• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI KELAS IV SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI KELAS IV SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI

KELAS IV DI SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Jatireja 03 Kelas IV Semester II Tahun Pelajaran 2012-2013 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Karsiah Trijayanti

0905340

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

================================================================== PENDEKATAN KONTEKSTUAL

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI

KELAS IV DI SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Jatireja 03 Kelas IV Semester II Tahun Pelajaran 2012-2013 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi)

Oleh : Karsiah Trijayanti

0905340

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Karsiah Trijayanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI KELAS IV

SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Oleh

KARSIAH TRIJAYANTI 0905340

ABSTRAK

Penelitian ini salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi energi bunyi, proses pembelajaran di kelas ini siswa tidak fokus terhadap pembelajaran. Penelitian menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi yang nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa SD dalam pembelajaran IPA dengan menerapakan pendekatan kontekstual. Maka penelitian ini difokuskan pada situasi kelas, yang dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahapan PTK terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan

(observation), dan refleksi (reflection). Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dan

(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

D. Definisi Operasional ... 6

E. Hipotesis Tindakan ... 7

BAB II PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI A. Pendekatan Kontekstual ... 8

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 8

2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ... 9

3. Tujuh Komponen pendekatan Kontekstual ... 10

(7)

5. Implementasi Pendekatan Kontekstual

di Sekolah Dasar ... 14

B. Hakikat Hasil Belajar ... 16

1. Konsep Belajar ... 16

2. Proses Pembelajaran ... 17

3. Hasil Belajar ... 17

4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19

C. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA di SD ... 19

D. Konsep Energi Bunyi ... 26

1. Pengertian Energi Bunyi ... 26

2. Sumber Bunyi yang Terdapat di Lingkungan Kita ... 27

3. Bunyi di Hasilkan dari Benda yang Bergetar ... 27

4. Perambatan Bunyi ... 28

5. Bunyi dapat Dipantulkan dan Diserap ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 31

1. Pengertian PTK ... 31

2. Karakteristik PTK ... 32

3. Prinsip-prinsip PTK ... 33

4. Tujuan PTK ... 34

5. Manfaat PTK ... 34

6. Keterbatasan PTK ... 35

B. Model Penelitian ... 35

C. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 37

D. Prosedur Penelitian ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

(8)

H. Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1.Siklus I ... 49

a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran ... 49

b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran ... 50

c. Observasi Tindakan Pembelajaran ... 53

d. Analisis Observasi Siklus I ... 59

e. Refleksi Tindakan Pembelajaran ... 60

2.Siklus II ... 63

a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran ... 63

b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran ... 63

c. Observasi Tindakan Pembelajaran ... 68

d. Refleksi Tindakan Pembelajaran... 73

B. Pembahasan ... 74

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 80

B. Rekomendasi ... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran

Konvensional ... 25

3.1 Keadaan Siswa SDN Jatireja 05 Kecamatan Cikarang Timur

Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 37

3.2 Persentase Hasil Belajar Siswa ... 48

4.1 Data Nilai Post Tes pada Siklus I ... 56

4.2 Daftar Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan

pada Siklus I ... 58

4.3 Data Nilai Post Tes pada Siklus II ... 70

4.4 Daftar Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan

pada Siklus II ... 71

4.5 Daftar Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan

pada Siklus I dan Siklus II ... 76

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Gendang, Gitar, dan Suling ... 27

2.2 Bunyi Dihasilkan Oleh Benda yang Bergetar ... 28

2.3 Bunyi Merambat Melalui Benda Padat ... 28

2.4 Bunyi Merambat Melalui Benda Cair ... 29

2.5 Bunyi Merambat Melalui Udara ... 29

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa ... 57

4.2 Rata-rata Kelas Hasil Tes Evaluasi Siklus I

dan Siklus II ... 72

4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

dan Siklus II ... 72

4.4 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

pembangunan Bangsa dan Negara. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan

jenjang pendidikan termasuk SD merupakan titik berat pembangunan pendidikan

pada saat ini dan pada saat yang akan datang. Berbagai usaha pembaharuan

kurikulum perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan

kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah

peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk

mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah menciptakan suasana belajar yang

baik dan menyenangkan selama proses belajar mengajar berlangsung. Maka dari

itu, seharusnya guru mencari dan menggali informasi tentang kondisi mana yang

dapat meningkatkan pembelajaran di sekolah dasar. Dalam Undang-Undang RI

No. 20 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidian Nasional dikatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual ke agamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara.

Salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai adalah mata pelajaran

IPA. Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, dan menerapkannya di dalam

(13)

2

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdikbud,

2006).

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang

Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai saat ini masih jauh

dengan apa yang kita harapkan. Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah

rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di bawah nilai KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal).

Di kelas IV SD Negeri Jatireja 03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten

Bekasi yang merupakan tempat penelitian, sebelum diterapkannya pendekatan

kontekstual, guru masih memakai strategi lama yaitu strategi pembelajaran

konvensional (guru menjelaskan, memberi soal latihan, siswa mengerjakan soal

latihan) menunjukan siswa kurang antusias dan dalam mengerjakan soal evaluasi

kurang memuaskan.

