• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN : STUDI PADA PT. GARUDA INDONESIA DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN : STUDI PADA PT. GARUDA INDONESIA DENPASAR."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT

DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN

BERDASARKAN UNDANG

UNDANG NOMOR 1

TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN : STUDI

PADA PT. GARUDA INDONESIA DENPASAR

GUSTI AYU MADE DYAH KOMALA NIM. 1203005292

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

BERDASARKAN UNDANG

UNDANG NOMOR 1

TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN : STUDI

PADA PT. GARUDA INDONESIA DENPASAR

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

GUSTI AYU MADE DYAH KOMALA NIM. 1203005292

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

vi

Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Waranugraha-Nya skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Bagasi Tercatat Dalam Hal Terjadi Kerusakan Berdasarkan Undang – Undang

Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan : Studi Pada PT. Garuda

Indonesia Denpasar” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan

skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab dari PT. Garuda Indonesia dalam menangani masalah kerusakan yang terjadi pada bagasi tercatat di Indonesia.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak serta berkat kerjasama dari pihak – pihak yang terkait didalamnya. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Udayana, Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD.

2. Dekan Fakultas Hukum, Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH., MH.

3. Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bapak Dr. Gde Made Swardhana, SH., MH.

(4)

vii

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, semangat, dan saran – saran yang berguna bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Dosen Pembimbing II, Bapak Ngakan Ketut Dunia, SH., M. Hum. selaku yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan saran – saran serta pengarahan yang berguna bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Ketua Bagian Program Kekhususan Hukum Bisnis, Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH.

9. Dosen Pembimbing Akademik, Ibu Ni Putu Purwanti SH., MH. yang telah memberikan banyak bimbingan dan petunjuk selama menjalani perkuliahan.

10.Seluruh Dosen dan Staff pengajar Fakultas Hukum Universitas Udayana, yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.

(5)

viii

Hukum Universitas Udayana yang tercinta : Kharisma Agustini, Cahyani, Fatimah Rahmad, Unni, Mirayanthi, Srigati Antari, Indy, Widyastuti, Dewi Juliantini, Yuli Kartika, Manik, Bayu, Wulan, dan sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu – persatu terima kasih banyak.

13.Kepada sahabat – sahabat penulis : Mitha, Atik, Inten, Yuli, Nitya, Mira, Novi, Maya, Ina, dan Geana terima kasih banyak atas dukungan dan semangat yang kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun tidak selalu bersama karena terhalang oleh jarak dan waktu.

14.Kepada I Made Darma, ST yang selalu mendampingi dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktu, doa, perhatian, dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis.

15.Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(6)

ix

Denpasar, 28 Juni 2016

Penulis

(7)

x

HALAMAN SAMPUL DALAM ... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... xiii

(8)

xi DENPASAR TERHADAP BAGASI TERCATAT DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN tercatat dalam hal terjadi kerusakan ... 40

3.2 Hak dan Kewajiban Penumpang Terhadap Bagasi Tercatat Dalam Hal Terjadi Kerusakan ... 42

(9)

xii Terhadap Bagasi Tercatat

Dalam Hal Terjadi Kerusakan ... 54

3.4.1. Ganti rugi berupa uang ... 57

3.4.2. Ganti rugi berupa perbaikan atas bagasi tercatat ... 57

3.4.3. Ganti rugi barang sejenis ... 58

BAB IV BATAS TANGGUNG JAWAB PT. GARUDA INDONESIA DENPASAR TERHADAP BAGASI TERCATAT DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN 4.1 Batas Tanggung Jawab PT. Garuda Indonesia Denpasar Terhadap Bagasi Tercatat Dalam Hal Terjadi Kerusakan .... 60

4.2 Prosedur Pemberian Ganti Rugi oleh PT. Garuda Indonesia Denpasar ... 65

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran-saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71 DAFTAR RESPONDEN

(10)

xiii

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau perndapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini penulis buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 28 Juni 2016 Yang menyatakan,

(11)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan kegiatan pendukung bagi aktivitas masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau – pulau kecil maupun besar, perairan yang sebagian besar terdiri dari laut, danau, dan sungai yang mengharuskan dilakukannya transportasi dalam tiga bidang, yaitu transportasi darat, laut, dan udara.

Transportasi udara merupakan transportasi yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia dan mempunyai peran yang penting dengan berbagai aspek yang penting juga1. Hal ini disebabkan karena transportasi udara menggunakan teknologi canggih, praktis bebas hambatan dan merupakan transportasi yang tercepat dibandingkan dengan transportasi lainnya. Selain itu, transportasi udara dapat menjangkau tempat – tempat yang tidak dapat ditempuh dengan alat transportasi darat dan laut. Transportasi udara menggunakan pesawat udara sebagai alat angkutan dan udara atau angkasa sebagai jalur jalannya.

________________

1Suwardi, 1994, Penulisan Karya Ilmiah Tentang Penentuan Tanggung Jawab

(12)

Pada Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan menyatakan, “penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya”. Penerbangan kini menjadi pilihan

yang utama bagi masyarakat yang sering bepergian dengan waktu yang singkat dan biaya yang relatif murah.

