• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA SISWA DI LINGKUNGAN SMP NEGERI 5 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA SISWA DI LINGKUNGAN SMP NEGERI 5 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

iv

A.LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. RumusanMasalah ... 5

E. TujuanPenelitian ... 5

F. ManfaatPenelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 7

A. LandasanTeoretis ... 7

1. Kajian Pragmatik ... 7

2. Kesantunan Berbahasa ... 9

3. Kesantunan dan Pragmatik ... 10

4. Prinsip Kesantunan Berbahasa ... 11

5. Pendidikan Karakter ... 18

B. KerangkaKonseptual ... 19

C. Pertanyaan Penelitian ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 21

A. Metode Penelitian ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Hasil Penelitian ... 27

1. Deskripsi Data ... 27

2. Transkip Percakapan ... 27

3. Tuturan Yang Menggambarkan Realisasi Kesantunan Berbahasa Siswa ... 33

4. Tuturan Yang Menggambarkan Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa Siswa ... 35

5. Tuturan Yang Menggambarkan Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa Siswa Yang Paling Dominan ... 37

B. Pembahasan Penelitian ... 47

(2)

v

2. Pelanggaran Prinsip Kesantunan Siswa ... 73 3. Pelanggaran Kesantunan Yang Paling Dominan Yang Dilakukan Siswa ... 107

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bahasa digunakan

sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud pembicara

kepada pendengar. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan jenis kata, lawan

bicara, waktu (situasi) dan tempat (kondisi) diperkuat dengan cara pengungkapan

yang menggambarkan nilai-nilai budaya masyarakat. Kenyataan menunjukkan

masih banyak orang yang bertutur kata dan berkomunikasi tetapi tanpa

memperhatikan hal-hal di atas.

Sekarang ini, masyarakat tengah bergerak ke arah yang semakin maju dan

modern. Setiap perubahan masyarakat melahirkan konsekuensi-konsekuensi

tertentu yang berkaitan dengan nilai dan moral. Misalnya, kemajuan bidang

komunikasi melahirkan pergeseran budaya belajar anak-anak dan benturan antara

tradisi Barat yang bebas dengan tradisi Timur yang penuh keterbatasan norma.

Tidak hanya budaya belajar, kemajuan bidang komunikasi juga membuat

pergeseran bahasa, dari bahasa santun menuju kepada bahasa yang tidak santun.

Seperti pengalaman peneliti ketika melakukan Program Pengalaman Terpadu

(PPLT) di SMP Negeri 5 Binjai. Peneliti melihat bahwa siswa masih sering

menggunakan kata-kata yang kurang santun ketika melakukan percakapan tidak

(4)

kata-kata yang kurang santun. Tentu saja hal ini bukan merupakan contoh yang

baik karena ketika berada di lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di

luar kelas seharusnya siswa menggunakan bahasa yang santun dalam

percakapannya. Kesantunan dalam berbahasa sangat berkaitan dengan karakter

berbahasa yang baik. Jika siswa menggunakan bahasa yang santun tentu saja

siswa tersebut memiliki karakter yang baik dalam berbahasa. Pendidikan

(khususnya sekolah) dituntut untuk memiliki kemampuan mendidik dan

mengembangkan etika berbahasa santun agar siswa dapat berkomunikasi dengan

lebih baik.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat

istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun

kebangsaan. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen

(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu

sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas

hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,

pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana,

(5)

Anak perlu dibina dan dididik untuk memiliki karakter yang baik sebab

mereka adalah generasi penerus yang akan hidup pada zamannya. Bila anak

dibiarkan dengan bahasa mereka, tidak mustahil bahasa santun yang sudah ada

pun bisa hilang dan selanjutnya lahir generasi yang arogan, kasar, dan kering dari

nilai-nilai etika dan agama. Akibat dari karakter yang buruk dan bahasa yang tidak

santun di kalangan remaja, seringkali menyebabkan perselisihan dan perkelahian

antar mereka.

Sekolah adalah institusi pendidikan, yaitu tempat di mana pendidikan

berlangsung. Pendidikan sekolah adalah proses belajar mengajar atau proses

komunikasi edukatif antara guru dan murid. Dilihat dari pandangan sosial, sekolah

merupakan institusi sosial yang tidak berdiri sendiri. Sebagai institusi sosial,

sekolah berada dalam lingkungan institusi sosial lainnya dalam masyarakat.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,

bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa

membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari

keputusan yang ia buat.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.

Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan

nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki

kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu

bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas,

(6)

generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas

nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Kesantunan berbahasa terkait langsung dengan norma yang dianut oleh

masyarakatnya. Jika masyarakat menerapkan norma dan nilai secara ketat, maka

berbahasa santun pun menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat. Dalam kaitan

dengan pendidikan, maka masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kesantunan

akan menjadikan berbahasa santun sebagai bagian penting dari proses pendidikan,

khususnya pendidikan persekolahan.

Penelitian mengenai kesantunan telah banyak dilakukan antara lain:

Penerapan Kesantunan Berbahasa dalam Komunikasi Verbal dalam pengajaran

bahasa bagi Guru SMA oleh Christinawati, Kesantunan Dalam Kehidupan

Manusia Yang Berbudaya oleh Zawawi Imron, Tutur Kata Pada Masyarakat Oleh

Sofyan Sauri. Hilangnya Kesantunan Bahasa Kita oleh Rohaidah Mashudi dan

Revolusi Paradigmatik dengan Kesantunan oleh M. Yamin Panca Setia.

Dari banyaknya penelitian yang dilakukan mengenai kesantunan penulis

beranggapan bahwa penelitian mengenai kesantunan berbahasa di lingkungan

sekolah sangat menarik dan perlu untuk dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang msalah yang dikemukakan di atas, maka dapat

diidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Wujud ragam bahasa yang dipakai di lingkungan sekolah.

(7)

3. Pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi dalam percakapan di

lingkungan sekolah.

4. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang manakah yang lebih

dominan ditemukan pada percakapan di lingkungan sekolah SMP Negeri 5

Binjai.

C. Batasan Masalah

Mengacu pada fenomena yang telah dikemukakan di atas, maka perlu ada

batasan masalah agar penelitian ini terarah dan mengena pada tujuan. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana realisasi kesantunan di lingkungan

sekolah SMP Negeri 5 Binjai

D. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya terbatas pada

hal-hal berikut:

1. Bagaimana realisasi kesantunan berbahasa dalam percakapan di

lingkungan sekolah?

2. Bagaimana pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada percakapan

di lingkungan sekolah?

3. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang manakah yang lebih

dominan ditemukan pada percakapan di lingkungan sekolah SMP Negeri 5

(8)

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan realisasi kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah.

2. Mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada

percakapan di lingkungan sekolah.

3. Mendeskripsikan tingkat kesantunan berbahasa siswa yang terjadi di

lingkungan sekolah.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk kajian linguistik penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian

penelitian kebahasaan.

2. Sebagai dokumentasi nilai kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah.

3. Memberikan masukan tentang kesantunan di lingkungan sekolah.

(9)

27

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Analisis Kesantunan Berbahasa

di Lingkungan Sekolah SMP Negeri 5 Binjai maka penulis dapat menyimpulkan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Realisasi kesantunan di SMP Negeri 5 Binjai dapat dilihat dari

terpenuhinya maksim skala ketidaklangsungan dengan jumlah 52 tuturan

dan skala jarak sosial dengan jumlah 42 tuturan.

2. Pelanggaran prinsip kesantunan di SMP Negeri 5 Binjai dapat dilihat dari

tidak terpenuhinya maksim kebijaksanaan dengan jumlah 24 tuturan dan

skala ketidaklangsungan dengan jumlah 24 tuturan.

3. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang dominan yang ditemukan

adalah pelanggaran maksim kebijaksanaan dengan jumlah 24 tuturan dan

skala ketidaklangsungan dengan jumlah 24 tuturan.

B. Saran

1. Diharapkan pengembangan penelitian kebahasaan yang dapat menunjang

penelitian kajian kebahasaan khususnya mengenai wujud kesantunan

(10)

28

2. Untuk sekolah SMP Negeri 5 Binjai diperlukan minat dan kemampuan

berbahasa Indonesia khususnya mengenai kesantunan berbahasa karena

masih ada di temukan tuturan yang tidak santun di lingkungan sekolah.

3. Kesantunana berbahasa sangat penting dalam percakapan sehingga

kesalahpahaman dalam berkomunikasi tidak terjadi. Dengan demikian

diharapkan kepada penutur dan mitra tutur untuk menggunakan bahasa

yang santun dalam berkomunikasi khususnya di lingkungan sekolah.

(11)

114

DAFTAR PUSTAKA

George, Yule. 1996. Pragmatics, New York: oxford university.

Chaer, Abdul, dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ohoiwutun, Paul.2007. Sosiolinguistik.Jakarta: Kesain Blanc.

Aunillah Nurla Isna.2011. Pendidikan karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana.

Nadar, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Unika Atmaja.

Sulhan, Najib. 2011. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa. Surabaya: Jaringpena.

Prayitno dan Manullang, Belferik. 2011.Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa. Jakarta: Grasindo

Elfindri, dkk. 2011. Pendidikan Karakter. Baduose Media: Jakarta.

Aqib, Zainal dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Yrama Widya: Bandung

Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Yrama Widya: Bandung.

Gunawan, Heri. 2011. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Alfabeta: Bandung.

Zabaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Kencana: Jakarta

(12)

115 Bangsa. Kencana: Jakarta.

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Bumi Aksara: Jakarta.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djudjun Djaenuddin Supriadi. 2008. Jurnal Pendidikan Penabur. Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK Penabur Jakarta. Nomor 10.

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray menggunakan bola berwarna hasil penelitian pengembangan ini memiliki beberapa keunggulan yaitu (1) langkah- langkah

Isolasi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat dari Usus Udang Penghasil Bakteriosin sebagai Agen Antibakteria pada Produk – Produk Hasil Perikanan.. Jurnal Saintek

Resilience is relevant to both humanitarian action and development assistance, and cuts.. across all current global agendas in

Energi yang diperlukan juga tidak terlalu banyak untuk perubahan wujud zat jika dibandingkan harus merubah dari cair ke gas.. Berkebalikan dengan mencair, ada membeku yaitu

From this point of view, the emphasis that Waltz puts on the powerful tendency of socialization and competition under anarchy to force the development of like units takes on

[r]

Pengaruh Tahapan Prediksi Dan Diskusi Pada Pembelajaran Berbasis Learning Cycle Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Sistem Saraf Pada Siswa SMA..

Seperti yang telah dilaksanakan alumni jurusan arkeologi / fakultas ilmu budaya / universitas gadjah mada / bebrapa waktu yang lalu // dalam temu kangen dan ngumpulke balung pisah