KAJIAN ETNOKOREOLOGI
TERHADAP TARI WAYANG SRIKANDI-MUSTAKAWENI
SKRIPSI
Di Ajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Seni Tari
Oleh :
Samsul Aripin 0906358
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
KAJIAN ETNOKOREOLOGI
TERHADAP TARI WAYANG SRIKANDI-MUSTAKAWENI
Oleh Samsul Aripin
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Samsul Aripin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
SAMSUL ARIPIN
KAJIAN ETNOKOREOLOGI
TERHADAP TARI WAYANG SRIKANDI-MUSTAKAWENI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. T. Narawati, M.Hum NIP. 195212051986112001
Pembimbing II
Ace Iwan Suryawan, S.Pd., M.Hum NIP. 197203042001121002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni”. Penilitian dilaksanakan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung dengan narasumber Bapak Iyus Rusliana. Tari Srikandi-Mustakaweni merupakan salah satu tari yang berasal dari genre tari wayang. Tari ini termasuk jenis tari perang putri yang berkarakter putri ladak. Tari Srikandi-Mustakaweni merupakan cuplikan dari cerita dengan judul yang sama. Cuplikan tersebut menceritakan peran tanding antara Srikandi melawan Mustakaweni yang memperebutkan pusaka Layang Jamus Kalimusada, milik raja Amarta yaitu Prabu Yudistira. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang Tari Srikandi-Mustakaweni. Gambaran tersebut didapatkan melalui analisis tentang latar belakang rekomposi, struktur gerak, serta tata rias dan busananya. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang dikaji melalui kajian etnokoreologi. Analisis yang dilakukan melalui kajian ini terfokus pada bagian teks dan konteks tarinya. Adapun analisis gerak pada penelitian ini menggunakan sistem laban atau notasi laban pada salah satu gerak kategori locomotion (berpindah tempat), pure
movement (gerak murni), gesture (gerak maknawi). Teknik pengumpulan data
yang dipergunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka, dengan analisis data menggunakan triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni adalah salah satu produk tari wayang dari Kabupaten Garut yang memiliki sejak perang patokan, perang
campuh dan ngalaga. Berdasarkan kajian etnokoreologi maka bisa disimpulkan
bahwa kategori locomotion diwakili oleh gerak neunggeul (ngalagar) dalam sejak
perang campuh. Kategori pure movement diwakili oleh gerak adeg-adeg kadua
(rineka) dalam sejak ngalaga. Kategori gesture diwakili oleh gerak jangkung ilo
neunggeul (ngalagar) dalam sejak perang patokan. Rias dan busana pada tari ini
mengacu kepada rias dan busana pada pertunjukan wayang golek.
Kata Kunci: Etnokoreologi, tari wayang Srikandi-Mustakaweni.
ABSTRACK
The research was titled "Kajian Etnokoreologi terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni". Done a implemented in Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung with Mr. Iyus Rusliana sources. The Srikandi-Mustakaweni dance is one that comes from the dance wayang genre. These include the type of dance the war dance female with ladak characteristic. Srikandi-Mustakaweni dance a snippet from the story with the same title. The story tells abaout the duel of Srikandi Mustakaweni fight against Layang Jamus Kalimusada, inheritance Prabu Yudistira the king of Amarta. The purpose of this research was to obtain a comprehensive abaout Srikandi-Mustakaweni dance. The method used in this research is descriptive method are studied through analysis of etnokoreologi. The analysis is done through the study focused on the text and context of his dance. As for choreography analysis in this study using a labanatotion one of category locomotion, pure movement, gesture. Data collection techniques used observation, interviews, documentation and library studies, with data analysis using triangulation. The results of the research is a wayang dance Srikandi-Mustakaweni is one of the products of Garut wayang dance who have sejak
perang patokan, perang campuh, and ngalaga. Analysis etnokoreologi of Srikandi-Mustakaweni dance is a category locomotion represented by neunggeul
(ngalagar) in sejak perang campuh. Categories pure movement represented by
adeg-adeg kadua (rineka) in sejak ngalaga. Category gesture is represented by
jangkung ilo neunggeul (ngalagar) in sejak perang patokan. Make up and fashion
in this dance refers to dressing and fashion in wayang golek show.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
a. Latar Belakang . ... ....1
b. Rumusan Masalah ... 5
c. Tujuan Penelitian ... 5
d. Manfaat Penelitian ... 5
e. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
a. Penelitian Terdahulu ... 7
b. Teori-teori yang Dipergunakan ... 9
1. Penciptaan Tari... 9
2. Pengertian Tari ... 13
3. Jenis-jenis Tari ... 17
4. Fungsi Tari ... 19
5. Sekelumit Wayang Wong Priangan ... 19
6. Tari Wayang ... 21
7. Kajian atau Pendekatan Etnokoreologi ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
a. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 26
b. Metode Penelitian... 27
c. Definisi Operasional ... 27
d. Instrumen Penelitian... 28
Samsul Aripin, 2013
f. Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
a. Hasil penelitian ... 39
1. Sejarah Singkat Tari Wayang ... 39
2. Latar Belakang Rekomposisi Tari Srikandi-Mustakaweni ... 43
3. Isi Tarian ... 46
4. Struktur Gerak Tari Srikandi-Mustakaweni ... 47
5. Rias dan Busana Tari srikandi-Mustakaweni ... 69
b. Pembahasan ... 79
1. Analisis Latar Belakang Rekomposisi Tari Srikandi-Mustakaweni ... 79
2. Analisis Berdasarkan Kategori Gerak ... 82
3. Analisis Berdasarkan Notasi Laban ... 89
4. Analisis Rias dan Busana ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 99
a. Kesimpulan ... 99
b. Rekomendasi ... 101
GLOSARIUM ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tari wayang adalah salah satu genre atau rumpun tari yang terdapat di
Jawa Barat. Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau
peristiwa yang terdapat dalam cerita pewayangan/pedalangan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dalam salah satu sumber yang menyatakan bahwa “Tari wayang adalah pertunjukan tari yang berlatarbelakang cerita wayang yang
menyangkut penokohan. Maksud dari cerita wayang disini adalah cerita yang
mentradisi dari repertoar/bahan cerita dalam seni pedalangan” (Anggraini, 2007:
19).
