• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemilihan Alternatif Kebijakan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Besarnya PPh Terutang (Studi Kasus Pada PT Himpurna Karya Mandiri, Jakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemilihan Alternatif Kebijakan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Besarnya PPh Terutang (Studi Kasus Pada PT Himpurna Karya Mandiri, Jakarta)."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

Perusahaan sebagai suatu unit usaha yang mempekerjakan karyawan-karyawan diwajibkan untuk memotong PPh Pasal 21 terhadap karyawan-karyawannya. Berdasarkan Undang-undang Perpajakan RI No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, PPh Pasal 21 merupakan pajak yang ditanggung karyawan. Tetapi, jika perusahaan mempunyai kebijakan untuk menanggung PPh Pasal 21 tersebut, maka ada tiga alternatif kebijakan lainnya yaitu kebijakan PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan, PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak oleh perusahaan dan PPh Pasal 21 di gross up

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah perbandingan antara keempat alternatif kebijakan PPh Pasal 21 yaitu kebijakan PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh pegawai, ditanggung oleh perusahaan, ditunjang oleh perusahaan dan di gross up serta pengaruhnya terhadap pajak penghasilan terutang pada PT Himpurna Karya Mandiri.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan pada PT Himpurna Karya Mandiri, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa Pengerahan Tenaga Kerja.

(2)
(3)

ix

2.2.5 Pengecualian Objek Pajak………..35

2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21………37

2.3.1 Definisi Pajak Penghasilan Pasal 21………..37

2.3.2 Wajib Pajak PPh Pasal 21 ……….38

2.3.3 Objek Pajak PPh Pasal 21………. …. ………..43

2.3.4 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21………..46

2.3.5 Pemotongan Pajak PPh Pasal 21……....………48

2.3.6 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21………...54

2.3.7 Cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21…………....56

2.4 Penerapan Kebijakan PPh Pasal 21………65

4.1 Data Perusahaan PT Himpurna Karya Mandiri………..……..….89

4.2 Kebijakan PPh Pasal 21 yang Dijalankan oleh Perusahaan…...…92

4.3 Penerapan PPh Pasal 21……….93

4.3.1 Perhitungan PPh Pasal 21………..…93

4.3.2 Penerapan Kebijakan PPh Pasal 21 dan Pengaruhnya Terhadap PPh Terutang…………...………...105

(4)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan…..…………..………..125

5.2 Saran……...……….127

DAFTAR PUSTAKA……….129

(5)
(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tarif PPh Pasal 21 Orang Pribadi…………...54

Tabel 2.2 Tarif PPh Pasal 21 Wajib Pajak Badan dan BUT………….……...55

Tabel 2.3 Rumus Penghitungan PPh Pasal 21………...64

Tabel 2.4 Perhitungan PPh Pasal 21………...….68

Tabel 2.5 PTKP dan PPh Pasal 21 setahun……….…...…..71

Tabel 4.1 Daftar Gaji Tahun 2006....………...91

Tabel 4.2 Perhitungan PPh Pasal 21, Kebijakan PPh Pasal 21 ditanggung Pegawai………95

Tabel 4.3 Perhitungan PPh Pasal 21, Kebijakan PPh Pasal 21 ditanggung Perusahaan………...………98

Tabel 4.4 Perhitungan PPh Pasal 21, Kebijakan PPh Pasal 21 ditunjang Perusahaan………..…...101

Tabel 4.5 Perhitungan PPh Pasal 21, Kebijakan PPh Pasal 21 di Gross Up...104

Tabel 4.6 Perhitungan PPh Terutang, Kebijakan PPh Pasal 21 Ditanggung Pegawai/Perusahaan………..106

Tabel 4.7 Perhitungan PPh Terutang, Kebijakan PPh Pasal 21 ditunjang Perusahaan……….108

Tabel 4.8 Perhitungan PPh Terutang, Kebijakan PPh Pasal 21 di Gross Up.…110 Tabel 4.9 Laporan Laba Rugi, Kebijakan PPh Pasal 21 ditanggung Pegawai...113