Sebelum melakukan penelitian, hasil pengamatan menunjukan bahwa nilai

rata-rata hasil belajar siswa di kelas IV di SD Negeri Jatireja 03 masih belum

mencapai ketuntasan minimal belajar yaitu 70. Dari 20 siswa hampir 50% siswa

yang belum mencapai ketuntasan minimal belajar. Hal ini, dikarenakan kegiatan

pembelajaran IPA di kelas IV SDN Jatireja 03, masih menerapkan pembelajaran

yang bertujuan mengejar target kurikulum dengan mengandalkan buku sumber

IPA kelas IV sebagai pegangan utamanya. Selain itu, pembelajaran IPA di SD

sekarang ini adalah pembelajaran IPA yang terbatas pada produk, fakta, konsep,

dan teori saja, sehingga siswa menganggap IPA adalah pelajaran yang harus di

hafal. Dalam kenyataan dilapangan yaitu saat proses pembelajaran berlangsung di

dalam kelas lebih di domonasi oleh kegiatan guru dengan menggunakan metode

ceramah dan pemberian tugas pada siswa, sedangkan kegiatan siswa lebih banyak

diam, menyimak penjelasan dari guru, mencatat hal-hal penting dan mengerjakan

tugas yang diberikan guru. Selain aspek kognitif, seharusnya dalam pembelajaran

IPA dikembangkan juga keterampilan berpikir siswa dan aktualisasi konsep yang

(14)

3

banyak konsep yang abstrak dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN Jatireja 03,

padahal IPA sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu dilakukan upaya tertentu yang

dapat melibatkan siswa secara aktif, sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu memperbaiki cara pembelajaran, dari

tadinya pembelajaran hanya berpusat pada guru (theacher centered) jadi lebih

kearah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Banyak

pendekatan pembelajaran yang ditawarkan oleh para ahli dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep. Salah satu

pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah pendekatan kontekstual adalah

suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan

siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehinga mendorong siswa untuk

dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini dikarenakan,

materi-materi IPA membahas tentang hubungan manusia dengan alam dan segala

keanekaragamannya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga,

pendekatan kontekstual ini dirasa dapat membantu proses pembelajaran menjadi

lebih efektif karena pendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.

Dalam kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai

tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja

sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelasnya (siswa).

Dengan menggunakan pendekatan kontekstual di harapkan siswa memiliki

pengalaman baru dalam belajar, siswa bukan hanya sekedar mendengarkan dan

mencatat, tetapi siswa dapat belajar secara langsung melalui proses

(15)

4

siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitifnya

saja, tetapi juga sapek afektif dan psikomotorik.

Oleh karena itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas ini penulis akan

mencoba menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA materi

energi bunyi di kelas IV SDN Jatireja 03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten

Bekasi, untuk melihat sejauh mana pendekatan tersebut dapat digunakan. Untuk itu, penulis akan melakukan penelitian berjudul “Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Energi Bunyi Kelas IV

Di SDN Jatireja 03 Cikarang Timur Kabupaten Bekasi” semakin meningkat dan

dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, secara khusus

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA dalam pembelajaran energi

bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan pendekatan kontekstual?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas IV Sekolah Dasar

dalam pembelajaran energi bunyi dengan menggunakan pendekatan

kontekstual ?

3. Bagaimana hasil belajar pembelajaran energi bunyi di kelas IV Sekolah

Dasar dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Hasil penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mendeskripsi hal-hal yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran energi bunyi di keals IV

(16)

5

b. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA dalam

pembelajaran energi bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan

menggunakan pendekatan kontekstual.

2) Memperoleh gambaran pelaksanaan siswa kelas IV Sekolah

Dasar dalam mempelajari energi bunyi dengan menggunakan

pendekatan kontekstual.

3) Memperoleh hasil belajar yang optimal dari pembelajaran energi

bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan

pendekatan kontekstual.

2. Manfaat hasil penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkaitan dengan pendidikan.

a. Manfaat bagi guru sebagai berikut:

1. Dapat menambah wawasan dan pemahaman dalam pembelajaran

energi bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Dapat menambah pengalaman dalam pembelajaran konsep energi

bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

3. Dapat meningkatkan potensi dalam mengelola proses pembelajaran

di kelas.

b. Manfaat bagi siswa sebagai berikut:

1. Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam memahami konsep energi

bunyi.

2. Dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam mengembangkan

pengetahuanya.

3. Dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Bagi lembaga pendidikan sebagai berikut:

1. Dapat menciptakan sumber daya manusia (guru) yang professional.

(17)

6

D. Definisi Operasionl

Dalam tulisan ini terdapat beberapa defenisi yang perlu diperjelas, untuk

memudahkan dipahaminya maksud dari tulisan ini. Oleh karena itu, penulis

memberikan batasan terhadap defenisi-defenisi yang perlu diperjelas, yaitu:

1. Pendekatan Kontekstul atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan anatara

materi pelajaran yanag akan diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dalam penelitian ini pendekatan kontekstual bertujuan mengatasi masalah

pembelajaran yang ada di kelas IV SD Negeri Jatireja 03, seperti

pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga diperoleh hasil

belajar yang maksimal.

2. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud

adalah hasil belajar dari aktivitas dan pemahaman siswa serta nilai prestasi

siswa dalam pembelajaran IPA dalam pembelajaran energi bunyi di kelas

IV dengan menerapkan pendekatan kontekstual.