Di Jawa Barat terdapat lima genre tari yaitu: Tari Keurseus, Tari Wayang,
Tari Topeng, Tari Kreasi Baru, dan Tari Rakyat. (Caturwati, 2007: 58-130)
Kehadiran Tari Wayang dalam khasanah tari di Jawa Barat tidak terlepas dari
perkembangan Wayang Wong Priangan. Wayang Wong sendiri adalah sebuah
pertunjukan dramatari yang dibawakan oleh manusia dan mempertunjukan cerita
pewayangan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Soedarsono (Rusliana, 2002:
25) yang mengemukakan sebagai berikut.
…kata “wayang” dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) berarti “bayangan” atau “pertunjukan bayangan”, dan kata lain wwang berarti “manusia”. Jadi
wayang wwang adalah pertunjukan wayang yang semua aktor-aktrisnya
berupa boneka dari kulit atau golek kemudian diganti dengan manusia.
Keberadaan pertunjukan wayang wong di Pasundan berawal dari
penyebaran pertunjukan wayang wong atau wayang topeng Cirebon. Pertunjukan
tersebut semula hanya dipertunjukan khusus pada hari-hari tertentu seperti
perayaan hari-hari besar di Keraton Kasepuhan Cirebon. Selain di kalangan
keraton pertunjukan wayang wong juga berkembang di luar keraton atau di
kalangan rakyat biasa. Bentuk penyajiannya merupakan penyajian estetis yang
2
menyaksikan pertunjukan itu. Uang yang dihasilkan dari tiket tersebut, akan
dipergunakan untuk membiayai produksi serta pengelolaan yang lainnya.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Brandon (2003: 71) yang menyatakan bahwa “ sekarang ada sekitar 20 rombongan utama wayang orang komersial di Indonesia yang menopang diri lewat penjualan karcis di box office (loket)”. Dalam sekali
pertunjukan dramatari ini membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit, sehingga
untuk menutupi hal tersebut pengelola mulai melakukan pertunjukan keliling.
Pertunjukan tersebut tidak hanya terbatas untuk daerah Cirebon dan sekitarnya,
melainkan sudah mulai meliputi daerah lainnya seperti daerah Priangan.
Dalam penyajian pertunjukan wayang wong Priangan, terdapat unsur seni
tari sebagai visualisasi dari peran atau cerita yang dibawakan. Pengvisualisasian
ini bertujuan untuk memperkuat karakter tokoh atau cerita yang sedang
dibawakan, sehingga penonton bisa menangkap kesan serta pesan dari cerita
tersebut. Sebagai pertunjukan estetis, unsur tari yang terkandung di dalamnya
tetap memperhatikan keindahan serta keberagaman geraknya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusliana (2001: 12) bahwa “keberagaman gerak tari dalam
wayang wong Priangan terdapat dalam ungkapan-ungkapan gerak yang
memperjelas ciri peran dan isi lakonnya”. Ungkapan tersebut terdapat pada bagian tari yaitu tari pepeta, tari jejeran, tari kembangan, dan tari perang. Dari ketiga
bagian itu, tari kembangan dan tari perang selanjutnya berkembang menjadi tarian
lepas, hal tersebut sesuai dengan keterangan sebagai berikut.
…tari kembangan dan tarian perang memiliki perbendaharaan gerak tari yang relatif panjang dan beranekaragam termasuk tingkatan karakternya. Kedua jenis tarian ini kemudian dikembangkan menjadi bentuk-bentuk tarian (tari lepas) untuk keperluan sumbangan kesenian dalam acara-acara tertentu. Pengembangan bentuk tarian tersebutlah yang kemudian menjadi tari yang berdiri sendiri untuk kemudian dikenal sebagai Tari Wayang (Rusliana, 2001: 15)
Dari kutipan di atas, peneliti berasumsi bahwa tari wayang merupakan tari
yang berlatarbelakang dari cerita wayang menyangkut penokohan atau cuplikan
3
dalam pewayangan yang ditarikan secara tunggal atau solo dan cerita tentang
perang tanding yang biasanya ditarikan secara berpasangan.
Salah satu tari wayang yang berasal dari cuplikan cerita perang adalah Tari
Srikandi-Mustakaweni. Tari Srikandi-Mustakaweni termasuk produk wayang
wong Priangan di Kabupaten Garut pimpinan dalang Bintang (Bapak Kayat).
Tarian ini merupakan cuplikan dari cerita carangan, yang menceritakan tentang
perang tanding antara tokoh Srikandi dengan Mustakaweni memperebutkan
pusaka Layang Jamus Kalimusada. Dalam buku Tari Wayang (bahan ajar mata kuliah tari wayang di STSI Bandung) Iyus Rusliana menjelaskan bahwa: “sejak tahun 1930-an Tari Srikandi-Mustakaweni telah tumbuh menjadi salah satu
bentuk tari pertunjukan yang digemari oleh masyarakatnya”.
Tari Srikandi-Mustakaweni kemudian di rekomposisi ulang menjadi
sebuah bentuk tarian baku oleh Iyus Rusliana, kemudian dijadikan salah satu
materi pembelajaran tari wayang di STSI Bandung. Tari Srikandi-Mustakaweni
dijadikan salah satu program Mata Kuliah Keahlian di STSI Bandung yang
diberikan di semester V. Iyus Rusliana sendiri adalah seniman serta pakar tari
yang lahir pada tanggal 19 oktober 1949 dan pernah menjabat ketua STSI periode
1995-1999. Sebagai seniman serta pakar tari dia pernah menggarap serta
merekomposisi karya tari, yang salah satu karya rekomposisinya adalah Tari
Srikandi-Mustakaweni.