Sebelum dilakukannya penerbangan, penumpang dan perusahaan penerbangan terlebih dahulu mengikatkan diri dalam suatu perjanjian yang disebut dengan perjanjian pengangkutan. Dalam perjanjian pengangkutan, kewajiban pengangkut antara lain mengangkut penumpang dan/atau barang dengan aman, utuh dan selamat sampai di tempat tujuan, memberikan pelayanan yang baik, mengganti kerugian penumpang dalam hal adanya kerugian yang menimpa penumpang, memberangkatkan penumpang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan lain-lain. Kewajiban penumpang adalah membayar ongkos pengangkutan yang besarnya telah ditentukan dimana terdapat alat bukti tiket sebagai bukti adanya perjanjian antara penumpang dengan perusahaan penerbangan2. Kewajiban lainnya yaitu menjaga barang-barang yang berada dibawah pengawasannya,melaporkan jenis-jenis barang yang dibawanya

________________

2H. K. Martono dan Amad Sudiro, 2011, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan

(13)

terutama barang-barang yang berkategori berbahaya, mentaati ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pengangkut yang berkenaan dengan pengangkutan. Dalam hal ini pengangkut atau perusahaan penerbangan berkewajiban untuk mengangkut penumpang beserta dengan bagasi penumpang dengan aman dan selamat sampai di tempat tujuan secara tepat waktu, dan sebagai kompensasi dari pelaksanaan kewajibannya tersebut maka perusahaan penerbangan mendapatkan bayaran sebagai ongkos penyelenggaran pengangkutan dari penumpang.

Bagasi penumpang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bagasi kabin dan bagasi tercatat. Menurut pasal 1 angka 25 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009, “bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam

pengawasan penumpang sendiri”. Sedangkan, menurut pasal 1 angka 24 Undnag

Undang Nomor 1 Tahun 2009 “bagasi tercatat adalah barang penumpang yang

diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk diangkut dengan pesawat yang sama”. Dalam penulisan skripsi ini, hanya diteliti tentang tanggung jawab

perusahaan penerbangan terhadap bagasi tercatat.

Pasal 144 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan menyatakan, “pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh

penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan pengangkut”. Dalam pasal 168 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

(14)

Peraturan Menteri yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Udara pada pasal 5 ayat (1)b yang menyatakan, “kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian

sesuai jenisnya, bentuk, ukuran, dan merk bagasi tercatat.”

Meningkatnya jumlah penumpang pesawat saat ini tidak dibarengi dengan meningkatnya profesionalisme pihak perusahaan penerbangan. Seringkali bagasi yang diambil kembali oleh penumpang pada conveyor belt di bandara tujuan keadaannya tidak utuh atau tidak sesuai dengan pada saat bagasi diserahkan oleh penumpang di konter check in. Keluhan masyarakat akan hal ini sering tidak ditanggapi serius hingga berlarut – larut dan tidak menemukan titik temu antara penumpang dengan perusahaan penerbangan.

Salah satunya adalah kasus yang dialami oleh Riezky Heryanti Pratama Putri penumpang Garuda Indonesia dari Denpasar menuju Surabaya pada bulan Desember 2015. Riezky sangat terkejut ketika melihat gembok kunci kopernya telah rusak. Ia telah melaporkan kejadian ini pada pihak PT. Garuda Indonesia.

(15)

Mengacu pada hal – hal tersebut, terjadinya kerusakan pada bagasi penumpang merupakan salah satu bentuk dari tidak terlaksananya kewajiban perusahaan penerbangan dengan baik dan benar sehingga penumpang angkutan udara merasa tidak nyaman atas tidak terpenuhinya hak mereka. Setiap kerugian yang dialami oleh penumpang merupakan masalah hukum khususnya merupakan tanggung jawab perusahaan penerbangan atau pengangkut (carrier) terhadap penumpang dan pemilik barang sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan. Pada pengangkutan udara terdapat beberapa ketentuan hukum yang berkaitan dengan tanggung jawab pihak pengangkut (dalam hal ini perusahaan penerbangan) terhadap penumpang dan juga bagasi penumpang. Ketentuan hukum tersebut ada yang bersifat nasional dan ada yang bersifat internasional. Ketentuan hukum nasional yang mengatur tentang kegiatan penerbangan di Indonesia adalah Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan peraturan pelaksananya. Ketentuan hukum nasional yang secara khusus mengatur kegiatan penerbangan komersial domestik adalah ordonansi 1939 atau OPU 1939. Ketentuan hukum internasional yang mengatur tentang kegiatan penerbangan adalah Konvensi Warsawa 1929 yang merupakan konvensi tertua dalam bidang penerbangan sipil dan masih berlaku sampai saat ini dengan peserta paling banyak3.

________________

(16)

Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas, maka akan diteliti secara lebih dalam mengenai tanggung jawab dari pihak perusahaan penerbangan terhadap bagasi tercatat penumpang dalam hal terjadinya kerusakan. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Garuda Indonesia Denpasar. Penelitian ini disusun dalam suatu penulisan hukum yang berjudul : ”Tanggung Jawab Perusahaan

Penerbangan Terhadap Bagasi Tercatat Dalam Hal Terjadi Kerusakan

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

: Studi Pada PT. Garuda Indonesia Denpasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk tanggung jawab dari PT. Garuda Indonesia Denpasar terhadap bagasi tercatat dalam hal terjadi kerusakan?

2. Bagaimanakah batas tanggung jawab PT. Garuda Indonesia Denpasar dalam hal terjadinya kerusakan pada bagasi tercatat?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

(17)

mengenai bentuk tanggung jawab dari perusahaan penerbangan dalam hal ini PT. Garuda Indonesia Denpasar, terhadap kerusakan yang terjadi pada bagasi tercatat. Pada permasalahan kedua, akan dibahas mengenai batas – batas tanggung jawab PT. Garuda Indonesia Denpasar terhadap bagasi tercatat yang mengalami kerusakan.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penelitian yang berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Bagasi Tercatat Dalam Hal Terjadi Kerusakan Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan : Studi Pada PT. Garuda Indonesia Denpasar” ini merupakan hasil pemikiran asli penulis. Beberapa penelitian terdahulu dengan jenis yang sama yang ada dalam perpustakaan skripsi dan internet diantaranya sebagai berikut.

NO JUDUL RUMUSAN MASALAH

(18)

barang dan bagaimana

(19)

1.5.1 Tujuan umum

1. Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan pengetahuan terhadap ilmu hukum serta dapat memberikan gambaran umum dari segi ilmu hukum, khususnya mengenai pengangkutan udara. 2. Sebagai sarana untuk mendapatkan data dalam rangka penyusunan

penulisan hukum sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Udayana.

