iv ABSTRAK
EFEK TEH OOLONG (Camellia sinensis) TERHADAP KADAR LDL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
MARANATHA TAHUN 2016
Sarah Amalia, 2016 Pembimbing I: Edwin Setiabudi, dr.,Sp.PD.,KKV.,FINASIM Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes
Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid dimana terjadi peningkatan maupun penurunan komponen lipid dalam darah. Kelainan komponen lipid yang utama adalah terjadinya kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), TG (trigliserida), serta menurunnya kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Kadar abnormal ini akan menyebabkan peningkatan risiko terjadinya berbagai penyakit, seperti obesitas dan penyakit kardiovaskuler. Terapi dislipidemia merupakan kombinasi antara terapi farmakologi salah satu contohnya adalah dengan obat golongan statin serta perubahan gaya hidup. Obat herbal yang digunakan untuk mengatasi dislipidemia terutama naiknya kadar LDL adalah teh oolong.
Tujuan Penelitian untuk menilai efek seduhan teh oolong terhadap kadar LDL pada manusia.
Metode Penelitian kuasi eksperimental dengan desain penelitian pre dan post test. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemberian teh oolong pada 30 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Data yang diukur adalah kadar LDL. Analisis data menggunakan uji T-berpasangan dengan kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p.
Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata kadar LDL sebelum konsumsi teh oolong sebesar 87,37 mg/dL dan sesudah konsumsi sebesar 82,20 mg/dL. Hasil uji T-berpasangan menunjukkan nilai 5,2 mg/dl dengan p = 0,000( p<0,01).
Simpulan seduhan teh oolong dapat menurunkan kadar LDL darah pada manusia.
Kata kunci : dislipidemia, teh oolong, kadar LDL
v ABSTRACT
EFFECTS OF OOLONG TEA (CAMELLIA SINENSIS) TOWARD FACULTY OF
MEDICINE MARANATHA CHRISTIAN UNIVERSITY YEAR OF 2016 STUDENT’S LDL LEVEL.
Sarah Amalia, 2016 1st Tutor Edwin Setiabudi, dr., Sp.PD., KKV., FINASIM 2nd tutor : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., Kes
Background Dyslipidemia defined as a disorder of lipid metabolism which occured as
an increase or decrease in blood lipid components. The main components of lipid abnormalities is the rise of total cholesterol, LDL cholesterol (Low Density Lipoprotein), TG (triglycerides), and decrease HDL (High Density Lipoprotein). Abnormal levels of those component above will lead to an increased of risk of various diseases, such as obesity and cardiovascular disease. Theraphy of dyslipidemia is a combination of pharmacological therapy such as statins theraphy and also lifestyle changes. One of herbal remedy used to treat dyslipidemia, particularly rising levels of LDL is oolong tea.
Objective To assess the effects of oolong tea lowering LDL levels in humans.
Research Methods quasi-experimental research design with pre and post test. This study was conducted by giving oolong tea to 30 students of the Faculty of Medicine, Maranatha Christian University. Data were measured LDL levels. Data analysis using paired T-test with significance determined based on the value of p.
Result the average levels of LDL before oolong tea consumption is 87.37 mg / dL and after consumption is 82.20 mg / dL. T-paired test results show the value of 5.2 mg / dl, p = 0.000 (p <0.01).
Conclusions steeping oolong tea can lower blood LDL levels in humans.
Keywords: dyslipidemia, oolong tea, levels of LDL
vi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1 Hasil Penelitian ... 39
4.2 Pembahasan ... 42
4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 44
5.1 Simpulan ... 44
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 50
RIWAYAT HIDUP...62
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Profil Lipid Menurut NCEP ATP III 2001...16
Tabel 2.2 Klasifikasi Dislipidemia Menurut WHO ...17
Tabel 2.3 Komposisi kimia daun teh muda (Camelia sinensis) ...28
Tabel 2.4 Komponen Kafein dan Katekin Dalam Teh Oolong...30
Tabel 4.1 Kadar LDL (mg/dl) Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong ...39
Tabel 4.2 Rerata Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong... ... ..41
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong ... ..41
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Biosintesis Kolesterol ... 9
Gambar 2.2 Jalur Metabolisme Lipoprotein ... 12
Gambar 2.3 Hubungan Antara Hipotesis Infiltrasi Lipid dengan Luka Endotel
... 22
Gambar 2.4 Teh Oolong ... 29
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ethical Approval Penelitian Efek Seduhan Teh Oolong
TerhadapKadar LDL Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Univeristas Kristen Maranatha Tahun 2016 ... ..50
Lampiran 2 Informed Consent Penelitian Efek Seduhan Teh Oolong Terhadap
Kadar LDL Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univeristas
Kristen Maranatha Tahun 2016...51
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Uji Normalitas Kadar LDL Sebelum Dan
Sesudah Konsumsi Seduhan Teh Oolong...52
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Uji T-Berpasangan Kadar LDL Sebelum Dan
Sesudah Konsumsi Seduhan Teh Oolong...53
Lampiran 5 Dokumentasi ... ...54
50
LAMPIRAN 1
ETHICAL APPROVAL PENELITIAN EFEK SEDUHAN TEH OOLONG
51
LAMPIRAN 2
INFORMED CONSENT PENELITIAN EFEK SEDUHAN TEH OOLONG
52
LAMPIRAN 3
HASIL UJI STATISTIK UJI NORMALITAS KADAR LDL SEBELUM DAN SESUDAH KONSUMSI SEDUHAN TEH OOLONG
Case Processing Summary
Perlakuan Statistic Std. Error
kadar Selisih
perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. kadar Selisih ,080 30 ,200* ,983 30 ,905
53
LAMPIRAN 4
HASIL UJI STATISTIK UJI T-BERPASANGAN KADAR LDL SEBELUM DAN SESUDAH KONSUMSI SEDUHAN TEH OOLONG
54
LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI
55
Gambar 3 Tabung Eppendorf
56
Gambar 5 Torniquette
57
Gambar 7 Sampel darah OP
58
Gambar 9 Packing teh untuk satu objek pemeriksaan
59
Gambar 11 Kemasan Teh
60
Gambar 13 Proses Penyeduhan Teh
61
Gambar 15 Proses Penyeduhan Teh
62
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sarah Amalia
NRP : 1310208
Tempat, tanggal lahir : Solo , 9 Mei 1995
Alamat : Jl. Taman Siswa No.3 Bandung
Riwayat Pendidikan :
1998 – 2000 : TK Pangudi Luhur Bernardus Semarang
2000 – 2007 : SD Assalam Bandung
2007 – 2010 : SMP Taruna Bakti Bandung
2010 – 2013 : SMA Taruna Bakti Bandung
2013 – sekarang :sebagai mahasiwa Fakultas Kedokteran
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid dimana terjadi
peningkatan maupun penurunan komponen lipid dalam darah. Kelainan
komponen lipid yang utama adalah terjadinya kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida (TG), serta
menurunnya kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) (PERKENI, 2012). Angka
kejadian dislipidemia dewasa ini meningkat dengan cepat disebabkan dengan
adanya perubahan pola hidup masyarakat ini terutama akibat jenis makanan tinggi
lemak dan berkurangnya aktivitas fisik (Carr and Brunzell, 2004). Diperkirakan 53
% dari penduduk dewasa Amerika Serikat memiliki kelainan lipid terdiri dari 27%
atau sekitar 53,5 juta jiwa memiliki tinggi LDL-C , 23 % sekitar 46,4 juta jiwa
memiliki rendah HDL-C, dan 30% atau 58,9 juta jiwa memiliki tinggi TG (Toth,
2012). Data di Indonesia berdasarkan Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun
2007 menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol
total >200 mg/dL adalah sekitar 39,8 % (Riskerdas ,2007). Selain itu berdasarkan
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi dislipidemia di
Indonesia pada rentang usia 25 hingga 34 tahun sebesar 9,3 % sementara pada
rentang usia 55 hingga 64 tahun sekitar 15,5 % (Oriviyanti, 2012).
Dalam rangka menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskular beberapa
faktor risiko yang dapat dimodifikasi, tekanan darah tinggi yang paling penting,
merokok dan high total serum cholesterol. Menurunkan kadar kolesterol terutama
LDL merupakan strategi ideal untuk mengurangi insidensi penyakit kardiovaskular.
Banyak bahan herbal yang dipercaya masyarakat dapat menurunkan kadar
kolesterol darah dan salah satunya adalah teh oolong. Menurut penelitian dari He
et al teh oolong dapat menyeimbangkan antara HDL dan LDL serta dapat
menurunkan total cholesterol , LDL , dan Trigliserida pada plasma darah subjek
2
(He et al., 2009). Hal ini sejalan pula dengan hasil penelitian dari Abd – Elraheim
et al yang menyatakan pula bahwa kandungan katekin dan kafein dapat menurunkan
kolesterol, trigliserida dan LDL (Abd– Elraheim et al. ,2008) . Penelitian oleh
Tomonori Nagao tahun 2005 membuktikan bahwa teh oolong dapat menurunkan
kadar LDL laki-laki secara signifikan setelah pemberian seduhan teh oolong
selama 12 minggu (Nagao, et al., 2005).
Golongan obat HMG-CoA reductase inhibitor adalah obat hipolipidemik yang
umum digunakan, namun obat tersebut memiliki efek samping terhadap fungsi
hepar (Pandit et al, 2012). Salah satu alternatif pengobatan adalah dengan
mengonsumsi seduhan teh oolong. Teh oolong sendiri sudah dikenal lama oleh
masyarakat Indonesia maupun dunia namun penggunaanya sebagai obat herbal
sendiri masih belum terlalu luas. Penelitian sendiri bertujuan untuk menilai efek
pemberian teh oolong terhadap kadar LDL.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah yang di dapatkan adalah
apakah pemberian seduhan teh oolong dapat menurunkan kadar kolesterol LDL.
1.3 Maksud dan Tujuan
Penelitian ini bertujuan agar masyarakat memiliki terapi tambahan untuk
dislipidemia dengan efek samping yang relatif sedikit. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menilai efek pemberian teh oolong terhadap kadar kolesterol LDL manusia.
3
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi dunia kedokteran
serta paramedik tentang efek teh oolong terhadap penurunan kadar LDL manusia.
Juga dapat menjadi acuan bagi peneliti yang akan meneliti teh oolong lebih lanjut.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai efek teh oolong terhadap penurunan kadar LDL manusia, sehingga teh
oolong dapat menjadi terapi alternatif dalam mengatasi dislipidemia.
1.5 Kerangka Pemikiran
Teh oolong mengandung polifenol ,terutama flavonoid seperti katekin dan juga
mengandung kafein kandungan teh oolong ini sebenarnya hampir sama dengan teh
hijau yang juga mengandung katekin dan kafein namun hanya berbeda dari
besarnya kandungan zat- zat tersebut. Flavonoid katekin ( catechin ) yang
merupakan salah satu zat yang terkandung dalam teh oolong tersebut memiliki
fungsi mencegah terjadinya penyerapan lemak tubuh dengan cara menghambat
aktivitas lipase pankreas (Huggins,2003). Mekanisme katekin dalam menurunkan
LDL diantaranya adalah menghambat prokses oksidasi LDL (dengan cara
mereduksi pembentukan radikal bebas, menjaga dan meregenerasi ∝-tokoferol dan
antioksidan lain), menurunkan aktivitas 3-hydroxymethylglutaryl Coenzim A
(HMG-CoA) reduktase (regulator enzim dan biosintesis kolesterol), meningkatkan
ekspresi reseptor LDL, serta menurunkan absorbsi kolesterol diet dan reabsorbsi
asam empedu (Hartoyo, 2003).
4
Efek anti obesitas dari kafein adalah dapat menurunkan kadar lemak tubuh
dengan meningkatkan termogenesis. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Dulloo et al
yang menyatakan bahwa katekin mampu menghambat katekol-O-metil-transferase
yaitu enzim yang mendegradasi noradrenalin (NA) , dan kafein menghambat
fosfodiesterase trancellular (enzim yang memecah cAMP NA-induced), maka
gabungan katekin dan kafein, efektif dalam merangsang termogenesis dengan
menghilangkan hambatan pada titik-titik kontrol berbeda sepanjang NA-cAMP
axis. Interaksi sinergis antara catechin-polifenol dan kafein ini dapat meningkatkan
dan memperpanjang stimulasi simpatis yang akan memperpanjang termogenesis
(Dulloo et al., 2000).
Kafein yang dikonsumsi bersama dengan katekin akan menurunkan kadar lemak
lebih cepat dibandingkan dengan mengonsumsi kedua zat tersebut secara terpisah.
Karena konsumsi cathecin dan kafein secara bersamaan akan memperpanjang
stimulasi simpatetik dari termogenesis (Rumpler et al., 2001).
1.6 Hipotesis Penelitian
Pemberian teh oolong menurunkan kadar LDL.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lipid
Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan
turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol ( Ganong ,2008).
Lipid memiliki arti lain sebagai kelompok besar biomolekul dengan gugus
fungsional karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat larut
dalam air, tapi larut dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin, karbon
tetraklorida, dan lain sebagainya (Baraas, 2006). Lipid akan larut dalam pelarut
organik seperti aseton, alkohol, kloroform, eter, dan benzena (Bintang, 2010).
Lipid dikelompokkan berdasarkan struktur dan karakteristik non polarnya menjadi
lemak (fat), lilin, fosfolipid, sfingolipid, glikolipid, eikosanoat, steroid, lipoprotein,
dan vitamin yang larut di dalam lemak. Beberapa jenis lipid memiliki gugus polar
dan non polar, sehingga lipid bersifat amfipatik akan membentuk misel di dalam air
(Ritter, 1996) .
Sifat yang dimiliki lipid diantaranya adalah sebagai berikut:
- Hidrolisis dari lipid akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada
metabolisme tumbuhan dan hewan.
- Lipid tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik
(benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida)
- Lipid mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Beberapa jenis
lipid juga memiliki kandungan nitrogen dan fosfor
- Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang, tidak seperti karbohidrat dan
protein (Marks et al, 2000).
Fungsi lipid adalah sebagai sumber energi , pelindung organ tubuh ,
pembentukan sel, sumber asam lemak essensial , alat pengangkut vitamin larut
lemak , menghemat protein , memberi rasa kenyang dan kelezatan , sebagai
pelumas, dan menjaga suhu tubuh ( Guyton dan Hall, 2007).
2
2.1.1 Klasifikasi Lipid
Lipid dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
- Lipid sederhana (simple lipids), Lipid sederhana merupakan ester gugus
asam lemak (sering disebut juga sebagai gugus asil) dengan molekul
alkohol gliserol. Lipid sederhana dapat berbentuk monogliserida,
digliserida atau trigliserida (triasilgliserol). Trigliserida merupakan lipid
yang tersimpan dalam sitoplasma sel-sel adiposa.
- Lipid kompleks (complex lipids) lipid kompleks, merupakan ester gugus
asam lemak dengan molekul alkohol, lipid kompleks juga berikatan dengan
molekul yang lain, seperti asam fosfat dan senyawa nitrogen tertentu. Asam
lemak tidak hanya mengalami proses esterisasi menjadi molekul lipid yang
lebih kompleks, tapi juga dapat mengalami poses transformasi metabolik
menjadi senyawa-senyawa baru yang disebut sebagai turunan lipid.
- Turunan lipid (derived lipids). Turunan lipid dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok besar, seperti eikosanoid, isoprenoid, badan keton
(keton bodies), dan sebagainya. ( Baaras,2006; Mayes, 1999 ;
Santoso,2009)
2.2 Kolesterol
Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang penting dalam pengaturan
permeabilitas dan fluiditas membran, dan juga sebagai lapisan luar lipoprotein
plasma (Murray,2012). Kolesterol merupakan sebuah struktur organik yang
mempunyai berat molekul 386 Da dan memiliki 27 atom karbon, dimana 17
diantaranya tergolong kepada empat cincin yang tergabung, dua termasuk kepada
kelompok metil bersegi yang lengket pada pertemuan cincin AB dan CD, dan
delapan adalah pada rantai sisi perifer. Kolesterol tersusun oleh karbon hidrogen
dan karbon, dengan kelompok hidroksil soliter berlekatan pada C3. Kolesterol juga
hampir jenuh secara sempurna, memiliki hanya satu ikatan ganda C5 dan C6
(Dominiczak dan Wallace, 2009).
3
dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan
molekul asetil-KoA lain yang dikatalisis oleh HMG-KoA sintase untuk
membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevalonat oleh NADPH dan
dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase (Murray , et al ,2012).
- Pembentukan unit isoprenoid
Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga
kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif, isopentenil
difosfat(Murray , et al ,2012).
- Enam unit isoprenoid membentuk skualen
Isopentenil difosfat mengalami isomerasi melalui pergeseran ikatan rangkap
untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan
molekul lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh-karbon
geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk
farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat bergabung di ujung difosfat untuk
membentuk skualen (Murray , et al ,2012).
- Pembentukan lanosterol
Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur yang sangat mirip dengan
inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen diubah menjadi skualen
2,3-epoksida oleh oksidase berfungsi-campuran di retikulum endoplasma, yaitu
skualen eposidase. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C13 dan yang ada di C8 ke
C14 sewaktu terjadi siklasi, dikatalisis oleh oksidoskualen: lanosterol siklase
(Murray , et al ,2012).
- Pembentukan kolesterol
4
Pembentukan kolesterol dari lanosterol berlangsung di membran retikulum
endoplasma dan melibatkan pertukaran di inti steroid dan rantai samping. Gugus
metil di C14 dan C4 dikeluarkan untuk membentuk 14-desmetil lanosterol dan
kemudian zimosterol. Ikatan rangkap di C8-C9 kemudian dipindahkan ke C5-C6
dalam dua langkah, yang membentuk desmosterol. Akhirnya, ikatan rangkap
rantai samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol (Murray , et al ,2012)
5
Biosintesis kolesterol dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Biosintesis Kolesterol (Murray et al ,2012)
6
2.2.2 Fungsi Kolesterol
Sejauh ini manfaat kolesterol nonmembran yang paling banyak dalam tubuh
adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sebanyak 80 % kolesterol
dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol berkonjugasi dengan zat lain membentuk
garam empedu, yang membantu pencernaan dan absorbsi lemak.
Sebagian kecil dari kolesterol dipakai oleh kelenjar adrenal untuk membentuk
hormon adrenokortikal; ovarium, untuk membentuk progesteron dan estrogen; dan
oleh testis untuk membentuk testosteron. Kelenjar-kelenjar ini juga dapat
membentuk sterol sendiri dan kemudian membentuk hormon dari sterol tersebut.
Sejumlah besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini
bersama dengan lemak lainnya, membuat kulit lebih resisten terhadap absorbsi zat
yang larut dalam air dan juga kerja dari berbagai zat kimia, karena kolesterol dan
lemak lain sangat tidak berdaya terhadap zat-zat seperti asam lemak dan berbagai
pelarut, yang bila tidak dapat lebih mudah menembus tubuh. Juga, zat lemak ini
membantu mencegah evaporasi air dari kulit; tanpa proteksi ini jumlah evaporasi
(seperti terjadi pada pasien yang kehilangan kulitnya karena luka bakar) dapat
mencapai 5 sampai 10 liter setiap hari sedangkan kehilangan yang biasa hanya 300
sampai 400 mililiter (Guyton dan Hall, 2006).
2.3 Lipoprotein
Lipid di dalam plasma darah ialah kolesterol, trigliserida (TG), fosfolipid dan
asam lemak yang tidak larut dalam cairan plasma. Lipid – lipid ini memerlukan
modifikasi dengan bantuan protein untuk dapat diangkut dalam sirkulasi darah
karena sifatnya yang tidak larut dalam air. Lipoprotein merupakan molekul yang
mengandung kolesterol dalam bentuk bebas maupun ester, trigliserida, fosfolipid,
yang berikatan dengan protein yang disebut apoprotein. (Mayes et all,2003) Dalam
molekul lipoprotein inilah lipid dapat larut dalam sirkulasi darah, sehingga bisa
diangkut dari tempat sintesis menuju tempat penggunaannya serta dapat
didistribusikan ke jaringan tubuh. (Almatsier, 2001) Lipoprotein memiliki dua
7
bagian yaitu inti yang terdiri dari trigliserida dan ester kolesterol yang tidak larut
air dan bagian luarnya terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid, dan apo-protein yang
lebih larut air. HDL, LDL, dan Lp (a) dominan intinya mengandung ester kolesterol,
pada VLDL dan kilomikron, TG merupakan komponen yang dominan (Kane dan
Malloy, 2000). Lipoprotein dibagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan berat
jenisnya, yaitu, kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate
Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density
Lipoprotein (HDL). Lipoprotein ini dapat berinteraksi dengan enzim tubuh seperti
Lipoprotein Lipase (LPL), Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT), dan
Hepatic Triglyceride Lipase (HTGL) sehingga lipoprotein ini dapat berubah
jenisnya (Kusmiyati, 2000).
Lipoprotein merupakan senyawa kompleks antara lemak dan protein. Dalam
serum darah terdirii atas empat jenis lipoprotein, yaitu kilomikron, VLDL, LDL,
dan HDL (Marks et all , 2000 ).
- Kilomikron mengandung 96 % trigliserida; 1,7 % protein;1,75 % kolesterol;
dan 0,6 % fosfolipida. Kilomikron berfungsi sebagai pengangkut lemak dari
usus ke tempat-tempat yang membutuhkan.