Dalam penciptaan atau rekomposisi sebuah karya tari, pasti memiliki
tujuan atau alasan yang tertuang dalam karya tari tersebut. Sejauh ini, peneliti
belum bisa menemukan apa alasan Bapak Iyus Rusliana merekomposisi tarian
tersebut. Apabila dilihat dari cerita wayang yang peneliti ketahui, terdapat
beberapa konflik atau kejadian yang bisa diangkat menjadi sebuah bentuk tari
yang berdiri sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk
mengetahui lebih jauh lagi tentang latar belakang rekomposisi Tari
4
Rusliana (1989: 19) berpendapat bahwa: “…tetapi setiap tarian wayang mempunyai perbendaharaan dan susunan gerak yang antara satu sama lain ada perbedaannya.” Menindak lanjuti kutipan di atas peneliti mempersepsikan, tari jenis wayang memiliki ciri khas yang membedakan dengan tari yang lainnya. Ciri
khas tersebut terletak pada segi gerak, busana, dan riasnya. Ketiga aspek tersebut
akan mempengaruhi karakter serta pesan yang ingin disampaikan melalui tari
tersebut kepada penikmatnya atau apresiator.
Gerak merupakan salah satu aspek penting yang terdapat dalam sebuah
tarian. Seperti yang telah dijelaskan dalam kutipan di atas, bahwa setiap tari
wayang memiliki perbendaharaan gerak yang berbeda, sehingga hal tersebut
membuat peneliti tertarik untuk menganalisis lebih dalam tentang perbedaan
gerak dalam Tari Srikandi-Mustakaweni dan makna yang terkandung dalam setiap
geraknya. Begitu pun dengan aspek tari lainnya, seperti rias dan busana pasti
memiliki ciri khas yang berbeda dengan tari-tari lain khususnya tari wayang.
Aspek-aspek yang di maksud dari penjelasan sebelumnya dalam kajian tari
disebut analisis tekstual dan kontekstual. Analisis tekstual merupakan analisis tari
tentang hal-hal yang bisa dilihat secara langsung seperti gerak, busana, rias dan
musik. Analisis kontekstual adalah analisis tari tentang hal-hal yang berhubungan
dengan masyarakat, seperti sejarah, latarbelakang, fungsi, serta simbol dan makna.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap Tari Srikandi-Mustakaweni dilihat dari segi teks dan konteks
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana latar belakang rekomposisi Tari Srikandi-Mustakaweni?
2. Bagaimana struktur gerak Tari Srikandi-Mustakaweni rekomposisi Iyus
Rusliana?
3. Bagaimana rias dan busana Tari Srikandi-Mustakaweni rekomposisi Iyus
Rusliana?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh serta
mendeskripsikan data teks dan konteks yang meliputi:
1. Latar belakang rekomposisi Tari Srikandi-Mustakaweni.
2. Struktur gerak Tari Srikandi-Mustakaweni rekomposisi Iyus Rusliana.
3. Rias dan busana Tari Srikandi-Mustakaweni rekomposisi Iyus Rusliana.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang kajian etnokoreologi Tari Srikandi-Mustakaweni
rekomposisi Iyus Rusliana ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak yang terkait, antara lain :
1. Peneliti
Memberikan pengalaman empiris, menambah wawasan serta memberikan
kontribusi bagi perkembangan dan kelestarian tari wayang khususnya Tari
Srikandi-Mustakaweni dengan cara mengangkat tari tersebut menjadi topik
6
2. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI
Memberikan motivasi untuk lebih mengembangkan lagi kurikulum
pembelajaran Tari Wayang sehingga bisa menampilkan pembelajaran tari
yang beragam. Hal tersebut dimaksudkan agar lulusannya memiliki
penguasaan tari yang beragam terutama dalam genre Tari Wayang.
3. Universitas Pendidikan Indonesia
Memberikan kontribusi dalam hal Literature atau sumber pustaka yang bisa
dijadikan bahan acuan dan bacaan tentang tari wayang.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang urutan terdiri dari judul, halaman
pengesahan, pernyataan tentang keaslian karya ilmiah, kata pengantar, ucapan
terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran. Bab I
pada skripsi ini merupakan uraian tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. Adapun
pada Bab II membahas tentang teori-teori yang menguatkan terhadap penelitian,
diantaranya terdiri dari penelitian terdahulu serta teori-teori yang dipergunakan.
Teori yang dipergunakan terdiri dari teori tentang penciptaan tari, pengertian tari,
jenis-jenis tari, fungsi tari, sekelumit tentang wayang wong Priangan, tari wayang
dan kajian atau pendekatan etnokoreologi. Uraian tentang metode penelitian
terdapat pada bab III yang terdiri lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian,
intrumen penelitian, tahapan penelitian, serta analisis data. Bab IV merupakan
uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan yang di dalamnya membahas
tentang data-data hasil penelitian serta analisis peneliti terhadap hasil penelitian.
Bab V merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan penelitian serta
rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian. Bagian akhir dalam skripsi
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan prosedur yang membantu peneliti dalam
menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam sebuah penelitian.
Penggunaan metode dalam penelitian dimaksudkan untuk mengarahkan peneliti
dalam memperoleh data yang bisa menjawab permasalahan penelitian. Sugiyono
(2012: 2) memaparkan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian itu sendiri pada dasarnya bertujuan untuk mencari kebenaran tentang apa yang
akan di teliti. Pemilihan metode dalam setiap penelitian akan berbeda, hal tersebut
di pengaruhi oleh kesesuaian metode terhadap pemasalahan yang menjadi fokus
penelitian.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian tentang Tari Srikandi-Mustakaweni ini bertempat di Sekolah
Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung di Jln. Buah batu No.212 Bandung 40265
–Telp.0227314982, Fax.0227303021. Subjek penelitian yang diambil adalah Tari Srikandi-Mustakaweni hasil rekomposisi Iyus Rusliana yang merupakan salah
satu bahan ajar Tari Wayang di STSI Bandung. Penelitian ini difokuskan pada
bagian teks dan konteks tari yang dikaji menggunakan kajian etnokoreologi.
Berdasarkan hal tersebut, maka pengambilan data dilakukan dari orang yang
benar-benar tahu atau ahli di bidang Tari Wayang, khususnya Tari
27
B. Metode Penelitian
Pada kesempatan ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis,
dengan menggunakan kajian etnokoreologi sebagai pisau bedahnya. Metode
deskriftif analisis merupakan suatu metode penelitian yang menguraikan atau
mendeskripsikan data atau fakta untuk kemudian dianalisis. Kegiatan analisis
dimaksudkan untuk lebih memahami fakta-fakta yang ditemukan, sehingga bisa
menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Whitney (Nazir, 2011: 54)
mengemukakan bahwa “metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat”. Interpretasi yang dimaksud adalah proses berfikir
menggunakan pemahaman serta analisis dari peneliti, yang diungkapkan dengan
teori-teori yang memperkuatnya.
Dalam penelitian ini peneliti mengkaji Tari Srikandi-Mustakaweni
menggunakan kajian etnokoreologi yang difokuskan pada bagian tekstual dan
kontekstual tarinya. Etnokoreologi merupakan salah satu ilmu yang digunakan
untuk mengkaji sebuah pertunjukan atau karya tari. Selain etnokoreologi, dikenal
juga berbagai pendekatan lain seperti koreologi, dan antropologi tari. Kajian
etnokoreologi merupakan sebuah pendekatan yang multidisiplin, karena
merupakan perpaduan dari beberapa pendekatan diantaranya pendekatan sejarah.
Pengkajian tari melalui pendekatan ini, terfokus pada bagian atau lapis teks dan
konteks tarinya. Analisis tekstual merupakan analisis tari tentang hal-hal yang
bisa dilihat secara langsung diantaranya gerak, busana, rias, musik. Analisis
kontekstual adalah analisis tari dari hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat, seperti sejarah, latar belakang, fungsi, serta simbol dan makna.
C. Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari terjadinya
kesalahan dalam penafsiran, maka peneliti memberikan definisi operasional
sebagai berikut :
Tari wayang adalah salah satu rumpun tari yang terdapat di Jawa Barat.
Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau peristiwa yang
28
tercipta dari pertunjukan wayang wong priangan, khususnya berasal dari bagian
tari kembangan dan tari perang. Pertunjukan tari wayang ini berkembang di
daerah Bandung, Garut, dan Sumedang. Salah satu pertunjukan tari wayang yang
disenangi oleh masyarakat Garut pada waktu itu salah satunya adalah Tari
Srikandi-Mustakaweni. Tari ini menceritakan tentang perang tanding antara
Srikandi melawan Mustakaweni memperebutkan pusaka Layang Jamus
Kalimusada. Tari Srikandi-Mustakaweni ini dijadikan sebagai salah satu bahan
ajar mata kuliah Tari Wayang yang diberikan pada semester lima di STSI
Bandung. Pada kesempatan ini, Tari srikandi-Mustakaweni penulis kaji
menggunakan kajian etnokoreologi. Kajian entnokoreologi merupakan kajian
yang multi-layers/multilapis. Sehingga dalam penelitian ini, tari tidak hanya
dilihat dari satu aspek saja, melainkan dikaji melalui aspek tekstual dan
kontekstualnya.
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen merupakan serangkaian alat yang dipergunakan untuk
memperoleh data atau fakta dalam suatu penelitian. Pemilihan instrumen yang
tepat akan mempengaruhi dalam pengumpulan data, sehingga dalam
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan objek penelitian. Pada dasarnya
instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, karena
pada awalnya permasalahan yang akan dibahas belum jelas. Demikian juga
dipaparkan oleh Sugiyono (2012: 305) yang menyatakan bahwa “ dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti itu
sendiri”. Setelah melakukan observasi peneliti bisa menemukan masalah yang
jelas dan mulai menentukan instrumen yang sesuai untuk dipergunakan.
Penggunaan instrumen disesuaikan dengan teknik atau metode
pengumpulan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
instrumen dalam pengumpulan data yang berbentuk pedoman. Pedoman tersebut
29
Pedoman-pedoman yang di atas, peneliti lampirkan pada bagian lampiran diakhir
pembahasan.
Berdasarkan paparan tersebut, peneliti berasumsi bahwa instrumen
merupakan panduan atau alat bantu yang dipergunakan dalam mencari data atau
fakta tentang Tari Srikandi-Mustakaweni. Dalam sebuah penelitian, penggunaan
instrumen tidak terlepas dari teknik pengumpulan data yang dipergunakan,
sehingga dalam pelaksanaanya terjadi korelasi antara instrumen penelitian
dengan teknik pengumpulan data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang sesuai dengan instrumen dan menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data lainnya. Adapun instrument dan teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya sebagai
berikut.
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
pengamatan secara langsung tentang materi yang diteliti. Pengamatan tersebut
menggunakan indra penglihatan sebagai alat bantu utamanya, akan tetapi tidak
meutup kemungkinan menggunakan pancaindra lainnya. Hal tersebut
sebagaimana penjelasan Bungin (2010 : 115) yang mengemukakan bahwa:
Dari pemahaman observasi atau pengamatan diatas, sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.
Lebih lanjut Faisal (Sugiyono, 2012 : 226) memaparkan bahwa “…
mengklasifikasikan observasi menjadi observasi partisipasi, observasi secara
terang-terangan dan tersamar, dan observasi yang tidak berstruktur”. Pada
penelitian ini observasi yang dipergunakan observasi partisipasi aktif.
Observasi tersebut dilakukan dengan cara mengalami secara langsung proses
pelatihan Tari Srikandi-Mustakaweni. Tujuan utama observasi ini adalah
30
Srikandi-Mustakaweni. Selain itu, pengamatan juga dilakukan untuk
mengetahui rias dan busananya.
Proses observasi dilakukan di STSI Bandung dengan melalui beberapa
tahapan. Tahapan pertama merupakan observasi awal yang dilakukan dengan
cara meneliti beberapa sumber tertulis untuk mendapatkan data-data awal.
Setelah data tertulis didapatkan, tahapan selanjutnya adalah observasi dengan
cara mengamati pertunjukan tari tersebut melalui media audio visual.
Pertunjukan itu berbentuk dokumentasi materi ajar tari wayang yang
menyajikan Tari Srikandi-Mustakaweni. Lebih lanjut penulis melakukan
observasi partisipasi aktif dengan cara ikut berlatih tari tersebut bersama dosen
pengampu mata kuliah tari wayang di STSI Bandung. Proses latihan tersebut
berlangsung beberapa pertemuan selama dua bulan dengan tujuan untuk
mengetahui secara langsung struktur gerak, bentuk gerak, serta karakter yang
terkandung dalam tarian itu.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah metode pengumpulan data dengan tatap
muka secara langsung dan berbentuk tanya jawab. Dalam hal ini, informasi
tentang materi yang diteliti didapatkan langsung dari responden atau informan
dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap. Sehingga metode bentuk ini
memerlukan interview guide atau panduan wawancara. Panduan ini berisi
seputar pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang akan diteliti, sehingga
ketika wawancara dilakukan peneliti bisa fokus dan terarah. Hal tersebut
sebagaimana yang dipaparkan oleh Nazir (2011 : 193-194) yang menyatakan
bahwa:
31
Metode pengumpulan data dengan teknik ini terbagi menjadi beberapa
macam, diantaranya “ wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak terstruktur” Esterberg (Sugiyono, 2012: 233). Wawancara
terstruktur merupakan wawancara dimana sebelumnya peneliti sudah
mengetahui informasi apa yang akan diperoleh. Sehingga wawancara jenis ini
diperlukan instrument penelitian yang berisi panduan seputar materi yang
akan ditanyakan. Panduan tersebut berfungsi sebagai pedoman peneliti ketika
melakukan proses wawancara sehingga peneliti bisa fokus dan terarah.
Wawancara semiterstruktur adalah wawancara sedikit lebih bebas jika
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Sebaliknya, wawancara tidak
terstruktur ialah wawancara yang tidak memerlukan pedoman wawancara
yang tersusun secara sistematis, sehingga peneliti lebih bebas dalam proses
tanya jawab ketika wawancara itu dilakukan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur
dan tidak terstruktur yang ditujukan kepada beberapa responden. Wawancara
ini dilaksanakan untuk memperoleh data secara mendalam tentang aspek
kontekstual tari seperti latar belakang rekomposisi. Selain itu, penggunaan
wawancara ini juga digunakan untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai
aspek tekstual tarinya. Dengan demikian, untuk memperoleh data tersebut
peneliti melakukan wawancara secara terstruktur dan tidak terstuktur kepada
narasumber yang dianggap ahli atau menguasai tentang Tari
Srikandi-Mustakaweni. Wawancara tersebut dilakukan kepada koreografer yang
merekomposisi Tari Mustakaweni, pengajar Tari
Srikandi-Mustakaweni, dan beberapa orang yang kompeten di bidang ini.
Wawancara pertama dilakukan kepada orang yang merekomposisi Tari
Srikandi-Mustakaweni yaitu Bapak Iyus Rusliana. Hal-hal yang ditanyakan
meliputi keterangan tentang Tari Srikandi-Mustakaweni secara keseluruhan,
serta latar belakang rekomposisinya. Narasumber ini merupakan narasumber
utama untuk menggali informasi lebih mendalam tentang materi yang diteliti.
Dari responden utama ini, peneliti mendapatkan data primer yang mendukung
32
Ibu Eti Mulyati, salah dosen pengampu mata kuliah tari wayang di STSI
Bandung. Peneliti melakukan wawancara mengenai struktur gerak baik gerak
pokok, gerak khusus dan gerak peralihan yang terdapat pada Tari
Srikandi-Mustakaweni. Selain itu, peneliti juga bisa melihat dan mengalami secara
langsung proses pelatihan serta pembelajaran tari tersebut. Untuk
mendapatkan data yang akurat dilakukan juga wawancara terhadap beberapa
mahasiswa yang bersangkutan untuk sekedar memperoleh pengalaman
mempelajari tari ini.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data dalam bentuk
audio, visual maupun audio visual yang dijadikan sebagai salah satu bahan
acuan dalam pengolahan data pada penilitian ini. Selain itu, data diperoleh
juga dari sumber lain seperti RPP, kurikulum, majalah, koran dan lain-lain
yang terdokumenkan. Data tersebut diperoleh pada saat penelitian
dilaksanakan meliputi dokumentasi ketika wawancara dengan narasumber,
dan pada saat observasi tarian. Dokumentasi tersebut dilakukan untuk
membantu menganalisis struktur gerak yang selanjutnya dibuat notasi laban.
Selain itu, peneliti juga mendokumentasikan rias, busana serta properti tari.
4. Studi Pustaka
Salah satu teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah studi pustaka. Studi pustaka merupakan teknik
pengumpulan data dalam bentuk pengkajian sumber-sumber yang berkaitan
dengan materi yang diteliti yang terdapat dalam buku, jurnal, maupun skripsi.
Dalam hal ini, penulis memilih beberapa sumber tertulis sebagai bahan
rujukan diantaranya sebagai berikut.
a. Wacana Seni Dalam Antropologi Budaya: Tekstual, Kontekstual dan
Post-Modernisti, merupakan salah satu tulisan yang ditulis oleh Heddy Sri
Ahimsa Putra dalam buku Ketika Orang Jawa Nyeni. Buku ini merupakan
33
tentang pengkajian seni melalui analisis tekstual dan kontekstual. Artikel
ini merupakan gagasan utama peneliti menggunakan kajian etnokoreologi
sebagai pisau bedah dalam penelitian ini. Peneliti menemukan korelasi
antara kajian etnokoreologi dan analisis tekstual dan kontekstual yaitu tari
merupakan seni pertunjukan yang jika dipandang dengan pendekatan
etnokoreologi memiliki multi lapis (multi layers). Asumsi tersebut seperti
yang dipaparkan Tati Narawati (Santika, 2009:9) yang menyatakan bahwa:
Seni tari sebagai teks terdiri dari lapisan yang cukup banyak (multi
layers), yang terdiri dari penari, gerak tari, busana dan rias tari, iringan,
lantai pentas, bahkan juga penontonnya. Sedangkan kontekstual menekankan pada aspek kesejarahan, ritual, psikologi, phisiognomi, filologi, linguistik bahkan juga perbandingan.
b. Wayang Wong Priangan (Kajian mengenai Pertunjukan Dramatari
Tradisional di Jawa Barat), ditulis oleh Iyus Rusliana dan diterbitkan pada
tahun 2002 oleh PT. Kiblat Buku Utama Bandung. Di dalam buku ini,
dipaparkan tentang perkembangan salah satu bentuk pertunjukan dramatari
yaitu wayang wong yang terdapat di daerah Priangan. Daerah Priangan
yang dimaksudkan disini adalah Garut, Sumedang, dan Bandung. Buku ini
memaparkan bagaimana sejarah perkembangan wayang wong di tiga
tempat tersebut, yang merupakan cikal bakal lahirnya genre tari wayang.
