PENDEKATAN KONTEKSTUAL
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI
KELAS IV DI SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Jatireja 03 Kelas IV Semester II Tahun Pelajaran 2012-2013 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Karsiah Trijayanti
0905340
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
================================================================== PENDEKATAN KONTEKSTUAL
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI
KELAS IV DI SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Jatireja 03 Kelas IV Semester II Tahun Pelajaran 2012-2013 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi)
Oleh : Karsiah Trijayanti
0905340
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Karsiah Trijayanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI KELAS IV
SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI
Oleh
KARSIAH TRIJAYANTI 0905340
ABSTRAK
Penelitian ini salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi energi bunyi, proses pembelajaran di kelas ini siswa tidak fokus terhadap pembelajaran. Penelitian menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi yang nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa SD dalam pembelajaran IPA dengan menerapakan pendekatan kontekstual. Maka penelitian ini difokuskan pada situasi kelas, yang dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahapan PTK terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (reflection). Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dan
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Hasil Penelitian ... 5
D. Definisi Operasional ... 6
E. Hipotesis Tindakan ... 7
BAB II PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI A. Pendekatan Kontekstual ... 8
1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 8
2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ... 9
3. Tujuh Komponen pendekatan Kontekstual ... 10
5. Implementasi Pendekatan Kontekstual
di Sekolah Dasar ... 14
B. Hakikat Hasil Belajar ... 16
1. Konsep Belajar ... 16
2. Proses Pembelajaran ... 17
3. Hasil Belajar ... 17
4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19
C. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA di SD ... 19
D. Konsep Energi Bunyi ... 26
1. Pengertian Energi Bunyi ... 26
2. Sumber Bunyi yang Terdapat di Lingkungan Kita ... 27
3. Bunyi di Hasilkan dari Benda yang Bergetar ... 27
4. Perambatan Bunyi ... 28
5. Bunyi dapat Dipantulkan dan Diserap ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 31
1. Pengertian PTK ... 31
2. Karakteristik PTK ... 32
3. Prinsip-prinsip PTK ... 33
4. Tujuan PTK ... 34
5. Manfaat PTK ... 34
6. Keterbatasan PTK ... 35
B. Model Penelitian ... 35
C. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 37
D. Prosedur Penelitian ... 38
E. Instrumen Penelitian ... 44
F. Teknik Pengumpulan Data ... 46
H. Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49
1.Siklus I ... 49
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran ... 49
b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran ... 50
c. Observasi Tindakan Pembelajaran ... 53
d. Analisis Observasi Siklus I ... 59
e. Refleksi Tindakan Pembelajaran ... 60
2.Siklus II ... 63
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran ... 63
b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran ... 63
c. Observasi Tindakan Pembelajaran ... 68
d. Refleksi Tindakan Pembelajaran... 73
B. Pembahasan ... 74
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 80
B. Rekomendasi ... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran
Konvensional ... 25
3.1 Keadaan Siswa SDN Jatireja 05 Kecamatan Cikarang Timur
Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 37
3.2 Persentase Hasil Belajar Siswa ... 48
4.1 Data Nilai Post Tes pada Siklus I ... 56
4.2 Daftar Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan
pada Siklus I ... 58
4.3 Data Nilai Post Tes pada Siklus II ... 70
4.4 Daftar Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan
pada Siklus II ... 71
4.5 Daftar Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan
pada Siklus I dan Siklus II ... 76
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Gendang, Gitar, dan Suling ... 27
2.2 Bunyi Dihasilkan Oleh Benda yang Bergetar ... 28
2.3 Bunyi Merambat Melalui Benda Padat ... 28
2.4 Bunyi Merambat Melalui Benda Cair ... 29
2.5 Bunyi Merambat Melalui Udara ... 29
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa ... 57
4.2 Rata-rata Kelas Hasil Tes Evaluasi Siklus I
dan Siklus II ... 72
4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
dan Siklus II ... 72
4.4 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan Bangsa dan Negara. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan
jenjang pendidikan termasuk SD merupakan titik berat pembangunan pendidikan
pada saat ini dan pada saat yang akan datang. Berbagai usaha pembaharuan
kurikulum perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan
kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah
peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk
mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah menciptakan suasana belajar yang
baik dan menyenangkan selama proses belajar mengajar berlangsung. Maka dari
itu, seharusnya guru mencari dan menggali informasi tentang kondisi mana yang
dapat meningkatkan pembelajaran di sekolah dasar. Dalam Undang-Undang RI
No. 20 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidian Nasional dikatakan bahwa
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual ke agamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara.
Salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai adalah mata pelajaran
IPA. Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, dan menerapkannya di dalam
2
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdikbud,
2006).
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai saat ini masih jauh
dengan apa yang kita harapkan. Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah
rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di bawah nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal).
Di kelas IV SD Negeri Jatireja 03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten
Bekasi yang merupakan tempat penelitian, sebelum diterapkannya pendekatan
kontekstual, guru masih memakai strategi lama yaitu strategi pembelajaran
konvensional (guru menjelaskan, memberi soal latihan, siswa mengerjakan soal
latihan) menunjukan siswa kurang antusias dan dalam mengerjakan soal evaluasi
kurang memuaskan.