3. Pengertian Energi Bunyi adalah segala sesuatu atau usaha yang dapat

mengeluarkan bunyi. Bunyi merupakan sesuatu yang selalu kita dengar.

Definisi Bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang

merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat

perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran.

Kita dapat mendengar bunyi karena ada getaran pada suatu benda. Baik itu

benda padat, cair, maupun gas. Banyak macam bunyi yang kita dengar.

Ada bunyi kuat atau bunyi lemah. Bunyi yang tinggi atau bunyi yang

(18)

7

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan analisis teoritik dapat dirumuskan hipotesis yaitu sebagai

berikut: “jika pembelajaran energi bunyi menggunakan pendekatan kontekstual,

(19)

31

Karsiah Trijayanti , 2013

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Pengertian PTK

Penelitian ini merupakan upaya dalam inovasi pembelajaran untuk

meningkatkan kinerja guru dan memperbaiki mutu pendidikan.Oleh karena itu,

metode yang dianggap tepat dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research).Susilo (2007:16) menyatakan bahwa

“PTK adalah Penelitian Tindakan Kelas atau sering disebut dengan Classroom

Action Research yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di

sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatan dalam proses pembelajaran”.

Terdapat beberapa pengertian para ahli tentang penelitian tindakan kelas.

Seperti dalam Wiratmadja (2007:11) diungkapkan beberapa pengertian PTK,

yaitu sebagai berikut :

a. Hopkins (1993) : PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan

prosedur penelitian dengan tindakan subtansif, suatu tindakan yang

dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seorang untuk

memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam suatu proses

perbaikan dan perubahan.

b. Ropoport (1970) : PTK untuk membantu seseorang dalam mengatasi

secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan

membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam

kerangka yang disepakati bersama.

c. Kemmis : (1983) : Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk

inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi

sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas

(20)

32

1) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka

2) Pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek

pendidikan ini

3) Situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini

d. Ebbutt (1985) : PTK adalah kajian sistematik dari perbaikan

pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan

melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan

refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

e. Elliott (1991) : PTK sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan

kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas sosial tersebut.

Secara ringkas PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya

melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasils

belajar siswa meningkat (Wardani, 2007:1,4)

2. Karakteristik PTK

PTK memiliki beberapa karakteristik yang khas dan tidak dimiliki oleh

penelitian lainnya. Diantara karakteristik-karakteristik tersebut menurut Arikunto

dalam Fazri (2010:29) adalah :

a. Problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi guru di kelas.

PTK akan dapat dilaksanakan jika guru menyadari adanya masalah yang

terkait dengan proses pembelajaran yang dihadapi di kelas.

b. Adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran

yang bermasalah di kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian bisa

disebut hanya sekedar ingin tahu tanpa ingin memecahkan masalah

tersebut.

c. Adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif.

PTK harus membawa perubahan ke arah yang positif. Apabila dengan

dilakukannya PTK justru membawa penurunan, kelemahan, atau

perubahan negatif berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK.

Saya berpendapat bahwa PTK menjadi cara yang paling tepat dan efektif

(21)

33

Karsiah Trijayanti , 2013

kekurangan apa saja selama mengajar dan dapat melakukan perbaikan dengan

PTK, selain itu dalam pelaksanaan PTK guru tidak meninggalkan tugasnya

mengajar masih bisa melaksanakan proses pembelajaran di kelas seperti biasa.

3. Prinsip-prinsip PTK

Beberapa catatan penting yang dinyatakan sebagai prinsip dasar PTK dan

merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti, dari tulisan Kasihani dan

Suyanto (dalam Sukajati, 2008:11-12) ialah :

a. PTK tidak boleh mengganggu tugas utama dari guru yaitu mengajar.

b. Pada saat kegiatan pengumpulan data dalam PTK, tidak disarankan

menggunakan waktu yang terlalu lama.

c. Metodologi yang digunakan dalam PTK harus tepat dan terpercaya.

d. Masalah yang diangkat dalam PTK harus merupakan masalah yang

memang ada, faktual, menarik, dan layak untuk diteliti.

e. PTK berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan jalan melakukan

perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam tindakan-tindakan.

f. PTK merupakan proses sistematik yang memerlukan kemampuan dan

keterampilan intelektual.

g. PTK menuntut guru untuk membuat catatan-catatan pribadi tentang semua

kemajuan atau perubahan siswa, permasalahan-permasalahan yang

dialami, dan refleksi tentang proses belajar siswa, serta proses pelaksanaan

tindakan-tindakan dalam penelitian.

h. Dalam PTK guru dapat melihat dan menilai diri sendiri terhadap apa yang

telah dilakukan di kelasnya.

Dari prinsip-prinsip PTK di atas sebelum melakukan PTK peneliti harus

benar-benar memahami apa saja yang harus dilakukan dalam PTK agar dapat

menerapkannya dalam proses penelitian sehingga penelitian berjalan lancer dan

(22)

34

4. Tujuan PTK

Tujuan utama PTK menurut Susilo (2007:17-18) yaitu:

a. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta

didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktek dalam proses

pembelajaran secara reflektif dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.

d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual

yang dihadapi sehari-hari.

e. Terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian

berlangsung.

Dari pemaparan di atas tujuan yang diharapkan dalam PTK adalah untuk

meningkatkan proses pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas

pendidikan serta mendidik guru menjadi lebih professional dalam melaksanakan

tugas dan membiasakan guru untuk menjadi penulis.