1.5.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui, meneliti dan memahami apa saja bentuk tanggung jawab dari perusahaan penerbangan, dalam hal ini PT. Garuda Indonesia Denpasar terhadap kerusakan pada bagasi tercatat.

2. Untuk mengetahui dan memahami batas – batas tanggung jawab dari PT. Garuda Indonesia Denpasar dalam hal terjadinya kerusakan pada bagasi tercatat.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

1. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan penulis mengenai tanggung jawab perusahaan penerbangan terhadap bagasi tercatat dalam hal terjadi kerusakan.

(20)

1.6.2 Manfaat praktis

1. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perusahaan penerbangan agar lebih teliti dan berhati-hati dalam menjalankan tugas berkaitan dengan bagasi tercatat.

2. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada para pihak dalam menjalankan kewajiban dan haknya dalam hal kegiatan pengangkutan udara.

1.7 Landasan Teoritis

Pengangkutan berasal dari kata “angkut” yang berarti memindahkan,

membawa, atau mengantar suatu barang. Secara umum, pengangkutan berarti suatu proses atau kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya. R. Soekardono mendefinisikan pengangkutan sebagai perpindahan tempat baik mengenai benda maupun orang karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai manfaat serta efisien. Proses dari pengangkutan itu sendiri adalah gerakan yang dilakukan dari tempat asal kegiatan angkutan itu dimulai menuju ke tempat tujuan dimana angkutan tersebut diakhiri.4

Menurut Abdulkadir Muhammad, pengangkutan mencakup tiga konsep atau dimensi pokok yaitu pengangkutan sebagai suatu usaha (business), pengangkutan sebagai suatu proses (process), dan pengangkutan sebagai suatu perjanjian (agreement)5.

________________

(21)

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengangkutan adalah proses kegiatan pemuatan barang atau penumpang ke dalam alat pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari dari tempat pemuatan ke tempat tujuan, dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.

Suatu pengangkutan terjadi apabila telah adanya kesepakatan atau perjanjian antara pengangkut dengan penumpang atau pemilik barang. Perjanjian ini biasanya disebut dengan perjanjian pengangkutan. Perjanjian pengangkutan ini pada umumnya bersifat konsensual yaitu tidak diperlukan adanya syarat tertulis. Dalam pasal 1320 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata disebutkan syarat sahnya suatu perjanjian yaitu :

a. kesepakatan para pihak yang membuat perjanjian b. kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian c. adanya suatu hal / objek tertentu

d. adanya suatu sebab yang halal

Menurut R. Soebekti, perjanjian pengangkutan yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak lain menyanggupi akan membayar ongkosnya6.

________________

(22)

Pengangkutan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pengangkutan darat, pengangkutan laut, dan pengangkutan udara. Pada penelitian ini hanya difokuskan pada pengangkutan udara.

Dalam pasal 18 ayat (3) Konvensi Warsawa Tahun 1929, menyatakan bahwa pengangkutan udara adalah meliputi jangka waktu selama bagasi atau kargo tersebut berada di dalam pengawasan pengangkut, baik di pelabuhan udara maupun di dalam pesawat udara, atau di tempat lain dalam hal terjadinya pendaratan di luar pelabuhan udara. Angkutan udara menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.

Dalam pengangkutan udara terdapat aspek - aspek pendukung kegiatan pengangkutan udara itu sendiri, antara lain adalah sebagai berikut.

- Pelaku, dalam hal ini adalah pengangkut, berdasarkan Pasal 466 KUHD pengertian pengangkut adalah :

“barangsiapa yang baik dengan persetujuan carter menurut waktu (time charter) atau carter menurut perjalanan (voyage carter), baik dengan persetujuan lain mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang yang seluruhnya atau sebagian melalui lautan”.

- Alat pengangkutan, yaitu suatu alat yang digunakan oleh pengangkut untuk menyelenggarakan kegiatan pengangkutan. Dalam pengangkutan udara, alat pengangkutan yang digunakan adalah pesawat udara. - Barang atau penumpang, yaitu muatan yang diangkut oleh pengangkut

(23)

- Perbuatan, yaitu kegiatan pengangkutan itu sendiri yaitu mengangkut barang atau penumpang sejak pemuatan sampai dengan penurunan di tempat tujuan.

- Fungsi pengangkutan, yaitu pembawaan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain. terdapat dua fungsi pengangkutan yaitu kegunaan tempat (place utility) dan kegunaan waktu (time utility)7. - Tujuan pengangkutan, yaitu sampai atau tiba di tempat tujuan yang

ditentukan dengan selamat, dan biaya pengangkutan lunas.

Pengangkutan udara dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut. a. Angkutan udara niaga, yaitu angkutan udara untuk umum dan

memungut pembayaran.

b. Angkutan udara bukan niaga, yaitu angkutan udara yang digunakan untuk memenuhi kepentingan pribadi untuk mendukung kegiatan usaha selain di bidang angkutan udara.

c. Angkutan udara dalam negeri, yaitu kegiatan angkutan udara niaga untuk melayani angkutan udara dari satu bandar udara ke bandar udara lainnya di dalam negri yaitu wilayah NKRI.

d. Angkutan udara luar negri, yaitu kegiatan angkutan udara niaga untuk melayani angkutan udara dari satu bandar udara dalam negri ke bandar udara lainnya diluar wilayah NKRI.

________________

7Soegijatna Tjakranegara, 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan

(24)

e. Angkutan udara perintis, yaitu kegiatan angkutan udara niaga dalam negri yang melayani jaringan dan rute penerbangan untuk menghubungkan daerah terpencil dan tertinggal atau daerha yang belum terlayani oleh mode transportasi lain dan secara komersial belum menguntungkan.

