• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR KIAI MENGENAI SYARAH (PENJELASAN) KITAB AL-HIKAM DAN TAFSIR Al-QUR’AN PADA IBU-IBU PENGAJIAN DI MASJID NURUL HUDA KAMPUNG CIREUNGIT GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINDAK TUTUR KIAI MENGENAI SYARAH (PENJELASAN) KITAB AL-HIKAM DAN TAFSIR Al-QUR’AN PADA IBU-IBU PENGAJIAN DI MASJID NURUL HUDA KAMPUNG CIREUNGIT GARUT."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR KIAI MENGENAI SYARAH (PENJELASAN) KITAB AL-HIKAM DAN TAFSIR Al-QUR’AN PADA IBU-IBU PENGAJIAN

DI MASJID NURUL HUDA KAMPUNG CIREUNGIT GARUT

TESIS

Diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelar Magister Pendidikan

oleh

DEASY ADITYA DAMAYANTI NIM 1104064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

TINDAK TUTUR KIAI MENGENAI

SYARAH (PENJELASAN) KITAB

AL-HIKAM DAN TAFSIR Al-

QUR’AN PADA

IBU-IBU PENGAJIAN

DI MASJID NURUL HUDA KAMPUNG

CIREUNGIT GARUT

Oleh

Deasy Aditya Damayanti S.Pd STKIP Garut 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia

© Deasy Aditya Damayanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. Hj. Yoce Aliah Darma, M.Pd NIP 130256690

Pembimbing II,

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

DISAHKAN OLEH:

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari pemikiran bahasa adalah aspek penting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Wujud penggunaan bahasa ini biasa terealisasi lewat tindak tutur. Namun, pada umumnya sifat tindak tutur dari sudut pandang budaya internal memiliki banyak penafsiran. Menurut Austin (1962), kajian etnopragmatik ialah kajian tindak tutur karena memperlihatkan kaitan antara penyampaian tuturan kiai dengan nilai budaya masyarakat. Oleh karena itu, peneliti berusaha memotret jenis tindak tutur dan tipe tindak tutur yang terdapat dalam tuturan kiai mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam dan tafsir Al-Qur’an pada ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut serta kaitan antara penyampaian tuturan kiai dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk: (a) mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif, komisif, asertif, ekspresif, dan deklaratif yang terdapat dalam tuturan kiai mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam dan tafsir Al-Qur’an pada ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut, (b) mendeskripsikan tipe tindak tutur langsung literal, langsung tidak literal, tidak langsung literal, dan tidak langsung tidak literal yang terdapat dalam tuturan kiai mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam dan tafsir Al-Qur’an pada ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut, dan (c) mendeskripsikan kaitan antara penyampaian tuturan kiai di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya.

Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan data kualitatif menggunakan pendekatan etnopragmatik Goddard (2012). Sampel diambil secara purposif dengan instrumen penelitian observasi partisipan, teknik simak-rekam-catat, dan wawancara.

(7)

DAFTAR ISI

1.1LatarBelakangPenelitian ... 1

1.2BatasanMasalah ... 5

1.6DefinisiOperasional ... 8

1.7ParadigmaPenelitian ... 9

BAB IITINDAK TUTUR KIAI MENGENAI SYARAH (PENJELASAN) KITAB AL-HIKAM DAN TAFSIR Al-QUR’AN PADA IBU-IBU PENGAJIAN DI MASJID NURUL HUDA KAMPUNG CIREUNGIT GARUT ... 11

2.1 DefinisiTindakTutur ... 11

2.2 KlasifikasiTindakTutur ... 13

2.2.1 TindakLokusi ... 13

2.2.2 TindakIlokusi ... 14

2.2.3 TindakPerlokusi ... 16

2.3 KlasifikasiFungsiTindakIlokusi ... 17

(8)

3.2.2.1 BentukAnalisisJenisTindakTuturKiai ... 35

3.2.2.2 BentukTipeTindakTuturKiai ... 36

3.2.2.3 BentukAnalisisKaitanantaraPenyampaianTuturanKiai dengannilai-nilaibudayamasyarakatnya…... 41

3.3 SumberPenelitiandanKorpusPenelitian ... 42

3.4 ObjekPenelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Deskripsi Data ... 46

4.2 Analisis Data ... 51

4.2.1 AnalisisJenisTindakTuturKiai... 52

4.2.2 AnalisisTipeTindakTuturKiai... 101

4.2.2.1 TuturanLangsung Literal ... 103

4.2.2.2 TuturanLangsungTidak Literal ... 123

4.2.2.3 TuturanTidakLangsung Literal ... 136

4.2.2.4 TuturanTidakLangsungTidak Literal ... 158

4.2.3 AnalisisKaitanantaraPenyampaianTuturanKiaidenganNilai-NilaiBudayaMasyarakatnya ... ………… 168 4.3 PembahasanHasilPenelitian ... 210

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 239

5.1 Simpulan ... 239

5.2 Saran ... 239

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakangPenelitian

Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran kolektifyang dimiliki oleh suatu masyarakat.Aktif, karena ujarantersebut terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena sifatnya tersebut, bahasa adalah aspek penting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat.