5. Manfaat PTK

Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi

guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah.

1. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi guru

Bagi guru, PTK mempunyai beberapa mafaat sebagai berikut :

a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena

memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran

b. Membantu guru berkembang secara profesional karena dapat

menunjukan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran

yang dikelolanya. Dengan kata lain, guru mampu menunjukan

otonominya sebagai pekerja profesional

c. Meningkatkan rasa percaya diri guru

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

(23)

35

Karsiah Trijayanti , 2013

2. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi pembelajaran/siswa

Bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan

hasil/proses belajar siswa, disamping guru yang melaksanakan PTK dapat

menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil

belajarnya.

3. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi sekolah

Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya

peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan disekolah tersebut.

6. Keterbatasan PTK

Disamping menpunyai manfaat, PTK sebagai salah satu metode penelitian

mempunyai beberapa keterbatasan :

1. Validitasnya masih sering disangsikan

2. Validitas atau keabsahan PTK penelitian ilmiah seringkali

dipertanyakan. Metodologi yang agak longgar yang lebih bersifat

informal meskipun dijaga keobjektifannya masih menimbulkan

keranguan

3. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa hasil penelitian PTK berlaku

dan ampuh dilakukan di kelas atau di sekolah yang lain. Meskipun

demikian hasil penelitian tersebut tentu dapat diujicobakan oleh guru

lain dengan mempertimbangkan berbagai modifikasi sesuai dengan

kondisi kelasnya.

B. Model PTK yang dikembangkan

Menurut model Kemmis dan Mc Taggart dalam Iskandar (2006:5) telah

mengembangkan suatu model sederhana hakikat siklus proses PTK yaitu setiap

siklus mempunyai empat tahap: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Prosedur PTK terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dengan perubahan

yang ingin dicapai. Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa dapat

(24)

36

untuk mengetahui tindakan apa yang harus diberikan secara tepat dalam rangka

mengoptimalkan hasil belajar siswa.

PTK merupakan suatu rangkaian lengkap ( a spiral of stefs) yang terdiri

dari empat komponen yang terdiri dari:

1. Perencanaan (planning) yaitu rencana tindakan apa yang akan

dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah prilaku dan

sikap sebagai solusi.

2. Tindakan (acting) yaitu apa yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai

upaya perbaikan.

3. Observasi (observing) yaitu mengamati atas hasil dari tindakan yang telah

dilaksanakan terhadap siswa..

4. Refleksi (reflecting) yaitu peneliti melihat dan mempertimbangkan atas

hasil dari tindakan.

Sesuai dengan model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc

Taggart sebagai berikut :

Gambar 3.1 PERENCANAAN

PERENCANAAN

PELAKSANAAN SIKLUS I

REFLEKSI I

OBSERVASI

PELAKSANAAN REFLEKSI II SIKLUS II

OBSERVASI

(25)

37

Karsiah Trijayanti , 2013

Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc.Taggart (Kasbolah,

1998:70)

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa bila hasil refleksi

menunjukkan perlunya perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka rencana

tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya

tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian

seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal. Untuk

pelaksanaan dilapangan, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan

yang perlu diselesaikan. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus

dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun

disarankan sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.

C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah duapuluh orang

dengan rincian tujuh orang laki-laki dan tiga belas orang perempuan. Tabel

dibawah ini menggambarkan keadaan jumlah siswa SDN Jatireja 03

Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi tahun ajaran 2012/2013.

Tabel 3.1

Keadaan Siswa SDN Jatireja 05 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi

Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. I 18 19 37

2. II 10 15 25

3. III 6 10 16

4. IV*) 7*) 13*) 20*)

5. V 10 17 27

6. VI 17 13 30

Jumlah 68 91 155

(26)

38

2. Lokasi Penelitian

Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di SDN Jatireja

03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi. Peneliti mengambil lokasi ini

dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan

dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat

sesuai dengan profesi penulis dan SDN Jatireja 03 merupakan salah satu Sekolah

Dasar Negeri yang diharapkan memiliki kemampuan yang sama dengan sekolah

negeri yang lain dalam upaya meningkatan hasil belajar siswa.

D. Prosedur Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan

tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan Penelitian, meliputi :

a. Permintaan izin dari Kepala SDN Jatireja 03 Kecamatan Cikarang

Timur Kabupaten Bekasi

b. Observasi untuk memperoleh gambaran keadaan proses belajar

mengajar, mengenai kemampuan siswa, cara guru mengajar,

aktivitas siswa dan hasil yang diperoleh

c. Identifikasi masalah, dengan cara menelaah terlebih dahulu KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), khususnya mata pelajaran

IPA mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar,

indikator, dan materi pokok

d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

e. Merumuskan metode dan pendekatan yang akan digunakan dalam

pembelajaran

f. Menyiapkan alat peraga yang akan dipakai saat pembelajaran

g. Menyusun dan menyiapkan alat evaluasi. Yaitu berupa lembar

(27)

39

Karsiah Trijayanti , 2013

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan proses penelitian disesuaikan dengan rencana yang telah

dibuat sebelumnya. Pelaksanaan penelitian terdiri dari proses

pembelajaran, evaluasi, dan refleksi pada setiap siklus.