Sebelum melakukan penelitian, hasil pengamatan menunjukan bahwa nilai
rata-rata hasil belajar siswa di kelas IV di SD Negeri Jatireja 03 masih belum
mencapai ketuntasan minimal belajar yaitu 70. Dari 20 siswa hampir 50% siswa
yang belum mencapai ketuntasan minimal belajar. Hal ini, dikarenakan kegiatan
pembelajaran IPA di kelas IV SDN Jatireja 03, masih menerapkan pembelajaran
yang bertujuan mengejar target kurikulum dengan mengandalkan buku sumber
IPA kelas IV sebagai pegangan utamanya. Selain itu, pembelajaran IPA di SD
sekarang ini adalah pembelajaran IPA yang terbatas pada produk, fakta, konsep,
dan teori saja, sehingga siswa menganggap IPA adalah pelajaran yang harus di
hafal. Dalam kenyataan dilapangan yaitu saat proses pembelajaran berlangsung di
dalam kelas lebih di domonasi oleh kegiatan guru dengan menggunakan metode
ceramah dan pemberian tugas pada siswa, sedangkan kegiatan siswa lebih banyak
diam, menyimak penjelasan dari guru, mencatat hal-hal penting dan mengerjakan
tugas yang diberikan guru. Selain aspek kognitif, seharusnya dalam pembelajaran
IPA dikembangkan juga keterampilan berpikir siswa dan aktualisasi konsep yang
3
banyak konsep yang abstrak dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN Jatireja 03,
padahal IPA sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu dilakukan upaya tertentu yang
dapat melibatkan siswa secara aktif, sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu memperbaiki cara pembelajaran, dari
tadinya pembelajaran hanya berpusat pada guru (theacher centered) jadi lebih
kearah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Banyak
pendekatan pembelajaran yang ditawarkan oleh para ahli dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah pendekatan kontekstual adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehinga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini dikarenakan,
materi-materi IPA membahas tentang hubungan manusia dengan alam dan segala
keanekaragamannya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga,
pendekatan kontekstual ini dirasa dapat membantu proses pembelajaran menjadi
lebih efektif karena pendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Dalam kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelasnya (siswa).
Dengan menggunakan pendekatan kontekstual di harapkan siswa memiliki
pengalaman baru dalam belajar, siswa bukan hanya sekedar mendengarkan dan
mencatat, tetapi siswa dapat belajar secara langsung melalui proses
4
siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitifnya
saja, tetapi juga sapek afektif dan psikomotorik.
Oleh karena itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas ini penulis akan
mencoba menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA materi
energi bunyi di kelas IV SDN Jatireja 03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten
Bekasi, untuk melihat sejauh mana pendekatan tersebut dapat digunakan. Untuk itu, penulis akan melakukan penelitian berjudul “Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Energi Bunyi Kelas IV
Di SDN Jatireja 03 Cikarang Timur Kabupaten Bekasi” semakin meningkat dan
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, secara khusus
permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA dalam pembelajaran energi
bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan pendekatan kontekstual?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas IV Sekolah Dasar
dalam pembelajaran energi bunyi dengan menggunakan pendekatan
kontekstual ?
3. Bagaimana hasil belajar pembelajaran energi bunyi di kelas IV Sekolah
Dasar dengan menggunakan pendekatan kontekstual?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Hasil penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mendeskripsi hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran energi bunyi di keals IV
5
b. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA dalam
pembelajaran energi bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
2) Memperoleh gambaran pelaksanaan siswa kelas IV Sekolah
Dasar dalam mempelajari energi bunyi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.
3) Memperoleh hasil belajar yang optimal dari pembelajaran energi
bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.
2. Manfaat hasil penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkaitan dengan pendidikan.
a. Manfaat bagi guru sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan dan pemahaman dalam pembelajaran
energi bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
2. Dapat menambah pengalaman dalam pembelajaran konsep energi
bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
3. Dapat meningkatkan potensi dalam mengelola proses pembelajaran
di kelas.
b. Manfaat bagi siswa sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam memahami konsep energi
bunyi.
2. Dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam mengembangkan
pengetahuanya.
3. Dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Bagi lembaga pendidikan sebagai berikut:
1. Dapat menciptakan sumber daya manusia (guru) yang professional.
6
D. Definisi Operasionl
Dalam tulisan ini terdapat beberapa defenisi yang perlu diperjelas, untuk
memudahkan dipahaminya maksud dari tulisan ini. Oleh karena itu, penulis
memberikan batasan terhadap defenisi-defenisi yang perlu diperjelas, yaitu:
1. Pendekatan Kontekstul atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan anatara
materi pelajaran yanag akan diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam penelitian ini pendekatan kontekstual bertujuan mengatasi masalah
pembelajaran yang ada di kelas IV SD Negeri Jatireja 03, seperti
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga diperoleh hasil
belajar yang maksimal.
2. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud
adalah hasil belajar dari aktivitas dan pemahaman siswa serta nilai prestasi
siswa dalam pembelajaran IPA dalam pembelajaran energi bunyi di kelas
IV dengan menerapkan pendekatan kontekstual.
3. Pengertian Energi Bunyi adalah segala sesuatu atau usaha yang dapat
mengeluarkan bunyi. Bunyi merupakan sesuatu yang selalu kita dengar.
Definisi Bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang
merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat
perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran.
Kita dapat mendengar bunyi karena ada getaran pada suatu benda. Baik itu
benda padat, cair, maupun gas. Banyak macam bunyi yang kita dengar.
Ada bunyi kuat atau bunyi lemah. Bunyi yang tinggi atau bunyi yang
7
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan analisis teoritik dapat dirumuskan hipotesis yaitu sebagai
berikut: “jika pembelajaran energi bunyi menggunakan pendekatan kontekstual,
31
Karsiah Trijayanti , 2013
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Pengertian PTK
Penelitian ini merupakan upaya dalam inovasi pembelajaran untuk
meningkatkan kinerja guru dan memperbaiki mutu pendidikan.Oleh karena itu,
metode yang dianggap tepat dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research).Susilo (2007:16) menyatakan bahwa
“PTK adalah Penelitian Tindakan Kelas atau sering disebut dengan Classroom
Action Research yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di
sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan dalam proses pembelajaran”.
Terdapat beberapa pengertian para ahli tentang penelitian tindakan kelas.
Seperti dalam Wiratmadja (2007:11) diungkapkan beberapa pengertian PTK,
yaitu sebagai berikut :
a. Hopkins (1993) : PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan subtansif, suatu tindakan yang
dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seorang untuk
memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam suatu proses
perbaikan dan perubahan.
b. Ropoport (1970) : PTK untuk membantu seseorang dalam mengatasi
secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan
membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam
kerangka yang disepakati bersama.
c. Kemmis : (1983) : Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk
inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi
sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas
32
1) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka
2) Pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek
pendidikan ini
3) Situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini
d. Ebbutt (1985) : PTK adalah kajian sistematik dari perbaikan
pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan
refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
e. Elliott (1991) : PTK sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan
kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas sosial tersebut.
Secara ringkas PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya
melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasils
belajar siswa meningkat (Wardani, 2007:1,4)
2. Karakteristik PTK
PTK memiliki beberapa karakteristik yang khas dan tidak dimiliki oleh
penelitian lainnya. Diantara karakteristik-karakteristik tersebut menurut Arikunto
dalam Fazri (2010:29) adalah :
a. Problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi guru di kelas.
PTK akan dapat dilaksanakan jika guru menyadari adanya masalah yang
terkait dengan proses pembelajaran yang dihadapi di kelas.
b. Adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran
yang bermasalah di kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian bisa
disebut hanya sekedar ingin tahu tanpa ingin memecahkan masalah
tersebut.
c. Adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif.
PTK harus membawa perubahan ke arah yang positif. Apabila dengan
dilakukannya PTK justru membawa penurunan, kelemahan, atau
perubahan negatif berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK.
Saya berpendapat bahwa PTK menjadi cara yang paling tepat dan efektif
33
Karsiah Trijayanti , 2013
kekurangan apa saja selama mengajar dan dapat melakukan perbaikan dengan
PTK, selain itu dalam pelaksanaan PTK guru tidak meninggalkan tugasnya
mengajar masih bisa melaksanakan proses pembelajaran di kelas seperti biasa.
3. Prinsip-prinsip PTK
Beberapa catatan penting yang dinyatakan sebagai prinsip dasar PTK dan
merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti, dari tulisan Kasihani dan
Suyanto (dalam Sukajati, 2008:11-12) ialah :
a. PTK tidak boleh mengganggu tugas utama dari guru yaitu mengajar.
b. Pada saat kegiatan pengumpulan data dalam PTK, tidak disarankan
menggunakan waktu yang terlalu lama.
c. Metodologi yang digunakan dalam PTK harus tepat dan terpercaya.
d. Masalah yang diangkat dalam PTK harus merupakan masalah yang
memang ada, faktual, menarik, dan layak untuk diteliti.
e. PTK berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan jalan melakukan
perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam tindakan-tindakan.
f. PTK merupakan proses sistematik yang memerlukan kemampuan dan
keterampilan intelektual.
g. PTK menuntut guru untuk membuat catatan-catatan pribadi tentang semua
kemajuan atau perubahan siswa, permasalahan-permasalahan yang
dialami, dan refleksi tentang proses belajar siswa, serta proses pelaksanaan
tindakan-tindakan dalam penelitian.
h. Dalam PTK guru dapat melihat dan menilai diri sendiri terhadap apa yang
telah dilakukan di kelasnya.
