• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMINTAAN: KAJIAN PRAGMATIK TENTANG TINDAK TUTUR DALAM BAHASA MINANGKABAU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERMINTAAN: KAJIAN PRAGMATIK TENTANG TINDAK TUTUR DALAM BAHASA MINANGKABAU."

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

PERMINTAAN: KAJIAN PRAGMATIK TENTANG TINDAK TUTUR DALAM BAHASA MINANGKABAU

Oleh

IKE REVITA

Nomor Kontrak : 005/SP3/PP/DP2M/II/2006

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memerikan bentuk-bentuk tindak tutur permintaan dalam bahasa Minangkabau, faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk permintaan, dan maksud yang terkandung dalam tuturan permintaan tersebut. Dalam kerangka pencapaian tujuan, penelitian dilakukan berdasarkan tiga tahapan . Tahap pertama, adalah tahap penyediaan data, digunakan metode introspeksi, metode simak, dan metode cakap dengan teknik simak libat cakap (SLC) dan teknik simak bebas libat cakap (SBLC) serta teknik rekam, teknik catat, dan teknik interview yang bersifat observer’s paradox. Tahap kedua adalah tahap analisis data, dengan memanfaatkan analisis kontekstual, yaitu menganalisis data dengan menghubungkannya pada konteks yang ada. Tahap ketiga adalah tahap penyajian hasil analisis, dengan memakai metode formal dan informal--melalui tanda-tanda, lambang-lambang, dan rumusan kata-kata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan dalam bahasa Minangkabau dapat direalisasikan dengan menggunakan kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan eksklamatif. Kalimat-kalimat ini disusun oleh unsur-unsur wajib penyusun kalimat, seperti subjek dan predikat. Subjek atau predikat ini dapat hadir secara bersamaan sehingga membentuk kalimat lengkap atau hanya salah satu dari mereka yang hadir sehingga kalimat yang muncul adalah kalimat tidak lengkap. Dilihat dari posisi subjek dan predikat, tindak tutur permintaan dalam bahasa Minangkabau juga dapat dilakukan dengan memakai kalimat inversi, predikat mendahului subjek, atau kalimat biasa.

Berdasarkan tipe tindak tutur yang digunakan, masyarakat Minangkabau melakukan permintaan dengan delapan cara, yaitu (1) langsung, (2) tidak langsung, (3) literal, (4) tidak literal, (5) langsung literal, (6) langsung tidak literal, (7) tidak langsung literal, dan (8) tidak langsung tidak literal. Dari kedelapan tipe itu terdapat kecenderungan masyarakat Minangkabau untuk lebih memakai tipe (7), yaitu tidak langsung literal. Walapun demikian, pemilihan tipe tuturan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) peserta tutur, (2) situasi tutur, (3) pokok tutur, dan (4) norma tutur. Di antara keempat faktor tersebut poin pertama, peserta tutur, menjadi pertimbangan utama dalam memilih bentuk dan tipe permintaan yang disampaikan.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti tertarik mengkaji tindak tutur tidak langsung tidak literal, yaitu tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna yang tidak sesuai

GAYA BAHASA DALAM TINDAK TUTUR MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER..

Pada ujaran (d) dosen menggunakan tindak tutur permintaan (request) secara langsung dengan menggunakan ungkapan “Can….” Tindak tutur permintaan (request)

Alasan peneliti meneliti tindak tutur direktif sebagai objek penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu : (1) Mengingat peranan tindak tutur direktif yaitu

Sedangkan pada data (51) terdapat juga tindak tutur perlokusi. Hal ini dapat dilihat dari kalimat yang diungkapkan oleh Fikram kepadanya temanya Dode karena Dode mau

Tindak tutur Ilokusi yaitu, tindak tutur yang mengandung maksud berkaitan dengan siapa penutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan. Sebuah

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah keseluruhan tindak tutur yang digunakan dalam takarir (berbentuk tulisan) pada media sosial Instagram @halostiki yang berjenis tindak

Dari analisis tindak tutur film pendek Cinta Dibawah Awan, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur yang digunakan adalah tindak tutur perlokusi yang dominan adalah