• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kontribusi Coping Stress terhadap Kinerja pada Pilot Maskapai Penerbangan "X".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kontribusi Coping Stress terhadap Kinerja pada Pilot Maskapai Penerbangan "X"."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

v Abstrak

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pengaruh coping stress terhadap kinerja pada pilot maskapai penerbangan”X”. Sampel penelitian ini berjumlah 71 orang pilot.

Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Coping Stress ialah yang dimodifikasi dari Ways of Coping yang terdiri dari 66 item yang dibuat oleh Lazarus dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja dimodifikasi dari Line Checklist yang dikembangka oleh NAZA. Dimana terdapat 8 aspek kinerja yang diukur yang terdiri dari 60 item.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, Coping Stress memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja (Koefisien r =0.131). Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang signifikan yang kecil antara Coping Stress

(2)

Abstract

This research was conducted in order to determine the effect of stress coping relation to the performance of airline pilots "X". Samples of this study are 71 pilot.

The sample selection using purposive sampling method. Measuring instrument used to measure the Stress Coping is modified Ways of Coping consisting of 66 items made by Lazarus and measuring instruments used to measure the performance of Line Checklist modified made by NAZA. Where there are eight aspects measured performance which consisted of 60 items.

Based on statistical data processing, Coping with Stress has a significant effect on performance (coefficient r = 0131). The conclusion obtained is a significant difference is small between the Coping Stress on the Performance of the pilot flight maskpai 'X'. Researchers propose suggestions for the company to recruit a psychologist who can help pilots to be able to do counseling. Counseling can be done to help pilots who experience decreased performance or can help to regulate the

(3)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8

1.5 Kerangka Pikir ... 8

(4)

x

1.7 Hipotesis Penelitian ... 18

1.7.1. Hipotesis Mayor ... 18

1.7.2. Hipotesis Minor ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stress ... 19

2.1.1 Pengertian Stress ... 19

2.2 Coping Stress ... 19

2.2.1 Pengertian Coping Stress ... 19

2.2.2 Strategi Coping Stress ... 20

2.3 Kinerja ... 23

2.3.1 Pengertian Kinerja ... 23

2.3.2 Kinerja pada pilot ... 24

2.3.3. Crew Resouce Management (CRM) ... 29

2.3 Pilot ... 31

2.3.1 Pengertian Pilot ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 33

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 33

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 34

3.3.1 Variabel Penelitian ... 34

3.3.2 Definisi Operasional ... 34

(5)

xi

3.3.2.2 Kinerja ... 34

3.4 Alat Ukur ... 35

3.4.1 Kuesioner Coping Stress ... 35

3.4.1.1 Prosedur Pengisian ... 35

3.4.1.2 Penilaian Coping Stress ... 36

3.4.2 Alat Ukur Komitmen Organisasi ... 36

3.4.2.1 Prosedur Pengisian ... 37

3.4.2.2 Penilaian Kinerja ... 37

3.4.3 Data Pribadi dan Penunjang ... 39

3.4.3.1 Data Pribadi ... 39

3.4.3.2 Data Penunjang ... 39

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 39

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 39

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 41

3.5 Populasi dan Sampel ... 42

3.5.1 Sampel Penelitian ... 42

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 42

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 42

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 43

3.6.1.1. Uji Autokorelasi ... 43

3.6.1.2. Uji Heteroskedastisitas ... 43

3.6.1.3. Uji Multikoliniaritas ... 43

(6)

xii

3.7 Hipotesis Statistika ... 44

3.7.1 Hipotesa Mayor ... 42

3.7.2 Hipotesa Minor ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 45

4.1.1 Gambaran Sampel berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.1.2 Gambaran Sampel berdasarkan Usia... 45

4.1.3 Gambaran Sampel berdasarkan Posisi ... 46

4.1.4 Gambaran Sampel berdasarkan Jam Terbang ... 46

4.1.5 Gambaran Sampel berdasarkan Status Marital ... 47

4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 47

4.2.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Kinerja ... 47

4.3 Hasil Penelitian ... 48

4.3.1 Pengujian Hipotesis ... 48

4.3.2 Hipotesis Mayor ... 48

4.3.3 Hipotesis Minor ... 49

4.3.3.1 Problem Focus Coping terhadap kinerja ... 49

4.3.3.2 Emotion Focus Coping terhadap kinerja ... 49

4.4 Pembahasan ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 57

(7)
(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sumber terjadinya kesalahan aktif dan terselubung ... 24

Tabel 3.1 Item dari Setiap Strategi dan Dimensi Coping Stress ... 35

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur Coping Stress ... 36

Tabel 3.3 Item dari Setiap Indikator Kinerja ... 37

Tabel 3.4 Sistem Penilaian Alat Ukur Kinerja ... 38

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kinerja ... 38

Tabel 3.5 Kriteria Validitas dari Friedenberg ... 39

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 45

Tabel 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Posisi ... 46

Tabel 4.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Jam Terbang ... 46

Tabel 4.5 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Marital ... 47

Tabel 4.6 Gambaran Subjek Berdasarkan Kinerja ... 47

Tabel 4.7 Regresi Coping Stress terhadap Kinerja ... 48

Tabel 4.8 Regresi Problem Focus Coping terhadap Kinerja ... 49

(9)

xv

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kisi-kisi Alat Ukur ... L-1 Lampiran 1.1 Tabel Kisi-kisi Coping Stress ... L-1 Lampiran 1.2 Tabel Kisi-kisi Kinerja ... L-4 Lampiran 2 Kuesioner Ambil Data ... L-8 Lampiran 2.1 Kata Pengantar ... L-8 Lampiran 2.2 Pernyataan Kesediaan ... L-9 Lampiran 2.3 Data Diri ... L-10 Lampiran 2.4 Kuesioner Coping Stress ... L-11 Lampiran 2.5 Kuesioner Kinerja ... L-14 Lampiran 2.6 Data Penunjang ... L-20 Lampiran 3 Data Mentah ... L-21 Lampiran 3.1 Data Mentah coping stress ... L-21 Lampiran 3.1.1 Data Mentah Kuesioner Coping Stress aspek Confrontative ... L-21 Lampiran 3.1.2 Data Mentah Kuesioner Coping Stress aspek Distancing ... L-22 Lampiran 3.1.3 Data Mentah Kuesioner Coping Stress aspek Self-Controling . L-24 Lampiran 3.1.4 Data Mentah Kuesioner Coping Stress aspek Seeking Social