3. Tahap Observasi (Pengamatan)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua

hal yang digunakan dan terjadi selama proses tidakan berlangsung. Pada

tahap observasi ini, tindakan yang dilakukan peneliti adalah

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan melalui instrumen-instrumen

pengumpul data yang direncanakan dan siapkan berupa lembar

observasi, dalam lembar observasi berisi tahapan kegiatan pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dan

juga pada lembar observasi siswa berisi tentang aktivitas siswa selama

kegiatan pembelajaran, alat evaluasi berupa soal-soal dan

pendokumentasiannya. Dari hasil observasi ini, nantinya akan terlihat

apakah tindakan penelitian sudah menunjukan hasil yang diharapkan

atau belum dan dari hasil observasi ini pula akan terlihat sejauh mana

pelaksanaan pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan dengan baik

oleh guru maupun siswa sehingga dapat dijadikan rujukan untuk

melangkah pada tahap tindakan selanjutnya.

4. Tahap Refleksi

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, maka peneliti melakukan

refleksi. Tahap analisis dan refleksi dalam penelitian tindakan kelas yang

dilakukan peneliti merupakan bagian penting karena dengan melalui

refleksi ini peneliti dapat memahami dan memperoleh gambaran yang

jelas tentang proses dan hasil yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan

yang telah dilakukan pada pokok bahasan energi bunyi melalui

penerapan pendekatan kontekstual. Hasil dari kegiatan refleksi

(28)

40

terdiri dari dua siklus. Adapun penjabaran rencana setiap siklusnya

adalah sebagai berikutnya :

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan Tindakan

 Membuat RPP, lembar observasi, dan evaluasi

 Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk

percobaan mengenai bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Pendahuluan

 Berdo’a

 Guru mengecek kehadiran siswa

 Apersepsi, guru mengingatkan kembali pada siswa tentang

pelajaran yang lalu

 Menyampaikan tujuan pembelajaran yakni dari apersepsi tadi

siswa diharapkan dapat menyimpulkan energi bunyi yang

terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

 Sebelumnya guru mempersiapkan gambar-gambar, seperti

gambar Gendang, Suling, Gitar, Biola yang akan di tempel di

papan tulis

b. Kegiatan Inti

1. Bertanya (Questioning)

 Guru menunjukan beberapa gambar tentang energi

bunyi (sumber bunyi)

 Guru memberikan pertanyaan mengenai energi bunyi

(sumber bunyi)

a. Apakah kalian pernah mendengar suara lonceng?

b. Apa yang menyebabkan timbulnya bunyi pada

lonceng?

(29)

41

Karsiah Trijayanti , 2013

 Guru memberikan siswa kesempatan untuk

mengemukakan pengetahuannya tentang

sumber-sumber energi bunyi yang terdapat dalam kehidupan

sehari-hari

 Guru meminta beberapa siswa untuk menulis di depan

mengenai sumber-sumber energi bunyi berdasarkan

pengetahuannya sendiri

3. Pemodelan (Modelling)

 Guru memperagakan bagaimana melakukan percobaan

kegiatan 1

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

 Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa

 Tiap kelompok melakukan percobaan kegiatan 1 untuk

melakukan pembuktian terhadap energi bunyi

dihasilkan oleh benda yang bergetar

 pemberian LKS selama pembelajaran berlangsung

 Siswa bekerjasama dan saling membantu dengan

kelompok masing-masing

5. Menemukan (Inquiri)

 Siswa bersama kelompoknya mengamati proses energi

bunyi yang dihasilkan oleh benda yang bergetar

 Siswa menemukan sendiri bagaimana terjadinya energi

bunyi yang dihasilkan oleh benda yang bergetar

 Perwakilan dari tiap kelompok untuk

mempersentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain

menanggapinya

 Guru menanyakan kembali pada siswa apa yang

didapat setelah melakukan pembelajaran hari ini

(30)

42

1. Refleksi (Reflection)

 Guru bersama siswa menyimpulkan materi

pembelajaran

 Siswa dapat menjelaskan tentang energi bunyi

 Siwa dapat menyebutkan sumber-sumber energi bunyi

 Siswa dapat menunjukan bahwa proses bunyi

dihasilkan oleh benda yang bergetar

 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang

materi atau kegiatan yang telah dipelajari

 Guru memberi penjelasan dan meluruskan pendapat

siswa yang masih belum tepat

2. Penilaian Nyata (Authentic Asessment)

 Guru memberikan soal latihan sebagai bahan evaluasi  Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari

selanjutnya

 Guru mengakhiri pelajaran dengan salam

b. Siklus II

1) Tahap Perencanaan Tindakan

 Membuat RPP, lembar observasi, dan evaluasi berdasarkan hasil

refleksi pada siklus I

 Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk

percobaan mengenai sifat-sifat energi bunyi yaitu perambatan

bunyi melalui benda padat, cair, dan udara.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Pendahuluan

 Berdo’a

 Guru mengecek kehadiran siswa

 Apersepsi, guru mengingatkan kembali pada siswa tentang

(31)

43

Karsiah Trijayanti , 2013

 Menyampaikan tujuan pembelajaran yakni dari apersepsi tadi

siswa diharapkan dapat menyimpulkan energi bunyi yang

terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

[image:31.595.116.516.120.625.2]

 Sebelumnya guru mempersiapkan gambar-gambar, seperti

gambar perambatan bunyi pada benda padat, cair dan udara

b. Kegiatan Inti

1. Bertanya (Questioning)

 Guru menunjukan beberapa gambar tentang energi

bunyi beserta sifat-sifatnya

 Guru memberikan pertanyaan mengenai energi bunyi

beserta sifat-sifatnya

 Apakah kalian pernah mendengar suara lonceng

atau bel?

