DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
ABSTRAK ... x
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian... 9
C. Pembatasan Masalah... 9
D. Tujuan Penelitian... 10
E. Manfaat Penelitian... 10
F. Definisi Operasional... 11
BAB II. TINJAUAN TENTANG PEMBELAJARAN SAINS (IPA) SMP……….. 13
A. Hakikat IPA... 13
B. Standar-standar untuk Guru IPA SMP... 16
Halaman
D. IPA Terintegrasi... 27
E. Alur Pengembangan kurikulum Program Studi S1... 34
BAB III. METODE PENELITIAN... 38
A. Paradigma dan Desain Penelitian... 38
B. Prosedur Penelitian... 45
1. Define (D-1)... 45
2. Design (D-2)... 47
3. Develop (D-3)... 48
4. Disseminate (D-4)... 48
C. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) dan Instrumen-instrumen Penelitian………... 1. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) Perangkat Perkuliahan………... 2. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) Instrumen-instrumen Penelitian………. 3. Instrumen-instrumen Penelitian……… 51 51 51 51 D. Subyek Penelitian... E. Teknik Analisis Data... 54 55 BAB IV. HASIL, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN... 56
A. Hasil Penelitian Pendahuluan dan Pembahasan... 56
Halaman
C. Keterbatasan Penelitian………. 91
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI……. 92
A. Kesimpulan... 92
B. Implikasi... 93
C. Rekomendasi... 94
DAFTAR PUSTAKA... 96
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Standards for Science Teacher Preparation (NSTA, 2003: 8)
merekomendasikan guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah untuk memiliki
kecenderungan interdisipliner pada IPA. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Guru juga menyebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran IPA
SMP/MTs salah satunya adalah memahami hubungan antar berbagai cabang IPA,
dan hubungan IPA dengan matematika dan teknologi. Sebagai usaha untuk
memenuhi tuntutan tersebut, guru-guru IPA SMP/MTs hendaknya disiapkan
untuk memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika, bumi dan antariksa serta
bidang IPA lainnya, seperti kesehatan, lingkungan, dan astronomi.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 26 menyebutkan, bahwa standar kompetensi lulusan pada
jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan,
kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan serta menerapkan
ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Selanjutnya dalam
pasal 28, ayat (1) disebutkan, bahwa pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,
2
ayat (2) disebutkan, bahwa kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik
yang dibuktikan dengan ijasah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 pasal 2 ayat
(2) menyebutkan, bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Pada ayat (4) dijelaskan, bahwa kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik, sedangkan pada ayat (7) dijelaskan, bahwa kompetensi profesional
merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya.
Mulai tahun akademik 2007/2008, beberapa universitas yang dulunya
IKIP khususnya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) telah
membuka Program Studi Pendidikan IPA. Kurikulum Program Studi Pendidikan
IPA jenjang S1 di LPTK Yogyakarta (2007: 58) memiliki visi mewujudkan
program studi yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif di abad 21
(di era global) dalam pendidikan IPA. Apabila dikaitkan dengan pasal 28 PP No.
19 Tahun 2005, khususnya ayat 2 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran ternyata jika ditelaah terdapat kesesuaian dengan
rumusan dalam kompetensi lulusan Program Studi Pendidikan IPA di LPTK
3
Program Studi jenjang S1 Pendidikan IPA bertujuan menghasilkan tenaga
pendidik dan kependidikan dengan gelar Sarjana Pendidikan Sains bidang
keahlian pendidikan IPA (S.Pd.Si.) yang memiliki kompetensi dasar tenaga
pendidik bidang IPA, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Secara rinci
kompetensi-kompetensi lulusan S1 Pendidikan IPA LPTK Yogyakarta (2007:59) dijelaskan
sebagai berikut.
1. Kompetensi pendidikan bidang IPA, yaitu kompetensi melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan pendidikan IPA, serta kompetensi melakukan penyebaran bidang pendidikan IPA melalui pendidikan dan pelatihan (diklat).
2. Kompetensi menghadapi masa depan, yaitu kompetensi menghadapi dan memahami kecenderungan pendidikan IPA, serta memanfaatkan hal tersebut untuk memajukan pendidikan IPA
3. Kompetensi dasar-dasar IPA dan rumpun IPA yang cukup untuk studi lanjut.
Mahasiswa program studi pendidikan IPA di LPTK Yogyakarta berdasarkan
kurikulum 2002 (2007: 59) memiliki beban 136 SKS mata kuliah wajib dan 8
SKS mata kuliah pilihan, sehingga jumlah total 144 SKS. Mata kuliah wajib 136
SKS tersebut memiliki distribusi 9 SKS mata kuliah pengembangan kepribadian;
69 SKS mata kuliah keilmuan dan keterampilan; 51 SKS mata kuliah
keterampilan berkarya; 4 SKS mata kuliah perilaku berkarya dan 3 SKS mata
kuliah berkehidupan bermasyarakat. Distribusi mata kuliah wajib bertujuan
menyiapkan mahasiswa pada 4 kompetensi sebagai calon guru. Selain itu mata
kuliah juga dikelompokkan berdasarkan standar kompetensi guru pemula SMP
4
peserta didik, standar penguasaan pembelajaran yang mendidik dan standar
pengembangan kepribadian dan keprofesionalan (Dirjen DIKTI, 2004: 11).
Lulusan Program Studi Pendidikan IPA memiliki beberapa kewenangan,
salah satunya menjadi guru IPA SMP/MTs. Apabila kita kaitkan dengan
rekomendasi guru IPA sekolah dasar dan menengah dari NSTA (2003: 8) dan
Permendiknas (2007: 26) ternyata juga terdapat kesesuaian, yaitu bahwa
guru-guru IPA sekolah menengah harus memiliki kecenderungan interdisipliner pada
sains (IPA).
Persiapan bagi mahasiswa S1 pendidikan IPA agar memiliki kompetensi
interdisipliner pada sains di LPTK Yogyakarta belum terlihat secara nyata, karena
pada mata kuliah tahun pertama mahasiswa mendapatkan mata kuliah fisika dasar
dan praktikumnya pada semester I, biologi dasar dan praktikumnya pada semester
II, serta kimia dasar dan praktikumnya pada semester III dengan bobot 3 sks untuk
teori dan 1 sks untuk praktikum dan berlaku untuk masing-masing mata kuliah.
Pada perkuliahan semester III mahasiswa juga mendapatkan mata kuliah IPA-1
dan Ilmu Kebumian, semester IV mendapatkan mata kuliah IPA-2 dan Astronomi,
dan semester V mendapatkan mata kuliah 3, dimana pada saat sekarang
IPA-1 adalah perkuliahan materi IPA (fisika, biologi dan kimia) untuk konsep IPA
kelas VII dan IPA-2 adalah perkuliahan materi IPA (fisika,biologi dan kimia)
untuk konsep IPA kelas VIII dan IPA-3 adalah perkuliahan materi IPA (fisika,
biologi dan kimia) untuk konsep IPA kelas IX. Berdasarkan hasil observasi
pelaksanaan perkuliahan IPA-1, IPA-2 dan IPA-3 masih belum membekali
5
pedagogisnya juga belum nampak. Mata kuliah praktikum 1, praktikum
IPA-2 dan praktikum IPA-3 juga masih belum menunjukkan adanya integrasi IPA,
karena ketiga mata kuliah praktikum tersebut hanya penggabungan saja dari mata
kuliah-mata kuliah praktikum fisika, biologi dan kimia.
Berdasar pada kondisi nyata tentang implementasi Kurikulum 2002
FMIPA tersebut, maka guna membekali mahasiswa sebagai calon guru IPA
SMP/MTS, dilakukan revisi terhadap kurikulum 2002 menjadi Kurikulum 2010.
Adapun fokus revisi adalah menambah SKS, mengganti nama, mengubah
deskripsi, dan menghapus mata kuliah prasarat dari aspek materi dan pedagogi
yang dirasa tumpang tindih serta mengembangkan mata kuliah baru, yaitu IPA
terintegrasi dan pembelajarannya.
Kementrian Pendidikan Nasional telah menyusun panduan pengembangan
pembelajaran IPA terpadu sejak tahun 2005, namun kenyataan di lapangan hampir
semua guru IPA SMP/MTs masih belum menerapkan pembelajaran IPA terpadu
tersebut dengan berbagai alasan. Hasil isian angket dari guru-guru IPA SMP/MTs
di wilayah Yogyakarta dari 4 wilayah kabupaten dan 1 wilayah kota dengan
sampel 20 orang guru IPA SMP dapat ditemukan beberapa alasan belum
dilaksanakannya pembelajaran IPA terpadu antara lain adanya ketakutan para
guru tentang muatan materi kurikulum tidak tersampaikan, tidak adanya
contoh-contoh pembelajaran IPA terintegrasi di beberapa buku teks serta belum
diperolehnya langkah-langkah pengembangan pembelajaran IPA terintegrasi bagi
6
Berdasar pada kondisi perkuliahan yang belum secara efektif
mempersiapkan mahasiswa sebagai calon guru IPA SMP/MTs serta untuk
merespon dan menindaklanjuti kebijakan pemerintah, terutama Balitbang
Kementrian Pendidikan Nasional tentang pembelajaran IPA terpadu, maka
sangatlah perlu LPTK yang membuka program studi pendidikan IPA
mengembangkan program IPA terintegrasi guna membekali mahasiswanya.
Kualitas guru secara nasional dewasa ini memang cukup memprihatinkan.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terjadi ketidakcocokan (mismatch)
tentang keadaan guru sains di SMP. Masih banyak pelajaran sains yang diampu
oleh guru yang bukan lulusan S1 pendidikan IPA. Data Balitbang Kementrian
Pendidikan Nasional tahun 2004 menunjukkan bahwa di tingkat SMP terdapat
108.811 guru negeri dan 58.832 guru swasta dari total guru sebanyak 466.748
orang (35,9%) yang dinilai tidak layak mengajar (Sultan, 2008: 1)
Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa guru-guru IPA SMP
tidak ada sama sekali yang memiliki kompetensi interdisipliner pada IPA
(kompetensi dalam biologi, kimia, fisika, serta bumi dan antariksa) sesuai yang
diharapkan NSTA, Permendiknas No 16 Tahun 2007 dan kewenangan lulusan S1
pendidikan IPA, karena guru IPA SMP secara umum diampu oleh lulusan
pendidikan biologi untuk biologi dan lulusan pendidikan fisika untuk
IPA-fisika, sedangkan untuk IPA-kimia tidak atau jarang disampaikan guru pada siswa
SMP/MTs, karena materi kimia dianggap belum muncul di kurikulum SMP
7
mengajar untuk jenjang SMA. Jadi mata pelajaran IPA di SMP secara umum
diampu oleh minimal dua orang guru untuk setiap jenjang kelas.
Mencermati beberapa kondisi yang ada di lapangan dan menyadari betapa
penting dan besarnya tuntutan bagi guru-guru IPA, khususnya guru IPA SMP,
serta berbagai upaya-upaya yang bisa dilakukan guna meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA SMP, maka perlu kiranya universitas mantan IKIP yang
memiliki program studi S1 pendidikan IPA mulai membekali kompetensi pendidik
bagi calon guru IPA SMP. Salah satu upaya membekali kompetensi pendidik
adalah melalui pengembangan program IPA terintegrasi.
Pengembangan program IPA terintegrasi dalam penelitian ini tentu saja
didukung oleh beberapa hasil penelitian yang relevan, sebagaimana yang disusun
dalam daftar pada Tabel 1.1. Mencermati Tabel 1.1, maka arah penelitian
pengembangan program IPA terintegrasi untuk membekali calon guru IPA SMP
ini adalah pengembangan program pada dua hal mendasar, yaitu pengembangan
program dengan tujuan membekali calon guru IPA SMP untuk aspek kompetensi
profesional serta aspek kompetensi pedagogik. Hakikat IPA terintegrasi diarahkan
pada integrasi IPA dengan metode ilmiah dan interdisipliner dalam bidang IPA itu
sendiri (fisika, kimia, biologi, bumi dan antariksa, serta bidang IPA lainnya) serta
pedagogiknya diarahkan pada kompetensi mahasiswa sebagai calon guru IPA
SMP memiliki pengetahuan tentang kurikulum, pengetahuan tentang
kesulitan-kesulitan pembelajaran siswa, pengetahuan tentang strategi dan aktivitas
8
Tabel 1.1. Daftar Hasil Penelitian yang Relevan dengan Pengembangan Program IPA Terintegrasi guna Membekali Kompetensi Pendidik Calon Guru IPA SMP
Nama, Jurnal/Prosiding dan Tahun
Intisari
Hakkarainen dan Sintonen.
Science & Education 11: 25-43. 2003
Model pembelajaran interogatif inkuiri, melalui petanyaan interogatif (pertanyaan prinsip /PQ) dan pertanyaan sub ordinat /SQ) dalam pembelajaran sains Biologi
Saab dan Joolingen.
Procceding of Conference on Computer Suppaort for Collaborative Learning. 2005
Pendekatan pembelajaran Collaborative Discovery, yaitu penggabungan dua pendekatan konstruktivis berupa pembelajaran collaborative dan discovery untuk sains fisika
Mao dan Chang. Departement of Earth Science National Taiwan University. 2005
Inkuiri dalam pembelajaran Astronomy kelas IX SMP dampaknya terdapat peningkatan hasil belajar siswa serta menumbuhkan sikap positip siswa terhadap sains kebumian dan astronomy.
Cho dan Anderson. Michigan State University. 2005
Pendekatan environmental literacy (trans-disciplinary,
multidisciplinary; dan ecological science untuk pembelajaran transformasi materi .
Bround dan Reiss.
International Journal of Science Education. 2006
Lima upaya peningkatan pembelajaran sains SMP dalam “konteks luar sekolah” (integrasi konsep-konsep, kerja praktik otentik, akses bahan-bahan sains, pembelajaran memberi rangsangan, kerja kolaborasi)
Huo. Departement of Chemistry, Northeast University Shenyang. 2006
Strategi pendidikan modern (demonstrasi, cerita sejarah sains, teknologi multimedia, studi kasus, pembelajaran berbasis masalah) serta menggunakan penilaian peta konsep untuk mengembangkan keterampilan belajar jangka panjang bidang fisika-kimia siswa SMP.
Taurina. Intern Research Report 11. 2007.
Enam indikator guru sains SMP efektif: tanggung jawab dan perhatian pada siswa; peduli pada kinerja siswa; mampu menciptakan rasa aman, mengelola lingkungan pembelajaran; menumbuhkan interaksi pembelajaran efektif; menggunakan strategi yang menciptakan interaksi pembelajaran efektif dan berhubungan dengan siswanya; mengusulkan, memonitor dan merefleksikan hasil pendidikan pada siswanya.
