• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI : Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI : Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS 1522/UN.40.2.2/PL/2013

KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI

(Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh Dwi Ratna Dewi

0903972

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI

(Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung)

Oleh

DWI RATNA DEWI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Dwi Ratna Dewi 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI

(Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung) Oleh

DWI RATNA DEWI 0903972

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Karim Suryadi,. M.Si NIP. 197008141994021001

Pembimbing II,

Syaifullah S.Pd,. M.Si NIP. 197211121999031001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(4)

Skripsi ini telah diuji pada,

Hari, Tanggal : Jumat, 31 Mei 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia ujian terdiri dari

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Syaifullah, S.Pd,. M.Si NIP. 19721112 199903 1 001

3. Penguji : 3.1

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si NIP. 19620102 198608 2 001 3.2

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed NIP. 19410715 196703 1 001

3.3

(5)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

(6)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kata Kunci: Civic Disposition, Budaya Demokrasi, Pesantren

ABSTRACT

(7)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a more intense approach, monthly evaluation to overcome barriers caused by negligence asatidz and Asatidzah.

(8)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

E. Penjelasan Istilah ...

F. Metode dan Teknik Penelitian ...

(9)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Pengertian Budaya Demokrasi……….. ... 2. Prinsip Budaya Demokrasi………. ...

3. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Demokrasi ...

B. Pesantren ...

1. Ciri-Ciri Komunitas Pesantren...

2. Tipologi Pesantren ...

3. Pengertian dan Tujuan Pesantren ...

4. Unsur-unsur Pesantren ... D. Kaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Budaya Demokrasi...

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ...

2. Tujuan dan Fungsi Kewarganegaraan ...

3. Kaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Budaya

Demokrasi………..

(10)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ...

1. Pendekatan Penelitian ………

2. Metode Penelitian ………..

B. Teknik Pengumpulan Data ...

1. Wawancara...

2. Observasi ...

3. Catatan Lapangan ...

4. Studi Dokumentasi ...

C. Prosedur Penelitian ……….

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ...

E. Pengujian Keabsahan Data ...

1. Credibility ... 2. Transferability ... 3. Dependability ... 4. Confirmability ... F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...

1. Profil Pesantren Al-Basyariah Bandung ...

2. Visi dan Misi Pesantren Al-Basyariah ……….. 3. Sarana dan Prasarana ...

(11)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Tenaga Pengajar ………

5. Jadwal Harian Santri...

6. Badan Pengurus Pesantren ...

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...

1. Proses Pengembangan Civic Disposition Santri di Pesantren

Al-Basyariah Bandung ...

2. Nilai Budaya Demokrasi yang dikembangkan di Pesantren Al-

Basyariah Bandung……….

3. Hambatan yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam Proses

pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk

pengembangan civic disposition Santri………..

4. Upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi

hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai

demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition

Santri………...

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...

1. Proses Pengembangan Civic Disposition Santri di Pesantren

Al-Basyariah Bandung ...

2. Nilai Budaya Demokrasi yang dikembangkan di Pesantren Al-

(12)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Kesamaan dalam Kesempatan ………

c. Kemandirian ………...

3. Hambatan yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam Proses

pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk

pengembangan civic disposition Santri………....

a. Kader Pondok ……….

b. Santri ………..

c. Asatidz dan Asatidzah ……… 4. Upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi

hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai

demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition

Santri ………...

(13)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara bertaburan etnik, agama, bahasa, budaya,

kelompok sosial dan nilai memiliki tantangan tersendiri. Tantangan utama adalah

bagaimana menyatukan segala perbedaan, menjadi suatu tatanan masyarakat yang

demokratis. Tuntutan agar demokrasi lebih optimal hanya akan terjadi apabila

semua rakyat dapat mengenal, percaya, dan memiliki komitmen satu sama lain.

Keterlibatan kaum santri dalam pembumian nilai-nilai demokrasi di

pesantren sangat besar pengaruhnya. Pengaruh tersebut, tidak terlepas dari peran

kyai sebagai sosok kharismatik yang sangat dihormati dan diyakini memiliki

pengetahuan agama yang luas sebagai pemimpin. Oleh karena itu, dalam

penyelenggaraan pendidikan di pesantren, kyai merupakan figur yang memiliki

otoritas untuk merencanakan, menyelenggarakan, dan mengendalikan seluruh

pelaksanaan pendidikan di Pesantren.

Demokrasi sebagai salah satu faham kebebasan merambah keberbagai

bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan di pesantren. Namun, keterbatasan

pengetahuan terkait demokrasi, serta adanya perbedaan persepsi yang mendasar

tentang demokrasi dalam pengimplementasiannya, demokrasi sering

disalahartikan dengan kebebasan, dimana kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa

(14)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

“…Ketidakmatangan, ketidakdewasaan, dan ketidakarifan warga negara

dalam mengimplementasikan demokrasi tidak terlepas dari kurang berhasilnya

penanaman nilai-nilai demokrasi dalam dunia pendidikan” (Sundawa, 2011).

Banyak fenomena merebak terkait demokrasi, misalnya kebebasan berpendapat

ketika santri merasa terkungkung dengan banyaknya aturan yang diterapkan oleh

pihak pesantren sehingga banyak anggapan, bahwa aturan tersebut tidak

demokratis dan melanggar hak azasi manusia.

Di Pesantren Al- Basyariah, sebelum santri bergabung, santri dan orang

tua santri disodorkan MOU (Memorandum Of Understanding). MOU tersebut

berisi peraturan mengenai prilaku yang harus dijaga oleh santri selama berada di

pondok pesantren dan selama masih dalam binaan pesantren.

Dalam MOU tertera peraturan, salah satunya adalah dilarang membawa

alat komunikasi dan alat hiburan. Jika hal itu dilanggar, maka santri akan

dikenakan sanksi yang mendidik. Diantaranya, sanksi hapalan, sanksi fisik berupa

push up, lari mengelilingi pesantren, membersihkan kamar mandi dan penggundulan rambut di depan rekan-rekan sebayanya. Sanksi ini diberikan sesuai

dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.

Dalam mengembangkan Civic Disposition santri yang ungggul, pesantren

sudah barang tentu memiliki tujuan. Tujuan pendidikan pesantren seperti halnya

yang dikemukakan oleh Mastuhu (2007: 13) yaitu:

(15)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama dan menegakkan Islam dan kejayaan umat, mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.”

Dari tujuan pesantren tersebut, dapat dipahami bahwa pengembangan

civic disposition sangat dibutuhkan santri sehingga santri memiliki nilai lebih dibanding dengan siswa sekolah umum. Selain itu, santri akan terjaga dan dapat

menerapkan nilai-nilai demokratis. Hal tersebut, diperkuat dengan hasil penelitian

Nurdiansyah (2011) bahwa ciri utama yang menjadi pembeda antara pesantren

dan lembaga pendidikan formal lainnya, dilihat dari keteraturan dan kedisiplinan

pesantren dalam mengkondisikan santrinya, diantaranya dengan melakukan

pembiasaan sebagai berikut :

1) Melatih santri dalam melaksanakan kewajiban agama, seperti shalat

berjamaah dan puasa sunnat. Apabila santri melanggar, maka dikanakan

hukuman yang bersifat mendidik.

2) Para santri tidak diperkenankan bergaul dengan masyarakat luar secara bebas,

hal ini dimaksudkan dalam rangka membentuk kepribadian mereka.

3) Dibatasinya hubungan laki-laki dengan perempuan secara ketat.

4) Pemisahan tempat tinggal (asrama) santri, antara laki-laki dan perempuan

tidak berdampingan.

Sejalan dengan temuan-temuan diatas, nilai-nilai demokrasi dan civic

disposition sangatlah berkaitan erat. Quigley dalam Winataputra dan Budimansyah (2007: 61) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan civic

(16)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kepribadian yang mencakup kesopanan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme pengenalan terhadap kemenduaan, sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajegan, keharuan, kemurahan hati, dan kesetian terhadap bangsa dan segala prinsipnya.

Pesantren merupakan salah satu “benteng moral bangsa dan indigenous

Indonesia” (Dhofier, 2000). Fakta menunjukkan, bahwa budaya dalam proses

demokrasi dan pengaruh kiyai dalam pesantren, sangat dominan. Hal ini terlihat,

ketika para caleg menemui sang kyai untuk mencalonkan diri dalam pemilu. Di

sisi lain, pesantren sebagai lembaga pendidikan diharapkan memiliki peranan

dalam membudayakan nilai-nilai demokrasi.

Oleh karena itu, nilai-nilai dasar demokrasi perlu ditanamkan melalui

pengembangannya dan ditopang dengan civic disposition yang baik, agar santri

tidak tercabut dari realitas sosial yang mereka hadapi. Hal tersebut, sejalan dengan

penelitian Yuniar (2011). Dalam penelitiannya juga dijelaskan bahwa penanaman

dan pembumian nilai-nilai demokrasi ini sangat signifikan dalam membina santri

agar mereka tidak tercabut dari akar budaya demokrasi yang seutuhnya ketika

berhadapan dengan realitas sosial budaya di era globalisasi.

Fokus dalam penelitian ini adalah Pesantren Al-Basyariah Bandung, dengan

alasan Pesantren Al-Basyariah memiliki keterwakilan gambaran dan ciri utama

pesantren secara keseluruhan seperti yang dijelaskan di atas. Di Pesantren

(17)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mereka miliki berbeda sehingga santri dapat mengembangkan civic disposition

dan membumikan nilai-nilai demokrasi.

Berdasarkan penelitian Layanti (2007), dalam mengembangkan akhlak

(civic disposition) santri dididik dengan berbagai cara yaitu dengan: 1)

keteladanan; 2) latihan dan pembiasaan; 3) mendidik melalui ibrah (mengambil

pelajaran); 4) mendidik melalui mauidzah (nasehat); 5) mendidik melalui disiplin;

dan 6) mendidik targib wa tahzid (bujukan dan ancaman).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk

mengetahui dan mengkaji budaya demokrasi santri Al-Basyariah dalam

mengembangkan civic disposition. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti

mengangkat judul “Kajian Tentang Budaya Demokrasi di Pesantren Dalam Mengembangkan Civic Disposition Santri” (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Al-Basyariah Bandung)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses pengembangan Civic Disposition santri di Pesantren

Al-Basyariah Bandung?

2. Nilai budaya demokrasi apa yang dikembangkan di Pesantren

(18)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah

dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk

pengembangan civic disposition santri?

4. Bagaimana upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi

hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai

demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui proses pengembangan civic disposition santri di Pesantren

Al-Basyariah Bandung

2. Mengidentifikasi nilai budaya demokrasi yang dikembangkan di

Pesantren Al-Basyariah Bandung

3. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi Pesantren

Al-Basyariah dalam proses pembudayaan nilai nilai demokrasi sebagai

bentuk pengembangan civic disposition santri

4. Mengidentifikasi upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi

hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai

demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri

D.Manfaat Penelitian

Secara garis besar hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai

berikut:

(19)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan pada umumnya, dan

khususnya pengembangan budaya demokrasi di Pesantren dalam meningkatkan

civic disposition santri. 2. Praktis

a. Bagi Pesantren

1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian bagaimana

pesantren sebagai jalur formal mampu memberikan sumbangannya

dalam membentuk perilaku dan sikap positif santri.

2) Pihak pesantren dapat menerapkan pendekatan yang tepat dalam

membina perilaku dan sikap positif santri.

b. Bagi Santri

1) Santri dapat mengetahui bentuk prilaku yang sesuai dengan aturan

yang berlaku di pondok pesantren.

2) Santri dapat menerapkan segala peraturan yang dibuat pesantren

dalam upaya pengembangan civic disposition.

c. Asatidz dan Ustadzah

1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan oleh para

asatidz dalam menggunakan proses pembelajaran demokrasi yang

mendorong dan menjamin kebebasan berbicara dan berpendapat,

(20)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2) Mendorong para asatidz dan ustadzah untuk lebih meningkatkan

perannya sebagai pembimbing dalam pembinaan sikap dan prilaku

santri

d. Orangtua

1) Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukkan oleh para orangtua

untuk lebih mengenal pendidikan di pesantren dalam mendidik dan

membimbing anaknya dalam pembinaan sikap dan prilaku.

e. Masyarakat

1) Penelitian ini dapat mendukung pesantren dalam usaha mencetak

santri yang baik dan berguna di masyarakat kelak.

2) Masyarakat dapat mengetahui keunggulan pesantren dalam

pembinaan budaya demokrasi yang didasarkan pada kebiasaan santri

untuk menghargai dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kebebasan,

toleransi, dan kepercayaan dalam mengembangkan civic disposition

santri.

E.Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah, yang

peneliti gunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi pengertian dari

(21)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1. Budaya

Menurut Pandangan Greetz (Sutrisno dan Putranto, 2005:212)

memandang budaya adalah suatu dimensi yang aktif dan konstitutif dari

kehidupan social dari pada sekedar mekanisme panjamin integrasi social. Almond

dan Verba (Gafar, 2006:99), menjelaskan bahwa budaya merupakan sikap

individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya, juga sikap individu

terhadap peranan yang dapat dimainkan dalam sebuah sistem politik. Selanjutnya

antara budaya demokrasi dan politik ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat di

pisahkan.

2. Demokrasi

Menurut Winataputra dan Budimansyah (2007: 200) mengemukakan

bahwa yang dimaksud dengan demokrasi adalah : Demokrasi merujuk pada

konsep kehidupan negara atau masyarakat dimana warganegara dewasa turut

berparisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahan

yang mendorong dan menjamin kebebasan berbicara, beragama, berpendapat,

berserikat, menegakan “rule of law”, adanya pemerintahan mayoritas yang

menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat yang warga

negaranya saling memberi perlakuan yang sama.

3. Budaya Demokrasi

Menurut Rufai Usman (2011:18) Budaya Demokrasi adalah :

(22)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

normative maupun empirik untuk menghargai dan menumbuh- kembangkan nilai-nilai kebebasan, toleransi, self-evidenct, dan trust.

4. Pesantren

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam (tafaqquh fiddin) dengan

menekankan pentingnya moral agama islam sebagai pedoman hidup

bermasyarakat sehari-hari. (Mastuhu, 2007: 6)

5. Civic Disposition

Menurut Winataputra dan Budimansyah (2007: 61) mengemukakan

bahwa yang dimaksud dengan “civic disposition” adalah :

Sejumlah karakteristik kepribadian, yakni : kesopanan yang mencakup kesopanan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepdulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme pengenalan terhadap kemenduaan, sikap kompromi yang mencakup prisnsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajegan, keharuan, kemurahan hati, dan kesetian terhadap bangsa dan segala prinsipnya.

6. Santri

Menurut Umiarso dan Zazin (2011: 33) Santri adalah seorang pelajar

sekolah agama. Sedangkan menurut Dhoefier (2000: 51), santri adalah

murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh yang menetap dalam kelompok

pesantren.

(23)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada

permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai kajian tentang budaya

demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri

memerlukan data dan gambaran yang nyata dari kondisi keseharian santri di

pesantren. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yang

didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

(Bodgan dan Taylor, dalam Moleong 2010: 4).

Selanjutnya menurut Nasution (2003: 5) mendefinisikan penelitian

kualitatif sebagai berikut :

Pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian salah satu sifat pendekatan kualitatif adalah sangat deskriptif, artinya dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data-data deskriptif yang banyak dan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitan ini juga tidak menggunakan angka-angka dan statistik, walau tidak menolak data kuantitatif.

Lebih lanjut, Nasution (2003: 9) menjelaskan bahwa dalam penelitian

kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah “key instrument

atau alat peneliti utama. Penulis mengadakan sendiri pengamatan dan wawancara

tak berstruktur sehingga bisa menyelami dan memahami interaksi antar-manusia

secara mendalam dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif ialah pendekatan penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu

(24)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, tetapi belum terungkapkan

penyelesaiannya.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitis. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini

adalah agar memudahkan peneliti dalam menganalisis, mengkaji, dan

mengungkapkan informasi argumentatif dan teoritik terkait budaya demokrasi di

Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri. Dengan menggunakan

metode deskriptif, peneliti dapat memperoleh gambaran terkait budaya demokrasi

di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri secara lebih

mendalam. Sukmadinata (2006: 72) menyatakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa metode deskriptif

ialah metode yang memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi yang

sedang terjadi saat sekarang untuk mengangkat fakta dan menyajikannya secara

akurat apa adanya.

1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

(25)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Wawancara merupakan kegiatan dialogis yang dilakukan peneliti dengan

sumber data. Peneliti dapat melakukan dialog secara langsung dengan sumber

data sehingga dapat mengungkap pernyataan dari sumber data secara bebas.

Menurut Lincoln dan Guba (Moleong, 2010: 186) maksud dari mengadakan

wawancara adalah untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, memverifikasi, mengubah dan

memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain.

Wawancara dalam penelitian ini merupakan suatu kegiatan untuk

memperoleh informasi langsung dari responden, menggunakan pedoman yang

terstruktur secara terperinci mengenai permasalahan yang akan diteliti yang

ditujukan kepada pimpinan pesantren, pembina santri, santri, asatidz dan ustadzah

Pesantren Al-Basyariah Bandung yang menjadi responden dengan

mengungkapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti.

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi terkait budaya demokrasi di pesantren dalam

mengembangkan civic disposition santri.

b. Observasi/ Pengamatan

Sebagai metode ilmiah observasi diartikan pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang

sebenarnya tidak hanya sebatas pada pengamatan yang dilaksanakan secara

langsung maupun tidak langsung. Observasi yang dilakukan penulis adalah

dengan melakukan pengamatan yang berkaitan dengan keadaan umum lokasi

penelitian serta proses penanaman budaya demokrasi di pesantren dalam

(26)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal berupa catatan,

transkip, buku, agenda dan photo yang berhubungan dengan rumusan masalah.

Menurut Guba dan Lincoln (Moleong, 2010: 217) dokumen sering digunakan

dalam penelitian karena dokumen merupakan sumber yang stabil, hasil pengkajian

dokumen akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan

terhadap sesuatu yang diselidiki.

d. Catatan lapangan

Peneliti membuat catatan singkat mengenai pokok-pokok pembicaraan

dan pengamatan tentang segala sesuatu yang diamati selama penelitian

berlangsung. Bodgan dan Bikle mengemukakan bahwa catatan lapangan adalah

catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam

rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif

(Moleong, 2010: 153).

2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul.

Analisis data merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu penelitian,

pengolahan data dan analisis dilakukan melalui suatu proses mulai dari menyusun,

mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari data yang diperoleh, memilih data

yang penting dan akan dipelajari sehingga mudah dipahami oleh sendiri maupun

(27)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

“analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar”.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, setelah data terkumpul, langkah

selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data hasil wawancara, hasil

observasi, studi dokumentasi dan hasil pengamatan dalam bentuk catatan

lapangan. Menurut Miles dan Hubermen dalam Sugiyono (2010: 246)

mengemukakan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh”.

Bagan 1.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif (Miles dan Huberman).

Analisis data kualitatif selama dilapangan berdasarkan model Miles dan

Huberman dalam Sugiyono (2010: 337) terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data

reduction, data display dan conslusion drawing/verification. Ketiga rangkaian

aktivitas teknik analisis data tersebut penulis terapkan dalam penelitian sebagai

berikut:

a. Reduksi Data(Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data “kasar” yang muncul dari

(28)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Reduksi data dilakukan untuk mempermudah pengolahan data mentah

yang diperoleh oleh peneliti di lapangan, sehingga peneliti lebih mudah untuk

mengolah dan memahami data yang telah terkumpul.

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah proses reduksi data selesai, selanjutnya data diolah dengan

menyusun atau menyajikannya ke dalam matriks, tabel, dan bentuk representasi

visual lainnya yang sesuai dengan keadaan data.

Penyajian data dilakukan dengan singkat, jelas dan dapat dipahami

sehingga memudahkan dalam memahami aspek-aspek yang diteliti. Dalam

penelitian ini, penyajian data dilakukan dengan mempersentasikan budaya

demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri.

c. Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi merupakan hasil dari penelitian yang

dipaparkan secara singkat dan jelas serta mudah dipahami. Kesimpulan diperoleh

dari hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan penelitian yang diuraikan

terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengungkap permasalahan

santri berkenaan dengan budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan

civic disposition santri di Pesantren Al-Basyariah Bandung. G.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan guna

memperoleh gambaran atau data yang berasal dari responden. Penelitian ini

(29)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Cigondewah Hilir, Margaasih, Bandung. Telepon. (022) 5415424. Alasan peneliti

memilih pesantren ini, karena Pesantren Al-Basyariah memiliki keterwakilan

gambaran dan ciri utama pesantren secara keseluruhan seperti yang dijelaskan di

atas.

2. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek untuk memperoleh data dalam penelitian

ini terdiri dari: Pimpinan Pesantren Al-Basyariah, Asatidz dan Asatidzah

pengasuhan santri, Asatidz dan Asatidzah Pembina ektrakulikuler, dan Asatidz

dan Asatidzah Pembina OSPA.

Hal ini dilakukan agar ada perbandingan antara pernyataan satu dengan

yang lainnya. Selain itu, penulis juga memperoleh informasi dari informan lain

(30)

Dwi Ratna Dewi, 2013

(31)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian:Studi Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Budimansyah D dan Suryadi K. (2008). PKN dan Masyarakat Multikulural. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya ksara Pers

Creswell, J.W. 1994. Research Design: Qualitative & Quantitativ Approaches.

London: Sage Publication.

Dhofier, Zamakhasyari. (2000). Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangn Hidup kiyai. Semarang: LP3ES

Fachruddin, Fuad. (2006). Agama dan Pendidikan Demokrasi Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Jakarta: Pustaka Alvabet.

Gafar, Afan. (2006). Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Koesoema, Doni. (2010). Pendidikan karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Madjid, Nurcholish. (2010). Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Dian Rakyat.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Moleong, LJ. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muthohar, Ahmad. (2007). Ideologi Pendidikan Pesantren. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Nasution (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Nurdiansyah. (2011). Kajian Tentang Pola Pendidikan di Pesantren Dalam Membentuk Karakter Santri di Era Globalisasi. Skripsi, Sarjana pada PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan.

(32)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nurtjahjo, Hendra. (2008). Filsafat Demokrasi. Jakarta: Bumi Aksara

Sundawa, Dadang. (2011). Membangun Kecerdasan Berdemokrasi Warga Negara Muda Melalui Perwujudan Kelas Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Laboratorium Demokrasi: Disertasi. Doktor pada Prodi SPs PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2010) Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif R&D. Bandung: Afabeta

Susilo, Muhammad Joko. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutrisno dan Putranto. (2005). Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius

Suyatno. (2008). Menjelajah Demokrasi. Bandung: Humaniora.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Umiarso dan Zazin, Nur. (2011). Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan Menjawab Problematika Kontemporer Manajemen Mutu Pesantren. Semarang: RaSAIL Media.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasiona. Surabaya: Media Centre, 2005.

Urbaningrum, Anas. (2004). Melamar Demokrasi Dinamika Politik Indonesia. Jakarta : Republika

Usman, R (2011) Pengembangan Budaya Demokrasi Dalam Relasi Antar Etnik Siswa di SMA Negeri 1 Kota Ternate Pasca Konflik. Tesis, Magister pada PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Winataputra, U.S dan Budimansyah D. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Yalanti, Lina (2007). Implementasi Pola Pembinaan Moral dikalangan Santri Pesantren Al-Basyariah. (Studi Kasus Tentang Pola Pembinaan Moral dan Aplikasinya di Pesantren Al-Basyariah). Skripsi, Sarjana pada PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan

(33)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

(34)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri

(studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada

permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai kajian tentang budaya

demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri

memerlukan data dan gambaran yang nyata dari kondisi keseharian santri di

pesantren. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yang

didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

(Bodgan dan Taylor, dalam Moleong 2010: 4).

Selanjutnya menurut Nasution (2003: 5) mendefinisikan penelitian

kualitatif sebagai berikut :

Pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian salah satu sifat pendekatan kualitatif adalah sangat deskriptif, artinya dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data-data deskriptif yang banyak dan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitan ini juga tidak menggunakan angka-angka dan statistik, walau tidak menolak data kuantitatif.

Lebih lanjut, Nasution (2003: 9) menjelaskan bahwa dalam penelitian

(35)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

atau alat peneliti utama. Penulis mengadakan sendiri pengamatan dan wawancara

tak berstruktur sehingga bisa menyelami dan memahami interaksi antar-manusia

secara mendalam dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif ialah pendekatan penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu

masalah yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, tetapi belum terungkapkan

penyelesaiannya.

2. Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitis. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini

adalah agar memudahkan peneliti dalam menganalisis, mengkaji, dan

mengungkapkan informasi argumentatif dan teoritik terkait budaya demokrasi di

Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri. Dengan menggunakan

metode deskriptif, peneliti dapat memperoleh gambaran terkait budaya demokrasi

di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri secara lebih

mendalam. Sukmadinata (2006: 72) menyatakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Selain itu metode deskriptif menurut Subana (2009: 26) mengemukakan

(36)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

variable, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan

menyajikannya apa adanya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa metode deskriptif

ialah metode yang memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi yang

sedang terjadi saat sekarang untuk mengangkat fakta dan menyajikannya secara

akurat apa adanya.

Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini di karenakan penelitian

ini didasarkan pada permasalahan mengenai kajian budaya demokrasi di pesantren

dalam mengembangkan civic disposition santri memerlukan data yang berkenaan

dengan situasi santri di pesantren secara faktual mengenai kondisi yang

sebenarnya. Sehingga dengan menggunakan metode deskriptif penulis dapat

menggambarkan dan mempelajari situasi, masalah-masalah dalam pesantren,

termasuk hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta

proses-proses yang berlangsung di pesantren secara lebih mendalam.

B. Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam kualitatif adalah peneliti itu sendiri dalam

mengungkap sumber data (responden) secara mendalam, sehingga diperoleh data

yang utuh tentang segala pernyataan yang disampaikan sumber data. Oleh karena

itu, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada Mudirroh (Kepala

(37)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

santri putri, Asatidz majelis pembantu pimpinan pondok bidang pengasuhan santri

putra, Asatidz dan Asatidzah bidang ekstrakulikuler, santri dan pimpinan

pesantren dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan.

Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka antara pewawancara

(peneliti) dengan responden (Asatidz) dan kegiatannya dilakukan secara lisan.

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman yang terstruktur secara

terperinci mengenai permasalahan yang akan diteliti.

Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini ialah untuk memperoleh data

dan informasi secara mendalam yang berkenaan pendapat Asatidz, Asatidzah dan

pimpinan pesantren, mengenai proses pengembangan civic disposition santri di

Pesantren Al-Basyariah, nilai budaya demokrasi apa yang dikembangkan di

Pesantren Al-Basyariah, hambatan apa saja yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah

dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan

civic disposition santri, upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai

bentuk pengembangan civic disposition santri.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mulyana (2002: 180)

bahwa wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Pendapat tersebut

sejalan dengan Estenberg (Sugiyono, 2010: 317) menjelaskan bahwa “wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

(38)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung

terhadap objek penelitian, melalui observasi penulis mempunyai kesempatan

untuk mengamati kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkempok,

kerjasama, santri ketika berada dikelas, aktifitas santri dalam pergaulan

keseharian di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri secara

lebih mendalam, terinci, dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat

terkumpul secara menyeluruh dalam situasi yang sebenarnya dan langsung.

Obsevasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka

mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses

pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lapangan. Sutrisno Hadi dalam

(Sugiyono, 2010: 203) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis

dan psikologis. Diantara yang terpending adalah proses-proses ingatan dan

pengamatan”.

3. Catatan Lapangan

Peneliti membuat catatan singkat mengenai interaksi santri dipesantren,

dalam kegiatan pembelajarannya, kegiatan sehari-harinya apakah budaya

demokrasi diterapkan, sehingga dapat mengembangkan civic disposition sikap

(tanggung jawab, disiplin, mandiri dan jujur), serta mencatat pokok-pokok

pembicaraan dengan Asatidzahah, Asatidz dan pimpinan pesantren mengenai

(39)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

santri. Sejalan dengan hal tersebut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2010 :

153) mengemukakan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa

yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data

dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat,

menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang

penelitian ini, seperti foto, video, dan gambar-gambar lainnya. Serta tentang bukti

fisik kegiatan santri baik berupa kegiatan belajarnya, jenis kegiatan yang sudah

dilaksanakan, untuk menunjang perwujudan budaya demokrasi. Demikian pula

studi dokumentasi dilakukan terhadap bukti-bukti tertulis tentang gambaran

Pondok Pesantren Al-Basyariah Bandung.

Sejalan dengan hal tersebut studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan

data tidak langsung ditunjukan kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi

merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif sebagaimana yang

diungkapkan oleh Sugiono (2010: 240) bahwa: “Studi dokumentasi merupakan

catatan peristiwa yang berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya monumental dari seseorang”.

C. Prosedur Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan peneliti bisa efektif sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan. Maka peneliti mengacu pada prosedur penelitian yang

(40)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahap persiapan penelitian terdapat beberapa langkah, diantaranya:

a. memilih masalah, menentukan judul, dan menentukan lokasi penelitian.

b. Setelah masalah dan judul penelitian disetujui oleh pembimbing, penulis

membuat surat perizinan observasi ke ketua jurusan yang kemudian di

setujui oleh Dekan Fakultas FPIPS.

c. Setelah surat observasi disetujui, penelitian melakukan observasi atau

studi pendahuluan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran

tentang Subjek yang akan diteliti.

d. Setelah mendapatkan gambaran tentang Subjek yang akan diteliti dan

masalah yang relevan dengan kondisi objektif di lapangan, peneliti

menyusun proposal penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah observasi awal atau studi pendahuluan, kemudian melakukan

penelitian ke lapangan. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti

harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada

ketua jurusan PKn, selanjutnya diteruskan kepada Dekan FPIPS melalui

pembantu Dekan I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari kepala

BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan

(41)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian dari Rektor Universitas

pendidikan Indonesia UPI bandung kepada Kantor Kesatuan Bangsa

(KesBang) Kabupaten Bandung.

c. Surat izin penelitian langsung diserahkan pada bagian administrasi

pesantren sebagai permohonan izin melakukan penelitian di tempat

tersebut.

d. Setelah penelitian diizinkan oleh pesantren, kemudian melakukan

penelitian dengan menyiapkan instrumen penelitian terlebih dahulu,

misalnya pedoman wawancara dan pedoman observasi

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan guna

memperoleh gambaran atau data yang berasal dari responden. Penelitian ini

dilaksanakan di Pesantren Al-Basyariah Bandung yang berlokasi di Jalan

Cigondewah Hilir, Margaasih, Bandung. Telepon. (022) 5415424. Alasan peneliti

memilih pesantren ini, karena Pesantren Al-Basyariah memiliki keterwakilan

gambaran dan ciri utama pesantren secara keseluruhan seperti yang dijelaskan di

atas.

2. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek untuk memperoleh data dalam penelitian

(42)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengasuhan santri, Asatidz dan Asatidzah Pembina ektrakulikuler, dan Asatidz

dan Asatidzah Pembina OSPA.

Hal ini dilakukan agar ada perbandingan antara pernyataan satu dengan

yang lainnya. Selain itu, penulis juga memperoleh informasi dari informan lain

yang dapat menambah dan memperkuat data penelitian.

E.Pengujian Keabsahan Data

L.J Moleong (2010: 325) menyebutkan prosedur validasi data adalah

sebagai berikut: (1) perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian, (2) ketekunan

melakukan penelitian, (3) triangulasi data, (4) pemeriksaan oleh teman sejawat

melalui diskusi, dan (5) mengupayakan referensi yang cukup.

Sugiyono (2010: 366) menjelaskan bahwa “uji keabsahan data dalam

penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas Internal), transferability

(validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability

(obyektivitas)”.

1. Credibility (Validitas Internal)

Menurut Sugiyono (2010: 368) “uji kredibilitas data atau kepercayaan

terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus

negatif, menggunakan bahan referensi, dan member check”. Rangkaian aktivitas

(43)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Memperpanjang pengamatan

Perpanjangan pengamatan penulis lakukan guna memperoleh data yang

sahih (valid) dari sumber data dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan

dan melakukan penelitian dalam kondisi yang wajar dan waktu yang tepat.

b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian

Terkadang seorang peneliti dalam melakukan penelitian dilanda penyakit

malas, maka untuk mengantisipasi hal tersebut penulis meningkatkan ketekunan

dengan membulatkan niat dan menjaga semangat dengan meningkatkan intimitas

hubungan dengan motivator. Hal ini penulis lakukan agar dapat melakukan

penelitian dengan lebih cermat dan berkesinambungan.

c. Triangulasi data

Tujuan dari triangulasi data adalah pengecekan kebenaran data tertetentu

dari berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan

terhadap informasi yang diberikan Pimpinan pesantren, Asatidzah/ Asatidz, dan

pengurus.

1) Trangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Asatidzah,Asatidz

Pimpinan Pesantren Pembina asrama,

& Pengurus Pesantren

Asatidz Pengasuhan

(44)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi terbaik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Wawancara Observasi

Dokumentasi

Bagan 3.2. Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data (Sumber : Sugiyono, 2010 : 373)

3) Triangulasi Waktu

Waktu yang sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih

segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga

lebih kredibel.

Siang Sore

Pagi

Bagan 3.3. Triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan data (Sumber : Sugiyono, 2010 : 374)

d. Analisis kasus negatif

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang

(45)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e. Menggunakan referensi yang cukup

Yang dimaksud menggunakan referensi yang cukup disini adalah adanya

pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Oleh

karena itu supaya validitas penelitian ini dapat dipercaya maka penulis

mengumpulkan semua bukti penelitian yang ada.

f. Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data tujuan member check ini adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data. Dalam

penelitian ini penulis melakukan member check kepada semua sumber data

terutama kepada Pimpinan Pesantren, Pembina asrama, Asatidz, Asatidzah, Santri

dan Pengurus Santri.

2. Transferability (Validitas Eksternal)

Sugiyono (2010: 376) menjelaskan bahwa:

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke subjek dimana Subjek tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan kenyataan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian

kualitatif yang penulis lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan

hasil penelitian ini, maka penulis dalam membuat laporan memberikan uraian

yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian penulis

(46)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menentukan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut

di tempat lain.

3. Dependability (Reliabilitas)

Mengenai dependability Sugiyono (2010: 377) menjelaskan bahwa:

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/merepleksi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu diuji Dependability.

Berkaitan uji dependability, penulis bekerja sama dengan pembimbing

untuk mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan maksud supaya

penulis dapat menunjukan jejak aktivitas di lapangan dan mempertanggung

jawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukan

masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis

data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

4. Confirmability (Obyektivitas)

Sugiyono (2010: 377) menjelaskan bahwa:

Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Berkenaan dengan hal tersebut peneliti menguji hasil penelitian dengan

mengaitkannya dengan proses penelitian dan mengevaluasi apakah hasil

(47)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul.

Analisis data merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu penelitian,

pengolahan data dan analisis dilakukan melalui suatu proses mulai dari menyusun,

mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari data yang diperoleh, memilih data

yang penting dan akan dipelajari sehingga mudah dipahami oleh sendiri maupun

oranglain. Menurut Patton dalam Moleong (2010: 280) mengemukakan bahwa

“analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar”.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, setelah data terkumpul, langkah

selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data hasil wawancara, hasil

angket, hasil observasi, studi dokumentasi dan hasil pengamatan dalam bentuk

catatan lapangan. Menurut Miles dan Hubermen dalam Sugiyono (2010: 338)

mengemukakan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh”.

Bagan 3.4 Komponen Analisis Data Model Interaktif (Miles dan Huberman).

Analisis data kualitatif selama dilapangan berdasarkan model Miles dan

(48)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

reduction, data display dan conslusion drawing/verification. Ketiga rangkaian

aktivitas teknik analisis data tersebut penulis terapkan dalam penelitian sebagai

berikut:

a. Reduksi Data(Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data “kasar” yang muncul dari

hasil penelitian di lapangan.

Reduksi data dilakukan untuk mempermudah pengolahan data mentah

yang diperoleh oleh peneliti di lapangan, sehingga peneliti lebih mudah untuk

mengolah dan memahami data yang telah terkumpul. Dalam penelitian ini peneliti

mengumpulkan data melalui wawancara, observasi serta dari informasi lain

mengenai budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic

disposition Santri.

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah proses reduksi data selesai, selanjutnya data diolah dengan

menyusun atau menyajikannya ke dalam matriks, tabel, dan bentuk representasi

visual lainnya yang sesuai dengan keadaan data.

Penyajian data dilakukan dengan singkat, jelas dan dapat dipahami

sehingga memudahkan dalam memahami aspek-aspek yang diteliti. Dalam

penelitian ini, penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil penelitian

yang dituangkan melalui uraian singkat mengenai budaya demokrasi di Pesantren

(49)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi merupakan hasil dari penelitian yang

dipaparkan secara singkat dan jelas serta mudah dipahami. Kesimpulan diperoleh

dari hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan penelitian yang diuraikan

terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengungkap permasalahan

santri berkenaan dengan budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan

(50)

Dwi Ratna Dewi, 2013

Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam

bab sebelumnya, pada bab ini akan dikemukakan pokok-pokok penting sebagai

kesimpulan tentang Budaya Demokrasi di Pesantren dalam Mengembangkan Civic

Disposition Santri di Pesantren Al-Basyariah Bandung sebagai berikut: A. Kesimpulan

1. Proses pengembangan civic disposition santri di Pesantren Al-Basyariah dilakukan

melalui dua kegiatan yaitu: 1) Pembelajaran di kelas dalam bentuk pemberian

materi-materi Aqidah Akhlak, Alquran Hadist, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Kegiatan-kegiatan pembiasaan dalam kehidupan keseharian santri, dalam

bentuk shalat berjamaah, belajar malam (Ta’alum Muawajah), bersih-bersih

(Tandzif), piket malam (Bolis Lail), dan diwajibkan mengikuti organisasi untuk melatih jiwa kepemimpinan pada santri.

2. Nilai-nilai budaya demokrasi yang dikembangkan di Pesantren Al-Basyariah

dalam mengembangkan civic disposition santri yaitu: 1) Kebebasan

Mengemukakan Pendapat. 2) Kesamaan dalam Kesempatan. 3) Kemandirian.

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam proses

pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic

Gambar

gambaran dan ciri utama pesantren secara keseluruhan seperti yang dijelaskan di
gambaran dan ciri utama pesantren secara keseluruhan seperti yang dijelaskan di

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan pada level Nasioanl adalah UUD yang mengatur dalam Pasal 32 ayat (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan

Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Pеrusahaan dibagi kе dalam tiga kеlompok bеrdasarkan tingkat hutang jangka panjangnya (DЕR), yaitu pеrusahaan tanpa hutang jangka (no dеbt) dеngan DЕR = 0%, pеrusahaan

Hal itu sejalan dengan teori hierarki kebutuhan ( hierarchy of needs ) dari Abraham Maslow, yang terdiri dari: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,

Perencanaan SDM perlu karena efektifnya suatu organisasi pada setiap tingkat hirearki sangat tergantung dari ketrampilan para karyawan dalam menangani tugas

Dari bentuk sosialisasi tersebut khususnya untuk ke masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang belum memanfaatkan bentuk sosialisasi yang lain yaitu media massa baik melalui

[r]

Berdasarkan hasil penelitian sebaran sedimen tersuspensi yang telah dilakukan di perairan sungai Padang maka dapat disimpulkan bahwa pola sebaran sedimen tersuspensi