• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Teh Ooolong (Camellia sinensis) Terhadap Kadar LDL pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Teh Ooolong (Camellia sinensis) Terhadap Kadar LDL pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Tahun 2016."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

EFEK TEH OOLONG (Camellia sinensis) TERHADAP KADAR LDL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN

MARANATHA TAHUN 2016

Sarah Amalia, 2016 Pembimbing I: Edwin Setiabudi, dr.,Sp.PD.,KKV.,FINASIM Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes

Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid dimana terjadi peningkatan maupun penurunan komponen lipid dalam darah. Kelainan komponen lipid yang utama adalah terjadinya kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), TG (trigliserida), serta menurunnya kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Kadar abnormal ini akan menyebabkan peningkatan risiko terjadinya berbagai penyakit, seperti obesitas dan penyakit kardiovaskuler. Terapi dislipidemia merupakan kombinasi antara terapi farmakologi salah satu contohnya adalah dengan obat golongan statin serta perubahan gaya hidup. Obat herbal yang digunakan untuk mengatasi dislipidemia terutama naiknya kadar LDL adalah teh oolong.

Tujuan Penelitian untuk menilai efek seduhan teh oolong terhadap kadar LDL pada manusia.

Metode Penelitian kuasi eksperimental dengan desain penelitian pre dan post test. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemberian teh oolong pada 30 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Data yang diukur adalah kadar LDL. Analisis data menggunakan uji T-berpasangan dengan kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p.

Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata kadar LDL sebelum konsumsi teh oolong sebesar 87,37 mg/dL dan sesudah konsumsi sebesar 82,20 mg/dL. Hasil uji T-berpasangan menunjukkan nilai 5,2 mg/dl dengan p = 0,000( p<0,01).

Simpulan seduhan teh oolong dapat menurunkan kadar LDL darah pada manusia.

Kata kunci : dislipidemia, teh oolong, kadar LDL

(2)

v ABSTRACT

EFFECTS OF OOLONG TEA (CAMELLIA SINENSIS) TOWARD FACULTY OF

MEDICINE MARANATHA CHRISTIAN UNIVERSITY YEAR OF 2016 STUDENT’S LDL LEVEL.

Sarah Amalia, 2016 1st Tutor Edwin Setiabudi, dr., Sp.PD., KKV., FINASIM 2nd tutor : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., Kes

Background Dyslipidemia defined as a disorder of lipid metabolism which occured as

an increase or decrease in blood lipid components. The main components of lipid abnormalities is the rise of total cholesterol, LDL cholesterol (Low Density Lipoprotein), TG (triglycerides), and decrease HDL (High Density Lipoprotein). Abnormal levels of those component above will lead to an increased of risk of various diseases, such as obesity and cardiovascular disease. Theraphy of dyslipidemia is a combination of pharmacological therapy such as statins theraphy and also lifestyle changes. One of herbal remedy used to treat dyslipidemia, particularly rising levels of LDL is oolong tea.

Objective To assess the effects of oolong tea lowering LDL levels in humans.

Research Methods quasi-experimental research design with pre and post test. This study was conducted by giving oolong tea to 30 students of the Faculty of Medicine, Maranatha Christian University. Data were measured LDL levels. Data analysis using paired T-test with significance determined based on the value of p.

Result the average levels of LDL before oolong tea consumption is 87.37 mg / dL and after consumption is 82.20 mg / dL. T-paired test results show the value of 5.2 mg / dl, p = 0.000 (p <0.01).

Conclusions steeping oolong tea can lower blood LDL levels in humans.

Keywords: dyslipidemia, oolong tea, levels of LDL

(3)

vi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

(4)
(5)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Hasil Penelitian ... 39

4.2 Pembahasan ... 42

4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Simpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 50

RIWAYAT HIDUP...62

(6)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Profil Lipid Menurut NCEP ATP III 2001...16

Tabel 2.2 Klasifikasi Dislipidemia Menurut WHO ...17

Tabel 2.3 Komposisi kimia daun teh muda (Camelia sinensis) ...28

Tabel 2.4 Komponen Kafein dan Katekin Dalam Teh Oolong...30

Tabel 4.1 Kadar LDL (mg/dl) Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong ...39

Tabel 4.2 Rerata Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong... ... ..41

Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong ... ..41

(7)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Biosintesis Kolesterol ... 9

Gambar 2.2 Jalur Metabolisme Lipoprotein ... 12

Gambar 2.3 Hubungan Antara Hipotesis Infiltrasi Lipid dengan Luka Endotel

... 22

Gambar 2.4 Teh Oolong ... 29

(8)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ethical Approval Penelitian Efek Seduhan Teh Oolong

TerhadapKadar LDL Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Univeristas Kristen Maranatha Tahun 2016 ... ..50

Lampiran 2 Informed Consent Penelitian Efek Seduhan Teh Oolong Terhadap

Kadar LDL Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univeristas

Kristen Maranatha Tahun 2016...51

Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Uji Normalitas Kadar LDL Sebelum Dan

Sesudah Konsumsi Seduhan Teh Oolong...52

Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Uji T-Berpasangan Kadar LDL Sebelum Dan

Sesudah Konsumsi Seduhan Teh Oolong...53

Lampiran 5 Dokumentasi ... ...54

(9)

50

LAMPIRAN 1

ETHICAL APPROVAL PENELITIAN EFEK SEDUHAN TEH OOLONG

(10)

51

LAMPIRAN 2

INFORMED CONSENT PENELITIAN EFEK SEDUHAN TEH OOLONG

(11)

52

LAMPIRAN 3

HASIL UJI STATISTIK UJI NORMALITAS KADAR LDL SEBELUM DAN SESUDAH KONSUMSI SEDUHAN TEH OOLONG

Case Processing Summary

Perlakuan Statistic Std. Error

kadar Selisih

perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. kadar Selisih ,080 30 ,200* ,983 30 ,905

(12)

53

LAMPIRAN 4

HASIL UJI STATISTIK UJI T-BERPASANGAN KADAR LDL SEBELUM DAN SESUDAH KONSUMSI SEDUHAN TEH OOLONG

(13)

54

LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI

(14)

55

Gambar 3 Tabung Eppendorf

(15)

56

Gambar 5 Torniquette

(16)

57

Gambar 7 Sampel darah OP

(17)

58

Gambar 9 Packing teh untuk satu objek pemeriksaan

(18)

59

Gambar 11 Kemasan Teh

(19)

60

Gambar 13 Proses Penyeduhan Teh

(20)

61

Gambar 15 Proses Penyeduhan Teh

(21)

62

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sarah Amalia

NRP : 1310208

Tempat, tanggal lahir : Solo , 9 Mei 1995

Alamat : Jl. Taman Siswa No.3 Bandung

Riwayat Pendidikan :

1998 – 2000 : TK Pangudi Luhur Bernardus Semarang

2000 – 2007 : SD Assalam Bandung

2007 – 2010 : SMP Taruna Bakti Bandung

2010 – 2013 : SMA Taruna Bakti Bandung

2013 – sekarang :sebagai mahasiwa Fakultas Kedokteran

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid dimana terjadi

peningkatan maupun penurunan komponen lipid dalam darah. Kelainan

komponen lipid yang utama adalah terjadinya kenaikan kadar kolesterol total,

kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida (TG), serta

menurunnya kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) (PERKENI, 2012). Angka

kejadian dislipidemia dewasa ini meningkat dengan cepat disebabkan dengan

adanya perubahan pola hidup masyarakat ini terutama akibat jenis makanan tinggi

lemak dan berkurangnya aktivitas fisik (Carr and Brunzell, 2004). Diperkirakan 53

% dari penduduk dewasa Amerika Serikat memiliki kelainan lipid terdiri dari 27%

atau sekitar 53,5 juta jiwa memiliki tinggi LDL-C , 23 % sekitar 46,4 juta jiwa

memiliki rendah HDL-C, dan 30% atau 58,9 juta jiwa memiliki tinggi TG (Toth,

2012). Data di Indonesia berdasarkan Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun

2007 menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol

total >200 mg/dL adalah sekitar 39,8 % (Riskerdas ,2007). Selain itu berdasarkan

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi dislipidemia di

Indonesia pada rentang usia 25 hingga 34 tahun sebesar 9,3 % sementara pada

rentang usia 55 hingga 64 tahun sekitar 15,5 % (Oriviyanti, 2012).

Dalam rangka menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskular beberapa

faktor risiko yang dapat dimodifikasi, tekanan darah tinggi yang paling penting,

merokok dan high total serum cholesterol. Menurunkan kadar kolesterol terutama

LDL merupakan strategi ideal untuk mengurangi insidensi penyakit kardiovaskular.

Banyak bahan herbal yang dipercaya masyarakat dapat menurunkan kadar

kolesterol darah dan salah satunya adalah teh oolong. Menurut penelitian dari He

et al teh oolong dapat menyeimbangkan antara HDL dan LDL serta dapat

menurunkan total cholesterol , LDL , dan Trigliserida pada plasma darah subjek

(23)

2

(He et al., 2009). Hal ini sejalan pula dengan hasil penelitian dari Abd – Elraheim

et al yang menyatakan pula bahwa kandungan katekin dan kafein dapat menurunkan

kolesterol, trigliserida dan LDL (Abd– Elraheim et al. ,2008) . Penelitian oleh

Tomonori Nagao tahun 2005 membuktikan bahwa teh oolong dapat menurunkan

kadar LDL laki-laki secara signifikan setelah pemberian seduhan teh oolong

selama 12 minggu (Nagao, et al., 2005).

Golongan obat HMG-CoA reductase inhibitor adalah obat hipolipidemik yang

umum digunakan, namun obat tersebut memiliki efek samping terhadap fungsi

hepar (Pandit et al, 2012). Salah satu alternatif pengobatan adalah dengan

mengonsumsi seduhan teh oolong. Teh oolong sendiri sudah dikenal lama oleh

masyarakat Indonesia maupun dunia namun penggunaanya sebagai obat herbal

sendiri masih belum terlalu luas. Penelitian sendiri bertujuan untuk menilai efek

pemberian teh oolong terhadap kadar LDL.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah yang di dapatkan adalah

apakah pemberian seduhan teh oolong dapat menurunkan kadar kolesterol LDL.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini bertujuan agar masyarakat memiliki terapi tambahan untuk

dislipidemia dengan efek samping yang relatif sedikit. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menilai efek pemberian teh oolong terhadap kadar kolesterol LDL manusia.

(24)

3

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi dunia kedokteran

serta paramedik tentang efek teh oolong terhadap penurunan kadar LDL manusia.

Juga dapat menjadi acuan bagi peneliti yang akan meneliti teh oolong lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai efek teh oolong terhadap penurunan kadar LDL manusia, sehingga teh

oolong dapat menjadi terapi alternatif dalam mengatasi dislipidemia.

1.5 Kerangka Pemikiran

Teh oolong mengandung polifenol ,terutama flavonoid seperti katekin dan juga

mengandung kafein kandungan teh oolong ini sebenarnya hampir sama dengan teh

hijau yang juga mengandung katekin dan kafein namun hanya berbeda dari

besarnya kandungan zat- zat tersebut. Flavonoid katekin ( catechin ) yang

merupakan salah satu zat yang terkandung dalam teh oolong tersebut memiliki

fungsi mencegah terjadinya penyerapan lemak tubuh dengan cara menghambat

aktivitas lipase pankreas (Huggins,2003). Mekanisme katekin dalam menurunkan

LDL diantaranya adalah menghambat prokses oksidasi LDL (dengan cara

mereduksi pembentukan radikal bebas, menjaga dan meregenerasi ∝-tokoferol dan

antioksidan lain), menurunkan aktivitas 3-hydroxymethylglutaryl Coenzim A

(HMG-CoA) reduktase (regulator enzim dan biosintesis kolesterol), meningkatkan

ekspresi reseptor LDL, serta menurunkan absorbsi kolesterol diet dan reabsorbsi

asam empedu (Hartoyo, 2003).

(25)

4

Efek anti obesitas dari kafein adalah dapat menurunkan kadar lemak tubuh

dengan meningkatkan termogenesis. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Dulloo et al

yang menyatakan bahwa katekin mampu menghambat katekol-O-metil-transferase

yaitu enzim yang mendegradasi noradrenalin (NA) , dan kafein menghambat

fosfodiesterase trancellular (enzim yang memecah cAMP NA-induced), maka

gabungan katekin dan kafein, efektif dalam merangsang termogenesis dengan

menghilangkan hambatan pada titik-titik kontrol berbeda sepanjang NA-cAMP

axis. Interaksi sinergis antara catechin-polifenol dan kafein ini dapat meningkatkan

dan memperpanjang stimulasi simpatis yang akan memperpanjang termogenesis

(Dulloo et al., 2000).

Kafein yang dikonsumsi bersama dengan katekin akan menurunkan kadar lemak

lebih cepat dibandingkan dengan mengonsumsi kedua zat tersebut secara terpisah.

Karena konsumsi cathecin dan kafein secara bersamaan akan memperpanjang

stimulasi simpatetik dari termogenesis (Rumpler et al., 2001).

1.6 Hipotesis Penelitian

Pemberian teh oolong menurunkan kadar LDL.

(26)
(27)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipid

Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan

turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol ( Ganong ,2008).

Lipid memiliki arti lain sebagai kelompok besar biomolekul dengan gugus

fungsional karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat larut

dalam air, tapi larut dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin, karbon

tetraklorida, dan lain sebagainya (Baraas, 2006). Lipid akan larut dalam pelarut

organik seperti aseton, alkohol, kloroform, eter, dan benzena (Bintang, 2010).

Lipid dikelompokkan berdasarkan struktur dan karakteristik non polarnya menjadi

lemak (fat), lilin, fosfolipid, sfingolipid, glikolipid, eikosanoat, steroid, lipoprotein,

dan vitamin yang larut di dalam lemak. Beberapa jenis lipid memiliki gugus polar

dan non polar, sehingga lipid bersifat amfipatik akan membentuk misel di dalam air

(Ritter, 1996) .

Sifat yang dimiliki lipid diantaranya adalah sebagai berikut:

- Hidrolisis dari lipid akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada

metabolisme tumbuhan dan hewan.

- Lipid tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik

(benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida)

- Lipid mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Beberapa jenis

lipid juga memiliki kandungan nitrogen dan fosfor

- Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang, tidak seperti karbohidrat dan

protein (Marks et al, 2000).

Fungsi lipid adalah sebagai sumber energi , pelindung organ tubuh ,

pembentukan sel, sumber asam lemak essensial , alat pengangkut vitamin larut

lemak , menghemat protein , memberi rasa kenyang dan kelezatan , sebagai

pelumas, dan menjaga suhu tubuh ( Guyton dan Hall, 2007).

(28)

2

2.1.1 Klasifikasi Lipid

Lipid dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar, yaitu:

- Lipid sederhana (simple lipids), Lipid sederhana merupakan ester gugus

asam lemak (sering disebut juga sebagai gugus asil) dengan molekul

alkohol gliserol. Lipid sederhana dapat berbentuk monogliserida,

digliserida atau trigliserida (triasilgliserol). Trigliserida merupakan lipid

yang tersimpan dalam sitoplasma sel-sel adiposa.

- Lipid kompleks (complex lipids) lipid kompleks, merupakan ester gugus

asam lemak dengan molekul alkohol, lipid kompleks juga berikatan dengan

molekul yang lain, seperti asam fosfat dan senyawa nitrogen tertentu. Asam

lemak tidak hanya mengalami proses esterisasi menjadi molekul lipid yang

lebih kompleks, tapi juga dapat mengalami poses transformasi metabolik

menjadi senyawa-senyawa baru yang disebut sebagai turunan lipid.

- Turunan lipid (derived lipids). Turunan lipid dapat dikelompokkan menjadi

beberapa kelompok besar, seperti eikosanoid, isoprenoid, badan keton

(keton bodies), dan sebagainya. ( Baaras,2006; Mayes, 1999 ;

Santoso,2009)

2.2 Kolesterol

Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang penting dalam pengaturan

permeabilitas dan fluiditas membran, dan juga sebagai lapisan luar lipoprotein

plasma (Murray,2012). Kolesterol merupakan sebuah struktur organik yang

mempunyai berat molekul 386 Da dan memiliki 27 atom karbon, dimana 17

diantaranya tergolong kepada empat cincin yang tergabung, dua termasuk kepada

kelompok metil bersegi yang lengket pada pertemuan cincin AB dan CD, dan

delapan adalah pada rantai sisi perifer. Kolesterol tersusun oleh karbon hidrogen

dan karbon, dengan kelompok hidroksil soliter berlekatan pada C3. Kolesterol juga

hampir jenuh secara sempurna, memiliki hanya satu ikatan ganda C5 dan C6

(Dominiczak dan Wallace, 2009).

(29)

3

dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan

molekul asetil-KoA lain yang dikatalisis oleh HMG-KoA sintase untuk

membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevalonat oleh NADPH dan

dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase (Murray , et al ,2012).

- Pembentukan unit isoprenoid

Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga

kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif, isopentenil

difosfat(Murray , et al ,2012).

- Enam unit isoprenoid membentuk skualen

Isopentenil difosfat mengalami isomerasi melalui pergeseran ikatan rangkap

untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan

molekul lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh-karbon

geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk

farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat bergabung di ujung difosfat untuk

membentuk skualen (Murray , et al ,2012).

- Pembentukan lanosterol

Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur yang sangat mirip dengan

inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen diubah menjadi skualen

2,3-epoksida oleh oksidase berfungsi-campuran di retikulum endoplasma, yaitu

skualen eposidase. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C13 dan yang ada di C8 ke

C14 sewaktu terjadi siklasi, dikatalisis oleh oksidoskualen: lanosterol siklase

(Murray , et al ,2012).

- Pembentukan kolesterol

(30)

4

Pembentukan kolesterol dari lanosterol berlangsung di membran retikulum

endoplasma dan melibatkan pertukaran di inti steroid dan rantai samping. Gugus

metil di C14 dan C4 dikeluarkan untuk membentuk 14-desmetil lanosterol dan

kemudian zimosterol. Ikatan rangkap di C8-C9 kemudian dipindahkan ke C5-C6

dalam dua langkah, yang membentuk desmosterol. Akhirnya, ikatan rangkap

rantai samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol (Murray , et al ,2012)

(31)

5

Biosintesis kolesterol dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Biosintesis Kolesterol (Murray et al ,2012)

(32)

6

2.2.2 Fungsi Kolesterol

Sejauh ini manfaat kolesterol nonmembran yang paling banyak dalam tubuh

adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sebanyak 80 % kolesterol

dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol berkonjugasi dengan zat lain membentuk

garam empedu, yang membantu pencernaan dan absorbsi lemak.

Sebagian kecil dari kolesterol dipakai oleh kelenjar adrenal untuk membentuk

hormon adrenokortikal; ovarium, untuk membentuk progesteron dan estrogen; dan

oleh testis untuk membentuk testosteron. Kelenjar-kelenjar ini juga dapat

membentuk sterol sendiri dan kemudian membentuk hormon dari sterol tersebut.

Sejumlah besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini

bersama dengan lemak lainnya, membuat kulit lebih resisten terhadap absorbsi zat

yang larut dalam air dan juga kerja dari berbagai zat kimia, karena kolesterol dan

lemak lain sangat tidak berdaya terhadap zat-zat seperti asam lemak dan berbagai

pelarut, yang bila tidak dapat lebih mudah menembus tubuh. Juga, zat lemak ini

membantu mencegah evaporasi air dari kulit; tanpa proteksi ini jumlah evaporasi

(seperti terjadi pada pasien yang kehilangan kulitnya karena luka bakar) dapat

mencapai 5 sampai 10 liter setiap hari sedangkan kehilangan yang biasa hanya 300

sampai 400 mililiter (Guyton dan Hall, 2006).

2.3 Lipoprotein

Lipid di dalam plasma darah ialah kolesterol, trigliserida (TG), fosfolipid dan

asam lemak yang tidak larut dalam cairan plasma. Lipid – lipid ini memerlukan

modifikasi dengan bantuan protein untuk dapat diangkut dalam sirkulasi darah

karena sifatnya yang tidak larut dalam air. Lipoprotein merupakan molekul yang

mengandung kolesterol dalam bentuk bebas maupun ester, trigliserida, fosfolipid,

yang berikatan dengan protein yang disebut apoprotein. (Mayes et all,2003) Dalam

molekul lipoprotein inilah lipid dapat larut dalam sirkulasi darah, sehingga bisa

diangkut dari tempat sintesis menuju tempat penggunaannya serta dapat

didistribusikan ke jaringan tubuh. (Almatsier, 2001) Lipoprotein memiliki dua

(33)

7

bagian yaitu inti yang terdiri dari trigliserida dan ester kolesterol yang tidak larut

air dan bagian luarnya terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid, dan apo-protein yang

lebih larut air. HDL, LDL, dan Lp (a) dominan intinya mengandung ester kolesterol,

pada VLDL dan kilomikron, TG merupakan komponen yang dominan (Kane dan

Malloy, 2000). Lipoprotein dibagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan berat

jenisnya, yaitu, kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate

Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density

Lipoprotein (HDL). Lipoprotein ini dapat berinteraksi dengan enzim tubuh seperti

Lipoprotein Lipase (LPL), Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT), dan

Hepatic Triglyceride Lipase (HTGL) sehingga lipoprotein ini dapat berubah

jenisnya (Kusmiyati, 2000).

Lipoprotein merupakan senyawa kompleks antara lemak dan protein. Dalam

serum darah terdirii atas empat jenis lipoprotein, yaitu kilomikron, VLDL, LDL,

dan HDL (Marks et all , 2000 ).

- Kilomikron mengandung 96 % trigliserida; 1,7 % protein;1,75 % kolesterol;

dan 0,6 % fosfolipida. Kilomikron berfungsi sebagai pengangkut lemak dari

usus ke tempat-tempat yang membutuhkan.

- VLDL mengandung 60 trigliserida; 15 % kolesterol; 10 % protein; dan 15

% fosfolipida. VLDL berfungsi sebagai pengangkut trigliserida endogen dari

tempat-tempat pembentukannya ke tempat yang membutuhkan.