Dalam pasal 1 ayat (3) Peraturan Mentri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, tanggung jawab pengangkut didefinisikan sebagai kewajiban perusahaan angkutan udara untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim barang serta pihak ketiga.

Dalam pasal 468 KUHD diatur mengenai tanggung jawab pengangkut, yaitu sebagai berikut.

Ayat (1) :

“Persetujuan pengangkut untuk menjaga keselamatan barang yang harus diangkutnya mulai saat diterimanya hingga saat diserahkan barang tersebut”. Ayat 2(a) :

“Pengangkut wajib mengganti kerugian pengirim, apabila barang yang diangkutnya tidak diserahkan atau rusak”.

Ayat 2(b) :

“Tetapi pengangkut tidak berkewajiban mengganti kerugian pengirim, bila tidak dapat diserahkan atau rusaknya barang itu yang disebabkan karena :

1. suatu malapetaka yang tidak dapat dihindari terjadinya 2. sifat, keadaaan atau cacat dari barang itu sendiri

(25)

Ayat 3 :

“Pengangkut juga bertanggung jawab kepada :

1. segala perbuatan merekayang dipekerjakan bagi kepentingan pengangkut itu

2. sifat, keadaan atau cacat barang itu sendiri

3. segala barang (alat – alat) yang dipakainya untuk menyelenggarakan pengangkutan itu.”

Selain hal – hal yang diatur dalam KUHD, terdapat pula prinsip – prinsip tanggung jawab hukum yang sangat penting dan diperlukan kehati – hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa besar tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak – pihak terkait tersebut8.

Prinsip tanggung jawab hukum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan (based on fault liability), tanggung jawab hukum atas dasar praduga bersalah (presumption of liability), dan tanggung jawab mutlak (strict liability /absolute liability)9. Selain ketiga prinsip tersebut, juga dikenal adanya prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab

(presumption of non-liability). Dalam Konvensi Warsawa Tahun 1929 prinsip tanggung jawab hukum yang digunakan selalu disertai dengan prinsip tanggung jawab terbatas (limitation of liability).

________________

8Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta, hal. 72.

(26)

Prinsip tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan (based on fault liability) adalah suatu prinsip dimana pembuktian kesalahan tergugat harus dilakukan oleh penggugat (pihak yang dirugikan). Prinsip ini di Indonesia terdapat dalam pasal 1365 KUHPerdata yang dikenal dengan pasal perbuatan melawan hukum. Arti perbuatan melawan hukum dalam prinsip ini tidak hanya perbuatan aktif tetapi juga meliputi perbuatan pasif.

Prinsip tanggung jawab hukum atas dasar praduga bersalah (presumption of liability) yaitu berdasarkan prinsip ini tergugat (pengangkut) dianggap selalu bertanggung jawab atas kesalahannya, kecuali pengangkut dapat membuktikan hal – hal yang dapat membebaskannya dari kesalahannya. Beban pembuktian pada

prinsip ini ada pada tergugat untuk membuktikan bahwa ia tak bersalah.

Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability), secara umum prinsip ini menjelaskan bahwa tanggung jawab itu berlaku mutlak tanpa ada kemungkinan membebaskan diri, kecuali dalam hal kerugian disebabkan atau turut disebabkan oleh pihak yang menderita kerugian itu sendiri.

Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (presumption of non-liability) yaitu prinsip yang menyatakan bahwa seseorang tidak harus selalu bertanggung jawab terhadap kerugian yang timbul.

Prinsip tanggung jawab terbatas (limitation of liability) adalah prinsip yang menyatakan bahwa tanggung jawab tergugat terbatas sampai suatu limit tertentu10.

________________

(27)

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah penelitian hukum empiris dengan menggunakan pendekatan perundang – undangan dan pendekatan kasus. Jenis penelitian hukum empiris yaitu suatu metode penelitian hukum dengan melihat hukum dalam artian yang nyata yaitu hukum dalam prosesnya, hukum dalam interaksinya, dan hukum dalam penerapannya atau bekerjanya di masyarakat11. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil fakta – fakta yang ada di dalam suatu masyarakat khususnya fakta – fakta hukum yang terkait dengan hukum pengangkutan udara dalam hal tanggung jawab pengangkut udara.

1.8.2 Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian Deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan dan menjabarkan keadaan atau fenomena yang terjadi dengan menggambarkan secara tepat sifat – sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau suatu kelompok tertentu12. Dalam penelitian ini, teori – teori, norma – norma, dan peraturan – peraturan hukum sudah ada dan memadai.

________________

11Fokky Fuad. “Pemikiran Ulang Atas Metodologi Penelitian Hukum”, URL : http://uai.ac.id/2011/14/13/pemikiran-ulang-atas-metodologi-penelitian-hukum/ , diakses tanggal 12 Februari 2016.

(28)

1.8.3 Data dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh dengan hasil wawancara atau observasi terhadap para informan ataupun responden13.

b. Data Sekunder

Data sekunder bersumber dari penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan menelaah peraturan perundang – undangan dan pendapat para ahli hukum yang terdapat dalam karya tulis hukum, media massa, ensiklopedi hukum, dan internet. Peraturan perundang – undangan yang digunakan adalah sebagai berikut.

- Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

- Ordonansi Pengangkutan Udara Tahun 1939

- Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 - Konvensi Warsawa Tahun 1929

c. Data Tersier

Data tersier adalah data hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan lebih lanjut dari data primer dan data sekunder, baik penjelasan mengenai definisi, maupun penjelasan lain14.

