekatan

Brain-Based Learning dan siswa yang diberi pembelajaran konvensional atau kelas

eksperimen dan kelas kontrol, diantaranya dapat menggunakan metode khi

kuadrat dengan menggunakan rumus:

k

i e

e o

f f f

1

2

2 ( )

Keterangan :

0= frekuensi observasi = frekuensi ekspektasi

Pengujian normalitas dilakukan dengan taraf signifikan (

) sebesar 0.05

dan derajat kebebasan (dk) = k-1, dengan kriteria pengujiannya adalah sebagai

berikut:

Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

jika2hitung >2tabel, artinya H0 ditolak dan H1 diterima.

(44)

Karena 2hitung ≤ 2tabel , artinya H0 diterima dan H1 ditolak, artinya baik

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Pretes

Setelah melakukan pengujian normalitas tes awal, selanjutnya di uji

homogenitas dari kedua data yang diperoleh dari kelompok yang diberikan

pembelajaran dengan pendekatan Brain-Based Learning dan pembelajaran

konvensional atau kelas eksperimen dan kelas kontrol, dalam hal ini

menggunakan rumus :

� = �

Pengujian varian ini dilakukan pada taraf signifikan (

) sebesar 0,05

dengan derajat kebebasan dk pembilang = n-1, dan dk penyebut = n-1 dan

bertujuan untuk menentukan nilai Ftabel, dengan kriteria pengujian sebagai

berikut:

Rumusan Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

2 2 2 1 0: 

H ; kedua variansi sama

2 2 2 1 1: 

H ; kedua variansi tidak sama

jika Fhitung > Ftabel, artinya H0 ditolak dan H1 diterima.

(45)

Karena FhitungFtabel,maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya kedua kelas

tersebut homogen.

3. Uji Kesamaan Rerata Pretes

Karena data kedua kelompok berdistribusi normal dan variansnya

homogen, maka analisis dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rerata. Tujuannya

adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelas BBL dan kelas

konvensional terhadap materi yang akan dipelajari, yaitu materi trigonometri.

Rumusan hipotesisnya adalah:

1. Kemampuan Prosedural Siswa

2 1 0 : 

H ; Tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan awal kemampuan

prosedural siswa kelas BBL dan kelas konvensional.

2 1 1: 

H ; Terdapat perbedaan rerata kemampuan awal kemampuan

prosedural siswa kelas BBL dan kelas konvensiona.

2. Kemampuan Pemahaman konsep Matematis Siswa

2 1 0 : 

H ; Tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan awal pemahaman

konsep matematis siswa kelas BBL dan kelas konvensional.

2 1 1: 

H ; Terdapat perbedaan rerata kemampuan awal pemahaman konsep

matematis siswa kelas BBL dan kelas konvensional.

Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah dengan statistik

(46)

Menghitung nilai rerata

 

x :

= rerata skor pada kelas eksperimen

k

x = rerata skor pada kelas kontrol

s = deviasi standar gabungan

2

e

s = varians kelompok eksperimen

2

k

s = varians kelompok kontrol

ne = banyaknya siswa pada kelompok eksperimen

nk = banyaknya siswa pada kelompok kontrol

Kriteria pengujian:

(47)

jika thitung≤ ttabel, artinya H0 diterima dan H1 ditolak

karena thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya kemampuan awal

kelas BBL dan kelas konvensional sama.

a.2. Analisis Kesamaan Rerata Postes

Untuk menganalisis kesamaan rerata tes akhir yang diperoleh kedua

kelompok, dapat dilakukan dengan menghitung skor rerata tes akhir kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Analisis kesamaan rerata tes akhir ini bertujuan

untuk mengetahui kemampuan akhir atau perolehan kemampuan prosedural dan

pemahaman konsep matematis siswa setelah mendapat pembelajaran matematika

dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Brain-Based Learning

dan pembelajaran konvensional.

Rumusan hipotesisnya adalah:

a. Kemampuan prosedural Siswa

2 1

0 : 

H ; Tidak terdapat perbedaan kemampuan prosedural siswa yang

memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan Brain-Based Learning dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional.

2 1 1 : 

H ; Terdapat perbedaan kemampuan prosedural antara siswa yang

(48)

Brain-Based Learning dengan siswa yang mendapat

pembelajaran konvensional.

b. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

2 1

0 : 

H ; Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika

dengan menggunakan pendekatan Brain-Based Learning dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2 1 1 : 

H ; Terdapat perbedaan kemampuan prosedural antara siswa yang

memp[eroleh pembelajaran matematika dengan pendekatan

Brain-Based Learning dengan siswa yang mendapat

pembelajaran konvensional.

