• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gender Dalam Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah (Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Gender Dalam Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah (Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GENDER DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH

TANGGA PETANI PADI SAWAH

(Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

NYAYU ZAHRA UMMAYA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Gender dalam Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah (Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Nyayu Zahra Ummaya

(4)
(5)

ABSTRAK

NYAYU ZAHRA UMMAYA. Analisis Gender dalam Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah (Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI.

Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai andalan mata pencaharian mayoritas penduduk Indonesia. Kondisi pertanian dalam perkembangan pedesaan kini tidak cukup mampu untuk menjadi sumber nafkah tunggal bagi petani sehingga menyebabkan adanya pergeseran perekonomian dari pertanian menjadi industri. Hal tersebut memicu perubahan pada sosial dan budaya khususnya pada pola kerja produktif baru yang mengarah pada diskriminasi pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis karakteristik rumah tangga petani padi sawah; (2) menganalisis strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah; (3) menganalisis strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dalam perspektif gender. Metode penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data, dan informasi dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat penggali informasi yang didukung dengan data kualitatif melalui reduksi dan verifikasi dari observasi lapang dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah. Dalam strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menunjukkan adanya isu stereotipe, subordinasi dan beban kerja ganda.

Kata kunci: rumah tangga petani padi sawah, strategi nafkah, gender

ABSTRACT

NYAYU ZAHRA UMMAYA. Gender Analysis on Livelihood Strategy of Paddy Rice

Farmers‟ Household (Case of Ciasihan Village, Pamijahan Subdistrict, Bogor Regency,

West Java Province). Supervised by TITIK SUMARTI.

Indonesia is an agricultural country which makes the agricultural sector as the mainstay of livelihoods of the majority of the Indonesian population. Nowadays, the condition of agriculture in rural development is not capable enough to be the main income for farmers. It is causing the shift of the economy from agriculture to industry. It triggers changes in the social and cultural patterns of productive work in particular on the new division of labor that leads to discrimination between women and men. This study aims

to: (1) analyze the characteristics of the paddy rice farmers‟ household; (2) analyze the

livelihood strategies of paddy rice farmers‟ household; (3) analyze the livelihood

strategies of paddy rice farmers‟ household in a gender perspective. The method used to dig up the facts, data, and information in this research with quantitative approach by using a questionnaire as a digger information that was supported by qualitative data through reduction and verification of field observation and in-depth interviews. The results of this study indicated that there is a relationship between level of education and

the level of livelihood strategy of paddy rice farmers‟ household. The livelihood strategies

of paddy farmers‟ households were issued by stereotipe, subordination, and multiple

burden in gender perspective.

(6)
(7)

ANALISIS GENDER DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH

TANGGA PETANI PADI SAWAH

(Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

NYAYU ZAHRA UMMAYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi: Analisis Gender dalam Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah (Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Nama : Nyayu Zahra Ummaya

NIM : I34120023

Disetujui oleh

Dr Ir Titik Sumarti MC, MS Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt atas rahmat, ridho, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS GENDER DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH (Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MC, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memperhatikan kinerja penulis dalam menyelesaikan skripsi dan telah memberikan banyak, saran, motivasi, dan masukan pada penulis selama proses penulisan. Dr. Ir. Ekawati S. Wahyuni, MS selaku dosen penguji utama dan Mahmudi Siwi SP, MSi selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan masukan konstruktif bagi penulis.

2. Pak Erwin selaku Sekretaris Desa Ciasihan dan Pak Ishal Junaidi selaku Ketua RW 03 Desa Ciasihan yang telah membantu penulis dalam proses penelitian dan pengumpulan data, Ibu Ani dan keluarga yang telah bersedia untuk memberikan tempat menginap bagi penulis selama proses penelitian di Desa Ciasihan, serta masyarakat RW 03 Desa Ciasihan yang telah membantu penulis dalam proses pengisian kuesioner.

3. Ayah Kiagus Heri Syamsuddin, SE dan Ibu Husna Ningsih, adik tersayang Nyayu Maudi Humairoh dan Kiagus Muhammad Sayid serta wali penulis Keluarga Haji Kemas Ali sebagai sumber semangat penulis dalam menjalankan segala aktivitas dan ibadah.

4. Beasiswa Bidikmisi yang telah membantu penulis menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

5. Falahuddin Rachman, S.KPm sebagai pembangkit semangat, motivasi dan rekan diskusi penulis selama proses penyusunan skripsi. Nuraini, S.KPm, Dikna Diastari Distantini, Mona Elsahawi, dan Ahmad Zikri F sebagai teman satu bimbingan, R Irinne, Sri Agustin, Almira Devina, M Irsyad N, Dijako Rizki J, Aditya S, Alvian R, Abednego G, Ferdhian I, Ridho Risali, Rezky Eka, Dinda Saraswati, Yudhiansyah ES, Vany A, Tri Wicaksono, dan Iqbal S yang selalu saling menyemangati selama proses penyusunan skripsi.

6. Teman-teman XL Future Leaders, BEM FEMA Kabinet Mozaik Toska dan Kabinet Terasa Manis, Sahabat Sekret, IKAMUSI, Majalah Komunitas, Sanggar Juara, Asrama A3-289, dan SKPM 49 atas semangat dan kebersamaannya selama ini.

7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Semoga hasil tulisan skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xvii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah Penelitian 2

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Kerangka Pemikiran 9

Hipotesis Penelitian 10

PENDEKATAN LAPANGAN 13

Metode Penelitian 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Teknik Penentuan Responden dan Informan 13

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 14

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 15

Definisi Operasional 16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Kondisi Geografis 19

Kondisi Sosial Demografis 20

Kondisi Ekonomi 21

Kelembagaan Ekonomi 23

KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH 25

Umur 25

Tingkat Pendidikan 26

Jumlah Tanggungan Keluarga 28

(15)

Pola Nafkah 31

Tingkat Pendapatan 32

Tingkat Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah 33

Hubungan Karakteristik Rumah Tangga Petani Padi Sawah Terhadap Tingkat

Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Sawah 36

Ikhtisar 39

ANALISIS GENDER DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA

PETANI PADI SAWAH 41

Pembagian Kerja 41

Akses Terhadap Sumber Daya dan Manfaat 47

Kontrol Terhadap Sumber Daya dan Manfaat 49

Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah dalam Perspektif Gender 52

Ikhtisar 54

SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 61

(16)

DAFTAR TABEL

1 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data 15

2 Luas dan persentase penggunaan lahan/tanah di Desa Ciasihan tahun 2014 19 3 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa

Ciasihan tahun 2014 20

4 Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Ciasihan tahun 2014 21 5 Jumlah petani padi sawah berdasarkan luas lahan yang dimiliki menurut

kelompok tani di Desa Ciasihan tahun 2006 22

6 Jumlah dan persentase tingkat kesejahteraan penduduk Desa Ciasihan

tahun 2014 22

7 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh

tani menurut umur di Desa Ciasihan tahun 2016 25

8 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut tingkat pendidikan di Desa Ciasihan tahun 2016 26 9 Persentase tingkat pendidikan responden rumah tangga petani padi sawah

dan buruh tani menurut jenis kelamin di Desa Ciasihan tahun 2016 27 10 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh

tani menurut jumlah tanggungan keluarga di Desa Ciasihan tahun 2016 28 11 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh

tani menurut tingkat kekosmopolitan pada kelompok tani di Desa Ciasihan

tahun 2016 29

12 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh

tani menurut pola nafkah di Desa Ciasihan tahun 2016 31

13 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani

menurut tingkat pendapatan di Desa Ciasihan tahun 2016 32

14 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut tingkat strategi nafkah di Desa Ciasihan tahun 2016 34 15 Jumlah dan persentase strategi nafkah responden rumah tangga petani padi

sawah menurut pola nafkah dan tingkat pendapatan di Desa Ciasihan tahun

2016 34

16 Jumlah dan persentase strategi nafkah responden rumah tangga buruh tani menurut pola nafkah dan tingkat pendapatan di Desa Ciasihan tahun 2016 35 17 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani

menurut hubungan antara umur dengan tingkat strategi nafkah di Desa

Ciasihan tahun 2016 36

18 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat strategi nafkah

di Desa Ciasihan tahun 2016 37

(17)

menurut hubungan antara tingkat kekosmopolitan dengan tingkat strategi

nafkah di Desa Ciasihan tahun 2016 39

21 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah menurut aktivitas produktif dalam perspektif gender di Desa Ciasihan tahun 2016 41 22 Persentase responden rumah tangga buruh tani menurut aktivitas

produktif dalam perspektif gender di Desa Ciasihan tahun 2016 42 23 Rata-rata curahan waktu rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani

terhadap aktivitas produktif menurut jenis kelamin di Desa Ciasihan tahun

2016 43

24 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani

menurut jenis aktivitas reproduktif di Desa Ciasihan tahun 2016 44 25 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani

menurut jenis aktivitas sosial-politik-keagamaan di Desa Ciasihan tahun

2016 45

26 Rata-rata curahan waktu pembagian kerja rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut jenis kelamin di Desa Ciasihan tahun 2016 46 27 Persentase responden rumah tangga petani menurut akses sumber daya di

Desa Ciasihan tahun 2016 47

28 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah menurut akses

manfaat di Desa Ciasihan tahun 2016 48

29 Persentase responden rumah tangga buruh tani menurut akses sumber daya

di Desa Ciasihan tahun 2016 48

30 Persentase responden rumah tangga buruh tani menurut akses manfaat di

Desa Ciasihan tahun 2016 49

31 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah menurut kontrol

sumber daya di Desa Ciasihan tahun 2016 50

32 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah menurut kontrol

manfaat di Desa Ciasihan tahun 2016 50

33 Persentase responden rumah tangga buruh tani menurut kontrol sumber daya

di Desa Ciasihan tahun 2016 51

34 Persentase responden rumah tangga buruh tani menurut kontrol manfaat di

Desa Ciasihan tahun 2016 51

35 Jumlah pelaku aktivitas produktif menurut jenis kelamin di Desa Ciasihan

tahun 2016 52

36 Jumlah laki-laki rumah tangga petani padi sawah menurut pola nafkah di

Desa Ciasihan tahun 2016 52

37 Jumlah perempuan rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut

(18)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Penelitian 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sketsa Lokasi Penelitian Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Bogor 63

2 Daftar Responden 64

(19)
(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai andalan mata pencaharian mayoritas penduduk Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2013), luas lahan pertanian sawah di Indonesia mengalami peningkatan dari 7.9 juta hektar pada tahun 2003 menjadi 8.1 juta hektar pada tahun 2013. Akan tetapi, hal ini berbanding terbalik dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia yang mengalami penurunan dari 31.17 juta rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 26.13 juta rumah tangga pada tahun 2013 (BPS 2013).

Mata pencaharian sebagian besar keluarga di Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan merupakan keluarga yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber nafkahnya (ILO 2015). Jumlah rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 0.5 hektar (5 000m2) masih mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia yakni sebesar 14.62 juta rumah tangga. Angka ini mengalami penurunan sebesar 40 persen dari tahun 2003 yaitu sebesar 20.62 juta rumah tangga (BPS 2013). Berkurangnya jumlah tersebut bukan karena kesejahteraannya meningkat melainkan mereka lebih memilih untuk beralih ke sektor lain menuju perekonomian dengan pangsa kegiatan yang lebih besar di sektor industri dan jasa di perkotaan (Handriansyah 2015).

Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan dari perekonomian yang didominasi sektor pertanian berbasis di desa menuju perekonomian berbasis industri dan jasa di perkotaan dengan basis diversifikasi ekonomi (ILO 2015). Kondisi pertanian dalam perkembangan pedesaan kini tidak cukup mampu untuk menjadi sumber nafkah tunggal bagi petani. Pergeseran perekonomian tersebut juga memicu perubahan pada sosial dan budaya khususnya pada pola kerja produktif baru yang mengarah pada diskriminasi pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki. Hal ini dikarenakan konstruksi sosial yang ada pada perempuan dan laki-laki dapat terlihat dalam pembagian kerja, alokasi pendapatan, dan alokasi kekuasaan dalam rumah tangga dan masyarakat menurut perspektif gender (Wahyuni dan Kolopaking 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth (2007) mengidentifikasi peran ganda yang dialami oleh wanita yaitu peran kerja sebagai ibu rumah tangga yang mencerminkan feminism role dan berperan sebagai pencari nafkah baik utama maupun tambahan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sukesi (2010),

(21)

Upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan kesetaraan gender telah dilakukan dengan mengesahkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional sebagai wujud komitmen Indonesia untuk melaksanakan kesepakatan-kesepakatan internasional seperti The Beijing Platform for Action (BEPFA) dan konvensi PBB tentang Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan (CEDAW) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1884 Tentang Ratifikasi CEDAW (Mugniesyah dan Fadhilah 2001). Kebijakan ini memberlakukan partisipasi sumber daya manusia baik perempuan maupun laki-laki untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, penerapannya justru mengindikasikan adanya ketidakadilan gender. Akses dan kontrol pada setiap tahap-tahap pelaksanaan pembangunan pertanian didominasi oleh laki-laki. Pengambilan keputusan usaha tani pun masih dipegang oleh laki-laki karena budaya patriarki yang masih mendominasi pola pikir para penentu kebijakan (Mugniesyah dan Fadhilah 2001).

Desa Ciasihan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang mempunyai luas wilayah 665.74 hektar. Wilayah ini didominasi oleh lahan pertanian seluas 342 hektar (51.37%) untuk budidaya padi sawah. Kondisi ini didukung dengan mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 1 179 orang dan buruh tani sebanyak 475 orang yakni sebesar 56.83 persen dari total keseluruhan mata pencaharian penduduk. Penduduk Desa Ciasihan sebesar 35.10 persen tergolong sebagai Keluarga Sejahtera Tingkat 1. Keluarga pada tingkat tersebut menunjukkan bahwa mereka baru dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal seperti pengajaran, agama, sandang, pangan, papan, dan kesehatan (Data Monografi Desa Ciasihan 2014). Hal ini mendukung pernyataan ILO (2015) bahwa keluarga yang tergolong dibawah garis kemiskinan berada di pedesaan mempunyai fokus kegiatan pada sektor pertanian. Angka yang masih tergolong pada keluarga miskin tersebut memicu adanya diversifikasi ekonomi dan optimalisasi tenaga kerja dalam keluarga sebagai upaya strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini, peranan perempuan dalam rumah tangga pertanian sebagai tenaga kerja dibidang nafkah tidak bisa diabaikan karena adanya peran perempuan dalam memberikan sumbangan terhadap ketahanan rumah tangga (Sajogyo dalam Sajogyo1 2010). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dalam perspektif gender?

Perumusan Masalah Penelitian

Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa usaha pertanian di Indonesia didominasi oleh jenis usaha rumah tangga bila dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau usaha pertanian lainnya. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jawa Barat menurut hasil Sensus Pertanian 2013 tercatat sebanyak 3 juta rumah tangga pada tahun 2013 (BPS 2013). Angka tersebut menjadikan Jawa Barat sebagai sebagai salah satu provinsi dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak. Berdasarkan data tersebut,

1

(22)

3

penting untuk mengkaji bagaimana karakteristik rumah tangga petani padi sawah?

Statistik Sensus Pertanian 2013 mencatat rata-rata lahan sawah yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian Jawa Barat hanya mencapai 2 372,85 meter persegi atau kurang dari seperempat hektar. Dari 4 345 148 rumah tangga usaha pertanian yang ada di Jawa Barat, 4 072 553 atau 93.73 persen di antaranya memiliki lahan kurang dari satu hektar. Dari jumlah itu, 1 931 767 atau 44.46 persen rumah tangga usaha pertanian Jawa Barat bahkan hanya berlahan kurang dari 1 000 meter persegi. Dengan lahan sesempit itu, mereka hanya berpotensi memperoleh pendapatan maksimal Rp200 000 setiap bulannya (Handriansyah 2005). Hal inilah yang mendorong mereka untuk mencari nafkah tambahan guna menutupi kekurangan tersebut dengan mencari nafkah tambahan atau melibatkan anggota keluarga lain untuk mencari nafkah. Teori dari Ellis akan menjadi alat analisis strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga petani sawah dalam mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk dikaji bagaimana strategi nafkah yang diupayakan oleh rumah tangga petani padi sawah dan hubungannya dengan karakteristik rumah tangga petani padi sawah?

Berdasarkan perspektif gender, strategi nafkah rumah tangga petani dapat dilihat berdasarkan siapa melakukan apa melalui pembagian kerja, akses terhadap sumber daya dan manfaat, dan kontrol terhadap sumber daya dan manfaat yang dirujuk dari teknik analisis Harvard (Overholt et al. dalam Handayani dan Sugiarti 2008). Hal ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas strategi nafkah rumah tangga petani dan buruh tani padi sawah yang dihubungkan dengan isu ketidakadilan gender. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji bagaimana strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dalam perspektif gender?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis karakteristik rumah tangga petani padi sawah.

2. Menganalisis strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dan hubungannya dengan karakteristik rumah tangga petani padi sawah.

3. Menganalisis strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dalam perspektif gender.

Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber referensi mengenai analisis gender terhadap strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah.

(23)
(24)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Karakteristik Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Rumah tangga pertanian menurut Sensus Pertanian 2013 adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian baik usaha milik sendiri, bersama maupun milik pihak lain. Berdasarkan status kepemilikan lahan, Yunita dkk (2012) membedakan petani menjadi petani pemilik lahan dan petani yang tak memiliki lahan (tunakisma). Yunita dkk (2012) menguraikan karakteristik rumah tangga petani terdiri dari umur, jumlah anggota rumah tangga, lama pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman berusaha tani, kekosmopolitan yang diukur berdasarkan intensitas pergaulan dengan petani dan masyarakat lain untuk mencari informasi dan mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan, skala usaha yang diukur berdasarkan lahan sawah yang diusahakan responden, pendapatan yang diukur berdasarkan jumlah penghasilan yang diperoleh rumah tangga selama satu tahun (usaha tani dan nonusaha tani), dan aset rumah tangga yang diukur berdasarkan nilai barang yang dimiliki jika diuangkan (rupiah).

Swastika dkk (2009) membedakan karakteristik rumah tangga petani terdiri dari umur kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, banyaknya anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas, dan penguasaan aset produktif. Purba dkk (2015) memaparkan karakteristik rumah tangga petani terdiri dari umur, pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga.

Struktur masyarakat pertanian terdiferensiasi menjadi beberapa pelapisan sosial. Sihaloho dkk (2010) membedakan petani menjadi berbagai lapisan yaitu:

1. Petani pemilik merupakan petani yang menguasai sumber daya agraria dengan pola kepemilikan yang tetap baik untuk diusahakan sendiri maupun orang lain.

2. Petani pemilik + penggarap merupakan petani yang tidak hanya menguasai pola pemilikan tetap tetapi juga pemilikan sementara (sistem bagi hasil, sewa atau gadai).

3. Petani pemilik + buruh tani merupakan petani yang menguasai sumber daya agraria melalui pola pemilikan tetap. Akan tetapi, mereka juga menambah penghasilan keluarganya dengan menjalankan peranan sebagai buruh tani.

4. Petani penggarap merupakan petani yang menguasai sumber daya agraria melalui pola pemilikan sementara yakni dengan mengusahakan lahan milik petani lain, misalnya melalui sistem bagi hasil.

5. Petani penggarap + buruh tani merupakan petani yang menguasai sumber daya agraria melalui pola pemilikan sementara sekaligus menjalankan peranan sebagai buruh tani untuk menambah penghasilan keluarga.

(25)

Konsep Strategi Nafkah

Ellis (1999) mendefinisikan strategi nafkah menghasilkan interaksi berupa pendapatan, produktivitas pertanian, relasi gender, dan hak milik yang diperlukan untuk mempertahankan standar hidup tertentu. Strategi nafkah dianalisis pada level rumah tangga sehingga bila merujuk pada pendapat Dharmawan (2001) yang menyatakan bahwa tiap individu tidak pernah didefinisikan sebagai makhluk yang bebas nilai karena dalam setiap pengambilan keputusan dan tindakan selalu dipengaruhi orang lain. Chambers dalam Ependi (2004) menjelaskan konsep mata pencaharian (livelihood) rumah tangga menjadi:

1. Orang dengan kemampuannya untuk menghidupi dirinya.

2. Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk menghidupi dirinya.

3. Aset yang terdiri dari aset nyata (tangible asset) dan aset tidak nyata (intangible asset).

4. Output atau hasil dari kegiatan atau pekerjaannya.

Scoones (1998) menjelaskan tiga inti strategi nafkah berkelanjutan yang dilakukan oleh rumah tangga di pedesaan yaitu:

1. Intensifikasi/ekstensifikasi pertanian melalui pemanfaatan modal (didukung oleh input eksternal dan kebijakan) dan intensifikasi tenaga kerja.

2. Diversifikasi nafkah sebagai coping strategy dalam kurun waktu sementara ataupun permanen melalui proses adaptasi strategi nafkah ketika pilihan sebelumnya dianggap gagal untuk memberikan penghidupan.

3. Migrasi meliputi penyebab migrasi yang berbeda (sukarela maupun tidak sukarela), efek/pengaruh, dan mobilisasi.

Ellis (1999) mengemukakan tiga klasifikasi sumber nafkah (income source) yaitu:

a. Sektor on-farm income merupakan sektor yang merujuk pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas.

b. Sektor off-farm income merupakan sektor yang mengacu pada pendapatan di luar pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah kerja non upah, dan lain-lain namun masih dalam lingkup pertanian. c. Sektor non-farm income merupakan mengacu pada pendapatan yang

bukan berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari usaha pribadi, dan sebagainya.

Konsep Gender

(26)

7

keduanya. Laki-laki memiliki penis dan jakun sehingga mampu memproduksi sperma sedangkan perempuan memiliki vagina dan mengalami haid ketika melewati masa pubertas. Berbeda dengan pemahaman gender yang menitikberatkan pada fungsi dan peranan sosial yang dibentuk pada lingkungan masyarakat sehingga memungkinkan adanya perubahan maupun pertukaran antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dulunya dianggap tidak pantas untuk mengenakan celana panjang tetapi saat ini dianggap hal yang biasa bagi perempuan aktif. Contoh lainnya ditunjukkkan dengan perempuan yang diidentikkan pada warna merah jambu sedangkan laki-laki identik dengan warna biru.

Indoktrinasi budaya patriarki yang memposisikan kedudukan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan menimbulkan suatu ketidakadilan berdasarkan alasan gender (Nurlian dan Daulay 2008). Budaya ini menimbulkan anggapan bahwa laki-laki berkuasa atas perempuan. Laki-laki bertanggung jawab terhadap tugas produktif sedangkan perempuan bertanggung jawab terhadap reproduktif. Tugas produktif yang dilakukan oleh perempuan hanya sebagai tambahan saja. Penelitian Qoriah dan Sumarti (2008) di Desa Jambakan, Kecamatan Bayak, Provinsi Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa adanya stereotipe antara buruh laki-laki dan perempuan dalam kegiatan pertanian. Buruh laki-laki memperoleh upah Rp30 000 ditambah rokok, kopi, dan makan sedangkan buruh perempuan memperoleh Rp25 000 dan makan. Hal ini dikarenakan pandangan yang menganggap buruh laki-laki memiliki tenaga yang lebih besar dan kuat dibandingkan buruh perempuan. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender sering dialami oleh perempuan di antaranya adalah (Kusumawati 2012, Khotimah 2009, Nurlian & Daulay 2008):

a. Marginalisasi (peminggiran) adalah penyingkiran perempuan dari pekerjaannya. Hal ini dicontohkan dengan perempuan yang kehilangan pekerjaannya untuk melakukan ani-ani setelah munculnya mesin pemotong padi (Khotimah 2009).

b. Subordinasi adalah kedudukan perempuan dinomorduakan setelah laki-laki. Menurut orang Jawa, perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi karena perempuan pada akhirnya akan menjalankan kewajibannya untuk mengurusi rumah tangga (Khotimah 2009).

c. Stereotipe adalah pelabelan negatif terhadap perempuan. Cerminan stereotipe ditunjukkan oleh anggapan bahwa perempuan itu lemah fisik sehingga tidak mampu menjadi pemimpin (Khotimah 2009, Nurlian dan Daulay 2008).

d. Beban kerja ganda merupakan perempuan juga menjalani pekerjaan di sektor publik selain pada ranah domestik (Kusumawati 2012).

e. Kekerasan dapat berupa kekerasan fisik maupun psikologis misalnya perkosaan, serangan fisik, pelacuran, pornografi, pemaksaan keluarga berencana, dan sebagainya.

(27)

produktif, reproduktif, dan sosial. Waktu yang diluangkan ini dihitung dalam jam setiap harinya (Laila 2015).

Elizabeth (2007) mendefinisikan peran merupakan perilaku individu dalam struktur sosial dan kedudukan yang akhirnya akan memberikan fasilitas sesuai dengan peranan. Menurut Puspitawati dkk (2012), peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang, kelompok dalam suatu kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan. Penelitian Saskara (2011) menjelaskan bahwa peran perempuan Bali dalam mencari nafkah ternyata tidak menimbulkan konflik peran dalam melanggar awig-awig (aturan adat). Hal ini dikarenakan perempuan tidak mengurangi partisipasinya dalam kegiatan domestik dan adat meskipun sudah mampu meningkatkan kondisi ekonominya karena pengelolaan curahan waktu yang baik. Berdasarkan penelitian Andriani dan Sunarti (2008) yang membandingkan keluarga petani padi dan hortikultura di daerah pinggiran perkotaan membuktikan bahwa sebagian besar perempuan petani padi dan hortikultura memiliki peran ganda yakni peran dalam sektor domestik dan peran bekerja dalam sektor pertanian dan nonpertanian. Akan tetapi, hal tersebut tidak diimbangi dengan keterlibatan suami dalam ranah domestik.

Rumah tangga merupakan inti dari analisis gender dengan menggunakan kerangka kerja Harvard (Okali 2006). Kerangka kerja ini terdiri dari beberapa tahap (Overholt et al. dalam Handayani dan Sugiyati 2008):

a. Pembagian kerja

Mengumpulkan data mengenai pembagian kerja atau peranan gender serta alokasi waktu yang diberikan oleh laki-laki dan perempuan. Hal ini meliputi pekerjaan produktif, reproduktif, dan kemasyarakatan.

b. Akses terhadap sumber daya dan manfaat

Menjelaskan bagaimana akses yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya produktif. Selain itu juga mempertimbangkan siapakah yang memperoleh keuntungan dari pemanfaatan sumber daya tersebut.

c. Kontrol terhadap sumber daya dan manfaat

Menjelaskan bagaimana kontrol yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya produktif. Selain itu juga mempertimbangkan siapakah yang mengontrol keuntungan dari pemanfaatan sumber daya tersebut.

Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani dalam Perspektif Gender

BPS menunjukkan adanya penurunan penyerapan tenaga kerja pertanian sebesar 0.64 persen yakni dari 40.83 juta jiwa pada Februari 2014 menjadi 38.97 juta jiwa pada Agustus 2014. Hal ini disebabkan oleh infrastruktur yang masih stagnan dan lahan tidak bertambah karena dikonversi untuk penggunaan lain sehingga menimbulkan konsekuensi produktivitas pertanian terus menurun yang linear dengan kondisi kesejahteraannya (Arief 2014).

(28)

9

itu, fenomena ini juga didorong dengan industrialisasi yang ada di pedesaan sehingga mendorong pergeseran mata pencaharian di pedesaan yang bermula dari sektor pertanian menjadi industri. Peningkatan tuntutan ekonomi dalam rumah tangga membuat adanya keterlibatan anggota rumah tangga lain selain kepala keluarga untuk mencari nafkah. Dalam hal ini, peran perempuan harus masuk dalam hitungan. Berdasarkan penelitian Saskara dkk (2011) dan Farida (2011) bahwa perempuan mempunyai potensi untuk menunjang ekonomi rumah tangganya karena kontribusi pendapatan yang diperoleh cukup besar.

Strategi nafkah sebagai taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap mempertahankan eksistensi, infrastruktur sosial, agar individu atau rumah tangga dapat bertahan hidup dengan kondisi yang ada (Dharmawan 2001). Tiap individu tidak pernah didefinisikan sebagai makhluk yang bebas nilai karena dalam setiap pengambilan keputusan dan tindakan selalu dipengaruhi orang lain termasuk dalam hal keputusan untuk melakukan strategi nafkah dalam level analisis rumah tangga (Dharmawan 2001). Hal ini diperkuat dengan pengujian yang dilakukan oleh Ellis (1999) terkait bukti keragaman strategi nafkah yang terdiri dari pendapatan, produktivitas pertanian, relasi gender, dan hak milik yang diperlukan untuk mempertahankan standar hidup tertentu.

Penelitian ini berupaya menjelaskan bahwa tidak bebas nilainya individu dalam menentukan keputusan strategi nafkah dalam rumah tangga terkait relasi gender. Ellis (1999) memaparkan bahwa gender merupakan bagian integral dari rumah tangga pedesaan karena laki-laki dan perempuan mempunyai aset, akses terhadap sumber daya, dan kesempatan yang berbeda.

Kerangka Pemikiran

Rumah tangga petani dan buruh tani sebagai pelaku yang menjalani kegiatan pada sektor pertanian padi sawah memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan penelitian Purba dkk (2015) serta Yunita (2011), karakteristik rumah tangga petani padi sawah mencakup variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan kekosmopolitan. Karakteristik ini digunakan untuk melihat profil petani dan buruh tani padi sawah dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Akan tetapi, aktivitas nafkah yang hanya mengandalkan dari sektor pertanian masih belum cukup sehingga mendorong rumah tangga petani dan buruh tani untuk melakukan aktivitas ekonomi diluar bercocok tanam padi sawah. Hal tersebut dikenal dengan istilah strategi nafkah. Strategi nafkah adalah aspek pilihan terhadap beberapa aktivitas sumber nafkah.

(29)

Strategi nafkah rumah tangga petani tidak terlepas dari pengambilan keputusan yang dilakukan oleh anggota rumah tangga petani baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini dianalisis menggunakan teknik analisis gender model Harvard berdasarkan pembagian kerja, akses terhadap sumber daya dan manfaat, dan kontrol terhadap sumber daya dan manfaat (Overholt et al. dalam Handayani dan Sugiarti 2008). Oleh karena itu, diduga bahwa terdapat pembagian kerja, akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga petani. Hal ini dilakukan dengan membandingkan antara rumah tangga petani dan buruh tani dalam mengupayakan strategi nafkahnya melalui perspektif gender. Penelitian ini menganalisis adil-tidaknya kedua lapisan rumah tangga petani tersebut dalam menjalankan strategi nafkahnya.

Keterangan:

: berhubungan

: dianalisis dengan Teknik Analisis Harvard Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

1. Umur berhubungan signifikan dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah.

2. Tingkat pendidikan berhubungan signifikan dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah.

Karakteristik Rumah

tangga petani - Umur (X1)

- Tingkat pendidikan (X2)

- Jumlah tanggungan

keluarga (X3)

- Tingkat kekosmopolitan (X4)

Teknik Analisis Harvard - Pembagian kerja

- Akses terhadap sumber daya dan manfaat - Kontrol terhadap sumber daya dan manfaat

Strategi Nafkah rumah tangga petani (Y)

- Pola nafkah - Tingkat

(30)

11

3. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan signifikan dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah.

4. Tingkat kekosmopolitan berhubungan signifikan dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah.

(31)
(32)

13

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian mengenai analisis gender dalam strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah ini merupakan penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner metode survei dan didukung dengan data kualitatif melalui pengamatan langsung (observasi) dan teknik wawancara mendalam. Hal ini dilakukan untuk melengkapi analisis data lapang yang berkaitan dengan strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dalam perspektif gender di RW 03 Desa Ciasihan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW 03 Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

purposive (sengaja) dengan beberapa pertimbangan yaitu Desa Ciasihan merupakan desa yang sebagian besar lahannya digunakan untuk lahan pertanian sawah (51.4 persen dari total keseluruhan tanah desa). Selain itu, penduduk RW 03 yang mayoritasnya petani padi sawah tidak hanya mengandalkan pertanian sebagai sumber nafkah utamanya melainkan juga melakukan mata pencaharian lain di luar sektor pertanian seperti berdagang, buruh bangunan, dan wiraswasta. Menurut Sajogyo (2010), pembangunan pertanian tidak hanya menyinggung pemahaman atas penguasaan tanah tetapi juga partisipasi wanita dalam pertanian. Oleh karena itu, peneliti tertarik tidak hanya untuk melihat bagaimana strategi nafkah yang dilakukan rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani RW 03 tetapi juga bagaimana pembagian kerja, akses dan kontrol terhadap sumber daya antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani di RW 03 melalui analisis gender.

Proses penelitian diawali dengan penyusunan proposal penelitian pada bulan September 2015. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, terhitung mulai bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Januari 2016. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.

Teknik Penentuan Responden dan Informan

(33)

petani padi sawah dan buruh tani. Selanjutnya, populasi tersebut dipersempit menjadi kerangka sampling. Pengambilan sampel atau responden dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling unproporsional. Penulis melakukan pengelompokan populasi berdasarkan status sosial petani yakni petani padi sawah dan buruh tani dengan cara mengumpulkan data dari RW 03 dan data anggota kelompok tani Karya Mandiri. Hal ini dilakukan untuk melihat pelapisan sosial petani menurut data emik desa sehingga rumah tangga petani padi sawah terbagi menjadi dua golongan yaitu petani dan buruh tani. Data yang telah diperoleh tersebut dilanjutkan dengan pengambilan sampel secara acak sebanyak 40 responden yang terdiri dari 20 responden yang mewakili rumah tangga petani padi sawah dan 20 responden yang mewakili rumah tangga buruh tani.

Informan adalah orang yang menceritakan tentang lingkungannya atau pihak-pihak lain. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan yang dimaksudkan adalah pemerintah desa Ciasihan, Ketua Gapoktan Karya Mandiri, Ketua RW 03, serta masyarakat yang memiliki pengaruh kuat di desa tersebut.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden yaitu rumah tangga petani padi sawah dan rumah tangga buruh tani di RW 03 Desa Ciasihan. Pengumpulan data primer didukung dengan kuesioner yang melampirkan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden serta ditujukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data penelitian ini juga menggunakan observasi (pengamatan langsung) yang dilakukan oleh peneliti di RW 03 Desa Ciasihan. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara mendalam dengan pegawai pemerintahan desa, Ketua Gapoktan Karya Mandiri, dan Ketua RW 03 Desa Ciasihan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen pihak-pihak terkait dan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini seperti data monografi Desa Ciasihan, buku, jurnal penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dan internet.

Uji reliabilitas dilakukan untuk menguatkan kuesioner sebagai salah satu instrumen penelitian. Dari uji tersebut, maka diperoleh alpha yang bernilai 0.814 untuk uji reliabilitas rumah tangga petani padi sawah dan 0.426 untuk uji reliabilitas rumah tangga buruh tani. Aturan dalam penentuan nilai alpha yaitu jika nilai alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna, jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.90, maka reliabilitas tinggi, jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.5 maka reliabilitas moderat, dan jika nilai alpha < 0.5 maka reliabilitas rendah. Tabel hasil uji reliabililitas pada kuesioner penelitian ini menunjukkan angka 0.814 untuk rumah tangga petani padi sawah artinya kuesioner memiliki reliabilitas tinggi sedangkan 0.426 untuk rumah tangga buruh tani artinya kuesioner memiliki reliabilitas rendah. Hal tersebut dikarenakan rumah tangga buruh tani cenderung homogen.

(34)

15

mendapatkan data dan informasi yang relevan dan berguna mengenai penelitian ini.

Tabel 1 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data

Teknik

pengumpulan data Data yang dikumpulkan

Kuesioner - Karakteristik rumah tangga petani - Strategi nafkah rumah tangga petani

- Proses pembagian kerja, akses dan kontrol terhadap sumber daya antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga petani

Wawancara mendalam

- Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan strategi nafkah

- Keterlibatan perempuan dalam strategi nafkah Observasi lapang

dan dokumentasi

- Gambaran umum desa melalui data monografi

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010 dan software SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 22.0. Data kuesioner yang diperoleh lalu dianalisis secara deskriptif. Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan pengkodean data. Setelah itu, dilakukan perhitungan persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabulasi silang menggunakan Microsoft Excel 2010. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik menggunakan software SPSS

(Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 22.0. SPSS for windows 22.0 digunakan untuk membantu dalam uji statistik yang menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui signifikansi hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal.

(35)

Definisi Operasional

Definisi operasional memaparkan konsep-konsep sosial yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang lebih operasional berupa variabel dan konstruk (Singarimbun dan Effendi 2006). Berikut ini definisi operasional dari variabel yang tertera dalam kerangka penelitian:

1. Status sosial petani

Status sosial petani adalah tingkat pelapisan sosial yang ada dalam struktur masyarakat petani.

a. Petani, menguasai sumber daya agraria dengan pola kepemilikan tetap atau sementara (sistem bagi hasil, sewa, gadai) untuk diusahakan sendiri atau orang lain : skor 1

b. Buruh tani , petani yang benar-benar tidak menguasai sumber daya agraria: skor 2

2. Karakteristik Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Karakteristik rumah tangga petani padi sawah adalah keadaan atau kondisi yang berhubungan langsung dengan rumah tangga petani sawah. i. Umur: lama hidup responden hingga pada saat penelitian dilakukan diikuti responden sampai dengan saat penelitian. Diukur secara ordinal.

a. Rendah, pendidikan terakhir ≤ SMP : skor 1 b. Tinggi, pendidikan terakhir > SMP : skor 2

iii. Jumlah tanggungan keluarga: banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Diukur secara ordinal.

a. Banyak, jumlah tanggungan ≥ rata-rata jumlah tanggungan : skor 1 b. Sedikit, jumlah tanggungan < rata-rata jumlah tanggungan : skor 2 iv. Tingkat kekosmopolitan: tingkat kekosmopolitan diukur berdasarkan

intensitas pergaulan dengan petani dan masyarakat lain untuk mencari informasi dan mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan seperti Kelompok Tani.

a. Tidak ikut : skor 1

b. Ikut : skor 2

3. Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Strategi nafkah rumah tangga adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap mempertahankan eksistensi, infrastruktur sosial, agar individu atau rumah tangga dapat bertahan hidup dengan kondisi yang ada (Dharmawan 2001). Diukur secara ordinal.

 Rendah : 2-4

(36)

17

Variabel untuk mengukur tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah diukur melalui:

a. Pola nafkah mencakup pola nafkah tunggal dan pola nafkah ganda. Diukur secara ordinal.

a. Pola nafkah tunggal = responden tersebut menekuni satu subsektor kegiatan produktif sebagai upaya mencari penghasilan : skor 1 b. Pola nafkah ganda = responden melakukan usaha pada lebih dari satu subsektor usaha untuk mendapatkan penghasilan : skor 2 ii. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan adalah seberapa banyak penerimaan uang yang didapatkan oleh rumah tangga petani padi sawah. Diukur secara ordinal. a. Rendah, jika pendapatan yang diperoleh adalah pendapatan rumah

tangga petani ≤ rata-rata pendapatan rumah tangga petani : skor 1 b. Tinggi, jika pendapatan yang diperoleh adalah pendapatan rumah

tangga petani > rata-rata pendapatan rumah tangga petani : skor 2

4. Analisis Gender

Analisis gender adalah kerangka kerja yang dipergunakan untuk mempertimbangkan dampak hubungan ekonomi sosial yang mungkin terjadi terhadap laki-laki dan perempuan (Handayani dan Sugiarti 2008). Analisis ini dilakukan untuk melihat fenomena ketidakadilan gender dalam pelaksanaan strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga petani padi sawah secara emik. Akumulasi skor dari aktivitas dalam analisis gender diukur secara ordinal.

i. Pembagian kerja adalah pengelolaan tugas antara laki-laki dan perempuan yang terdiri dari aktivitas produktif, reproduktif, dan sosial-politik-keagamaan.

a. Aktivitas produktif, semua pekerjaan yang berkaitan dengan produksi barang dan jasa untuk mendapatkan penghasilan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Diukur menggunakan skala ordinal. Peran produktif dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:

Perempuan atau laki-laki saja : skor 1

Bersama, dominan perempuan atau laki-laki : skor 2

Bersama : skor 3

b. Aktivitas reproduktif, pekerjaan yang berkaitan dengan perawatan dan pemeliharaan dan anggotanya, seperti memasak, mencuci, membersihkan, merawat, menjaga, dan membesarkan anak, memelihara tempat tinggal, dan sebagainya. Diukur menggunakan skala ordinal. Diukur menggunakan skala ordinal. Peran reproduktif dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:

Perempuan atau laki-laki saja : skor 1

(37)

Bersama : skor 3

c. Aktivitas sosial-politik-keagamaan, aktivitas yang dilakukan berkaitan kemasyarakatan seperti upacara dan perayaan yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas masyarakat setempat. Diukur menggunakan skala ordinal. Peran sosial-politik-keagamaan dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:

Perempuan atau laki-laki saja : skor 1

Bersama, dominan perempuan atau laki-laki : skor 2

Bersama : skor 3

ii. Akses terhadap sumber daya adalah sejauh mana kesempatan yang dimiliki laki-laki atau perempuan untuk mendapatkan sumber daya. Kontrol terhadap sumber daya adalah sejauh mana perempuan dan laki-laki memiliki kendali atas sumber daya. Dibagi kedalam tiga kategori yaitu:

Perempuan atau laki-laki saja : skor 1 Bersama, dominan perempuan atau laki-laki : skor 2

Setara : skor 3

iii. Akses terhadap manfaat adalah sejauh mana kesempatan yang dimiliki laki-laki atau perempuan untuk mendapatkan manfaat dari sumber daya. Kontrol terhadap manfaat adalah sejauh mana kesempatan yang dimiliki laki-laki atau perempuan memiliki kendali manfaat dari sumber daya. Dibagi kedalam tiga kategori yaitu:

Perempuan atau laki-laki saja : skor 1 Bersama, dominan perempuan atau laki-laki : skor 2

(38)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis

Desa Ciasihan merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 665.74 hektar. Pemanfaatan lahan di Desa Ciasihan berdasarkan penggunaannya antara lain pemukiman, persawahan, perkebunan, pemakaman, pekarangan, perkantoran, lapangan olahraga, bangunan sekolah, fasilitas pasar, jalan, dan usaha perikanan. Pemanfaatan lahan terluas adalah persawahan dengan luas 342 hektar.

Tabel 2 Luas dan persentase penggunaan lahan/tanah di Desa Ciasihan tahun

7 Prasarana umum lainnya 216.74 32.55

Total 665.74 100

Sumber: Data Monografi Desa Ciasihan 2014

Desa Ciasihan terbagi menjadi tiga dusun yaitu Dusun I, Dusun II, dan Dusun III serta terdiri dari 9 RW (Rukun Warga) dan 52 RT (Rukun Tetangga) dan memiliki wilayah administratif yang berbatasan dengan desa lainnya. Batas-batas administratif Pemerintahan Desa Ciasihan adalah:

 Sebelah Utara : Desa Cibitung Kulon

 Sebelah Selatan : Kec. Cidahu Kab. Sukabumi  Sebelah Timur : Desa Gunung Sari

 Sebelah Barat : Desa Ciasmara

(39)

naik angkot jurusan Leuwiliang, Jasinga, atau Ciampea sampai di perempatan Parabakti. Kemudian diakhiri dengan naik angkot Parabakti hingga turun di Desa Ciasihan.

Letak desa terhadap pusat pemerintahan:

 Ke Ibukota Kecamatan : 3 km bisa dilalui kendaraan selama ¼ jam  Ke Ibukota Kabupaten : 60 km bisa dilalui kendaraan selama 3 jam  Ke Ibukota Provinsi :165 km bisa dilalui kendaraan selama 8 jam  Ke Ibukota Negara : 91 km bisa dilalui kendaraan selama 5 jam

Kondisi Sosial Demografis

Mayoritas penduduk Desa Ciasihan didominasi oleh Suku Sunda dengan bahasa keseharian adalah Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia. Desa Ciasihan memiliki jumlah penduduk sebanyak 10 536 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 5 462 jiwa (51.84%) dan perempuan sebanyak 5 074 jiwa (48.46%). Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Ciasihan sebanyak 2 789 KK.

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Ciasihan tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak/Belum Tamat SD 2 200 20.88

2 Tamat SD 3 136 29.76

3 Tamat SLTP 3 972 37.70

4 Tamat SLTA 1 114 10.57

5 D1 – D2 43 0.4

6 D3 / Sarjana Muda 30 0.28

7 Sarjana / Strata 1 (S1) 25 0.24

8 Pasca Sarjana/Magister (S2) 10 0.09

9 Doktor 2 0.08

Total 10 536 100.0

Sumber: Data Monografi Desa Ciasihan 2014

Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak 37.70 persen penduduk Desa Ciasihan merupakan lulusan SMP lalu diikuti dengan jumlah lulusan SD dan belum tamat SD yang cukup tinggi yakni 29.76 persen dan 20.88 persen. Data ini menggambarkan pendidikan penduduk Desa Ciasihan masih tergolong rendah. Akan tetapi, kesadaran penduduk Desa Ciasihan terhadap pentingnya pendidikan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel bahwa sudah ada warga desa yang telah melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi bahkan hingga jenjang doktor.

(40)

21

Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Ciasihan pun sudah tergolong lengkap diantaranya adalah gedung PAUD, Taman Kanak-Kanak (TK), SD Negeri, SD Swasta, MI, SLTP, SLTA/SMK, dan pondok pesantren. Selain itu, Desa Ciasihan juga didukung oleh sarana kesehatan berupa Posyandu, Puskesmas Pembantu, Dokter Umum, bidan, dukun kampung terlatih, dan Bina Keluarga Balita.

Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi penduduk Desa Ciasihan dijelaskan melalui mata pencaharian, tingkat kesejahteraan, dan kelembagaan ekonomi. Mata pencaharian penduduk Desa Ciasihan terdiri dari petani, buruh tani, Pegawai Negeri Sipil, pedagang, pedagang keliling, swasta, bidan, TNI/POLRI, dan dukun kampung terlatih. Tingkat kesejahteraan penduduk Desa Ciasihan dikategorikan menurut penggolongan dari BKKBN yaitu pra sejahtera, sejahtera tingkat 1, sejahtera tingkat 2, sejahtera tingkat 3, dan sejahtera tingkat 3 plus. Selanjutnya, kelembagaan yang ada di desa terdiri dari kelompok tani, BPD, LPM, PKK, LINMAS, Karang Taruna, Posyandu, Kelompok Tani, RW, RT, Koperasi Simpan Pinjam, dan Muhammadiyah serta kelembagaan ekonomi pertanian di Desa Ciasihan.

Tabel 4 Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Ciasihan tahun 2014

No. Mata Pencaharian Persentase (%)

1 Petani 40.51

9 Dukun Kampung Terlatih 0.12

Total 100.0

Sumber: Data Monografi Desa Ciasihan 2014

Mata pencaharian penduduk Desa Ciasihan sebagian besar adalah bidang pertanian. Hal ini sesuai dengan luas wilayah pertanian di Ciasihan yang menempati angka hingga 51.37 persen. Mata pencaharian di bidang pertanian ini menyumbang angka sekitar 40.51 persen sedangkan yang paling kecil adalah dukun kampung terlatih yaitu hanya menyumbang angka 0.12 persen.

(41)

Tabel 5 Jumlah petani padi sawah berdasarkan luas lahan yang dimiliki menurut kelompok tani di Desa Ciasihan tahun 2006

Penggolongan

Berdasarkan penggolongan petani menurut luas lahan yang dimiliki, kelompok petani yang memiliki jumlah petani gurem paling banyak adalah Saluyu, jumlah petani kecil paling banyak adalah Karya Mandiri, dan jumlah petani besar paling banyak adalah Raharja. Selanjutnya, petani padi sawah di Desa Ciasihan tersebar paling banyak pada golongan petani kecil yang memiliki luas lahan antara 0.5-1 hektar.

Tabel 6 Jumlah dan persentase tingkat kesejahteraan penduduk Desa Ciasihan tahun 2014

No Tingkat Kesejahtaraan Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Pra Sejahtera 606 21.73

Sumber: Data Monografi Desa Ciasihan 2014

(42)

23

Kelembagaan Ekonomi

Kelembagaan dan organisasi yang ada di Desa Ciasihan diantaranya adalah BPD, LPM, PKK, LINMAS, Karang Taruna, Posyandu, Kelompok Tani, RW, RT, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Ikhlashul Ummah, dan Muhammadiyah. Masyarakat Desa Ciasihan khususnya RW 03 juga aktif dalam forum pengajian. Agendanya tidak hanya dilakukan dalam satu waktu melainkan satu minggu bisa lebih dari dua kali yakni pengajian RW, RT, khusus laki-laki, dan khusus perempuan.

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Ikhlashul Ummah merupakan salah satu kelembagaan ekonomi yang aktif di Desa Ciasihan. BMT Ikhlasul Ummah merupakan lembaga keuangan syariah dengan prinsip bagi hasil untuk mengembangkan usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kaum fakir miskin. Dua sifat operasional yang dijalankan BMT ini adalah aspek Baitul Maal yang dikembangkan untuk kesejahteraan sosial melalui Ziswa (zakat, infaq, sedekah, dan wakaf) dan aspek Baitul Tamwil yang cenderung bersifat usaha untuk mendapatkan keuntungan dengan cara tumbuh dan dikembangkan secara mandiri serta dikelola dengan profesional2. Keanggotaan lembaga ini bila dilihat dari segi status sosial petani umumnya didominasi oleh petani daripada buruh tani. Hal ini dikarenakan kehidupan rumah tangga buruh tani cenderung subsisten sehingga tidak mengalokasikan penghasilannya untuk terlibat dalam lembaga ini. Pernyataan berikut turut melengkapi minimnya partisipasi rumah tangga buruh tani pada BMT.

“...saya ngga ikut BMT, neng. Soalnya takut nggak kebayar. Mau makan aja susah...” –Bapak HM, 90 tahun.

Kelembagaan lain yang turut berkontribusi dalam perekonomian Desa Ciasihan adalah kelompok tani. Gabungan dari seluruh kelompok tani di Desa Ciasihan dikenal dengan nama Gapoktan Karya Mandiri yang saat ini diketuai oleh Haji Udin Syamsuddin. Kelompok tani yang ada di Desa Ciasihan ada enam kelompok yaitu Rajin, Karya Mandiri, Makmur, Asih, Sahaja, dan Saluyu. Keanggotaan lembaga ini bila dilihat dari segi status sosial petani umumnya didominasi oleh petani daripada buruh tani. Pernyataan di bawah ini membuktikan minimnya partisipasi rumah tangga buruh tani pada kelompok tani.

“...ngapain ikut kelompok tani, neng. Saya „kan nggak punya ini. Kelembagaan tersebut adalah menggarap lahan sawah dengan sistem bagi

2

(43)

hasil dan pengupahan. Dalam sistem bagi hasil, kesepakatan antara petani dan buruh tani sebagai penggarap yakni kontrak kerja non upah berupa hasil panen padi sawah dalam satuan gedeng dengan rasio (perbandingan) bagi hasil antara pemilik dan buruh tani (penggarap) adalah 4:1. Selain itu, dalam sistem pengupahan buruh tani, upah hariannya untuk buruh tani laki-laki biasanya memperoleh upah sebesar Rp30 000 per harinya dan bekerja dari pukul 07.00 hingga zuhur yakni pukul 12.00 WIB. Peran perempuan adalah menandur dan

(44)

KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH

Rumah tangga petani padi sawah dalam penelitian dibedakan berdasarkan status sosialnya, yaitu petani padi sawah dan buruh tani. Rata-rata luas lahan yang dimiliki rumah tangga petani padi sawah adalah 0.975 hektar. Karakteristik rumah tangga petani padi sawah adalah keadaan atau kondisi yang berhubungan langsung dengan rumah tangga petani padi sawah di Desa Ciasihan. Karakteristik rumah tangga petani padi sawah dibagi ke dalam lima variabel yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan tingkat kekosmopolitan yang dibedakan menurut status sosial petani yaitu petani padi sawah dan buruh tani.

Umur

Umur diartikan sebagai lama hidup responden hingga pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran dan dinyatakan dalam tahun. Dalam penelitian ini diperoleh sebaran umur petani padi sawah berkisar antara 32 tahun sampai 95 tahun. Sebaran umur buruh tani berkisar antara 32 tahun sampai 88 tahun. Selanjutnya umur digolongkan menjadi dua kategori menurut emik yaitu ≥65 tahun sebagai umur tua dan <65 tahun sebagai umur muda.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut umur di Desa Ciasihan tahun 2016

Status Sosial Petani Tua (≥ 65 tahun) Muda (< 65 tahun) Total

Orang % Orang % Orang %

Petani 9 45 11 55 20 100

Buruh tani 10 50 10 50 20 100

Data pada tabel 7 menggambarkan bahwa 55 persen dari rumah tangga petani padi sawah merupakan petani padi sawah yang berada pada umur muda. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan lahan di RW 03 Desa Ciasihan tetap didominasi oleh petani muda karena warisan, membeli sendiri, atau hasil gadai. Alasan ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh salah satu responden berikut.

“...Lahannya ada yang sumbernya dari warisan. Sebagian ada juga yang beli. Sebagian ada juga hasil gadai. Jadi ada tiga macam. Atau kalo ngga punya gadai ya sewa...”–Bapak US, 63 tahun.

(45)

oleh penduduk yang berumur muda. Indikasi ini didukung oleh pernyataan oleh salah satu responden berikut.

“...Umumnya yang muda jadi buruh tani. Kalo yang udah tua

mah ngga kuat lagi mencangkul. Tapi masih banyak petani tua yang bekerja sebagai buruh tani karena terpaksa untuk memenuhi

kebutuhan...”-Pak AS, 60 tahun.

Sebaran umur petani padi sawah di RW 03 Desa Ciasihan sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara petani padi sawah dan buruh tani. Golongan muda cenderung lebih banyak dibandingkan golongan tua. Akan tetapi, menurut penuturan informan, Pak Aan selaku Ketua LPM Desa Ciasihan bahwa jumlah petani yang banyak pada golongan umur muda umumnya tidak menjadikan petani sebagai pekerjaan utama mereka melainkan hanya sebagai penghasilan sampingan. Mereka lebih memilih untuk menekuni kesibukannya yang bidangnya di luar pertanian.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti responden sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan rendah terdiri dari tidak tamat/tamat SD dan tamat SMP sedangkan tingkat pendidikan tinggi terdiri dari tamat SMA ke atas.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut tingkat pendidikan di Desa Ciasihan tahun 2016

Status Sosial Petani Rendah (≤SMP) Tinggi (>SMP) Total

Orang % Orang % Orang %

Petani 11 55 9 45 20 100

Buruh tani 20 100 0 0 20 100

(46)

27

“...Pertama, tadinya sekolah belum seperti sekarang. Contohnya tahun 1972, SD cuma satu-satunya di Parabakti. Untuk pergi ke sekolah itu jaraknya 6-8km. Untuk hal seperti itu, ya tamat sSD aja udah bagus. Kedua, kalo dulu bukan seperti sekarang. Kalo sekarang tinggal maunya saja. Selain itu juga masalah biaya...”

–Pak IJ, 49 tahun.

Tabel 9 Persentase tingkat pendidikan responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut jenis kelamin di Desa Ciasihan tahun 2016

Status Sosial

Berdasarkan tabel 9 dapat diperoleh informasi bahwa baik tingkat pendidikan laki-laki maupun perempuan pada rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani masih tergolong rendah. Dari 40 responden perempuan dalam rumah tangga petani padi sawah, hanya tiga orang yang tergolong berpendidikan tinggi yaitu dua responden lulus SMA dan satu responden lulus PGA (Pendidikan Guru Agama). Hasil temuan ini diperkuat oleh pernyataan dari salah satu responden berikut.

“...Kebanyakan perempuan di desa teh lulusan SD sama SMP. Soalnya perempuan masih dianggap nggak perlu sekolah tinggi, balik-balik ke dapur juga. Kalau sudah tamat SD biasanya langsung

nikah...” –Ibu RS, 55 tahun

(47)

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Jumlah tanggungan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu jumlah banyak dan sedikit. Banyak berarti rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani tersebut memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari atau sama dengan tiga orang. Sedikit berarti rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani tersebut memiliki jumlah tanggungan keluarga kurang dari tiga orang. Rincian mengenai jumlah tanggungan keluarga dijelaskan melalui tabel berikut.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut jumlah tanggungan keluarga di Desa Ciasihan tahun 2016

Status Sosial Petani

Banyak

(≥3 orang) (<3 orang) Sedikit Total

Orang % Orang % Orang %

Petani 4 20 16 80 20 100

Buruh tani 3 15 17 85 20 100

Informasi yang diperoleh dari tabel 10 adalah sebanyak 80 persen dari rumah tangga petani padi sawh dan 85 persen dari rumah tangga buruh tani memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit. Informasi yang diperoleh dari tabel ini mengindikasikan umumnya anak dari petani biasanya sudah memiliki rumah tangga masing-masing dan sudah adanya kesadaran untuk melakukan Keluarga Berencana (KB). Berikut ini pendapat dari salah satu responden yang turut mendukung pernyataan diatas.

“...Umumnya petani tua memiliki tanggungan sedikit karena anaknya sudah pada menikah dan tinggal terpisah dengan orang tuanya. Dan untuk rumah tangga petani muda memiliki tanggungan

sedikit karena sadar dengan program KB...”–Pak AS, 60 tahun.

Tingkat Kekosmopolitan

(48)

29

Abbas dalam Anantanyu (2009) mengemukakan bahwa peranan kelompok tani adalah 1) sebagai wahana belajar bagi petani dan anggotanya agar terjadi interaksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berusaha tani yang baik serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera, 2) sebagai unit produksi, kelompok tani merupakan kesatuan unit usaha tani untuk mewujudkan kerja sama dalam mencapai skala ekonomi yang lebih menguntungkan, dan 3) sebagai wahana kerja sama antaranggota dan antarkelompok tani dengan pihak lain untuk memperkuat kerja sama dalam menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Kelompok tani yang berada di RW 03 adalah kelompok tani Makmur. Keanggotaan kelompok tani menurut status sosial petani dijelaskan pada tabel 11 berikut.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut tingkat kekosmopolitan pada kelompok tani di Desa Ciasihan tahun 2016

Status Sosial Petani Tidak Ikut Ikut Total

Orang % Orang % Orang %

Petani 10 50 10 50 20 100

Buruh tani 20 100 0 0 20 100

Informasi yang diperoleh dari tabel 11 adalah rumah tangga petani padi sawah dalam keanggotaan Kelompok Tani Makmur menyebar secara seimbang untuk memilih ikut dan tidak ikut. Hal ini disebabkan oleh petani padi sawah yang mengikuti kelompok tani memperoleh manfaat berupa pengetahuan pertanian, bantuan teknologi dan pupuk, serta pelatihan pertanian. Menurut Ketua Gapoktan Karya Mandiri, Pak Haji Udin Syamsuddin, pelatihan pertanian biasanya dilakukan di balai desa sehingga mampu dijangkau oleh setiap anggota kelompok tani dari berbagai RW. Petani yang tidak mengikuti kelompok tani berargumen bahwa mereka lebih memilih untuk mengelola pertanian padi sawahnya sendiri tanpa dilibatkan dari campur tangan kelompok tani. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak IJ, 49 tahun.

Berdasarkan tabel 11 juga menunjukkan bahwa responden buruh tani di RW 03 Desa Ciasihan tidak ada yang mengikuti kelompok tani. Pak PS, 62 tahun, menjelaskan bahwa mereka tidak mempunyai lahan seperti halnya petani lainnya sehingga mereka berasumsi bahwa untuk menjadi anggota kelompok tani bukanlah menjadi suatu hal yang perlu dilakukan.

Ikhtisar

Secara keseluruhan, karakteristik rumah tangga petani padi sawah adalah sebagai berikut:

1.

Karakteristik rumah tangga petani adalah dominan berumur muda, tingkat pendidikan rendah, jumlah tanggungan keluarga dominan sedikit, dan tingkat kekosmopolitan sedang.

(49)

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di
Tabel 5 Jumlah petani padi sawah berdasarkan luas lahan yang dimiliki menurut
Tabel 16  Jumlah dan persentase strategi nafkah responden rumah tangga buruh
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir berjudul “ PENGARUH VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM PADI PADA KOMPOSIT SEMEN-SEKAM PADI TERHADAP KEKUATAN TEKAN DAN SERAPAN AIR ” dapat terselesaikan

Peneliti ingin mendapatkan mutu asap cair yang baik melalui uji kinerja alat reaktor pirolisis untuk memperoleh hasil yang optimal, rendemen dan uji kualitas

Kondisi objektif pelaksanaan layanan penguasaan konten di SMA Negeri 1 Plumbon diperoleh melalui observasi dan wawancara peneliti guru bimbingan dan konseling dan

Gambar 11 Simulasi peramalan interpolasi lagrange Berdasarkan Gambar 11 simulasi interpolasi lagrange tersebut merupakan nilai dari jumlah masing-masing waktu dan

Dengan adanya kesadaran merek terhadap M yang tinggi dari konsumen, asosiasi merek yang kuat dari konsumen terhadap Minute Maid Pulpy, serta adanya pemberian

Tabel: 4.5. Rata-rata data tingkat nyeri pre test dibanding dengan rata-rata post test mengalami penurunan rata-rata sebesar -1.4. Hal itu menunjukkan bahwa ada

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sri Redjeki Hartono yang menyatakan bahwa kegiatan ekonomi pada hakikatnya adalah kegiatan menjalankan perusahaan, yaitu suatu

Hubungan yang terjadi pada lantrak pemerintah adalah hubungan hukum yang bersifat privat, sehingga penyelesaian sengketa iasa konstruksi masuk dalam ,onih hukum