- LDL mengandung 10 % trigliserida; 45 % kolesterol; 25 % protein; dan 20

% fosfolipida. LDL berfungsi mengangkut kolesterol dari sel yang satu ke sel

lainnya dimana kolesterol tersebut diperlukan untuk pembentukan hormon

sterol dan steroid.

- HDL mengandung 3 % trigliserida; 18 % kolesterol; 50 % protein, dan 30 %

fosfolipida. HDL berfungsi mengangkut kolesterol ke hati untuk didegradasi

menjadi asam empedu dan dibuang dalam kantong empedu. (Marks et all ,

2000 )

(34)

8

2.3.1 Metabolisme Lipoprotein

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme

eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport, kedua

jalur utama berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserid,

sedang jalur reverse cholesterol transport khusus mengenai metabolisme

kolesterol-HDL. (Adam,2007).

Gambar 2.2. Jalur Metabolisme Lipoprotein (Journal of The American Society of Nephrology, 2007)

Metabolisme lipoprotein terdiri dari tiga jalur yaitu :

- Jalur metabolisme eksogen

Makanan berlemak yang dimakan terdiri atas trigliserid dan kolesterol.

Selain kolesterol yang berasal dari makanan terdapat juga kolesterol yang

berasal dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Lemak inilah

yang disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus akan

diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus dimana trigliserid akan diserap

sebagai asam lemak bebas sementara kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam

(35)

9

usus halus asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserid, sedang

kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya

bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein

yang dikenal dengan kilomikron.

Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus

torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan

mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel

menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai

trigliserid kembali di jaringan lemak, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang

banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan

trigliserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserid

akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan

dibawa ke hati. (Adam,2007).

- Jalur metabolisme endogen

Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam

sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam

VLDL adalah apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL akan

mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase dan VLDL berubah

menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL.

Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali

ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol.

Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan

steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang

mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL

akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor Scavenger-A (SR-A) di

makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar

kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi

dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi

tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL.

Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti meningkatnya

jumlah small dense LDL seperti pada sindroma metabolik dan diabetes melitus

(36)

10

serta Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol-HDL akan bersifat

protektif terhadap oksidasi LDL. (Adam, 2007).

- Jalur reverse cholesterol transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung

apolipoprotein (apo) A, C dan E dan disebut HDL nascent. HDL nascent

berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung

apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil

kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari

makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.

Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol di bagian dalam dari

makrofag harus dibawa ke permukaaan membran sel makrofag oleh suatu

transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette

transporter-1 atau disingkat ABC-transporter-1.

Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas

akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithincholesterol

acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa

oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap

oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua

adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari

VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).

Dengan demikian fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag

mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui

VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam,2007).

- Jalur reverse cholesterol transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung

apolipoprotein (apo) A, C dan E dan disebut HDL nascent. HDL nascent

berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung

apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil

kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari

makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.

Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol di bagian dalam dari

(37)

11

makrofag harus dibawa ke permukaaan membran sel makrofag oleh suatu

transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette

transporter-1 atau disingkat ABC-transporter-1.

Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas

akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithincholesterol

acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa

oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap

oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua

adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari

VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).

Dengan demikian fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag

mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui

VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam,2007).

2.4 Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta penurunan

kadar HDL (Gordon, 2003). Prevalensi dislipidemia dewasa ini meningkat dengan

cepat disebabkan dengan adanya gaya hidup tidak sehat dengan kurangnya olah

raga serta tingginya konsumsi makanan tidak sehat. Dislipidemia menurut WHO

diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kematian (4,5% dari total). Prevalensi

disipidemia tertinggi menurut WHO Wilayah Eropa (54% untuk kedua jenis

kelamin), diikuti oleh WHO Wilayah Amerika (48% untuk kedua jenis kelamin).

Sedangkan presentase terendah adalah Afrika yaitu 22,6 % dan South East Asia

yaitu 29,0 (WHO, 2015). Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 2004 prevalensi penyakit dislipidemia di Indonesia mencapai 14% (Ginting,

2011).

(38)

12

2.4.1 Klasifikasi Dislipidemia

Diagnosis dislipidemia ditentukan berdasarkan beberapa batasan kadar

kolesterol beberapa batasan dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2.

Tabel 2.1 Klasifikasi Profil Lipid Menurut NCEP ATP III 2001(Adam , 2007)

Profil Lipid (mg/dl) Interpretasi

(39)

13

Selain NCEP( National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III

(NCEP ATP III) 2001 , WHO juga membagi Dislipidemia dengan melakukan

modifikasi pada klasifikasi Frederickson. Klasifikasi menurut who dapat dilihat di

tabel 2.2

Tabel 2.2 Klasifikasi Dislipidemia Menurut WHO (Hendromartono et al, 2007)

Fredrickson Klasifikasi Generik Klasifikasi Terapetik

Peningkatan Lipoprotein

I Dislipidemia Hipertrigliseridemia

Eksogen

Kilomikron

II a Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia LDL

II b Dislipidemia

sekunder. Dislipidemia Primer, merupakan dislipidemia yang disebabkan oleh

kelainan penyakit genetik atau bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar

lipid dalam darah. Dislipidemia Sekunder, merupakan dislipidemia yang

disebabkan oleh suatu keadaan seperti misalnya hiperkolesterolemia yang

diakibatkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, kehamilan, anoreksia nervosa,

dan penyakit hati obstruktif. Atau selain itu seperti hipertrigliserida disebabkan oleh

Diabetes Mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, infark miokard, dan

kehamilan dan akromegali (Adam, 2007).

(40)

14

2.4.2 Faktor Risiko Dislipidemia

- Obesitas

Pada obesitas terdapat peningkatan massa jaringan adiposa dan penurunan

sensitivitas insulin, hal tersebut merupakan faktor penting terjadinya

dislipidemia. Peningkatan insulin menyebabkan sintesis asam lemak di hepar

dan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa banyak ditransport ke

hepar untuk diesterifikasi menjadi trigliserida yang dikemas dalam VLDL

sebelum akhirnya disekresikan ke sirkulasi sistemik. Kadar HDL pada obesitas

juga biasanya rendah.

- Diabetes Melitus (DM)

Penderita diabetes melitus tipe I umumnya tidak disertai hiperlipidemia jika

kontrol glukosa darah baik, sebaliknya tipe II biasanya selalu disertai dengan

hiperlipidemia bahkan bila kontrol glukosa darah baik karena kadar insulin yang

sangat tinggi dan resistensi insulin memiliki efek terhadap metabolisme lemak.

Efek terhadap metabolisme lemak seperti penurunan kadar lipoprotein lipase

(LPL) menyebabkan penurunan katabolisme VLDL dan kilomikron, peningkatan

pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa, peningkatan sintesis asam

lemak dan produksi VLDL di hati.

- Penyakit Tiroid

Hipotirodisme terkait dengan peningkatan kadar LDL akibat berkurangnya

fungsi reseptor LDL di hati dan klirens LDL yang tertunda.

- Alkohol

Konsumsi alkohol secara rutin dapat berpengaruh pada kadar lipid plasma

seperti peningkatan sintesis trigliserida hati, sekresi VLDL, dan sedikit

meningkatkan kadar HDL

- Gangguan hati

Hati merupakan tempat pembentukan dan katabolisme dari lipoprotein,

apabila terdapat penyakit hati dapat menyebabkan peningkatan kadar lipid dalam

berbagai jalur. Hepatitis akibat infeksi, obat atau alkohol sering dikaitkan dengan

peningkatan sintesis VLDL dan hipertrigliseridemia. Pada hepatitis yang berat

(41)

15

dan gagal hati terjadi penurunan kolesterol dan trigliserida karena penurunan

kapasitas bioseintesis lipoprotein.

- Gangguan Ginjal

Hiperlipidemia pada sindrom nefrotik terjadi karena peningkatan

metabolisme LDL dan penurunan klirens VLDL.

- Obat-obatan

Beberapa jenis obat mempunyai pengaruh terhadap metabolisme lipid,

contoh golongan obat beta blocker dapat menurunkan kadar HDL dan

meningkatkan kadar VLDL. (Rader & Hobbs, 2010)

2.4.3 Hubungan Dislipidemia Dengan Penyakit Kardiovaskuler

Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit kardiovaskular

yang disebabkan oleh terbentuknya arterosklerosis pada pembuluh darah yang

mengakibatkan meningkatnya kejadian penyakit kardiovaskular. Menurut WHO

17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2012, dan

merupakan 31% dari seluruh kematian global. Dari kematian ini, diperkirakan 7,4

juta adalah karena penyakit jantung koroner (WHO,2016). Sekitar 2400 penduduk

Amerika meninggal akibat penyakit kardiovaskular setiap hari dan disimpulkan

rata-rata satu kematian setiap 37 detik. Pada tahun 2004 angka kematian dari

penyakit kardiovaskular adalah 288,0 per 100.000 kematian di Amerika Serikat

(Rosamond et al., 2007). Prevalensi kematian akibat penyakit kardiovaskular di

Amerika Serikat pada tahun 2009 adalah 236.1per 100.000 orang (Go et al.,2012)

Penyakit jantung aterosklerotik, atau dikenal sebagai penyakit jantung koroner atau

penyakit arteri koroner yang paling sering disebabkan oleh aterosklerosis yang

terjadi akibat pengendapan kolesterol di dinding arteri, menyebabkan akumulasi

plak yang mengakibatkan penyempitan arteri dan meningkatkan risiko infark

miokard dan stroke iskemik (Rosamond et al., 2007).

Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner

karena pada dislipidemia terjadi peningkatan konsentrasi kolesterol LDL, kolesterol

total, trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL yang bersifat anti-aterogenik,

(42)

16

anti oksidan, dan anti inflamasi, dimana keseluruhan proses tersebut akan

mengurangi cadangan anti oksidan alamiah (Sudoyo et all , 2009). Kurangnya anti

oksidan ini akan membuat pembuluh darah rentan mengalami cedera endotel, yang

merupakan awal terjadinya aterosklerosis pada penyakit jantung koroner. Apabila

telah terjadi cedera pada endotel, maka akan terjadi peningkatan paparan molekul

adhesi pada sel endotel dan akan terjadi penurunan kemampuan endotel tersebut

dalam melepaskan nitric oxide dan zat lain yang membantu mencegah perlekatan

makromolekul, trombosit, dan monosit. Setelah itu monosit dan lipid (kebanyakan

berupa LDL) yang beredar mulai menumpuk di tempat yang mengalami kerusakan,

lalu terbentuklah plak ateroma pada pembuluh darah tersebut. (Guyton , 2007)

Aterosklerosis terutama mengenai lapisan intima merupakan kelainan yang

mendasari penyakit jantung iskemik. Lesi aterosklerosis di klasifikasikan atas tiga

tahap secara morfologik yaitu bercak perlemakan, plak fibrosa, dan lesi

terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak perlemakan terjadi sel – sel busa. Flak

fibrosa adalah bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang

sedangkan lesi terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan

oleh peningkatan nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau diquamasi

permukaan endotel diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat

mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah.

Faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding pembuluh

darah dan beberapa teori (Anwar ,2004):

- Adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel.

- Gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik).

- Gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein.

- Perubahan permeabilitas endotel.

Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang

ada dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau

perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor "Scavenger" khusus pada

makrofag dan gel -gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas

pembentukan reseptor -reseptor ini, dan ester-ester kolesterol kemudian

berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel busa. Set gel busa membentuk

(43)

17

bercak perlemakan yang bisa menyebabkan disrubsi pada endotelium. Akhirnya

faktor pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis

yang lanjut. (Anwar ,2004).

Hubungan antara Hipotesis infiltrasi lipid dengan luka endotel pada perkembangan

aterosklerosis ada pada gambar 2.3

Gambar 2.3. Hubungan Antara Hipotesis Infiltrasi Lipid Dengan Luka Endotel

(Anwar ,2004)

2.4.4 Penatalaksanaan Dislipidemia

Langkah awal penatalaksanaan dislipiemia harus dimulai dengan penilaian

jumlah faktor risiko koroner yang ditemukan pada pasien tersebut (risk assessment)

untuk menentukan sasaran kolesterol – LDL yang harus dicapai. Penatalaksanaan

dislipidemia terdiri atas penatalaksanaan non-farmakologis dan penggunaan obat

penurun lipid. Dianjurkan agar semua pasien dislipidemia harus dimulai dengan

pengobatan non-farmakologis selama 3 bulan terlebih dahulu, baru dilanjutkan

dengan pemberian obat penurun lipid (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,

2005).

Penatalaksanaan Non – Farmakologi

(44)

18 - Terapi Nutrisi Medis

Pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi dianjurkan

untuk mengurangi asupan lemak jenuh, dan meningkatkan asupan lemak

tidak jenuh rantai tunggal dan ganda (mono unsaturated fatty acid = PUFA).

Pada pasien dengan kadar trigliserid yang tinggi perlu dikurangi asupan

karbohidrat, alkohol, dan lemak.

- Aktivitas Fisik

Pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan

kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat, seperti

jalan kaki, naik sepeda, berenang, dll. Penting sekali agar jenis olahraga

disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan pasien, selain itu agar

berlangsung terus menerus.

Penatalaksaan Farmakologi

Bila penatalaksanaan non farmakologi gagal maka akan dilakukan

penatalaksanaan farmakologi. Pada saat ini dikenal sedikitnya enam jenis obat

yang dapat memperbaiki profil lipid serum yaitu:

- Bile acid sequestran

Terdapat 3 jenis yaitu cholestyramin, colestipol, dan colesevelam. Obat

ini tidak diserap diusus dan bekerja mengikat asam empedu di usus halus dan

akan dikeluarkan dengan tinja. Dengan demikian asam empedu yang kembali

ke hati akan menurun, hal ini akan memicu hati memecah kolesterol lebih

banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan di usus.

Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik ke hati sehingga

kolesterol serum menurun. Obat golongan resin ini dapat menurunkan kadar

kolesterol-LDL sebesar 15 – 30%.

- HMG-CoA reductase inhibitor (statin)

(45)

19

Pada saat ini telah dipasarkan enam jenis yaitu lofastatin, simvastatin,

pravastatin, fluvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin. Obat ini bekerja

mencegah kerja enzim HMG- CoA redcutase di hati yang berperan pada

sintesis kolesterol. Dengan menurunnya sintesis kolesterol di hati akan

menurunkan sintesis Apo B100, disamping itu meningkatkan reseptor LDL

pada permukaan hati. Dengan demikian kadar kolesterol-LDL darah akan

ditarik ke hati, hal mana akan menurunkan kadar kolesterol-LDL dan juga

VLDL.

- Asam nikotinik

Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone sensitive lipase di

jaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah , asam lemak

bebas dan menurunkan pembentukan VLDL. Dengan menurunnya sintesis

VLDL di hati akan menurunkan kadar trigliserid dan juga kolesterol-LDL di

plasma. Selain itu asam nikotinik juga dapat meningkatkan kadar

kolesterol-HDL.

- Asam lemak omega-3

Minyak ikan kaya akan asam lemak omega-3 yaitu asam eicosapentaenoic

(EPA) dan asam docasahexaenoic (DHA). Minyak ikan menurunkan kadar

kolesterol dengan cara menurunkan sintesis VLDL.

- Derivat asam fibrat

Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, cipofibrat, dan

fenofibrat. Obat ini menurunkan trigliserid plasma, selain menurunkan

sintesis trigliserid di hati. Obat ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein

lipase yang kerjanya memecah trigliserid.

- Ezetimibe

Ezetimibe bekerja sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol baik

yang berasal dari makanan maupun dari asam empedu di usus halus.

NCEP-ATP III menganjurkan golongan HMG-CoA reductase inhibitor, sebagai

obat pilihan pertama oleh karena sesuai dengan kesepakatan kadar LDL merupakan

(46)

20

sasaran utama pencegahan penyakit arteri koroner. (Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia,2005)

Terdapat penatalaksanaan dislipidemia yang relatif aman yaitu dengan tanaman

herbal. Salah satu tanaman hebal yang berkhasiat dapat menurunkan kadar

kolesterol diantaranya kolesterol LDL adalah teh oolong

(47)

21

2.5 Camellia sinensis

Negara pertama yang menanam teh adalah India dan Cina. Teh dibuat dari daun

tanaman teh Camellia sinensis yang dipetik dan mengalami proses pemanasan

untuk mencegah oksidasi atau bisa diartikan minuman yang dihasilkan dari seduhan

daun teh tersebut. Tanaman teh tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah

hujan sepanjang tahun tidak kurang dari 1500 mm. Tanaman ini memerlukan

kelembapan tinggi dan temperature udara antara 13-29,5˚C (Sutejo, 1972 )

Taksonomi Camellia sinensis dapat di golongkan sebagai berikut: (Steenis , 2005)

Kingdom : Plantae

Berdasarkan pengolahannya, teh dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu

teh hijau (tidak mengalami fermentasi), teh oolong (semi fermentasi), dan teh hitam

(fermentasi penuh) (Takeo,1992).

Teh oolong merupakan teh semifermentasi yang lama fermentasinya berada

diantara teh hijau dan teh hitam. Sumber dari teh tersebut dari Camellia sinensis.

Berbeda dengan proses pengolahan teh hitam, untuk menghasilkan teh oolong,

daun-daun yang telah dilayukan kemudian dipanaskan dengan menggunakan panas

api atau udara panas, difermentasikan telebih dahulu kemudian dimasukkan ke

mesin rollers dan akhirnya di keringkan . Proses pemanasan yang dilakukan segera

setelah proses penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses

fermentasi. Oleh karena itu, teh oolong disebut sebagai teh semifermentasi

(Siswoputranto, 1978).

2.5.1 Kandungan Camellia sinensis

(48)

22

Komposisi Camelia sinensis sangat kompleks antara lain terdiri atas (Cabrera et

al., 2006) : Protein (15 – 20% berat kering), dimana enzim merupakan bagian yang

penting, Asam amino (1 – 4% berat kering), seperti tiamin atau 5-N ethylglutamine

,asam glutamik, triptopan, glisin, serin, asam aspartik, tiroksin, valin, leusin,

threonin, arginin, lisin, Karbohidrat (5-7% berat kering), seperti selulosa, pektin,

glukosa, fruktosa, sukrosa, Lemak seperti linoleat dan alfa asam linoleat , Sterol

seperti stigmasterol Vitamin (B, C, E) Xanthic seperti kafein dan teophilin Pigmen

seperti clorofil dan carotenoid Senyawa volatile seperti aldehit, alkohol, ester,

laktones, hidrokarbon, dll. Mineral dan unsur-unsur lain (5% berat kering) : Ca,

Mg, Cr, Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Cu, Sr, Ni, K, F dan Al (Cabrera et al ,

2006 )

Camelia sinensis juga merupakan sumber dari polyphenol bagian dari flavonoid.

Flavonoid merupakan sintesis derifat phenol dengan jumlah (0,5 – 1,5%) dan

bervariasi dan didistribusikan secara luas pada berbagai tumbuhan. United States

Departement of Agriculture (USDA) belakangan ini mempublikasikan bahwa isi

flavonoid merupakan makanan pilihan flavonoid utama yang ada pada teh hijau

adalah katekin (flovan -3 ols) (Cabrera et al., 2006; Yang dan Landau, 2000).

Empat jenis katekin adalah (Cabrera et al., 2006; Yang and Landau, 2000)

- Epigallocatechin 3 gallate (EGCG) 59% dari total katekin

- Epigallocatechin (EGC) : 19%

- Epicatechin – 3 – gallate (ECG) 13,6%

- Epicatechin (EC) 6,4.

(49)

23

Tabel 2.3 Komposisi kimia daun teh muda (Camelia sinensis) (Robertson 1992)

Komponen % berat kering (bk)

Karbohidrat 4

Falvanol dan glikosidanya 3-4

2.5.2 Teh Oolong

(50)

24

Teh oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis alias tidak bersentuhan lama

dengan udara saat diolah. Teh oolong terletak diantara teh hijau dan teh hitam.

Fermentasi terjadi namun hanya sebagian (30 – 70 %).(Sujayanto, 2008)

Gambar 2.4. Teh Oolong (Martell ,2015)

Sebelum menjadi teh oolong yang kering dan dapat dikonsumsi secara praktis,

teh tersebut mengalami beberapa tahapan proses yaitu:

- Proses Pemetikan

Proses ini dilakukan dengan tangan agar lebih selektif. Kalau dengan alat

pemotong, misalnya ani-ani yang digunakan untuk memanen padi, batang

keras pun kemungkinan besar akan ikut terpotong.

- Proses Pelayuan

Proses pelayuan ini dilakukan dengan menggunakan sinar matahari selama

90 menit. Kemudian dipaparkan di dalam ruangan untuk dilakukan kembali

proses pelayuan selama 4-8 jam.

- Proses Pengeringan

Pada proses pengeringan dilakukan dengan Panning System, hal ini

bertujuan untuk inaktivasi enzim agar fermentasi tidak sempurna atau

fermentasinya parsial.

- Proses Penggulungan

(51)

25

Proses peggulungan ini dilakukan dengan sistem open top roller selama 5-

12 menit. Tujuannya adalah untuk memecah sel daun sehingga

menghasilkan rasa sepat. Tapi proses penggulungannya tidak sampai hancur

seperti pada proses teh hitam (pada bagian penggilingan) (Sujayanto, 2008).

Tabel 2.4 Komponen Kafein dan Katekin Dalam Teh Oolong(He et al., 2009)

Komponen Teh Oolong (mg / 100 ml)

2.5.3 Hubungan Teh Oolong dengan LDL

Teh oolong mengandung polifenol ,terutama flavonoid seperti katekin dan juga

mengandung kafein kandungan teh oolong ini sebenarnya hampir sama dengan teh

hijau yang juga mengandung katekin dan kafein namun hanya berbeda dari

besarnya kandungan zat- zat tersebut. Kerja polifenol efektif menghambat LDL

kolesterol oksidasi dan peningkatan aktivitas antioksidan serum (Yokozawa

et al, 2002) . Flavonoid katekin ( catechin ) yang merupakan salah satu zat yang

terkandung dalam teh oolong tersebut memiliki fungsi mencegah terjadinya

penyerapan lemak dengan cara menghambat aktivitas lipase pankreas

(Huggins,2003). Pengaruh katekin dalam menurunkan kadar LDL di buktikan

melalui penelitian dari Kim et al yang menyatakan bahwa katekin dapat

menurunkan kadar LDL (Kim et al, 2011). Kandungan katekin utama dalam teh

(52)

26

dibagi menjadi 5 jenis yaitu Epigallocatechin 3-gallate (EGCG), Epicathecin (EC)

, Epicatechin 3-gallate (ECG), Epigallocatechin (EGC), dan Catechin (C). EGCG

merupakan katekin yang aktifitas biologisnya paling aktif terhadap LDL (Rohdiana,

2011). Mekanisme katekin dalam menurunkan LDL diantaranya adalah

menghambat prokses oksidasi LDL (dengan cara mereduksi pembentukan radikal

bebas, menjaga dan meregenerasi ∝-tokoferol dan antioksidan lain), menurunkan

aktivitas 3-hydroxymethylglutaryl Coenzim A (HMG-CoA) reduktase (regulator

enzim dan biosintesis kolesterol), meningkatkan ekspresi reseptor LDL, serta

menurunkan absorbsi kolesterol diet dan reabsorbsi asam empedu (Hartoyo, 2003).

Oksidasi LDL-cholesterol, dikaitkan dengan risiko aterosklerosis dan penyakit

jantung, dapat dihambat dengan konsumsi teh karena Epicathecin (EC) dan

aktivitas antioksidan Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) . Aktivitas antioksidan

Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) pada Oksidasi LDL secara in vitro lebih kuat

dari Epicathecin (EC) (Gomikawa S,2002).

Efek anti obesitas dari kafein adalah dapat menurunkan kadar lemak tubuh

dengan meningkatkan termogenesis. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Dulloo et al

yang menyatakan bahwa katekin mampu menghambat katekol-O-metil-transferase

yaitu enzim yang mendegradasi noradrenalin (NA) , dan kafein menghambat

fosfodiesterase trancellular (enzim yang memecah cAMP NA-induced), maka

gabungan katekin dan kafein, efektif dalam merangsang termogenesis dengan

menghilangkan hambatan pada titik-titik kontrol berbeda sepanjang NA-cAMP

axis. Interaksi sinergis antara catechin-polifenol dan kafein ini dapat meningkatkan

dan memperpanjang stimulasi simpatis yang akan memperpanjang termogenesis

(Dulloo et al., 2000). Menurut American Journal of Physiology kafein yang di

kombinasi dengan katekin akan menurunkan kadar lemak lebih cepat dibandingkan

bila mengonsumsi zat tersebut secara terpisah. Menurut penelitian dari He et al teh

oolong dapat menaikan HDL dan menurunkan LDL serta dapat menurunkan Total

cholesterol , LDL , dan Trigliserida pada plasma darah subjek (He et al., 2009) hal

ini sejalan pula dengan hasil penelitian dari Abd – Elraheim A . Elshater et al yang

menyatakan pula bahwa kandungan katekin dan kafein dapat menurunkan

kolesterol, trigliserida dan LDL (Abd – Elraheim A . Elshater et al. , 2008) .

(53)

27

Penelitian oleh Tomonori Nagao tahun 2005 membuktikan bahwa teh oolong dapat

menurunkan kadar LDL laki-laki secara signifikan setelah pemberian seduhan teh

oolong selama 12 minggu (Nagao, et al., 2005).

(54)

1

BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat- alat penelitian

- Handscoen

- Spuit

- Tabung vacutainer

- Plester

- Kapas Alkohol

- Torniquette

- Tabung Eppendorf

3.1.2 Bahan – bahan penelitian

Kantung teh (tea bag) yang berisi daun teh oolong bentuk sediaan simplisia

kering produksi dari teh enam tiga lalu diseduh dengan air bersuhu 80 ̊ C -100 ̊ C.

3.1.3 Subjek penelitian

Penelitian ini menggunakan 30 orang subjek penelitian yang dipilih dari

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Penelitian ini

berlangsung dari bulan Januari - Oktober 2016 yang bersedia dengan sukarela dari

awal hingga akhir dan menandatangani informed consent untuk penelitian efek

seduhan teh oolong terhadap kadar LDL.

Kriteria Inklusi

- Laki-laki

- Usia 18 – 24 tahun

(55)

2 - BMI ≥ 30

Kriteria Eksklusi

- Sedang mengonsumsi obat penurun kadar lipid

- Memiliki riwayat kelainan gastrointestinal

- Konsumsi obat herbal lain

- Perokok

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian : Universitas Kristen Maranatha Bandung , Laboratorium Klinik

Universitas Kristen Maranatha , dan Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Waktu Penelitian : Januari - Oktober 2016

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan pernelitan kuasi eksperimental dengan disain

penelitian pre dan post test. Pada penelitian ini dilakukan pemberian teh oolong

pada mahasiswa FK-UKM. Data yang diukur adalah kadar LDL.

3.3.2 Variabel Penelitian

Variabel Perlakuan : seduhan teh oolong

Variabel Respon : kadar LDL

(56)

3

3.3.3 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel perlakuan:

Teh oolong dengan perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dengan

dosis 8 gram teh oolong per hari selama enam minggu. Pemilihan dosis ini

didasarkan pada dosis penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (He et al., 2009).

Definisi operasional variabel respon:

Kadar LDL diukur dengan mengambil darah vena subjek penelitian, kemudian

diukur kadar LDL dengan metode kimia yang di lakukan di laboratorium klinik

dengan menggunakan menggunakan alat kimia Cobas C-311.

3.3.4 Penghitungan Jumlah Sampel

Penentuan jumlah sampel didasarkan pada rumus besar sampel untuk menguji 2

rata-rata yaitu :

� =� (Ζ − ⁄ + Ζ − ) �

Keterangan : � =

Ζ − ⁄ = , diperoleh dari tabeldistribusi n standar

Ζ − = , diperoleh dari tabel distribusi n standar

(57)

4 � = , ≈

Besar sampel minimal adalah tiga puluh subjek penelitian.

3.4. Prosedur penelitian

1. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan diminta untuk

berpuasa 10-12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah untuk

pengukuran kadar awal LDL, subjek penelitian diperbolehkan untuk minum

air putih.

2. Pengambilan darah dilakukan untuk mengukur kadar LDL sebelum diberi

perlakuan dan di tentukan kadar LDL nya menggunan metode kimia di

laboratorium klinik dengan menggunakan Cobas C-311.

Pemberian teh oolong selama 6 minggu

1. Subjek penelitian mendapat perlakuan dengan pemberian seduhan teh

oolong dengan dosis 8 gram perhari dengan pembagian dosis sebagai

berikut:

a. 2 gram sebelum makan pagi

b. 2 gram setelah makan pagi

c. 2 gram sebelum makan malam

d. 2 gram setelah makan malam

Masing masing di seduh dengan air bersuhu 80 ̊ C -100 ̊ C 2. Pemberian teh oolong dilakukan selama 6 minggu.

Post Test

(58)

5

1. Setelah perlakuan selama 6 minggu pasien diminta kembali untuk berpuasa

10-12 jam dan hanya di izinkan minum air putih saja.

2. Pengambilan darah dilakukan untuk mengukur kadar LDL setelah diberi

perlakuan dan di tentukan kadar LDL nya menggunan metode kimia di

laboratorium klinik dengan menggunakan Cobas C-311.

3.5 Metode Analisis

Data yang diukur yaitu kadar LDL (mg/dL) setelah dilakukan perlakuan.

Kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji T berpasangan ( dependent

T-test) , α = 0,05. Dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan ditentukan

berdasarkan nili p < 0,05.

3.6 Hipotesis Statistik

3.6.1 Hipotesis Statistik

H0 : tidak terdapat penurunan kadar LDL setelah pemberian seduhan teh oolong

selama enam minggu.

H1 : terdapat penurunan kadar LDL setelah pemberian seduhan teh oolong

selama enam minggu.

3.6.2 Kriteria Uji

Kriteria Uji berdasarkan nilai p:

- Jika nilai p ≥ 0,05 maka H0 diterima.

- Jika nilai p < 0,05 / p < 0,01 maka H0 ditolak.

(59)

6

3.7 Aspek Etik Penelitian

Penelitian ini telah memperoleh persetujuan dari Komisi Etik Penelitian

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha-Rumah Sakit Immanuel.

Semua riset yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitian harus berdasarkan

empat prinsip dasar Etik Penelitian (EP), yaitu:

- Menghormati orang (respect for person)

- Manfaat (beneficence)

- Tidak membahayakan subjek penelitian (non-maleficence)

- Keadilan(justice)

(60)
(61)

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian pengaruh teh oolong terhadap kadar LDL dilakukan dengan

menggunakan subjek penelitian sebanyak 30 orang dengan jenis kelamin laki-laki

berumur 18 – 24 tahun, dengan BMI ≥ 30. Penelitian ini dilakukan dengan

mengonsumsi teh oolong sebanyak 8 gram / hari, dibagi ke dalam 4 dosis yaitu 2

gram sebelum makan pagi, 2 gram setelah makan pagi, 2 gram sebelum makan

siang, dan 2 gram setelah makan siang selama 6 minggu. Data yang diamati adalah

kadar LDL diukur sebelum dan sesudah konsumsi teh oolong.

4.1 Hasil Penelitian

Data perubahan kadar LDL subjek penelitian setelah mengonsumsi teh oolong

selama 6 minggu ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Kadar LDL (mg/dl) Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan The Oolong

Subjek Penelitian LDL %

Penurunan LDL

Hasil pre test Hasil Post test

(62)
(63)

3

distribusinya secara statistik menggunakan uji Shapiro-Wilk sebelum dilakukan uji

T-berpasangan. Hasil uji distribusi Shapiro-Wilk untuk kadar LDL diperoleh p =

0,905 yang berarti distribusi data normal (p > 0,05). Sehingga memenuhi syarat

untuk dilakukan uji T-berpasangan. Homogenitas kadar trigliserida kemudian diuji

dengan uji T-berpasangan

Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong

Rata-Rata (mg/dL)

Standar Deviasi t P

Sebelum-Sesudah 5,167 1,783 15,874 0,000

Pada hasil yang disajikan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa uji t berpasangan

menunjukkan nilai p < 0,01 yang berarti terdapat penurunan yang sangat signifikan

dari kadar LDL sebelum dan sesudah minum seduhan teh oolong.

(64)

4

4.2 Pembahasan

Hasil uji statistik T berpasangan pada tabel 4.3 didapatkan adanya penurunan

kadar LDL yang sangat bermakna, yaitu sebesar 5,2 mg/dL dengan p = 0,000. Hal

ini disebabkan karena teh oolong mengandung berbagai polifenol ,terutama

flavonoid seperti katekin dan juga mengandung kafein. Kerja polifenol efektif

menghambat LDL kolesterol oksidasi dan peningkatan aktivitas antioksidan serum.

(Yokozawa et al, 2002) . Flavonoid katekin memiliki fungsi mencegah terjadinya

penyerapan lemak tubuh dengan cara menghambat aktivitas lipase pankreas

(Huggins,2003). Mekanisme katekin dalam menurunkan LDL diantaranya adalah

menghambat prokses oksidasi LDL (dengan cara mereduksi pembentukan radikal

bebas, menjaga dan meregenerasi ∝-tokoferol dan antioksidan lain), menurunkan

aktivitas 3-hydroxymethylglutaryl Coenzim A (HMG-CoA) reduktase (regulator

enzim dan biosintesis kolesterol), meningkatkan ekspresi reseptor LDL, serta

menurunkan absorbsi kolesterol diet dan reabsorbsi asam empedu (Hartoyo, 2003).

Kafein dapat menurunkan kadar lemak tubuh dengan meningkatkan termogenesis.

Hal ini dijelaskan oleh penelitian Dulloo et al yang menyatakan bahwa katekin

mampu menghambat katekol-O-metil-transferase yaitu enzim yang mendegradasi

noradrenalin (NA) , dan kafein menghambat fosfodiesterase trancellular (enzim

yang memecah cAMP NA-induced), maka gabungan katekin dan kafein, efektif

dalam merangsang termogenesis dengan menghilangkan hambatan pada titik-titik

kontrol berbeda sepanjang NA-cAMP axis. Interaksi sinergis antara

catechin-polifenol dan kafein ini dapat meningkatkan dan memperpanjang stimulasi simpatis

yang akan memperpanjang termogenesis (Dulloo et al., 2000).

(65)

5

4.3 Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian

Seduhan teh oolong menurunkan kadar LDL.

Hal yang mendukung

- Kadar LDL setelah minum seduhan teh oolong menurunkan dari rerata

87,37 mg/dl menjadi 82,20 mg/dl

- Hasil uji t berpasangan didapatkan kadar LDL menurunkan setelah minum

seduhan teh oolong dengan p = 0,000.

Hal yang tidak mendukung

Tidak ada.

Kesimpulan

Hipotesis penelitian diterima dan teruji oleh data.

(66)
(67)

1

BAB V

SIMPULAN dan SARAN

5.1 Simpulan

Seduhan teh oolong berefek menurunkan kadar LDL.

5.2 Saran

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan antara

minum seduhan teh oolong dengan jenis teh lainnya, seperti teh hijau dan

teh hitam.

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis optimal seduhan teh

oolong untuk dapat menurunkan kadar LDL.

- Penelitian dapat dilakukan menggunakan subjek penelitian dengan kriteria

inklusi dan eksklusi yang berbeda.

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas dari teh

oolong.

- Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efek lain dari teh oolong baik

yang menguntungkan maupun merugikan.

(68)

EFEK SEDUHAN TEH OOLONG (Camellia sinensis)

TERHADAP KADAR LDL PADA MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

KRISTEN MARANATHA TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SARAH AMALIA

1310208

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

2016

Gambar

Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Sebelum  dan  Sesudah  Minum Seduhan Teh
Gambar 2.4 Teh Oolong ..................................................................................
Gambar 1 dan Gambar 2  Spuit
Gambar 3 Tabung Eppendorf
+7

Referensi

Dokumen terkait

(4) Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Lembaga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dinamika Sosial Rencana Pemekaran Wilayah Tanah Duri Di Kabupaten Enrekang dan untuk mengetahui penyebab munculnya wacana

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa moda transportasi jalan umumnya lebih murah jika digunakan untuk angkutan yang jaraknya relatif pendek, yakni kurang dari 500 km, untuk kereta

Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi.. yang telah dipelajari pada

Dengan menggunakan metode kontemplasi yang diikuti dengan analisa skeptis atas aplikasi konseptual pada fakta-fakta yang terjadi dalam realitas aplikasi rumusan

Adapun rata-rata kecernaan BK= 84,68%, kecernaanPK = 65,99%, sedangkan pemanfaatan protein sebesar 43,14%.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggantian bahan

jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa “Penerapan Gaya Mengajar Penemuan Terbimbing Dengan Media Modifikasi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Passing