Setelah data yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir dianalisis,

besarnya mutu peningkatan kemampuan prosedural dan pemahaman konsep

matematis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan

menggunakan rumus gain ternormalisasi (normalized gain), sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (N-g) = −

− , (Meltzer,

2002)

Dengan kriteria indeks gain seperti yang dikemukakan oleh Hake (1999) seperti

(49)

Tabel 3.12.

Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤0,7 Sedang

g≤ 0,3 Rendah

a.3. Analisis Gain Skor Ternormalisasi (N-Gain)

Rumusan hipotesisnya adalah:

a. Kemampuan prosedural Siswa

2 1

0 : 

H ; Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan prosedural

siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan Brain-Based Learning dengan siswa

yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2 1 1 : 

H ; Peningkatan kemampuan Prosedural siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan Pendekatan Brain-Based Learning lebih

baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

c. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

2 1

0 : 

H ; Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

(50)

Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional.

2 1 1 : 

H ;Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Brain-Based

Learning lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran

konvensional.

Untuk mengetahui benar tidaknya peningkatan kemampuan prosedural dan

pemahaman konsep kelas BBL lebih baik dibanding kelas konvensional, perlu

diuji secara statistik. Pengujian sama atau tidaknya dua nilai rerata gain

ternormalisasi dilakukan dengan uji t dengan syarat datanya berdistribusi normal

dan kedua variansnya homogen.

3.7 Data Non-Tes

Data skala sikap berguna untuk mengetahui kualitas sikap sikap siswa terhadap

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Brain-Based Learning serta

soal-soal kemampuan Prosedural dan Pemahaman Konsep matematis dilakukan

dengan berpedoman pada skala Likert. Dalam menganalisis hasil angket, data

kualitatif yang telah diperoleh dirubah dulu kedalam data kuantitatif. Selanjutnya

untuk mengetahui besarnya presentase dari setiap pernyataan yang telah dipilih

ole siswa, digunakan rumus sebagai berikut:

= 0 ×100%

(51)

= persentase jawaban

n= jumlah total siswa

0 = jumlah frekuensi alternatif jawaban

Sumber : Riduan (2004:135)

Untuk mengetahui sikap siswa, siswa mempunyai sikap positif atau negatif,

maka rerata skor setiap siswa dibandingkan dengan skor netral terhadap setiap

butir skor, indikator dan klasifikasinya. Bila rerata skor seorang siswa lebih kecil

dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap negatif. Sedangkan bila rerata

skor seorang siswa lebih besar dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap

positif.

Data hasil observasi digunakan untuk melihat gambaran aktivitas siswa dan

guru selama pembelajaran berlangsung. Tujuannya adalah untuk dapat

memberikan refleksi pada proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya

dapat menjadi lebih baik daripada pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan

skenario yang telah dibuat

3.8 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Aliyah Pesantren

Persatuan Islam 99 Rancabango yang ada di kota Garut, Propinsi Jawa Barat.

Penelitian dilaksanakan di kelas X (sepuluh) semester genap tahun pelajaran

2011/2012 dengan alasan bahwa siswa kelas X tersebut sebagian besar ketika

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Penelitian ini menganalisis pembelajaran matematika dengan pendekatan

brain based learning dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan prosedural

dan pemahaman konsep matematis siswa kelas X (sepuluh) Madrasah Aliyah.

Berdasarkan analisis data dan temuan yang diperoleh selama menerapkan

pembelajaran matematika di Madrasah Aliyah (MA) Persis 99 Rancabango , maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan kemampuan prosedural siswa setelah memperoleh

pembelajaran matematika dengan pendekatan Brain-Based Learning lebih

baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa setelah

memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan Brain-Based

Learning lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara

konvensional.

3. Berdasarkan hasil analisis angket skala sikap siswa, siswa bersikap positif

terhadap pelajaran matematika, pembelajaran matematika dengan

pendekatan Brain -Based Learning, dan terhadap soal-soal kemampuan

prosedural dan pemahaman konsep matematis.

4. Berdasarkan hasil observasi, kualitas akivitas siswa dalam proses

(53)

aspek kegiatan yang relevan dengan kegiatan pembelajaran cenderung

mengalami peningkatan.

5.2Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan

beberapa saran, yaitu:

1. Kepada guru

Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran matematika dengan

pendekatan Brain-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan

prosedural dan pemahaman konsep matematis, aktivitas, dan juga sikap

siswa. Untuk itu disarankan kepada guru supaya pembelajaran matematika

dengan pendekatan brain based learning dapat dijadikan sebagai salah

satu alternatif pembelajaran di dalam kelas.

2. Kepada instansi terkait

Karena pembelajaran matematika dengan pendekatan Brain-Based

Learning dapat meningkatkan kemampuan prosedural dan pemahaman

konsep matematis, dan tanggapan siswa juga positif, maka diharapkan

dukungan dari instansi terkait untuk mensosialisasikan penggunaan

pembelajaran matematika dengan pendekatan Brain-Based Learning di

sekolah melalui MGMP matematika, pelatihan-pelatihan guru matematika

atau melalui seminar.

3. Kepada peneliti

a. Kemampuan matematika yang diteliti dalam penelitian ini adalah

(54)

X (sepuluh) pada materi trigonometri. untuk itu bagi para peneliti

selanjutnya kiranya dapat menerapkan pembelajaran matematika

dengan pendekatan Brain-Based Learning pada kelas dan materi yang

berbeda serta aspek kemampuan yang lain.

b. Populasi pada penelitian ini hanya siswa kelas X Madrasah Aliyah

Persis 99 Rancabango, dan teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah Purposive sampling. Mungkin di kesempatan yang lain para

peneliti dapat menggunakan populasi yang lebih besar dan teknik

pengambilan sampel secara acak, agar hasilnya dapat digeneralisasikan

untuk populasi yang besar tersebut.

c. Ujicoba instrumen pada penelitian ini diberikan kepada siswa yang

belum pernah memperoleh pembelajaran matematika kemampuan

prosedural dan pemahaman konsep matematis. Disarankan kepada

peneliti yang akan membahas tentang pembelajaran matematika dengan

pendekatan Brain-Based Learning, ujicoba instrumen hendaknya

kepada siswa yang sudah memperoleh pembelajaran matematika

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z.(2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aryani, K.(2010). Peningkatan Kemampuan Menulis dan Pemahaman Konsep

Matematika Melalui Pembelajaran Dengan Strategi WritingFrom A

Prompt dan Writing In Ferformance Tasks Pada siswa SMP. Tesis

Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Aziz-Ur-Rehman1, Dr. Maqsood Alam Bokhari. oeffectiveness of brain-based

learning theory at secondary level. Vol. 3. No. 4. July, 2011, I Part

A.Sousa, D. (2009). How the Brain Learns Mathematics . International Electronic

Journal of Elementary Education Vol.1, Issue 2, March, 2009.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Pengembangan Silabus

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : CV. Laksana

Mandiri.

Dimyati dan Mudjiono. (1994).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:P3MTK-Ditjen

Dikti-Depdikbud.

Given, B.K .(2007). Brain-based teching. Bandung : Kaifa.

Hudoyo, H. (1985). Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar Matematika.

Jakarta: Depdikbud.

Jensen, Eric. (2007). Brain-based Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kilpatrick et al. (2001). Adding it up: Helping Children Learn Mathematics.

Gambar

Gambar 4.1 Histogram Hasil Pretes Tes Kemampuan Prosedural Kelas Konvensional ....................................................................................
Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian
Tabel 3.1 Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Beda Rerata Nilai UTS
Tabel 3.2 Pedoman Pemberian Skor Untuk Perangkat Tes kemampuan Prosedural
+7

Referensi

Dokumen terkait

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

Kinerja karyawan dalam proses penyelenggaraan tugas pelayanan memerlukan suatu keterikatan yang kuat dari pegawai biro- krasi terhadap nilai-nilai yang disepekati bersama,

Jumlah individu (ekor) dan berat (kg) dan hasil tangkapan bubu lipat pada pagi dan sore hari.. bubu lipat dari yang tertinggi hingga yang terendah pada pagi dan sore hari di

Kerangka adalah mukjizat rekayasa tersendiri, yang merupakan sis-tem bangunan pendukung tubuh. Kerangka melindungi organ-organ utama seperti otak, jantung dan paru- paru, dan

Jika sampai pelanggan komplain/klaim karena tidak merasa ditawarkan packing kayu oleh Staf Cash Sales Counter/Agen, maka segala tanggungjawab akan dibebankan kepada Staf Cash

The design computations require the definition of a cho- sen 3D space (in our case 7x10x6 meter), the number of available beacons, possible user tag locations and a

Membuat rencana untuk pelatihan, promosi, rotasi terhadap pegawai sesuai hasil analisa kebutuhan Unit dan pengembangan pegawai serta diusulkan ke Kantor Unit Induk

...laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang materil...Grup mengalami defisit sebesar Rp 1.213.491.601.495...hal-hal