________________ 13Ibid

(29)

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam usulan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik Wawancara (interview), dan Teknik Studi Dokumen. Pengumpulan data tersebut diperoleh melalui cara berikut.

a. Pengumpulan data primer difokuskan dengan melakukan wawancara secara terstruktur terhadap beberapa orang yang dijadikan sample yang telah dipilih sebelumnya dan mempunyai kapasitas untuk dimintai pendapatnya. b. Pengumpulan data sekunder difokuskan pada perpustakaan yang ada di

Fakultas Hukum Universitas Udayana dan di perpustakaan – perpustakaan lainnya serta data yang diperoleh dari PT. Garuda Indonesia Denpasar dengan menginventarisasi data, dan memilah data yang relevan dengan penelitian.

c. Pengumpulan data tersier dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menelaah literatur lain yang didalamnya terdapat pendapat – pendapat para ahli hukum yang relevan dan berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(30)

20

2.1 Tanggung Jawab

2.1.1 Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan masalah yang penting dalam angkutan udara untuk mempertanggung jawabkan dan mengganti kerugian –kerugian yang diderita oleh pemakai jasa angkutan udara yang ditimbulkan oleh operator pesawat. Kerugian – kerugian yang timbul tersebut bisa saja tidak

disengaja ataupun disengaja.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat pengertian mengenai tanggung jawab yaitu, suatu keadaan yang mewajibkan seseorang untuk menanggung dan memikul akibat tertentu. Menurut Sugeng Istanto, tanggung jawab berarti suatu kewajiban untuk memberikan jawaban terhadap hal – hal yang telah terjadi dan merupakan kewajiban untuk memulihkan segala kerugian yang mungkin ditimbulkan15.

Dalam konteks hukum, Purbacaraka dalam bukunya memberikan penjelasan mengenai tanggung jawab hukum dimana tanggung jawab

________________

(31)

hukum bersumber dari penggunaan fasilitas oleh seseorang dalam penerapan kemampuannya untuk melaksanakan kewajibannya dan menerima haknya. Pada dasarnya, setiap pelaksanaan kewajiban dan penerimaan hak harus disertai dengan pertanggungjawaban16. Hal ini juga tercantum pada Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa barangsiapa menimbulkan kerugian kepada pihak lain karena perbuatan melawan hukum, wajib mengganti kerugian tersebut. Perbuatan melawan hukum yang dimaksud dalam Pasal 1365 KUHPerdata ialah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dimana perbuatan tersebut melanggar hukum yang ada dan karena salahnya sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain. Suatu perbuatan dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum apabila telah memenuhi unsur - unsur pokok, yaitu:

a. adanya suatu perbuatan

b. perbuatan tersebut melawan hukum c. adanya unsur kesalahan

d. adanya kerugian yang diderita

e. adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

Kata “melawan hukum” dapat mencakup perbuatan aktif maupun

perbuatan pasif. Perbuatan aktif yaitu seperti yang tercantum dalam Pasal

________________

(32)

1365 KUHPerdata, sedangkan perbuatan pasif tercantum dalam Pasal 1366 KUHPerdata yang menekankan pada kelalaian atau kesembronoannya. Dengan demikian, baik perbuatan yang disebabkan oleh kesengajaan maupun kelalaian dapat dikategorikan kedalam perbuatan melawan hukum selama perbuatan itu salah. Perbuatan melawan hukum dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :17

a. perbuatan melawan hukum karena unsur kesengajaan b. perbuatan melawan hukum karena unsur kelalaian

c. perbuatan melawan hukum tanpa unsur kesalahan (tanpa unsur kesengajaan dan kelalaian)

2.1.2 Tanggung Jawab Hukum Dalam Pengangkutan Udara

Dalam hukum pengangkutan udara, tanggung jawab (liability)

terdapat dalam perjanjian transportasi udara, misalnya yaitu perusahaan penerbangan bertanggung jawab atas keselamatan dan barang milik penumpang. Tanggung jawab disini diartikan sebagai kewajiban melakukan pembayaran atas ganti rugi sebesar kerugian yang diderita oleh penumpang. Apabila tidak terpenuhinya kewajiban perusahaan penerbangan atas pembayaran ganti rugi tersebut, maka perusahaan penerbangan dapat digugat di pengadilan perdata.

________________

(33)

Dalam penyelenggaraannya, pihak yang bertanggung jawab dalam pengangkutan udara adalah pengangkut udara yang terkait yang dalam tugasnya melakukan pengangkutan udara. Pengangkut adalah suatu badan hukum yang melakukan perjanjian pengangkutan dengan penumpang / pemilik barang. Secara keseluruhan, pihak – pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pengangkutan udara antara lain adalah sebagai berikut.

1. Pihak pengangkut udara atau pihak perusahaan penerbangan 2. Pihak – pihak diluar pengangkut udara, yaitu :

a. penyelenggara bandar udara b. pegawai perusahaan penerbangan

c. agen perjalanan atau agen penjualan tiket

d. pegawai perusahaan penerbangan lain yang ikut melaksanakan tugas apabila perusahaan penerbangan tersebut tidak mempunyai pegawai sendiri

e. perusahaan yang menyediakan jasa transportasi darat yang mengangkut penumpang / pemilik barang dari terminal ke bandara, antar terminal bandara, dan dari bandara ke pesawat atau sebaliknya f. perusahaan asuransi penerbangan.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan , pengangkut bertanggung jawab atas :

(34)

3. kehilangan atau kerusakan bagasi tercatat 4. kehilangan atau kerusakan cargo

5. keterlambatan pesawat (delayed)

6. kerugian yang diderita oleh pihak ketiga

Selain itu, pengangkut bertanggung jawab untuk kerugian akibat dari luka atau bekas luka pada tubuh penumpang apabila kecelakaan yang menimbulkan kerugian itu memiliki hubungan dengan angkutan udara yang dinaikinya dan terjadi selama penerbangan18.

Pengangkut udara dalam hal ini adalah perusahaan penerbangan mengemban tanggung jawab yang sangat penting dalam penyelenggaraan pengangkutan udara. Hal ini dikarenakan pengangkut udara atau perusahaan penerbangan mempunyai tugas pokok untuk mengangkut penumpang beserta dengan barang bawaannya sampai tujuan dengan selamat. Adapun perihal dimulainya tanggung jawab pengangkut udara adalah sebagai berikut.

1. Tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang dimulai pada saat penumpang meninggalkan ruang tunggu sampai penumpang masuk di terminal bandar udara tujuan.

________________

(35)

2. Tanggung jawab pengangkut terhadap bagasi tercatat dimulai pada saat pengangkut menerima bagasi tercatat dari penumpang sampai dierimanya kembali bagasi tercatat oleh penumpang.

Secara umum, kerugian dalam pengangkutan udara dapat diderita oleh dua pihak, yaitu :

1. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan dengan pengangkut udara, yaitu penumpang atau pengirim / pemilik barang

2. pihak lain yang tidak mempunyai hubungan perjanjian pengangkutan dengan pengangkut udara, yaitu pihak ketiga.

Tanggung jawab pengangkut udara atau perusahaan penerbangan terhadap pihak ketiga dapat ditemui dalam kejadian – kejadian sebagai berikut.19

a. Suatu kecelakaan pesawat udara yang menimbulkan kerugian pada suatu pihak ataupun benda di permukaan bumi

b. Penggunaan pesawat udara yang menimbulkan ketidaknyamanan atau gangguan dalam masyarakat, seperti suara mesin yang keras

c. Pesawat udara menimbulkan kerugian di permukaan bumi terhadap seseorang, misalkan kecelakaan pesawat yang menyebabkan seseorang yang menyaksikannya mengalami serangan jantung hingga meninggal dunia.

(36)

d. Tabrakan atau kecelakaan yang terjadi di udara dengan pesawat udara lain dan benda – benda udara lainnya.

2.1.3 Pembebasan Tanggung Jawab Hukum Dalam Pengangkutan Udara Selain pembatasan dalam hal ganti rugi oleh pengangkut yang telah dijelaskan diatas, terdapat pula hal – hal lain yang menyebabkan pengangkut tidak memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab. Hal tersebut adalah apabila timbul suatu keadaan yang sama sekali tidak dapat diduga sebelumnya, seperti bahaya perang, sabotase, kebakaran, kerusuhan, dan kekacauan. Pengangkut juga dapat menyangkal keharusan untuk bertanggung jawab apabila ia telah melakukan hal – hal seperti yang tertuang pada Pasal 29 Ayat 1 Ordonansi Pengangkutan Udara, yaitu sebagai berikut.

1. Pengangkut dapat membuktikan bahwa ia dan bersama dengan buruhnya telah mengambil segala usaha dan tindakan yang perlu untuk menghindarkan kerugian itu.

2. Pengangkut dapat membuktikan bahwa ia tidak mungkin mengambil tindakan pencegahan itu.

3. Kesalahan yang timbul disebabkan oleh kesalahan dari penumpang / pemilik barang (pihak yang menderita kerugian).

4. Kesalahan pihak yang menderita kerugian membantu terjadinya kerugian itu.

(37)

1. ia telah mengambil tindakan yang layak untuk menghindari kerugian itu

2. apabila tindakan penyelamatan itu tidak mungkin dilakukan oleh pengangkut.

2.2 Perusahaan Penerbangan

2.2.1 Pengertian Perusahaan Penerbangan

Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang didirikan oleh sesorang atau sekelompok orang sebagai tempat untuk melakukan kegiatan produksi. Menurut Alma, perusahaan adalah suatu kesatuan organisasi yang mengorganisir faktor – faktor produksi20. Selanjutnya, Molengraaff menyatakan bahwa suatu perusahaan harus memenuhi unsur – unsur sebagai berikut.21

1. Kegiatan itu dilakukan secara terus menerus atau tidak terputus – putus 2. Kegiatan dilakukan secara terang – terangan

3. Dalam kualitas tertentu

4. Adanya kegiatan menyerahkan barang – barang 5. Mengadakan perjanjian – perjanjian perdagangan 6. Dilakukan dengan maksud memperoleh laba

________________

(38)

Berdasarkan bidangnya, terdapat tiga jenis perusahaan, yaitu perusahaan manufaktur (manufacturing business), perusahaan dagang (merchandising business), dan perusahaan jasa (service business).

Perusahaan jasa adalah perusahaan yang menghasilkan jasa dan bukan menghasilkan produk atau barang untuk pelanggan. Perusahaan Penerbangan sendiri bergerak di bidang jasa sehingga perusahaan penerbangan tergolong ke dalam perusahaan jasa (service business).

Mengenai pengertian perusahaan penerbangan, R. S. Darmadjati memberikan pendapat bahwa perusahaan penerbangan adalah perusahaan milik swasta atau pemerintah yang khusus menyelenggarakan pelayanan angkutan udara untuk penumpang umum, baik yang berjadwal (schedule service / regular flight) ataupun yang tidak berjadwal (non schedule service)22. Pendapat lain juga dikemukakan oleh F.X Widadi A. Suwarno yang berpendapat bahwa perusahaan penerbangan atau airlines adalah perusahaan penerbangan yang menerbitkan dokumen penerbangan untuk mengangkut penumpang beserta dengan bagasinya, barang kiriman (kargo), dan benda pos (mail) dengan menggunakan pesawat udara23. Perusahaan penerbangan atau yang biasa disebut dengan maskapai penerbangan menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang dan juga

________________

22R. S. Darmadjati, 2001, Istilah Istilah Dunia Pariwisata, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 6

(39)

barang – barang milik penumpang. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis perusahaan penerbangan, yaitu Perusahaan Penerbangan Niaga Berjadwal, Niaga Kargo Berjadwal, Niaga Tidak Berjadwal, Niaga Kargo Tidak Berjadwal, dan juga Non Niaga. Perusahaan penerbangan yang umum digunakan untuk melayani penumpang dalam melakukan perjalanan antar kota atau antar negara adalah Perusahaan Penerbangan Niaga Berjadwal. Perusahaan penerbangan niaga berjadwal melakukan kegiatan angkutan udara niaga berjadwal (scheduled airlines).