2. Kontruktivisme

 Guru memberikan siswa kesempatan untuk

mengemukakan pengetahuannya tentang energi bunyi

beserta sifat-sifatnya.

 Guru meminta beberapa siswa untuk menunjukan

gambar yang ditempel di papan tulis mengenai energi

bunyi beserta sifat-sifatnya

3. Pemodelan (Modelling)

 Guru memperagakan bagaimana melakukan percobaan

kegiatan tentang perambatan energi bunyi melalui

benda padat, cair, dan udara

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

 Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa

 Tiap kelompok melakukan tiga percobaan untuk

melakukan pembuktian terhadap sumber bunyi dan

(32)

44

 Pemberian LKS selama pembelajaran berlangsung

 Siswa bekerjasama dan saling membantu dengan

kelompok masing-masing

5. Menemukan (Inquiri)

 Siswa bersama kelompoknya mengamati proses

perambatan bunyi melalui benda padat, cair dan udara

 Siswa menemukan sendiri bagaimana terjadinya

perambatan bunyi melalui benda padat, cair, dan udara

 Tiap kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya di

depan dan kelompok lain menanggapinya

 Guru menanyakan kembali pada siswa apa yang

didapat setelah melakukan pembelajaran hari ini

c. Kegiatan Penutup

1. Refleksi (Reflection)

 Guru bersama siswa menyimpulkan materi

pembelajaran

 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi atau kegiatan yang telah dipelajari

 Guru memberi penjelasan dan meluruskan pendapat

siswa yang masih belum tepat

2. Penilaian Nyata (Authentic Asessment)

 Guru memberikan soal latihan sebagai bahan evaluasi  Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari

selanjutnya

 Guru mengakhiri pelajaran dengan salam

E. Instrumen Penelitian

Dalam PTK memerlukan data yang otentik dan sistematis. Untuk

mengumpulkan data tersebut peneliti menggunakan instrument penelitian yang

(33)

45

Karsiah Trijayanti , 2013

Instrumen yang digunakan sebagai berikut:

1. Alat Evaluasi

Alat evaluasi yang dipergunakan pada tindakan I dan tindakan II dalam

setiap siklusnya, berupa soal yang dipergunakan untuk mengumpulkan sejumlah

data mengenai hasil belajar siswa secara individu, sekaligus untuk memperoleh

gambaran mengenai daya serap dan tingkat keberhasilan terhadap materi

pembelajaran yang telah diberikan, sehingga dapat mengukur tingkat keberhasilan

guru dalam mengajar.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan panduan observer dalam mengadakan

pengamatan terhadap jalannya kegiatan penelitian, meliputi kegiatan dan tingkah

laku guru dan siswa selama proses pembelajaran, efektivitas waktu yang

digunakan, serta keefektivan penggunaan media dalam pembelajaran.

Menurut Sukmadinata, N.S (2006 : 220) lembar observasi adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Observasi dalam penelitian ini berfungsi mendokumentasikan pengaruh

tindakan terkait ketindakan selanjutnya sebagai dasar refleksi yang akan dilakukan

pada tindakan atau siklus berikutnya.

Macam-macam lembar observasi yaitu sebagai berikut :

1) Observasi terbuka adalah apabila pengamat melakukan

pengamatannya untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi di

kelas

2) Observasi terfokus adalah apabila peneliti ingin memfokuskan

permasalahan kepada upaya-upaya guru dalam membangkitkan

semangat belajar siswa (memfokuskan kepada meningkatkan

kualitas bertanya)

3) Observasi terstruktur, dan

(34)

46

Dalam penelitian ini digunakan lembar terbuka yang terdiri dari

dua bentuk lembar observasi, yaitu (1) untuk mengungkapkan

aktivitas guru, dan (2) untuk mengungkapkan aktivitas siswa dan

sikap kepedulian siswa pada kegiatan pembelajaran.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan salah satu alat pengumpul data yang

dipergunakan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam

melalui lembar observasi. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan

yang dianggap penting oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Catatan lapangan bermanfaat untuk merekam hal-hal atau kejadian-kejadian

penting yang tidak terekam pada lembar observasi selama pelaksanaan tindakan

atau bahan-bahan lain yang dapat dipakai sebagai bahan untuk analisis dan

refleksi.

4. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa (LKS) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

berupa panduan yang disajikan melalui permasalahan yang mengarahkan siswa

untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. LKS diberikan kepada

setiap kelompok pada setian tindakan. Penggunaan LKS juga bermanfaat untuk

melihat hasil kerja siswa dalam setiap kegiatan tindakan penelitian.

5. Kamera Foto

Kamera foto dipergunakan sebagai alat penunjang yang dapat melengkapi

untuk memperjelas data penelitian. Pengambilan foto dilakukan pada setiap

tindakan yaitu pada saat proses pembelajaran. Foto-foto tersebut dilampirkan

sebagai salah satu penunjang, sehingga dapat memberikan gambaran peneliti

(35)

47

Karsiah Trijayanti , 2013

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh kebenaran data yang akurat dalam pengumpulan data

diperlukan alat pengumpul data yang tepat dan sesuai dengan permasalahan dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa tes dan non tes.

1. Tes

Tes yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar atau setelah selseai

satu pokok bahasan dan diberikan secara tulisan berbentuk tes formatif

yang berguna untuk mengukur hasil kemampuan siswa sesudah proses

pembelajaran. Instrumen tes dibuat dengan materi yang diajarkan pada

(36)

48

2. Non Tes

Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek

tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberap jenis non

tes sebagai alat evaluasi, diantaranya wawancara, observasi, studi kasus,

dan skala penilaian. Teknik pengambilan data dalam bentuk non

tes/observasi yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang

menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Melalui observasi

peneliti memperoleh catatan tentang aktivitas guru dan siswa pada waktu

proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut sangat penting untuk bahan

refleksi dan rencana tindakan selanjutnya.

G.Teknik Pengolahan Data

a. Data kualitatif

Data yang dianalisis melalui jalur kualitatif yaitu dari hasil lembar observasi

aktivitas guru dan aktifivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Dalam prakteknya di lapangan, peneliti tersebut di teliti oleh

satu orang observer yang kemudian hasil penelitian tersebut akan

direfleksikan bersama dengan observer untuk mengetahui apa saja

kekurangan dalam kegiatan pembelajaran yang harus diperbaiki oleh

peneliti di siklsus selanjutnya. Lembar observasi tersebut akan dijabarkan

secara deskriptif.

b. Data kuantitatif

Untuk data yang dianalisis melalui jalur kuantitatif yaitu melalui hasil

penilaian dari lembar post test siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk

mengatahui sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa.

Untuk mencari nilai rata-rata siswa digunakan rumus sebagai berikut :

(37)

49

Karsiah Trijayanti , 2013

Keterangan :

X = Rata-rata

X = Jumlah seluruh Skor

N = Jumlah siswa

Rumus Ketercapaian KKM

H. Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data dilakukan sepanjang penelitian. Data

kulatitatif dianalisis dari hasil lembar observasi aktifitas guru dan siswa selama

proses kegiatan pembelajaran. Lembar observasi tersebut dinilai secara deskriptif.

Sedangkan untuk data kuantitatif dianalisis melalui hasil penilaian dari lembar

evaluasi, yaitu dari hasil post test yang ditugaskan kepada siswa secara individu.

Sehingga dari hasil penilaian post test ini akan diketahui sejauh mana tingkat

keberhasilan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran melalui pendekatan

CTL, dan apabila hasil dari penilaian post test ini masih belum sesuai dengan

harapan, maka akan dilakukan tindakan di siklus berikutnya untuk mencapai hasil

[image:37.595.111.512.126.672.2]

yang lebih memuaskan.

Tabel 3.2

Persentase Hasil Belajar Siswa

No Nilai Presentase Kategori

1. ≥90 ≥90% Baik Sekali

2. 70-89 70%-89% Baik

3. 50-69 50%-69% Cukup

4. 30-49 30%-49% Kurang

(38)

80

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA di

kelas IV SDN Jatireja 03 Cikarang Timur Bekasi dengan menggunakan

pendekatan kontekstual atau CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang

energi bunyi dapat diambil simpulan senagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran yang dibuat dengan pendekatan kontekstual

tentang energi bunyi memiliki langkah-langkah yang sama dari setiap

siklusnya yaitu mengkondisikan siswa kearah yang lebih kondusif untuk

belajar, menyiapkan alat peraga menggali pengetahuan awal siswa,

membagi kelompok, membimbing siswa berdiskusi, membimbing siswa

menyimpulkan kesimpulan dari materi energi bunyi. Akan tetapi dari siklus

I dan siklus II memiliki perbedaan pada setiap indikatornya yang bertujuan

agar adanya peningkatan pengetahuan dan hasil belajar siswa.

2. Penerapan pendekatan kontekstual atau CTL pada siswa kelas IV SDN

Jatireja 03 dalam pembelajaran IPA khususnya dalam materi energi bunyi,

dapat membuat siswa lebih terarah dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu

juga siswa terlihat antusias ketika ada pembelajaran berkelompok. Siswa

bisa bekerjasama dengan teman kelompoknya dalam kegiatan percobaan.

Siswa menjadi lebih berani dan percaya diri untuk bertanya jika ada yang

tidak mengerti baik kepada temannya maupun kepada guru. Serta menjadi

lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya.

Proses pendekatan kontekstual terdiri atas tahap kontruktivisme,

menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian

nyata (authentic assesment). Pada siklus I pelaksanaan langkah-langkah

pendekatan kontekstual belum berjalan dengan baik, siswa masih banyak

(39)

81

Karsiah Trijayanti , 2013

pendekatan kontekstual ini. Pada siklus II pelaksanaannya sudah

mengalami peningkatan dibanding siklus I, siswa mulai terbiasa

melaksanakan pembelajaran meskipun masih ada saja siswa yang tidak

fokus dengan melakukan aktivitas diluar pembelajaran.

3. Hasil belajar siswa pada materi energi bunyi dengan menggunakan

pendekatan kontekstual atau CTL pada setiap siklusnya mengalami

peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil

belajar yang diperoleh siswa. Pada siklus I dapat dilihat bahwa rata-rata

nilai 66 atau 60% (dari 20 siswa) meningkat pada siklus II menjadi 77 atau

80% (dari 20 siswa) siswa telah berhasil mencapai KKM. Ini menunjukan

bahwa hasil tes evaluasi sudah baik serta terjadi peningkatan yang

signifikan meskipun ada 3 orang siswa yang hasil evaluasinya dibawah

KKM yang berlaku di SDN Jatireja 03. Hal tersebut menunjukan bahwa

penerapan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar

siswa.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tindakan kelas ini, maka

peneliti menyampaikan rekomendasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

belaja siswa dan guru dalam proses pembelajarannya. Adapun rekomendasinya

dalah sebagai berikut :

1. Untuk Guru

Hendaknya guru menjadikan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual atau CTL sebagai salah satu alternatif model

pembelajaran di kelas IV. Guru SD sebagai guru kelas diharapkan bisa

menerapkan pembelajaran kontekstual ini tidak dalam pembelajaran IPA

saja, tetapi pada mata pelajaran yang lainnya. Hal demikian memungkinkan

karena guru SD mempunyai tanggung jawab mengajar berbagai mata

(40)

82

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang

sisarankan/direkomendasikan untuk digunakan, maka dengan demikian

diharapkan pada guru-guru SD supaya mempelajari tentang pembelajaran

kontekstual atau CTL.

2. Bagi Siswa

Hendaknya siswa lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran,

tifak pasif menunggu informasi dari guru akan tetapi berusaha memperoleh

pengalaman belajar bisa dari teman atau sumber-sumber belajar lainnya.

Selain itu hendaknya lebih meningkatkan kerjasama dan komunikasi yang

baik dalam kelompok untuk dapat bertukar pendapat tentang pengalaman

belajar yang telah diperoleh.

3. Bagi Kepala Sekolah

Hendaknya mengembangkan penggunaan pendekatan kontestual dengan

mengikut sertakan guru-guru untuk mengikuti penataran atau pelatihan yang

(41)

Karsiah Trijayanti , 2013

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z (2006). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya

Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : UPI PRESS

Asep Herry Hermawan, (2007) dkk Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI Press Bandung

Bidang Dikbud Kbri. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2006 Pasal 17 Ayat 2 Tentang Sistem Pendidikan Indonesia.

Bandung : Citra Umbara

Departemen Agama. (2004), Draft Kurikulum Standard Kompetensi Mata

Pelajaran Umum, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam

Departemen Pendidikan Nasional. (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) Mata Pelajaran IPA SD dan MI Kelas IV, Jakarta : Media

Makmur Maju Mandiri

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual

Teaching and Learning). Jakarta : Depdiknas

Depdikbud, (2006) Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran IPA. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Dasar

Didi Sukiyadi, dan dkk, (2006). Kurikulum dan Pembelajaran, UPI Press, Bandung

Haryanto, (2004). Sains Sekolah Dasar Kelas IV, Jakarta : Erlangga

Hermawan, R, Mujono, Suherman, A. (2007). Metode Penelitian Pendidikan

Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS

I Nyoman Sudana Degeng. (1993). Buku Pegangan Teknologi Pendidikan Pusat

Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Intruksional Universitas Terbuka. Jakarta : Depdikbud RI, Dirjen, Dikti

Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang : UM PRESS

(42)

Suharsimi Arikunto, (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Aditya Media, Yogyakarta

Sukmadinata, N. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sutardi, D dan Sudirjo, E. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung : UPI PRESS

Tim Science Education Quality Improvement Project. (2002). Buku IPA Guru Kelas 6. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Tim Penyusun Upi, (2010) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Tim Dosen MKDK. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Udin, S. Dan Sutarsih, C. (2007). Pengembangan Profesi Guru SD. Bandung : UPI PRESS

Wina, Sanjaya, (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum

Kompetensi, Jakarta : Kencana

(43)

Karsiah Trijayanti , 2013

Komara, E (2009). Peran Pembelajaran CTL Dalam Mengimplementasikan

Pembelajaran Interaktif. [Online]. Tersedia :

http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/01/peran-pembelajaran-ctl-dalam.html [25 Maret 2011]

Munawar, I. (2009). Pengertian Dan Defenisi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia : http:/indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-defenisi.html [12 April 2011]

PakGuruOnline. (2009). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning), [Online]. Tersedia :

Gambar

Tabel   2.1
Grafik
Karsiah Trijayanti , 2013 Gambar 3.1
Keadaan Siswa SDN Jatireja 05 Kecamatan Cikarang Timur  Tabel 3.1 Kabupaten Bekasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaikan pada siklus I serta bobot materi yang

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaikan pada siklus I serta bobot materi yang

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II ini sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan oleh peneliti. Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pada proses pembelajaran secara terstruktur sesuai dengan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)siklus I yang

Kegiatan inti pada proses pembelajaran siklus I dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: (1) guru mengemukakan masalah kepada siswa yang berkaitan dengan

Rancangan ini disusun berdasarkan program semester I tahun ajaran 2010/2011 sesuai dengan waktu penelitian berlangsung. Sebelum pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu peneliti

tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam.

Pada siklus I, peneliti mempersiapkan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan ketentuan