Support ... L-25 Lampiran 3.1.5 Data Mentah Kuesioner Coping Stress aspek Accepting

Responsibility ... L-27 Lampiran 3.1.6 Data Mentah Kuesioner Coping Stress aspek Escape Avoidance

L-29

(11)

xvii

Lampiran 3.1.8 Data Mentah Kuesioner Coping Stress aspek Possitive Reappraisal L-32

Lampiran 3.2 Data Mentah Kinerja ... L-34 Lampiran 3.2.1 Data Mentah Kuesioner Kinerja aspek Briefing ... L-34 Lampiran 3.2.2 Data Mentah Kuesioner Kinerja aspek Inquary/

Advocacy/Assertion Practiced ... L-35

Lampiran 3.2.3 Data Mentah Kuesioner Kinerja aspek Crew Self-critique ... L-37 Lampiran 3.2.4 Data Mentah Kuesioner Kinerja aspek Communiation/Decisions

L-38

Lampiran 3.2.5 Data Mentah Kuesioner Kinerja aspek Leadership-Followeship/ Concern for task ... L-40

Lampiran 3.2.6 Data Mentah Kuesioner Kinerja aspek Interpersonal Relationship/ Group climate ... L-41 Lampiran 3.2.7 Data Mentah Kuesioner Kinerja aspek

Preparation/Planning/Vigilance ... L-43 Lampiran 3.2.8 Data Mentah Kuesioner Kinerja aspek Workload Distribud/

(12)

Lampiran 4.1.6 Data Mentah Kuesioner Coping Stress aspek Escape Avoidance L-48

Lampiran 4.1.7 Tabel Validitas Coping Stress aspek Planfull Problem Solving L-49

Lampiran 4.1.8 Tabel Validitas Coping Stress aspek Possitive Reappraisal .... L-49 Lampiran 4.2 Reliabilitas Coping Stress ... L-49 Lampiran 4.3 Tabel Validitas Kinerja ... L-50 Lampiran 4.3.1 Tabel Validitas Kinerja aspek Briefing ... L-50 Lampiran 4.3.2 Tabel Validitas Kinerja aspek Inquary/ Advocacy/Assertion

Practiced ... L-50 Lampiran 4.3.3 Tabel Validitas Kinerja aspek Crew Self-critique ... L-50 Lampiran 4.3.4 Tabel Validitas Kinerja aspek Communiation/Decisions ... L-50 Lampiran 4.3.5 Tabel Validitas Kinerja aspek Leadership-Followeship/ Concern for task ... L-51 Lampiran 4.3.6 Tabel Validitas Kinerja aspek Interpersonal Relationship/ Group climate ... L-51 Lampiran 4.3.7 Tabel Validitas Kinerja aspek Preparation/Planning/Vigilance

L-51

(13)

xix

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyaknya penggunaan pesawat terbang yang digunakan masyarakat membuat

adanya perkembangan pesawat terbang yang sudah mendunia ini kembali berkembang di

Indonesia dengan berkembangnya banyak sekali maskapai mulai dari Garuda Indonesia, Lion

Air, AirAsia dan masih banyak lainnya (www.voaindonesia.com).

Semakin meningkatnya minat masyarakat dalam menggunakan alat akomodasi

pesawat untuk bepergian, tentunya pihak maskapai harus memberikan pelayanan dan fasilitas

yang terbaik, serta jaminan keselamatan penerbangan bagi setiap penumpang. Berkaitan

dengan masalah keamanan dan keselamatan pemerintah telah mempunyai program nasional

keamanan penerbangan sipil (National Civil Aviation Security) yang bertujuan untuk

keamanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan dan keberlanjutan penerbangan sipil di

indonesia dengan memberikan pelindungan terhadap penumpang, awak pesawat udara, para

petugas di darat dan masyarakat, dan instalasi bandara udara dari tindakan melawan hukum

(Fathur Rahmawati, 2007).

Adannya program yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan berkaitan

dengan penerbangan, tidak lepas begitu saja membuat tidak terjadinya permasalahan di dalam

penerbangan. Permasalahan yang terjadi didalam penerbangan salah satunya ialah terjadinya

kecelakaan pesawat baik ketika pesawat akan terbang (Take off), terbang di udara dan saat

pesawat sedang mendarat (lending). Kecelakan yang terjadi di akibatkan oleh banyak faktor

(15)

2

Di kawasan negara berkembang faktor penyebab banyaknya kecelakaan penerbangan

lebih banyak disebabkan oleh belum ketatnya usaha untuk meningkatkan safety. Sedangkan di

kawasan negara maju lebih banyak disebabkan terlalu padatnya jadwal penerbangan

(Aviation-safety.net). Bila dibandingkan dengan jumlah kecelakaan fatal yang terjadi di Asia

dalam lima tahun terakhir, kecelakaan di Indonesia relatif banyak, yaitu sekitar 20%

(Aviation-safety.net). Dari tahun 2000 sampai sekarang telah tercatat 21 kecelakaan pesawat

dan kecelakaan pesawat tersebut hampir setiap tahun terjadi di Indonesia (www.tempo.com).

Terdapat banyak masalah kecelakaan pesawat seperti adanya masalah teknis di groud,

atau masalah dari pesawat itu sendiri dan bisa juga disebabkan oleh yang mengoperasikan

pesawat (www.ilmuterbang.com). Peters meneliti lebih dalam lagi dan menemukan bahwa

human error bisa juga terjadi karena kesalahan pada perancangan serta prosedur kerja

(George A. Peters, 2006), ini sering kali di sebut dengan Human Error yang berarti suatu

penyimpangan dari standar performansi yang telah ditentukan sebelumnya sehingga

menyebabkan adanya penundaan akibat dari kesulitan, masalah, insiden, dan kegagalan.