Perusahaan penerbangan Niaga Berjadwal yang beroperasi di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut.

1. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 2. PT. Lion Mentari Airlines

3. PT. Wings Abadi Airlines 4. PT. Sriwijaya Air

5. PT. Kalstar Aviation

6. PT. Travel Express Aviation 7. PT. Citilink Indonesia

8. PT. Transnusa Aviation Mandiri 9. PT. Batik Air Indonesia

10.PT. Indonesia Airasia 11.PT. Aviastar Mandiri

(40)

2.2.2 Syarat – Syarat Usaha Perusahaan Penerbangan

Perusahaan – perusahaan penerbangan yang ada di Indoneisa kian meningkat dari tahun ke tahun. Mereka bersaing dengan sangat ketat sehingga terkadang kurang memperhatikan kepentingan penumpang24. Menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, lebih baik jumlah perusahaan penerbangan sedikit tetapi mampu memenuhi dan melayani kebutuhan dan kepentingan penumpang, daripada jumlah banyak tetapi tidak memiliki kemampuan untuk melayani penumpang dengan baik. Oleh karena itu, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara meletakkan beberapa syarat untuk perusahaan penerbangan agar mampu bersaing dalam tingkat nasional, regional, maupun internasional. Syarat – syarat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kegiatan angkutan udara, khususnya angkutan udara niaga harus dilakukan setelah mendapat izin usaha angkutan udara niaga dari Direktur Jenderal.

2. Izin usaha tersebut berlaku selama pemegang izin tetap menjalankan usahanya dan mengoperasikan pesawat udara sesuai dengan izin usaha dan dilakukan evaluasi setiap tiga tahun.

________________

(41)

3. Perusahaan angkutan udara harus menjalankan usahanya sesuai dengan izin usaha yang diberikan selambat – lambatnya 12 (dua belas) bulan sejak izin usaha diterbitkan.

4. Perusahaan angkutan udara harus melaporkan setiap perubahan data yang tercantum dalam izin usaha disertai dengan bukti perubahannya kepada Direktur Jenderal.

5. Perusahaan angkutan udara harus memenuhi ketentuan mengenai jenis dan jumlah pesawat udara yang akan dioperasikan yang telah ditentukan dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara.

6. Perusahaan angkutan udara harus mentaati ketentuan – ketentuan pada bidang operasional dan teknis penerbangan

7. Perusahaan angkutan udara memiliki kewajiban untuk meningkatkan kualitas personil – personilnya dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan.

8. Perusahaan angkutan udara harus menyerahkan rekening koran posisi terakhir.

9. Perusahaan angkutan udara tidak dapat melakukan pemindahtanganan izin usaha kepada pihak lain sebelum menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan izin usaha yang diberikan.

2.2.3 Izin Usaha Perusahaan Penerbangan

(42)

Perseroan Terbatas (PT) dan telah mendapat izin usaha angkutan udara niaga. Syarat – syarat untuk memperoleh izin usaha angkutan udara niaga berjadwal antara lain harus memenuhi hal – hal sebagai berikut.

1. Persyaratan Administratif, yaitu harus memiliki akta pendirian badan usaha Indonesia yang aktanya bergerak di bidang angkutan udara niaga berjadwal dan telah disahkan oleh Menteri, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Keterangan Domisili yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, Surat Persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah apabila yang bersangkutan menggunakan fasilitas penanaman modal, tanda bukti modal yang disetor, jaminan bank, dan rencana bisnis untuk kurun waktu minimal 5 tahun25.

2. Persyaratan ekonomi, yaitu harus menyampaikan rencana bisnis untuk kurun waktu paling sedikit 5 tahun kedepan. Mengenai hal – hal yang harus dimuat dalam rencana bisnis tersebut telah diatur dalam Pasal 110 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

3. Persyaratan sumber daya manusia (SDM), yaitu seluruh sumber daya manusia yang ikut bertugas termasuk teknisi dan awak pesawat udara, sekurang – kurangnya memuat tahapan kebutuhan sumber daya manusia langsung maupun tidak langsung menyangkut kualifikasi dan jumlah

(43)

pertahun untuk jangka waktu sekurang – kurangnya 5 tahun. Untuk penjelasan lebih lanjut telah diatur dalam Pasal 111 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

4. Modal perusahaan penerbangan, yaitu bahwa kegiatan angkutan udara niaga berjadwal dapat dilakukan oleh badan usaha di bidang angkutan udara yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia26. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Pasal 108 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

5. Persyaratan pesawat udara, yaitu menentukan jenis dan jumlah pesawat udara yang akan di operasikan.

6. Persyaratan aspek pemasaran, yaitu memuat peluang pasar angkutan udara secara umum maupun secara khusus pada rute penerbangan yang akan dilakukan. Dan memuat target pasar yang akan diraih.

7. Persyaratan kesiapan atau kelayakan operasi, yaitu sekurang – kurangnya memuat rencana pengadaan – pengadaan fasilitas angkutan udara dan rencana pemasaran jasa angkutan udara27.

8. Persyaratan analisis dan evaluasi dari aspek ekonomi dan dari aspek keuangan.

(44)

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, prosedur, dan tata cara untuk memperoleh izin angkutan udara niaga berjadwal diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan, yaitu Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara.

2.3 Bagasi Tercatat

2.3.1 Jenis – Jenis Bagasi Dalam Pesawat Udara

Bagasi adalah barang bawaan penumpang pesawat udara yang berisikan benda – benda kebutuhan penumpang baik yang akan digunakan selama perjalanan maupun digunakan setelah sampai tempat tujuan, dan barang bawaan ini diijinkan oleh perusahaan penerbangan untuk diangkut dalam pesawat udara.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, bagasi penumpang pesawat udara dibedakan menjadi dua jenis yaitu bagasi tercatat (checked baggage) dan bagasi kabin (unchecked baggage).

Bagasi tercatat (checked baggage) menurut Pasal 1 Angka 24 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk diangkut dengan pesawat yang sama.

(45)

penumpang sendiri. Bagasi kabin ini pada saat berada di dalam pesawat bersama penumpang, harus diletakkan di bawah tempat duduk atau di dalam rak yang berada diatas tempat duduk penumpang dengan berat maksimum 7 kg dan jumlah dimensi tidak melebihi 115 cm.

2.3.2 Pengertian Bagasi Tercatat

Bagasi tercatat (checked baggage) merupakan bagasi yang terdaftar dan dimuat pada tempat yang khusus di dalam pesawat dan kemudian diangkut dengan pesawat yang sama. Pengertian bagasi tercatat dapat ditemukan dalam Pasal 1 Angka 24 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Bagasi tercatat ini sebelumnya akan diperiksa dan ditimbang untuk kemudian dimuat dalam compartment pesawat dan diberikan nomor label masing – masing. Nomor label ini menunjukkan terminal kedatangan dan nomor seri bagasi, yang ditempel pada tiket penumpang untuk diidentifikasi dan ditunjukkan pada petugas di terminal kedatangan.

Bagasi tercatat akan diterima kembali oleh penumpang pada saat tiba di bandara tujuan, yang oleh penumpang diambil sendiri pada conveyor belt. Kondisi bagasi tercatat pada saat diterima oleh penumpang di bandara tujuan, harus sama dengan kondisi pada saat penyerahan di konter check in

di bandara keberangkatannya. Apabila terdapat perbedaan kondisi bagasi pesawat (rusak atau tertukar), penumpang dapat melaporkannya pada bagian

(46)

Terdapat beberapa benda / barang yang tidak diperbolehkan untuk dibawa oleh penumpang sebagai bagasi tercatat ke dalam pesawat. Hal ini tentunya dilakukan oleh pihak perusahaan penerbangan demi keselamatan dan keamanan penumpang. Benda – benda tersebut adalah sebagai berikut.28 1. Material Korosif, yaitu merkuri (terdapat dalam thermometer), asam

sulfat, alkali, dan aki kendaraan.

2. Bahan peledak, yaitu semua tipe granat, detonator, sumbu, dan alat peledak.

3. Gas bertekanan, yaitu gas beracun baik yang tidak dan mudah terbakar, seperti propana, butana, aerosol iritan kimiawi.

4. Cairan mudah terbakar, seperti bahan bakar, cat, thinner, perekat (lem), cairan pemantik api, dan methanol.

5. Benda padat yang mudah terbakar, seperti kembang api, petasan, dan suar.

6. Zat oksidasi, seperti bubuk pemutih, dan peroksida. 7. Material radioaktif

8. Bahan kimia atau zat beracun, seperti arsenik, sianida, pembasmi hama/serangga, dan produk biologis yang berbahaya.

_______________

28Garuda Indonesia. “Informasi Bagasi Yang Dilarang/Dibatasi”, URL :

(47)

9. Koper dengan instalasi perangkat alarm, atau yang dilengkapi dengan baterai lithium atau material piroteknik.

10.Kendaraan kecil yang menggunakan baterai litium seperti airwheel, solowheel, haverboard, mini-segway, balance wheel, dan sebagainya. 11.Alat pelumpuh, seperti pistol pengejut, alat kejut listrik, tongkat pukul

listrik, dan juga termasuk alat pelumpuh untuk hewan.

12.Semprotan bela diri, seperti gas airmata dan semprotan asam fosfor.

2.3.3 Ketentuan Berat Bagasi Tercatat

Bagasi tercatat terdiri dari benda – benda yang sebelumnya telah ditimbang dan diidentifikasi oleh petugas untuk kemudian dibawa ke

compartment pesawat. Barang – barang / benda – benda yang termasuk dalam bagasi tercatat ini tidak dapat diakses oleh penumpang selama penerbangan berlangsung.

Di Indonesia, tiap – tiap perusahaan penerbangan memiliki ketentuan masing – masing mengenai berat dari bagasi tercatat. Ketentuan yang terdapat pada tiap – tiap perusahaan penerbangan ini berbeda – beda. Pada PT. Garuda Indonesia, telah ditentukan bahwa setiap barang / benda yang termasuk dalam bagasi tercatat beratnya tidak melebihi dari 70 lbs atau 32 kilogram29.

_______________

(48)

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan tidak hanya bertujuan menghasilkan pribadi yang cerdas dan trampil, melainkan juga pribadi yang berbudi luhur seperti yang di pesankan oleh Ki

: Mereka juga tidak memiliki tanggapan fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut.. kering, tegang,

Dari pelaksanaan kegiatan PPL dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPL dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam pengembangan kompetensi sebagai pegawai di

Banyak penelitian yang mengatakan bahwa apabila perusahaan memiliki kinerja sosial dan lingkungan yang baik, maka akan muncul kepercayaan dari investor sehingga

Fishery, biology and population dynamics of the marine crabs, Portunus Portunus sanguinolentus Herbst and Portunus Portunus pelagicus Linnaeus along the Karnataka Coast.. PhD

Dalam penelitian tersebut dikembangkan keterampilan generik sains untuk jenjang pendidikan yang berbeda, yaitu siswa SMP, siswa SMA dan mahasiswa calon guru fisika, melalui

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan asam sulfat terhadap pematahan dormansi biji sengon

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat antara motivasi belajar dengan hasil belajar Biologi berarti bahwa jika motivasi belajar yang dimiliki