Dalam penyajian pertunjukan wayang wong Priangan, terdapat unsur tari
sebagai visualisasi dari peran atau cerita yang dibawakannya. Unsur tari
tersebut terdapat pada beberapa bagian, salah satunya adalah bagian tari
kembangan dan tari perang. Kedua bagian itulah yang menjadi sebuah
bentuk tarian bebas yang sampai saat ini dikenal dengan sebutan tari
wayang.
c. Mengenal Sekelumit Tari Wayang Jawa Barat Jilid I, disusun oleh Iyus
Rusliana pada tahun 1989. Buku ini memuat tentang sejarah tari wayang di
Jawa Barat, perkembangannya, serta penyajiannya. Di dalam buku ini juga
membahas tentang karakter, busana, rias dan gerak pokok yang terdapat
34
penulis jadikan acuan untuk membahas tentang ciri khas tari wayang, baik
dari segi rias, busana, serta gerak.
d. Khasanah Tari Wayang, merupakan salah satu buku yang ditulis oleh Iyus
Ruslian yang diterbitkan pada tahun 2001 oleh STSI Press. Buku ini
membahas tentang beberapa tarian dari genre tari wayang yang salah
satunya penulis kaji pada penelitian ini. Pokok pembahasan dalam buku
Khasanah Tari Wayang ini salah satunya membahas tentang Tari
Srikandi-Mustakaweni. Pembahasan tersebut terfokus pada struktur gerak, rias serta
busana tari. Buku ini menjadi salah satu sumber pustaka yang memberikan
kontribusi relevan terhadap materi pokok penelitian yaitu Tari
Srikandi-Mustakaweni.
e. Pengantar Penyajian Karya Seni Minat Utama Kepenarian (Tari Srikandi
xMustikaweni dan Tari Gaplek). Tulisan ini merupakan karya Dian
Anggraeni pada tahun 2007 sebagai pengantar dalam tugas akhir di STSI
Bandung. Dian Anggraeni mengambil tugas akhir minat utama kepenarian
dengan menyajikan Tari Srikandi-Mustakaweni dan Tari Gaplek.
f. Tari Gentra Pinutri Karya Indrawati Lukman Di Studio Tari Indra Bandung
(Pendekatan Etnokoreologi)”.merupakan salah satu skripsi di jurusan Pendidikan Seni Tari di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Skripsi
tersebut di tulis oleh Nurlia Santika pada tahun 2009 sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi di program sarjana (S1). Skripsi ini
mengkaji Tari Gentra Pinutri yang merupakan karya dari salah satu tokoh
tari di Bandung yakni Indrawati Lukman. Dalam skripsinya Nurlia Santika
menggunakan kajian etnokoreologi sebagai pisau, sehingga penulis
berasumsi bahwa skripsi ini relevan menjadi salah satu referensi dalam
penulisan karya tulis ini. Akan tetapi, terdapat perbedaandengan penelitian
yang peneliti lakukan diantaranya pada objek yang ditelitinya.
g. Tata Rias dan Busana Tari Sunda ditulis oleh Endang Caturwati dkk. Buku
ini diterbitkan pada tahun 1996 oleh STSI Press. Buku tersebut membahas
35
E. Tahapan Penelitian
Skripsi merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa
dalam menyelesaikan program sarjana (S1). Skripsi adalah salah satu karya tulis
ilmiah yang menggambarkan kemampuan mahasiswa dalam merancang,
melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian. Sebuah penelitian memerlukan
perencanaan yang matang dengan menggunakan tahapan-tahapan yang tepat.
Tahapan tersebut dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang telah
terukur kredibilitasnya dan akurat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
tahapan-tahapan sebagai berikut.
1.Persiapan Penelitian
Tahapan ini merupakan tahapan awal dimana peneliti mempersiapkan
bahan serta sumber-sumber yang relevan dengan materi penelitian. Dalam tahapan
ini, peneliti mulai merancang rumusan masalah serta mempersiapkan segala
sesuatu yang akan dibutuhkan nanti selama proses penelitian. Persiapan yang
dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian diantaranya sebagai berikut.
a. Observasi Awal
Observasi awal dilakukan pada bulan September 2012 dan bertujuan untuk
mengetahui permasalahan-permasalahan yang perlu diteliti dari Tari
Srikandi-Mustakaweni. Pada observasi ini, peneliti mencari informasi sebanyak mungkin
tentang permasalahan serta kemungkinan pengangkatan materi tersebut menjadi
bahan dalam penelitian yang akan dilakukan. Setelah melakukan survei atau
observasi awal peneliti mengajukan judul serta rumusan masalah kepada Dewan
Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari.
b. Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal penelitian dilakukan setelah mengalami proses
penyaringan atau filterisasi judul dari dewan skripsi. Langkah selanjutnya setelah
penetapan judul oleh dewan skripsi adalah penyusunan proposal penelitian yang
dilaksanakan pada awal bulan oktober 2012. Data-data awal yang dikumpulkan
pada proposal penelitian kemudian di uji oleh beberapa dosen serta dewan skripsi.
Pengujian atau seminar proposal tersebut dilaksanakan 24 Oktober 2012 untuk
36
lulus, dilakukan proses bimbingan kepada dosen pembimbing yang telah
ditentukan sebelumnya oleh dewan skripsi. Bimbingan tersebut bertujuan untuk
memonitor mahasiswa dalam penulisan hasil dari hasil sidang proposal. Revisian
serta bimbingan proposal dilakukan dari awal sampai akhir bulan November, dan
dikumpulkan pada bulan Desember 2012.
2. Pelaksanaan Penelitian
Tahapan ini merupakan tahapan inti dalam proses penelitian. Pada tahapan
ini, peneliti melakukan kegiatan observasi, pengumpulan data, pengolahan data
serta analisis data.
a. Pengumpulan Data
Pada tahapam ini data-data yang dikumpulkan merupakan hasil dari
observasi, wawancara, dokumentasi, serta triangulasi (penggabungan observasi,
wawancara dan dokumentasi). Pengumpulan data di lakukan secara bertahap dari
mulai bulan Januari 2013 sampai bulan April 2013. Data tersebut didapatkan dari
beberapa narasumber serta sumber-sumber lain sebagai referensi yang kompeten
di bidang tari tersebut. Data yang didapatkan merupakan data yang belum
tersusun atau masih acak sehingga perlu proses pengolahan data tersendiri.
b. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tujuan untuk memilah dan memilih
mana data-data yang penting. Pemilihan tersebut untuk mempermudah dalam
penulisan skripsi. Data yang didapatkan diolah dengan cara mengelompokan,
mengurutkan dan mengkategorikan sehingga data tersebut tersusun rapih. Setelah
pengklasifikasian tersebut kemudian penulis menentukan data-data sekunder dan
primer. Pengolahan data tersebut dilakukan mulai dari pertengahan bulan April
sampai bulan Mei 2013.
c. Penulisan Laporan
Penulisan laporan pada dasarnya dilakukan secara bertahap sejak
penelitian mulai dilaksanakan. Data yang sudah mengalami proses pengolahan
37
penulisan laporan ini, peneliti melakukan bimbingan secara berkala baik dengan
dosen pembimbing I maupun dosen pembimbing II.
F. Analisis Data
Analisis data merupakan sebuah proses tindak lanjut dari pengolahan data.
Data yang sudah diolah sedemikian rupa kemudian dianalisis dan diklasifikasikan
menjadi kelompok khusus sesuai dengan jenis datanya sehingga dihasilkan data
yang tersusun secara sistematis. Bogdan (Sugiyono, 2011: 334) menyatakan
bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari , dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Dalam tahap ini, data yang didapatkan selama proses penelitian yang
menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi pustaka, diklasifikasikan
menjadi sub-sub kecil. Pengklasifikasian tersebut dilakukan untuk mempermudah
dalam pemilihan materi atau data untuk ditelaah lebih lanjut dan kemudian di tulis
dalam bentuk laporan. Analisis data yang peneliti lakukan merupakan proses
berfikir dalam menentukan hubungan antara data yang didapatkan dilapangan
dengan teori yang dipergunakan untuk kemudian dikaji melalui kajian
etnokoreologi.
Pada dasarnya proses analisis data ini dilakukan ketika penelitian di
lapangan berlangsung bersamaan dengan pengumpulan data. Selain itu, analisis
juga dilakukan pada saat pra penelitian terhadap data-data hasil observasi awal.
Analisis ini meliputi sejauh mana data tersebut dapat menunjang terhadap
penilitian yang dilakukan. Dalam analisis pra penelitian peneliti menemukan
beberapa fakta baru yang menyebabkan terjadi perubahan terhadap fokus
penelitian. Akan tetapi fakta tersebut menjadi pijakan baru bagi penulis untuk
38
pra penelitian dikemukakan juga dalam salah satu sumber yang menyatakan
bahwa “analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun
demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang
setelah peniliti masuk dan selama di lapangan” (Sugiyono, 2011: 336).
Sistem analisis data yang dipergunakan oleh peneliti merupakan
triangulasi. Triangulasi merupakan sistem analisis data yang menggabungkan data
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penggunaan triangulasi peneliti
maksudkan untuk memperoleh data yang lebih akurat karena dengan teknik ini
data yang telah didapatkan secara otomatis akan diuji menggunakan teknik lain
secara serempak. Misalkan ketika penulis melakukan wawancara kepada
narasumber mengenai struktur gerak Tari Srikandi-Mustakaweni, kemudian
ditindak lanjuti dengan observasi secara langsung pada saat latihan serta
dipadukan dengan teknik dokumentasi. Dengan demikian selain mendapatkan
data secara lisan dari narasumber peneliti juga bisa langsung melakukan analisis
yang ditunjang dengan data hasil dari penggunaan teknik observasi dan
dokumentasi. Teknik triangulasi juga digunakan pada proses pengambilan
data-data lainnya, untuk kemudian pada akhirnya secara tidak langsung didapatkan
data yang sudah teruji kredibilitasnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
sebagai berikut.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi , maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012: 330).
Proses analisis tersebut dilakukan setelah data yang dimaksud berhasil
dikumpulkan serta dibandingkan secara terpadu. Terpadu disini artinya dalam
proses analisis selain menggunakan triangulasi juga disertai dengan interpretasi
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Tari wayang adalah salah satu jenis tari yang berkembang di Jawa Barat.
Tari jenis memiliki tiga sejak, yaitu sejak Bandung, sejak Sumedang dan sejak
Garut. Berdasarkan penelitian Tari Srikandi-Mustakaweni adalah salah satu
produk tari dari sejak Garut dan mulai dipertunjukan tahun1930-an. Pada
dasarnya cikal bakal tari ini sudah ada pada pertunjukan wayang wong di
Kabupaten Garut tepatnya pada cerita Srikandi-Mustakaweni. Tari ini di produksi
oleh rombongan wayang wong pimpinan dalang Bintang (Bapak Kayat). Dengan
demikian, peneliti berasumsi bahwa pencipta dari tari ini adalah Bapak Kayat
yang tersohor dengan sebutan dalang Bintang.
Pada mulanya tari ini memiliki struktur koreografi dan pola lantai yang
sederhana. Hingga akhirnya pada tahun 1986 Bapak Iyus Rusliana merekomposisi
tari tersebut. Rekomposisi ini berbentuk penyusunan kembali koreografi dari Tari
Srikandi-Mustakaweni serta memadatkannya. Proses rekomposisi tersebut tidak
serta merta menghilangkan bentuk aslinya melainkan, memadatkan serta
menambah ragam geraknya. Alasan mendasar tari ini di rekomposisi adalah
karena adanya kebutuhan bahan ajar mata kuliah tari wayang di STSI Bandung.
Selain itu, yang menjadi alasan rekomposisi Tari Srikandi-Mustakweni juga
karena adanya pengelompokan tari di STSI Bandung. Rekomposisi tersebut tidak
hanya dalam segi gerak melainkan juga pada segi iringannya. Rekomposisi
tersebut tentunya dilakukan dengan sepengetahuan dari pewaris tari ini yaitu
muridnya dalang Bintang yang bernama Bapak Enang. Beliaulah yang kemudian
100
Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni adalah salah satu produk tari wayang
dari Kabupaten Garut yang memiliki sejak perang patokan, perang campuh dan
ngalaga. Berdasarkan etnis Sunda pada tari wayang gaya Garut khususnya pada
Tari Srikandi-Mustakaweni, memiliki sejak tari yang terdiri dari ragam gerak
perang patokan, ragam gerak perang campuh dan ragam gerak ngalaga. Jika
ragam gerak tersebut di analisis menggunakan kajian etnokoreologi maka dalam
struktur gerak Tari Srikandi-Mustakaweni di dapatkan gerak perang patokan
terdiri dari satu macam gerak Gesture. Ragam gerak perang campuh terdiri dari
satu macam gerak Locomotion dan 11 macam gerak Gesture. Ragam gerak
ngalaga terdiri dari enam macam gerak Locomotion, empat macam gerak Pure
movement dan tujuh macam gerak Gesture.
Analisis gerak dilakukan dengan menggunakan notasi laban dan
mengambil salah satu gerak mewakili setiap kategorinya. Gerak tersebut
diantaranya. Kategori gerak Locomotion diwakili gerak neunggeul (ngalagar)
neunggeul (ngalagar) dalam sejak perang campuh. Kategori pure movement
diwakili oleh gerak adeg-adeg kadua (rineka) dalam sejak ngalaga. Kategori
gesture diwakili oleh gerak jangkung ilo neunggeul (ngalagar) dalam sejak
perang patokan. Selain gerak rias dan busana pun menjadi sesuatu yang patut
diperhatikan, rias dalam tari ini menggunakan rias karakter putri ladak. Untuk
busananya tari ini berpatok pada busana pada pertunjukan wayang golek yang
101
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mencoba mengemukakan beberapa
rekomendasi sebagai berikut.
1. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung
Hendaknya lebih mengembangkan kembali bahan ajar mata kuliah tari
wayang. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, Tari
Srikandi-Mustakaweni cukup kompeten dijadikan salah satu bahan ajar mata kuliah tari
wayang. Hal ini disebabkan karena tari tersebut memiliki keragaman dalam hal
gerak. Selain itu, sejauh yang peneliti ketahui di jurusan pendidikan seni tari
UPI belum ada mata kuliah yang mempelajari tari jenis perang, sehingga tari
ini bisa menjadi solusi yang tepat. Dengan demikian mahasiswa jurusan
pendidikan seni tari lebih kompeten di bidang yang bersangkutan. Sasaran
akhirnya adalah menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi tersendiri
khususnya dalam genre tari wayang.
2. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari
Mahasiswa jurusan pendidikan seni tari yang sedang mengontrak mata
kuliah tari wayang bisa menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi
yang kompeten. Dalam penelitian ini cukup banyak mengulas sejarah tari
wayang mulai dari awal tercipta sampai dengan berkembang seperti saat ini.
Selain itu, bagi mahasiswa tingkat akhir hendaknya sesegera mungkin
menyelasaikan tugas akhirnya, sehingga bisa segera mengaplikasikan
pengetahuan yang telah di dapat selama perkuliahan di masyarakat
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian Tari Srikandi-Mustakaweni ini hanya difokuskan pada beberapa
aspek di bagian teks dan konteks tarinya. Dengan demikian, tidak menutup
kemungkinan untuk kembali melakukan penelitian tentang tari pada
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Dian. (2007). Pengantar Penyajian Karya Seni Minat Utama
Kepenarian (Tari Srikandi x Mustikaweni dan Tari Gaplek). Skripsi
Sarjana pada jurusan Seni Tari STSI Bandung: tidak diterbitkan
Brandon, James R. (2003). Jejak-jejak Seni Pertunjukan di Asia Tenggara. Bandung : P4ST UPI
Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media. Group
Caturwati, Endang, dkk. (1996). Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung : STSI PRESS
Caturwati, Endang. (2007). Tari di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press
Kussudiardjo, Bagong. (1981). Tentang Tari. Yogyakarta: CV. Nur Cahaya
Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda Dari Masa Ke Masa. Bandung : P4ST UPI
Nazir, Moch. (2011). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
Maulani, Neneng Novi Novianti. (2011). Tari Bayu-Bayu Pada Grup Putra Mandiri Jaya di Kampung Ciranggon Kecamatan Majalaya Kabupaten
Karawang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Putra, Heddy Shri Ahimsa. (2000). “Wacana Seni Dalam Antropologi Budaya:
Tekstual, Kontekstual dan Post-Modernisti”, dalam Ketika Orang Jawa
Nyeni. Yogyakarta: Galang Press
Rusliana, Iyus. (2002). Wayang Wong Priangan (Kajian mengenai Pertunjukan
Dramatari Tradisional di Jawa Barat). Bandung: PT Kiblat Buku Utama
Rusliana, Iyus. (2001). Khasanah Tari Wayang. Bandung: STSI PRESS
Rusliana, Iyus. (2012). Tari Wayang. Bandung: Jurusan Tari STSI Bandung
Santika, Nurlia. (2009). Tari Gentra Pinutri Karya Indrawati Lukman Di Studio
Tari Indra Bandung (Pendekatan Etnokoreologi). Skripsi pada FPBS UPI
Bandung: tidak diterbitkan
Smith, Jacqueline. (1986). Komposisi Tari; Sebuah Petunjuk Praktis bagi Guru. Diterjemahkan oleh Ben Suharto. Yogyakarta: IKALASTI.
Soedarsono, R.M. (1978). Diklat Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari.
Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta
Soedarsono, R.M. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Soedarsono, R.M. dan Narawati, Tati. (2011). DRAMATARI di Indonesia,
Kontinuitas dan Perubahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sudjarwo, Heru S., Sumari. dan Wiyono, Undung. (2010). Rupa dan Karakter
Wayang Purwa. Jakarta: Kakilangit Kencana Prenada Media Group
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Wahyuni, Marlinda. (2011). Tari Cendrawasih Pada Lingkung Seni Kancana
Arum Bandung. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan