• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Nafkah

Pola nafkah mencakup pola nafkah tunggal dan pola nafkah ganda. Pola nafkah tunggal adalah responden tersebut menekuni satu subsektor kegiatan produktif sebagai upaya mencari penghasilan sedangkan pola nafkah ganda adalah responden melakukan usaha pada lebih dari satu subsektor usaha untuk mendapatkan penghasilan. Penentuan pola nafkah ini didasarkan pada tiga klasifikasi sumber nafkah yang diungkapkan oleh Ellis (2000) yaitu sektor on- farm, off-farm, dan non-farm. Sektor on-farm adalah sektor yang merujuk pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on-farm merujuk pada nafkah yang berasal dari pertanian padi sawah. Sektor off-farm mengacu pada pendapatan di luar pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah kerja non upah, dan lain-lain namun masih dalam lingkup pertanian. Selanjutnya, sektor non-farm berarti pendapatan yang diperoleh bukan berasal dari pertanian seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari usaha pribadi, dan sebagainya.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut pola nafkah di Desa Ciasihan tahun 2016

Status Sosial Petani

Pola Nafkah Tunggal

Pola Nafkah

Ganda Total

Orang % Orang % Orang %

Petani 2 10 18 90 20 100

Buruh tani 9 45 11 55 20 100

Informasi yang diperoleh dari tabel 12 adalah 90 persen dari responden rumah tangga petani padi sawah memilih untuk menerapkan pola nafkah ganda. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok rumah tangga petani padi sawah tidak hanya mengandalkan penghasilan yang diperolehnya dari akses terhadap pertanian padi sawah melainkan juga bidang pekerjaan lain pada sektor off-farm dan non- farm. Sektor off-farm yang dijalankan sebagai strategi nafkah dari rumah tangga petani padi sawah terdiri dari jasa (penyewaan alat penggilingan padi, kuli garu dan kuli angkut ikan), hasil perikanan, hasil perkebunan sedangkan usaha non- farm diantaranya adalah aparat desa, guru, wiraswasta (dagang, warung) dan jasa (petugas kebersihan, kuli bangunan). Berdasarkan tabel 12 juga merepresentasikan kondisi dari 55 persen rumah tangga buruh tani padi sawah yang lebih memilih untuk tidak hanya mengandalkan satu pola nafkah melainkan pola nafkah ganda. Pola nafkah tunggal rumah tangga buruh tani padi sawah dikategorikan sebagai sektor off-farm terdiri dari upah sebagai kulipak3

, kuli

3

angkut ikan, dan hasil perkebunan. Selanjutnya, sumber penghasilan yang digeluti oleh rumah tangga buruh tani yang dikategorikan sebagai sektor non-farm

diantaranya adalah berdagang, sopir, dan jasa (kuli bangunan, kuli nyuci).

Sebaran kelompok responden rumah tangga petani padi sawah terkait pola nafkah menunjukkan bahwa kedua kelompok ini sama-sama cenderung menjalankan pola nafkah ganda dibandingkan tunggal. Hal ini mencerminkan bahwa penghasilan yang diperoleh dari pertanian padi sawah masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani padi sawah. Berikut ini penuturan salah satu responden yang memperkuat pernyataan diatas.

“...Kalau dulu 97% itu bertani tapi kalau sekarang, karena lahan pertanian berkurang, sekarang lebih memilih pekerjaan lain selain bertani. Jangankan yang tidak punya lahan, yang punya pun pada umumnya juga cari kerja di kota. Ada yg jadi kuli, berdagang, jadi karyawan atau pegawai negeri di luar desa...” –Pak SS, 50 Tahun.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah seberapa banyak penerimaan uang yang didapatkan oleh rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani per tahun. Variabel ini dikategorikan menjadi dua tingkat yaitu rendah dan tinggi. Rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani yang tergolong pada tingkat pendapatan rendah adalah pendapatan rumah tangga petani padi sawah kurang dari sama dengan rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi sawah. Rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani yang tergolong pada tingkat pendapatan tinggi adalah pendapatan rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani lebih dari rata- rata pendapatan rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani per tahun adalah Rp34 768 750.

Tabel 13 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut tingkat pendapatan di Desa Ciasihan tahun 2016

Status Sosial Petani

Rendah (≤ Rp34 768 750)

Tinggi

(> Rp34 768 750) Total

Orang % Orang % Orang %

Petani 10 50 10 50 20 100

Buruh tani 19 95 1 5 20 100

Informasi yang diperoleh dari tabel 13 adalah responden rumah tangga petani padi sawah menyebar secara seimbang pada tingkat pendapatan rendah dan tinggi. Hal ini disebabkan oleh rumah tangga petani padi sawah yang telah memiliki sumber daya agraria tidak menjamin akan memperoleh pendapatan tinggi. Peningkatan kebutuhan rumah tangga petani padi sawah dari waktu ke waktu membuat penghasilan dari pertanian kurang cukup untuk memenuhinya.

33

Kondisi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut tidak diiringi oleh luas lahan yang bertambah. Selain itu, responden rumah tangga petani padi sawah yang berada pada kelompok tingkat pendapatan tinggi umumnya yang memiliki pendidikan tinggi sehingga memperoleh pekerjaan di luar pertanian yang penghasilannya lebih tinggi.

“...Hasil dari pertanian sekarang kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena kurang mendalami ilmunya dan tuntutan zaman yg semakin modern. Kalau dulu, 1975 saja masih belum ada listrik. Kalau punya TV itu ya pakai TV aki, jadi sedikit sekali pengelurannya. Pembiayaan lebih ringan zaman dulu daripada sekarang. Kalau dengan adanya listrik, HP, dan kendaraan. Otomatis pengeluaran akan semakin banyak sedangkan pendapatan hasil pertanian itu monoton. Otomatis kan tidak berkecukupan. Kecuali kalo punya lahan 5-6 ha. Tapi sekarang kan jarang. Orang yg punya 1 ha aja jarang. Paling cuma beberapa orang saja...” –Pak NM, 50 tahun.

Informasi yang diperoleh dari tabel 13 menunjukkan bahwa mayoritas rumah tangga buruh tani memiliki pendapatan rendah yaitu sebesar 95 persen. Hal ini dikarenakan sumber daya buruh tani sangat rendah sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan baik di bidang maupun di luar pertanian yang dapat memberikan penghasilan yang memadai.

“...Pertama karena sudah terlanjur menjadi petani. Kedua lahan pertanian berdekatan dengan tempat tinggal. Ketiga, memang ingin bekerja seperti layaknya orang lain, tapi karena kemampuan rendah ya apa boleh buat. Awalnya bukan tujuan pokok tadinya, tapi dengan keberadaan yang memaksa. Apa boleh buat...” –Pak AD, 60 tahun

Tingkat strategi nafkah yang diterapkan oleh responden rumah tangga petani padi sawah maupun buruh tani tidak hanya mengandalkan pada sektor pertanian saja. Hal ini dikarenakan tuntutan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi, meskipun sudah mampu mengatur upaya beragam strategi nafkah, tinggi-rendahnya pendapatan yang diperoleh bergantung pada kapasitas sumber daya manusia itu sendiri. Oleh karena itu, pendapatan antara responden rumah tangga petani padi sawah dan rumah tangga buruh tani masih timpang perbedaannya. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh lain dalam menentukan bidang pekerjaan seperti tingkat pendidikan.

Tingkat Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah diartikan sebagai kemampuan rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani untuk mempertahankan hidupnya melalui hasil akumulasi dari pola nafkah dan tingkat pendapatan. Tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah terkategori

rendah apabila rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani tersebut hanya mengandalkan satu jenis sumber nafkah dan memiliki pendapatan per tahun yang rendah atau melakukan satu jenis sumber nafkah dan memiliki pendapatan per tahun yang tinggi. Tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah terkategori tinggi apabila rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani tersebut hanya mengandalkan lebih dari satu jenis sumber nafkah dan memiliki pendapatan rendah atau melakukan lebih dari satu jenis sumber nafkah dan memiliki pendapatan tinggi.

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut tingkat strategi nafkah di Desa Ciasihan tahun 2016

Status sosial petani Rendah Tinggi Total

Orang % Orang % Orang %

Petani 2 10 18 90 20 100

Buruh tani 9 45 11 55 20 100

Berdasarkan tabel 14, mayoritas responden rumah tangga petani padi sawah yang memiliki tingkat strategi nafkah tinggi yaitu sebesar 90 persen sedangkan mayoritas responden rumah tangga buruh tani yang memiliki tingkat strategi nafkah tinggi sebesar 55 persen. Rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani sama-sama memiliki tingkat strategi nafkah yang tinggi. Akan tetapi, rumah tangga petani mempunyai persentase yang lebih tinggi dibandingkan rumah tangga buruh tani sehingga dapat disimpulkan bahwa rumah tangga petani cenderung memiliki tingkat strategi nafkah yang lebih tinggi dibandingkan rumah tangga buruh tani. Hal ini dikarenakan strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga petani padi sawah menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan buruh tani. Oleh karena itu, tabel 15 dan tabel 16 berikut ini menjelaskan informasi mengenai rincian strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut pola nafkah dan tingkat pendapatan.

Tabel 15 Jumlah dan persentase strategi nafkah responden rumah tangga petani padi sawah menurut pola nafkah dan tingkat pendapatan di Desa Ciasihan tahun 2016

Tingkat Pendapatan Pola Nafkah

Total Pola Nafkah Tunggal Pola Nafkah Ganda Rendah Orang 1 9 10 % 5.0 45.0 50.0 Tinggi Orang 1 9 10 % 5.0 45.0 50.0 Orang 2 18 20 % 10.0 90.0 100.0

35

Informasi yang diperoleh dari tabel 15 adalah dua responden rumah tangga petani padi sawah tergolong memiliki strategi nafkah yang rendah yakni satu responden melakukan pola nafkah tunggal memiliki pendapatan rendah dan satu responden melakukan pola nafkah tunggal memiliki pendapatan tinggi. Responden yang tergolong memiliki strategi nafkah yang tinggi berjumlah 18 orang. Sebanyak sembilan responden melakukan pola nafkah ganda memiliki pendapatan rendah dan sembilan responden lainnya melakukan pola nafkah ganda memiliki pendapatan tinggi.

Tabel 16 Jumlah dan persentase strategi nafkah responden rumah tangga buruh tani menurut pola nafkah dan tingkat pendapatan di Desa Ciasihan tahun 2016 Tingkat Pendapatan Pola Nafkah Total Pola Nafkah Tunggal Pola Nafkah Ganda Rendah Orang 9 10 19 % 45.0 50.0 50.0 Tinggi Orang 0 1 1 % 0.0 5.0 5.0 Orang 9 11 20 % 45.0 55.0 100.0

Informasi yang diperoleh dari tabel 16 adalah sembilan responden rumah tangga buruh tani memiliki strategi nafkah tinggi dengan mengandalkan pola nafkah tunggal tetapi memiliki pendapatan rendah. Responden rumah tangga buruh tani yang tergolong memiliki strategi nafkah tinggi berjumlah 11 orang. Sebanyak 10 responden melakukan pola nafkah ganda memiliki pendapatan rendah sedangkan satu responden lainnya melakukan pola nafkah ganda memiliki pendapatan tinggi.

Ketua RW 03 Desa Ciasihan, Pak Ishal Junaidi, menuturkan bahwa Desa Ciasihan memang terkenal dengan pertanian padi sawahnya karena lahannya yang luas. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadikannya sebagai jaminan sumber nafkah tunggal bagi penduduk tersebut karena penghasilannya yang monoton dan kurang mencukupi kebutuhan keluarga sehingga banyak rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani yang memilih untuk mencari nafkah tambahan lain di luar pertanian agar mampu bertahan hidup. Pak Ishal juga menambahkan masih rendahnya pendapatan yang diperoleh rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani yang telah melakukan pola nafkah ganda disebabkan oleh bidang pekerjaan yang digeluti tidak menghasilkan pemasukan yang tinggi. Hal ini juga berkaitan dengan kapasitas sumber daya manusia itu sendiri, salah satunya adalah rendahnya tingkat pendidikan yang telah ditempuh.

Hubungan Karakteristik Rumah Tangga Petani Padi Sawah Terhadap Tingkat Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Sawah

Rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik tersebut dapat berhubungan signifikan atau tidak signifikan dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani. Karakteristik rumah tangga petani padi sawah terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan tingkat kekosmopolitan.

Penelitian ini mencoba menghubungkan karakteristik rumah tangga petani padi sawah terhadap tingkat strategi nafkahnya. Masing-masing variabel dari karakteristik rumah tangga petani padi sawah dihubungkan terhadap tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dengan melihat kecendrungan hubungan menggunakan tabulasi silang dan didukung dengan uji korelasi Rank Spearman.

Pengujian hubungan antarvariabel didukung oleh program SPSS 22 dengan ketentuan hipotesis diterima yakni apabila nilai signifikansi (sig-2 tailed) lebih kecil dari α (0.05) sebaliknya jika nilai yang didapatkan lebih besar dari α (0.05), maka hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan. Apabila nilai signifikansi (sig-2 tailed) yang didapatkan lebih besar dari α (0.05), dilanjutkan dengan melihat aturan nilai correlation coefficient sebagai berikut: 0.000 (tidak ada hubungan), 0.01-0.09 (hubungan kurang berarti), 0.10-0.29 (hubungan lemah), 0.30-0.49 (hubungan moderat), 0.5-0.69 (hubungan kuat), 0.70-0.89 (hubungan sangat kuat), >0.9 (hubungan mendekati sempurna).

Hubungan Umur dengan Tingkat Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Umur responden rumah tangga petani padi sawah dalam penelitian ini yakni sebagian besar responden rumah tangga petani padi sawah terkategori pada golongan umur muda rata-rata dibawah 65 tahun sedangkan responden rumah tangga buruh tani memiliki jumlah seimbang pada golongan umur muda dan tua dengan kisaran umur 40-88 tahun. Selanjutnya, sebagian besar rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani memiliki tingkat strategi nafkah yang tergolong tinggi. Berikut ini tabulasi silang yang menghubungkan antara umur terhadap tingkat strategi nafkah.

Tabel 17 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut hubungan antara umur dengan tingkat strategi nafkah di Desa Ciasihan tahun 2016

Tingkat Strategi Nafkah Umur Petani (%) Umur Buruh Tani (%)

Tua Muda Tua Muda

Rendah 66.7 36.4 100.0 80.0

Tinggi 33.3 63.6 0.0 20.0

37

Informasi yang diperoleh dari tabel 17 adalah tidak terdapat kecendrungan bahwa semakin muda umur responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani, semakin tinggi strategi nafkahnya. Setelah diuji menggunakan uji Rank Spearman, diperoleh nilai α untuk hubungan antara umur dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah sebesar 0.196 dan rumah tangga buruh tani sebesar 0.151. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara umur dengan tingkat strategi nafkah tidak signifikan karena nilai α lebih besar dari 0.05. Berdasarkan koefisien korelasinya, rumah tangga petani padi sawah memiliki nilai sebesar 0.302 dan rumah tangga buruh tani memiliki nilai sebesar 0.333. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel itu sudah tergolong moderat. Hal ini disebabkan oleh umur bukan menjadi determinan utama dalam menentukan strategi nafkah. Variabel umur memiliki hubungan tidak signifikan dengan tingkat strategi nafkah karena diduga terdapat variabel lain yang memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap tingkat strategi nafkah tersebut.

“...Kalo dikatakan umur itu sudah ketentuan Allah. Nggak ngaruh banyak-sedikitnya pekerjaan yang dipilih. Tapi kalo secara fisik, otomatis. Sebenarnya, mau banyak mau sedikit itu tergantung keterpaksaan untuk memenuhi kebutuhan...” –Pak AI, 55 tahun.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Hubungan variabel tingkat pendidikan dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani dapat dilihat melalui data tabulasi silang padatabel 18 dan hasil uji korelasi Rank Spearman.

Tabel 18 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat strategi nafkah di Desa Ciasihan tahun 2016

Tingkat Strategi Nafkah

Tingkat Pendidikan Petani (%)

Tingkat Pendidikan Buruh Tani (%)

Rendah Tinggi Rendah

Rendah 72.7 22.2 90.0

Tinggi 27.3 77.8 10.0

Total 100.0 100.0 100.0

Informasi yang diperoleh dari tabel 18 adalah kecenderungan apabila semakin tinggi tingkat pendidikan rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani maka semakin tinggi pula tingkat strategi nafkahnya. Responden rumah tangga petani padi sawah yang berpendidikan rendah memiliki tingkat strategi nafkah yang rendah pula sebanyak 72.7 persen. Responden rumah tangga buruh tani yang berpendidikan rendah juga memiliki tingkat strategi nafkah yang rendah pula bahkan mencapai 90 persen. Hal ini disebabkan oleh pendidikan sebagai salah

satu modal kapasitas sumber daya manusia untuk memperoleh pekerjaan layak dengan penghasilan yang tinggi.

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa pada rumah tangga petani padi sawah diperoleh nilai α sebesar 0.024. Hasil tersebut membuktikan adanya hubungan yang nyata atau signifikan antara dua variabel tersebut. Menurut korelasi koefisiennya diperoleh nilai sebesar 0.503 yang menggambarkan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan yang kuat. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat strategi nafkahnya. Hasil di lapang menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga petani padi sawah berpendidikan rendah yakni tidak tamat SMP, memiliki tingkat strategi nafkah yang rendah pula.

Selanjutnya, hasil uji yang dilakukan pada rumah tangga buruh tani didapat nilai α sebesar 0.000. Hasil tersebut membuktikan adanya hubungan yang nyata atau signifikan antara dua variabel tersebut. Akan tetapi, hasil korelasi koefisiennya diperoleh nilai sebesar 0.000 yang menggambarkan bahwa kedua variabel ini tidak memiliki hubungan. Hal ini dikarenakan angka tingkat pendidikan rumah tangga buruh tani tergolong rendah diperoleh seragam. Walau demikian, hal ini tetap ditafsirkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat strategi nafkahnya. Hasil di lapang menunjukkan bahwa semua rumah tangga buruh tani yang tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, atau tamat SMP memiliki tingkat strategi nafkah yang rendah.

Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Hubungan variabel jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani dapat dilihat melalui data tabulasi silang pada tabel 19 dan hasil uji korelasi Rank Spearman.

Tabel 19 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat strategi nafkah di Desa Ciasihan tahun 2016

Tingkat Strategi Nafkah Jumlah Tanggungan Keluarga Petani (%) Jumlah Tanggungan Keluarga Buruh Tani (%)

Banyak Sedikit Banyak Sedikit

Rendah 75.0 43.8 100.0 88.2

Tinggi 25.0 56.3 0.0 11.8

Total 100.0 100.0 100.0 100.0

Informasi yang diperoleh dari tabel 19 adalah tidak terdapat kecendrungan bahwa semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani, maka semakin tinggi strategi nafkahnya. Setelah diuji menggunakan uji Rank Spearman, diperoleh nilai α untuk hubungan

antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah pemilik sebesar 0.288 dan buruh tani sebesar 0.556. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara umur dengan tingkat strategi

39

nafkah tidak signifikan karena nilai α lebih besar dari 0.05. Berdasarkan koefisien korelasinya, rumah tangga petani padi sawah memiliki nilai sebesar 0.250 dan buruh tani memiliki nilai sebesar 0.140. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel itu sudah tergolong lemah. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar responden sudah memiliki anak yang telah menikah dan sudah adanya kesadaran terhadap program KB.

Hubungan Tingkat Kekosmopolitan dengan Tingkat Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Hubungan variabel tingkat kekosmopolitan dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani dapat dilihat melalui data tabulasi silang pada tabel 20 dan hasil uji korelasi Rank Spearman.

Tabel 20 Persentase responden rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani menurut hubungan antara tingkat kekosmopolitan dengan tingkat strategi nafkah di Desa Ciasihan tahun 2016

Tingkat Strategi Nafkah

Tingkat Kekosmopolitan Petani (%)

Tingkat Kekosmopolitan Buruh Tani (%)

Tidak Ikut Ikut Tidak Ikut Ikut

Rendah 50.0 50.0 90.0 0

Tinggi 50.0 50.0 10.0 0

Total 100.0 100.0 100.0 0

Berdasarkan tabel 20 diperoleh pernyataan bahwa tidak terdapat kecenderungan antara variabel tingkat kekosmopolitan dengan tingkat strategi nafkah. Setelah diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai α

untuk hubungan antara tingkat kekosmopolitan dengan tingkat strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah sebesar 1.000 dan buruh tani sebesar 1.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat kekosmopolitan dengan tingkat strategi nafkah tidak berhubungan signifikan karena nilai α lebih besar dari 0.05. Berdasarkan koefisien korelasinya, rumah tangga petani padi sawah dan buruh tani memiliki nilai sebesar 0.000 yang berarti kedua variabel tidak memiliki hubungan. Hal ini disebabkan oleh tingkat kekosmopolitan rumah tangga petani dan buruh tani melalu kelompok tani tidak berpengaruh terhadap strategi nafkah.

Ikhtisar

Secara keseluruhan, strategi nafkah rumah tangga petani padi sawah adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar rumah tangga petani padi sawah menjalankan pola nafkah ganda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu berusaha on-farm

(usaha tani padi sawah), berusaha off-farm (kuli garu, hasil perikanan, kuli angkut ikan, perkebunan, dan penyewaan alat penggilingan padi), dan

berusaha non-farm (aparat desa, guru, wiraswasta seperti dagang dan warung, dan jasa seperti petugas kebersihan dan kuli bangunan)

2. Rumah tangga petani padi sawah tersebar merata pada tingkat pendapatan rendah dan tinggi.

3. Sebagian besar rumah tangga petani padi sawah memiliki tingkat strategi nafkah yang tergolong tinggi.

4. Sebagian besar rumah tangga buruh tani menjalankan pola nafkah ganda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu berusaha off-farm (buruh tani) dan non-farm (dagang, sopir, kuli bangunan, kuli nyuci)

5. Semua rumah tangga buruh tani tergolong pada tingkat pendapatan rendah.

6. Sebagian rumah tangga buruh tani memiliki tingkat strategi nafkah yang tergolong tinggi.

7. Rumah tangga petani padi sawah cenderung memiliki tingkat strategi nafkah yang lebih tinggi dibandingkan rumah tangga buruh tani.

8. Terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan responden rumah

Dokumen terkait