Tabel 4.10 Laporan Laba Rugi, Kebijakan PPh Pasal 21 ditanggung Perusahaan ……….l15 Tabel 4.11 Laporan Laba Rugi, Kebijakan PPh Pasal 21 ditunjang Perusahaan.117 Tabel 4.12 Laporan Laba Rugi, Kebijakan PPh Pasal 21 di Gross Up…………119

Tabel 4.13 Perhitungan Take Home Pay, Biaya Fiskal dan Biaya Komersial setahun………122 Tabel 4.14 Ikhtisar Take Home Pay, Biaya Fiskal, Biaya Komersial dan

(7)
(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengelola pajak dengan baik karena merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

Pembebanan pajak oleh pemerintah pada wajib pajak (WP), pada hakekatnya merupakan perwujudan dari kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan penerimaan negara dari dalam negeri terutama dari sektor pajak harus tetap dijalankan secara konsisten dengan tetap berpegang pada peraturan pajak yang berlaku.

(9)

2

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga dapat mengurangi jumlah Penghasilan Kena Pajak. Hal ini menjadi pertimbangan karena semakin besar Penghasilan Kena Pajak, semakin tinggi tarif pajaknya, dan semakin besar pula pajak penghasilan terutang.

Untuk dapat mencapai tujuannya yaitu memperoleh laba perusahaan diperlukan suatu sistem manajemen yang baik disertai pemahaman terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan serta perkembangan perubahannya. Sasaran dari manajemen pajak adalah menetapkan besarnya pajak yang harus dibayar, dan bagaimana cara melakukan penghematan pajak yang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang akan mempengaruhi pencapaian laba yang optimal.

Membayar pajak merupakan kewajiban bagi wajib pajak yang seharusnya dilakukan dengan sukarela tanpa unsur paksaan. Berdasarkan sistem pemungutan pajak yang berlaku menurut undang-undang perpajakan di negara ini, pemerintah memberi kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, melaporkan dan membayar sendiri jumlah pajak yang terhutang (Self Assessment System). Oleh karena itu, setiap perusahaan dapat melakukan perhitungan pajak penghasilan sesuai dengan kebijakan strategi perhitungan pajak yang diambil.

(10)

3

(alternatif ke-2) PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja; (alternatif ke-3) PPh Pasal 21 diberi dalam tunjangan pajak; (alternatif ke-4) PPh Pasal 21 di gross up. Apabila keempat alternatif ini diteliti dan dibandingkan, kita dapat mengetahui alternatif mana yang paling baik.

Besarnya PPh pasal 21 akan mempengaruhi besarnya pajak penghasilan terutang bagi perusahaan maka kebijakan pajak penghasilan tersebut akan mempengaruhi besarnya PPh terutang. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan suatu penelitian dengan mengangkat masalah diatas sebagai topik penelitian dengan judul: ”Pengaruh Pemilihan Alternatif Kebijakan Pajak

Penghasilan Pasal 21 Terhadap Besarnya Pajak Penghasilan Terutang”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kebijakan PPh Pasal 21 yang diterapkan perusahaan?

(11)

4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kebijakan PPh Pasal 21 yang diterapkan perusahaan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemilihan alternatif kebijakan PPh Pasal 21 terhadap besarnya PPh terutang.

1.4 Kegunaan Penelitian:

Penelitian yang penulis lakukan, diharapkan dapat berguna bagi:

 Perusahaan

Memberi masukan bagi perusahaan dalam menentukan penerapan kebijakan pajak yang paling menguntungkan melalui strategi perhitungan PPh 21.

 Penulis

Meningkatkan pemahaman mengenai masalah perpajakan khususnya PPh Pasal 21 yang nantinya dapat menjadi modal untuk terjun ke dunia usaha nyata dan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh sidang sarjana Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.

 Bagi Konsultan pajak

(12)

5

1.5 Kerangka Pemikiran

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan.

Penerimaan yang diperoleh oleh negara Indonesia sebagian besar dari pajak, yang salah satunya adalah dari pajak penghasilan yang berasal dari penghasilan masyarakat, oleh karena itu, pajak memiliki peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan negara.