- VLDL mengandung 60 trigliserida; 15 % kolesterol; 10 % protein; dan 15
% fosfolipida. VLDL berfungsi sebagai pengangkut trigliserida endogen dari
tempat-tempat pembentukannya ke tempat yang membutuhkan.
- LDL mengandung 10 % trigliserida; 45 % kolesterol; 25 % protein; dan 20
% fosfolipida. LDL berfungsi mengangkut kolesterol dari sel yang satu ke sel
lainnya dimana kolesterol tersebut diperlukan untuk pembentukan hormon
sterol dan steroid.
- HDL mengandung 3 % trigliserida; 18 % kolesterol; 50 % protein, dan 30 %
fosfolipida. HDL berfungsi mengangkut kolesterol ke hati untuk didegradasi
menjadi asam empedu dan dibuang dalam kantong empedu. (Marks et all ,
2000 )
8
2.3.1 Metabolisme Lipoprotein
Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme
eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport, kedua
jalur utama berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserid,
sedang jalur reverse cholesterol transport khusus mengenai metabolisme
kolesterol-HDL. (Adam,2007).
Gambar 2.2. Jalur Metabolisme Lipoprotein (Journal of The American Society of Nephrology, 2007)
Metabolisme lipoprotein terdiri dari tiga jalur yaitu :
- Jalur metabolisme eksogen
Makanan berlemak yang dimakan terdiri atas trigliserid dan kolesterol.
Selain kolesterol yang berasal dari makanan terdapat juga kolesterol yang
berasal dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Lemak inilah
yang disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus akan
diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus dimana trigliserid akan diserap
sebagai asam lemak bebas sementara kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam
9
usus halus asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserid, sedang
kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya
bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein
yang dikenal dengan kilomikron.
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus
torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan
mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel
menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai
trigliserid kembali di jaringan lemak, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang
banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan
trigliserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserid
akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan
dibawa ke hati. (Adam,2007).
- Jalur metabolisme endogen
Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam
sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam
VLDL adalah apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL akan
mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase dan VLDL berubah
menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL.
Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali
ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol.
Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan
steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL
akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor Scavenger-A (SR-A) di
makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar
kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi
dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi
tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL.
Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti meningkatnya
jumlah small dense LDL seperti pada sindroma metabolik dan diabetes melitus
10
serta Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol-HDL akan bersifat
protektif terhadap oksidasi LDL. (Adam, 2007).
- Jalur reverse cholesterol transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung
apolipoprotein (apo) A, C dan E dan disebut HDL nascent. HDL nascent
berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung
apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil
kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari
makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.
Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol di bagian dalam dari
makrofag harus dibawa ke permukaaan membran sel makrofag oleh suatu
transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette
transporter-1 atau disingkat ABC-transporter-1.
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas
akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithincholesterol
acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa
oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap
oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua
adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari
VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).
Dengan demikian fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag
mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui
VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam,2007).
- Jalur reverse cholesterol transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung
apolipoprotein (apo) A, C dan E dan disebut HDL nascent. HDL nascent
berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung
apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil
kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari
makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.
Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol di bagian dalam dari
11
makrofag harus dibawa ke permukaaan membran sel makrofag oleh suatu
transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette
transporter-1 atau disingkat ABC-transporter-1.
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas
akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithincholesterol
acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa
oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap
oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua
adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari
VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).
Dengan demikian fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag
mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui
VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam,2007).
2.4 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta penurunan
kadar HDL (Gordon, 2003). Prevalensi dislipidemia dewasa ini meningkat dengan
cepat disebabkan dengan adanya gaya hidup tidak sehat dengan kurangnya olah
raga serta tingginya konsumsi makanan tidak sehat. Dislipidemia menurut WHO
diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kematian (4,5% dari total). Prevalensi
disipidemia tertinggi menurut WHO Wilayah Eropa (54% untuk kedua jenis
kelamin), diikuti oleh WHO Wilayah Amerika (48% untuk kedua jenis kelamin).
Sedangkan presentase terendah adalah Afrika yaitu 22,6 % dan South East Asia
yaitu 29,0 (WHO, 2015). Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2004 prevalensi penyakit dislipidemia di Indonesia mencapai 14% (Ginting,
2011).
12
2.4.1 Klasifikasi Dislipidemia
Diagnosis dislipidemia ditentukan berdasarkan beberapa batasan kadar
kolesterol beberapa batasan dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2.
Tabel 2.1 Klasifikasi Profil Lipid Menurut NCEP ATP III 2001(Adam , 2007)
Profil Lipid (mg/dl) Interpretasi
13
Selain NCEP( National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III
(NCEP ATP III) 2001 , WHO juga membagi Dislipidemia dengan melakukan
modifikasi pada klasifikasi Frederickson. Klasifikasi menurut who dapat dilihat di
tabel 2.2
Tabel 2.2 Klasifikasi Dislipidemia Menurut WHO (Hendromartono et al, 2007)
Fredrickson Klasifikasi Generik Klasifikasi Terapetik
Peningkatan Lipoprotein
I Dislipidemia Hipertrigliseridemia
Eksogen
Kilomikron
II a Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia LDL
II b Dislipidemia
sekunder. Dislipidemia Primer, merupakan dislipidemia yang disebabkan oleh
kelainan penyakit genetik atau bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar
lipid dalam darah. Dislipidemia Sekunder, merupakan dislipidemia yang
disebabkan oleh suatu keadaan seperti misalnya hiperkolesterolemia yang
diakibatkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, kehamilan, anoreksia nervosa,
dan penyakit hati obstruktif. Atau selain itu seperti hipertrigliserida disebabkan oleh
Diabetes Mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, infark miokard, dan
kehamilan dan akromegali (Adam, 2007).
14
2.4.2 Faktor Risiko Dislipidemia
- Obesitas
Pada obesitas terdapat peningkatan massa jaringan adiposa dan penurunan
sensitivitas insulin, hal tersebut merupakan faktor penting terjadinya
dislipidemia. Peningkatan insulin menyebabkan sintesis asam lemak di hepar
dan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa banyak ditransport ke
hepar untuk diesterifikasi menjadi trigliserida yang dikemas dalam VLDL
sebelum akhirnya disekresikan ke sirkulasi sistemik. Kadar HDL pada obesitas
juga biasanya rendah.
- Diabetes Melitus (DM)
Penderita diabetes melitus tipe I umumnya tidak disertai hiperlipidemia jika
kontrol glukosa darah baik, sebaliknya tipe II biasanya selalu disertai dengan
hiperlipidemia bahkan bila kontrol glukosa darah baik karena kadar insulin yang
sangat tinggi dan resistensi insulin memiliki efek terhadap metabolisme lemak.
Efek terhadap metabolisme lemak seperti penurunan kadar lipoprotein lipase
(LPL) menyebabkan penurunan katabolisme VLDL dan kilomikron, peningkatan
pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa, peningkatan sintesis asam
lemak dan produksi VLDL di hati.
- Penyakit Tiroid
Hipotirodisme terkait dengan peningkatan kadar LDL akibat berkurangnya
fungsi reseptor LDL di hati dan klirens LDL yang tertunda.
- Alkohol
Konsumsi alkohol secara rutin dapat berpengaruh pada kadar lipid plasma
seperti peningkatan sintesis trigliserida hati, sekresi VLDL, dan sedikit
meningkatkan kadar HDL
- Gangguan hati
Hati merupakan tempat pembentukan dan katabolisme dari lipoprotein,
apabila terdapat penyakit hati dapat menyebabkan peningkatan kadar lipid dalam
berbagai jalur. Hepatitis akibat infeksi, obat atau alkohol sering dikaitkan dengan
peningkatan sintesis VLDL dan hipertrigliseridemia. Pada hepatitis yang berat
15
dan gagal hati terjadi penurunan kolesterol dan trigliserida karena penurunan
kapasitas bioseintesis lipoprotein.
- Gangguan Ginjal
Hiperlipidemia pada sindrom nefrotik terjadi karena peningkatan
metabolisme LDL dan penurunan klirens VLDL.
- Obat-obatan
Beberapa jenis obat mempunyai pengaruh terhadap metabolisme lipid,
contoh golongan obat beta blocker dapat menurunkan kadar HDL dan
meningkatkan kadar VLDL. (Rader & Hobbs, 2010)
2.4.3 Hubungan Dislipidemia Dengan Penyakit Kardiovaskuler
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit kardiovaskular
yang disebabkan oleh terbentuknya arterosklerosis pada pembuluh darah yang
mengakibatkan meningkatnya kejadian penyakit kardiovaskular. Menurut WHO
17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2012, dan
merupakan 31% dari seluruh kematian global. Dari kematian ini, diperkirakan 7,4
juta adalah karena penyakit jantung koroner (WHO,2016). Sekitar 2400 penduduk
Amerika meninggal akibat penyakit kardiovaskular setiap hari dan disimpulkan
rata-rata satu kematian setiap 37 detik. Pada tahun 2004 angka kematian dari
penyakit kardiovaskular adalah 288,0 per 100.000 kematian di Amerika Serikat
(Rosamond et al., 2007). Prevalensi kematian akibat penyakit kardiovaskular di
Amerika Serikat pada tahun 2009 adalah 236.1per 100.000 orang (Go et al.,2012)
Penyakit jantung aterosklerotik, atau dikenal sebagai penyakit jantung koroner atau
penyakit arteri koroner yang paling sering disebabkan oleh aterosklerosis yang
terjadi akibat pengendapan kolesterol di dinding arteri, menyebabkan akumulasi
plak yang mengakibatkan penyempitan arteri dan meningkatkan risiko infark
miokard dan stroke iskemik (Rosamond et al., 2007).
Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner
karena pada dislipidemia terjadi peningkatan konsentrasi kolesterol LDL, kolesterol
total, trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL yang bersifat anti-aterogenik,
16
anti oksidan, dan anti inflamasi, dimana keseluruhan proses tersebut akan
mengurangi cadangan anti oksidan alamiah (Sudoyo et all , 2009). Kurangnya anti
oksidan ini akan membuat pembuluh darah rentan mengalami cedera endotel, yang
merupakan awal terjadinya aterosklerosis pada penyakit jantung koroner. Apabila
telah terjadi cedera pada endotel, maka akan terjadi peningkatan paparan molekul
adhesi pada sel endotel dan akan terjadi penurunan kemampuan endotel tersebut
dalam melepaskan nitric oxide dan zat lain yang membantu mencegah perlekatan
makromolekul, trombosit, dan monosit. Setelah itu monosit dan lipid (kebanyakan
berupa LDL) yang beredar mulai menumpuk di tempat yang mengalami kerusakan,
lalu terbentuklah plak ateroma pada pembuluh darah tersebut. (Guyton , 2007)
Aterosklerosis terutama mengenai lapisan intima merupakan kelainan yang
mendasari penyakit jantung iskemik. Lesi aterosklerosis di klasifikasikan atas tiga
tahap secara morfologik yaitu bercak perlemakan, plak fibrosa, dan lesi
terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak perlemakan terjadi sel – sel busa. Flak
fibrosa adalah bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang
sedangkan lesi terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan
oleh peningkatan nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau diquamasi
permukaan endotel diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat
mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah.
Faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding pembuluh
darah dan beberapa teori (Anwar ,2004):
- Adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel.
- Gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik).
- Gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein.
- Perubahan permeabilitas endotel.
Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang
ada dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau
perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor "Scavenger" khusus pada
makrofag dan gel -gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas
pembentukan reseptor -reseptor ini, dan ester-ester kolesterol kemudian
berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel busa. Set gel busa membentuk
17
bercak perlemakan yang bisa menyebabkan disrubsi pada endotelium. Akhirnya
faktor pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis
yang lanjut. (Anwar ,2004).
Hubungan antara Hipotesis infiltrasi lipid dengan luka endotel pada perkembangan
aterosklerosis ada pada gambar 2.3
Gambar 2.3. Hubungan Antara Hipotesis Infiltrasi Lipid Dengan Luka Endotel
(Anwar ,2004)
2.4.4 Penatalaksanaan Dislipidemia
Langkah awal penatalaksanaan dislipiemia harus dimulai dengan penilaian
jumlah faktor risiko koroner yang ditemukan pada pasien tersebut (risk assessment)
untuk menentukan sasaran kolesterol – LDL yang harus dicapai. Penatalaksanaan
dislipidemia terdiri atas penatalaksanaan non-farmakologis dan penggunaan obat
penurun lipid. Dianjurkan agar semua pasien dislipidemia harus dimulai dengan
pengobatan non-farmakologis selama 3 bulan terlebih dahulu, baru dilanjutkan
dengan pemberian obat penurun lipid (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
2005).
Penatalaksanaan Non – Farmakologi
18 - Terapi Nutrisi Medis
Pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi dianjurkan
untuk mengurangi asupan lemak jenuh, dan meningkatkan asupan lemak
tidak jenuh rantai tunggal dan ganda (mono unsaturated fatty acid = PUFA).
Pada pasien dengan kadar trigliserid yang tinggi perlu dikurangi asupan
karbohidrat, alkohol, dan lemak.
- Aktivitas Fisik
Pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan
kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat, seperti
jalan kaki, naik sepeda, berenang, dll. Penting sekali agar jenis olahraga
disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan pasien, selain itu agar
berlangsung terus menerus.
Penatalaksaan Farmakologi
Bila penatalaksanaan non farmakologi gagal maka akan dilakukan
penatalaksanaan farmakologi. Pada saat ini dikenal sedikitnya enam jenis obat
yang dapat memperbaiki profil lipid serum yaitu:
- Bile acid sequestran
Terdapat 3 jenis yaitu cholestyramin, colestipol, dan colesevelam. Obat
ini tidak diserap diusus dan bekerja mengikat asam empedu di usus halus dan
akan dikeluarkan dengan tinja. Dengan demikian asam empedu yang kembali
ke hati akan menurun, hal ini akan memicu hati memecah kolesterol lebih
banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan di usus.
Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik ke hati sehingga
kolesterol serum menurun. Obat golongan resin ini dapat menurunkan kadar
kolesterol-LDL sebesar 15 – 30%.
- HMG-CoA reductase inhibitor (statin)
19
Pada saat ini telah dipasarkan enam jenis yaitu lofastatin, simvastatin,
pravastatin, fluvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin. Obat ini bekerja
mencegah kerja enzim HMG- CoA redcutase di hati yang berperan pada
sintesis kolesterol. Dengan menurunnya sintesis kolesterol di hati akan
menurunkan sintesis Apo B100, disamping itu meningkatkan reseptor LDL
pada permukaan hati. Dengan demikian kadar kolesterol-LDL darah akan
ditarik ke hati, hal mana akan menurunkan kadar kolesterol-LDL dan juga
VLDL.
- Asam nikotinik
Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone sensitive lipase di
jaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah , asam lemak
bebas dan menurunkan pembentukan VLDL. Dengan menurunnya sintesis
VLDL di hati akan menurunkan kadar trigliserid dan juga kolesterol-LDL di
plasma. Selain itu asam nikotinik juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol-HDL.
- Asam lemak omega-3
Minyak ikan kaya akan asam lemak omega-3 yaitu asam eicosapentaenoic
(EPA) dan asam docasahexaenoic (DHA). Minyak ikan menurunkan kadar
kolesterol dengan cara menurunkan sintesis VLDL.
- Derivat asam fibrat
Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, cipofibrat, dan
fenofibrat. Obat ini menurunkan trigliserid plasma, selain menurunkan
sintesis trigliserid di hati. Obat ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein
lipase yang kerjanya memecah trigliserid.
- Ezetimibe
Ezetimibe bekerja sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol baik
yang berasal dari makanan maupun dari asam empedu di usus halus.
NCEP-ATP III menganjurkan golongan HMG-CoA reductase inhibitor, sebagai
obat pilihan pertama oleh karena sesuai dengan kesepakatan kadar LDL merupakan
20
sasaran utama pencegahan penyakit arteri koroner. (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia,2005)
Terdapat penatalaksanaan dislipidemia yang relatif aman yaitu dengan tanaman
herbal. Salah satu tanaman hebal yang berkhasiat dapat menurunkan kadar
kolesterol diantaranya kolesterol LDL adalah teh oolong
21
2.5 Camellia sinensis
Negara pertama yang menanam teh adalah India dan Cina. Teh dibuat dari daun
tanaman teh Camellia sinensis yang dipetik dan mengalami proses pemanasan
untuk mencegah oksidasi atau bisa diartikan minuman yang dihasilkan dari seduhan
daun teh tersebut. Tanaman teh tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah
hujan sepanjang tahun tidak kurang dari 1500 mm. Tanaman ini memerlukan
kelembapan tinggi dan temperature udara antara 13-29,5˚C (Sutejo, 1972 )
Taksonomi Camellia sinensis dapat di golongkan sebagai berikut: (Steenis , 2005)
Kingdom : Plantae
Berdasarkan pengolahannya, teh dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu
teh hijau (tidak mengalami fermentasi), teh oolong (semi fermentasi), dan teh hitam
(fermentasi penuh) (Takeo,1992).
Teh oolong merupakan teh semifermentasi yang lama fermentasinya berada
diantara teh hijau dan teh hitam. Sumber dari teh tersebut dari Camellia sinensis.
Berbeda dengan proses pengolahan teh hitam, untuk menghasilkan teh oolong,
daun-daun yang telah dilayukan kemudian dipanaskan dengan menggunakan panas
api atau udara panas, difermentasikan telebih dahulu kemudian dimasukkan ke
mesin rollers dan akhirnya di keringkan . Proses pemanasan yang dilakukan segera
setelah proses penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses
fermentasi. Oleh karena itu, teh oolong disebut sebagai teh semifermentasi
(Siswoputranto, 1978).
2.5.1 Kandungan Camellia sinensis
22
Komposisi Camelia sinensis sangat kompleks antara lain terdiri atas (Cabrera et
al., 2006) : Protein (15 – 20% berat kering), dimana enzim merupakan bagian yang
penting, Asam amino (1 – 4% berat kering), seperti tiamin atau 5-N ethylglutamine
,asam glutamik, triptopan, glisin, serin, asam aspartik, tiroksin, valin, leusin,
threonin, arginin, lisin, Karbohidrat (5-7% berat kering), seperti selulosa, pektin,
glukosa, fruktosa, sukrosa, Lemak seperti linoleat dan alfa asam linoleat , Sterol
seperti stigmasterol Vitamin (B, C, E) Xanthic seperti kafein dan teophilin Pigmen
seperti clorofil dan carotenoid Senyawa volatile seperti aldehit, alkohol, ester,
laktones, hidrokarbon, dll. Mineral dan unsur-unsur lain (5% berat kering) : Ca,
Mg, Cr, Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Cu, Sr, Ni, K, F dan Al (Cabrera et al ,
2006 )
Camelia sinensis juga merupakan sumber dari polyphenol bagian dari flavonoid.
Flavonoid merupakan sintesis derifat phenol dengan jumlah (0,5 – 1,5%) dan
bervariasi dan didistribusikan secara luas pada berbagai tumbuhan. United States
Departement of Agriculture (USDA) belakangan ini mempublikasikan bahwa isi
flavonoid merupakan makanan pilihan flavonoid utama yang ada pada teh hijau
adalah katekin (flovan -3 ols) (Cabrera et al., 2006; Yang dan Landau, 2000).
Empat jenis katekin adalah (Cabrera et al., 2006; Yang and Landau, 2000)
- Epigallocatechin – 3 gallate (EGCG) 59% dari total katekin
- Epigallocatechin (EGC) : 19%
- Epicatechin – 3 – gallate (ECG) 13,6%
- Epicatechin (EC) 6,4.
23
Tabel 2.3 Komposisi kimia daun teh muda (Camelia sinensis) (Robertson 1992)
Komponen % berat kering (bk)
Karbohidrat 4
Falvanol dan glikosidanya 3-4
2.5.2 Teh Oolong
24
Teh oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis alias tidak bersentuhan lama
dengan udara saat diolah. Teh oolong terletak diantara teh hijau dan teh hitam.
Fermentasi terjadi namun hanya sebagian (30 – 70 %).(Sujayanto, 2008)
Gambar 2.4. Teh Oolong (Martell ,2015)
Sebelum menjadi teh oolong yang kering dan dapat dikonsumsi secara praktis,
teh tersebut mengalami beberapa tahapan proses yaitu:
- Proses Pemetikan
Proses ini dilakukan dengan tangan agar lebih selektif. Kalau dengan alat
pemotong, misalnya ani-ani yang digunakan untuk memanen padi, batang
keras pun kemungkinan besar akan ikut terpotong.
- Proses Pelayuan
Proses pelayuan ini dilakukan dengan menggunakan sinar matahari selama
90 menit. Kemudian dipaparkan di dalam ruangan untuk dilakukan kembali
proses pelayuan selama 4-8 jam.
- Proses Pengeringan
Pada proses pengeringan dilakukan dengan Panning System, hal ini
bertujuan untuk inaktivasi enzim agar fermentasi tidak sempurna atau
fermentasinya parsial.
- Proses Penggulungan
25
Proses peggulungan ini dilakukan dengan sistem open top roller selama 5-
12 menit. Tujuannya adalah untuk memecah sel daun sehingga
menghasilkan rasa sepat. Tapi proses penggulungannya tidak sampai hancur
seperti pada proses teh hitam (pada bagian penggilingan) (Sujayanto, 2008).
