• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALAT SENSOR BAHAYA UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN KESELAMATAN DIRI SISWA TUNANETRA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ALAT SENSOR BAHAYA UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN KESELAMATAN DIRI SISWA TUNANETRA."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ALAT SENSOR BAHAYA UNTUK MENDUKUNG

KEMAMPUAN KESELAMATAN DIRI SISWA TUNANETRA

(Studi Deskriptif terhadap Penggunaan Alat Sensor Bahaya di SLB A Budi Nurani Kota Sukabumi)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh:

ASEP YOGAS KUSTIJAMAN

NIM: 0908274

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

ALAT SENSOR BAHAYA UNTUK MENDUKUNG

KEMAMPUAN KESELAMATAN DIRI SISWA TUNANETRA

(Studi Deskriptif terhadap Penggunaan Alat Sensor Bahaya di SLB A Budi Nurani Kota Sukabumi)

TESIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP 195904141985031005

Pembimbing II

Dr. H. M. Sugiarmin, M.Pd. NIP 195405271987031002

Mengetahui;

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Program Pascasarjana S2

Universitas Pendidikan Indonesiaa

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Alat Sensor Bahaya Untuk Mendukung Kemampuan Keselamatan Diri Siswa Tunanetra” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain, terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Nopember 2012. Yang membuat pernyataan,

(4)

Asep Yogas Kustijaman, NIM. 0908274. “Alat Sensor Bahaya Untuk Mendukung Kemampuan Keselamatan Diri Siswa Tunanetra”. Tesis, Magister Pendidikan, Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012.

Penelitian ini bertujuan pertama untuk memperoleh gambaran tentang kondisi obyektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra di sekolah, kedua untuk merumuskan desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya yang dapat mendukung kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra.

Metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak tiga orang, terdiri dari dua orang siswa tunanetra dan satu orang guru yang mengajar siswa tunanetra. Teknik pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan tahapan: pencatatan data baik pencatatan awal maupun formal, kemudian melakukan analisis data melalui kegiatan reduksi data, penyajian data atau display data, penarikan kesimpulan (konklusi), melakukan verifikasi dan tahap pemeriksaan keabsahan data penelitian melalui triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pertama kondisi obyektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra saat ini masih kurang, baik pada aspek pemahaman siswa tentang konsep keselamatan diri maupun pada aspek kemampuan menyelamatkan dan menghindari diri siswa tunanetra. Kedua desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya yang telah disusun pada penelitian ini, dapat mendukung kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra. Desain ini disusun melalui tahapan: (1) penyusunan desain awal, (2) penyusunan desain berdasarkan hasil focus group discussion (FGD), dan (3) penyusunan desain akhir berdasarkan hasil validasi melalui expert judgement.. Proses analisis dan pengkajian desain pada masing-masih tahapan dilakukan melalui 4 (empat) fase yaitu: (1) perencanaan dan penjelasan tugas, (2) perancangan konsep produk, (3) perancangan bentuk produk (embodiment design), dan (4) perancangan detail.

Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa: pertama, kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra saat ini masih kurang; kedua, desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya ternyata sangat dibutuhkan oleh siswa tunanetra untuk mendukung kemampuan keselamatan dirinya di sekolah. Peneliti merekomendasikan hasil penelitian ini agar dapat dijadikan pertimbangan pemikiran bagi pemerhati layanan pendidikan khusus terutama dalam rangka peningkatan akses pelayanan kebutuhan siswa tunanetra dalam mendukung kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra di sekolah.

(5)

Asep Yogas Kustijaman, NIM. 0908274. "Danger Sensor Tool to Support Self Safety Capabilities of Student with Visual Impairment". Thesis, Master of Education, Special Needs Education Program, Graduate School, University of Education Indonesia, 2012.

This research is carried out for the following objective: firsly to find out the objective condition self safety ability of students with visual impairment in their school, secondly to formulated the desain of the sensor danger tools completed with the manual guide to support self safety ability for students with visual impairment.

The methode used in this reasearch is the descriptive methode with qualitative approach. Data collection was cariried out through observation, interviews and document study. The researcher toke three people as the reaserch subject, consisting of two students with visual impairment and one teacher who teach visual impairment students. Data processing was conducted in the following stages: both initial and formal registration, data analysing through data reducting, data displating, data concluding, and verifying the validity of the examination phase of research data through triangulation.

This result of the reseach find out the following facts: 1) The objective condition indicates that the self safety ability of students with visual impairment has not been safition, both aspects of the students understanding of the concept of personal safety and the aspect of the ability to save and avoid themself from danger. 2) The design of the danger sensor tools and manual guide formulated in this reseach, can support the self safety ability of students with visual impairment.

Design formulation has been conducted in several three stages as follow: 1) premenalery design formulation, 2) design formulation based on focus group discussion (FGD), 3) final design formulation validated by the expert judgment. It is stages of the data process analysing has been carried out in four phases: 1) planning and job description, 2) product concept designing, 3) embodiment designing, 4) detail designing.

This reseach find out the following conclution: : 1) The objective condition indicates that the self safety ability of students with visual impairment has not been safition, both aspects of the students understanding of the concept of personal safety and the aspect of the ability to save and avoid themself from danger. 2) The design of the danger sensor tools and manual guide formulated in this reseach, can support the self safety ability of s tudents with visual impairment in the school.

Based on the research, the resercher recommends the observer of the Special Education Services to use this reseach as their considiration to improve the service needed by students with visual impairment, specially for improving their self safety ability in their school.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ……….... B. Fokus Penelitian …………..………... C. Pertanyaan Penelitian .………... D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...………...

BAB II. ALAT SENSOR BAHAYA UNTUK MENDUKUNG KESELAMATAN DIRI SISWA TUNANETRA

A. Konsep Keselamatan Diri dan Aspek-Aspeknya …………... B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Keselamatan Diri ... C. Dampak Ketunanetraan terhadap Pemahaman Keselamatan Diri D. Peranan Keterampilan Orientasi dan Mobilitas terhadap

Kemampuan Keselamatan Diri Siswa Tunanetra ... E. Sarana Aksesibilitas untuk Mendukung Keselamatan Diri Siswa

(7)

F. Alat Sensor Bahaya bagi Keselamatan Diri Siswa Tunanetra di Sekolah ... 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ………... B. Lokasi dan Subyek Penelitian ………. C. Teknik Pengumpulan Data ...……. D. Pengembangan Instrumen Penelitian ... E. Teknik Analisis Data ……….... F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian …...

52

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………... B. Pembahasan ………...

73 105 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………...

1. Panduan Penggunaan Alat Sensor Bahaya ... 2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 3. Pedoman Observasi, Wawancara, dan Studi Dokumentasi ... 4. Hasil Pengumpulan Data Observasi, Wawancara dan Studi Dokumentasi

141

(8)

5. Keputusan Direktur SPs UPI tentang Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis (S2) ... 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 7. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 8. Photo Kegiatan Penelitian ...

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Subyek Penelitian Guru ... 3.2 Subyek Penelitian Siswa ... 3.3 Instrumen Penelitian ... 4.1 Rangkuman Hasil Observasi Pemahaman Konsep Keselamatan

Diri Siswa ERV di Kelas VII SMPLB A ... 4.2 Rangkuman Hasil Observasi Pemahaman Konsep Keselamatan

Diri Siswa BNY di Kelas VIII SMPLB A ... 4.3 Rangkuman Hasil Wawancara Pemahaman Konsep Keselamatan Diri Siswa ERV di Kelas VII SMPLB A ... 4.4 Rangkuman Hasil Wawancara Wawancara Pemahaman Konsep Keselamatan Diri Siswa BNY di Kelas VIII SMPLB A ... 4.5 Rangkuman Hasil Wawancara dengan Guru TNT Mengenai

Pemahaman Konsep Keselamatan Diri Siswa ... 4.6 Rangkuman Hasil Studi Dokumentasi Mengenai Pemahaman

Konsep Keselamatan Diri Siswa di Kelas VII SMPLB A ... 4.7 Rangkuman Hasil Studi Dokumentasi Mengenai Pemahaman

(10)

4.9 Rangkuman Hasil Observasi Kemampuan Siswa BNY di Kelas VII SMPLB A Dalam Menyelamatkan dan Menghindari Diri

Dari Bahaya Saat Berjalan ... 4.10 Rangkuman Data Hasil Penelitian Kondisi Obyektif Keterampilan Keselamatan Diri Siswa Tunanetra ... 4.11 Rangkuman Hasil Wawancara Mengenai Desain Alat Sensor

Bahaya Beserta Panduan Penggunaannya terhadap Siswa ERV di Kelas VII SMPLB A ... 4.12 Rangkuman Hasil Wawancara Mengenai Desain Alat Sensor

Bahaya Beserta Panduan Penggunaannya terhadap Siswa BNY di Kelas VIII SMPLB A ... 4.13 Rangkuman Hasil Wawancara Mengenai Desain Alat Informasi Bahaya Terhadap Guru TNT ... 4.14 Rangkuman Hasil Wawancara Mengenai Panduan

Penggunaannya Terhadap Guru TNT ... 4.15 Rangkuman Data Hasil Wawancara Penyusunan Desain Alat dan Panduan Penggunaan ... 4.16 Jenis Komponen dan Spesifikasi Teknis Pada Desain Awal Alat

Sensor Bahaya ... 4.17 Lembar Evaluasi Draf Desain Alat Sensor Bahaya dan Panduan

PenggunaannyaPada Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ... 4.18 Materi Tambahan Mengenai Troubleshooting ...

(11)

4.19 Rangkuman Perubahan dari Desain Awal menjadi

Desain Hasil FGD ... 4.20 Rangkuman Perubahan dari Desain Hasil FGD menjadi Desain

Akhir ... 4.21 Jenis Komponen dan Spesifikasi Teknis Pada Desain Akhir Alat

Sensor Bahaya ... 130

131

(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan:

3.1 3.2 3.3 4.1

Korelasi Informasi, Konteks, dan Makna dalam Observasi ... Teknik Triangulasi dengan Sumber Data ... Prosedur Penelitian ... Skema Konsep Alat Sensor Bahaya ...

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 2.2 4.1 4.2

Penempatan Sensor Melintang Arah Jalan ... Penempatan Sensor Searah Arah Jalan ... Transmiter ... Reciever ...

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kenyamanan dan keselamatan pada saat berjalan merupakan dambaan setiap orang. Rasa nyaman artinya terbebas dari perasaan takut dari ancaman situasi bahaya yang menyertai pada saat melakukan perjalanan sedangkan selamat artinya tidak mengalami berbagai bentuk kecelakaan yang dapat terjadi pada saat perjalanan. Rasa aman, nyaman dan terhindar dari bahaya pada saat berjalan merupakan kebutuhan dasar dari setiap orang tanpa terkecuali termasuk bagi orang yang menyandang disabilitas.

Tunanetra merupakan salah satu penyandang disabilitas yang memiliki permasalahan dalam hal kemampuan mobilitas. Dapat dibayangkan dengan hilang atau berkurangnya fungsi visual maka mereka akan mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan mobilitas seperti melakukan perjalanan. Mereka akan mengalami kesulitan mendapatkan informasi mengenai situasi lingkungan yang aman pada saat berjalan. Sehingga tidak jarang dalam berbagai kondisi lokasi mereka sering mengalami berbagai bentuk kecelakaan pada saat berjalan. Keadaan ini tentunya akan mempengaruhi terhadap perasaan kenyamanan yang diharapkan oleh tunanetra.

(15)

visual, sehingga untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman dalam melakukan

mobilitas dibutuhkan latihan keterampilan Orientasi dan Mobilitas (O&M). Sedangkan faktor eksternal yang dapat mendukung terhadap keamanan dan keselamatan mobilitas tunanetra salah satunya adalah tersedianya sarana aksesibilitas public yang memadai.

Namun demikian persoalan crusial yang sering dihadapi oleh para penyandang disabilitas dalam kurun waktu yang lama sampai saat ini adalah belum diperolehnya hak dalam mendapatkan layanan fasilitas yang aksesibel di setiap bidang. Padahal sudah sekian banyak produk regulasi baik nasional maupun internasional yang berkaitan dengan kepentingan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas tersebut di tetapkan, namun implementasi dari regulasi tersebut sampai saat ini masih belum dapat dinikmati oleh penyandang disabilitas.

(16)

sejak tahun 2006, namun itu pun belum bisa direalisasikan bahkan UNCRPD ini belum di ratifikasi sehingga semua produk regulasi atau konvensi ini sampai saat ini hanyalah hiasan belaka, dan belum bisa dinikmati langsung oleh penyandang disabilitas.

Melalui serangkaian studi pendahuluan terhadap fasilitas public yang ada di lingkungan sekolah bagi siswa dengan hambatan penglihatan (tunanetra), diperoleh gambaran bahwa pada umumnya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah masih belum dapat memenuhi kebutuhan arsitektual bagi siswa tunanetra. Masih banyak ditemui posisi daun pintu yang membuka ke arah luar, tidak tersedianya ramp yang yang landai, anak tangga atau jalan koridor yang curam dan berbahaya, belum tersedianya pola grid system dalam ruangan dan masih banyak lagi fasilitas aksesibilitas lainnya yang belum tersedia.

Dengan tidak tersedianya fasilitas yang aksesibel tersebut maka siswa tunanetra semakin rentan dalam faktor keselamatan dirinya. Mereka merasa tidak aman dan nyaman dalam melakukan mobilitas, dibenaknya selalu terpikirkan bahwa dalam setiap gerak dan langkahnya akan berhadapan dengan bahaya yang mengancam di depannya. Fenomena ini mengakibatkan tunanetra menjadi tidak mandiri karena selalu merasa tidak aman apabila setiap aktivitasnya tidak dibantu oleh orang awas.

(17)

atau kurang berfungsinya indera penglihatan, maka tunanetra mengalami tiga area keterbatasan dalam perkembangan kognitifnya. Pertama, terbatas dalam tingkat dan keragaman pengalaman, kedua terbatas dalam kemampuan berpindah tempat (mobilitas), dan ketiga terbatas dalam interaksi dengan lingkungan. Keterbatasan-keterbatasan inilah yang pada akhirnya siswa tunanetra mengalami masalah dalam hal orientasi dan mobilitas.

Dampak lain dari keterbatasan kognitif sebagai akibat dari kurang berfungsinya indera penglihatan, yaitu berdampak pula terhadap “kemiskinan” konsep keselamatan diri dari bahaya. Bahkan pada siswa-siswa awas pada umumnya seringkali gagal mempersepsikan sesuatu dengan baik, banyak siswa yang tidak memahami konsep tentang bahaya dan tidak bahaya (Eiser, Patterson, dan Eiser, 1983). Hal ini dipertegas oleh Vinje, 1991 (Maria A, 2005) yang menyatakan bahwa siswa-siswa tergolong rentan terhadap kecelakaan. Kenyataan ini menunjukan bahwa siswa yang tidak memiliki hambatan visualpun memiliki kerentanan dalam hal kemampuan keselamatan diri maka dapat dibayangkan bagaimana kemampuan keselamatan diri pada siswa tunanetra?

(18)

pada lokasi tangga atau pada bagian sisi jalan yang memiliki perbedaan permukaan yang cukup tinggi. Tingginya frekuensi tingkat kecelakaan yang dialami oleh siswa tunanetra tersebut selain disebabkan oleh terbatasnya sarana aksesibilitas yang kurang memadai, juga mungkin disebabkan karena kegagalan dalam kemampuan persepsi pada siswa tunanetra, sehingga hal tersebut menyebabkan siswa kurang mampu mengantisipasi kondisi bahaya yang muncul pada saat berjalan.

Keterbatasan sarana aksesibilitas serta ketidakberdayaan kemampuan dalam keselamatan diri pada siswa tunanetra ini, selain mengakibatkan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya berpengaruh juga terhadap ketidaklaziman dalam gaya jalan (gait) nya. Gaya jalan yang kurang serasi seringkali ditemukan pada siswa tunanetra pada saat berjalan, seperti berjalan dengan kedua kaki diseret, tangan dan perut agak didorong ke depan, dan kepala agak tengadah.

(19)

Untuk mengurangi tingkat frekuensi kecelakaan yang dialami siswa tunanetra pada saat berjalan ini, diperlukan upaya intervensi yang tepat oleh orang dewasa atau pihak yang berperan dalam rehabilitasi tunanetra di sekolah. Salah satunya adalah melalui penggunaan alat bantu aksesibilitas informasi bahaya yang tepat dan berdaya guna yang berfungsi sebagai akses informasi melalui tanda-tanda (signals) bahaya pada lokasi yang akan dilewati tunanetra pada saat berjalan. Signals yang dapat diterima oleh siswa tunanetra tentunya berupa signals auditif dan tactual.

Melalui pengadaan dan penggunaan alat yang dapat memberikan informasi akurat terhadap bahaya, diharapkan dapat mendukung terhadap keselamatan diri bagi siswa tunanetra. Oleh karena itu dengan mempertimbangkan akurasi dan otomatisasi alat yang dapat memberikan informasi bahaya pada siswa tunanetra, maka diperlukan sentuhan-sentuhan inovasi dalam proses pembuatannya.

Dengan mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektifitas dari suatu alat bantu maka pengadaan alat bantu informasi bahaya ini merupakan hasil modifikasi dari teknologi yang sudah ada. Pendayagunaan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa tunanetra ini kita kenal dengan Assistive Technology (Teknologi Asistif).

(20)

berjalan atau beraktivitas. Selanjutnya melalui penggunaan alat sensor bahaya ini diharapkan dapat mendukung keselamatan diri siswa tunanetra di lingkungan sekolah.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka pada penelitian ini peneliti ingin mengungkapkan bagaimana kondisi objektif kemampuan keselamatan diri pada siswa tunanetra di SLB A Budi Nurani Kota Sukabumi saat ini? dan bagaimana desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya yang dapat mendukung keselamatan diri siswa tunanetra?.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi mereka yang berperan langsung dalam melayani kebutuhan bagi siswa yang mengalami hambatan dalam penglihatannya dan secara luas dapat memperkaya khazanah disiplin ilmu pendidikan kebutuhan khusus.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana desain alat sensor bahaya yang dapat mendukung keselamatan diri siswa tunanetra di sekolah?.

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk menjawab fokus masalah pada penelitian ini, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan keselamatan diri pada siswa tunanetra saat ini?

(21)

b. Bagaimana kemampuan siswa dalam menyelamatkan dan menghindari diri dari bahaya saat berjalan?

2. Bagaimana desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya yang dapat mendukung keselamatan diri siswa tunanetra?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai desain alat dan panduan penggunaan sensor bahaya yang dapat mendukung kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra di sekolah.

b. Tujuan Khusus

1) Memperoleh gambaran kondisi objektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra saat ini.

2) Merumuskan bentuk desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya yang dapat mendukung keselamatan diri siswa tunanetra.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

(22)

(PKKh), terutama dalam rangka pengembangan alat informasi bahaya bagi siswa dengan hambatan penglihatan sehingga dapat mendukung terhadap kemampuan keselamatan dirinya.

b. Manfaat praktis

Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi pihak-pihak:

1) Siswa

Desain alat sensor bahaya ini dapat digunakan oleh siswa tunanetra sebagai alat informasi bahaya untuk mendukung keselamatan dirinya di lingkungan sekolah.

2) Guru

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan guru dalam memilih alat informasi bahaya yang dapat mendukung keselamatan diri pada siswa tunanetra.

3) Sekolah

(23)

4) Peneliti selanjutnya

Desain alat sensor bahaya ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam rangka pengembangan desain alat sensor bahaya yang teruji, valid, dan reliabel sehingga alat sensor bahaya ini dapat digunakan secara luas.

E. Penjelasan Konsep

Penjelasan konsep dimaksudkan agar ada pemahaman yang sama mengenai konsep-konsep yang menjadi focus utama dalam penelitian ini: 1. Kemampuan Keselamatan Diri Siswa Tunanetra

Pengertian kemampuan keselamatan diri dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang tentang kemampuan menerima informasi bahaya dan cara-cara menghindarkan diri dari hal-hal yang membahayakan atau yang menimbulkan kecelakaan. Kemampuan keselamatan diri yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah kemampuan akan keselamatan diri pada siswa tunanetra di lingkungan sekolah (SLB).

(24)

2. Desain Alat Sensor Bahaya

Dalam penelitian ini diharapkan dapat merumuskan desain alat sensor bahaya dan panduan penggunaannya sehingga dengan alat tersebut dapat menunjang terhadap keselamatan diri siswa tunanetra di lingkungan sekolah.

Penyusunan desain alat sensor bahaya berserta panduannya ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang lokasi bahaya yang berada di lingkungan sekolah, dan sekitar sekolah dan dapat mencegah atau mengurangi siswa tunanetra mengalami kecelakaan.

Sedangkan fungsi penggunaan alat sensor bahaya ini diharapkan dapat mengurangi keterbatasan gerak dalam mobilitas siswa tunanetra, memberikan rasa aman terhadap siswa tunanetra ketika sedang melakukan aktivitas di sekolah serta dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri dan dan membantu tampilan postur tubuh dan gaya jalan yang baik pada siswa tunanetra.

Sensor bahaya yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan seperangkat alat elektronik yang terdiri dari satu unit perangkat transmitter yang berfungsi untuk memancarkan sinar infra red dan satu

(25)

100 centimeter sebelum lokasi bahaya. Apabila sinar pancaran ini terhalang oleh gerakan bagian tubuh siswa tunanetra maka loud speaker yang ada pada reciever secara otomatis akan mengeluarkan bunyi sebagai isyarat bahwa tunanetra harus berhati hati karena sudah mendekati daerah bahaya.

Agar dapat memberikan informasi bahaya secara efektif, maka setting penempatan sensor bahaya ini harus dilakukan dengan benar. Penempatan Sensor Bahaya dapat dilakukan dengan dua cara, kesatu ditempatkan secara melintang pada jalan yang akan dilewati tunanetra, kedua, ditempatkan searah dengan arah jalan yang akan dilewati tunanetra, sehingga apabila gerakan dari bagian tubuh tunanetra melewati atau menghalangi sensor cahaya tersebut maka bagian reciever secara otomatis akan mengeluarkan bunyi peringatan agar tunanetra berhati-hati pada saat melewati daerah berbahaya tersebut.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengertian metode deskriptif diungkapkan oleh Ali (1990) adalah:

(26)

Di dalam metode penelitian ini juga disajikan pembahasan tentang pendekatan penelitian, subyek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta prosedur penelitian. Berikut penjelasannya di bawah ini.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sebab penelitian ini berupaya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, mengutamakan proses bagaimana data dapat diperoleh sehingga data tersebut menjadi akurat dan layak digunakan dalam penelitian.

2. Subyek dan Lokasi Penelitian

Subyek dalam penelitian ini terdiri dari unsur guru dan siswa tunanetra. Jumlah subyek penelitian seluruhnya adalah 3 (tiga) orang, terdiri dari: 1 (satu) orang guru/instruktur O & M. Guru tersebut telah memiliki pengalaman mengajar kurang lebih selama 15 tahun dan telah mengikuti sertifikasi guru dan 2 (dua) orang siswa tunanetra yang terdiri 1 orang di kelas VII dan 1 orang di kelas VIII SMPLB A SLB Budi Nurani Kota Sukabumi.

(27)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan dalam penelti untuk memperoleh data yang dibutuhkan sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian ini. Teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen.

Adapun teknik pengumpulan datanya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipatori atau dengan pengamatan langsung tanpa melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan di lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini kegiatan observasi dilakukan untuk mengungkap data berkaitan dengan kondisi kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra yang meliputi aspek pemahaman keselamatan diri siswa tunanetra dan aspek kemampuan menyelamatkan diri atau menghindari diri terhadap kondisi bahaya yang ada di lingkungan sekolah.

b. Wawancara

(28)

bagaimana kondisi obyektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra saat ini serta untuk mengungkap kebutuhan terhadap desain alat sensor bahaya dalam rangka mendukung keterampilan keselamatan diri siswa tunanetra di SLB A Budi Nurani Kota Sukabumi.

Kegiatan wawancara dilakukan kepada guru/instruktur OM dan siswa tunanetra melalui pertanyaan yang bersifat terbuka dan disesuaikan dengan aspek-aspek yang ada dalam pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan itu meliputi bagaimana kondisi objektif kemampuan keselamatan diri pada siswa tunanetra saat ini dan bagaimana desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya dapat mendukung keselamatan diri siswa tunanetra.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara. Sebagaimana diungkapkan oleh Satori dan Komariah (2010) bahwa studi dokumentasi itu adalah: “mengumpulkan dokumen dan data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan serta pembuktian suatu kejadian”.

(29)

keselamatan diri siswa tunanetra di sekolah. Terutama dokumen yang terdapat pada guru/instruktur O&M seperti dokumen asesmen, program pembelajaran (silabus, RPP), catatan kejadian kecelakaan siswa dan hasil evaluasi yang sudah dilaksanakan.

4. Teknik Analisis Data

Secara garis besar prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: proses pencatatan atau pengumpulan dan pengkatagorian data, proses analisis atau interprestasi terhadap data yang diperoleh, proses pemeriksaan keabsahan data melalui teknik triangulasi data.

5. Prosedur Penelitian

Prosedur adalah langkah dan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam suatu penelitian. Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini melalui tahapan sebagai berikut:

a. Studi kondisi objektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra saat ini

b. Analisis hasil studi kondisi objektif dan merumuskan desain alat dan panduan penggunaan sensor bahaya

c. Focused Group Discussion (FGD).

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti membutuhkan sistematika yang jelas tentang langkah-langkah yang akan diambil sehubungan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapainya. Melalui metode penelitian akan tergambar prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan kondisi data yang dikumpulkan, serta dengan cara bagaimana data tersebut diperoleh dan diolah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengertian metode deskriptif sebagaimana yang dikemukakan oleh Whitney (Susetyo, 2010) sebagai berikut :

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Gambaran hasil penelitian yang diperoleh yaitu berupa uraian atau penjelasan dalam bentuk deskripsi mengenai desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaan untuk mendukung keselamatan diri siswa tunanetra.

A. Pendekatan Penelitian

(31)

keselamatan diri yang disebabkan salah satunya karena masih minimnya ketersediaan sarana akses informasi bahaya berupa alat sensor bahaya yang dapat mendukung keselamatan diri siswa tunanetra. Ketersediaan alat sensor bahaya tersebut perlu dilengkapi dengan adanya petunjuk praktis atau panduan penggunaan alat.

Mengenai penelitian kualitatif, Moleong (2004) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Sedangkan Nasution (1982) menjelaskan sebagai berikut :

Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, karena data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian yang bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya tanpa manipulasi di atur dengan eksperimen atau tes.

(32)

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB A (Tunanetra) Budi Nurani Kota Sukabumi.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini sebanyak 3 (tiga) orang, terdiri dari: 1 (satu) orang guru/instruktur OM dan 2 (dua) orang siswa tunanetra pada satuan pendidikan SMPLB kelas VII dan kelas VIII.

Gambaran subyek penelitian nya adalah sebagai berikut: Tabel 3.1.

Subyek Penelitian Guru

No. Nama L/P Usia Jabatan Pendidikan

1. TNT P

Guru Mata Pelajaran

O&M

S1/PLB

Tabel 3.2.

Subyek Penelitian Siswa

No. Nama L/P Usia Kelas

1. ERV P 15 Th VII SMPLB

(33)

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan maka peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara observasi, dan studi dokumentasi. Setelah menentukan teknik pengumpulan data kemudian peneliti merumuskan instumen pengumpulan data berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada pertanyaan penelitian. Berikut teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dama penelitian ini:

1. Wawancara

Wawancara yang sering disebut interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara yang memperoleh informasi dari terwawancara.

Menurut Susan Stainback (Sugiyono, 2010) mengemukakan

bahwa wawancara ‘... provide the researcher a means to gain a deeper

understanding of how the participant interpret a situation or

phenomenon than can be gained through observation alone.’

(34)

Wawancara semi terstruktur digunakan dengan tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2010). Wawancara dilakukan dalam suasana yang alami, kekeluargaan dan dalam waktu yang fleksibel. Dengan wawancara peneliti dapat mengungkapkan perspektif emik, yaitu pandangan, gagasan dan pikiran dari subyek penelitian. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dicatat dan dapat disalin menjadi bentuk tulisan/laporan.

Wawancara digunakan oleh peneliti untuk mengetahui bagaimana kondisi obyektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra saat ini serta untuk mengungkap kebutuhan terhadap desain alat sensor bahaya dalam rangka mendukung keterampilan keselamatan diri siswa tunanetra di SLB A Budi Nurani Kota Sukabumi.

(35)

2. Observasi

Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra, observasi dalam penelitian berarti mengamatai perilaku subyek atau objek yang diteliti, serta mengumpulkan data-data lainnya, seperti sarana, dll yang berhubungan dengan fokus penelitian.

Faisal (Sugiyono, 2010) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisifasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (over observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured

observation).

Observasi dalam penelitian ini dilakukan hanya menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat bantu pengamatan lain, kecuali alat tulis dan catatan. Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung non partisipatori, atau dengan pengamatan langsung tanpa melibatkan diri secara langsung pada kegiatan di lokasi penelitian. Pengamatan dilakukan secara tersembunyi (covert).

Dalam melakukan observasi, peneliti sangat memperhatikan hal-hal seperti; (1) isi dari pengamatan, (2) mencatat pengamatan, (3) ketetapan pengamatan, dan (4) hubungan antar pengamat dengan yang diamati.

(36)

melakukan pengamatan, peneliti selalu mengaitkan berbagai informasi yang ada dengan konteks yang terjadi pada saat kejadian yang berupa informasi tersebut berlangsung. Penjelasan ini dapat digambarkan melalui bagan berikut ini.

bagan 3.1 Bagan 3.1.

Korelasi informasi, konteks, dan makna dalam observasi (Nasution, 1982)

Bagan di atas menggambarkan bahwa peneliti selalu mencatat berbagai informasi (kejadian, peristiwa, atau kegiatan yang terjadi) ketika melakukan observasi. Peneliti juga memperhatikan dan mempertimbangkan konteks pada saat informasi tersebut terjadi, sehingga ketika peneliti menginterpretasikan atau memaknai informasi hasil observasi tersebut, maka interpretasi yang dibuat benar-benar sesuai dengan informasi dan konteks dari informasi itu sendiri.

Dalam penelitian ini kegiatan observasi dilakukan untuk mengungkap data berkaitan dengan kondisi kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra.

Informasi Konteks

(37)

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua dokumen baik berupa tulisan, tempat, sarana dan prasarana, serta berupa poto atau video yang berhubungan dengan fokus penelitian yang sedang diteliti.

Nasution (1982) menjelaskan bahwa;

Data dalam penelitian naturalistik kebanyakan diperoleh dari sumber manusia (human resources) melalui wawancara dan observasi. Namun terdapat pula data yang bersumber bukan dari manusia (non human resources), diantaranya dokumen, foto, dan bahan statistik. Dokumen sendiri terdiri dari tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi.

Dari penjelasan Nasution di atas dapat disimpulkan bahwa walaupun data utama (data primer) dalam penelitian kualitatif adalah data yang diperoleh dari sumber manusia, akan tetapi data tambahan (data sekunder) tidak dapat diabaikan dan dianggap penting untuk dapat mengungkap fenomena yang ada di lapangan.

Guba dan Lincoln (Moleong, 2004) menyatakan bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari recorder (setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa), yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.

(38)

tersebut akan diabaikan dalam analisis dan penafsiran data dari hasil penelitian ini.

Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data pendukung observasi dan wawancara yang berkaitan dengan kondisi objektif kemampuan keselamatan diri siswa. Data hasil studi dokumentasi yang diharapkan meliputi:

a. Foto/video cara penggunaan media sensor yang digunakan

b. Data sarana dan prasarana yang berhubungan dengan aksesibilitas di sekolah SLB A Budi nurani Kota Sukabumi.

c. Dokumen-dokumen tentang kemampuan OM siswa tunanetra, baik berupa perencanaan, pelaksanaan, dan hasil tes siswa tunanetra.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus di Validasi sebarapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

(39)

Dalam hal instrumen penelitian kualitatif Nasution dalam Sugiyono (2010) menyatakan :

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan tidak jelas sebelumnya.

Dalam penelitian kualitatif instrument utama adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya, setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan.

(40)

Tabel 3.3.

INSTRUMEN PENELITIAN

ALAT SENSOR BAHAYA UNTUK MENDUKUNG KESELAMATAN DIRI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH

No. Pertanyaan

Penelitian Aspek Indikator

Teknik

(41)

1.1.8. Mengetahui teknik-teknik 1.2.3. Siswa dapat melakukan self

(42)

siswa tunanetra? 2.1.7. Pembuatan alat

2.2. Penyusunan desain panduan penggunaan alat sensor bahaya

2.2.1. Keberadaan panduan penggunaan alat

2.2.2. Isi panduan penggunaan

(43)

E. Teknik Analisis Data

1. Teknik Pencatatan Data

a. Pencatatan Awal

Pencatatan awal dilakukan pada saat berlangsungnya pengumpulan data dengan jalan mencatat kata-kata kunci yang di amati oleh peneliti. Data yang diperoleh bersifat kasar dan mentah. b. Pencatatan Formal

Pencatatan formal yang lengkap disempurnakan dengan penuturan catatan yang dibuat di lapangan. Catatan pada tahap ini lengkap dengan sistematis sesuai fokus penelitian. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi di organisasikan sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian.

2. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analytical induction, artinya bahwa setelah data terkumpul maka peneliti melakukan analisis langsung secara kritis kemudian secara bertahap dan sistematis diorganisasikan, dan memilih yang penting sesuai dengan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

(44)

dalam analisis data ini yaitu melalui reduksi data, penyajian data atau display data dan penarikan kesimpulan (konklusi) dan verifikasi.

Pada tahap reduksi data, peneliti memilih data yang relevan dengan tujuan penelitian. Informasi dari lapangan sebagai bahan mentah disingkat, diringkas, disusun lebih sistematis, serta diangkat pokok-pokok yang penting sehingga mudah dikendalikan.

Penyajian data (display data) dilakukan untuk melihat gambaran/deskripsi keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Peneliti berupaya untuk mengklasifikasikan serta menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan.

Penarikan konsklusi dan verifikasi data yaitu untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan , perbedaan, atau persamaan. Penarikan konklusi dilakukan dengan cara membandingkan kesesuaian pernyataan informan dengan makna yang terkandung dalam pelaksanaan dan dokumen.

3. Teknik pemeriksaan dan keabsahan data penelitian

Untuk menilai apakah data yang diperoleh dari lapangan soheh atau valid, maka perlu dilakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti baik dilihat dari substansinya, sumber data maupun pengambilan data.

(45)

yang dilakukan bermaksud untuk mengecek atau membandingkan data yang telah diperoleh melalui observasi pada latar penelitian.

Untuk maksud tersebut peneliti mengadakan wawancara terbuka kepada kepala guru/instruktur OM dan siswa tunanetra, serta studi dokumentasi terhadap berbagai dokumen yang berhubungan dengan data-data di dalam penelitian. Berkaitan dengan keabsahan data-data Moleong (2004) mengatakan bahwa : “Teknik Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan data sebagai perbandingan terhadap data itu.

Teknik Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber membandingkan satu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda. Berangkat dari penjelasan tersebut maka model triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan berkaitan dengan dokemen-dokumen yang diperoleh sebagai bahan pembuktian dari hasil wawancara dan observasi. Dengan demikian derajat kepercayaan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini terjamin. Hal ini, menurut Moleong (2004) dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

(46)

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Pada penelitian ini sendiri, data hasil pengamatan atau observasi dibandingkan dengan data hasil wawancara. Data hasil wawancara sendiri dibandingkan menurut sumber data wawancara tersebut. Maksudnya, data hasil wawancara dari setiap responden dibandingkan terlebih dahulu, baru kemudian di triangulasikan dengan sumber data lainnya, baik dari data hasil observasi maupun dengan data dari hasil studi dokumentasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka teknik triangulasi yang digunakan pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan 3.2

Teknik Triangulasi dengan Sumber Data Data hasil

observasi

Data hasil wawancara Data Studi

(47)

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah tersusunya desain atau rancangan panduan penggunaan alat sensor bahaya yang dapat menunjang keselamat diri bagi siswa tunanetra. Prosedur dalam penelitian ini secara garis besar ditempuh melalui tiga tahapan yaitu : 1) studi kondisi objektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra saat ini, 2) tahap analisis hasil studi kondisi objektif saat ini dan merumuskan draf desain alat sensor bahaya dan panduan penggunaan 3) tahap validasi melalui focus group discussion, 4) finalisasi desain alat sensor bahaya dan panduan penggunaan.

1. Tahap Studi Kondisi Objektif Kemampuan Keselamatan diri Siswa

Tunanetra.

Untuk memperoleh dasar pijakan penyusunan draf desain alat beserta panduan penggunaan sensor bahaya ini maka diperlukan studi atau kajian kondisi objektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra saat ini. Dalam kegiatan ini peneliti menghimpun data melalui teknik observasi dan wawancara dan studi dokumen.

(48)

2. Tahap Analisis Hasil Studi Kondisi Objektif dan Perumusan Desain

Awal Alat Sensor Bahaya beserta Panduan Penggunaannya.

Pada tahap ini peneliti menghimpun data hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen yang diperoleh dari tahap kondisi objektif di atas. Kemudian data tersebut dianalisis untuk dijadikan bahan merumuskan desain awal alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya.

Agar desain awal alat dan panduan ini dapat memenuhi kebutuhan yang diharapkan terutama dari sisi subtansi dan kelayakan maka peneliti mengumpulkan kembali data melalui wawancara kepada siswa dan guru untuk mengungkap aspek-aspek sebagai berikut: bagaimana desain alatnya, bagaimana pembuatannya, dan bagaimana perumusan panduan penggunaannya.

3. Tahap Focused Group Discussion (FGD).

Draf desain alat dan panduan penggunaan yang telah dirumuskan sebelumnya (draf desain awal), selanjutnya dibawa kedalam focused group discussion (FGD). Hal ini dilakukan untuk memperoleh

saran/masukan yang lebih luas dalam menyusun desain alat sensor bahaya beserta panduannya dari para peserta FGD.

(49)

pendapat Witkin (1984) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah melalui diskusi kelompok dapat digunakan sebagai satu tahap dari need assessment, di mana tingkatan dari diskusi yang diselenggarakan dengan

baik dapat dijadikan pedoman untuk need assessment, seleksi aktivitas dan evaluasi.

Dalam kegiatan FGD peserta/ahli diminta tanggapannya untuk dijadikan perbaikan terhadap draf desain alat beserta panduan penggunaannya. Dengan melibatkan tiga unsur tersebut diharapkan dapat memperkaya masukan sehingga draf alat dan panduan menjadi lebih baik dan dapat digunakan oleh siswa dan guru dalam mendukung kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra. Selanjutnya peneliti menyusun draf desain alat beserta panduan penggunaan hasil FGD.

4. Tahap Validasi Alat Sensor Bahaya beserta Panduan Penggunaannya

melalui Expert Judgment.

(50)

Skematik prosedur pelaksanaan penelitian tersebut di atas dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini:

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan dibuat berdasarkan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Kondisi obyektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra kelas

VII dan VII di SLB A Budi Nurani Kota Sukabumi saat ini.

a. Pemahaman siswa tentang konsep keselamatan diri

Hasil penelitian terhadap kondisi obyektif menunjukan bahwa secara umum pemahaman siswa tunanetra tentang konsep keselamatan diri masih kurang. Indikasi kurangnya pemahaman konsep keselamatan diri ini dapat dilihat dari kesadaran akan adanya bahaya yang masih kurang atau bahkan belum dimiliki pada sebagian besar siswa tunanetra yang menjadi subyek penelitian. Pada umumnya mereka mengetahui adanya bahaya setelah mengalami peristiwa kecelakaan secara konkrit. Kondisi ini menjadi pengalaman belajar bagi siswa tunanetra untuk mengenal berbagai kondisi bahaya walaupun untuk itu mereka harus berhadapan dengan resiko yang mengancam terhadap keselamatan dirinya.

(52)

pembelajaran ini perlu didukung pula dengan penggunaan alat bantu informasi bahaya, sehingga dengan dengan alat bantu tersebut tunanetra dapat menghindari diri dari kondisi bahaya. Dengan strategi pembelajaran ini diharapkan siswa tunanetra akan memiliki pemahaman keselamatan diri melalui pengalaman belajar secara langsung dalam praktek simulasi penatalaksanaan bahaya yang dihadapi.

b. Kemampuan menyelamatkan dan menghindari diri dari bahaya

saat berjalan

Pada umumnya kemampuan menyelamatkan diri dan menghindari diri dari bahaya pada siswa tunanetra masih belum dikuasai dengan baik, padahal sesungguhnya berdasarkan kondisi obyektif menunjukan bahwa materi teknik-teknik melindungi diri (self protective technic) sudah diajarkan melalui mata pelajaran orientasi dan mobilitas. Namun demikian kondisi ini tidak secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan menyelamatkan dan menghindari diri dari bahaya.

(53)

rendahnya penguasaan program materi pembelajaran menyelamatkan diri dan menghindari diri dari bahaya pada siswa tunanetra. Karena kedua dokumen tersebut sangat diperlukan dalam rangka need assesment pelaksanaan program latihan O&M terhadap

masing-masing siswa sehingga program O&M dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa secara berkelanjutan.

Fakta hasil penelitian juga ditemukan bahwa gaya jalan dan postur tubuh siswa tunanetra nampak kurang baik dan kurang serasi. Hal ini mungkin karena kurangnya kemampuan menyelamatkan dan menghindari diri dari bahaya ini mempengaruhi pula terhadap kemampuan gaya jalan dan postur tubuh siswa tunanetra, ini mungkin disebabkan adanya penurunan kepercayaan diri tunanetra sebagai wujud manifestasi keraguan, ketakutan dan rasa tidak aman pada saat berjalan.

Faktor lain yang mempengaruhi terhadap kemampuan menyelamatkan dan menghindari diri dari kondisi bahaya adalah aksesibilitas sekolah yang belum mendukung terhadap kebutuhan keselamatan diri siswa tunanetra pada umumnya, sehingga kenyataan ini menyebabkan siswa tunanetra mengalami berbagai kecelakaan, seperti terpeleset, kaki terbentur tangga, terbentur pintu, jendela dan lain-lain.

(54)

dibutuhkan sarana akses informasi yang tepat dan akurat mengenai kondisi bahaya yang ada di lingkungan sekolah. Sarana informasi bahaya tersebut adalah dengan pengadaan alat sensor bahaya di lokasi-lokasi yang dianggap rawan kecelakaan atau rawan bahaya. 2. Desain alat sensor bahaya dan panduan penggunaannya yang dapat

mendukung keselamatan diri siswa tunanetra

Penelitian ini menghasilkan desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya. Desain ini dirumuskan berdasarkan kondisi obyektif kurangnya kemampuan keselamatan diri pada siswa tunanetra yang ada di kelas VII dan VIII SMPLB SLB A Budi Nurani Kota Sukabumi, sehingga alat sensor bahaya ini dibutuhkan oleh siswa tunanetra dalam rangka mendukung kemampuan keselamatan dirinya.

(55)

Desain alat sensor bahaya beserta panduan penggunaannya ini, merupakan desain yang bersifat hipotetik yang perlu dikembangkan lebih jauh lagi dalam rangka peningkatan secara fungsional dalam mendukung kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka peneliti memberikan beberapa hal rekomendasi yang terkait dengan desain alat sensor bahaya kepada:

1. Siswa

Desain alat sensor bahaya ini dapat digunakan oleh siswa tunanetra sebagai alat informasi terhadap adanya kondisi bahaya serta dapat mencegah atau mengurangi kecelakaan yang terjadi pada siswa, dengan demikian penggunaan alat sensor bahaya ini dapat mendukung keselamatan dirinya di lingkungan sekolah.

2. Bagi Guru

(56)

Untuk kelengkapan penggunaan alat ini guru hendaknya melakukan pencatatan data (data record) terhadap kemajuan kemampuan keselamatan diri (progres report) dan catatan kejadian kecelakaan yang pernah dialami oleh masing-masing siswa, yang dapat digunakan sebagai need assesment pelaksanaan program latihan O&M terhadap

masing-masing siswa sehingga program O&M dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa secara berkelanjutan.

3. Bagi Sekolah

Alat sensor bahaya beserta panduan penggunaanya ini dapat dijadikan bahan referensi dalam rangka pengadaan sarana aksesibilitas bagi siswa tunanetra di sekolah, sehingga lingkungan sekolah akan menjadi tempat yang aman, nyaman bagi siswa tunanetra ketika melakukan aktivitasnya baik belajar, bermain, dan berolahraga.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1990) Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa

Cheryl Besden, Frances Dibble, Rebecca Dowling, Maya Delgado Greenberg, and Jo Anne Tanaka-Libbon, (2007). A Safety Awareness Curriculum For Students Who Are Viasually Impaired And Have Multiple Disabilities, California School for the Blind 500 Walnut Ave Fremont, CA 94536 (510) 794-3800

Collinsworth, M. (2001) Project Blind Ambition. [On-line]. Available. <http://www.vancourier.com/02201a/top3.htm>[14 Desember 2012] David, Wendy, Kollmar, Kerry & McCall, Scott. (1998). Safe without sight:

Crime prevention and self-defense strategies for people who are blind. Boston, MA: National Braille Press.

Definisi Desain, tersedia di < http://id.wikipedia.org/wiki/Desain.>10 Desember 2011].

Definisi Petunjuk, tersedia di: http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi. [15 Desember 2011]

Definiton Of Sensor By the Free Dictionary, tersedia di: <http://computing computingdictionary.thefreedictonary.com/sensor > [4 Desember 2011] Aryaningsih Desi, (2008), tersedia di <http://desiaryaningsih-06231005.blogspot.com/2008/06/pengertian-troubleshooting.html.> [13 Nopember 2011]

EENET Asia Newsletter, (Edisi 4 Juni 2007). Enabling Education Network Asia. Eiser, C., Patterson, D., & Eiser, J.R. (1983). Children knowledge of health and

illness implications for health education. Child Care Health and Development, 9, 285-262

Emel Genta P.Chandra dan Desto Jumeno, Perancangan Alat Bantu Jalan Kruk, Jurnal Ilmiah Teknik Industri Universitas Andalas Padang. Tersedia pada

<http://repository.unand.ac.id/16941/1/PERANCANGAN_ALAT_BAN TU_JALAN_KRUK.pdf, >[8 Nopember 2011].

(58)

Hidayat Alimul. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Hosni. (1995). Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas. Jakarta: Depdikbud.

Hurst, Ken. 2006, Prinsip-Prinsip Perancangan Teknik. terjemahan. Jakarta : Erlangga.

ITS, Definiton Of Signals, tersedia di < http://www.its.bldrdoc.gov/fs-1037/dir-032/_4770.htm > [4 Desember 2011]

Kandel ER, Jessell, Thomas M.; Schwartz, James H. (2000). Principles of neural science. New York: McGraw-Hill.

Khodijah,Nyayu.(2006). Psikologi Belajar.Palembang:IAIN Raden Fatah Press. Kingsley, M. (1997). “The Effect of Visual Loss”. Dalam Mason H & Mc Call. S.

(1997). Visual Impairment Acces to Education for Children and Young People. London: David Fulton Publishers.

Lindarto Dwi. (2002). Ruang dan Perilaku; Suatu Kajian Arsitektural, Fakultas Teknik, Program Studi Arsitektur, Universitas Sumatera Utara.

Maakip, I., Sulaiman, W.S.W., Ismail, R., & Jaafar, W.A.W. (2000). Pengetahuan kanak-kanak terhadap aspek-aspek keselamatan diri: Satu kajian awal. Seminar Psikologi – Psima, 148-158.

Maria A. Sumargi dkk, 2005. Studi Pendahuluan tentang Pemahaman akan Keselamatan diri. Surabaya: INSAN Vol. 7 No. 3.

Miller, J.A., Austin, J., & Rohn, D. (2004). Teaching pedestrian safety skills to children [Versi Elektronik]. Environment and Behavior, 36(3), 368-385. Moleong, Lexi J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mubarak, Wahit Iqbal, SKM. Cayatin, Nurul, S.kep,Ns.(2007). Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Praktek.Jakarta:EGC.

Nasution (1982 ), Metode Research, Bandung, Jemmars.

Nawawi. (2009). Analisis Mobilitas Tunanetra. Bandung: PLB FIP UPI.

(59)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor: 30 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), (2006), United Nation Convention Right People with Disabilty (UN CRPD).

Raharja D. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa: Universitas Of Tsukuba. _____________ (2010). International Scientific Journal of Social Science and

Humaniora “Alumni”. Bandung: IKA UPI. Indonesia University of

Education Alumni Association.

Satori, Dj., dan Komariah, S. (2010) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiarmin, (...), Pengembangan Teknologi Asistif bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Seting Pendidikan Inklusif, PLB FIP UPI Bandung. Sugiyono, (2010.) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung ; Alfabeta

Sunanto J, Ph.D, (2003), Mengembangkan Potensi Anak Berkelainan Penglihatan, Proyek Penulisan Buku Ajar, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Susetyo. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Revika Aditama.

Tarsidi. D, (2002), Kompetensi Sosial Anak Tunanetra, Studi Kasus tentang Hubungan Sosial Anak Tunanetra dengan Sebayanya yang Awas di Lingkungan Sekitar Rumahnya, Tesis, Pasca Sarjana UPI Bandung. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan/Gedung, junto PP No. 36

Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Bangunan Gedung. Undang-Undang. Nomor. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.

Gambar

Tabel
Gambar
gambaran mengenai desain alat  dan panduan penggunaan sensor
Gambaran hasil penelitian yang diperoleh  yaitu berupa uraian atau
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi uranium di dalam efluen proses mencapai 200,9 ppm (&gt; 50 ppm ) ini berarti pemungutan uranium sangat diperlukan guna mengurangi

REKAPITULASI NILAI SEMESATER I ANGKATAN 2008 SEMESTER GANJIL T.A 2008 / 2009..

[r]

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang digunakan dalam menyusun laporan dengan cara mengumpulkan data

Berdasarkan penyajian data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sesuai dengan hipotesis yaitu pemberian P1 (Simunox dosis 0,04) dan P2

Hal ini berlanjut pada terbentuknya porositas tanah pada dinding lubang resapan, sedangkan konsep lubang resapan biopori cacing tanah adalah proses alami yang dilakukan oleh

Berdasarkan penelitian Ross dan Janiszewski (2008), pada individu yang mengalami obesitas yang terkait dengan risiko penyakit kardiovaskuler sebaiknya disarankan

Menurut Rusli Lutan (1998: 94) keterampilan dipandang sebagai satu perbuatan atau tugas yang merupakan indikator dari tingkat kemahiran seseorang dalam