Pajak Penghasilan Pasal 21 selanjutnya disebut PPh Pasal 21, merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalan negeri. Pembayaran pajak penghasilan ini dilakukan dalam tahun berjalan melalui pemotongan oleh pihak-pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan. Jumlah pajak yang telah dipotong dan disetorkan dengan benar oleh pemberi kerja dan pemotong lainnya dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk dijadikan kredit pajak atas Pajak Penghasilan yang terutang pada akhir tahun.

(13)

6

Holding System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetorkan, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

Pada dasarnya, tidak seorang pun senang membayar pajak. Tujuan pemerintah atas penerimaan pajak tersebut berbeda dengan tujuan perusahaan yang berorientasi laba. Perusahaan umumnya menganggap semua kekayaan dan kewajiban perusahaan adalah hak dan kewajiban pemilik. Menurut pandangan tersebut semua pengeluaran yang mengurangi hak pemilik perusahaan dianggap sebagai beban atau biaya. Jadi untuk meminimalkan beban atau biaya tersebut, jalan yang dapat ditempuh adalah dengan cara penghematan pajak (tax saving) atau penghindaran pajak (tax avoidance) tetapi penyelundupan pajak yang bertujuan untuk meminimalkan beban pajak akan melanggar undang-undang dan tidak akan ditolerir.

(14)

7

kewajiban yang memperkecil laba setelah pajak (after tax profit), rate of return, dan cash flow, sehingga pengusaha akan berupaya menekan jumlah pajak

serendah mungkin (meminimalkan beban pajak) dengan cara menggunakan alternatif-alternatif yang riil dan dapat diterima oleh fiskus tanpa melanggar undang-undang yang berlaku. Hal ini sama sekali tidak melanggar hukum, tetapi sebaliknya akan diperoleh penghematan pajak sehingga terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar. Seperti dikemukakan oleh Learned Hand (Mohammad Zain, 2003:4) sebagai berikut:

”Berulang-ulang kali pengadilan menyatakan bahwa tidak ada suatu ancaman hukuman apa pun yang dapat diberlakukan terhadap barang siapa yang mengatur pengenaan pajaknya seminimal mungkin. Setiap orang, apakah orang itu orang miskin atau orang kaya sekalipun akan berbuat hal yang sama, dan hal ini sesungguhnya merupakan haknya untuk berbuat demikian, karena tidak seorang pun berkewajiban memenuhi kewajiban perpajakannya melebihi apa yang ditentukan oleh perundang-undangan perpajakan secara benar dan bukan merupakan kontribusi yang sifatnya sukarela”

(15)

8

Perusahaan sebagai unit usaha yang mempekerjakan karyawan-karyawan berkewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan Pasal 21. PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan seperti yang dinyatakan dalam pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan. Berdasarkan Undang-undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000, PPh Pasal 21 merupakan pajak yang harus ditanggung pegawai. Namun di dalam penerapannya, strategi perhitungan PPh pasal 21, ada empat alternatif yang dapat dilakukan perusahaan yaitu:

 Alternatif ke-1 PPh pasal 21 ditanggung pegawai

Dalam hal ini perusahaan tidak dapat membebankan PPh Pasal 21 tersebut sebagai unsur beban, karena PPh Pasal 21 ini ditanggung sendiri oleh pegawai yang bersangkutan.

 Alternatif ke-2 PPh Pasal 21 ditanggung pemberi kerja

(16)

9

 Alternatif ke-3 PPh Pasal 21 diberi dalam bentuk tunjangan pajak ini

merupakan penghasilan bagi pegawai yang bersangkutan, sehingga dalam penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji yang bersangkutan, tunjangan pajak tersebut ditambahkan pada penghasilan yang diterimanya dan perusahaan dapat membebankannya sebagai unsur beban.

Alternatif ke-4 PPh Pasal 21 di Gross up

Dalam hal ini perusahaan juga dapat membebankan PPh Pasal 21 tersebut sebagai unsur beban.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

(17)

125

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Sesuai dengan metode yang digunakan penulis dalam melaksanakan penelitian adalah metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode yang menggambarkan keadaan perusahaan berdasarkan fakta yang ada. Metode yang menggambarkan suatu gejala yang ada pada waktu penelitian, yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan, menjelaskan serta menganalisis data yang diperoleh pada lokasi penelitian, maka diperoleh suatu kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis Bab 4:

1. Kebijakan PPh Pasal 21 yang diterapkan perusahaan adalah kebijakan PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan.

2. Berdasarkan hasil penelitian, alternatif kebijakan PPh Pasal 21 yang lebih menguntungkan adalah kebijakan PPh Pasal 21 di gross up, karena perusahaan dapat membebankan tunjangan pajak yang diberikan sebagai unsur beban dan tunjangan tersebut dikenakan PPh Pasal 21 bagi karyawan.

(18)

126

(19)

127

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisa keempat alternatif kebijakan PPh Pasal 21, yaitu kebijakan PPh Pasal 21 ditanggung pegawai, kebijakan PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan, kebijakan PPh Pasal 21 ditunjang perusahaan, dan kebijakan PPh Pasal 21 di gross up, peneliti menyarankan:

1. Bagi Perusahaan

Peneliti menyarankan perusahaan untuk menerapkan kebijakan PPh Pasal 21 di gross up. Hal ini dikarenakan, kebijakan PPh Pasal 21 di gross up lebih menguntungkan daripada menggunakan kebijakan PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan, yang selama ini diterapkan perusahaan, yang dikaitkan dengan pajak penghasilan terutang serta selisih antara biaya fiskal dan biaya komersial yang harus ditanggung perusahaan. Bagi karyawan, dengan menerapkan kebijakan PPh Pasal 21 di gross up, gaji yang dibawa pulang (take home pay) merupakan yang terbesar dan menguntungkan bagi karyawan.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

(20)

128

gross up sebab kebijakan-kebijakan alternatif ini harus teliti dalam

(21)

129

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia, Edisi 7.

Brotodiharjo, R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Penerbit Refika Aditama, Bandung

Fitriandi, Primadila, dkk. 2006. Kompilasi Undang-undang Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta.

Mardiasmo. 2003. Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Pudyatmoko, Y. Sri. 2002. Pengantar Hukum Pajak, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Suandi, Early. 2002. Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia, edisi kelima, jilid satu, Salemba Empat, Jakarta.

Zain, Mohammad. 2003. Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta.

Republik Indonesia. 2000. Undang-Undang Nomor 17 tentang Pajak Penghasilan.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/ PMK. 03/ 2005 tentang Perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447/ KMK/. 03/ 2002 tentang bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Suatu percobaan menanam biji kacang hijau pada cawan petri dengan substrat kapas yang diberi airC. Biji kacang hijau dengan ukuran kecil, sedang dan besar

3.1.2 Tuliskan data mahasiswa (reguler /non-reguler dan transfer) untuk Program PPG dan program studi lainnya (semua jenjang pendidikan) pada tahun akademik penuh yang terakhir di

Selanjutnya informasi selengkapnya mengenai pekerjaan penduduk usia anak yang pindah keluar Provinsi DKI Jakarta berdasarkan pendidikan yang terdaftar dalam

Draft usulan Ijin Belajar yang telah disetujui / ditandatangani oleh Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, serta Dekan di terima, diarsipkan, dan didistribusikan oleh

Peningkatan Kemahiran Menulis Teks Berita Dengan Menggunakan Teknik JIGSAW Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Miftahul’Ulum Tanjungpinang Tahun Pelajaran

Sebagai solusi atas permasalahan di atas, perlu dikembangkan sistem informasi yang berbasis fingerprint (sidik jari) pasien untuk mempermudah dan mempercepat

Artinya, terjadi penurunan efektivitas dalam penggunaan aset lancar dalam menghasilkan penjualan sebesar 3,125%, pada tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan

field-field dari kedua tabel tersebut atau menyaring field-field yang diperlukan hal ini disebut dengan Query. Hasil query ini nanti adalah sumber tampilan dari