Human error merupakan kesalahan dalam pekerjaan yang disebabkan oleh ketidaksesuaian

atas pencapaian dengan apa yang diharapkan.

Dalam prakteknya, human error terjadi ketika serangkaian aktifitas kita di lapangan

kerja yang sudah direncanakan, ternyata berjalan tidak seperti apa yang kita inginkan

sehingga kita gagal mencapai target yang diharapkan. Human error tidak mutlak disebabkan

oleh kesalahan manusia. Akan tetapi human error pada penerbangan merupakan faktor

penyumbang terbesar dalam kecelakaan pesawat, bahkan 2/3 dari rangkaian penyebab

pesawat komersial (Wegman and Shappel,2009). Menurut survey yang dilakukan didapat

bahwa didalam suatu penerbangan yang bertanggung jawab adalah seluruh awak kabin yang

(16)

3

jawab adalah pilot. Pilotlah yang paling dipersiapkan dan dilatih untuk menangani situasi

darurat.

Menurut hasil survey Pilot adalah orang yang mengemudikan dan mengontrol pesawat, sehingga pilot memilki peran yang besar. Pilot memiliki beberapa tuntutan pekerjaan/job description yang harus dipertanggung jawabkan pada saat berada didalam pesawat, yaitu memastikan semua informasi tentang rute, cuaca, pesawat yang akan digunakan, menggunakan informasi tersebut untuk membuat rencana penerbangan, rute yang akan diambil, memastikan semua sistem keamanan bekerja dengan benar, mempertahankan kontak teratur sepanjang penerbangan, melakukan pre-flight pemeriksaan pada sistem navigasi dan operasi, berkomunikasi dengan kontrol lalu lintas udara sebelum take-off dan selama penerbangan dan pendaratan, pada kondisi cuaca dan lalu lintas udara selama penerbangan, bereaksi dengan cepat dan tepat terhadap perubahan lingkungan dan keadaan darurat, memperbarui buku catatan pesawat dan menulis laporan pada akhir penerbangan mencatat setiap kejadian atau masalah dengan pesawat. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, seorang pilot diharapkan untuk menjalankan tanggung jawab dengan tepat dan cepat dalam berbagai situasi terburuk sekalipun.

(17)

4

stabil dan tidak stabilnya konsentrasi (Monica Martinussen & David R. Hunter, 2010).

Salah satu gangguan psikologis yang paling besar berperan adalah stress. Menurut Lazarus & Folkman (1986) stress adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Keadaan Stress bisa datang dalam berbagai bentuk dari situasi saat ini atau masa lalu .

Stokes dan Kite (1994 ) menjelaskan tiga jenis stres yang mempengaruhi kinerja aircrew. Tipe pertama , stres reaktif akut mengacu pada efek jangka pendek yang terkait

dengan tugas-tugas operasional dan situasi seperti beban kerja dan waktu tekanan . Kedua adalah stres lingkungan yang merupakan kondisi fisik lingkungan termasuk kebisingan , suhu dan getaran. Terakhir, stres hidup adalah akumulasi peristiwa penting dalam kehidupan seseorang seperti tekanan keuangan dan perubahan hubungan .

Stressor yang sering dialami oleh seorang pilot adalah seperti pembagian shift kerja yang tidak jelas dan teratur, kurangnya tidur, terbang dengan rute yang tidak familiar, cuaca pada saat penerbangan, parkiran yang dipakai pada saat cuaca buruk, lalulintas padat, kerusakan sistem pesawat, masalah pribadi seperti adanya masalah dengan keluarga atau dirumah, masalah didalam lingkungan pekerjaannya, kesehatan fisik, dan keadaan ekonomi (Human Factors for Pilot, 1996). Salah satu contoh seorang pilot dapat mengalami stress karena adanya banyak faktor seperti kurangnya tidur karena jam terbang yang lama, atau salah satu faktor yang paling signifikan adalah adanya masalah didalam kehidupan pribadi pilot yang dapat menyebabkan stress dan membuat pilot menjadi tidak terkontrol pada saat mengemudikan pesawat. Seperti dalam kasus Pesawat Silk Air Flight 185 yang jatuh di Sungai Musi, Indonesia, pada 1997 diduga juga karena pilot yang stress (www.tempo.com).

(18)

5

mereka atasi dengan melakukan olahraga disaat ada waktu senggang, melakukan aktifitas yang mereka sukai seperti liburan atau melakukan hobby mereka dan biasanya mereka lebih suka untuk mengejar waktu istirahat mereka sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara kepada pilot salah satu maskapai di Indonesia 7 dari 10 orang (70%) pilot maskapai penerbangan mengatakan bahwa cara mereka menghadapi keadaan stress tersebut adalah dengan cara menghindari masalah yang ada baik didalam pekerjaan ataupun masalah pribadi yang dialaminya sendiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan menurut mereka. hampir 20% pilot lainnya biasanya akan pergi berlibur, atau melakukan hobby yang mereka sukai, dan 10% lainnya biasanya akan tidur dalam waktu yang banyak sehingga mereka merasa lupa akan masalah pribadi ataupun masalah pekerjaan yang mereka alami. Berdasarkan hasil survey awal juga, 5 (50%) dari 10 orang pilot menyatakan bahwa apa yang telah mereka lakukan untuk menghindari stress dalam bekerja tidak ada pengaruhnya dalam kinerja mereka. Mereka merasa bahwa masalah yang mereka hindari nantinya akan muncul kembali ketika mereka mulai aktif beraktivitas. 5 (50%) orang lainnya menyatakan bahwa apa yang telah mereka lakukan untuk menghindari stress, memiliki pengaruh dalam kinerja mereka dimana mereka merasa lebih semangat kembali ketika mulai beraktivitas kembali bekerja, namun hanya berlangsung sesaat dan akan kembali stress jika memiliki jadwal terbang yang sangat padat.

(19)

6

Menurut Roger. G. Green dkk (dalam buku Human Factor for Pilots,1996) mengatakan bahwa stress yang terjadi dapat memberikan efek yang besar pada kinerja kerja pilot tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala bagian Air Crash Investigation di KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transpotasi) dalam keadaan stress pilot sering sekali kesulitan dalam pengambilan keputusan saat mengemudikan pesawat. Dampak dari kesulitan pengambilan keputusan tersebut dapat sampai kepada salah menjalankan prosedur yang telah ditentukan, maka diperlukan regulasi stress yang benar.

Pengunaan Coping dan resiko dari Coping yang digunakan dapat mempengaruhi kinerja seorang pilot, menurut penelitian terdapat banyak bentuk stressor dan reaksi yang akan muncul pun beragam. Secara umum , terlalu banyak stres yang dapat menghambat kinerja dan meningkatkan potensi kecelakaan didalam dunia penerbangan (PILOT PERFORMANCE VARIABLES,1997).

Didalam dunia pernerbangan terdapat CRM atau Crew Resourse Management. CRM atau Crew Resourse Management merupakan bentuk training yang diberikan untuk melihat koordinasi dan kerjasama. Akan tetapi sebelum mencapai CRM atau Crew Resourse Management training ada yang dinamakan The LINE/LOS Checklist yang merupakan instrument untuk mengevaluasi kinerja dari keterampilan CRM awak pesawat khususnya pilot (Helmreich, Willhelm, Kello et al.,1991). Pada maskapai ‘X’ dalam melihat kinerja pada pilot biasanya akan dilihat dari hasil statistiknya. Jika dalam hasil statistika terdapat masalah maka pihak maskapai akan mencari apa penyebab dari masalah tersebut dengan menanyakannya kepada pilot yang menerbangkan pesawat ketika telah mendarat, sanksi yang diberikan biasanya berupa teguran dan adanya peringatan.

(20)

7

training yang berbeda-beda dan waktu pemberian training pun berbeda setiap orangnya. Hasil dari training hanya dapat dilihat oleh pilot sendiri dan tidak dapat dilihat oleh chief pilot mereka kecuali terdapat masalah yang sangat serius yang terlihat dari kinerja pilot tersebut. Sehingga pihak perusahaan tidak dapat melihat bagaimana hasil kinerja dari setiap pilot dimaskapai mereka.

Dari pemaparan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Coping Stress dan Kinerja Pilot di salah satu paskapai penerbangan ‘X’.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, peneliti ingin

mengetahui bagaimana pengaruh coping stress yang dilakukan oleh pilot dengan kinerja

yang dihasilkan pilot disalah satu maskapai penerbangan.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud penelitian

Memberikan gambaran mengenai coping strees yang dilakukan oleh pilot

dalam kondisi stress didalam pekerjaannya dan bagaimana gambaran kinerja yang

ditampilkan.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui coping stress pada pilot dan bagaimana pengaruhnya terhadap

(21)

8

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

- Memberikan informasi bagi ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi

Industri dan Organisasi mengenai coping strees seseorang didalam pekerjaannya.

- Mengetahui bagaimana coping stress dapat mempengaruhi performance kerja.

- Memberikan informasi bagi Psikolog atau ilmuan psikologi, khususnya di bidang

Psikologi Penerbangan mengenai bagaimana seorang pilot dapat melakukan

coping stress dalam pekerjaannya dan seberapa besar pengaruhnya terhadap

performance kerjanya.

- Memberikan informasi bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian

lanjutan tentang hubungan coping stress dan performance kerja terutama pada

pilot.

1.4.2. Kegunaan Praktis

- Memberikan informasi kepada maskapai penerbangan yang ada di Indonesia

mengenai coping stress dan performance kerja para pilot. Sehingga diharapkan

agar maskapai penerbangan dapat mengoptimalkan coping stress pilot sehingga

dapat mencapai kinerja yang baik.

- Memberikan informasi kepada para pilot mengenai coping stress dan kinerja

mereka sendiri. Diharapkan mereka dapat mempertahankan atau mengoptimalkan

coping stress mereka dalam mencapai kinerja yang optimal.

1.5 Kerangka Pikir

Profesi pilot yang bekerja dimaskapai penerbangan bermula dari umur 20 tahun ke

(22)

9

Profesi sebagai pilot memiliki banyak tuntutan pekerjaan yang dapat menyebabkan stress.

Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan

kerena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Keadaan stress ini

mempengaruhi kenerja seorang pilot didalam pekerjannya karena bukan hanya tuntutan yang

merupakan tugas perkembangan saja yang harus dipenuhi tapi juga adanya tuntutan pekerjaan

yang harus dipenuhi. Tuntutan pekerjaan tersebut berupa beban kerja selama terbang,

tanggung jawab yang besar, dan harus mengambil keputusan yang besar jika terjadi sesuatu didalam pesawat yang sedang dikemudikannya.

Tapi keadaan stress tersebut dapat dikurangi dengan dilakukannya upaya coping.

Menurut Lazarus dan Folkman (1984) coping adalah upaya perubahan kognitif dan perilaku

secara konstan untuk mengelola tekanan eksternal dan internal yang dianggap melebihi batas

kemampuan individu. Strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk menanggulangi

situasi stres yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan

perubahan kogntif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.

Lazarus membagi coping menjadi 2 yaitu Problem Focus coping dan Emotion Focus coping.

Problem Focus coping adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh para pilot maskapai

penerbangan yang berfokus pada penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, menghilangkan

kondisi atau situasi yang menimbulkan stress. Didalam Problem Focus coping terdapat

beberapa cara yang dilakukan yaitu Planful Problem Solving dan Confrontative Coping.

Usaha pertama dari Problen Focus coping adalah Planful Problem Solving yaitu

seberapa sering usaha yang dilakukan oleh pilot maskapai penerbangan mengubah keadaan

untuk memecahkan masalah yang menekan dengan cara melakukan evaluasi didalam

pekerjaannya yang sebelumnya, mencari alternatif lain untuk menyelesaikan masalah dan

berusaha untuk dapat memenuhi tuntutan pekerjannya pada saat adanya tekanan terkait

(23)

10

pilot pernah mengalami kesalahan teknis yang menyebabkan pesawat menjadi tidak terkendali

selama beberapa detik membuat pilot menjadi panik maka dalam penerbangan selanjutnya

pilot tersebut akan membuat menganalisis dan membuat rencana lain agar jika terjadi masalah

yang sama maka dia dapat mencari solusi yang lebih baik sehingga dia tidak panik dalam

menghadapi situasi seperti itu dan dapat memenuhi tuntutan pekerjaannya menjadi lebih baik.

Usaha kedua dalam Problem Focus Coping adalah Confrontative Coping yang

merupakan seberapa sering usaha-usaha yang dilakukan oleh pilot maskpai penerbangan

dalam mengatasi keadaan atau masalah yang sangat menekan dan agresif, dengan

mengungkapkan perasaannya misalnya kepada rekan kerjanya mengenai masalah-masalah

kerja yang ada. Didalam sebuah pesawat terutama didalam cocpit seorang pilot harus saling

bekerjasama dan berkomunikasi dalam keadaan apapun apalagi dalam kondisi sedang terbang,

contoh jika terjadi kesalahan dalam menyebutkan ketinggian pesawat berada pada saat sedang

terbang yang dilakukan oleh pilot yang dapat menyebabkan pesawat menjadi lewat dari

ketinggian yang dibataskan akan membuat keadaan menjadi sangat tertekan dan kacau

sebagai seorang pilot lebih baik langsung berbicara kepada co-pilot bahwa pilot tersebut kesal

dan panik karena kesalahan yang dilakukan oleh co-pilot itu sehingga rekan kerjanya akan

langsung tau apa yang salah dari apa yang dilakukannya.

Emotion Focus coping adalah usaha yang dilakukan oleh pilot untuk mengendalikan

keadaan dirinya sendiri lebih dulu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerima kenyataan,

mengubah persepsi dari dirinya sendiri atau bahkan menghindar dan juga mempelajari

keadaan yang sama dengan masalah yang dihadapi oleh oranglain. Sehingga dapat membantu

dirinya dalam mengatur emosi pada saat menyesuaikan diri dengan keadaan yang dipenuhi

dengan tekanan dan tuntutan. Didalam Emotion Focus coping terdapat beberapa cara yang

dilakukan yaitu Distancing, Self-control, Seeking social support, Accepting responsibility,

(24)

11

Usaha pertama dalam Emotional Coping adalah Distancing yang merupakan seberapa

besar usaha yang dilakukan oleh pilot maskapai penerbangan dalam menghindari masalah

yang harus dihadapi. Bisa dengan mengindari tempat kerja atau lingkungan yang menekan,

mengalihkan pikirannya dari masalah pekerjaan yang harus diselesaikan. Seperti contoh

seorang pilot yang kelelahan dengan jam terbang yang berlebihan yang harus dilakukan dalam

penerbangannya membuat dia tertekan dan sering kali membuat dia menjadi tidak dapat focus

dalam bekerja sehingga sering kali membuat kesalahan-kesalahan kecil seperti salah

memencet tombol didalam cocpit yang dapat menimbulkan masalah, biasanya dalam

menyelesaikan hal tersebut ada beberapa pilot yang lebih memilih untuk menghindari tempat

kerjanya sehingga dapat lebih tenang misalnya dengan liburan atau beristirahat dirumah.

Usaha kedua dalam yang kedua Emotional Coping adalah Self-control yaitu seberapa

besar usaha yang dilakukan pilot maskapai penerbangan dalam meregulasi perasaan dengan

cara memendam masalahnya sendiri, tidak menyatukan masalah keluarga / pribadi dengan

lingkungan pekerjaan atau sebaliknya, tidak melampiaskan emosi yang ada kepada

lingkungan disekitarnya. Sehingga dalam mengambil keputusan sesuai dengan penyelesaian

masalah yang dihadapi. Contohnya sering kali pilot yang memiliki keluarga memiliki tekanan

yang besar karena keluarga yang sering ditinggalkan dengan resiko pekerjaan yang besar

seperti resiko yang paling fatal adalah kecelakaan, sulitnya komunikasi dengan keluarga

karena lebih banyak menghabiskan waktu di udara daripada didarat dan juga jam kerja yang

menyulitkan seseorang untuk pulang, sehingga seringkali membuat adanya masalah didalam

keluarga, sedangkan didalam pekerjannya pilot juga memiliki tuntutan yang berbeda seperti

nyawa orang yang harus menjadi tanggung jawab, sehingga menurut survey terkadang yang

memilih pekerjaan pilot harus pintar dalam memilih masalah mana yang paling penting untuk

diselesaikan dan emosi yang dikeluarkan harus sesuai dengan masalah. Jika sudah memilih

(25)

12

Usaha ketiga dalam Emotional Coping adalah Seeking social support yaitu seberapa

besar usaha yang dilakukan pilot maskapai penerbangan mencari dukungan dari pihak-pihak

yang berada disekitar lingkungannya berupa informasi, dukungan konkrit dan dukungan

emosional baik dari lingkungan keluarga, temen ataupun rekan pekerjannya. Sehingga dapat

membantu dalam mengatasi tekanan dan tuntutan yang menjadi masalah. Seperti contoh yang

paling sering terjadi jika sebelum menerbangkan pesawat terbang biasanya sebagai seorang

pilot dan co-pilot memiliki kecemasan masing-masing dan biasanya derajatnya besar karena

tanggung jawab mereka besar, biasanya untuk meredakan kecemasan mereka biasanya

mereka menghubungi istri atau keluarga bagi mereka yang belum menikah untuk diberikan

semangat, lalu bertemu dengan rekan kerja mereka yang memiliki jam penerbangan yang

sama agar saling mendukung dan bahkan ada beberapa pilot yang sebelum terbang akan

memberikan salam kepada penumpangnya karena menurut mereka hal tersebut dapat

memotivasi mereka untuk lebih berhati-hati didalam menerbangkan pesawat.

Usaha keempat dalam Emotional Coping adalah Accepting responsibility yaitu

seberapa besar usaha yang dilakukan pilot maskapai penerbangan dalam menyadarkan peran

dan tanggung jawab dirinya dalam masalah yang dihadapinya dan mencoba untuk

memandang masalah atau situasi tersebut sesuai dengan yang seharusnya. Misalnya menerima

konsekuensi yang harus ditanggung dalam masalah yang terkait dengan pekerjaannya, seperti

contoh yang paling sering terjadi yaitu pada saat menjadi seorang pilot mereka harus

menerima konsekuensi bahwa mereka memiliki jam terbang dan jadwal terbang yang tidak

teratur sehingga terkadang mereka sulit untuk bertemu dengan keluarga mereka sehingga

terkadang menjadi masalah didalam keluarganya.

Usaha kelima dalam Emotional Coping adalah Escape avoidance yaitu seberapa besar

usaha yang dilakukan pilot maskapai penerbangan untuk menghindari atau melarikan diri dari

(26)

13

selesai dengan sendirinya, atau melakukan kesenangan sendiri. Seperti contoh terkadang jika

terdapat waktu kosong untuk beristirahat atau waktu libur didalam keadaan yang tertekan dan

kelelahan biasanya para pilot sering sekali seperti mabuk-mabukan dan tidur yang berlebihan

sehingga lupa waktu untuk bekerja, karena menurut mereka hal tersebut dapat membuat

mereka lupa akan masalah yang sedang hadapi padahal hal tersebut menurut mereka adalah

suatu pelarian dari masalah mereka sehingga seolah-olah masalah tersebut terselesaikan.

Lalu yang terakhir usaha dalam Emotional Coping adalah Positive reappraisal yaitu

seberapa besar usaha pilot maskapai penerbangan melakukan suatu kegiatan yang positif

dalam menghadapi masalah atau tekanan yang dialaminya. Seperti dengan melakukan

kegiatan religious seperti berdoa atau pergi ke tempat ibadah jika terdapat masalah yang

sangat tertekan.

Adanya coping stress yang dilakukan oleh pilot maskapai pernerbangan bertujuan

untuk meregulasi stress yang dihadapi didalam bekerja. Sehingga jika coping dilakukan

dengan optimal akan berhasil dalam meregulasi stressnya yang akan berdampak pada kinerja

yang di tampilkan. Dalam sebuah usaha untuk mencapai tujuannya, para individu yang

bekerja harus menunjukkan tingkat kinerja tertentu, sebab kinerja yang buruk berakibat pada

kualitas pelayanan yang buruk pula atau berdampak pada kebangkrutan.

Menurut Gibson,2003 Kinerja adalah hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan

organisasi, efisiensi dan kinerja kefektifan kinerja lainnya. Salah satu cara untuk melihat

kinerja dari pilot jika dianalisis dari CRM adalah LINE/LOFT Checklist. LINE/LOFT

Checklist secara konstan menilai kinerja dengan membagi penilaian mereka menjadi 3

indikator group dimana berisikan Communication Processes/Decision Behavior, Team

building and Maintenance, Workload Management and situtional Awareness, dan terdapat 2

penilaian secara global yaitu Overall Technical Profiency dan Overall Crew Effectiveness.

(27)

14

dapat menunjukan kineja yang baik secara umum. Hal yang dinilai adalah Briefing, Inquary,

Crew-self critique, Communication, Leadership, Interpersonal relationship, Preparation, dan

Workload distributed.

Dasar penilaian yang pertama adalah Briefing. Briefing adalah penilaian dimana pilot

harus dapat mengikuti dan melakukan briefing yang efektif agar secara operasional dapat

terkoordinasikan dengan baik, memiliki perencanaan dan dapat mempersiapkan diri jika

terdapat masalah.

Dasar penilaian yang kedua harus diperhatikan adalah Inquary/ assertion practiced.

Inquary/ assertion practiced yaitu penilaian dimana pilot akan menganjurkan tindakan terbaik

mereka walaupun harus melibatkan konflik atau masalah dan walaupun dia tidak setuju

dengan crew member lain pada saat bekerja.

Dasar penilaian yang ketiga yang harus diperhatikan adalah Crew self-critique. Crew

self-critique adalah penilaian yang merupakan evaluasi diri dari crew member dalam hal ini

pilot yang memberikan debrief, pengulangan operasional dan kritik terhadap aktivitas yang

dilakukannya yang didalamnya melibatkan hasil dari aktivitas yang dilakukan, proses yang

dilakukan dan bagaimana keterlibatan oranglain.

Dasar penilaian keempat yang harus diperhatikan adalah Communication.

Communication merupakan penilaian dalam berkomunikasi yang melibatkan crew member

lainnya yang dapat memberikan informasi yang diperlukan. Didalam penilaian ini juga pilot

secara aktif mengambil keputusan yang dikomunikasian dengan jelas dan diakui oleh crew

member yang lain.

Dasar penilaian yang kelima yang harus diperhatikan adalah

Leardership-Followership. Leardership-Followership adalah penilaian yang berisikan evaluasi sejauh

(28)

15

dapat melihat sejauh mana pilot tersebut apakah memiliki prestasi jikalau dilihat dari

tugas-tugas yang dilakukannya.

Dasar penilaian yang keenam yang keenam yang harus diperhatikan adalah

Interpersonal Relationship. Interpersonal Relationship yaitu evaluasi hubungan pilot dalam

grup ataupun interpersonal keseluruhan flighdeck. Hal ini dilakukan untuk pencapaian tugas

yang diperlukan oleh pilot dan crew member lainnya.

Dasar penilaian yang ketujuh yang harus diperhatikan adalah Preparation/Planning.

Preparation/Planning yaitu melihat sejauh mana pilot mengambil sebuah tindakan yang

mungkin diperlukan pada saat persiapan ataupun pada saat menerbangkan pesawat.

Dasar penilaian yang terakhir yang harus diperhatikan adalah Worload distributed.

Worload distributed yaitu melihat managemen beban kerja. Dalam penilaian ini dapat

mencerminkan seberapa baik pilot dapat mendistribusikan tugas. Hal ini juga dapat

mempertimbangkan kemampuan kru untuk menghindar dari aktivitas yang menganggu dan

bagaimana mereka memprioritaskan pekerjaan mereka.

Tingkat performance yang baik dapat meningkatkan produktivitas organisasi. Dalam

hal ini salah satu faktor terbesar yang dapat mempengaruhi kinerja pilot maskapai

penerbangan adalah stress maka dari itu diperlukannya coping stress yang baik agar dapat

menghasilkan kinerja yang lebih baik.

Kinerja tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan stress dan bagaimana coping yang telah dilakukan oleh seorang pilot, tetapi terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi

antara lain faktor fisik, psikis, system manajemen perushaaan dan komunikasi.

(29)

16

pengambilan keputusan dan keseimbangan. Faktor ini merupakan masalah serius dalam dunia penerbangan. Faktor fisik dapat dioptimalkan dengan menjaga kesehatan pribadi. Cara menjaganya adalah dengan menjaga setiap asupan gizi, beristirahat dengan cukup dan juga dapat melakukan olahraga.

Faktor Psikis yaitu merupakan suatu keadaan (kondisi) dari seseorang yang tidak dapat menerima keadaan karena dipengaruhi suatu tekanan lingkungan kerja, beban kerja yang tidak sesuai dengan keinginannya sehingga psikis orang tersebut tidak mampu untuk menerima beban yang berat mengakibatkan terjadinya penyimpangan prilaku terutama pada saat bekerja yang tidak semestinya dan dapat membahayakan orang lain.

Faktor Sistem Manajemen Perusahaan dapat meliputi jadwal penerbangan yang telah ditentukan atau diatur oleh perusahaan perusahaan (operator) harus berdasarkan ketentuan atau aturan baik nasional maupun internasional. Namun terkadang jadwal penerbangan yang diberikan pada pilot tidaklah pasti sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kinerja mereka karena jika kelebihan jam dalam jadwal penerbangan dapat membuat pilot kelelahan. Gaji dianggap salah satu masalah bagi personel karena dengan alasan bahwa pihak perusahaan penerbangan banyak mengeluarkan biaya-biaya produksi. Secara tidak langsung feedback yang beruapa gaji dapat menurunkan kinerja individu jika feedback yang diterima tidaklah sesuai.

(30)
(31)

18

1.6 Asumsi

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, dapat ditarik sejumlah asumsi, yaitu :

- Pekerjaan pilot merupakan pekerjaan yang stressfull, dimana dalam bekerja pilot

mengalami banyak stressor.

- Stressor yang dialami oleh pilot membuat pilot menjadi stress.

- Pilot akan melakukan Coping dalam meregulasi stress yang dialami.

- Coping stress yang dlakukan oleh pilot maskapai penerbangan untuk mengatasi

stress dapat berpengaruh terhadap kinerja pilot.

- Kinerja yang baik yang dihasilkan oleh pilot maskapai penerbangan dapat

dipengaruhi oleh kemampuan pilot dalam meregulasi stress.

1.7 Hipotesis

Terdapat pengaruh Coping Stress terhadap kinerja pada pilot maskapai

(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 71 orang pilot di maskapai ‘X’, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara Coping Stress terhadap Kinerja pada pilot maskpai penerbangan ‘X’.

2) Terdapat hubungan yang signifikan antara Faktor Sistem Manajemen Perusahaan pada bagian fasilitas yang diberikan perusahaan dengan kinerja pada pilot maskapai penerbangan ‘X’.

(33)

Universitas Kristen Maranatha 58

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.

 Saran Teoritis

1) Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan pada pilot maskpai penerbangan ‘X’. Dapat membuat item-item alat ukur penelitian yang lebih

spesifik yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik dari pilot maskpai penerbangan ‘X’ khususnya untuk alat ukur kinerja.

2) Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian lanjutan, peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh tingkat stress dan coping stress terhadap kinerja yang ditampilkan. Sehingga dapat diketahui lebih jelas seberapa besar tingkat stress yang dialami oleh pilot maskapai penerbangan dan bagaimana coping yang dilakukan oleh pilot dan bagaimana hasil dari kinerja yang ditampilkan oleh pilot maskapai.

 Saran Praktis

1) Bagi perusahaan untuk dapat merekrut psikolog yang dapat membantu pilot untuk dapat melakukan konseling. Konseling dapat dilakukan untuk membantu pilot yang mengalami penurunan kinerja atau dapat membantu untuk meregulasi masalah psikologis yang mereka alami.

2) Bagi perusahaan untuk dapat memasukan materi stess dan strategi coping stress yang dapat dilakukan oleh pilot jika terdapat seminar atau training.

(34)

59

(35)

KONTRIBUSI COPING STRESS TERHADAP KINERJA

PADA PILOT MASKAPAI PENERBANGAN ‘X’

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

ELISA CAROLINA JEAN MALAIHOLLO NRP : 1230006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(36)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini disusun dalam rangka untuk menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, dengan judul “Pengaruh Coping Stress terhadap kinerja pada

Pilot maskapai penerbangan ‘X’.

Selama penyusunan, peneliti mengalami beberapa hambatan, namun dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti berhasil penyelesaikannya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut serta membantu, memberikan bimbingan dan dorongan dalam menyelesaikan rancangan penelitian ini, yaitu :

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

2. DR. Carolina Nitimihardjo, selaku dosen wali peneliti yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti.

3. Ira Adelina, M.psi., Psik selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti dalam proses penyusunan penelitian ini. Terimakasih atas masukan, nasihat, kesabaran dan dorongannya.

(37)

viii 5. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan doa, dorongan dan motivasi serta dukungan baik moril maupun materil dalam penulisan penelitian ini.

6. Kepada Mr. Joze Fernandez, yang telah memberikan izin dan informasi dalam penulisan penelitian ini.

7. Kepada Thomas, yang telah setia mendampingi, memberikan masukan, memotivasi dan memberikan dukungan moril selama proses pengerjaan penelitian ini.