Tabel 2.4 Komponen Kafein dan Katekin Dalam Teh Oolong(He et al., 2009)
Komponen Teh Oolong (mg / 100 ml)
2.5.3 Hubungan Teh Oolong dengan LDL
Teh oolong mengandung polifenol ,terutama flavonoid seperti katekin dan juga
mengandung kafein kandungan teh oolong ini sebenarnya hampir sama dengan teh
hijau yang juga mengandung katekin dan kafein namun hanya berbeda dari
besarnya kandungan zat- zat tersebut. Kerja polifenol efektif menghambat LDL
kolesterol oksidasi dan peningkatan aktivitas antioksidan serum (Yokozawa
et al, 2002) . Flavonoid katekin ( catechin ) yang merupakan salah satu zat yang
terkandung dalam teh oolong tersebut memiliki fungsi mencegah terjadinya
penyerapan lemak dengan cara menghambat aktivitas lipase pankreas
(Huggins,2003). Pengaruh katekin dalam menurunkan kadar LDL di buktikan
melalui penelitian dari Kim et al yang menyatakan bahwa katekin dapat
menurunkan kadar LDL (Kim et al, 2011). Kandungan katekin utama dalam teh
26
dibagi menjadi 5 jenis yaitu Epigallocatechin 3-gallate (EGCG), Epicathecin (EC)
, Epicatechin 3-gallate (ECG), Epigallocatechin (EGC), dan Catechin (C). EGCG
merupakan katekin yang aktifitas biologisnya paling aktif terhadap LDL (Rohdiana,
2011). Mekanisme katekin dalam menurunkan LDL diantaranya adalah
menghambat prokses oksidasi LDL (dengan cara mereduksi pembentukan radikal
bebas, menjaga dan meregenerasi ∝-tokoferol dan antioksidan lain), menurunkan
aktivitas 3-hydroxymethylglutaryl Coenzim A (HMG-CoA) reduktase (regulator
enzim dan biosintesis kolesterol), meningkatkan ekspresi reseptor LDL, serta
menurunkan absorbsi kolesterol diet dan reabsorbsi asam empedu (Hartoyo, 2003).
Oksidasi LDL-cholesterol, dikaitkan dengan risiko aterosklerosis dan penyakit
jantung, dapat dihambat dengan konsumsi teh karena Epicathecin (EC) dan
aktivitas antioksidan Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) . Aktivitas antioksidan
Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) pada Oksidasi LDL secara in vitro lebih kuat
dari Epicathecin (EC) (Gomikawa S,2002).
Efek anti obesitas dari kafein adalah dapat menurunkan kadar lemak tubuh
dengan meningkatkan termogenesis. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Dulloo et al
yang menyatakan bahwa katekin mampu menghambat katekol-O-metil-transferase
yaitu enzim yang mendegradasi noradrenalin (NA) , dan kafein menghambat
fosfodiesterase trancellular (enzim yang memecah cAMP NA-induced), maka
gabungan katekin dan kafein, efektif dalam merangsang termogenesis dengan
menghilangkan hambatan pada titik-titik kontrol berbeda sepanjang NA-cAMP
axis. Interaksi sinergis antara catechin-polifenol dan kafein ini dapat meningkatkan
dan memperpanjang stimulasi simpatis yang akan memperpanjang termogenesis
(Dulloo et al., 2000). Menurut American Journal of Physiology kafein yang di
kombinasi dengan katekin akan menurunkan kadar lemak lebih cepat dibandingkan
bila mengonsumsi zat tersebut secara terpisah. Menurut penelitian dari He et al teh
oolong dapat menaikan HDL dan menurunkan LDL serta dapat menurunkan Total
cholesterol , LDL , dan Trigliserida pada plasma darah subjek (He et al., 2009) hal
ini sejalan pula dengan hasil penelitian dari Abd – Elraheim A . Elshater et al yang
menyatakan pula bahwa kandungan katekin dan kafein dapat menurunkan
kolesterol, trigliserida dan LDL (Abd – Elraheim A . Elshater et al. , 2008) .
27
Penelitian oleh Tomonori Nagao tahun 2005 membuktikan bahwa teh oolong dapat
menurunkan kadar LDL laki-laki secara signifikan setelah pemberian seduhan teh
oolong selama 12 minggu (Nagao, et al., 2005).
1
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat- alat penelitian
- Handscoen
- Spuit
- Tabung vacutainer
- Plester
- Kapas Alkohol
- Torniquette
- Tabung Eppendorf
3.1.2 Bahan – bahan penelitian
Kantung teh (tea bag) yang berisi daun teh oolong bentuk sediaan simplisia
kering produksi dari teh enam tiga lalu diseduh dengan air bersuhu 80 ̊ C -100 ̊ C.
3.1.3 Subjek penelitian
Penelitian ini menggunakan 30 orang subjek penelitian yang dipilih dari
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Penelitian ini
berlangsung dari bulan Januari - Oktober 2016 yang bersedia dengan sukarela dari
awal hingga akhir dan menandatangani informed consent untuk penelitian efek
seduhan teh oolong terhadap kadar LDL.
Kriteria Inklusi
- Laki-laki
- Usia 18 – 24 tahun
2 - BMI ≥ 30
Kriteria Eksklusi
- Sedang mengonsumsi obat penurun kadar lipid
- Memiliki riwayat kelainan gastrointestinal
- Konsumsi obat herbal lain
- Perokok
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian : Universitas Kristen Maranatha Bandung , Laboratorium Klinik
Universitas Kristen Maranatha , dan Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Waktu Penelitian : Januari - Oktober 2016
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan pernelitan kuasi eksperimental dengan disain
penelitian pre dan post test. Pada penelitian ini dilakukan pemberian teh oolong
pada mahasiswa FK-UKM. Data yang diukur adalah kadar LDL.
3.3.2 Variabel Penelitian
Variabel Perlakuan : seduhan teh oolong
Variabel Respon : kadar LDL
3
3.3.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel perlakuan:
Teh oolong dengan perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dengan
dosis 8 gram teh oolong per hari selama enam minggu. Pemilihan dosis ini
didasarkan pada dosis penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (He et al., 2009).
Definisi operasional variabel respon:
Kadar LDL diukur dengan mengambil darah vena subjek penelitian, kemudian
diukur kadar LDL dengan metode kimia yang di lakukan di laboratorium klinik
dengan menggunakan menggunakan alat kimia Cobas C-311.
3.3.4 Penghitungan Jumlah Sampel
Penentuan jumlah sampel didasarkan pada rumus besar sampel untuk menguji 2
rata-rata yaitu :
� =� (Ζ − ⁄ + Ζ − ) �
Keterangan : � =
Ζ − ⁄ = , diperoleh dari tabeldistribusi n standar
Ζ − = , diperoleh dari tabel distribusi n standar
4 � = , ≈
Besar sampel minimal adalah tiga puluh subjek penelitian.
3.4. Prosedur penelitian
1. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan diminta untuk
berpuasa 10-12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah untuk
pengukuran kadar awal LDL, subjek penelitian diperbolehkan untuk minum
air putih.
2. Pengambilan darah dilakukan untuk mengukur kadar LDL sebelum diberi
perlakuan dan di tentukan kadar LDL nya menggunan metode kimia di
laboratorium klinik dengan menggunakan Cobas C-311.
Pemberian teh oolong selama 6 minggu
1. Subjek penelitian mendapat perlakuan dengan pemberian seduhan teh
oolong dengan dosis 8 gram perhari dengan pembagian dosis sebagai
berikut:
a. 2 gram sebelum makan pagi
b. 2 gram setelah makan pagi
c. 2 gram sebelum makan malam
d. 2 gram setelah makan malam
Masing masing di seduh dengan air bersuhu 80 ̊ C -100 ̊ C 2. Pemberian teh oolong dilakukan selama 6 minggu.
Post Test
5
1. Setelah perlakuan selama 6 minggu pasien diminta kembali untuk berpuasa
10-12 jam dan hanya di izinkan minum air putih saja.
2. Pengambilan darah dilakukan untuk mengukur kadar LDL setelah diberi
perlakuan dan di tentukan kadar LDL nya menggunan metode kimia di
laboratorium klinik dengan menggunakan Cobas C-311.
3.5 Metode Analisis
Data yang diukur yaitu kadar LDL (mg/dL) setelah dilakukan perlakuan.
Kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji T berpasangan ( dependent
T-test) , α = 0,05. Dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan ditentukan
berdasarkan nili p < 0,05.
3.6 Hipotesis Statistik
3.6.1 Hipotesis Statistik
H0 : tidak terdapat penurunan kadar LDL setelah pemberian seduhan teh oolong
selama enam minggu.
H1 : terdapat penurunan kadar LDL setelah pemberian seduhan teh oolong
selama enam minggu.
3.6.2 Kriteria Uji
Kriteria Uji berdasarkan nilai p:
- Jika nilai p ≥ 0,05 maka H0 diterima.
- Jika nilai p < 0,05 / p < 0,01 maka H0 ditolak.
6
3.7 Aspek Etik Penelitian
Penelitian ini telah memperoleh persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha-Rumah Sakit Immanuel.
Semua riset yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitian harus berdasarkan
empat prinsip dasar Etik Penelitian (EP), yaitu:
- Menghormati orang (respect for person)
- Manfaat (beneficence)
- Tidak membahayakan subjek penelitian (non-maleficence)
- Keadilan(justice)
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengaruh teh oolong terhadap kadar LDL dilakukan dengan
menggunakan subjek penelitian sebanyak 30 orang dengan jenis kelamin laki-laki
berumur 18 – 24 tahun, dengan BMI ≥ 30. Penelitian ini dilakukan dengan
mengonsumsi teh oolong sebanyak 8 gram / hari, dibagi ke dalam 4 dosis yaitu 2
gram sebelum makan pagi, 2 gram setelah makan pagi, 2 gram sebelum makan
siang, dan 2 gram setelah makan siang selama 6 minggu. Data yang diamati adalah
kadar LDL diukur sebelum dan sesudah konsumsi teh oolong.
4.1 Hasil Penelitian
Data perubahan kadar LDL subjek penelitian setelah mengonsumsi teh oolong
selama 6 minggu ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Kadar LDL (mg/dl) Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan The Oolong
Subjek Penelitian LDL %
Penurunan LDL
Hasil pre test Hasil Post test
3
distribusinya secara statistik menggunakan uji Shapiro-Wilk sebelum dilakukan uji
T-berpasangan. Hasil uji distribusi Shapiro-Wilk untuk kadar LDL diperoleh p =
0,905 yang berarti distribusi data normal (p > 0,05). Sehingga memenuhi syarat
untuk dilakukan uji T-berpasangan. Homogenitas kadar trigliserida kemudian diuji
dengan uji T-berpasangan
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Sebelum dan Sesudah Minum Seduhan Teh Oolong
Rata-Rata (mg/dL)
Standar Deviasi t P
Sebelum-Sesudah 5,167 1,783 15,874 0,000
Pada hasil yang disajikan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa uji t berpasangan
menunjukkan nilai p < 0,01 yang berarti terdapat penurunan yang sangat signifikan
dari kadar LDL sebelum dan sesudah minum seduhan teh oolong.
4
4.2 Pembahasan
Hasil uji statistik T berpasangan pada tabel 4.3 didapatkan adanya penurunan
kadar LDL yang sangat bermakna, yaitu sebesar 5,2 mg/dL dengan p = 0,000. Hal
ini disebabkan karena teh oolong mengandung berbagai polifenol ,terutama
flavonoid seperti katekin dan juga mengandung kafein. Kerja polifenol efektif
menghambat LDL kolesterol oksidasi dan peningkatan aktivitas antioksidan serum.
(Yokozawa et al, 2002) . Flavonoid katekin memiliki fungsi mencegah terjadinya
penyerapan lemak tubuh dengan cara menghambat aktivitas lipase pankreas
(Huggins,2003). Mekanisme katekin dalam menurunkan LDL diantaranya adalah
menghambat prokses oksidasi LDL (dengan cara mereduksi pembentukan radikal
bebas, menjaga dan meregenerasi ∝-tokoferol dan antioksidan lain), menurunkan
aktivitas 3-hydroxymethylglutaryl Coenzim A (HMG-CoA) reduktase (regulator
enzim dan biosintesis kolesterol), meningkatkan ekspresi reseptor LDL, serta
menurunkan absorbsi kolesterol diet dan reabsorbsi asam empedu (Hartoyo, 2003).
Kafein dapat menurunkan kadar lemak tubuh dengan meningkatkan termogenesis.
Hal ini dijelaskan oleh penelitian Dulloo et al yang menyatakan bahwa katekin
mampu menghambat katekol-O-metil-transferase yaitu enzim yang mendegradasi
noradrenalin (NA) , dan kafein menghambat fosfodiesterase trancellular (enzim
yang memecah cAMP NA-induced), maka gabungan katekin dan kafein, efektif
dalam merangsang termogenesis dengan menghilangkan hambatan pada titik-titik
kontrol berbeda sepanjang NA-cAMP axis. Interaksi sinergis antara
catechin-polifenol dan kafein ini dapat meningkatkan dan memperpanjang stimulasi simpatis
yang akan memperpanjang termogenesis (Dulloo et al., 2000).
5
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian
Seduhan teh oolong menurunkan kadar LDL.
Hal yang mendukung
- Kadar LDL setelah minum seduhan teh oolong menurunkan dari rerata
87,37 mg/dl menjadi 82,20 mg/dl
- Hasil uji t berpasangan didapatkan kadar LDL menurunkan setelah minum
seduhan teh oolong dengan p = 0,000.
Hal yang tidak mendukung
Tidak ada.
Kesimpulan
Hipotesis penelitian diterima dan teruji oleh data.
1
BAB V
SIMPULAN dan SARAN
5.1 Simpulan
Seduhan teh oolong berefek menurunkan kadar LDL.
5.2 Saran
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan antara
minum seduhan teh oolong dengan jenis teh lainnya, seperti teh hijau dan
teh hitam.
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis optimal seduhan teh
oolong untuk dapat menurunkan kadar LDL.
- Penelitian dapat dilakukan menggunakan subjek penelitian dengan kriteria
inklusi dan eksklusi yang berbeda.
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas dari teh
oolong.
- Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efek lain dari teh oolong baik
yang menguntungkan maupun merugikan.
EFEK SEDUHAN TEH OOLONG (Camellia sinensis)
TERHADAP KADAR LDL PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
KRISTEN MARANATHA TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran