• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

This study was aimed to investigate the effect of short-term administration of hexane-ethanol fraction of methanol extract of Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. leaves (FHEMM) to decrease level of lactate dehydrogenase (LDH) levels in female Wistar rats induced carbon tetrachloride (CCl4) and to know the

relationship between increased dose of FHEMM and decreased level of LDH. This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total 30 female Wistar rats were divided randomly into 6 groups. Group I (CMC controlled-group) was given CMC at a dose 2 mL/kgBW. Group II (hepatotoxin controlled-group) was given CCl4 at a dose 2

mL/kgBW. Group III (highest dose controlled-group) was given oral FHEMM at highest dose. Group IV, V, and VI was given FHEMM at a dose 34.28 ; 68.57 ; and 137.14 mg/kgBW then 6 hours after administration FHEMM, CCl4 was

administered intraperitonially. At the 24 hours after CCl4 administration, blood

samples were taken for measuring level of LDH. The data were analyzed by One Way ANOVA with confident interval 95%.

The result of this study showed that short-terms FHEMM with increased dose 34.28 ; 68.57 ; and 137.14 mg/kgBW be able to decrease LDH levels of female Wistar rats induced CCl4. There is no relationship between decreased

levels of LDH with a dose rank.

(2)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius

(L.) Müll. Arg. (FHEMM) terhadap penurunan kadar laktat dehoidrogenase (LDH) pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida (CCl4)

dan mengetahui hubungan kekerabatan antara peningkatan dosis FHEMM dengan penurunan kadar LDH yang terjadi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lenglap pola searah. Sebanyak 30 ekor tikus betina galur Wistar yang terbagi acak dalam 6 kelompok. Kelompok I (kontrol CMC) diberikan CMC 2mL/kgBB. Kelompok II (kontrol hepatotoksin) diberikan CCl4 2mL/kgBB.

Kelompok III (kontrol dosis III) diberikan FHEMM dosis III. Kelompok IV, V, dan VI diberikan perlakuan FHEMM dengan dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB kemudian diberikan CCl4 dalam jangka waktu 6 jam setelah pemberian

fraksi. Dalam 24 jam setelah pemberian CCl4 diambil cuplikan darahnya untuk

penetapan kadar LDH. Data yang didapatkan diolah dengan uji statistika dengan

One Way ANOVA pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian jangka pendek FHEMM dengan peringkat dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dapat menurunkan kadar LDH tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 walaupun di antara

penurunan kadar LDH yang terjadi dengan peringkat dosis tidak memiliki hubungan kekerabatan.

(3)

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN- ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius

(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE

PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Maria Angelika Suhadi NIM : 128114147

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN- ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius

(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE

PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Maria Angelika Suhadi NIM : 128114147

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN- ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius

(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE

PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Skripsi yang diajukan oleh:

Maria Angelika Suhadi

NIM : 128114147

telah disetujui oleh:

Pembimbing,

(6)

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN- ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius

(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE

PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Oleh :

Maria Angelika Suhadi NIM : 128114147

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal 14 Desember 2015

Mengetahui. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

(Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.)

Panitia Penguji Skripsi Tanda Tangan

1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. ………..

2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. ………..

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“The most important thing is to enjoy your life – to be happy –it’s all that matters”

Audrey Hepburn

“If you’re reading this……….

Congratulations, you’re alive. If that’s not something to smile about, then I don’t know what is”– Chad Sugg, Monster Under Your Head

Dengan sujud syukur, saya mempersembahkan keberhasilan dalam masa studi ini kepada Tuhan Yesus Kristus Allah Bapa yang kekal sumber segala kekuatan

Mama Papa yang amat kusayangi dan yang mendukungku Kedua saudaraku Adric dan Archie

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul “Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol dari

Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap Aktivitas

Lactate Dehydrogenase pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan

dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,

maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 12 Januari 2016

Penulis,

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Maria Angelika Suhadi NIM : 128114147

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN- ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius

(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE

PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memintra izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian surat pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 12 Januari 2016

Yang menyatakan,

(10)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol dari Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap Aktivitas

Lactate Dehydrogenase pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk sebagai tugas akhir dan syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Strata Satu Progam Studi Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

Pada proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir, penulis menyadari

banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma yang telah mengizinkan penulis menjalankan

pembelajaran di Fakultas Farmasi

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan sabar membimbing, mendampingi, memberikan motivasi, dan

memberikan kritik saran kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.

3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah

(11)

viii

4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan, kritik, dan saran demi kemajuan skripsi ini.

5. Ibu Agustina Setyawati, M.Si., Apt. selaku Kepala Penanggung Jawab

Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin kepada peneliti

untuk menggunakan sarana prasarana berupa laboratorium dan alat-alatnya

untuk kepentingan penelitian.

6. Bapak Jeffry Julianus, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan dukungan, masukan, motivasi, dan doa dari awal masa perkuliahan

hingga dalam proses penyusunan skripsi sehingga akhirnya penulis berhasil

menyelesaikan skripsi dan memperoleh gelar sarjana.

7. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja

Nyata Alternatif yang telah membimbing, memotivasi, memberikan masukan,

kritik, dan saran kepada penulis selama proses Kuliah Kerja Nyata Alternatif

sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas pengabdian kepada masyarakat

dalam bentuk kuliah kerja nyata.

8. Pak Heru selaku laboran Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayat selaku

laboran Anatomi Fisiologi, Pak Wagiran selaku laboran

Farmakognosi-Fitokimia, Pak Parjiman selaku laboran Farmakologi-Toksikologi, Pak Parlan

selaku laboran Kimia Organik, Pak Kunto selaku laboran Kimia Analisis, dan

Pak Bimo selaku laboran Kimia Analisis Intrumental, atas segala bantuan dan

kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian di laboratorium yang

(12)

ix

9. Keluarga tersayang, baik Mama, Papa, saudara-saudaraku, Adric, Archie,

Khukhu, Kuchong, Susuk, Sukme, Carmen, Ruth, Rose yang telah menjadi

semangat dan motivasi bagi penulis, memberikan doa, dukungan penuh baik

material maupun moral, dan perhatian bagi penulis dalam melaksanakan tugas

akhir ini.

10.Teman-teman seperjuangan Skripsi Macaranga, untuk Cyndi, Rahayu, Novita,

Sona, Cynthia, Penina, Ria, dan Dian serta terkhusus untuk Adis Pranaya Yakin

yang telah bersama-sama dalam suka maupun duka dalam melaksanakan

kegiatan penelitian di laboratorium selama berbulan-bulan dan menjadi

motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

11.Teman, sahabat seperjuangan, keluarga hangat di FKK B dan FSM D 2012 yang

telah menjadi motivasi, memberikan dukungan, dorongan, doa, dan perhatian

kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi dan untuk kebersamaan selama

masa perkuliahan di Fakultas Farmasi, terima kasih untuk setiap tawa canda,

suka duka yang diberikan untuk penulis dan telah memberikan penulis berbagai

pengalaman yang berharga.

12.Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 Fakultas Farmasi dan juga

teman-teman dari Fakultas lain, terima kasih untuk kebersamaan yang dialami penulis

dari awal memasuki masa studi hingga sekarang, juga untuk pengalaman hidup

yang diberikan.

13.“Keluarga Cemara”, Rury Henggar, Natalia Putri, Bonifasia Anna, Cyndi

Yulanda, Rahayu Triwanti, Lucia Ida, Sona Karisnata, Novita, Lucia Christin,

(13)

x

Veronika Purba, Siti Sisca, Richard Anderson, Aditya Lela, Nanda Tia, dan

Monalisa Mangkoan untuk perhatian, semangat, dorongan, motivasi,

kebersamaan, dan yang diberikan juga sebagai tempat penulis untuk

menumpahkan segala cerita baik suka maupun duka dan terima kasih untuk

setiap senyuman dan pelukan yang diberikan bagi penulis.

14. Kelompok KKN Alternatif, Bonnifasia Anna, Cyndi Yulanda, Rahayu

Triwanti, dan Kresensia Trisna, terima kasih untuk pengalaman berharga, kerja

sama, semangat, dan kebersamaannya sehingga semua program KKN Alternatif

yang telah direncanakan dapat dijalan sesuai rencana dan membawa hasil yang

baik juga untuk mahasiswa maupun masyarakat setempat.

15.Kos Aditara Putri, terkhusus bagi Vicky Wijoyo, Suzan, Jessica, Cresentia

Claresta, Valentina Hendriyana, Ira Felisia, Ira Yoshida, Cindy Salim, dan Tria

untuk segala bantuan, semangat, doa, motivasi, kebersamaan, canda tawa, suka

dan duka yang diberikan kepada penulis sehingga penulis memiliki semangat

untuk memulai dan menyelesaikan segala tugas yang diembankan terhadap

penulis.

16.Leonardus Antoni, untuk dukungan semangat, motivasi, doa, dan perhatian

yang tiada henti selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

17.Semua pihak yang memang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis

sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik “Tiada gading yang tak retak” di mana tidak ada sesuatu yang begitu

(14)

xi

kekurangan dalam skripsi ini sehingga, penulis berharap adanya kritik dan saran

yang dapat diberikan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini akan memberikan manfaat

dalam bidang kesehatan, terutama dalam bidang kefarmasian, juga terhadap segala

pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, maupun di masyarakat.

Yogyakarta, 12 Januari 2016

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

INTISARI ... xxii

ABSTRACT ... xxiii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan masalah... 5

2. Keaslian penelitian ... 6

3. Manfaat penelitian ... 7

B. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan umum ... 7

(16)

xiii

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 9

A. Hati ... 9

1. Anatomi dan fisiologi hati ... 9

2. Kerusakan hati ... 13

7. Biologi dan ekologi (budidaya) ... 24

8. Kandungan kimia ... 25

E. Metode Penyarian ... 28

F. Fraksinasi ... 31

G. Landasan Teori ... 34

H. Hipotesis ... 35

BAB III. METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 36

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 36

1. Variabel utama ... 36

2. Variabel pengacau ... 36

(17)

xiv

1. Determinasi daun Macaranga tanarius L. ... 40

2. Pengumpulan bahan uji ... 40

3. Pembuatan serbuk daun ... 41

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L. .. 41

5. Pembuatan ekstrak metanol serbuk daun Macaranga tanarius L. ... 42

6. Pembuatan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius L. ... 43

7. Pembuatan larutan CMC 1% sebagai pelarut fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. ... 43

8. Pembuatan larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. ... 44

9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida ... 44

10.Uji pendahuluan ... 44

11.Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ... 45

12.Pengukuran kadar LDH... 47

F. Tata Cara Analisis Hasil ... 47

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Determinasi Daun Macaranga tanarius L. ... 48

B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.. ... 49

C. Hasil Rendemen Fraksi Heksan Etanol Ekstrak Metanol Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ... 49

(18)

xv

1. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ... 52

2. Penetapan dosis fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. ... 52

3. Penetapan waktu pencuplikan darah ... 53

F. Pengukuran Kadar LDH ... 58

1. Kelompok kontrol CMC dosis 2 mL/kgBB ... 60

2. Kelompok kontrol CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB ... 61

3. Kelompok kontrol dosis tertinggi yaitu dosis 137,14 mg/kgBB ... 62

4. Kelompok pemberian FHEMM dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB ... 63

G. Ringkasan Pembahasan ... 66

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 77

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Peningkatan relatif pada serum enzim pada kerusakan hati... 18

Tabel II. Komposisi Isoenzim LDH dan Aktivitasnya pada masing- masing jaringan ... 19

Tabel III. Distribusi LDH normal pada otot dan serum tikus ... 21

Tabel IV. Komposisi dan konsentrasi reagen ALT ... 39

Tabel V. Komposisi dan konsentrasi reagen AST ... 39

Tabel VI. Komposisi dan konsentrasi reagen LDH-L ... 40

Tabel VII. Rata-rata aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam ... 54

Tabel VIII. Hasil uji Tuckey aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam ... 54

Tabel IX. Rata-rata aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam ... 56

(20)

xvii

Tabel XI. Rata-rata aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah

pemberian larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol

Macaranga tanarius L. dan pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB

6 jam setelahnya ... 59

Tabel XII. Hasil Uji Games-Howell aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar

setelah pemberian FHEMM dan 6 jam setelah CCl4 dosis

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lobus hati dan empedu secara umum ... 10

Gambar 2. Penampang lobulus hati dan bagiannya ... 11

Gambar 3. Mekanisme CCl4 menginduksi kerusakan hati... 17

Gambar 4. Struktur isolasi senyawa mallophenol B, macarangioside A,

macarangioside B, macarangioside C, macarangioside D, lauroside E,

methylbrevifoline carboxylate, serta campuran hyperin dan

isoquercitrin dari daun Macaranga tanarius L. ... 25

Gambar 5. Struktir isolasi senyawa macaflavanone A-G dan nymphaeol C ... 26

Gambar 6. Struktur isolasi senyawa daun Macaranga tanarius L. (1) mallotinic acid

(2) corilagin (3) macatannin A (4) chebulagic acid (5) dan macatannin

B ... 27

Gambar 7. Diagram batang yang menunjukan aktivitas ALT pada tikus betina

galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada

waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam ... 54

Gambar 8. Diagram batang yang menunjukan aktivitas AST pada tikus betina

galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada

waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam ... 56

Gambar 9. Diagram batang aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah

(22)

xix

Macaranga tanarius L. dan pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB

(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto daun Macaranga tanarius L. ... 78

Lampiran 2. Foto ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. ... 79

Lampiran 3. Foto fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. ... 80

Lampiran 4. Foto suspensi FHEMM dengan konsentrasi 600 mg/25 mL ... 81

Lampiran 5. Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius L. ... 82

Lampiran 6. Surat ethical clearance penelitian ... 83

Lampiran 7. Surat keterangan penggunaan IBM SPSS Statistics 22 asli ... 84

Lampiran 8. Hasil analisis statistik kadar ALT pada uji pendahuluan waktu

pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida

2mL/kgBB ... 85

Lampiran 9. Hasil analisis statistik kadar AST pada uji pendahuluan waktu

pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida

2mL/kgBB ... 90

Lampiran 10. Hasil analisis statistik kadar LDH setelah pemberian fraksi heksan

etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. pada dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dilanjutkan pemberian karbon

tetraklorida 6 jam kemudian... 96

(24)

xxi

Lampiran 12. Perhitungan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. ... 107

(25)

xxii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. (FHEMM) terhadap penurunan kadar laktat dehoidrogenase (LDH) pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida (CCl4) dan mengetahui

hubungan kekerabatan antara peningkatan dosis FHEMM dengan penurunan kadar LDH yang terjadi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lenglap pola searah. Sebanyak 30 ekor tikus betina galur Wistar yang terbagi acak dalam 6 kelompok. Kelompok I (kontrol CMC) diberikan CMC 2mL/kgBB. Kelompok II (kontrol hepatotoksin) diberikan CCl4 2mL/kgBB.

Kelompok III (kontrol dosis III) diberikan FHEMM dosis III. Kelompok IV, V, dan VI diberikan perlakuan FHEMM dengan dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB kemudian diberikan CCl4 dalam jangka waktu 6 jam setelah pemberian fraksi.

Dalam 24 jam setelah pemberian CCl4 diambil cuplikan darahnya untuk penetapan

kadar LDH. Data yang didapatkan diolah dengan uji statistika dengan One Way ANOVA pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian jangka pendek FHEMM dengan peringkat dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dapat menurunkan kadar LDH tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 walaupun di antara

penurunan kadar LDH yang terjadi dengan peringkat dosis tidak memiliki hubungan kekerabatan.

(26)

xxiii

ABSTRACT

This study was aimed to investigate the effect of short-term administration of hexane-ethanol fraction of methanol extract of Macaranga tanarius L. leaves (FHEMM) to decrease level of lactate dehydrogenase (LDH) levels in female Wistar rats induced carbon tetrachloride (CCl4) and to know the relationship

between increased dose of FHEMM and decreased level of LDH.

This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total 30 female Wistar rats were divided randomly into 6 groups. Group I (CMC controlled-group) was given CMC at a dose 2 mL/kgBW. Group II (hepatotoxin controlled-group) was given CCl4 at a dose 2 mL/kgBW.

Group III (highest dose controlled-group) was given oral FHEMM at highest dose. Group IV, V, and VI was given FHEMM at a dose 34.28 ; 68.57 ; and 137.14 mg/kgBW then 6 hours after administration FHEMM, CCl4 was administered

intraperitonially. At the 24 hours after CCl4 administration, blood samples were

taken for measuring level of LDH. The data were analyzed by One Way ANOVA with confident interval 95%.

The result of this study showed that short-terms FHEMM with increased dose 34.28 ; 68.57 ; and 137.14 mg/kgBW be able to decrease LDH levels of female Wistar rats induced CCl4. There is no relationship between decreased levels of LDH

with a dose rank.

Key words : short-term, carbon tetrachloride, lactate dehydrogenase, hexane-ethanol fraction, mhexane-ethanol extract, Macaranga tanarius L. leaves

(27)

1

BAB I

PENGANTAR A. Latar Belakang

Hati atau hepar adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di

bagian teratas dalam rongga abdomen sebelah kanan di bawah diafragma (Pearce,

2009). Hati merupakan pusat metabolisme tubuh dengan kapasitas cadangan yang

besar, karena itu kerusakan sel hati secara klinis baru dapat diketahui jika sudah

lanjut (Widmann, 1995). Hati mempunyai banyak fungsi fisiologi penting yang

memberi dampak bagi tubuh, namun 3 fungsi utama hati yaitu termasuk

penyimpanan, metabolism, dan biosintesis (Hodgson, 2010).

Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat, namun hal ini tidak

berarti hati tidak dapat mengalami kerusakan yang permanen akibat paparan zat

kimia. Kerusakan hati dapat disebabkan oleh berbagai macam substansi kima

(hepatotoksikan) dan ditandai dengan adanya akumulasi lemak atau kematian sel.

Akumulasi lemak dalam hati (steatosis) merupakan tanda-tanda umum toksisitas

hati dan mungkin diakibatkan oleh zat kimia yang toksik, termasuk alkohol.

Nekrosis hati (kematian sel-sel hati) terjadi akibat paparan terhadap sejumlah zat

kimia, antara lain aflatoksin, karbon tetraklorida, kloroform, dan asam tannat

(WHO, 2002).

Penyakit hati merupakan penyebab kematian yang akan meningkat dari tahun ke tahun, di mana penyakit ini merupakan penyakit “pembunuh terbesar”

(28)

pernafasan. Sekitar 16.087 pasien di UK meninggal karena penyakit hati pada tahun

2008, meningkat sekitar 4,5% dari tahun 2007. Organisasi British Liver Trust

mempercayai bahwa tingkat kematian akibat penyakit hati telah meningkat secara

statistik, namun memang tidak komprehensif. Namun jika hal ini berlanjut,

kematian karena penyakit hati diprediksikan akan menjadi 2 kali lipat dalam 20

tahun (British Liver Trust, 2009). Penelitian lain melaporkan di U.S. pasien

steatosis bervariasi tergantung dari etnis (Hispanics 45%, kulit putih 33%, dan kulit

hitam 24%) dan gender (42% pada laki-laki kulit putih dan 24% pada wanita kulit

putih) (Browning, et al., 2004). Di Indonesia sendiri prevalensinya dapat mencapai sekitar 30%, data ini sedikit lebih tinggi jika di bandingkan dengan negara-negara

Asia lainnya (Amarapurkar, Hashimoto, Lesmana, Sollano, Chen, dan Goh, 2007).

Orang yang obesitas dan mengkonsumsi alkohol berlebih (peminum berat)

merupakan faktor risiko steatosis yang paling umum (Bellentani, et. al., 2000). Faktor tambahan lain yang dapat menyebabkan steatosis adalah kondisi patologis

seperti dyslipidemia, sindrom metabolik, diabetes mellitus, hepatitis, sindrom Wilson’s, dan beberapa obat atau bahan kimia (Camp Lejeune Legislation, 2015).

Karbon tetrakolrida (CCl4)merupakan zat cair tanpa warna dengan bau

menyengat, digunakan sebagai zat pengawal lemak, pelarut, bahan pendingin,

pemadam api, propelan, gas insektisida, dan merupakan senyawa yang toksik

(Pudjaatmaka, 2002). CCl4 bertindak sebagai senyawa model yang bersifat

hepatotoksin (senyawa yang dapat merusak hati berupa steatosis). Kerusakan hati

(29)

(ALP) (Rao, 2012). Ketika sel hati mengalami kerusakan, enzim-enzim ini akan

keluar ke aliran darah dari jaringan hati dan menghasilkan peningkatan pada serum

darah (Kasdallah-Grissa, et al., 2007). LDH adalah enzim yang berfungsi untuk melakukan transfer hidrogen, yang ditemukan di sitoplasma pada sebagian besar

sel tubuh. Peningkatan serum LDH akan menandakan adanya kerusakan atau

nekrosis, hemolisis, penyakit hati, nekrosis tubular ginjal, pyelonephritis, dan malignan neoplasia (Gupta, 2014). Pemberian CCl4 mengakibatkan peningkatan

kadar LDH hingga 2-3x nilai normalnya. Hal ini menandakan adanya kerusakan

pada sel hati (Vitcheva, Simeonova, Krasteva, Nikolov, dan Mitcheva, 2012).

Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan merupakan

pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, (Wijayakusuma,

2000). Obat herbal telah menjadi penting pada beberapa tahun terakhir karena

keamanan, efikasi, dan keefektifannya. Salah satu efek yang penting yaitu

penggunaan obat herbal sebagai agen hepatoprotektif (Gupta, 2001). Beberapa

penelitian yang dilakukan di bidang penemuan dan pengembangan obat telah

menunjukan adanya efek samping pada obat modern, maka pengobatan alami

dianggap sebagai alternatif yang aman dan efektif dalam terapi hepatotoksisitas

(Kiran, Raju, dan Rao, 2012). Senyawa aktif yang diduga memiliki manfaat sebagai

hepatoprotektor (pelindung hati) adalah terpen, steroid, flavonoid, gikosida, dan

alkaloid (Utami, 2013).

(30)

memproduksi ant-attracting food (Heil, Koch, Hilpert, Fiala, Bolan, dan Linsenmair, 2001). Di Thailand, akar dari tanaman ini diminum sebagai antipiretik

dan sebagai antitusif. Akar keringnya digunakan sebagai antiemetik, sedangkan

daun segar Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. digunakan untuk menutupi luka (Phommart, et al., 2005). Selain itu, Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terbukti dapatmemberikan aktivitas hepatoprotektif secara in vivo (Lin, Hiu, Lu, 2005).

Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki senyawa mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, dan hyperin

dan isoquercitrin serta 4 senyawa megastigmane glucoside baru yang diberi nama

macarangaiosides A-D (Matsunami, et al., 2006). Menurut Koni (2013) dan Inggrid (2013) pemberian ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.

memberikan efek hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida.

Telah diketahui bahwa ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki phenylflavonoid yang merupakan antioksidan yang memiliki aktivitas terhadap senyawa radikal 2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazyl (DPPH) yang kuat (Kumazawa, Murase, Momose, dan Fukumoto, 2014). Selain itu, fraksi

etilasetat dari daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. diduga memiliki aktivitas antioksidan (Kawakami, et al., 2008). Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya aktivitas antioksidan pada fraksi heksan-etanol daun

Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan memberikan fraksi Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus yang hatinya telah rusak. Pemilihan pelarut yang dilakukan oleh peneliti yaitu heksan-etanol didasarkan pada kemiripan lipofilisitas

(31)

Liposfilisitas atau koefisian partisi dinyatakan dalam log P didefinisikan sebagai

perbandingan molekul yang tidak terion antara fase organik dan fase air pada

kesetimbangan. Nilai log P akan menentukan sebuah senyawa lebih larut di pelarut

air atau pelarut organik (Khan, 2012). Semakin mirip lipofilisitas (log P) antara

molekul senyawa dengan lipofilisitas (log P) pelarut, maka senyawa akan mudah

larut.

Pada penelitian, dilakukan pemberian jangka pendek fraksi heksan etanol

ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (FHEMM) kepada tikus galur Wistar yang telah diinduksi dengan CCl4 untuk melihat apakah pemberian

fraksi heksan-etanol ini memang mempunyai pengaruh terhadap kerusakan hati

yang dialami tikus dalam jangka pendek. Parameter kerusakan hati dapat dilihat

pada peningkatan serum ALT, AST, ALP dan LDH. Penelitian ini merupakan

penelitian payung dengan memberikan FHEMM jangka pendek dan dilakukan

pengukuran serum ALT, AST, ALP, bilirubin, albumin dan LDH, di mana peneliti

lebih fokus terhadap parameter LDH. Peningkatan kadar LDH lebih dari batas

normal mengindikasikan bahwa hati mengalami kerusakan (Gupta, 2014).

1. Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian jangka pendek FHEMM memiliki pengaruh terhadap

kadar LDH tikus yang terinduksi CCl4?

2. Apakah ada hubungan kekerabatan antara ketiga peringkat dosis FHEMM

(32)

2. Keaslian Penelitian

Gunawan-Puteri dan Kawabata (2010) melaporkan bahwa ekstrak

metanol-air pada daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki aktivitas untuk menghambat α-glukosidase. Penelitian dilanjutkan oleh Handayani

(2011) dan dilaporkan bahwa ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat menurunkan kadar glukosa. Padapenelitian yang dilakukan oleh Kumazawa, et al., (2014) ditemukan adanya aktivitas antioksidan

prenylflavonoids pada daun, bunga, batang, dan buah Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Kawakami, et al., (2008) pernah melakukan penelitian untuk mengesktraksi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. menggunakan metanol kemudian hasilnya difraksi lagi menggunakan butanol untuk mendapatkan

isolasi senyawa yang diduga memiliki aktivitas antioksidan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lin, et al., (2005) melaporkan bahwa daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. mempunyai efek hepatoprotektif secara in vivo yang dapat menurunkan ratio hepatotoxic dari 100% menjadi 5,7% jika dibandingkan dengan Terminalia catappa dan Securina virosa. Lim, Lim, dan Yule (2009) telah melakukan penelitian mengenai evaluasi aktivitas

antioksidan, antibakteri, dan antitirosinase pada spesies Macaranga tanarius

(33)

Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh penulis,

penelitian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek FHEMM terhadap

kadar LDH tikus yang terinduksi CCl4 belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kefarmasian mengenai

pengaruh pemberian jangka pendek bentuk FHEMM terhadap penurunan

kadar LDH.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat terutama pasien dengan gangguan hati tentang penggunaan

bentuk FHEMM untuk menurunkan kadar LDH.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh

FHEMMterhadap penurunan kadar LDH.

2. Tujuan khusus

a) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian

jangka pendek FHEMM terhadap penurunan kadar LDH pada tikus

(34)

b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan

antara peningkatan dosis FHEMM dengan penurunan kadar LDH

(35)

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hati

1. Anatomi dan fisiologi hati

Hati, yang merupakan organ terbesar di tubuh, dapat dianggap sebagai sebuah “pabrik kimia” yang memproduksi, menyimpan, mengubah, dan

mengekskresikan zat hasil metabolisme. (O’Connell, Bare, Hinkle, dan Cheever,

2010). Hati terletak di belakang tulang rusuk di bagian kanan atas rongga perut,

yang berfungsi sebagai protective barrier. Dengan massa 2-3% dari total berat badan orang dewasa atau 5% dari total berat badan pada anak-anak menjadikan hati

sebagai organ terbesar dalam tubuh dengan berat ± 1500 g (Palmer, 2004).

Hati berwarna merah kecoklatan. Hati dilapisi oleh kapsul fibrosa (Moini,

2015). Hati terdiri dari 2 bagian yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus kanan dan

lobus kiri, di mana lobus kanan lebih besar dari lobus kiri (Gambar 1). Lobus kiri

hanya seperlima dari ukuran lobus kanan (Palmer, 2004). Lobus di liver tersusun

dari banyak unit fungsional yang kita sebut lobulus (Rizzo, 2015) Hati dilintasi

oleh pembuluh darah dan saluran-saluran khusus yang disebut saluran empedu.

Suplai darah melalui saluran empedu memiliki 2 saluran utama yaitu vena portal

dan arteri hepatik. Sel yang membentuk organ hati diketahui sebagai hepatosit. Di

bawah hati terdapat organ yang berbentuk seperti buah pir yang disebut kantung

(36)

Gambar 1. Lobus Hati dan Empedu Secara Umum (O’Connell, et al., 2010)

Sirkulasi darah keluar dan masuk ke dalam hati merupakan salah satu

fungsi utama hati. Sirkulasi darah dalam hati terbagi menjadi 2 jalur utama. Sekitar

80% darah masuk dari vena portal, yang mengalir dari saluran pencernaan dan kaya

akan nutrisi namun kekurangan oksigen. Sedangkan sisanya akan masuk melalui arteri hepatik dan kaya akan oksigen (O’Connell, et al., 2010). Hati akan menerima

darah 1500 mL darah/menit, dimana terbagi menjadi :

a. Arteri hepatik, yang merupakan cabang dari batang celiac, memberikan

sekitar 20-25% (300-400 mL / menit) dari jumlah darah yang

dibutuhkan oleh hati.

b. Vena portal yang mendapatkan darah dari mesenteric dan splenic, akan memberikan sekitar 75-80% (1100-1200 mL/min) dari total kebutuhan

darah (Khurana, 2012)

Sebagai tambahan hepatosit, sel fagosit termasuk dalam sistem

retikuloendotelial yang ada di hati (Gambar 2). Pada hati, sel seperti ini disebut sel

Kupffer. Sebagai fagosit yang paling umum, fungsi utama sel Kupffer adalah untuk

(37)

darah. Saluran empedu terkecil, disebut kanalikuli, berada di antara lobus hati.

Kanalikuli akan menerima sekresi dari hepatosit dan membawa mereka ke saluran

empedu yang lebih besar, dan berakhir di saluran hati (O’Connell, et al., 2010).

Gambar 2. Penampang Lobulus Hati dan Bagiannya (O’Connell, et al., 2010)

Hati memiliki beberapa fungsi biokimia. Fungsi-fungsinya yaitu :

a. Fungsi sekresi. Sel-sel hati bertindak sebagai kelenjar eksokrin dan secara

terus-menerus memproduksi empedu, di mana empedu penting dalam pencernaan dan

absorpsi lemak.

b. Fungsi metabolisme. Hati merupakan organ utama dalam metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein. Selain itu, hati juga mengambil peranan dalam

metabolisme vitamin dan mineral pada batas tertentu. Peranan yang diberikan

hati pada metabolisme :

(38)

a. Hati dapat bertindak sebagai glucostat melalui 3 cara yaitu

glycogenesis (pembentukan glikogen oleh glukosa dan disimpan dalam hati), glycogenolysis (memecah glikogen menjadi glukosa), dan

glucogenesis (glukosa yang terbentuk dari sumber non-karbohidrat). b. Hati merupakan organ untuk metabolisme hati yang paling utama

karena mempunyai enzim alcohol dehydrogenase.

c. Hati dapat mengkonversi monosakarida seperti glukosa, galaktosa, dan

fruktosa.

2. Lemak. Metabolisme lemak yang terjadi di hati meliputi degradasi dan

sintesis. Hati memiliki enzim lipoprotein lipase yang dapat menghidrolisis

trigliserid, kolesterol, dan fosfolipid menjadi asam lemak. Pada sisi

sebaliknya, hati dapat mensintesis karbohidrat menjadi trigliserid,

kolesterol dan fosfolipid disintesis dari asam lemak bebas, asam lemak

jenuh disintesis melalui siklus Kreb di mitokondria dan lipoprotein (seperti

HDL, LDL, VLDL, dan chylomicron) juga disintesis di hati.

3. Protein. Dalam tubuh, terjadi pemecahan dan resintesis protein sekitar

80-100 gram protein jaringan per hari dan 50% (sekitar 40-50 g) terjadi di hati.

c. Fungsi detoksifikasi dan proteksi. Sel Kupffer secara efisien mampu

menghilangkan bakteri atau benda asing lainya yang ada di sirkulasi. Hal ini

merupakan tindakan pembersihan yang dilakukan oleh darah di hati. Hati

mampu untuk mendetoksifikasi obat dengan oksidasi/ hidrolisis/ reduksi/

(39)

d. Fungsi penyimpanan. Hati dapat menyimpan glukosa (dalam bentuk glikogen),

vitamin B12, dan vitamin A. Liver bertindak sebagai buffer zat besi darah dan

penyimpanan zat besi. Hati mampu menyimpan 60% zat besi dalam bentuk

ferritin dan yang sebagian dalam bentuk haemosiderin.

e. Fungsi eksresi. Beberapa zat tertentu hanya bisa diekskresikan di hati, seperti

zat warna bromsulphthalein (BSP) yang hanya bisa dieksresikan melalui sel hati

f. Fungsi sintesis, hati merupakan tempat untuk mensintesis plasma protein, faktor

koagulasi darah (konversi pre-protombin menjadi protombin aktif, produksi

fibrinogen, faktor V, VII, IX, dan X), enzim (ALP, SGPT, SGOT, serum

isositrat dehidrogenase), urea, dan kolesterol.

(Khurana, 2012)

2. Kerusakan hati

Resiko klinis yang paling parah dari penyakit hati yaitu terjadinya gagal

hati. Gagal hati merupakan titik akhir kerusakan hati sebagai bagian dari penyakit

hati kronik. Umumnya sekitar 80-90% fungsi hati sudah mulai berkurang setengah

sebelum munculnya gagal hati (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007). Senyawa

toksis dapat menyebabkan kerusakan pada hepatosit. Jenis kerusakannya

dikategorikan menjadi :

a. Perlemakan hati (steatosis). Liver steatosis didefinisikan sebagai kondisi di mana ditemukannya droplet lemak tunggal dalam ukuran kecil atau sedang,

yang tersebar pada sel hati dan mengandung lemak 3-10% dari berat total

(40)

tersimpan di hati >10% dari berat hati, di mana >50% hepatositnya berisi

droplet lemak dengan ukuran yang berbeda (kecil, sedang atau besar)

(Kuntz dan Kuntz, 2009). Peningkatan serum konsentrasi enzim pada

hepatosit (alkalin fosfatase, aspartat aminotransferase, alanin transferase)

dapat mengindikasikan adanya akumulasi lemak di hati (Engelking, 2014).

b. Nekrosis. Nekrosis hati dapat muncul dan menjadi tahapan sekunder untuk

proses kerusakan hati seperti inflamasi dan neoplasia hati, di mana nekrosis

hati dapat dikaitkan dengan hepatotoksin (Tams, 2003). Nekrosis hati

ditandai oleh respon seluler nekrosis. Ketika ada suatu agen yang

merangsang sistem imun atau racun masuk dalam hati, sel-sel hati akan

mengalami apoptosis dengan sel pyknotic dengan bantuan eosinofil. Sel-sel yang lain akan mengalami pembengkakan dan dapat meledak, kejadian

inilah yang disebut degenerasi hidrofik (Shaffer, 2004). Nekrosis dapat

disebabkan oleh alkohol, CCl4, brombenzena, dan berilium (Duffus dan

Worth, 1996).

c. Kolestatis adalah gangguan sekresi empedu yang biasanya ditandai dengan

berkurangnya aliran empedu dan retensi konstituen empedu di darah, hati,

serta organ dan jaringan ekstrahepatik (Monga, 2010). Kolestatis dapat

disebabkan oleh induksi obat-obatan atau bahan kimia, adanya infeksi yang

menyebabkan kerusakan hati, kerusakan secara fisik pada saluran empedu,

atau adanya kelainan genetik (Davit, Gonzales, Baussan, dan Jacquemin,

2009) Indentifikasi awal dari kolestatis yaitu adanya peningkatan serum

(41)

d. Sirosis merupakan keadaan kronis, kondisi irreversible di mana struktur dari lobular normal telah digantikan dengan jaringan fibrosa dan regenerasi

nodul berasal dari hepatosit yang masih tersisa (Kumar, Abbas, dan Aster,

2012). Konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan kematian pada pasien sirosis (Rom dan Markowitz, 2007).

Selain alkohol, sirosis dapat terjadi jika hati terinfeksi oleh virus atau karena

terpapar pelarut organic (Chiazz, Ference, dan Wolf, 1980). Beberapa

penelitian memperlihatkan hasil, adanya peningkatan morbiditas pekerja

yang terpapar pelarut organik terus-menerus, seperti dimetilnitrosamin

(DMN), TNT, TCE, pestisida, dan hidrazin (Dossing dan Skinhoj, 1985).

B. Karbon Tetraklorida

Karbon tetrakloridamerupakan cairan jernih yang tidak berwarna, mudah

menguap dengan bau yang kuat yang hampir sama dengan kloroform. CCl4 apabila

dipanaskan dapat teroksidasi menjad phosgene yang sifatnya toksik (U.S. Department of Health and Human Services Public Health Service, 1998). CCl4 tidak

larut dalam air namun, larut dalam pelarut seperti minyak, lemak, dan resin. Juga

CCl4 stabil pada panas hingga 500°C (Arora, 2006). Orang dewasa maupun

anak-anak lebih rentan mengalami efek toksis dari CCl4 pada hati. LD50 oral untuk tikus

yaitu 1,76 ml/kg BB (Cockerham dan Shane, 1993).

Induksi kerusakan hati karena keracunan CCl4 merupakan salah satu

(42)

(Dominguez, 2013). Hepatotoksisitas CCl4 telah dilaporkan semenjak abad ke-20.

Pada model penelitian hewan, perbedaan hepatotoksisitas tergantung dari umur dan

jenis kelamin hewan, seperti tikus dewasa punya toksisitas yang lebih tinggi

dibanding newborn dan tikus jantan lebih beresiko di banding tikus betina (Wypych, 2001). Model pembelajaran dengan CCl4 ini dapat membantu

menjelaskan mengenai mekanisme kerja hepatotoksik seperti degenerasi melemak

(steatosis), fibrosis, kematian hepatoselular, dan karsinogenitas (Dominguez,

2013).

Senyawa ini bersifat hepatotoksin, dengan mekanisme aksi CCl4 akan

diaktivasi oleh oleh sitokrom (CYP) 2E1, CYP2B1 atau CYP2B2, dan mungkin

CYP3A, untuk membentuk trichloromethyl radikal, CCl3•. Senyawa radikal ini

dapat berikatan dengan molekul seluler dalam tubuh (asam nukleat, protein, dan

lemak) dan mengganggu proses metabolism lipid sehingga akan menyebabkan

degenerasi lemak (steatosis) pada liver. Selain itu, CCl3• juga dapat bereaksi dengan

oksigen untuk membentuk triklorometilperoksi CCl3OO• radikal (senyawa yang

sangat reaktif), dan menghancurkan asam lemak polyunsaturated khususnya yang berhubungan dengan fosfolipid. Hal ini akan mempengaruhi permeabilitas

mitokondria, retikulum endoplasma, dan membran plasma yang akan

mengakibatkan hilangnya penyerapan kalsium dan homeostasis. Hal inilah

penyebab kerusakan sel liver yang terjadi. Beberapa mekanisme CCl4 mampu

menimbulkan kerusakan hati dapat dilihat secara lebih rinci pada gambar 3

(43)

Selain itu, CCl4 dapat menyebabkan hypometliasi, pada bagian RNA, CCl4

dapat menghambat sintesis protein. Pada bagian fosfolipid, CCl4 dapat menghambat

sekresi lipoprotein. Pada tingkat molekuler CCl4 akan mengaktifkan tumor necrosis factor (TNF) α, oksida nitrat (NO), dan mengubah faktor pertumbuhan α dan β

dalam sel, sehingga akan mengarahkan sel terhadap kematian sel atau fibrosis. TNF α akan bertanggungjawab ke arah apoptosis dan TGFs akan bertanggungjawab ke

arah fibrosis (Weber, Boll, dan Stampfl, 2003).

(44)

Dengan mekanisme CCl4 dalam mengakibatkan steatosis, penanda atau marker yang menunjukan adanya steatosis dapat dilihat pada peningkatan serum enzimologi. Serum enzim telah menjadi penanda kerusakan hati selama lebih dari

40 tahun yang lalu. Penggunaan serum enzim untuk menguji hepatotoksisitas harus

menggunakan test enzim yang spesifik pada hati. Contohnya aspartate

aminotransferase, alanine aminotransferase, laktat dehidrogenase, isocitric

dehydrogenase, dan aldolase ditemukan dengan konsentrasi tinggi di hati, otot,

miokardium, ginjal, dan jaringan lain yang dapat merespon kerusakan dengan

peningkatan kadar serum. Kadar aminotransferase merupakan pengukuran yang

digunakan paling umum sebagai penanda kerusakan hati. Tabel I memperlihatkan

derajat kerusakan yang ditimbulkan beberapa senyawa hepatotoksin, terutama CCl4

(Zimmerman, 1999).

Tabel I. Peningkatan relatif pada serum enzim pada kerusakan hati (Zimmerman, 1999)

C. Laktat Dehidrogenase

Laktat dehidrogenase adalah enzim yang berfungsi untuk melakukan

transfer hydrogen, yang ditemukan di sitoplasma pada sebagian besar sel tubuh

(Gupta, 2014). Enzim ini didistribusi dalam jaringan dan kurang spesifik.

Penggunaan isoenzim LDH relatif mahal dan terbatas penggunaannya (Pandey,

(45)

LDH mengkatalisis konversi piruvat dan NADH menjadi laktat anaerob

dan NAD+ untuk menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). LDH konsentrasinya

tinggi di jantung dan otot, hati, ginjal, parenchyma paru-paru, dan eritrosit. LDH

dapat di kelompokan menjadi 5 komponen yang berbeda namun mempunyai berat

molekul yang sama dengan perbedaan muatan. Tabel II menunjukan isoenzim LDH

dan aktivitasnya pada setiap jaringan (Helms, Ouan, Herlindal, dan Gourley, 2006).

Enzim LDH merupakan protein tetramer (protein dengan struktur kuartener), yang

terdiri dari 4 subunit, dengan 2 tipe, yaitu M dan H yang diproduksi dari gen LDHB

dan LDHA. Dalam serum terdapat 5 isomeric dari enzim ini yang dapat dilihat pada

tabel II (Kagen, 2009).

Tabel II. Komposisi isoenzim LDH dan aktivitasnya pada masing-masing jaringan (Helms, et. al., 2006)

Peningkatan pada serum LDH dapat disebabkan oleh agen hepatotoksin

dan hemolisis. Serum LDH biasanya meningkat pada keadaan infark miokard akut

yang ditandai dengan mulai meningkat 10-12 jam setelah pemejanan akut, dan

mencapai puncak pada 48-72 jam dengan rentang antara 10-14 hari. Peningkatan

(46)

di paru-paru seperti TBC atau bakteri pneumonia, juga pada pasien dengan

Pneumocystis carinii pneumonia di pasien HIV (Helms, et al., 2006). Bersama dengan AST dan kreatinin kinase, LDH merupakan penanda yang spesifik pada

kerusakan pada jantung (Naraoka, et.al., 2005). Penyebab peningkatan LDH di plasma karena : infrak miokard, di mana LDH1 dan LDH2 yang meningkat secara

dominan, pada malignancy dan leukemia akut LDH2 dan LDH3 yang meningkat

secara dominan, dan pada masalah di otot rangka serta kerusakan hati, LDH5 yang

meningkat secara dominan (Raju dan Madala, 2005).

Penurunan LDH pada LDH menunjukan adanya respon yang baik pada

pasien yang diterapi kanker (Dirjen Binfar, 2011). Kekurangan LDH dalam tubuh

bisa disebut defisiensi LDH, yaitu kondisi yang akan mempengaruhi bagaimana

tubuh akan merombak glukosa menjadi energy. Dua tipe defisiensi LDH yaitu

defisiensi LDH-A (terkadang disebut glycogen storage disease XI) dan LDH-B (Genetic Home Reference, 2012). Pasien dengan defisiensi LDH-A akan memiliki

gangguan aktivitas di otot. Hal ini terjadi karena adanya gangguan regenerasi NAD+

dan produksi laktat (kadar piruvat menjadi tinggi) (Hoffmann, Zschocke, dan

Nyhan, 2009). Kram, lemah, lelah, dan nyeri otot sering dialami pasien defisiensi

LDH-A selama melakukan aktivitas harian. Pada beberapa pasien, aktivitas berat

dapat mengakibatkan jaringan otot menjadi hancur (rabdomiolisis). Penghancuran

jaringan otot akan mengakibatkan pelepasan protein yang dinamakan myoglobin

yang akan dimetabolisme oleh ginjal dan diekskresi di urin (myoglobinuria).

Myoglobin akan mengakibatkan warna urin menjadi merah atau coklat dan protein

(47)

tidak memiliki tanda dan gejala, mereka juga tidak mengalami kesulitan melakukan

aktivitas hariannya. Defisiensi ini dapat diketahui dari hasil laboratorium LDH

darah secara rutin (Genetic Home Reference, 2012). Selain itu, kadar LDH yang

rendah dapat mengindikasikan adanya transudat efusi pleural yaitu adanya cairan

yang berlebih di pleura (selaput yang membungkus paru-paru). Efusi pleura ini

muncul akibat dari perubahan tekanan hidrostatik atau osmotik di membran pleura

dan bukan dari penyakit paru-paru (Bourke dan Burns, 2015).

Nilai normal LDH yaitu < 40 U/L atau kira-kira 10% dari serum level total

untuk orang dewasa dan <70 U/L untuk neonates (Fischbach dan Dunning, 2009).

Atau dalam satuan internasional, kadar LDH normal yaitu 100-190 IU/L (Helms,

et. al., 2006). LDH merupakan enzim yang tersebar diseluruh tubuh. Kadar LDH pada serum tikus normal dapat dilihat pada Tabel III di bawah ini.

Tabel III. Distribusi LDH normal pada otot dan serum tikus (Gupta, 2014)

Peningkatan serum LDH telah dikaitkan dengan kerusakan struktural pada

sel hati, karena enzim ini akan dilepaskan ke sirkulasi darah setelah adanya nekrosis

seluler (Zhang, Hu, Yuan, dan Wu, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Xia,

(48)

meningkatkan serum LDH hingga 2-3 kali kadar normalnya. Hasil ini juga sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Vitcheva, et al., (2012) bahwa ada peningkatan serum LDH yang signifikan setelah pemejanan CCl4 (bila

dibandingkan dengan kontrol). Penelitian lain telah dilakukan oleh Saba, Onakoya,

dan Oyagbemi (2012) melaporkan pemberian CCl4 dapat meningkatkan serum

LDH hingga 1-2 kali kadar normalnya. Pelepasan enzim AST, ALT, dan LDH

diamati pada jam ke-24 setelah induksi dengan CCl4. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Pareek, Godavarthi, Issarani, dan Nagori (2013) mendukung

pernyataan Saba, et al., (2012) bahwa peningkatan kadar enzim mengindikasikan adanya kerusakan membran dan ketidakstabilan akibat cedera oksidatif yang

ditimbulkan oleh hepatotoksin.

D. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.

1. Taksonomi

Kerajaan : Plantae

Sub kerajaan : Viridiplantae

Infra kerajaan : Streptophyta

Super divisi : Embryophyta

Divisi : Tracheophyta

Sub Divisi : Spermatophytina

Kelas : Magnoliopsida

Superorder : Rosanae

Order : Malpighiales

(49)

Genus : Macaranga

Spesies : Macaranga tanarius (L.) Mull. Arg. (ITIS, 2015).

2. Nama lain

Ricinus tanarius L. (Wagner, Herbst, dan Sohmer,1999), Macaranga molliuscula Kurz, Macaranga tomentosa Druce, Mappa tanarius Blume (World Agroforestry Centre, 2002).

3. Nama lokal

Tutup ancur (Jawa) ; mapu (Batak) ; mara (Sunda) (Prosea, 2010).

4. Morfologi

Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. merupakan pohon kecil sampai sedang, dengan dahan agak besar. Daun berseling, agak membundar, dengan

stipula besar yang luruh dan berbentuk bulat telur hingga bulat telur memanjang

berukuran 8-30 cm, dan tangkai daun berukuran 6-25 cm. Perbungaan muncul

dari ketiak daun-ujung pertumbuhan, berbentuk malai. Bunga ditutupi oleh

daun gagang dan berwarna putih kekuningan. Buah kapsul berkokus 2, ada

kelenjar kekuningan di luarnya. Dengan kulit bagian luar terdapat duri tetapi

tidak tajam, setiap buah akan terdiri dari 3 biji yang membulat, menggelembur,

dan berwarna coklat-hitam. Jenis ini juga mengandung tannin yang cukup untuk

menjamak jala dan kulit (Prosea, 2010)

5. Distribusi/penyebaran

Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. tersebar luas dari kepulauan Andaman dan Nicobar, Indo-Cina, Cina selatan, Taiwan, dan Kepulauan

(50)

Jenis ini umum dijumpai di daratan Asia Tenggara (Thailand Selatan,

Semenanjung Malaya), dan banyak pulau di Malesia (Sumatra, Kalimantan,

Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Nugini, serta seluruh Kepulauan Filipina

(Prosea, 2010). Dengan rata-rata curah hujan dan suhu lingkungan yang

bervariasi yaitu antara 50-68°F (kira-kira 10-20°C di bulan January dan lebih

dari 86°F (>30°C) pada bulan Juli (Hammond, 1986).

6. Habitat

Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. umumnya tumbuh di hutan sekunder terutama di area logging. Dijumpai juga di belukar, semak, hutan kecil

pedesaan, dan vegetasi pantai. Tumbuh pada tanah liat, lempung, dan pasir,

biasanya di dataran rendah tetapi di Jawa dijumpai sampai ketinggian 1500 m

(World Agroforesty Centre, 2002).

7. Biologi dan ekologi (budidaya)

Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dibudidayakan untuk berbagai penggunaan. Pohon ini dapat digunakan sebagai pohon hias dan biasanya

digunakan dalam berbagai proyek untuk reboisasi di daerah Hawaii dan daerah

tropis lainnya. Di Sumatra, buah dari Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat direbus dan dijadikan gula untuk keperluan sehari-hari. Di Indonesia dan

Filipina, getah dari kulit kayunya dapat dijadikan lem. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat juga digunakan sebagai kayu bakar, seratnya dapat dijadikan

papan, daunnya dapat digunakan sebagai pengobatan (antiinflamasi,

(51)

8. Kandungan kimia

Phommart dkk. (2005) menemukan kandungan baru yaitu

tanarifluranonol, tanariflavanon C, tanariflavanon D bersama dengan tujuh kandungan lain yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C,

tanariflavanone B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol) dan annuionone E. Penelitian selanjutnya oleh Matsunami dkk. (2006), ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang kemudian difraksi dengan etil asetat di ketahui memiliki banyak kandungan

kimia yang dapat di isolasi antara lain mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, dan hyperin dan isoquercitrin serta 4 senyawa

megastigmaneglucoside baru yang di beri nama macarangaiosides A-D seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Struktur isolat senyawa mallophenol B, macarangioside A,

macarangioside B, macarangioside C, macarangioside D, lauroside E, methyl brevifoline carboxylate, serta campuran hyperin dan isoquercitrin dari daun

(52)

Beberapa tahun kemudian, dengan menggunakan pelarut yang sama

(ekstrak metanol fraksi etil asetat) dari daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ditemukan 7 senyawa flavon yaitu macaflavanones A-G , bersama dengan 2 senyawa yang telah diketahui nymphaeol C dan diterpene kolavenol dengan struktur seperti pada gambar 5 (Kawakami, et al., 2008).

(53)

Mallotinic acid, corilagin, macatanin A, chebulagic acid, dan

macatanin B merupakan senyawa ellagitannin yang ditemukan pada ekstrak metanol fraksi etil asetat daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan struktur seperti pada gambar 6 (Gunawan-Puteri dan Kawabata, 2010).

Gambar 6. Struktur isolasi senyawa daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.

(1) mallotinic acid (2) corilagin (3) macatannin A (4) chebulagic acid (5) dan

macatannin B (Gunawan-Putri dan Kawabata, 2010)

Pada gambar 6, terdapat rantai utama dengan rantai 4 rantai samping,

di mana untuk mendapatkan senyawa-senyawa elligantin, struktur rantai utama

akan digabungkan dengan beberapa rantai samping.

1. Senyawa mallotinic acid akan didapatkan dengan menggabungkan antara struktur rantai utama dengan rantai valoneayl di rantai samping R3 dan R6 dan penambahan gugus OH di rantai R2 dan R4

2. Senyawa corilagin didapatkan dengan menggabungkan struktur antara struktur rantai utama dengan rantai HHDP pada rantai samping R3 dan

(54)

3. Macatannin A dan chebulagic acid memiliki struktur rantai chebuloyl

di rantai samping R2 dan R4, yang membedakan adalah pada

macatannin A, rantai samping R3 dan R6 diisi oleh valoneayl, sedangkan chebulagic acid rantai R3 dan R6 diisi oleh HHDP

Macatannin B memiliki struktur rantai tanaroyl di rantai samping R2 dan R4, serta memiliki sturktur rantai HHDP di rantai samping R3 dan

R6.

(Gunawan-Putri dan Kawabata, 2010)

E. Metode Penyarian

Ekstraksi adalah proses di mana sebuah konstituen atau senyawa yang

diinginkan dari tanaman diambil menggunakan pelarut yang sesuai. Salah satu cara

utama untuk ekstraksi yaitu dengan memecah sel yang bersangkutan. Pemecahan

sel dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis sel atau jaringan

yang akan dihancurkan. Jika sel tumbuh dengan kultur suspensi sel atau jaringan

kalus, sonikator dapat digunakan untuk memecah sel. Sel tanaman dari tanaman

budidaya juga dapat dipecah dengan homogenizer kaca (Kaufman, Cseke, Warber,

Duke, dan Brielmann,1999).

Ketika sel telah hancur/pecah, ekstraksi dapat dilakukan dengan tehnik

yang sesuai. Senyawa yang larut air dan protein dapat diekstraksi dengan larutan

buffer atau air. Senyawa organik dapat diekstraksi dengan pelarut organik. Etanol

panas merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi awal semua

(55)

hubungan erat dengan banyaknya klorofil yang terambil oleh pelarut. Prosedur yang

paling umum untuk memperoleh senyawa organik dari simplisia (jaringan suatu

tanaman yang telah dikeringkan dan diserbuk) adalah dengan mengekstrak bahan

serbuk secara terus-menerus di Soxhlet dengan pelarut, dimulai dengan petroleum

eter dan kloroform (untuk memisahkan lemak dan terpenoid) dan kemudian

menggunakan alkohol dan etil asetat (untuk senyawa yang lebih polar). Beberapa

metode yang dapat digunakan untuk menyiapkan ekstrak yaitu ekstraksi pelarut

organik, ekstraksi supercritical gas, dan destilasi uap (Ramaan, 2006). A. Ekstraksi dengan pelarut organik

Ekstraksi dengan pelarut organik merupakan salah satu proses pemisahan

substansi yang diinginkan dari bahan tanaman. Tanaman segar dan tanaman

kering dapat digunakan untuk ekstraksi. Tanaman dicampurkan dengan pelarut

seperti benzene, heksan, atau toluene. Pemilihan pelarut akan berdasarkan

beberapa faktor yaitu karakter dasri substituent yang akan diekstraksi, biaya,

dan pengaruh lingkungan. Apabila pelarut berhasil mengambil substansi/zat

yang ingin diekstraksi maka hasil ekstraksinya disebut miscella. Miscella ini kemudian dipisahkan dari bahan tanaman. Ada beberapa tehnik dalam ekstraksi

pelarut organik, yaitu maserasi, perkolasi, dan ekstraksi berlawanan (Ramaan,

2006).

1)Maserasi

Metode maserasi merupakan metode yang melibatkan perendaman dan

pengocokan antara pelarut dengan bahan serbuk tanaman secara bersamaan.

(56)

perendaman dilakukan 24 jam selanjutnya pelarut digantikan dengan pelarut

baru (Ramaan, 2006).

2)Perkolasi

Dengan metode ini bahan tanaman dibasahi dan dialiri dengan pelarut dan

dibiarkan mengembang sebelum ditempatkan disalah satu chamber

perkolasi. Kemudian bahan serbuk dibilas berulang kali dengan pelarut

hingga semua bahan aktif habis. Metode ini lebih efektif dibandingkan

maserasi. Kelemahannya, metode ini membutuhkan waktu yang lama dan

pelarut yang banyak (Ramaan, 2006).

3)Ekstraksi berlawanan

Metode ini cukup efektif di mana pelarut akan dialirkan berlawanan arah dari

bahan serbuk. Tidak seperti maserasi dan perkolasi, yang merupakan proses

batch, metode ini dilakukan secara terus menerus (Ramaan, 2006). B. Ekstraksi supercritical gas

Metode ini akan mengekstraksi senyawa menggunakan gas. Serbuk bahan akan

ditempatkan di dalam wadah yang dipenuhi dengan gas yang telah dikontrol

suhu dan tekanannya. Gas akan melarutkan bahan aktif tanaman, kemudian

akan dialirkan ke chamber yang akan memisahkan gas dengan bahan aktif di mana baik tekanan maupun suhu chamber ini akan lebih rendah. Ekstrak akan terpresipitasi keluar dan gas dapat digunakan kembali. Gas yang cocok untuk

melakukan ekstraksi ini yaitu karbon dioksida, nitrogen, metana, etana, etilen,

nitrat oksida, sulfur dioksida, propane, propilen, ammoniak, dan sulfur

(57)

rendah sehingga akan menjaga senyawa yang sensitif terhadap suhu (Ramaan,

2006).

C. Destilasi uap

Merupakan metode ekstraksi lain yang dapat digunakan. Bahan serbuk akan

ditempatkan di tangki silinder dan uap akan dimasukkan dari bawah tangki. Uap

akan melarutkan substansi yang diinginkan, kemudian uap itu akan memasuki

kondensor, di mana uap akan terkondensasi kembali menjadi cairan (Stichlmair

dan Fair, 1998). Kondensat akan masuk dalam labu, di mana ekstrak akan

berada di atas ataupun di bawah dan terpisah dari air. Proses destilasi dikatakan

selesai jika sudah tidak ada ekstrak yang muncul di kondensate. Air dan ekstrak

dapat dipisahkan dengan penyaringan maupun sentrifugasi (Ramaan, 2006).

F. Fraksinasi

Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu senyawa dari campuran

senyawa di bawah beberapa kondisi seperti suhu, tekanan, atau konsentrasi. Hasil

dari proses pemisahan itu akan disebut fraksi. Fraksi diterapkan di semua proses

pemisahan terutama pada proses destilasi, kristalisasi, kondensasi, dan sublimasi

(Eagleson, 1994).

Pemilihan metode fraksinasi didasarkan pada beberapa faktor, seperti :

1) Senyawa yang terdapat dalam ekstrak

Senyawa yang terdapat dalam ekstrak akan menentukan metode juga jenis

(58)

non-polar. Jika air digunakan sebagai pelarut ekstrak, senyawa yang akan

diambil bersifat polar dan mungkin termasuk juga senyawa yang memiliki

muatan listrik. Sebaliknya, jika pelarut yang digunakan adalah pelarut non-polar

seperti heksan, senyawa yang akan terambil adalah senyawa non-polar. Faktor

lain yang mungkin berpengaruh yaitu kepekaan senyawa terhadap degradasi

ketika proses pemisahan. Stabilitas senyawa sulit untuk diketahui sehingga

untuk meminimalisir degradasi, prinsip yang dipakai yaitu meminimalisir suhu,

melindungi senyawa dari cahaya, pelarut yang reaktif, dan senyawa lain

(Houghton dan Raman, 1998).

2) Kegunaan dari fraksi yang dipisahkan

Apabila fraksi akan digunakan untuk uji biologis, maka pelarut yang bersifat

toksik tidak dapat digunakan selama proses pemisahan dan senyawa yang akan

diambil dilarutkan di pelarut yang sesuai. Pelarut yang bersifat toksik dapat

dihilangkan apabila hasil fraksi akan digunakan dalam uji biologis. Aspek

toksisitas menjadi kurang penting ketika fraksi akan digunakan untuk fraksinasi

lebih lanjut (fraksi yang toksik dapat dibuang) atau hanya untuk mengisolasi

suatu senyawa tertentu (Houghton dan Raman, 1998).

3) Ketersediaan dan biaya alat bahan yang dibutuhkan

Beberapa metode kromatografi modern dan peralatan bisa saja sangat mahal,

tetapi masih banyak juga alternatif yang dapat digunakan dengan menggunakan

Gambar

Tabel XII.  Hasil Uji Games-Howell aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar
Gambar 3. Mekanisme CCl4 menginduksi kerusakan hati...................................
Gambar 1. Lobus Hati dan Empedu Secara Umum (O’Connell, et al., 2010)
Gambar 2. Penampang Lobulus Hati dan Bagiannya (O’Connell, et al., 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

tanarius jangka waktu 6 jam dapat memberikan efek hepatoprotektif, dan berapa dosis efektif ekstrak etanol daun Macaranga tanarius L.. yang diperlukan untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jangka panjang FHEMM mempengaruhi kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dan tidak adanya kekerabatan

Penulis skripsi dengan judul “ Efek Hepatoprotektif Pemberian Jangka Pendek Fraksi Air Ekstrak Etanolik Herba Tempuyung ( Sonchus Arvensis L.) Terhadap Aktivitas

*Hasil uji statistika dengan Mann Whitney menunjukkan nilai p yang sama yaitu (0,009) untuk pengujian kontrol positif diklofenak dengan seluruh peringkat dosis pemberian

Hasil data statistik yang diperoleh, terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada perlakuan jangka pendek jam ke-½, 4 dan 6 bila dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin CCl 4

Telah dilakukan toksisitas terhadap fraksi n-heksan, fraksi kloroform, dan fraksi etanol 96% dari ekstrak n-heksan, ekstrak kloroform dan ekstrak etanol 96% daun Allamanda

Mengetahui waktu efektif pemberian ekstrak metanol - air biji P.americana pada penggunaan jangka pendek dalam memberikan efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang terinduksi

Dosis paling efektif pemberian ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius pada. praperlakuan jangka waktu 6 hari pada tikus jantan yang terinduksi CCl 4