Dari prinsip-prinsip PTK di atas sebelum melakukan PTK peneliti harus
benar-benar memahami apa saja yang harus dilakukan dalam PTK agar dapat
menerapkannya dalam proses penelitian sehingga penelitian berjalan lancer dan
34
4. Tujuan PTK
Tujuan utama PTK menurut Susilo (2007:17-18) yaitu:
a. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta
didik dalam konteks pembelajaran di kelas.
c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktek dalam proses
pembelajaran secara reflektif dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.
d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual
yang dihadapi sehari-hari.
e. Terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian
berlangsung.
Dari pemaparan di atas tujuan yang diharapkan dalam PTK adalah untuk
meningkatkan proses pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan serta mendidik guru menjadi lebih professional dalam melaksanakan
tugas dan membiasakan guru untuk menjadi penulis.
5. Manfaat PTK
Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi
guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah.
1. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi guru
Bagi guru, PTK mempunyai beberapa mafaat sebagai berikut :
a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena
memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran
b. Membantu guru berkembang secara profesional karena dapat
menunjukan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya. Dengan kata lain, guru mampu menunjukan
otonominya sebagai pekerja profesional
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
35
Karsiah Trijayanti , 2013
2. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi pembelajaran/siswa
Bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan
hasil/proses belajar siswa, disamping guru yang melaksanakan PTK dapat
menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil
belajarnya.
3. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi sekolah
Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya
peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan disekolah tersebut.
6. Keterbatasan PTK
Disamping menpunyai manfaat, PTK sebagai salah satu metode penelitian
mempunyai beberapa keterbatasan :
1. Validitasnya masih sering disangsikan
2. Validitas atau keabsahan PTK penelitian ilmiah seringkali
dipertanyakan. Metodologi yang agak longgar yang lebih bersifat
informal meskipun dijaga keobjektifannya masih menimbulkan
keranguan
3. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa hasil penelitian PTK berlaku
dan ampuh dilakukan di kelas atau di sekolah yang lain. Meskipun
demikian hasil penelitian tersebut tentu dapat diujicobakan oleh guru
lain dengan mempertimbangkan berbagai modifikasi sesuai dengan
kondisi kelasnya.
B. Model PTK yang dikembangkan
Menurut model Kemmis dan Mc Taggart dalam Iskandar (2006:5) telah
mengembangkan suatu model sederhana hakikat siklus proses PTK yaitu setiap
siklus mempunyai empat tahap: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Prosedur PTK terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dengan perubahan
yang ingin dicapai. Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa dapat
36
untuk mengetahui tindakan apa yang harus diberikan secara tepat dalam rangka
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
PTK merupakan suatu rangkaian lengkap ( a spiral of stefs) yang terdiri
dari empat komponen yang terdiri dari:
1. Perencanaan (planning) yaitu rencana tindakan apa yang akan
dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah prilaku dan
sikap sebagai solusi.
2. Tindakan (acting) yaitu apa yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya perbaikan.
3. Observasi (observing) yaitu mengamati atas hasil dari tindakan yang telah
dilaksanakan terhadap siswa..
4. Refleksi (reflecting) yaitu peneliti melihat dan mempertimbangkan atas
hasil dari tindakan.
Sesuai dengan model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc
Taggart sebagai berikut :
Gambar 3.1 PERENCANAAN
PERENCANAAN
PELAKSANAAN SIKLUS I
REFLEKSI I
OBSERVASI
PELAKSANAAN REFLEKSI II SIKLUS II
OBSERVASI
37
Karsiah Trijayanti , 2013
Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc.Taggart (Kasbolah,
1998:70)
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa bila hasil refleksi
menunjukkan perlunya perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka rencana
tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya
tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian
seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal. Untuk
pelaksanaan dilapangan, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan
yang perlu diselesaikan. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus
dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun
disarankan sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.
C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah duapuluh orang
dengan rincian tujuh orang laki-laki dan tiga belas orang perempuan. Tabel
dibawah ini menggambarkan keadaan jumlah siswa SDN Jatireja 03
Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi tahun ajaran 2012/2013.
Tabel 3.1
Keadaan Siswa SDN Jatireja 05 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi
Tahun Pelajaran 2012/2013
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. I 18 19 37
2. II 10 15 25
3. III 6 10 16
4. IV*) 7*) 13*) 20*)
5. V 10 17 27
6. VI 17 13 30
Jumlah 68 91 155
38
2. Lokasi Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di SDN Jatireja
03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi. Peneliti mengambil lokasi ini
dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan
dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat
sesuai dengan profesi penulis dan SDN Jatireja 03 merupakan salah satu Sekolah
Dasar Negeri yang diharapkan memiliki kemampuan yang sama dengan sekolah
negeri yang lain dalam upaya meningkatan hasil belajar siswa.
D. Prosedur Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan Penelitian, meliputi :
a. Permintaan izin dari Kepala SDN Jatireja 03 Kecamatan Cikarang
Timur Kabupaten Bekasi
b. Observasi untuk memperoleh gambaran keadaan proses belajar
mengajar, mengenai kemampuan siswa, cara guru mengajar,
aktivitas siswa dan hasil yang diperoleh
c. Identifikasi masalah, dengan cara menelaah terlebih dahulu KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), khususnya mata pelajaran
IPA mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar,
indikator, dan materi pokok
d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
e. Merumuskan metode dan pendekatan yang akan digunakan dalam
pembelajaran
f. Menyiapkan alat peraga yang akan dipakai saat pembelajaran
g. Menyusun dan menyiapkan alat evaluasi. Yaitu berupa lembar
39
Karsiah Trijayanti , 2013
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan proses penelitian disesuaikan dengan rencana yang telah
dibuat sebelumnya. Pelaksanaan penelitian terdiri dari proses
pembelajaran, evaluasi, dan refleksi pada setiap siklus.
3. Tahap Observasi (Pengamatan)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal yang digunakan dan terjadi selama proses tidakan berlangsung. Pada
tahap observasi ini, tindakan yang dilakukan peneliti adalah
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan melalui instrumen-instrumen
pengumpul data yang direncanakan dan siapkan berupa lembar
observasi, dalam lembar observasi berisi tahapan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dan
juga pada lembar observasi siswa berisi tentang aktivitas siswa selama
kegiatan pembelajaran, alat evaluasi berupa soal-soal dan
pendokumentasiannya. Dari hasil observasi ini, nantinya akan terlihat
apakah tindakan penelitian sudah menunjukan hasil yang diharapkan
atau belum dan dari hasil observasi ini pula akan terlihat sejauh mana
pelaksanaan pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan dengan baik
oleh guru maupun siswa sehingga dapat dijadikan rujukan untuk
melangkah pada tahap tindakan selanjutnya.
4. Tahap Refleksi
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, maka peneliti melakukan
refleksi. Tahap analisis dan refleksi dalam penelitian tindakan kelas yang
dilakukan peneliti merupakan bagian penting karena dengan melalui
refleksi ini peneliti dapat memahami dan memperoleh gambaran yang
jelas tentang proses dan hasil yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan
yang telah dilakukan pada pokok bahasan energi bunyi melalui
penerapan pendekatan kontekstual. Hasil dari kegiatan refleksi
40
terdiri dari dua siklus. Adapun penjabaran rencana setiap siklusnya
adalah sebagai berikutnya :
a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Membuat RPP, lembar observasi, dan evaluasi
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk
percobaan mengenai bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Kegiatan Pendahuluan
Berdo’a
Guru mengecek kehadiran siswa
Apersepsi, guru mengingatkan kembali pada siswa tentang
pelajaran yang lalu
Menyampaikan tujuan pembelajaran yakni dari apersepsi tadi
siswa diharapkan dapat menyimpulkan energi bunyi yang
terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
Sebelumnya guru mempersiapkan gambar-gambar, seperti
gambar Gendang, Suling, Gitar, Biola yang akan di tempel di
papan tulis
b. Kegiatan Inti
1. Bertanya (Questioning)
Guru menunjukan beberapa gambar tentang energi
bunyi (sumber bunyi)
Guru memberikan pertanyaan mengenai energi bunyi
(sumber bunyi)
a. Apakah kalian pernah mendengar suara lonceng?
b. Apa yang menyebabkan timbulnya bunyi pada
lonceng?
41
Karsiah Trijayanti , 2013
Guru memberikan siswa kesempatan untuk
mengemukakan pengetahuannya tentang
sumber-sumber energi bunyi yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari
Guru meminta beberapa siswa untuk menulis di depan
mengenai sumber-sumber energi bunyi berdasarkan
pengetahuannya sendiri
3. Pemodelan (Modelling)
Guru memperagakan bagaimana melakukan percobaan
kegiatan 1
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa
Tiap kelompok melakukan percobaan kegiatan 1 untuk
melakukan pembuktian terhadap energi bunyi
dihasilkan oleh benda yang bergetar
pemberian LKS selama pembelajaran berlangsung
Siswa bekerjasama dan saling membantu dengan
kelompok masing-masing
5. Menemukan (Inquiri)
Siswa bersama kelompoknya mengamati proses energi
bunyi yang dihasilkan oleh benda yang bergetar
Siswa menemukan sendiri bagaimana terjadinya energi
bunyi yang dihasilkan oleh benda yang bergetar
Perwakilan dari tiap kelompok untuk
mempersentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain
menanggapinya
Guru menanyakan kembali pada siswa apa yang
didapat setelah melakukan pembelajaran hari ini
42
1. Refleksi (Reflection)
Guru bersama siswa menyimpulkan materi
pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan tentang energi bunyi
Siwa dapat menyebutkan sumber-sumber energi bunyi
Siswa dapat menunjukan bahwa proses bunyi
dihasilkan oleh benda yang bergetar
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang
materi atau kegiatan yang telah dipelajari
Guru memberi penjelasan dan meluruskan pendapat
siswa yang masih belum tepat
2. Penilaian Nyata (Authentic Asessment)
Guru memberikan soal latihan sebagai bahan evaluasi Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari
selanjutnya
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
b. Siklus II
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Membuat RPP, lembar observasi, dan evaluasi berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk
percobaan mengenai sifat-sifat energi bunyi yaitu perambatan
bunyi melalui benda padat, cair, dan udara.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Kegiatan Pendahuluan
Berdo’a
Guru mengecek kehadiran siswa
Apersepsi, guru mengingatkan kembali pada siswa tentang
43
Karsiah Trijayanti , 2013
Menyampaikan tujuan pembelajaran yakni dari apersepsi tadi
siswa diharapkan dapat menyimpulkan energi bunyi yang
terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
[image:31.595.116.516.120.625.2] Sebelumnya guru mempersiapkan gambar-gambar, seperti
gambar perambatan bunyi pada benda padat, cair dan udara
b. Kegiatan Inti
1. Bertanya (Questioning)
Guru menunjukan beberapa gambar tentang energi
bunyi beserta sifat-sifatnya
Guru memberikan pertanyaan mengenai energi bunyi
beserta sifat-sifatnya
Apakah kalian pernah mendengar suara lonceng
atau bel?
2. Kontruktivisme
Guru memberikan siswa kesempatan untuk
mengemukakan pengetahuannya tentang energi bunyi
beserta sifat-sifatnya.
Guru meminta beberapa siswa untuk menunjukan
gambar yang ditempel di papan tulis mengenai energi
bunyi beserta sifat-sifatnya
3. Pemodelan (Modelling)
Guru memperagakan bagaimana melakukan percobaan
kegiatan tentang perambatan energi bunyi melalui
benda padat, cair, dan udara
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa
Tiap kelompok melakukan tiga percobaan untuk
melakukan pembuktian terhadap sumber bunyi dan
44
Pemberian LKS selama pembelajaran berlangsung
Siswa bekerjasama dan saling membantu dengan
kelompok masing-masing
5. Menemukan (Inquiri)
Siswa bersama kelompoknya mengamati proses
perambatan bunyi melalui benda padat, cair dan udara
Siswa menemukan sendiri bagaimana terjadinya
perambatan bunyi melalui benda padat, cair, dan udara
Tiap kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya di
depan dan kelompok lain menanggapinya
Guru menanyakan kembali pada siswa apa yang
didapat setelah melakukan pembelajaran hari ini
c. Kegiatan Penutup
1. Refleksi (Reflection)
Guru bersama siswa menyimpulkan materi
pembelajaran
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi atau kegiatan yang telah dipelajari
Guru memberi penjelasan dan meluruskan pendapat
siswa yang masih belum tepat
2. Penilaian Nyata (Authentic Asessment)
Guru memberikan soal latihan sebagai bahan evaluasi Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari
selanjutnya
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
E. Instrumen Penelitian
Dalam PTK memerlukan data yang otentik dan sistematis. Untuk
mengumpulkan data tersebut peneliti menggunakan instrument penelitian yang
45
Karsiah Trijayanti , 2013
Instrumen yang digunakan sebagai berikut:
1. Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang dipergunakan pada tindakan I dan tindakan II dalam
setiap siklusnya, berupa soal yang dipergunakan untuk mengumpulkan sejumlah
data mengenai hasil belajar siswa secara individu, sekaligus untuk memperoleh
gambaran mengenai daya serap dan tingkat keberhasilan terhadap materi
pembelajaran yang telah diberikan, sehingga dapat mengukur tingkat keberhasilan
guru dalam mengajar.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan panduan observer dalam mengadakan
pengamatan terhadap jalannya kegiatan penelitian, meliputi kegiatan dan tingkah
laku guru dan siswa selama proses pembelajaran, efektivitas waktu yang
digunakan, serta keefektivan penggunaan media dalam pembelajaran.
Menurut Sukmadinata, N.S (2006 : 220) lembar observasi adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Observasi dalam penelitian ini berfungsi mendokumentasikan pengaruh
tindakan terkait ketindakan selanjutnya sebagai dasar refleksi yang akan dilakukan
pada tindakan atau siklus berikutnya.
Macam-macam lembar observasi yaitu sebagai berikut :
1) Observasi terbuka adalah apabila pengamat melakukan
pengamatannya untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi di
kelas
2) Observasi terfokus adalah apabila peneliti ingin memfokuskan
permasalahan kepada upaya-upaya guru dalam membangkitkan
semangat belajar siswa (memfokuskan kepada meningkatkan
kualitas bertanya)
3) Observasi terstruktur, dan
46
Dalam penelitian ini digunakan lembar terbuka yang terdiri dari
dua bentuk lembar observasi, yaitu (1) untuk mengungkapkan
aktivitas guru, dan (2) untuk mengungkapkan aktivitas siswa dan
sikap kepedulian siswa pada kegiatan pembelajaran.
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan salah satu alat pengumpul data yang
dipergunakan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam
melalui lembar observasi. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan
yang dianggap penting oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Catatan lapangan bermanfaat untuk merekam hal-hal atau kejadian-kejadian
penting yang tidak terekam pada lembar observasi selama pelaksanaan tindakan
atau bahan-bahan lain yang dapat dipakai sebagai bahan untuk analisis dan
refleksi.
4. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa (LKS) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
berupa panduan yang disajikan melalui permasalahan yang mengarahkan siswa
untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. LKS diberikan kepada
setiap kelompok pada setian tindakan. Penggunaan LKS juga bermanfaat untuk
melihat hasil kerja siswa dalam setiap kegiatan tindakan penelitian.
5. Kamera Foto
Kamera foto dipergunakan sebagai alat penunjang yang dapat melengkapi
untuk memperjelas data penelitian. Pengambilan foto dilakukan pada setiap
tindakan yaitu pada saat proses pembelajaran. Foto-foto tersebut dilampirkan
sebagai salah satu penunjang, sehingga dapat memberikan gambaran peneliti
47
Karsiah Trijayanti , 2013
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh kebenaran data yang akurat dalam pengumpulan data
diperlukan alat pengumpul data yang tepat dan sesuai dengan permasalahan dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa tes dan non tes.
1. Tes
Tes yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar atau setelah selseai
satu pokok bahasan dan diberikan secara tulisan berbentuk tes formatif
yang berguna untuk mengukur hasil kemampuan siswa sesudah proses
pembelajaran. Instrumen tes dibuat dengan materi yang diajarkan pada
48
2. Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek
tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberap jenis non
tes sebagai alat evaluasi, diantaranya wawancara, observasi, studi kasus,
dan skala penilaian. Teknik pengambilan data dalam bentuk non
tes/observasi yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Melalui observasi
peneliti memperoleh catatan tentang aktivitas guru dan siswa pada waktu
proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut sangat penting untuk bahan
refleksi dan rencana tindakan selanjutnya.
G.Teknik Pengolahan Data
a. Data kualitatif
Data yang dianalisis melalui jalur kualitatif yaitu dari hasil lembar observasi
aktivitas guru dan aktifivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Dalam prakteknya di lapangan, peneliti tersebut di teliti oleh
satu orang observer yang kemudian hasil penelitian tersebut akan
direfleksikan bersama dengan observer untuk mengetahui apa saja
kekurangan dalam kegiatan pembelajaran yang harus diperbaiki oleh
peneliti di siklsus selanjutnya. Lembar observasi tersebut akan dijabarkan
secara deskriptif.
b. Data kuantitatif
Untuk data yang dianalisis melalui jalur kuantitatif yaitu melalui hasil
penilaian dari lembar post test siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk
mengatahui sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa.
Untuk mencari nilai rata-rata siswa digunakan rumus sebagai berikut :
49
Karsiah Trijayanti , 2013
Keterangan :
X = Rata-rata
X = Jumlah seluruh Skor
N = Jumlah siswa
Rumus Ketercapaian KKM
H. Analisis Data
Pengolahan data dan analisis data dilakukan sepanjang penelitian. Data
kulatitatif dianalisis dari hasil lembar observasi aktifitas guru dan siswa selama
proses kegiatan pembelajaran. Lembar observasi tersebut dinilai secara deskriptif.
Sedangkan untuk data kuantitatif dianalisis melalui hasil penilaian dari lembar
evaluasi, yaitu dari hasil post test yang ditugaskan kepada siswa secara individu.
Sehingga dari hasil penilaian post test ini akan diketahui sejauh mana tingkat
keberhasilan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
CTL, dan apabila hasil dari penilaian post test ini masih belum sesuai dengan
harapan, maka akan dilakukan tindakan di siklus berikutnya untuk mencapai hasil
[image:37.595.111.512.126.672.2]yang lebih memuaskan.
Tabel 3.2
Persentase Hasil Belajar Siswa
No Nilai Presentase Kategori
1. ≥90 ≥90% Baik Sekali
2. 70-89 70%-89% Baik
3. 50-69 50%-69% Cukup
4. 30-49 30%-49% Kurang
80
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA di
kelas IV SDN Jatireja 03 Cikarang Timur Bekasi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual atau CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang
energi bunyi dapat diambil simpulan senagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran yang dibuat dengan pendekatan kontekstual
tentang energi bunyi memiliki langkah-langkah yang sama dari setiap
siklusnya yaitu mengkondisikan siswa kearah yang lebih kondusif untuk
belajar, menyiapkan alat peraga menggali pengetahuan awal siswa,
membagi kelompok, membimbing siswa berdiskusi, membimbing siswa
menyimpulkan kesimpulan dari materi energi bunyi. Akan tetapi dari siklus
I dan siklus II memiliki perbedaan pada setiap indikatornya yang bertujuan
agar adanya peningkatan pengetahuan dan hasil belajar siswa.
2. Penerapan pendekatan kontekstual atau CTL pada siswa kelas IV SDN
Jatireja 03 dalam pembelajaran IPA khususnya dalam materi energi bunyi,
dapat membuat siswa lebih terarah dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu
juga siswa terlihat antusias ketika ada pembelajaran berkelompok. Siswa
bisa bekerjasama dengan teman kelompoknya dalam kegiatan percobaan.
Siswa menjadi lebih berani dan percaya diri untuk bertanya jika ada yang
tidak mengerti baik kepada temannya maupun kepada guru. Serta menjadi
lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya.
Proses pendekatan kontekstual terdiri atas tahap kontruktivisme,
menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian
nyata (authentic assesment). Pada siklus I pelaksanaan langkah-langkah
pendekatan kontekstual belum berjalan dengan baik, siswa masih banyak
81
Karsiah Trijayanti , 2013
pendekatan kontekstual ini. Pada siklus II pelaksanaannya sudah
mengalami peningkatan dibanding siklus I, siswa mulai terbiasa
melaksanakan pembelajaran meskipun masih ada saja siswa yang tidak
fokus dengan melakukan aktivitas diluar pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa pada materi energi bunyi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual atau CTL pada setiap siklusnya mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil
belajar yang diperoleh siswa. Pada siklus I dapat dilihat bahwa rata-rata
nilai 66 atau 60% (dari 20 siswa) meningkat pada siklus II menjadi 77 atau
80% (dari 20 siswa) siswa telah berhasil mencapai KKM. Ini menunjukan
bahwa hasil tes evaluasi sudah baik serta terjadi peningkatan yang
signifikan meskipun ada 3 orang siswa yang hasil evaluasinya dibawah
KKM yang berlaku di SDN Jatireja 03. Hal tersebut menunjukan bahwa
penerapan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tindakan kelas ini, maka
peneliti menyampaikan rekomendasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belaja siswa dan guru dalam proses pembelajarannya. Adapun rekomendasinya
dalah sebagai berikut :
1. Untuk Guru
Hendaknya guru menjadikan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual atau CTL sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran di kelas IV. Guru SD sebagai guru kelas diharapkan bisa
menerapkan pembelajaran kontekstual ini tidak dalam pembelajaran IPA
saja, tetapi pada mata pelajaran yang lainnya. Hal demikian memungkinkan
karena guru SD mempunyai tanggung jawab mengajar berbagai mata
82
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang
sisarankan/direkomendasikan untuk digunakan, maka dengan demikian
diharapkan pada guru-guru SD supaya mempelajari tentang pembelajaran
kontekstual atau CTL.
2. Bagi Siswa
Hendaknya siswa lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran,
tifak pasif menunggu informasi dari guru akan tetapi berusaha memperoleh
pengalaman belajar bisa dari teman atau sumber-sumber belajar lainnya.
Selain itu hendaknya lebih meningkatkan kerjasama dan komunikasi yang
baik dalam kelompok untuk dapat bertukar pendapat tentang pengalaman
belajar yang telah diperoleh.
3. Bagi Kepala Sekolah
Hendaknya mengembangkan penggunaan pendekatan kontestual dengan
mengikut sertakan guru-guru untuk mengikuti penataran atau pelatihan yang
Karsiah Trijayanti , 2013
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z (2006). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya
Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : UPI PRESS
Asep Herry Hermawan, (2007) dkk Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI Press Bandung
Bidang Dikbud Kbri. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2006 Pasal 17 Ayat 2 Tentang Sistem Pendidikan Indonesia.
Bandung : Citra Umbara
Departemen Agama. (2004), Draft Kurikulum Standard Kompetensi Mata
Pelajaran Umum, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Departemen Pendidikan Nasional. (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Mata Pelajaran IPA SD dan MI Kelas IV, Jakarta : Media
Makmur Maju Mandiri
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning). Jakarta : Depdiknas
Depdikbud, (2006) Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran IPA. Jakarta
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Dasar
Didi Sukiyadi, dan dkk, (2006). Kurikulum dan Pembelajaran, UPI Press, Bandung
Haryanto, (2004). Sains Sekolah Dasar Kelas IV, Jakarta : Erlangga
Hermawan, R, Mujono, Suherman, A. (2007). Metode Penelitian Pendidikan
Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS
I Nyoman Sudana Degeng. (1993). Buku Pegangan Teknologi Pendidikan Pusat
Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Intruksional Universitas Terbuka. Jakarta : Depdikbud RI, Dirjen, Dikti
Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang : UM PRESS
Suharsimi Arikunto, (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Aditya Media, Yogyakarta
Sukmadinata, N. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sutardi, D dan Sudirjo, E. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung : UPI PRESS
Tim Science Education Quality Improvement Project. (2002). Buku IPA Guru Kelas 6. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Tim Penyusun Upi, (2010) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Tim Dosen MKDK. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Udin, S. Dan Sutarsih, C. (2007). Pengembangan Profesi Guru SD. Bandung : UPI PRESS
Wina, Sanjaya, (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Kompetensi, Jakarta : Kencana
Karsiah Trijayanti , 2013
Komara, E (2009). Peran Pembelajaran CTL Dalam Mengimplementasikan
Pembelajaran Interaktif. [Online]. Tersedia :
http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/01/peran-pembelajaran-ctl-dalam.html [25 Maret 2011]
Munawar, I. (2009). Pengertian Dan Defenisi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia : http:/indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-defenisi.html [12 April 2011]
PakGuruOnline. (2009). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning), [Online]. Tersedia :