8. Teman seperjuangan yaitu Esa Kristantia, Anastasia, Rizkha Elfany, Brigita Louise, Seizhar, Erin, Rheina, Gea, Nurkristanti, Vina, Lydia, Yusni, Marsha, Odie, dan Ignas yang telah bersama-sama berjuang menguras waktu, tenaga dan pikiran dalam menyelesaikan rancangan penelitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu terwujudnya penelitian ini.

Peneliti masih menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti dengan senang hati akan menerima saran, kritik, dan masukan yang disampaikan demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandung, Oktober 2016

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, R and M. Bogshaw. 2002, Human Performance and Limitations in Aviation, Blackwell Science Ltd.

Green, R and other authors. 1996, Human Factors for Aviation : second Edition,England :Averuby Aviation

Harris, Don. 2011. Human Performance on The Flight Deck, UK : ASHGATE

Hunter, D and Monica, M. 2010, Aviation Psychology and Human Factors. US : CRC Press

Jeppsen. 2001, Joint Aviation Authorities Airline transport Pilot’s Licence : Human Performance and Limitations, UK : Oxford Aviation training

King, Raymond, 1997, Pilot Performance Variables , Virginia : Amstrong Laboratory Lazarus, R and Susan. F. 1984, Stress, Appraisal, and Coping, New York : Springer

Publish Company

Lazarus, R and Susan F. 1998, Ways of Coping Questionnaire, USA : Mind Garden inc

Operasion Manual Part A, 2015 Operation Manual Part C, 2015

Papalia, 2009. Human Development, Jakarta : Salemba Empat

Riduwan dan Sunarto, H. (2011). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta. Sugiono (2016). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung

: Alfabeta

Sulivan, (1992).Employee Health, Coping and Methodologies, USA

(39)

Universitas Kristen Maranatha lx

DAFTAR RUJUKAN

Artikel Penerbangan,2015. Keselamatan Penerbangan (www.ilmuterbang.com , diakses 17 Oktober 2015) Badan Pusat Statistik (BPS) ,2014. Lalu Lintas Udara Domestik

(hubud.dephub.go.id , diakses 18 September 2015)

Departemen perhubungan,2015. Perkembangan Transportasi Di Indonesia

(http://www.dephub.go.id, diakses 18 September 2015)) Database,2015. Daftar Kecelakaan Pesawat Terbang Indonesia

(Aviation-safety.net , diakses 3 Oktober 2015)

Fakultas Psikologi. 2015. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

http://perilakuorganisasi.com/teori-dua-faktor.html, Teori 2 Faktor Herzberg ( diakses 20 Noember 2016)

Kusuma, D. 6 Januari 2015. Perusahaan Asuransi Ini Sebut 70% Kecelakaan Pesawat Akibat Human Error. (www.detikfinance.com ,diakses 21 April 2015)

Mustopo, Widura Imam. 2011. Keselamatan Penerbangan dan Aspek Psikologis "Fatigue" ( diakses 15 November 2016)

Rahmawati, Fathur. 2007. Sistem Keselamatan Dan Keamanan Transportasi Udara Rumeser, Johannes A. A. 2011. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA DENGAN PEMILIHAN COPING STRESS STRATEGY KARYAWAN DI KANTOR PUSAT ADIRA INSURANCE (diakses 10 November 2016)

Prasetya, Veronika, 2011. PERAN KEPUASAN KERJA, SELF ESTEEM, SELF EFFICACY TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL (diakses 17 November)

Sutrisno, 2013. Pengaruh Dukungan Sosial dan Insentif Terhadap Kinerja Karyawan KUD Tri Jaya Sraten Kabupaten Banyuwangi (diakses 17 November)

Tempo.29 Desember 2014. Ini Daftar Kecelakaan Pesawat Terbang Indonesia. (www.tempo.com , diakses 8 April 2015)

Tempo. 23 Maret 2015. 104 Tewas, Pilot Diduga Jatuhkan Silk Air di Musi karena

Utang. (www.tempo.com , diakses 10 April 2015)

republika.co.id (diakses 2 Mei 2015)

(40)

Smith, Guy Mario, April 1994. Evaaluating Self-analysis as a Strategy for Learning CRM in Undergraduate Flight Training (diakses 20 Maret 2016)

Yesavage, Jerome and friends, 2011. Initial Cognitive Performance Predicts Longitudinal Aviator Performance (diakses 25 September 2016)

Gambar

Gambar 3.1
Tabel Kisi-kisi Coping Stress  ..................................................  L-1
Tabel Validitas Coping Stress ..................................................  L-47
Tabel Validitas Kinerja  ............................................................  L-50

Referensi

Dokumen terkait

Adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan atau mu’a>mala>h keperdataan. Perbuatan biasa adalah perbuatan masyarakat dalam masalah kehidupan

Untuk sistem yang mengharuskan calon karyawan mengikuti semua tahap seleksi terlebih dahulu, penerapan pohon keputusan agak sulit untuk dilakukan karena jika pohon

Pada Tabel 6 menjelaskan pengukuran pada setiap variabel yang dimiliki oleh pengusaha agroindustri kedelai di Kecamatan Seberida, jumlah dari skor

Menurut Ibnu Qayyim (1983), cinta atau al-mahabbah itu mempunyai beberapa peringkat-peringkat yang tertentu. Tahap paling awal disebut al- Alaqah kemudian al-Sababah,

Pada aspek konatif dengan jenis soal negatif jumlah jawaban sangat setuju dan setuju terbanyak yang belum berubah setelah diberikan intervensi adalah pada item soal

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel penelitian terdiri dari umur, jenis kelamin, klasifikasi tuberkulosis, tipe tuberkulosis, dan jenis

Tabel training digunakan untuk menampung record atau data-data training dari perancangan aplikasi yang dibangun. Berikut ini adalah desain tabel dengan

, sedangkan padi merah Aek Sibundong dapat menghasilkan gabah pada musim kemarau pada musim penghujan, sehingga lebih menguntungkan untuk para Tumbuhan liar yang