Wujudpenggunaanbahasainibiasaterealisasilewattindaktutur.Tindak tutur yang disampaikan kiai merupakan model komunikasi pertama yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Secara teoretis, tindak tutur telah menjadi ekspresi estetik masyarakat Indonesia. Sistem-sistem kepercayaan, nilai adat-istiadat, sikap, pandangan hidup, organisasi sosial, sejarah, dan kesenian disampaikan lewat tindak tutur. Secara praktis, tindak tutur banyak digunakan para pemuka adat atau tokoh masyarakat untuk mempertahankan kebudayaannya. Nilai-nilai perilaku budaya diwariskan melalui institusi sosial seperti agama dan pendidikan, yang merupakan pranata kebudayaan yang menjamin perilaku masyarakat. Jadi, bisa dikatakan bahwa pangkal akar budaya masyarakat berawal dari tindak tutur (Mahayana, 2012: 1)

(10)

intrakelompok (Syukur: 1992: 15). Fungsi penggunaan bahasa tersebut mewujud dalam suatu tindak tutur. Bagaimana penggunaan bahasanya dan kaitan antara penyampaian tuturan kiai dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya sangat penting dikuasai oleh kiai. Sebagai pembelajar bahasa, kita dapat memetik pelajaran berharga dari fenomena tindak tutur kiai ini.

Penelitian tindak tutur sebelumnya telah dilakukan oleh Refa (2012: 158) yang menghasilkan temuan: pertama, fungsi kesantunan tindak tutur guru dalam konteks PP berorientasi pendidikan karakter di SMP Budi Mulia Padang ditemukan beberapa fungsi tindak tutur Searle yaitu: (1) fungsi asertif sebanyak 85 tuturan, (2) fungsi direktif sebanyak 62 tuturan, (3) fungsi ekspresif sebanyak 54 tuturan, (5) fungsi komisif sebanyak 3 tuturan, dan (6) fungsi deklaratif sebanyak 25 tuturan. Kedua, strategi kesantunan tindak tutur guru dalam konteks PP berorientasi pendidikan karakter di SMP Budi Mulia Padang menggunakan strategi tindak tutur langsung. Ketiga, skala kesantunan tindak tutur guru dalam konteks PP berorientasi pendidikan karakter di SMP Budi Mulia Padang, guru cenderung menggunakan skala formalitas sebanyak 15 tuturan, skala ketidaktegasan sebanyak 4 tuturan, dan skala kesekawanan sebanyak 8 tuturan. Berbeda dengan Refa, peneliti menggunakan istilah „jenis tuturan‟ untuk istilah

„fungsi‟, dan „tipe tindak tutur‟ untuk istilah strategi kesantunan. Meski demikian,

(11)

Kemudian,Liana (2012) menghasilkan temuan bahwa tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo terdapat tujuh jenis tindak tutur, yaitu: fatis, performatif, komisif, ekspresif, verdiktif, asertif dan direktif. Pada tindak tutur fatis hanya terdiri atas tiga subtindak tutur, yakni; „menghormati‟, „mengucapkan salam‟ dan „menyapa‟. Tindak tutur performatif

terdiri atas tiga subtindak tutur, yakni; „menyatakan‟, „memutuskan‟, dan

„mangabulkan‟. Tindak tutur komisif terdiri atas enam subtindak tutur, yakni; „menawarkan‟, „berjanji‟, „bertanya‟, „bersumpah‟, „mengklaim‟, dan

„menyetujui‟. Tindak tutur ekspresif terdiri atas tujuh subtindak tutur, yakni;

„bersimpati‟, „mengakui‟, „memuji‟, „bersyukur‟, meminta maaf‟, dan „menolak‟.

Tindak tutur verdiktif terdiri atas sepuluh subtindak tutur, yakni; „mengucapkan selamat datang‟, „memberi semangat‟, „mendukung‟, „berterima kasih‟, „memberi

kesanggupan‟, „menyangkal‟, „berpasrah‟, mengkritik‟, „mengharap‟, dan

„membela‟. Tindak tutur asertif terdiri atas lima belas subtindak tutur yakni; „memberitahu‟, „mengatakan‟, „meyakinkan‟, „mengibaratkan‟, „memastikan‟,

„menyangsikan‟, „membenarkan‟, „menyebutkan‟, „melaporkan‟, „menunjukkan‟,

menjelaskan‟, „mengumumkan‟, „memamerkan‟, menyampaikan‟, dan „menegaskan‟. Tindak tutur direktif terdiri atas tujuh belas subtindak tutur, yakni;

„melarang‟, „menasehati‟, „memarahi‟, „memohon‟, „meminta‟, „mengarahkan‟,

„mempersilahkan‟, „merayu‟, „membujuk‟, „menyarankan‟, „menegur‟,

„mengharuskan‟, „menyuruh‟, „mengajak‟, „menginstruksikan‟, „mengingatkan‟,

dan „menganjurkan‟. Tindak tutur yang dominan dalam khotbah bahasa Batak

(12)

belas subtindak tutur. Subtindak tutur „meminta‟ yang paling dominan dalam

tindak tutur direktif. Dapat dikatakan, temuan Liana untuk menghasilkan teori bahwa kalimat-kalimat penanda untuk mengidentifikasi tindak tutur diistilahkan sebagai subtindak tutur.

(13)

menentukan kesantunan dan ketidakksantunan bentuk tuturan direktif pada peristiwa tutur di SMA Negeri I Surakarta, antara lain, faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi (a) pemakaian diksi yang tepat, (b) pemakaian gaya bahasa yang santun, (c) pemakaian struktur kalimat yang baik dan benar. Selain ketiga aspek di atas, ada beberapa aspek penentu kesantunan dalam bahasa verbal lisan, antara lain aspek intonasi dan aspek nada bicara. Adapun faktor nonkebahasaan, meliputi: (a) topik pembicaraan, (b) konteks situasi komunikasi, dan (3) pranata sosial budaya masyarakat. Temuan Masfufah ini hanya menyoroti bentuk kesantunan tindak tutur direktif, prinsip kesantunan tindak tutur direktif, urutan kesantunan tindak tutur direktif siswa dan guru dalam persepsi siswa, dan faktor yang menentukan kesantunan dan ketidaksantunan bentuk tuturan direktif. Penelitian ini cukup menarik karena untuk melihat dampak dari tindak tutur yang dilakukan siswa dan guru, peneliti mengukurnya dengan persepsi siswa. Demikianlah, berbagai penelitian dikembangkan untuk sebuah temuan baru dalam ilmu bahasa pragmatik, khususnya tindak tutur.

Berdasarkan temuan di atas, peneliti bermaksud untuk mengkaji “Tindak Tutur Kiai mengenai Syarah(Penjelasan) Kitab Al-Hikam dan Tafsir Al-Qur‟an pada Ibu-Ibu Pengajian di Masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut”.

1.2Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah penelitian padatindak tutur kiai mengenai

(14)

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang fenomena tindak tutur kiai, rumusan masalah dalam penelitian “Tindak Tutur Kiai mengenai Syarah (Penjelasan) Kitab

Al-Hikam dan Tafsir Al-Qur‟an pada Ibu-Ibu Pengajian di Masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut” adalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah jenistindak tutur direktif, komisif, asertif, ekspresif, dan deklaratif yang terdapat dalam tuturan kiai mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam dan tafsir Al-Qur‟an pada ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut?

b. Bagaimanakah tipe tindak tutur langsung literal, langsung tidak literal, tidak langsung literal, dan tidak langsung tidak literal yang terdapat dalam tuturan kiai mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam dan tafsir Al-Qur‟an pada ibu-ibu pengajian di masjid Nurul HudaKampung Cireungit Garut?

c. Bagaimanakah kaitan antara penyampaian tuturan kiai mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam dan tafsir Al-Qur‟an pada ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garutdengan nilai-nilai budaya masyarakatnya?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diambil suatu tujuan sebagai berikut:

(15)

kitab Al-Hikam dan tafsir Al-Qur‟an pada ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut.

b. Mendeskripsikan tindak tutur langsung literal, langsung tidak literal, tidak langsung literal, dan tidak langsung tidak literal yang terdapat dalam tuturan kiai mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam dan tafsir Al-Qur‟an pada ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut.

c. Mendeskripsikan kaitan antara penyampaian tuturan kiai di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dilihat dari aspek-aspek berikut.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian dapat memberikan manfaat untuk sumbangan teori kebahasaan dan menambah informasi penelitian, khususnya kajian etnopragmatiksebagai disiplin ilmu linguistik yang memusatkan perhatiannya pada gejala kebahasaan dan juga memberikan sumbangan untuk perkembangan teori-teori tindak tutur.

1.5.2 Manfaat Praktis

(16)

Garut sekaligus hubungan antara penyampaian tuturan kiai di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit Garut dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya Temuan tersebut diharapkan memberi kontribusi data bagi penelitian lanjutan yang sejenis serta dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, peneliti, dan pemerhati bahasa.

1.6Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup hal berikut.

a. Tindak tutur kiai adalah tuturan yang disampaikan langsung dalam bahasa verbal yang biasa disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance) yang disampaikan pada ibu-ibu pengajian di Kampung Cireungit Garut.

b. Tindak tutur kiai mengenai syarah (penjelasan) kitab Hikam dan tafsir Al-Qur‟an di Kampung Cireungit Garut memuat isi tentang ajaran akidah, tauhid,

dan tassawuf dan tafsir Al-Qur‟an yang memberikan pengaruh pada ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Huda Kampung Cireungit.

c. Tindak tutur adalah unsur pragmatik yang melibatkan penutur dan lawan tutur pada sebuah peristiwa komunikasi.

d.Pendekatan etnopragmatik adalah pendekatan yang membicarakan hubungan sistematik antara penggunaan bahasa sebenarnya dengan nilai-nilai budaya pada masyarakat Garut (Fauziah, 2003).

(17)

Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif. Pengumpulan data dan analisisnya menggunakan metode kualitatif. Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif, dan peneliti sebagai instrumen utama. Paradigma penelitian tesis ini dapat dijelaskan melalui diagram berikut:

(18)
(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1MetodePenelitian

Metode

penelitianinimenggunakanmetodekualitatif.Metodekualitatifmenghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulisataulisandari orang-orang atauperilaku yang

dapatdiamati (Bogdan& Taylor dalamMoleong,

2003).Karakteristikdalampenelitianinimenggunakanmetodedeskriptifanalitiketnop ragmatik.Dalamanalisisnya,

tidakmempertimbangkanbenaratausalahpenggunaanbahasa, pun tidakberusahamengukurfrekuensipenggunaanbahasa, namunhanyasemata-matauntukmemotretpenggunaanbahasadalamtindaktuturkiaimengenaisyarah(penje lasan) kitab Al-Hikamdantafsir Al-Qur‟anpadaibu-ibupengajian di masjid Nurul Huda KampungCireungitGarut.

3.2 TeknikPenelitian

3.2.1 TeknikPengumpulan Data

Teknikpengumpulan data dalampenelitianinimenggunakanteknik berupa instrumen:(1) observasipartisipan; (2)tekniksimak-rekam-catat; (3)danwawancara. Teknik (1) yaituobservasipartisipanadalahobservasi yang melibatkanpenelitisecaralangsungdalamkegiatanpengamatan di lapangan.Teknik(2) simak-rekam-catatadalahteknik yang dimulaidenganmenyimak, kemudianmerekamtuturankiaimengenaisyarah

(20)

Al-Qur‟an.Hasilrekamandicatatuntukkemudiandianalisisdandideskripsikan.Teknik (3)

wawancaraadalahusahamemperolehinformasidarinarasumber.Narasumberdalampe nelitianiniadalahKiai Amin.

3.2.2 TeknikPengolahan Data

Dalammengolah data penelitimenggunakanteoritindaktutur Leech (1983), teoriimplikatur Levinson (1982), danteorietnopragmatik Goddard (2002).Langkahpengolahandatanyaadalahsebagaiberikut: (1) teknikidentifikasi.

Setelah data rekamanberbentuktranskripsiterkumpul,

kemudianpenulismengidentifikasiobjek yang akanditelitidanmenetapkan data yang termasukjenis tindaktuturdirektif,komisif, asertif, ekspresif, dandeklaratif. Kemudiandiidentifikasijuga data yang termasuktipetindaktuturlangsungliteral, langsungtidakliteral, tidaklangsung literal, dantidaklangsungtidak literal.

Identifikasiselanjutnyaadalahmenetapkan data yang

termasukimplikaturpercakapandan modus implikaturpercakapan.; (2) teknikklasifikasi, yaitumengelompokkan kata berdasarkanjenistindaktuturdirektif, komisif, asertif, ekspresif, dandeklaratif. Kemudianmengelompokkan kata berdasarkantipetindaktuturlangsung literal, langsungtidak literal, tidaklangsung literal, dantidaklangsungtidak literal. Terakhir, mengelompokkan kata berdasarkanmodus

(21)

(1982), danteorietnopragmatik Goddard (2002); (4) teknikpembahasanhasilanalisis data disajikanlewat kata-kata ataukalimat-kalimatbiasa.

3.2.2.1 Bentuk AnalisisJenisTindakTutur Kiai

No Jenis Data VerbaTuturan Jenis Tuturan

1. (KA-1/1) Jangan mengajukan

permintaan kepada Allah untuk dikeluarkan dari salah satu keadaan untuk dijadikan seperti seorang yang beramal dalam keadaan yang lainnya

Direktif

2. (TA-1/1) Innaquulu tiada lain yang

diceritakan oleh kami illaa

taroka kecuali sudah menimpakan kepadamu ba’du

aalihatina dari sebagian sesembahan kami bisuu in dengan kejelekan. Yang dimaksud dengankejelekan disini sebagaimana biasa dalam bahasa dikalangan mereka sama dengan perkataan yang berlaku di kita istilahnya penyakit atau kewalat

(22)

Kode (TA-1/1): Jenis data tuturan tafsir Al-Qur‟an data pertama kalimatpertama.Data (TA-1/1) dianalisis sebagai jenis tuturan asertif karena ditandai dengan tindakan „mengemukakan pendapat‟ seperti yang ditunjukkan verba “yang dimaksud dengan kejelekan di sini sebagaimana biasa dalam bahasa

dikalangan mereka sama dengan perkataan yang berlaku di kita istilahnya penyakit atau kewalat”.

3.2.2.2 Bentuk AnalisisTipe TindakTuturKiai

TipeTindakTutur: Langsung Literal

No Jenis Data Pelibat VerbaTuturan MaknaTuturan 1. (KA-1/ 1) Kiai,

Ibu-dikeluarkan dari salah satu keadaan untuk dijadikan seperti seorang yang beramal dalam keadaan yang

Innaquulu tiada lain

(23)

istilahnya penyakit atau kewalat

… … … … …

… … … … …

… … … … …

Dikatakan tipe tindak tutur langsung literal karena memiliki modus dan makna semantis leksikon yang sama antara apa yang dituturkan kiai dengan apa yang ditangkap oleh ibu-ibu. Verba “Jangan mengajukan permintaan kepada Allah untuk dikeluarkan dari salah satu keadaan untuk dijadikan seperti seorang yang beramal dalam keadaan yang lainnya” pada kalimat tuturan mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam data pertama kalimat pertama memiliki modus yang sama dengan makna yakni “Dilarang mengajukan permintaan kepada Allah di luar

yang dikehendaki-Nya”.

Kemudian, verba tuturan mengenai tafsir Al-Qur‟an data pertama kalimat pertama yaitu “Innaquulu tiada lain yang diceritakan oleh kami illaa taroka

kecuali sudah menimpakan kepadamu ba’du aalihatina dari sebagian sesembahan

kami bisuu in dengan kejelekan. Yang dimaksud dengan kejelekan disini sebagaimana biasa dalam bahasa dikalangan mereka sama dengan perkataan yang berlaku di kita istilahnya penyakit atau kewalat” memiliki modus yang sama yaitu “Maksud dari kejelekan menurut kaum kafir yaitu penyakit atau kewalat”.

Tipe Tindak Tutur: Langsung Tidak Literal

(24)

1. (KA-1/ 3) Kiai, Ibu-saya bisa berangkat ke pengajian ke sana ke

Jadi yang diceritakan oleh Kami tiada

Dikatakan tipe tindak tutur langsung tidak literal karena meskipun modus tuturannya sama, akan tetapi makna tuturan yang dimaksud kiai bukan seperti itu. Misalnya verba tuturan mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam pertama kalimat ketiga, “Tuhan jika saya sembuh, sepertinya saya bisa berangkat ke

pengajian ke sana ke mari dan melakukan amal ini dan itu” memiliki makna bahwa “Baru „sepertinya‟, bagaimana bila ia sembuh dan tetap tidak beribadah?”.

Kiai mengatakan ini mempunyai modus untuk mengingatkan apakah kita suka bersikap demikian, untuk beribadah saja harus mengajukan syarat.

Kemudian, verba tuturan mengenai tafsir Al-Qur‟an pertama kalimat kedua yaitu “Jadi yang diceritakan oleh Kami tiada bukan bahwa sebagian

sesembahan kami telah menimpakan penyakit kepada kalian” bukanlah perintah untuk menyembah sesembahan supaya tidak ditimpa penyakit sebagaimana makna harfiahnya melainkan merupakan “Perkataan Kaum „Ad di zaman Nabi

(25)

Tipe Tindak Tutur: Tidak Langsung Literal

No Jenis Data Pelibat Verba Tuturan Makna Tuturan 1. (KA-1/ 5) Kiai,

Ibu-Ia tetap tidak beramal saat sehat seperti itu sehingga Alloh membuat

tenang Nabi

Muhammad pada surat Al-Qolam maa anta bini’mati robbika

bimajnuun tidak jika

(26)

Dikatakan tipe tindak tutur tidak langsung literal karena tidak sesuai dengan maksud meskipun makna leksikonnya sama. Misalnya verba tuturan mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam pertama kalimat kelima yaitu “Ketidakadaan amalnya karena dia sakit dan ketika dia diberi sakit bukannya tidak

mau beramal. Tidak kuat ketika Allah menakdirkan sakit dan tidak ada perubahan” memiliki makna “Ia tetap tidak beramal saat sehat” bermodus bahwa manusia suka membuat alasan. Kemudian verba tuturan mengenai tafsir Al-Qur‟an pertama kalimat ketiga, “Hal ini bukan hanya terjadi pada Nabi Hud

termasuk kepada Nabi Muhammad juga banyak yang berbicara seperti itu sehingga Alloh membuat tenang Nabi Muhammad pada surat Al-Qolam maa anta bini’mati robbika bimajnuun tidak jika kamu itu oleh nikmat dari Tuhan kamu,

nah ni’mati robbika disini artinya agama islam bimajnuunin yaitu gila” memiliki makna, “Semua nabi didustakan kaumnya, termasuk Nabi Hud & Nabi Muhammad SAW”. Tuturan ini bermodus bahwa orang gila tidak akan merasakan nikmatnya beragama Islam”.

Tipe Tindak Tutur: Tidak Langsung Tidak Literal

(27)

manusia sesat.

… … … … …

… … … … …

… … … … …

Dikatakan tipe tindak tutur tidak langsung tidak literal karena modus tuturan dan makna leksikonnya tidak sama. Verba tuturan mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam pertama ayat kedua, “Tuhan jika saya sembuh, sepertinya saya bisa berangkat ke pengajian ke sana ke mari dan melakukan amal ini dan itu.” Memiliki makna mengeluh.Modusnya untuk memperlihatkan bahwa manusia memang suka berkeluh kesah dan mencari-cari alasan/ berangan-angan.Ini ditandai dengan kata „jika‟. Kemudian, verba tuturan mengenai tafsir

Al-Qur‟an pertama ayat keempat, “Sebab banyak yang memaknai bahwa manusia yang mengajak menurutkan wahyu itu dipandangnya manusia sesat” memiliki makna “ Bila mengikuti ajakan nabi Hud a.s berarti sesat, padahal ajakannya itu benar”. Modusnya untuk memperlihatkan bahwa kaum „Ad sebagaimana kaum

yang lain adalah kaum yang bodoh lagi keras kepala.

3.2.2.3 Bentuk AnalisisKaitanantaraPenyampaianTuturanKiaidengannilai-nilaibudayamasyarakatnya

No Jenis Data Kalimat Tuturan NilaiBudaya

1. (KA-1/1) Jangan mengajukan permintaan kepada Allah untuk dikeluarkan dari salah satu keadaan untuk dijadikan seperti seorang yang beramal dalam keadaan yang lainnya

Keikhlasan

2. (TA-1/1) Innaquulu tiada lain yang diceritakan

oleh kami illaa taroka kecuali sudah menimpakan kepadamu ba’du

aalihatina dari sebagian sesembahan

(28)

kami bisuu in dengan kejelekan. Yang dimaksud dengan kejelekan disini sebagaimana biasa dalam bahasa dikalangan mereka sama dengan perkataan yang berlaku di kita istilahnya penyakit atau kewalat

… … … …

… … … …

… … … …

Kalimat tuturan mengenai syarah (penjelasan) kitab Al-Hikam data pertama ayat pertama yaitu “Jangan mengajukan permintaan kepada Allah untuk dikeluarkan dari salah satu keadaan untuk dijadikan seperti seorang yang beramal dalam keadaan yang lainnya” memiliki nilai keikhlasan.Hal ini dikarenakan kita dituntut ikhlas beribadah pada Allah SWT apapun kondisinya.Kemudian,kalimat tuturan mengenai tafsir Al-Qur‟an data pertama ayat pertama yaitu “Innaquulu

tiada lain yang diceritakan oleh kami illaa taroka kecuali sudah menimpakan kepadamu ba’du aalihatina dari sebagian sesembahan kami bisuu in dengan kejelekan. Yang dimaksud dengan kejelekan disini sebagaimana biasa dalam bahasa dikalangan mereka sama dengan perkataan yang berlaku di kita istilahnya penyakit atau kewalat.” bermakna religius karena dituntut untuk memiliki rasa keimanan yang tinggi ketika ada fitnah/ ancaman datang.

3.3 SumberPenelitiandanKorpusPenelitian

Data dalampenelitianiniberupatindaktuturkiaimengenaisyarah

(penjelasan)kitab Al-HikamdanTafsir Al-Qur‟an di

(29)

Korpusdalampenelitianiniyaituberupatuturan.Tuturan yang dimaksudadalahtuturan yang mengandungjenistindaktuturdirektif, komisif, asertif, ekspresif, dandeklaratif; tuturan yang mengandungtipetindaktuturlangsung literal, langsungtidak literal, tidaklangsung literal, dantidaklangsungtidak literal; dantuturan yang mengandungimplikaturpercakapanbesertamodus implikaturpercakapan. Untukselanjutnya, tuturan yang ditemukandicarikaitanantarapenyampaiantuturankiai di masjid Nurul Huda

KampungCireungitGarutdengannilai-nilaibudayamasyarakatnyadenganpendekatanetnopragmatik.

Korpus data diambildaribulanOktober 2012 hinggabulan April 2013.Data tindaktuturkiaiyang akanditelitiyaitu data tanggal 29 Oktober 2012, yaknitindaktuturkiaimengenaisyarah(penjelasan) kitab Al-Hikam No. 48; data tanggal 3 April 2013, yaknitindaktuturkiaimengenaitafsir Al-Qur‟an SuratHudAyat 54-58; dan data tanggal 5 April 2013, yaknitindaktuturkiaimengenaitafsir Al-Qur‟an SuratHudAyat 58-60; dan data tanggal 16 April 2013, yakni tindak tutur kiaimengenaisyarah(penjelasan) kitab Al-Hikam No.70.

3.4 ObjekPenelitian

Spradley (Sugiyono, 2009:68)

(30)

(activities).BerikutiniakandipaparkangambaranumumKampungCireungit yang terletak di DesaMekargalih.

DesaMekargalihterletak di

KecamatanTarogongKidulKabupatenGarutProvinsiJawa Barat, dengantinggitempatdaripermukaanlautadalah 670 meter di ataslaut. Batas wilayahDesaMekargalihsebelahutaraberbatasandenganDesaSukagalihKelurahanSi rnajaya, sebelahselatanberbatasandenganDesaSukajayaKelurahanCintarasa, sebelahtimurberbatasandenganDesaSukagalihKelurahanSukajaya,

dansebelahbaratberbatasandenganDesaCintarakyatKelurahanSirnajaya.

LuaspemukimanDesaMekargalihadalah 31 ha/m2 denganluaspersawahan 186,508 ha/m2 ;luaskuburan 2 ha/m2; luaspekarangan 1,2 ha/m2; perkantoran 0,04

ha/m2; luasprasaranaumum 2,2 ha/m2;

sehinggajumlahkeseluruhanDesaMekargalihadalah 223 ha/m2.

JarakDesaMekargalihkeibukotakecamatanadalah 3 Km,

jarakDesaMekargalihkeibukotakabupatenadalah 2Km,

danjarakkeibukotaprovinsiadalah 60Km.

Jumlahkeluarga yang memilikilahanpertanianadalah 1588 keluargadengan

total keluargapetani 3.304 keluarga.

(31)

SMA 1310 orang, tamat D1 sebanyak 24 orang, tamat D2 sebanyak 28 orang, tamat D3 sebanyak 47 orang, tamat S1 sebanyak 90 orang, tamat S2 sebanyak 3 orang, dantamat S3 sebanyak 2 orang. Mata pencaharianpetani 1908 orang, buruhtani 2028 orang, PNS 187 orang, peternak 90 orang, pensiunan PNS 69 orang, dansisanyabekerja di sektor swasta, IRT, danpengangguran. EtnisSunda 7509 orang danetnisJawa 8 orang.

Setelahmengenaldesanya, kinikampungnya.KampungCireungitterletak di jalanSamarang, DesaMekargalihGarut.Kampunginimerupakankampungterpadat di KabupatenGarut.Terdiriatas 400 kepalakeluarga, denganjumlahpenduduk 1200 jiwa.Keluargamiskinsebanyak 30 kepalakeluarga per RT, dengan 5 RT

makajumlahnyamenjadi 150 kepalakeluarga.Mata

pencaharianmasyarakatnyasebagianbesaradalahpetani (70%), dan 25% pegawaiswasta, dan 5% PNS.

Masyarakat di kampungCireungitmayoritasberagama Islam.Masyarakattutur di KampungCireungitmerupakanmasyarakattutur yang

berbudayaSunda, yang

menjunjungnilaikearifanlokalbudayaSunda.Masyarakattutur di

kampungCireungitsepertimasyarakatSunda yang lain

(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Wujudpenggunaanbahasainibiasaterealisasilewattindaktutur.Namun, padaumumnyasifattindaktuturdarisudutpandangbudaya internal

memilikibanyakpenafsiran.Menurut Austin (1962),

kajianetnopragmatikialahkajiantindaktuturkarenamemperlihatkankaitanantarapeny ampaiantuturankiaidengannilaibudayamasyarakat. Olehkarenaitu, penelitiberusahamemotretjenistindaktuturdantipetindaktutur yang terdapatdalamtuturankiaimengenaisyarah (penjelasan) kitab Al-Hikamdantafsir Al-Qur’an padaibu-ibupengajian di masjid Nurul Huda KampungCireungitGarutsertakaitanantarapenyampaiantuturankiaidengannilai-nilaibudayamasyarakatnya.

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilaksanakansejakbulanOktober 2012 hinggabulan April 2013, makadiperolehsimpulansebagaiberikut: (a) jenistindaktuturkiaibanyakmenggunakanjenistindaktuturilokusiasertifdaripadadire

ktifkarenapadadasarnyamasyarakatpemeluk agama

lebihsukadiajakdaripadadiperintah. Lalu, (b) tipetindaktutur yang paling banyakadalahtipetindaktuturlangsung literal.Tipetindaktuturlangsung literal sangatpentingperanannyadalampemberianinformasikomunikasi yang

sifatnyamengikatdanmempunyaipengaruhkuat.Kitab

(33)

kaitanantarapenyampaiantuturankiai di masjid Nurul Huda

KampungCireungitGarutdengannilai-nilaibudayadenganpendekatanetnopragmatik, banyakterkandungnilaikesabaran, nilaikesederhanaan, nilaireligius, nilaikemanusiaan, nilaikearifan, nilaikeadilan, nilaisolidaritas, nilaiketa’atan, nilaikeharmonisan, dannilaikeikhlasan.

Etnopragmatikinidigunakanuntukmemahamimaknailokusionalberdasarkanbudaya masyarakatsehinggatindaktuturkiaimengenaisyarah (penjelasan) kitab Al-Hikamdantafsir Al-Qur’an padaibu-ibupengajian di masjid Nurul Huda KampungCireungitGarutdapatdipahami.

5.2 Saran

Berdasarkanhasilpenelitian yang ditemukan, penelitimemaparkanbeberapa saran:

1. BagiMahasiswa

Penelitianinidiharapkanmampumenginspirasimahasiswauntuklebihmengga lilagikearifanlokal yang adauntukwawasankeilmuanlinguistik, khususnyaetnopragmatik.

2. BagiPengajar

(34)

3. BagiCalonPeneliti

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Allan, K. (1998). The Meaning of Culture, Moving the Postmodern Critique Forward. America: Praeger Publisher.

Alwasilah, A.C. (1993). “BahasaPolitikdanPolitikBahasa”.Kompas (1 Oktober 1993)

Alwasilah, A.C. (2002). PokoknyaKualitatif:

Dasar-DasarMerancangdanMelakukanPenelitianKualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya

Alwasilah, A.C&Suryadi, K. Karyono, T. (2009).Etnopedagogi,

LandasanPraktekPendidikandanPendidikan Guru.Bandung: Kiblat.

Austin, J.L. (1976).How to Do Things with Words. Great Britain: J.W. Arrow Smith Ltd, Bristol.

Austin, J.L. (1962). Sense and Sensibilia. Oxford: Clarendon Press.

Brown, G. &Levinson, S.C. (1978). Politeness: Some Universal in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Brown, G. & Yule, G. (1983).Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press. Creswell, J.W. (1997). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five

Traditions. London: Sage Publication.

Crystal, M. (1987).Speech Acts Verbs.Great Britain: J.W. Arrow Smith Ltd, Bristol. Danandjaja, J. (1984). Foklor Indonesia: IlmuGosip, Dongeng, dll. Jakarta: GrafitiPers Edmondson, W. (1981).Spoken Discourse. England: Longman.

Endawarsa, S. (2002).MetodologiPenelitianFoklor: Konsep, Teori, danAplikasi. Yogyakarta: Media Pesindo.

F. (2003).TesisuntukSuatuEtnopragmatik. [online]. Tersedia:

posito .usu.a .id itst am ... a a - au iah .pd [13 Mei 2013]

Goddard, C. (2003). "Directive Speech Acts in Malay. EthnopragmaticsPersperctive in

(36)

Grice, H P. (1975).Logic and Conversation. London: In Code & Morgan

Grice, H.P. (1989) Studies in the Way of Words.London: Harvard University Press

Gunarwan, A. (2004). "Pragmatik, Kebudayaan, danPengajaranBahasa" Makalah yang

Disajikandalam Seminar NasionalSemantik

II:PragmatikdanMaknaInteraksiSosial.Diselenggarakanoleh Program StudiLinguistik (S2 dan S3), Program Pascasarjana, FakultasSastradanSeniRupa, UniversitasSebelasMaret Surakarta.

H, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media

Hapsarin, C. (2012). DesainBudayadalamTradisiLisan. [online]. Tersedia:

Humaniora.uin-malang.ac.id. [November 4, 2012]

Kridalaksana, H. (2000). KamusLinguistik. Gramedia: Jakarta.

Kuswarno, E. (2008). EtnografiKomunikasi, SuatuPengantardanContohPenelitiannya. Bandung: WidyaPadjajaran.

L. (2012).Interaksi, Interpretasi, danMakna. Bandung: Putra Darwati.

L. (2012).TindakTuturdalamKhotbahBahasaBatak Toba di Gereja HKBP Solo Surakarta.Tesis Magister pada Prodi LinguistikUniversitasNegeri Surakarta:

tidakditerbitkan.

Leech, G.N. (1983). Principles of Pragmatics. England: Longman.

Leech, G.N. (1993). Prinsip–PrinsipPragmatik. (terj. M.D.D Oka) Jakarta: UI Press.

Levinson, S. (1983) Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press Levinson, S. (2000) Presumptive Meanings: The Theory of Generalized

ConversationalImplicature.America: MIT Press

(37)

Mahayana, M.S. (2012). PucukGunungEs: KelisanandanKeberaksaraandalamKebudayaanMelayu-Indonesia

dalamResensiKepustakaanPopulerGramediadanMajalahSastraHorison [online], Tersedia:

http://www.gramedia.com/resensi/detail/116/Pucuk+Gunung+Es%3A+Kelisanan+dan+ Keberaksaraan+dalam+Kebudayaan+Melayu-Indonesia.html [19 Februari 2013]

Masfufah, N. (2010). KesantunanBentukTuturanDirektif di Lingkungan SMA Negeri 1

Surakarta.Tesis Magister pada Program Studi Magister Pendidikanbahasa Indonesia

UniversitasNegeri Surakarta: tidakditerbitkan.

M. (2009).KategoridanPeranSemantisVerbadalamBahasa

IndonesiadalamJurnalIlmiahBahasadanSastraLogat [online], vol V (1), 9 halaman.Tersedia: posito .usu.a .id ... lo -ap - ( .pd [6 April 2013] Nababan, P.W.J. (1987). IlmuPragmatik: TeoridanPenerapannya. Jakarta:

DepartemenPendidikandanKebudayaan.

Netra, I.M. (2011). Wacana Ritual Melong Pare BuluKomunitasPetaniAdat Bayan, Lombok

Utara: KajianEtnopragmatik.

DisertasiDoktorpadaFakultasLinguistikUniversitasUdayana Bali: tidakditerbitkan. Purwo, B.K. (1984). DeiksisdalamBahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

R. (1999).Pokok-PokokPragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.

Rahardi, K.( 2005). Pragmatik, KesantunanImperatifBahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Tiawati R., R.L. (2012) KesantunanTindakTutur Guru dalamKonteks PP

BerorientasiPendidikanKarakter di SD Islam Budi Mulia Padang. Tesis Magister

padaFakultasPendidikanBahasa Indonesia UPI: tidakditerbitkan.

(38)

Rohmadi, M. (2004).Pragmatik: TeoridanAnalisis. Yogyakarta: Lingkar Media. Satori, D. &Komariah, A. (2009).PenelitianKualitatif. Bandung: Alfabeta.

Schiffrin, D. (1994).Approaches to Discourse. Cambridge: Cambridge University Press. Scollon, R. Scollon, S.W dan Jones, R.H. (1995). Intercultural Communication, A Discourse

Approach. Basill Blackwell: Oxford.

Searle, J. R. (1969). Speech Acts: An Essay Cambridge: Cambridge University Press.

Searle, John R. (1974). “Chomsky's revolution in linguistics”. In Noam Chomsk : C iti al

essays.

Searle, J. (1975). Indirect Speech Acts. In: Cole and Morgan (eds.), Syntax and Semantics.Vol. 3. New York: Academic Press.

Spradley, J.P. (2006). MetodeEtnografi. Yogyakarta: Tiara WacanaYogya. Supardo, S. (1988).Bahasa Indonesia dalamKonteks. Jakarta: Depdikbud.

Syukur, I. A. (1992).PanduanPenelitianEtnografiKomunikasi. Surabaya: Usaha Nasional. Tarigan, Henry Guntur. (1986). PengajaranPragmatik. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. (1994). Indonesia AntaraKelisanandanKeberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya. Titscher, S., et al.(2009). MetodeAnalisisTeks&Wacana. Yogyakarta: PustakaPelajar. Tn. (2013).Kitab Al-Hikam [online].Tersedia: http://www.nu.or.id [27 Maret 2013]

Utami, S.W.B danLaksono, K. (2010).SituasiRagamWicaraKomunitasAdatSamin:

KajianEtnopragmatik. [online]. Tersedia:

repo.unair.ac.id/.../abstrak%20Sosial%20upload(61).html. [13 Mei 2013] Wijana, I.D.P (1996). Dasar-DasarPragmatik. Yogyakarta: Andi.

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di

Tidal model menggunakan metafora atau filosofi air  dan menjelaskan  bagaimana orang!orang dalam kesusahanatau distress bisa menjadi rauh se#ara emosional ' fisik 

Selanjutnya tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui jumlah motor Yamaha yang harus dialokasikan dari gudang ke seluruh cabang agar sesuai dengan permintaan;

Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2006) yang menunjukkan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap

Pengertian yang ditetapkan oleh ALA sesuai dengan pendapat Fjallbrant tentang komponen-komponen yang terlibat dalam komunikasi ilmiah sebagaimana dikutip oleh Irman-Siswadi

Strategi yang didapatkan adalah memberikan panduan kepada masyarakat tentang cara memesan GO-JEK menggunakan aplikasi.Strategi WO diterapkan berdasarkan perbandingan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternakan ayam ras petelur di Dusun Passau Timur Desa Bukit Samang Kecamatan Sendana, Kabupaten

menunjukan bahwa pada saat pembelajaran IPA di kelas VII masih banyak mengalami kesulitan antara lain yaitu 1) kurangnya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPA,