• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI : Survey Pada Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI : Survey Pada Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI

(Survey pada Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi

Oleh

SOFYAN MULYAWARDANI 0807104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI

(Survey Pada Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat)

Oleh

Sofyan Mulyawardani

0807104

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Sofyan Mulyawardani Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI

(Survey Pada Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat)

Skripsi ini disetujui oleh:

Bandung, Maret 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Yayat Achdiyat, M.Pd. Drs. Ani Pinayani, MM. NIP.19511216 187803 1 001 NIP. 19620612 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung

(4)

ABSTRAK

Sofyan Mulyawardani. (2013). Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kebijakan Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi (Survey Pada Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat). Pembimbing I. Dr.H. Yayat Achdiyat, M.Pd. dan Pembimbing II Drs. Ani Pinayani, MM.

Permasalahan dalam penelitian ini ialah adanya indikasi ketidakberhasilan koperasi wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat. Hal tersebut terlihat dari data jumlah anggota pada setiap koperasi wanita selama dua tahun mengalami penurunan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggota terhadap keberhasilan koperasi, pengaruh kebijakan pemerintah terhadap keberhasilan koperasi serta pengaruh partisipasi anggota dan kebijakan pemerintah terhadap keberhasilan koperasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey eksplanatory, dengan menggunakan teknik probability sampling yaitu simple random sampling dari 50 koperasi wanita anggota PUSKOWAN Jawa Barat. Pengujian validitas menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha, kemudian teknik analisis data menggunakan analisis korelasi dan regresi berganda

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa partisipasi anggota berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan koperasi, kebijakan pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan koperasi. Secara simultan partisipasi anggota dan kebijakan pemerintah berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan koperasi.

(5)

Sofyan Mulyawardani,2013

ABSTRACT

Sofyan Mulyawardani. (2013). The Influence of Member’s Participation and

Government Policy toward the Success of Cooperative (A survey of Koperasi Wanita, member of West Java PUSKOWAN). First Supervisor Dr. H. Yayat Achdiyat, M.Pd. and Second Supervisor Drs. Ani Piyani, MM.

Firstly, the research problem of this research is the existence of unsuccessful indicator of Koperasi Wanita, member of West Java PUSKOWAN. The existence of unsuccessful indicator of Koperasi Wanita can be seen from the decreasing amount within each Koperasi Wanita in the last two year.

Secondly, the research objective is to observe the influence of members’

participation towards the success of cooperative, government policy towards member participation, and government policy towards the success of cooperative.

By using explanatory survey method, the author uses probability sampling technique namely simple random sampling from 50 Koperasi Wanita which is the members of West Java PUSKOWAN. The validity is tested uses the Pearson product moment correlation formula, while the reliability test uses Alpha formula, then the data be analyzed uses correlation analysis and Multiple regression.

The result of this research shows that members’ participation significantly

influences the success of cooperative while the government policy does not affect the success of cooperative. Simultaneously, the member participation and government policy significantly influence the success of cooperative.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka………... 9

(7)

Sofyan Mulyawardani,2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi dikenal sebagai organisasi usaha yang bersama berjuang dalam bidang ekonomi dengan jalan yang tepat untuk membebaskan diri para anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi dalam memperoleh suatu kesejahteraan. Koperasi lahir dengan nilai-nilai dan jati diri yang tidak memfokuskan pada individu dan laba semata namun lebih kepada kebersamaan karena rasa senasib sepenanggungan untuk sama-sama mencapai suatu kesejahteraan yang menjadi ciri self help dari koperasi.

Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 beserta penjelasannya menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dari penjelasan tersebut koperasi merupakan yang paling sesuai dengan apa yang disiratkan dalam pasal tersebut, koperasi mempunyai peran yang sangat strategis sebagai gerakan ekonomi rakyat juga sebagai soko guru perekonomian.

(10)

profesional yang nantinya akan menghasilkan suatu keuntungan untuk anggotanya, selanjutnya koperasi bukan kumpulan modal melainkan kumpulan orang seorang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama yang bekerja berdasarkan prinsip koperasi. Dengan demikian koperasi sebagai badan usaha memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan badan usaha lainnya, namun bukan berarti antara koperasi dengan badan usaha lainnya memiliki kesamaan dalam segala hal.

Kesamaan yang terlihat antara koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu sama-sama bertujuan untuk memperoleh laba, akan tetapi koperasi memiliki ciri yang sangat khas yaitu anggota koperasi memiliki dual identity, sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan atau pengguna jasa. Identitas ganda inilah yang menjadi kekuatan koperasi. Anggota sebagai pemilik diharapkan dapat memberi kontribusi pada koperasi baik berupa modal, pelaksanaan program ataupun pengawasan demi kemajuan suatu koperasi. Peran anggota sebagai pelanggan dapat memanfaatkan berbagai pelayanan usaha koperasi.

(11)

ekonomi rakyat yang mampu memberikan kesejahteraan khususnya bagi anggota dan umumnya masyarakat sesuai dengan tujuan utama sebuah koperasi adalah mensejahterakan anggotanya. Sebagai badan usaha, koperasi harus mengedepankan kepuasan anggota dengan tidak mengesampingkan pencapaian SHU, maupun volume usaha yang pada akhirnya akan digunakan untuk kesejahteraan anggota.

Keberhasilan koperasi menjadi suatu hal yang penting untuk eksistensi koperasi dan menjadi sesuatu yang diharapkan oleh semua anggota serta diharapakan koperasi mampu menjadi soko guru perekonomian. Dalam prakteknya koperasi terbagi menjadi berbagai jenis yaitu bedasarkan bidang usahanya, berdasarkan jenis komoditinya, berdasarkan daerah kerjanya dan berdasarkan jenis anggotanya seperti: Koperasi guru, koperasi mahasiswa, koperasi pondok pesantren, koperasi karyawan, koperasi pedagang pasar, koperasi angkatan darat juga koperasi wanita.

Koperasi wanita pada awalnya didirikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari wanita dan menjadi suatu wadah pemberdayaan wanita, selanjutnya juga sebagai wadah bagi para wanita untuk membangun suatu gerakan ekonomi rakyat yang dapat meningkatan taraf hidupnya. Koperasi wanita menjadi salah satu alternatif bagi para wanita sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

(12)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pengurus Pusat Koperasi Wanita (PUSKOWAN) Jawa Barat diketahui bahwa “Di Jawa Barat sendiri Koperasi Wanita 90% terbentuk dari perkumpulan ibu-ibu yang sering melakukan arisan, yang kemudian berkembang menjadi sebuah koperasi atas dasar kepentingan bersama”.

Berikut data perkembangan volume usaha dan jumlah anggota koperasi wanita anggota PUSKOWAN Jawa Barat :

Tabel 1.1

Data Perkembangan Volume Usaha dan Jumlah Anggota Pada Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat

No. Nama Koperasi

Tahun 2010 Tahun 2011 Perkembangan (%)

Volume Usaha

Sukabumi 2,178,666,000 1202 1,918,179,212 2411 -11.96% 100.58%

3 Rukun Ibu Cirebon 279,490,000 142 362,891,000 141 29.84% -0.70%

4 Perekonomian Wanita

PERWA Bandung 73,875,000 41 78,750,000 39 6.60% -4.88%

8 Permata Kuningan 6,999,528,733 3522 18,176,900,000 3356 159.69% -4.71%

9 Wanita Sejahtera Bekasi 1,389,725,459 366 2,077,624,298 387 49.50% 5.74%

10 Kop Wan Dewi Sartika,

Kab.Bandung 177,196,000 235 150,815,500 214 -14.89% -8.94% Sumber: PUSKOWAN JABAR

(13)

usaha yang fluktuatif serta perkembangan jumlah anggota yang umumnya cenderung mengalami penurunan.

Jumlah penurunan yang dialami oleh Koperasi wanita anggota PUSKOWAN Jawa Barat menjadi indikasi adanya ketidakberhasilan koperasi. Keberhasilan koperasi merupakan sesuatu yang menjadi cita-cita yang diinginkan oleh anggota koperasi, menurut Alfred Hanel Keberhasilan Koperasi dapat terlihat dari tiga komponen yaitu sebagai berikut :

1. Business Succes

Yaitu keberhasilan dari suatu koperasi yang dapat dilihat dari usaha koperasi itu sendiri seperti sejauh mana Koperasi dikelola secara efisien dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sebagai suatu lembaga (ekonomi usaha) yang mandiri.

2. Member Succes

Efisiensi yang berorientasi pada anggota, yaitu pelayanan yang bersifat menunjang anggota, yaitu pelayanan yang bersifat menunjang dari perusahaan Koperasi, dalam hal ini kepentingan dan tujuan para anggota.

3. Development Succes

Berkaitan dengan dampak secara langsung atau tidak langsung yang ditimbulkan oleh usaha Koperasi sehingga kontribusi Koperasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan pemerintah.

Menurut Ropke (2003:70) keberhasilan sebuah Koperasi dipengaruhi oleh: 1. Faktor internal yang terdiri dari :

a. Pengelola (Pengurus dan manajer) b. Pelayanan

c. Partisipasi anggota d. Permodalan

2. Faktor eksternal yang terdiri dari : a. Iklim usaha (persaingan)

b. Kebijakan pemerintah dan perkembngan teknologi.

(14)

ketidaknyamanan anggota pada koperasi tersebut, hal ini berkaitan dengan yang diutarakan oleh Alfred Hanel bahwa salah satu indikator keberhasilan koperasi adalah member success yaitu keberhasilan koperasi dapat terjadi dengan pemeberdayaan anggota terhadap koperasi dengan partisipasinya terhadap koperasi. Keberhasilan koperasi menurut Ropke dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, berkaitan dengan yang terjadi pada koperasi wanita partisipasi anggota menjadi faktor yang menjadi permasalahan terlihat dari jumlah anggota yang mengalami penurunan, selanjutnya ada faktor ekternal yaitu bagaimana kondisi diluar mempunyai pengaruh terhadap perkembangan suatu koperasi seperti iklim usaha dan kebijakan pemerintah.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota terhadap keberhasilan koperasi?

b. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap keberhasilan koperasi?

c. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota dan kebijakan pemerintah terhadap keberhasilan koperasi?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Pengaruh partisipasi anggota terhadap keberhasilan koperasi. b. Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap keberhasilan koperasi.

(16)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk 1. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi wanita yang berkaitan dengan partisipasi anggota dan kebijakan pemerintah.

b. Untuk dijadikan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia perkoperasian dalam rangka memajukan koperasi khususnya koperasi wanita anggota PUSKOWAN Jawa Barat.

2. Manfaat teoritis

a. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi wanita.

(17)

Sofyan Mulyawardani,2013

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Eksplanatori. Survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data, sedangkan eksplanatori adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hasil penelitian yang sudah ada. Jadi yang dimaksud survey eksplanatori ialah metode yang menjelaskan hubungan kausal antara variable-variabel yang diteliti melalui pengujian hipotesis.

3.2 Objek Penelitian

(18)

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173) adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi ini bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, tes, gejala, pendapat, peristiwa-peristiwa, benda dan lain-lain.

Populasi dalam penelitian ini adalah Koperasi Wanita (KOPWAN) anggota PUSKOWAN Jawa Barat sejumlah 50 KOPWAN.

Adapun KOPWAN yang menjadi populasi bisa dilihat dalam tabel berikut

Tabel 3.1

Daftar Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat

NO NAMA KOPERASI ALAMAT

1 Kesejahteraan Wanita Bogor Jl. Papandayan No. 17, Bogor

2 Daya Wanita (PASI) Jl. Sapujagad No. 19 Sukaluyu, Bandung

3 Persatuan Wanita Sumedang Jl. Geusan Ulun No. 103

4 Dharma Wanita Kab. Sukabumi Jl. A. Yani No. 36, Sukabumi

5 Dharma Wanita Kota Sukabumi Jl. Dewi Sartika No. 39, Sukabumi

6 Dharma Wanita Dep. Perdag. Jabar Jl. Asia Afrika No. 146, Bandung

7 Dharma Wanita Kab. Ciamis Jl. Ir. H. Juanda No. 281, Ciamis

8 Dharma Wanita Kab. Bogor Kompl. Perkantoran PEMSA Tk. II Kab Bogor

9 Bukti Jl. Bongkaran No. 53/25, Bandung

10 Persatuan Wanita Jatinangor Jl. Raya Jatinangor No. 239 Hegarmanah

11 Rukun Ibu Cirebon Jl. Dr. Sutomo Gg. Dahlia II No. 49

12 Wanita Banjar Jl. Husen Kartasamita No. 12, Banjar

13 Dharma Wanita Kab. Tasikmalaya Jl. RAA Wiratanuningrat No. 14 14 Dharma Wanita Kab. Majalengka Jl. A. Yani No. 37

15 Kesejahteraan Wanita Cirebon Jl. Wahidin No. 157 PAV

16 Dharma Wanita Kab. Indramayu Jl. Mayjen Sutoyo I/E

17 KOWABI Jl. Jend. Sudirman Gg. Mama Otto RT/RW

06/06 Bandung

(19)

Sofyan Mulyawardani,2013

Tabel lanjutan

Sumber: PUSKOWAN JABAR

3.3.2 Sampel

19 Wanita Binangkit Jl. Soekarno Hatta No. 705, Bandung

20 KOWIC Jl. Ciumbuleuit No. 108, Bandung

21 Dharma Wanita Kab. Garut Jl. Kabupaten No. 22

22 Dharma Wanita Kab. Sumedang Jl. Budi Asih (Blk. LP) Hegarmanah

23 Dharma Wanita Kab. Karawang Jl. A. Yani No. 1, Karawang

24 Dharma Wanita Kab. Kuningan Jl. Siliwangi No. 88

25 Wanita Karawang Jl. Singaperbangsa No. 38, Karawang

26 Dharma Wanita Kab. Subang Jl. Dewi Sartika No. 2

27 PKK Prop. Jabar Jl. Soekarno Hatta No. 468

28 Dharma Wanita Prop. Jabar Jl.Tamansari No. 57, Bandung

29 Permata Jl. Veteran No. 3, Kuningan

30 Usaha Bakti Wanita Jl. Cipedes Tengah No. 133, Bandung

31 Dharma Wanita Kota Bandung Jl. Aceh No. 51, Bandung

32 Karyawan KTR B Istri Jl. Sekarkagugat No. 4, Bandung

33 Wanita Melati B Endah Jl. Adipati Kertamanan No. 47, Baleendah

34 PIKKATI LISJAT Jl. Bungur No. 5 Jatiluhur Purwakarta

35 BKOW Gd. Kertamuri Jl. Braga

36 Dharma Wanita Kota Tangerang Jl. Daan Mogot No. 69

37 Usaha Wanita Indonesia Jl. Beunteur No. 12, Bandung

38 Mekar Saluyu Subang Kamp. Cihuni Desa Jambelaer Subang

39 Koperasi Wanita Tani Sumedang Desa Sindang Sari Kec. Sukasari Sumedang

40 Wanita Sejahtera Bekasi Taman Cikunir Indah E5/18, Bekasi Selatan

41 Maju Bersama

Jl. Wijaya kusuma Blok A5, No. 45-46 Kranggan Permai Kota Bekasi

42 TP. PKK Kota Bandung Jl. Sukabumi Dalam No. 30, Bandung

43 PATRIA Jl. Pattriot Dalam II No. 28, Kab. Garut

44 Koperasi Wanita Az-Zahra Kp. Sangojar Ds. Sindang Galih Kab Garut

45 Kop Wan Dewi Sartika Jl. Kayu Ambon No. 57, Lembang

46 Kopaga PKK RW 02 Palasari Jl. Raya Banjaran No. 552

47 BMT Fadhila Soreang

Jl. Gading Selatan II Blok G2 No. 22 Komp Gading Tutuka I Soreang

48 Kop. PASI Garut Jl. PasundanNo. 48 Kab. Garut

49 Kop Bunga Laut Pangandaran

Jl. Pamugaran Bulak Laut Desa Pananjung Pangandaran

(20)

Menurut Sugiyono (2009:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 174) sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik probability sampling yaitu simple random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi yang dipilih menjadi anggoya sampel. Simple random sampling ialah pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen . (Sugiyono, 2009 : 120)

Untuk menentukan jumlah sampel dan populasi tersebut, peneliti melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane (Riduwan, 2011 : 44)

Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

= Presisi yang ditetapkan

Maka perhitungan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

= 33.33

Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 koperasi wanita di Jawa Barat.

(21)

Sofyan Mulyawardani,2013

Kondisi di lapangan ternyata hanya 25 koperasi yang bisa diperoleh informasinya oleh penulis karena ada sebagian koperasi yang tidak aktif dan koperasi yang tidak dapat memberikan informasinya kepada penulis.

3.4Operasionalisasi Variabel

(22)

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Konsep Variabel Operasional Variabel/Indikator Sumber Data

Partisipasi Anggota (X1) :

Pelaksanaan hak dan kewajiban seorang anggota koperasi terhadap koperasinya

(Ropke: 1967)

Partisipasi Anggota

- Partisipasi anggota sebagai pemilik a. Kontribusi modal melalui berbagai bentuk

simpanan.

b. Turut serta dalam mengambil keputusan evaluasi dan pengawasan saat rapat anggota.

c. Turut menanggung resiko usaha koperasi

- Partisipasi anggota sebagai pelanggan a. Memanfaatkan pelayanan barang dan jasa

yang disediakan koperasi.

Data diperoleh dari responden mengenai partisipasi anggota

1. Anggota ikut berpartisipasi dalam permodalan koperasi. 2. Anggota melakukan kewajiban terhadap koperasi dengan

membayar simpanan

3. Anggota berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat pelaksanaan RAT

4. Anggota berpartisipasi dalam evaluasi dengan memberikan kritik dan sarannya yang mmembangun.

5. Anggota mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh koperasi.

6. Anggota menangung resiko bila koperasi mengalami kerugian.

7. Koperasi memenuhi segala kebutuhan anggotanya 8. Anggota memenuhi kebutuhannya melalui koperasi. Kebijakan pemerintah (X2):

Keterlibatan pemerintah dalam menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan pemasyratakan koperasi (UU No.25 tahun 1992 Tentang Perkoperasian)

Kebijakan Pemerintah

Pemerintah memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi

a. Membimbing usaha koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi anggotanya. b. Mendorong, mengembangkan dan

membantu pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan penelitian perkoperasian c. Memberikan kemudahan untuk

memperkokoh permodalan koperasi serta mengembangkan lembaga keuangan koperasi.

d. Membantu pengembangan jaringan usaha koperasi dan kerjasama yang saling menguntungkan antarkoperasi.

Data diperoleh dari responden mengenai kebijakan pemerintah

1. Koperasi mendapat penyuluhan dari pemerintah mengenai cara-cara menjalankan Koperasi dengan baik.

2. Koperasi mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

3. Koperasi mendapat bantuan dana untuk penyelenggaraan pendidikan perkoperasian

4. Koperasi mudah mendapat bantuan/fasilitas dari pemerintah untuk penyelengaraan pendidikan Koperasi

5. Koperasi mudah dalam mengurus perizinan yang berkaitan dengan koperasi kepada pemerintah

(23)

memecahakan permasalahan yang dihadapi oleh koperasi dengan tetap memperhatikan Anggaran dasar dan prinsip koperasi.

8. Koperasi mendapatkan kunjungan dari lembaga konsultasi bisnis yang ditunjuk oleh pemerintah

Keberhasilan koperasi (Y): Pengelolaan koperasi secara efisien dalam rangka mencapai tujuan sebagai suatu lembaga (ekonomi usaha) yang mandiri, serta efisiensi yang

berorientasi pada anggota berupa pelayanan yang bersifat menunjang anggota juga dampak secara langsung atau tidak langsung yang ditimbulkan oleh koperasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pemerintah .

Kemudian keberhasilan koperasi dapat terlihat dari pemeringkatan koperasi yang merupakan kegiatan penilaian terhadap kondisi dan atau kinerja koperasi melalui sistem pengukuran yang objektif dan transparan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang dapat mendorong kualitas suatu koperasi.

(Alfred hanel :1985 dan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM nomor 06/Per/M.UKM/III/2008 tentang Sistem Pemeringkatan Koperasi)

Keberhasilan Koperasi

Keberhasilan Koperasi tercipta melalui usaha peningkatan

Data diperoleh dari responden mengenai Keberhasilan koperasi

1. Modal koperasi lebih banyak berasal dari anggota dibandingkan dari luar anggota.

2. Volume usaha yang dihasilkan sesuai dengan RAPBK yang sudah ditetapkan.

3. Koperasi memenuhi seluruh kebutuhan para anggotanya 4. Anggota menerima Sisa Hasil Usaha Sesuai partisipasinya. 5. Sisa hasil usaha mencapai target RAPBK.

6. Kuantitas anggota koperasi setiap tahunnya mengalami peningkatan.

7. Anggota medapatkan pendidikan dan pelatihan perkoperasian yang diselenggrakan koperasi. 8. Koperasi mendukung usaha yang dimiliki anggota. 9. Usaha koperasi sesuai dengan kebutuhan anggota 10. Masyarakat sekitar merasakan manfaat koperasi

11. Koperasi memberikan pelayanan kepada masyarakat non anggota

12. Koperasi memberikan pendidikan kepada non anggota 13. Koperasi mentaati aturan-aturan dalam pembayaran atas

pajak yang telah dibebankan kepada koperasi.

(24)

1.5Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan prosedur sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan guna menguji hipotesis. Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:

1. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian.

2. Studi dokumentasi, dilakukan dengan mencari data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian baik berupa catatan, laporan, maupun dokumen lain.

3. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh data-data dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian alat pengumpul data atau instrumen penelitian akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian, karena itu instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang partisipasi anggota, kebijakan pemerintah dan keberhasilan koperasi.

(25)

Sofyan Mulyawardani,2013

 Sangat Setuju : 5

 Setuju : 4

 Cukup Setuju : 3

 Tidak Setuju : 2

 Sangat Tidak Setuju : 1

Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:.

1. Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh partisipasi anggota dan pembinaan pemerintah terhadap keberhasilan koperasi.

2. Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu koperasi wanita anggota PUSKOWAN Jawa Barat.

3. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.

4. Memperbanyak angket. 5. Menyebarkan angket.

6. Mengelola dan menganalisis hasil angket

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian

(26)

Oleh karena pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa kuesioner, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas instrumen penelitian ini.

3.7.1 Uji Validitas.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010:211). Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau memberikan hasil dengan maksud digunakannya tes tersebut. Uji validitas item dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto,2010:213)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi

n = Jumlah responden uji coba X = Skor tiap item

Y = Skor seluruh item responden uji coba

rxy diartikan sebagai koefisien korelasi dengan kriterianya adalah:

rxy <0,20 : Validitas sangat rendah

(27)

Sofyan Mulyawardani,2013

0,40-0,59 : Validitas sedang/cukup 0,60-0,89 : Validitas tinggi

0,90-1,00 : Validitas sangat tinggi

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan taraf nyata  = 0,05 diluar taraf nyata tersebut item angket dinyatakan tidak valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk mengetahui

apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas

menggunakan rumus Uji Reliabilitas (r11). Langkah-langkah untuk menguji

reliabilitas dengan menggunakan Uji Reliabilitas adalah sebagai berikut:

a) Menghitung harga varians tiap item dari setiap item

N

ΣX2 = jumlah kuadrat jawaban responden tiap item (ΣX)2 = kuadrat skor seluruh respondendari tiap item

N = jumlah responden

b) Mencari varians total

(28)

dimana:

t2 = harga varian total

ΣY2

= jumlah kuadrat skor total

(ΣY)2 = jumlah kuadrat dari jumlah skor total

N = jumlah responden

c) Menghitung Reliabilitas Instrumen

Test of reliability digunakan untuk mengetahui apakah alat

pengumpul data tersebut menunjukan tingkat ketepatan, tingkat

keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan

gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan

pada waktu yang berbeda.

Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian ini, penulis

menggunakan Uji Reliabilitas dengan rumus Alpha sebagai

berikut:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan

(29)

Sofyan Mulyawardani,2013

t2 : Varians total

d) Mengkonsultasikan harga r11 pada penapsiran indeks korelasi,

yaitu:

* 0,800-1,000 = sangat tinggi

* 0,600-0,799 = tinggi

* 0,400-0,599 = cukup

* 0,200-0,399 = rendah

* <0,200 = sangat rendah

(SuharsimiArikunto, 2010:239).

Kriteria pengujian reliabilitas adalah jika rhit > rtab dengan tingkat kepercayaan

95%, maka angket variabel tersebut dikatakan reliabel.

3.8Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menganalisis data dan melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan.

3.8.1 Metode Successive Interval (MSI)

Data yang mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka sebelum dianalisis, variabel tersebut ditransformasikan dari skala ordinal menjadi skala interval dengan menggunakan Metode Successive Interval.

Langkah kerja Methods of Succesif Inteval (MSI) adalah sebagai berikut: 1. Perhatikan tiap butir item pertanyaan, misalnya dalam angket.

(30)

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).

4. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.

5. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.

6. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.

7. Hitung SV (Scale Value) = Nilai skala dengan rumus sebagai berikut:

8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus berikut: Y = NS + [1+׀NSmin׀].

Permasalahan yang diajukan akan dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis digunakan model persamaan regresi berganda dengan formula sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e

Dimana :

Y = Keberhasilan Koperasi X1 = Partisipasi Anggota X2 = Kebijakan Pemerintah

(31)

Sofyan Mulyawardani,2013

3.9Uji Asumsi Klasik

3.9.1 Uji Multikolinieritas

Pada mulanya multikoliniearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Dalam hal ini variabel-variabel bebas ini bersifat tidak orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.

Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel-variabel bebas sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah :

- Nilai koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir

- Nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam model regresi OLS, yaitu :

(1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2

tinggi (biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.

(32)

tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.

(3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita

dapatkan R2dan F. Jika nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada

tingkat derajat kepercayaan tertentu, maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Uji regresi parsial yaitu dengan membandingkan R2 parsial dengan R2 estimasi, untuk memprediksi ada atau tidaknya multikoliniearitas.

Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Gujarati (2006 : 45) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(1) Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)

(2) Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data)

(3) Mengeluarkan satu variabel atau lebih.

(4) Transformasi variabel serta penambahan variabel baru. 3.9.2 Uji Heteroskedastisitas

(33)

Sofyan Mulyawardani,2013

yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :

(1) Sifat variabel yang diikutsertakan ke dalam model.

(2) Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan Software Eviews 5,1. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White Heteroscedasticity Test

Apabila model penelitian terkena heterokedastisitas maka data wajib untuk disembuhkan dikarenakan sifat data tidak BLUE melainkan LUE. Adapun cara penyembuhannya adalah sebagai berikut:

a. Metode WLS (Weighted Least Square) atau kuadrat terkecil tertimbang. Metode ini dilakukan dengan cara membagi persamaan OLS dengan σ.

b. Metode white. Metode ini dikenal dengan varian heterokedastisitas terkoreksi.

3.9.3 Uji Autokorelasi

(34)

Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara satu variabel penganggu dengan pengganggu lainnya. Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting

Konsekuensi adanya autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut:

 Parameter yang diestimasi dalam model regresi OLS menjadi bisa dan varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat dan tidak efisien.

 Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.

 Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel terikat dari variabel bebas tertentu.

 Uji t tidak akan berlaku, jika uji t tetap disertakan maka kesimpulan yang diperoleh pasti salah.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi digunakan metode uji Durbin-Watson d dengan prosedur sebagai berikut :

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya.

(35)

Sofyan Mulyawardani,2013

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), lalu cari nilai kritis dL dan

dU di statistik Durbin Watson.

4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada gambar

Gambar 3.1

Statistika Durbin- Watson d

(36)

5. Ketentuan nilai Durbin Watson d Tabel 3.3

Uji Statistik Durbin-Watson d

Nilai statistic d

Hasil

0 < d < dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi

positif

dL≤ d ≤ du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

du≤ d ≤ 4 -

du

Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi positif/negatif

4 – du≤ d 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

4 – dL≤ d ≤

4

Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi negatif

Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi informasi statistik d, adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut:

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya

2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan

dU di statistik Durbin Watson.

Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel diatas.

(37)

Sofyan Mulyawardani,2013

Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji parsial (uji t), uji simultan (uji f) dan uji koefisien determinasi majemuk(R2).

3.10.1 Uji t (Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Individual)

Uji t bertujuan untuk menguji tingkat signifikasi dari setiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain konstan/tetap.

Pengujian secara parsial dilakukan untuk menguji rumusan hipotesis dengan langkah sebagai berikut :

1. Membuat hipotesis melalui uji dua sisi H0: β1 = 0,

Ha : β1 ≠ 0,

Dalam hipotesis ini dinyatakan bahwa variabel bebas bisa mempunyai hubungan positif atau negatif.

2. Menghitung nilai t hitung dan mencari nilai t kritis dari tabel distribusi t. Nilai t hitung dicari dengan rumus berikut :

 

1 1

1 *

ˆ



e

s

t   Dimana

1*merupakan nilai pada hipotesis nol

(Yana Rohmana, 2010:50)

Adapun cara yang lebih sederhana dapat pula menggunakan

rumus dibawah ini: sei

(38)

3. Setelah diperoleh t statistik atau t hitung, selanjutnya bandingkan dengan t tabel dengan α disesuaikan. Adapun cara mencari t tabel dapat digunakan rumus sebagai berikut :

t tabel = n-k

4. Kriteria uji t adalah:

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima

(variabel bebas X berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak

(variabel bebas X tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Dalam penelitian ini tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 (5%) pada taraf signifikasi 95%.

3.10.2 Uji F (Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Keseluruhan)

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya.

Pengujian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut

(39)

Sofyan Mulyawardani,2013

2. Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya bandingkan dengan F tabel berdasarkan besarnya  dan df dimana besarnya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).

3. Kriteria Uji F

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan

variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan

variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y). 3.10.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi Majemuk)

Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.

Selain itu juga, koefisien determinasi merupakan alat yang dipergunakan untuk mengukur besarnya sumbangan atau andil (share) variabel X terhadap variasi atau naik turunnya Y. Dengan kata lain, pengujian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, dan X2) terhadap

variabel Y, dengan rumus sebagai berikut :

(40)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

R2 =

SS

∑ yi

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh partispasi anggota dan kebijakan pemerintah terhadap keberhasilan koperasi maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Partisipasi anggota berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan koperasi. Artinya semakin baik tingkat partisipasi anggota maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan koperasi.

2. Kebijakan pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan koperasi. Artinya kebijakan pemerintah tidak berpengaruh terhadap keberhasilan koperasi.

3. Partisipasi anggota dan kebijakan pemerintah secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan koperasi. Artinya semakin tinggi partisipasi anggota serta kebijakan pemerintah yang mendukung, maka akan tinggi pula tingkat keberhasilan koperasi.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Agar keberhasilan koperasi meningkat maka partisipasi anggota harus

(42)

2. Partisipasi anggota akan selaras dengan pemahaman anggota mengenai koperasi, maka pendidikan untuk pengurus juga anggota secara internal diharapkan dapat dilakukan untuk membentuk SDM yang kompeten terhadap koperasi.

3. Untuk pelatihan yang dilakukan pemerintah sebaiknya mengadakan suatu pelatihan kepada koperasi wanita dengan tindak lanjut program dan pengawasan intensif tentang perkembangan koperasi setelah pembinaan diberikan

(43)

Sofyan Mulyawardani,2013

DAFTAR PUSTAKA

Administrator Dunia Informasi dan Warta. Pegertian Pendidikan. [online] Tersedia di

http://www.diwarta.com/pengertian-pendidikan-menurut-ki-hajar-dewantara/773/. [19 Desember 2012]

Administrator Forum UPI. Peranan Pendidikan. [online] Tersedia di

http://forum.upi.edu/index.php?topic=11917.0. [5 Februari 2013]

Administrator Kompasiana. Koperasi Pendidikan sebuah Alternatif Pendidikan. [online]

Tersedia di

http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/11/koperasi-pendidikan-sebuah-alternatif-pendidikan-372114.html. [30 Januari 2013]

Administrator Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Profil Provinsi Jawa Barat [online] Tersedia di:

http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1093. [10 Januari 2013] Administrator Wartawarga. Koperasi Hubungannya dengan Sosial Ekonomi dan Demokrasi. [online].

Tersedia di

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/12/koperasi-hubungannya-dengan-ekonomi-sosial-dan-demokrasi/. [17 Januari 2012].

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta.

Gujarati, Damodar,. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Salemba Empat. Hendar, Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI. Hanel, Alfred, 1989. Pokok-pokok Pikiran Organisasi Koperasi dan Kebijakan

(44)

Indrawan, Rully. Pendidikan Koperasi. [online] Tersedia di

http://rullyindrawan.wordpress.com/2010/12/08/pendidikan-koperasi/. [7 Februari 2013]

Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2009. Modul Diklat: Jakarta. PT. Winaguna Sarana Teknik.

Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.2009. Sistem Pemeringkatan Koperasi: Jakarta.

Lia, Amel. Kebijakan Pemerintah dalam pembangunan koperasi. [online]. Tersedia di:

http://amel-lia90.blogspot.com/2009/12/kebijakan-pemerintah-dalam-pembangunan.html. [24 Desember 2012]

Mistia, HM. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan Partisipasi Anggota terhadap Efektifitas Organisasi Koperasi (survey pada Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia Se-Kabupaten Sukabumi.). Bandung.Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Nugraha, Lucky. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan Pembinaan Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi. (Survey pada Koperasi Mahasiswa Anggota FKKMI Jawa Barat). Bandung.Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Nurminyadin, Asep. 2009. Pengaruh partisipasi anggota dan struktur modal terhadap efektivitas organisasi koperasi (studi kasus pada koperasi mahasiswa se-kota Bandung). Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitan.

Panggabean, Riana. Profil Koperasi Wanita Indonesia. [online]. Tersedia di

http://www.smecda.com/kajian/files/hslkajian/wanita/1_daftar_isi_wanita.pdf. [19 Desember 2012]

(45)

Sofyan Mulyawardani,2013

Riduwan. 2011. Dasar-dasar Statistika. Bandung:Alfabeta.

Rohmana, Yana. 2010. Ekonometrika (Teori dan Aplikasi dengan Eviews). Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI

Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

Sjamsuri SA. 2002. Kapita Selekta Koperasi I. Bandung : Pustaka Bina Essa Subandi.2010. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktek). Bandung : Alfabeta Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Tiara, PR. 2009. Pengaruh kemampuan manajerial dan motivasi kerja manajer terhadap keberhasilan koperasi (survey pada koperasi karyawan di Kabupaten Cirebon) .Bandung. Skrips UPI. Tidak Diterbitkan.

Thoby Mutis. Pengembangan Koperasi. Jakarta: Gramedia.

Wahyuni, Lulu. Peranan Koperasi dalam Pembangunan Sosial dan Ekonomi. [online].

Terdedia di

Gambar

Tabel 1.1 Data Perkembangan Volume Usaha dan Jumlah Anggota
Tabel 3.1 Daftar Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat
Tabel lanjutan
Tabel 3.2 Operasional Variabel
+3

Referensi

Dokumen terkait

Novel-novel komponen sastera dalarn bahasa Melayu ialah novel yang digunakan untuk dijadikan bacaan wajib untuk pelajar-pelajar tingkatan 1 hingga tingkatan 5 dilaksanakan

Tabel 5.4.10B Tingkat Kepuasaan Responden Terhadap Kemampuan Pihak Bengkel Cepat Tanggap Terhadap Keluhan Yang Disampaikan

Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang seharusnya pada temperatur tertentu terdapat

Saat seseorang dengan penyakit kronis tertentu membutuhkan healthcare , akan sangat baik jika ada sistem yang dapat membantu dia untuk mendapatkan informasi di mana letak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan penderita diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol terhadap penurunan pendengaran

Salah satu cara untuk menganalisis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika adalah teori Newman.. Analisis kesalahan ini ditemukan oleh

PHPLOLNLGDVDUKXNXP\DQJGDSDWGLJXQDNDQ XQWXN PHODNXNDQ SHODWLKDQ NHUMD /DLQ KDOQ\DWHUKDGDSSLGDQDEDGDQKDNLPFXNXS PHQHQWXNDQ PDVD KXNXPDQ SLGDQD EDGDQ WHUKDGDS DQDN NDUHQD VHVXDL

Peran BAPAS yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan juga dapat ditemukan pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 65