Zucker. Procceding of the NARST Annual Meeting (New Orlean, LA, Unites States). 2007
Standar Technology Enhanced Elementtary and Middle School Science (TEEMSS) meliputi : aspek inkuiri; aspek sains-biologi; aspek sains-fisika; aspek sains-kimia; aspek sains-kebumian dan antariksa serta aspek sains-teknologi.
Clarke dan Rowe. TERC. 2007 5 metode pembelajaran sains yang bisa diterapkan untuk memenuhi standar inkuiri dan standar teknologi (pen and paper methods, minds-on methods, hands-on methods, dan
collaborative activities methods) Wilhelm. Electronic Journal
of Science Education, Vol 11, No. 2. 2007.
9 B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Mengacu pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
“Bagaimanakah pengembangan Program IPA terintegrasi yang membekali kompetensi profesional dan pedagogik calon guru IPA SMP?”
Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah karakteristik program IPA terintegrasi yang mampu membekali
kompetensi profesonal dan pedagogik calon guru IPA SMP?
2. Bagaimanakah hasil pengembangan program IPA terintegrasi mampu
mewujudkan kompetensi profesional calon guru IPA SMP?
3. Bagaimanakah hasil pengembangan program IPA terintegrasi mampu
mewujudkan kompetensi pedagogik calon guru IPA SMP?
4. Bagaimanakah hasil pengembangan program IPA terintegrasi mampu
mewujudkan kompetensi pedagogy-content-knowledge calon guru IPA SMP?
C.Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada persiapan pembekalan
kompetensi pendidik calon guru IPA SMP pada kompetensi profesional dari segi
penguasaan materi/content tentang integrasi IPA dengan metode ilmiah serta
interdisipliner IPA dan kompetensi pedagogik menurut Osman (2009: 964) dari
segi pengetahuan tentang kurikulum (analisis kompetensi dan silabus
pembelajaran IPA terintegrasi), kesulitan-kesulitan pembelajaran siswa
10
(pengembangan RPP dan LKS), dan asesmen (pengembangan penilaian)
Kompetensi kepribadian dan sosial tidak menjadi fokus tujuan pengembangan
program IPA terintegrasi meskipun kompetensi kepribadian dan sosial juga
muncul dalam hasil pengembangan program. Kompetensi kepribadian dan sosial
muncul dalam hasil analisis standar pedagogik, terutama standar analisis
sikap-sikap ilmiah dan nilai-nilai mulia/luhur yang merupakan standar dalam
pencapaian karakter siswa.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan antara lain:
1. Mengembangkan perkuliahan (penetapan dalam kurikulum, perangkat dan
model) yang membekali kompetensi pedagogy-content-knowledge integrated
science bagi calon guru IPA SMP.
2. Memberi contoh-contoh pembelajaran IPA terintegrasi bagi calon guru IPA
SMP
3. Memberi masukan untuk revisi kurikulum program studi pendidikan IPA S1
untuk calon guru IPA SMP.
E.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:
1. memberikan masukan pada kurikulum guna membekali kompetensi profesional
dan pedagogik IPA terintegrasi bagi calon guru IPA SMP/MTs yang menjadi
11
2. mewujudkan efesiensi guru IPA yang semula diampu oleh minimal dua guru,
menjadi cukup oleh satu orang guru untuk semua interdisipliner IPA di setiap
jenjang kelas.
3. memberikan bekal kompetensi pendidik bagi calon guru IPA SMP/MTs
sehingga mampu mengurangi ketidakcocokan (mismatch) yang ada dalam
penempatan guru IPA SMP.
F. Definisi Operasional
Mengacu judul penelitian yang telah dirumuskan, maka ada beberapa
definisi operasional variabel yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Pengembangan adalah penyusunan suatu produk secara ilmiah menggunakan
model 4-D, yaitu D-1 (define) dengan tahap-tahap analisis teori, analisis tugas,
analisis konsep; D-2 (design) dengan tahap-tahap seleksi media, seleksi format,
perancangan awal; D-3 (develop) dengan tahap-tahap penilaian ahli dan revisi;
dan D-4 (disseminate) dengan tahap ujicoba, implementasi dan revisi akhir.
2. Program IPA terintegrasi adalah suatu mata kuliah bagi mahasiswa S1
pendidikan IPA, semester VI berbobot 3 SKS teori dan 1 SKS praktikum
dengan kode mata kuliah PSC 305 dan PSC 106dan menjadi mata kuliah wajib
dalam Kurikulum 2010 LPTK Yogyakarta, pelaksanaan perkuliahan dalam
bentuk terpadu dari aspek materi dan pedagogi serta terpadu dalam teori dan
praktikum.
Program IPA terintegrasi memiliki perangkat-perangkat perkuliahan
12
pendidikan SMP/MTs; 2) silabus mata kuliah (program); 3) Pemodelan
(contoh-contoh analisis kompetensi dan silabus pembelajaran IPA terintegrasi,
RPP, LKS, dan penilaian; 4) pedoman pengembangan RPP; 5) pedoman peer
teaching; 6) penugasan mahasiswa dan 7) materi pengayaan aspek materi dan
pedagogi.
Model perkuliahan IPA terintegrasi memuat tahap aktivitas-aktivitas
yaitu: 1) observasi mahasiswa terhadap pemodelan dosen, 2) diskusi
mahasiswa tentang pemodelan dosen, hasil analisis kompetensi IPA
terintegrasi (keterkaitan tema utama dan deskripsi isi setiap bidang IPA),
contoh silabus pembelajaran IPA terintegrasi, RPP. LKS dan penilaian 3)
praktik mahasiswa menganalisis kompetensi dan mengembangkan silabus
pembelajaran IPA terintegrasi, menyusun RPP, LKS sampai pada penilaian, 4)
peer teaching dan 6) pengayaan materi IPA terintegrasi (aspek content dan
pedagogy).
3. Calon guru IPA SMP adalah mahasiswa S1 program studi pendidikan IPA,
yang memiliki salah satu kewenangan setelah lulus menjadi guru IPA
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Paradigma dan Disain Penelitian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 pasal 2 ayat
(2) menyebutkan, bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Empat kompetensi tersebut juga menjadi
kompetensi lulusan Program Studi Pendidikan IPA jenjang S1 ditambah dengan
kompetensi pendidikan bidang IPA, kompetensi menghadapi masa depan IPA
serta kompetensi dasar-dasar dan rumpun IPA yang cukup untuk studi lanjut.
Lulusan Program Studi S1 Pendidikan IPA memiliki kewenangan salah
satunya menjadi guru IPA SMP/MTs. Calon guru IPA SMP/MTs harus disiapkan
mengacu pada standar kompetensi pembelajaran IPA di jenjang SMP/MTs terkait
dengan kharakteristik IPA, pembelajaran IPA khususnya pembelajaran IPA di
jenjang SMP/MTs. Pusat Kurikulum, Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional
sejak tahun 2005 telah mengembangkan panduan pengembangan pembelajaran
IPA terpadu untuk guru SMP/MTs.
Panduan pembelajaran IPA terpadu yang dikembangkan oleh Kementrian
Pendidikan Nasional memiliki tujuan dan manfaat yang didukung oleh beberapa
model IPA terintegrasi dari Sam Bareet (1996) dalam Glencoe Program Merril
Physical Science, dimana unsur integrasinya berbagai bentuk kegiatan
39 global conection, careers dan literature/art). Robin Fogarty (1991)
merekomendasikan model-model keterpaduan sedangkan James Trafil (2007)
menjabarkan ide utama dalam tema utama, kemudian mengintegrasikan dalam
bidang fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan, kesehatan, keamanan,
astronomi dan teknologi.
Modifikasi beberapa model integrasi IPA terhadap model pengembangan
IPA terpadu Kemdiknas diacu dalam pengembangan IPA terintegrasi yang
digunakan sebagai bekal kompetensi pendidik bagi lulusan yang nantinya akan
mengajar di jenjang SMP/MTs. Pengembangan program IPA terintegrasi yang
akan membekali mahasiswa agar memiliki kompetensi profesional dan pedagogik,
didasarkan pada mata kuliah tahun pertama bersama calon guru IPA SMP (fisika
dasar, biologi dasar dan kimia dasar) dan mata kuliah pedagogi (IPA dasar,
pendidikan IPA, media pembelajaran IPA, evaluasi pembelajaran IPA dan
kurikulum pembelajaran IPA). Pogram IPA terintegrasi dikembangkan dengan
mempertimbangkan beberapa hasil penelitian terkait dengan pembelajaran IPA
Sekolah Menengah Pertama (SMP), kompetensi-kompetensi guru IPA SMP serta
standar-standar persiapan bagi calon guru IPA SMP. Paradigma penelitian
40
Gambar 3.1. Paradigma Penelitian
1. Kompetensi pendidikan bidang IPA. 2. Kompetensi menghadapi masa depan IPA
3. Kompetensi dasar-dasar IPA dan rumpun IPA yang cukup untuk studi lanjut
diacu
memiliki didukung
Kompetensi lulusan program studi pendidikan
IPA
Salah satu kewenangan: menjadi guru IPA
SMP/MTs Karakteristik IPA
Pembelajaran IPA secara Umum
Pembelajaran IPA secara khusus untuk SMP/MTs
Panduan Pembelajaran IPA Terpadu untuk
SMP/MTs Balitbang Depdiknas
(Pusat Kurikulum)
Tujuan
Manfaat
Model Sam Bareet (1996) (Glencoe Program Merril
Physical Science)
Model Robin Fogarty (1991)
Model James Trefil (2007) (The Science: An Integrated
Approach didasari
NSTA
Pengembangan Program IPA Terintegrasi Pembekalan Pedagogy Content
41
Disain penelitian menggunakan metode penelitian Research and
Development dan alur penelitian yang dijelaskan pada Gambar 3.2. Fase define
atau research and information collection (Borg dan Gall, 1983: 776) merupakan
fase penelitian dan pengumpulan data awal berupa studi literatur, analisis
kebutuhan dan studi lapangan. Fase design atau planning (Borg dan Gall, 1983:
777) merupakan rancangan produk yang akan dihasilkan, meliputi tujuan
penggunaan produk, pengguna produk dan deskripsi komponen-komponen
produk. Fase develop atau develop preliminary form of product (Borg dan Gall,
1983: 781) merupakan pengembangan produl awal. Fase Disseminate ada empat
langkah pengembangan, yaitu preliminary field testing (Borg dan Gall, 1983: 782)
yang merupakan ujicoba lapangan awal, main product revision (Borg dan Gall,
1983: 782) atau revisi hasil ujicoba, main field testing (Borg dan Gall, 1983: 783)
atau ujicoba lapangan utama serta operational product revision (Borg dan Gall,
1983: 784) atau penyempurnaan produk hasil ujicoba lapangan.
Berdasarkan hasil analisis Kurikulum Pendidikan IPA S1 pada fase define,
maka diperoleh daftar mata kuliah prasyarat aspek subject (materi) dan aspek
pedagogy (how to teach). Mengacu daftar mata kuliah prasyarat yang ditemukan,
maka dilakukan revisi dengan tujuan prasyarat-prasyarat untuk IPA terintegrasi
dapat terpenuhi. Fokus revisi mata kuliah prasyarat aspek materi dan pedagogi
dapat dilihat pada Tabel 3.1. Sedangkan hasil lengkap daftar mata kuliah prasyarat
dan revisi Kurikulum 2010 beserta deskripsi setiap mata kuliah tersedia di
42 Gambar 3.2. Disain Penelitian
Develop Preliminary form of Product
DISSEMINATE Preliminary Field Testing (4) Validasi pakar IPA Metode
Penelitian R & D
Alur Penelitian Analisis Kurikulum S1 Pendidikan IPA Penetapan mata kuliah prasarat IPA Terintegrasi Deskripsi mata kuliah subject Deskripsi mata kuliah pedagogy Penetapan sub-sub Program DEFINE Rancangan Standar – standar Kurikulum IPA SMP/MTs Standar-standar materi Standar-standar pedagogi Penetapan Standar Core
materi dan pedagogi DESIGN Perancangan Perangkat Perkuliahan Pengembangan Silabus Sub-sub Program Pengembangan Contoh Peta Kompetensi dan Silabus IPA Terintegrasi SMP Pengembangan Contoh Perangkat Pemodelan (RPP, LKS, Penilaian, Penugasan mahasiswa, materi pengayaan Pengembangan Instrumen
pemahaman konsep IPA Terintegrasi, penilaian peta
kompetensi dan silabus, penilaian RPP dan penilaian
peer teaching DEVELOP Judgment Lapangan Pemodelan Dosen Main Field
Testing (6) TEMUAN
43
Tabel 3.1. Fokus Revisi Mata Kuliah Aspek Materi dan Pedagogi.
Semester Fokus Revisi Mata Kuliah Materi
Fokus Revisi Mata Kuliah Pedagogi
I Revisi kode mata kuliah, jumlah
SKS dan deskripsi mata kuliah untuk: Fisika Dasar dan
Praktikumnya, Biologi Dasar dan Praktikumnya, Kimia Dasar dan Praktikumnya.
Revisi kode mata kuliah untuk IPA Dasar.
III Revisi kode mata kuliah, jumlah SKS dan deskripsi mata kuliah untuk Ilmu Kebumian dan Praktikumnya
Revisi kode dan deskripsi mata kuliah untuk IPA-1 dan
Praktikumnya.
Revisi kode mata kuliah, jumlah SKS dan deskripsi mata kuliah untuk Pendidikan IPA
Revisi kode mata kuliah, jumlah SKS, deskripsi mata kuliah dan letak semester untuk Pengelolaan dan Teknik Laboratorium
Dihapus untuk Strategi dan Manajemen Pendidikan IPA IV Revisi kode dan deskripsi mata
kuliah untuk : Ilmu Lingkungan, Astronomi dan Praktikumnya, IPA-2 dan Praktikumnya
Revisi kode mata kuliah, jumlah SKS dan deskripsi mata kuliah
Pengembangan Media untuk Pembelajaran IPA.
V Revisi kode dan deskripsi mata
kuliah untuk IPA-3 dan praktikumnya.
Revisi kode dan deskripsi mata kuliah untuk Kajian dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPA.
VI Dihapus untuk IPA-4 dan
Praktikumnya.
Mata kuliah baru IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya sebagai pengganti Strategi dan Manajemen Pendidikan IPA.
VI Dihapus IPA-5 dan Praktikumnya.
Mengacu pada jenis mata kuliah prasyarat dan deskripsinya, maka
dilakukan penetapan jenis sub-sub program IPA terintegrasi, yaitu sub program
IPA Terintegrasi I; sub program IPA Terintegrasi II; dan sub program IPA
Terintegrasi III.
Langkah selanjutnya pada fase design adalah merancang standar-standar
materi dan pedagogi IPA tingkat SMP/MTs serta rancangan perangkat
44
, dan Science For All
Americans. Sebelum hasil rancangan bisa ditetapkan sebagai standar core materi
dan pedagogi IPA SMP/MTs, maka terlebih dahulu dilakukan judgement
lapangan, dengan pemberi judgement berasal dari unsur-unsur guru besar bidang
pendidikan IPA, dosen Pendidikan IPA, guru IPA SMP/MTs dan pengembang
Kurikulum IPA SMP/MTs. Daftar nama-nama pemberi judgement dan angket
judgement tersedia di Lampiran 3.2.
Sesudah diperoleh rancangan standar core materi dan pedagogi, maka
dikembangkan perangkat perkuliahan IPA terintegrasi pada fase develop, meliputi
pengembangan (1) silabus program; (2) contoh analisis kompetensi
kurikulum/standar dan silabus pembelajaran: (3) contoh RPP, LKS dan Penilaian;
(4) penugasan mahasiswa; dan (5) materi pengayaan; (6) instrumen-instrumen
asesmen tes dan non tes.
Perangkat yang telah dikembangkan pada fase disseminate dilakukan
ujicoba lapangan awal untuk mendapatkan evaluasi kualitatif dari produk
pendidikan yang dikembangkan. Mengacu dari temuan-temuan ujicoba lapangan,
maka dilakukan revisi hasil ujicoba dan sesudah itu dilakukan ujicoba lapangan
utama dengan one-group pretest-posttest design dengan tujuan menguji apakah
kompetensi pendidik mahasiswa meningkat atau tidak. Langkah terakhir adalah
45 B. Prosedur Penelitian
Mengacu pada desain penelitian tersebut, prosedur penelitian dilaksanakan
melalui tahapan-tahapan dalam research and development (R & D). Tujuan utama
R & D untuk mengembangkan dan memvalidasi suatu program atau model
perkuliahan IPA terintegrasi yang akan digunakan di kelas agar tujuan
perkuliahan menjadi efektif dan siap untuk diimplementasikan. Tahapan-tahapan
R & D diformulasikan menjadi model 4-D (Four-D Models) (Thiagarajan, 1975:
5) dan disesuaikan Borg dan Gall (1983: 775) yaitu:
1. Define (D-1)/Research and Information Collection
a. Analisis Teori/ Studi Literatur
Tahap ini menganalisis secara teori standar-standar guru sains SMP,
meliputi:
1) Standards for Scince Teacher Preparation, fokus pada 10 standar untuk
persiapan guru sains, yaitu standar isi, hakikat sains, inkuiri, issues,
keterampilan umum mengajar sains, kurikulum, sains dan masyarakat,
asesmen, keselamatan dan kesejahteraan serta pertumbuhan profesional
2) Standar kompetensi kelompok mata pelajaran (SK-KMP) untuk IPA
SMP/MTs menurut KTSP (2007: 99)
3) Standar isi sains dari Benchmark For Science Literacy, fokus pada
fisika, kebumian, biologi, kimia, kesehatan fisik dan mental.
4) Standar isi dari Science For All Americans, fokus pada bidang biologi,
46
b. Analisis Tugas/Needs Assesment
Tahap ini mengidentifikasi keterampilan-keterampilan proses utama
dan menganalisisnya dalam set-set sub-sub keterampilan yang diperlukan.
Analisis ini menjamin kekomprehensifan tugas-tugas dalam bahan
perkuliahan, karena analisisnya sampai pada pemilihan perangkat
perkuliahan, rencana aktivitas perkuliahan/pendekatan sampai pemilihan
model perkuliahan serta rancangan evaluasinya. Aktivitas perkuliahan
meliputi diskusi informasi, modeling, penugasan, kerja kelompok, dan
praktik. Penilaian perkuliahan meliputi tes tertulis, tes kinerja dan tes
praktik dan model perkuliahan secara umum adalah kolaboratif. Hasil
lengkap analisis tugas pada tahap define tersedia di Lampiran 3.3.
c. Analisis Konsep/Needs Assesment
Tahap ini mengidentifikasi konsep-konsep utama yang diajarkan,
menyusunnya dalam hirarki dan menguraikan dalam tema-tema utama.
Tema-tema utama dijabarkan dalam ide-ide utama dan setiap ide utama
diintegrasikan dalam seluruh bidang sains, yaitu fisika, kimia, lingkungan,
geologi, kesehatan dan keamanan, astronomi, teknologi, dan biologi.
Analisis membantu mengidentifikasikan suatu set rasional contoh. Tujuan
perkuliahan khusus berfungsi mengubah hasil-hasil analisis tugas dan
konsep menjadi tujuan-tujuan yang dinyatakan secara perilaku. Hasil
penjabaran ide-ide utama dan integrasinya dalam seluruh bidang sains
47
2. Design (D-2)/Planning
a. Seleksi Media dan Sumber-sumber Pembelajaran
Tahap ini memilih media-media dan sumber belajar yang tepat untuk
presentasi isi perkuliahan. Proses ini disesuaikan dengan analisis tugas dan
analisis konsep. Hasil seleksi media/alat dan bahan perkuliahan diidentifikasi per
sub program. Hasil secara lengkap seleksi media dan bahan perkuliahan tersedia
di Lampiran 3.5.
b. Seleksi Format
Tahap ini memilih format-format perangkat yang akan dikembangkan,
seperti format silabus, format RPP, format materi pengayaan, format lembar
kegiatan mahasiswa dan format asesmen
(1) Format Silabus sub Program: Judul Silabus; kolom-kolom terdiri dari
standar kompetensi lulusan sub program, kompetensi dasar, tujuan,
indikator-indikator, deskripsi perkuliahan, instrumen/alat ukur.
(2) Format Peta Kompetensi IPA Terintegrasi: judul peta kompetensi;
kolom-kolom terdiri dari bidang IPA, Fisika, Kimia, Biologi, Bidang lain; setiap
bidang IPA dijabarkan tujuan pembelajaran, indikator-indikator,
metode/pendekatan, materi
(3) Format Silabus Pembelajaran dan RPP mengikuti format silabus dari Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP: 2006).
(4) Format LKS disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran (percobaan,
48
(5) Format penilaian disesuaikan jenis penilaian yang dipilih untuk setiap sub
program
c. Rancangan Awal
Tahap ini merancang perangkat-perangkat perkuliahan yang sudah
diidentifikasikan.
3. Develop (D-3)/Develop Preliminary form of Product
Tahap ini memperoleh persetujuan untuk meningkatkan kualitas
perangkat perkuliahan. Sejumlah ahli diminta untuk mengevaluasi
perangkat-perangkat perkuliahan yang sudah dirancang, meliputi: silabus program, contoh
analisi kompetensi, contoh silabus pembelajaran, contoh RPP, contoh LKS, materi
pengayaan, panduan RPP, panduan peer teaching, penugasan mahasiswa serta
seluruh instrumen penilaian, kemudian berbasis feedback para ahli
perangkat-perangkat perkuliahan dimodifikasi/direvisi untuk menjadi lebih tepat, efektif, dan
bermanfaat serta teknik kualitasnya tinggi. (Daftar para ahli yang memberi
evaluasi terhadap perangkat tersedia di Lampiran 3.6)
4. Dessiminate (D-4)
Pengujian perangkat hasil pengembangan (Preliminary Field Testing)
dilakukan di kelas reguler (kelas H) dengan jumlah mahasiswa 30 orang untuk sub
program II (Pencemaran Lingkungan dan Cara Mengatasinya dengan terapan
STM). Adapun daftar subjek kelas ujicoba dan jadwal ujicoba tersedia di
49
Sesudah perangkat-perangkat perkuliahan melalui tahap ujicoba dan sudah
direvisi (Main Product Revision), maka perangkat-perangkat diterapkan dalam
perkuliahan sebenarnya (Main Field Testing), kemudian diobservasi segala
variabel yang menjadi fokus/tujuan pengembangan. Ujicoba lapangan utama
dikenakan pada kelas reguler (kelas A) dengan jumlah mahasiswa adalah 30
orang. Adapun daftar subjek kelas ujicoba lapangan utama (diseminasi) dan
satuan acara perkuliahan teori dan praktikum tersedia di Lampiran 3.8.
Langkah-langkah setiap fase pengembangan program IPA terintegrasi
50
Memilih Media
Analisis Teori Standar Guru Sains SMP: • 10 Standards for Scince Teacher Preparation
• Standar kompetensi profesional dan
pedagogik Kurikulum S1 Pendidikan IPA
• Standar isi Benchmark For Science Literacy
• Standar isi dari Science For All Americans
Analisis Tugas :
• Identifikasi keterampilan-keterampilan utama
• Analisis sub-sub keterampilan
Analisis Konsep :
• Identifikasi konsep-konsep
utama
• Menyusun dalam hirarki dan
menguraikan dalam tema-tema utama.
• Menjabarkan tema-trma
utama dalam ide-ide utama
• Menganalisis ide-ide utama
dalam integrasi seluruh bidang sains
• Pemilihan perangkat perkuliahan • Rencana aktivitas
perkuliahan/pendekatan • Pemilihan model perkuliahan.
Tujuan Perkuliahan Khusus
Merancang Analisis Kompetensi dan Silabus Merancang RPP Merancang LKM Merancang LKM
Memilih Format
Review Expert :
Kemungkinan salah konsep, tingkat
kedalaman materi, ketepatan pendekatan perkuliahan, ketepatan pemilihan media, asesmen, kebenaran instrument asesmen
Review Expert :
Bahasa, Lay Out, Tingkat keterbacaan dan Format
Revisi/modifikasi I
Ujicoba pada kelas non sampel
Analisis
respon, reaksi dan komentar para dosen dan mahasiswa, serta hasil observasi semua variabel terkait
Revisi/modifikasi II
Ujicoba Kelas Sampel
Analisis semua variabel
Operational Product Revision
Gambar 3.3. Fase-fase Penelitian
Fase-I
Fase-II
Fase-III
51 C. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) dan Instrumen-instrumen Penelitian
1. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) Perangkat Perkuliahan.
Prosedur pengembangan perangkat program IPA terintegrasi pada tahap
validasi ahli menggunakan beberapa lembar evaluasi seperti dipaparkan dalam
Tabel 3.2 dan lembar evaluasi perangkat perkuliahan secara lengkap tersedia di
Lampiran 3.9.
2. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) Instrumen-instrumen Penelitian
Selain lembar validasi ahli materi untuk perangkat-perangkat perkuliahan
yang dikembangkan, juga dilakukan validasi ahli untuk instrumen-instrumen tes
dan non tes, seperti dipaparkan dalam Tabel 3.3 dan lembar evaluasi
instrumen-instrumen tes dan non tes secara lengkap tersedia di Lampiran 3.10.
3. Instrumen-instrumen Penelitian
Untuk tujuan pengumpulan data dikembangkan instrumen-instrumen
penelitian, seperti dipaparkan pada Tabel 3.4 dan keseluruhan instrumen ada di
Lampiran 3.11 untuk Instrumen 1a, Lampiran 3.12 untuk Instrumen 1b, Lampiran
3.13 untuk Instrumen 2, Lampiran 3.14 untuk Instrumen 3, Lampiran 3.15 untuk
52
Tabel 3.2. Daftar Lembar Evaluasi (Validasi) Perangkat Perkuliahan
Instrumen Jenis Perangkat yang Divalidasi
Unsur-unsur Validasi
I Silabus Program Kejelasan standar kompetensi lulusan,
kompetensi dasar, indikator-indikator, deskripsi perkuliahan dan instrumen/alat ukur.
II RPP Pemodelan Ketepatan format, materi pembelajaran,
pendekatan dan metode pembelajaran, sumber belajar, alat/bahan; kesesuaian standar kompetensi dengan kompetensi dasar, kompetensi dasar dengan indikator, kegiatan pembelajaran dengan indikator, lembar penilaian dengan indikator; ketepatan dan kekomunikatifan dalam penggunaan bahasa.
III LKS Pemodelan Ketepatan format; kesesuaian judul
dengan langkah kegiatan; tujuan kegiatan dengan langkah kegiatan; hal-hal yang dilaporkan dengan langkah kegiatan; indikator dalam RPP dengan tujuan
kegiatan; kelayakan/kemungkinan
keterlaksanaan langkah kegiatan.
IVa Penugasan Mahasiswa Kesesuaian penugasan mahasiswa dengan indikator dalam silabus program; ketersediaan pendukung pada penugasan mahasiswa
IVb Panduan
Pengembangan RPP
Kelengkapan aspek-aspek dalam panduan; kejelasan panduan.
IVc Materi Pengayaan Kebenaran konsep; aktualitas; urgensi; kesesuaian materi dengan situasi siswa;
kecukupan untuk mencapai tujuan
[image:30.595.115.519.108.594.2]53
Tabel 3.3. Daftar Lembar Evaluasi (Validasi) Instrumen-instrumen
Instrumen Jenis Instrumen yang Divalidasi
Unsur-unsur Validasi
V Tes IPA terintegrasi (Validasi butir soal pilihan ganda dan essay)
Nomor butir soal; penilaian (A= valid tanpa revisi; B = valid dengan revisi; C = tidak valid) dan saran penilaian (1 = perbaikan pada stem/rumusan soal; 2 = perbaikan pada option; 3 = perbaikan pada kunci jawaban; 4 = perbaikan pada indikator dan 5 = perbaikan pada gambar). Untuk soal essay saran penilaian, yaitu 1= perbaikan pada stem/rumusan soal dan 4= perbaikan pada indikator).
VI Analisis Kompetensi kurikulum/standar dan Pengembangan Silabus Pembelajaran IPA Terintegrasi
Judul; petunjuk pemberian skor; aspek penilaian untuk analisis kompetensi kurikulum; kriteria penilaian analisis kompetensi kurikulum; aspek penilaian untuk deskripsi semua bidang IPA; kriteria penilaian deskripsi semua bidang IPA; aspek penilaian untuk pemilihan tema; kriteria penilaian pemilihan tema; dan penilaian umum terhadap Instrumen 2.
VII Lembar Penilaian RPP dan lampirannya
Judul; petunjuk pemberian skor; aspek penilaian untuk identitas; kriteria penilaian identitas; aspek penilaian rumusan tujuan pembelajaran; kriteria penilaian rumusan tujuan pembelajaran; aspek penilaian penentuan materi pelajaran/materi pokok; kriteria penilaian penentuan materi pelajaran/materi pokok; aspek penilaian pencantuman metode dan strategi; kriteria penilaian pencantuman metode dan strategi pembelajaran; aspek penilaian langkah-langkah kegiatan pembelajaran/skenario pembelajaran; kriteria penilaian langkah-langkah kegiatan pembelajaran/skenario pembelajaran; aspek penilaian pencantuman sumber belajar; kriteria penilaian pencantuman sumber belajar; aspek penilaian instrumen penilaian/asesmen; kriteria penilaian instrumen penilaian/asesmen dan penilaian secara umum instrumen 3.
VIII Lembar pengamatan Peer teaching
54
Tabel 3.4. Daftar Instrumen-instrumen Penelitian
Instrumen Nama Isi / aspek yang dinilai
1a Tes integrasi IPA dengan
metode ilmiah
13 indikator dengan 26 butir soal tervalidasi
1b Tes interdisipliner IPA 12 indikator, 22 soal pilihan ganda dan 6
soal essay (sub program I); 20 indikator, 14 soal pilihan ganda dan 7 soal essay (sub program II); 8 indikator, 34 soal pilihan ganda dan 10 soal essay (sub program III
2 Lembar penilaian analisis
kompetensi dan pengembangan silabus pembelajaran IPA terintegrasi
Analisis IPA terinterasi; tema; analisis content dan proses.
3 Lembar penilaian RPP Identitas; merumuskan tujuan
pembelajaran; menentukan materi
pelajaran; mencantumkan metode dan
strategi pembelajaran; menyusun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran; mencantumkan sumber belajar; dan menyusun instrumen penilaian.
4 Lembar Penilaian Peer
Teaching
Pendahuluan dengan 3 aspek
pengamatan; kegiatan inti dengan 6 aspek pengamatan; penutup dengan 2 aspek pengamatan; dan lain-lain dengan 6 aspek pengamatan
5 Angket Respon Mahasiswa
terhadap perkuliahan IPA Terintegrasi dan
Pembelajarannya
Perasaan mahasiswa selama mengikuti perkuliahan dan terhadap perangkat
perkuliahan; tanggapan mahasiswa
terhadap contoh-contoh pendekatan
dalam pembelajaran IPA terintegrasi;
pendapat mahasiswa terhadap
keterbacaan dan penampilan perangkat perkuliahan; dan pendapat mahasiswa terhadap kesempatan mengembangkan peta kompetensi, silabus pembelajaran IPA terintegrasi, RPP, LKS, penilaian; dan melakukan peer teaching
D. Subyek Penelitian
Dalam langkah ujicoba perangkat perkuliahan subyek penelitian adalah
55
mahasiswa, sedangkan untuk diseminasi (implementasi) perangkat subyek
penelitian adalah mahasiswa S1 pendidikan IPA kelas reguler (kelas A) dengan
jumlah 30 mahasiswa.
E. Teknik Analisis Data
Beberapa teknik analisis data yang diperoleh dari instrumen-instrumen
penelitian dijelaskan sebagai berikut.
1. Analisis Instrumen 1a dan 1b (Tes Pemahaman IPA terintegrasi I dan IPA
Terintegrasi II)
Gain-test ditentukan dari skor postest dan pretest yang dinormalisasi dengan
rumus = (Meltzer; 2002: 1260)
2. Analisis Instrumen 2, 3, dan 4 (non tes)
Analisis dilakukan secara dekriptif kualitatif. Penilaian pengembangan peta
kompetensi dan silabus pembelajaran serta RPP dianalisis dengan menghitung
rata-rata skor penilain yang memiliki rentang antara 1 – 4, dengan 1 = kurang;
2 = cukup; 3 = baik; dan 4 = sangat baik sesuai kriteria yang sudah ditetapkan.
Penilaian peer teaching dianalisis dengan menghitung rata-rata skor penilain
yang memiliki rentang antara 1 –5, dengan 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak
baik; 3 = kurang baik; 4 = baik dan 5 = sangat baik.
3. Angket respon mahasiswa selama mengikuti perkuliahan IPA terintegrasi
dianalisis dengan menghitung persentase kemunculan jawaban/tanggapan
92 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Karakteristik program IPA terintegrasi terdiri dari perangkat-perangkat
program perkuliahan yang meliputi: a) Standar Core Materi dan
Pedagogi tingkat SMP/MTs; b) Silabus sub program; contoh-contoh
Analisis Kompetensi dan Silabus Pembelajaran IPA Terintegrasi;
contoh-contoh RPP lengkap dengan Penilaiannya; contoh-contoh-contoh-contoh LKS; c)
Panduan Penyusunan RPP; d) Panduan Peer Teaching; e) Penugasan
Mahasiswa dan f) Materi Pengayaan aspek Content dan Pedagogy.
2. Program IPA terintegrasi mampu mewujudkan kompetensi profesional
calon guru IPA SMP/MTs ditunjukkan dengan peningkatan kompetensi
integrasi IPA dengan metode ilmiah berkategori tinggi dengan N-gain
0,80; meningkatkan kompetensi interdisipliner bidang IPA berkategori
antara sedang dan tinggi dengan N-gain antara 0,63 dan 0,80.
3. Program IPA terintegrasi mampu mewujudkan kompetensi pedagogik
calon guru IPA SMP/MTs meliputi kompetensi menyusun analisis
kompetensi kurikulum/standar dan pengembangan silabus pembelajaran
IPA terintegrasi dengan persentase ketercapaian antara 82,5% dan
87,5%; mengembangkan RPP IPA terintegrasi dengan persentase
93
terintegrasi dengan persentase ketercapaian kompetensi antara 70,0% dan
74,0%.
4. Program IPA terintegrasi mampu mewujudkan kompetensi
pedagogy-content-knowledge karena memiliki tahap aktivitas: pemodelan; diskusi;
penyusunan analisis kompetensi kurikulum/standar dan mengembangkan
silabus pembelajaran; penyususnan RPP peer teaching; pengayaan
materi IPA terintegrasi aspek content dan pedagogy.
B.Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian antara lain:
1. Hasil pengembangan program memberikan masukan dalam revisi
Kurikulum S1 Pendidikan IPA S1 dalam hal jumlah SKS, kode,
menghapus, mengganti nama dan deskripsi mata kuliah untuk beberapa
mata kuliah prasyarat dari segi content (materi) dan segi pedagogy
(pedagogi).
2. Hasil pengembangan program terutama standar core materi dan pedagogi
sebagai pedoman atau rujukan dalam mengembangkan pembelajaran IPA
terintegrasi, meskipun di masa mendatang terjadi perubahan kurikulum di
tingkat SMP/MTs. Hal ini bersumber pada rasional: standar core materi
memberikan standar isi dan standar core pedagogi memberikan standar
keterampilan ilmiah dalam IPA, standar
keterampilan-keterampilan berpikir dalam IPA, standar strategi-strategi berpikir dalam
94
standar dalam pencapaian character building bagi siswa, dan standar
strategi-strategi pembelajaran IPA.
3. Keseluruhan hasil pengembangan program IPA terintegrasi ini sebagai
mata kuliah wajib di program studi S1 Pendidikan IPA, semester VI dan
sekaligus sebagai mata kuliah baru dengan bobot 3 SKS teori dengan
nama IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya serta 1 SKS praktikum
dengan nama Praktikum IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya.
C.Rekomendasi
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian antara lain:
1. Program IPA Terintegrasi yang telah dikembangkan melalui research
and development ini merupakan mata kuliah yang mampu membekali
mahasiswa S1 pendidikan IPA yang memiliki kewenangan menjadi calon
guru IPA SMP. Dengan demikian bagi LPTK yang membuka program
studi S1 pendidikan IPA perlu menerapkan mata kuliah IPA terintegrasi
agar lulusannya memiliki kompetensi sesuai yang direkomendasikan
Standards for Science Teacher Preparation (NSTA, 2003) dan
memenuhi Permendiknas, No. 16 Tahun 2007, yaitu memiliki
kompetensi interdisipliner bidang IPA.
2. Sub-program-sub-program dan tema-tema dapat dimodifikasi oleh
perguruan tinggi untuk disesuaikan dengan visi dan misi kurikulum yang
95
serta kemampuan mahasiswa, namum tetap mengacu pada standar materi
dan pedagogi tingkat SMP/MTs sebagai rujukan.
3. Pelaksanaan perkuliahan IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya dapat
dilaksanakan oleh berbagai LPTK yang membuka Program Studi S1
Pendidikan IPA pada semester dimana para mahasiswa sudah menempuh
mata kuliah prasyarat baik dari aspek materi maupun pedagogi.
4. Mata kuliah IPA Terintegrasi dapat dijadikan pendukung kebijakan
pemerintah, khususnya Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah tentang pelaksanaan Bimbingan Teknis
IPA Terpadu bagi para guru, sehingga para mahasiswa sudah memiliki
pemahaman pada saat nanti harus praktik di lapangan.
5. Penelitian lanjutan masih sangat diperlukan untuk menguji efektifitas
program IPA Terintegrasi, yaitu dengan melanjutkan penelitian
pengembangan ke tahap uji pelaksanaan lapangan, penyempurnaan
96
DAFTAR PUSTAKA
American Assosiation for the Advancement of Science. 1993. Benchmarks for Science Literacy. Project 2061. New York: Oxford University Press.
Arends, Richard I. 1996. Classroom Instructional and Management. The McGraw-Companies, Inc.
Bayer, B. K. 1971. Inquiry in the Social Studies Classroom. A Strategy for Teaching. Colombus Ohio: Charles E. Merril Publishing Company
Borg, W. R. And Gall, M. D. 1983. Educational Research An Introduction 4th Ed. New York: Longman, Inc.
Bround, M., dan Reiss, M. 2006. Toward a More Authentic Science Curriculum: The contribution of out-of-school learning. International Journal of Science Education, pp. 1373-1388. Tersedia: m.reiss@ioe.ac.uk. [20 Pebruari 2008]
Bruce Joyce & Masha Weil. 1996. Models of Teaching 5th Ed. United States of America: Allyn & bacon. A Simon & Schuster Company
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP Depdiknas.
Carribbean Examination Council. 2007. Integrated Science. Carribbean Certificate of Secondary Level Competence
Cho, I. Y. dan Anderson, C. W. 2005. Understanding of Matter Transformation in Physical and Chemical Changes: Ecological Thinking. Michigan State
University. 35 halaman. Tersedia:
http://jscemed.chem.wisc.edu/JCEWWW/Features/CQandChP/CQs/Concep t sinventory/Concepts_Inventory.html. [23 Juni 2008]
Clarke, J. A. and Rowe, R. 2007. Learning Science Online: A
Descriptive Study of Online Science Courses For Teachers. TERC, 26 halaman. Tersedia: http://www.terc.edu [23 Juni 2008]
Curriculum Development Center. 2002, Integrated Curriculum for Secondary School (Curriculum Specification. Science Form 2. Ministry of Education Malaysia
97 Hakkarainen, K., dan Sintonen, M. 2003. The Integrrogative Model of inquiry
and Computer-Supported Collaborative Learning. Science & Education 11: 25-43, 2003. Kluwer Academic Publisher. Printed in the Netherlands. Tersedia : Departement of Philosophy, P.O.Box 24 University of Helsinki, Finland; E-mail: matti.sintonen@helsinki.fi [21 Januari 2008]
Huo, Y. 2006. Applying Contemporary Education Strategies to motivate Students’ interests in Studying Physical Chemistry and to develop Lifelong Learning Skills. Departement of Chemistry, Northeast University Shenyang, pp.23- 26. Tersedia: Huoyunqiu@sina.com. [15 maret 2008]
Khishfe dan Khalick, E. L. 2002. Influence of explicit and reflective versus implicit inquiry-oriented instruction on sixt graders’views of nature of science. Journal of Research in Science Teaching, 39 (7), 551-578. Tersedia : http://ouray. cudenver.edu [15 Pebruari 2008]
Mao, S. L. dan Chang, C. Y. 2005. Impacts of an Inquiry Teaching Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes at the Socondary School Level. Departemen of Earth Science National Taiwan Normal University Taiwan, R. O. C. proc. Natl, Sci. Counc. ROC(D) Vol, 8, No.3, 2005, pp. 93- 101. [5 Pebruari 2008]
Meltzer, David E. 2002. The Relationship between Mathemathic Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores. American Journal of Physics 70 (12), pp. 1259-1267. Tersedia: http://ojps.aip.org/ajp/. [20 Januari 2009]
NSTA. 1988. Standards for Science Teacher Preparation
NSTA. 2003. Standards for Science Teacher Preparation. Revised 2003
Osman N. Kaya. 2009. The Nature of relationship among the Components of pedagogical Content Knowledge of Preservice Science Teachers: ‘Ozone leyer depletion’ as an example. Internasional Journal of Science Education Vol. 31, No. 7, 1 May 2009, pp. 961-988
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 tentang Guru
98 Saab, N. and Joolingen, W.V. 2005. Supporting Collaborative
Discovery Learning by Presenting a Tool. Procceding of th.2005 Conference on Computer Support for Collaborative Learning. Learning 2005: The next yearst CSCL’05 Publisher International Society on
Learning Sciences. Tersedia: Graduate School of Teaching and Learning University of Amsterdam Nadira@ilo.uva.nl [21 Januari 2007]
Song-Ling Mao dan Chun-Yen Chang. 2005. Impacts of an Inquiry Teaching Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes at the Socondary School Level. Departemen of Earth Science National Taiwan Normal University Taiwan, R. O. C. proc. Natl, Sci. Counc. ROC(D) Vol, 8, No.3, 2005, pp. 93- 101. [5 Pebruari 2008]
Sultan. 2008 .Guru Tidak Layak Mengajar, Mau Diapakan?. Tersedia : http://en.wikipedia.org. [6 Juni 2008]
Taurina, T. 2007. Secondary School Teaching and Maori Student Achievement in Science. Intern Research Report 11. 12 halaman. Tersedia : http://www.review.mai.ac.nz. [12 Mei 2008]
Thiagarajan, S., Semmel, D. S., Semmel, M.I. 1974.
Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Broomington. Indiana University.
Trefil, J. dan Hazen, R. M, 2007. The Science: An Integrated Approach. United Stated of America: John Wiley & Sons, Inc.
Udin Syaifudin Sa’ud. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Wilhelm, J., Thacker,B. , Wilhelm, R. 2007. Creating Constructivist
Physics for Introductory University Classes. Electronic Journal of Science
Education, Vol II, No 2 (2007), 18 halaman. Tersedia:
http://ejse.southwestern.edu[12 Mei 2008]
Yuqiu Huo. 2006. Applying Contemporary Education Strategies to motivate Students’ interests in Studying Physical Chemistry and to develop Lifelong Learning Skills. Departement of Chemistry, Northeast University Shenyang, pp.23-26. Tersedia: Huoyunqiu@sina.com. [15 maret 2008]
99 Zucker, A.A., et. al. 2007. Increasing Science Learning in Grades 3-8
Using Computers and Probes: Finding From The TEEMSS II Project. Procedings of the NARST 2007 Annual Meeting (New Orleans, LA, United States), 10 halaman. Tersedia : http://teemss.concord.org/. [15 Juni 2008]
---. 2004. Standar-standar Guru Pemula untuk SMP/MTs. Jakarta: Dirjen DIKTI. Departemen Pendidikan Nasional.
---. 2005. Panduan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Pusat Kurikulum. Balitbang. DepDikNas.
---. 2006. Pengembangan Kurikulum Program Studi S1. Jakarta:
Departemen Pendidikan nasional. Direktorat jenderal pendidikan Tinggi. Direktorat Ketenagaan.
---.2007. Kurikulum 2002 FMIPA . Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Yogyakarta
---. 2007. Panduan Penyusunan KTSP Lengkap. Yogyakarta: Pustaka Yustisia