ABSTRAK
HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA
NEGERI KELAS XI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KABUPATEN SLEMAN
Fransisca Danapramitha Christie Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara konsep diri siswa dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman; dan 2) hubungan antara persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.
Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto korelasional. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Maret 2016. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri kelas XI IPS di Kabupaten Sleman yang berjumlah 873 orang. Jumlah sampel penelitian berdasarkan sampel sekolah adalah 163 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah teknik sampel peluang dengan menggunakan undian. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah korelasi Spearman Rank.
ABSTRACT
This research aims to find out: 1) correlation between student’s self concept and student’s learning motivation of grade students of Senior High School in
accounting subjects in Sleman Regency; and 2) correlation between student’s perception about teacher’s competence and student’s learning motivation of grade of Senior High School in accounting subjects in Sleman Regency.
This research is a correlational ex-post facto research. This research was conducted from February to March 2016. The population of this research were 873 students of grade of social science departement of Senior High School in Sleman Regency. The samples were 163 students. The sampling techniques were probability sample techniques by using lottery. The data collecting techniques were questionnaires. The data analyse technique was Spearman Rank correlation.
The result of the study indicates that: 1) there is a positive and significant
correlation between student’s self concept and student’s learning motivation in
accounting subjects (count r = (+) 0,568; Sig.(2-tailed) = 0,000); and 2) there is a positive and significant correlation between student’s perception about teacher’s
competence and student’s learning motivation in accounting subjects (count r =
i
HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DAN PERSEPSI SISWA
MENGENAI KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA SMA NEGERI KELAS XI PADA MATA
PELAJARAN AKUNTANSI DI KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Fransisca Danapramitha Christie
NIM: 121334027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk
Bapa, Putera, dan Roh Kudus;
Bunda Maria dan Santa Pelindungku;
Bapak, Ibu, dan Adik-adikku;
Pringgo
’
s Family
dan
Sukirno’s Family;
Sahabat-sahabatku;
Rekan hidupku kelak;
v
MOTTO
Life is Either Daring Adventure or Nothing at All ~Helen Keller~
Learn from Yesterday, Live for Today, Hope for Tomorrow ~Albert Einstein~
Sebuah tantangan akan menjadi beban, jika itu hanya dipikirkan. Sebuah cita-cita juga adalah beban, jika itu hanya angan-angan.
~NN~
Jangan takut untuk melangkah,
Karena jarak 1000 mil dimulai dengan 1 langkah. ~NN~
viii ABSTRAK
HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA
NEGERI KELAS XI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KABUPATEN SLEMAN
Fransisca Danapramitha Christie Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara konsep diri siswa dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman; dan 2) hubungan antara persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.
Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto korelasional. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Maret 2016. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri kelas XI IPS di Kabupaten Sleman yang berjumlah 873 orang. Jumlah sampel penelitian berdasarkan sampel sekolah adalah 163 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah teknik sampel peluang dengan menggunakan undian. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah korelasi Spearman Rank.
ix
This research aims to find out: 1) correlation between student’s self concept and student’s learning motivation of grade students of Senior High School in
accounting subjects in Sleman Regency; and 2) correlation between student’s perception about teacher’s competence and student’s learning motivation of grade of Senior High School in accounting subjects in Sleman Regency.
This research is a correlational ex-post facto research. This research was conducted from February to March 2016. The population of this research were 873 students of grade of social science departement of Senior High School in Sleman Regency. The samples were 163 students. The sampling techniques were probability sample techniques by using lottery. The data collecting techniques were questionnaires. The data analyse technique was Spearman Rank correlation.
The result of the study indicates that: 1) there is a positive and significant
correlation between student’s self concept and student’s learning motivation in
accounting subjects (count r = (+) 0,568; Sig.(2-tailed) = 0,000); and 2) there is a positive and significant correlation between student’s perception about teacher’s
competence and student’s learning motivation in accounting subjects (count r =
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan kasih-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Konsep Diri Siswa dan
Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SMA
Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten Sleman”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan
Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Pembuatan skripsi ini tidak lepas dari banyak pihak yang telah
memberikan bantuan moril, materil, dukungan, bimbingan, kerjasama, dan doa.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, dan dosen pembimbing saya dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan/Karyawati Program Studi Pendidikan
xi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Kepala sekolah, guru, dan karyawan se-Kabupaten Sleman yang sudah
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian untuk skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu guru mata pelajaran akuntansi yang telah membantu
penulis dalam proses penyebaran kuesioner dan pemberian arahan kepada
para siswa.
6. Siswa-siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Depok sebagai responden dalam uji
instrumen, SMA Negeri 1 Mlati, SMA Negeri 2 Sleman, SMA Negeri 1
Ngaglik, dan SMA Negeri 2 Ngaglik yang bersedia menjadi subjek
penelitian.
7. Kedua orang tua dan kedua adik saya yang telah memberikan kasih
sayang, bantuan, dukungan, dan doa untuk penulis dari awal penulis kuliah
di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hingga tersusunnya skripsi ini.
8. Keluarga besar Pringgo’s Family dan Sukirno’s Family yang telah
memberikan kasih sayang, dukungan, bantuan, semangat, dan doa kepada
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
9. Yohanes Berchman Anggit Pratama Nuary yang selalu menjadi pendengar
yang baik bagi penulis, memberikan kasih sayang, bantuan, dukungan,
motivasi, kritik, saran, dan perhatian kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
10.Sahabat-sahabat di Program Studi Pendidikan Ekonomi: Dila Putri Lestari,
xii
Gisela Anggita Sari, Fransiska Rika Hebriella, Brigita Siwi Dwi Pangestu,
Fransiska Indah Citra Dewi, Vidia Natalia Kusumaningtyas, dan Hesti
Ratnaningrum.
11.Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Ekonomi.
“Sukses untuk kita semua”.
12.Puspa Yashidara Dominica yang berada di kota yang berbeda namun
selalu saling menyemangati.
13.Teman-teman Mitra Perpustakaan yang selalu memberikan pengertian,
bantuan, dan dukungan: Poppy, Maya, Risma, Siti, Vivi, Sisil, Siska,
Sandra, Putri, Gratia, Nina, Vena, Hesti, Ica, Wasi, Mas Agus, Mas Vanio,
Mbak Erika, Mbak Lia, Mbak Lita, dan Mbak Santi.
14.Semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendoakan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak
yang berkepentingan. Terimakasih
Yogyakarta, 30 April 2016
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
xiv
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Deskripsi Teori ... 8
1. Motivasi Belajar ... 8
a. Pengertian Motivasi Belajar ... 8
b. Fungsi Motivasi ... 10
c. Sumber Motivasi ... 11
d. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran ... 14
e. Teori Motivasi ... ` 15
2. Persepsi ... 17
a. Pengertian Persepsi ... 17
b. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi ... 17
c. Proses terjadinya Persepsi ... 18
3. Konsep Diri ... 19
a. Pengertian Konsep Diri ... 20
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 22
c. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri ... 22
d. Perkembangan Konsep Diri ... 25
4. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 26
a. Pengertian Kompetensi Guru ... 26
b. Jenis Kompetensi Guru ... 27
B. Kerangka Berpikir ... 34
xv
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 41
E. Operasionalisasi Variabel ... 46
F. Teknik Pengumpulan Data ... 51
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 53
1. Uji Validitas ... 53
2. Uji Reliabilitas ... 63
H. Teknik Analisis Data ... 65
1. Analisis Data Deskriptif ... 65
2. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 66
a. Pengujian Normalitas ... 66
b. Pengujian Hipotesis ... 68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 72
A. Deskripsi Data Responden ... 72
B. Deskripsi Data Penelitian ... 73
1. Konsep Diri Siswa ... 73
2. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 74
xvi
C. Pengujian Hipotesis ... 78
1. Hubungan Konsep Diri Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten Sleman ... 78
2. Hubungan Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI di Kabupaten Sleman ... 80
D. Pembahasan ... 82
1. Hubungan Konsep Diri Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten Sleman ... 82
2. Hubungan Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten Sleman 85
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Keterbatasan ... 90
C. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 96
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Sekolah Tempat Penelitian ... 40
Tabel 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
Table 3.3 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa ... 41
Tabel 3.4 Nama Sekolah dan Jumlah responden ... 44
Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Konsep Diri Siswa ... 47
Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 49
Tabel 3.7 Operasionalisasi Variabel Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 51
Tabel 3.8 Skor Skala Likert dalam Kuesioner ... 53
Tabel 3.9 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 55
Tabel 3.10 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 56
Tabel 3.11 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Konsep Diri Siswa ... 57
Tabel 3.12 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Konsep Diri Siswa ... 58
Tabel 3.13 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru ... 59
xviii
Mengenai Kompetensi Guru ... 60
Tabel 3.15 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru ... 62
Tabel 3.16 Tingkat Koefisien Reliabilitas ... 64
Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 64
Tabel 3.18 Kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) II... 66
Tabel 3.19 Hasil Uji Normalitas Variabel Konsep Diri Siswa Dengan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 67
Tabel 3.20 Hasil Uji Normalitas Variabel Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 68
Tabel 3.21 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 70
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah ... 72
Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Konsep Diri Siswa... 73
Tabel 4.3 Nilai-nilai Statistika Variabel Konsep Diri Siswa... 74
Tabel 4.4 Deskripsi Variabel Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 75
Tabel 4.5 Nilai-nilai Statistika Variabel Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 76
xix
Tabel 4.7 Nilai-nilai Statistika Variabel Motivasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 77
Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi antara Variabel Konsep Diri Siswa Dengan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Akuntansi ... 79
Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Variabel Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 99 Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 108
A. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Akuntansi ... 109
B. Konsep Diri Siswa ... 113
C. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 121
Lampiran 3 Uji Normalitas ... 133 A. Konsep Diri Siswa dan Motivasi Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Akuntansi ... 134
B. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru
dan Motivasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Akuntansi ... 138
Lampiran 4 Analisis Deskriptif ... 143 A. Konsep Diri Siswa ... 144
B. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 144
C. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Akuntansi ... 145
Lampiran 5 Analisis Korelasi Spearman... 147 A. Hubungan Konsep Diri Siswa dan Motivasi
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi .... 148
xxi
Guru dan Motivasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Akuntansi ... 148
Lampiran 6 Data Induk Penelitian ... 149 A. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Akuntansi ... 150
B. Konsep Diri Siswa ... 155
C. Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Guru ... 161
D. Tabulasi data ... 168
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu memiliki kondisi internal yang turut berperan dalam
aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu kondisi internal tersebut adalah
motivasi. Motivasi secara umum adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang melakukan sesuatu. Perbuatan seseorang yang didasarkan atas
motivasi tertentu mengandung tema yang sesuai dengan motivasi yang
mendasarinya.
Siswa adalah individu atau kelompok yang memiliki kegiatan belajar
dalam kehidupan sehari-harinya, baik formal maupun informal. Belajar
menurut Uno (2007:22) adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Belajar dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam pendidikan formal, belajar dapat dilakukan di dalam kelas
maupun di luar kelas dengan materi sesuai kurikulum yang berlaku.
Siswa memerlukan motivasi dalam mencapai tujuan belajar. Menurut
Majid (2013:310), berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ada
dua macam motivasi, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Konsep
diri merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi motivasi
dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak. Persepsi siswa
mengenai dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan siswa untuk
belajar dan mencapai tujuan belajar. Sementara itu, kompetensi guru
merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi siswa
dalam belajar. Menurut Asmani (2009:37), kompetensi menjadi syarat
mutlak menuju profesionalitas. Kompetensi guru akan mengantarkannya
menjadi guru profesional yang diidamkan oleh para siswa. Siswa memiliki
persepsi atau gambaran mengenai guru yang mengajarnya, baik persepsi
yang positif/baik ataupun yang negatif/tidak baik sesuai dengan kesimpulan
dari apa yang ditangkap oleh panca inderanya. Persepsi tersebut dapat
memicu perasaan suka maupun tidak suka terhadap guru tersebut. Guru
yang disukai oleh para siswa dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Berdasarkan pengamatan, banyak siswa yang belajar dengan
keterpaksaan, menganggap bahwa belajar adalah sekedar untuk
mendapatkan nilai tinggi, mengandalkan cara curang saat ujian, dan tidak
sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar, seperti tidak membawa buku saat pembelajaran, tidak
mengerjakan tugas yang akan dibahas, dan lain-lain.
Tidak sedikit ditemukan siswa yang menyerah dengan keadaannya.
Mereka menilai diri mereka sebagai individu yang tidak mungkin bisa
mempelajari banyak hal dan memahami serta mengingatnya. Mereka
menganggap bahwa mereka tidak bisa menjadi pribadi yang lebih baik
bisa naik ke atas, melampaui orang-orang yang mereka anggap lebih baik.
Mereka lebih mengandalkan cara-cara salah untuk memperoleh nilai tinggi
atau justru hanya pasrah kepada keadaaan yang mereka anggap sulit. Ketika
siswa memiliki persepsi yang tidak baik terhadap dirinya sendiri terutama
pada mata pelajaran akuntansi, ditemukan bahwa motivasi belajar siswa
berada pada tingkat yang rendah. Hubungan di antara kedua variabel ini
memungkinkan adanya pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Oleh
karena persepsi tidak baik terhadap diri mereka sendiri, mereka merasa
bahwa belajar merupakan hal yang sia-sia bagi mereka, tidak akan membuat
pengetahuan mereka bertambah, sehingga siswa kurang atau tidak
termotivasi dalam belajar.
Selain itu, siswa juga memiliki persepsi terutama terhadap kompetensi
guru yang mengajar mereka. Menurut Mulyasa (2007:57), siswa
menganggap bahwa guru adalah faktor penyebab sulitnya mereka belajar,
atau guru yang membuat menjadi sulit. Banyak ditemukan siswa yang sibuk
sendiri saat pembelajaran berlangsung. Mereka tidak fokus pada
pembelajaran dan merasa bosan dengan kondisi kelas. Segala yang
ditangkap oleh panca indera siswa pada gurunya mampu membangun
persepsi siswa, khususnya mengenai kompetensi guru. Ketika siswa
memiliki persepsi bahwa guru tidak memiliki kompetensi yang baik,
ditemukan juga bahwa motivasi siswa dalam belajar akuntansi rendah atau
bahkan tidak memilikinya. Hubungan di antara kedua variabel ini
karena siswa merasa bahwa guru yang mengajarnya tidak memiliki
kompetensi yang baik, misalnya menyampaikan materi dengan suara yang
tidak terdengar, motivasi siswa berkurang dan tidak fokus sehingga mencari
kesibukan lain.
Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut, maka timbul permasalahan
meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran akuntansi. Faktor-faktor tersebut tidak akan mempengaruhi
motivasi belajar siswa apabila antara mereka tidak ada hubungan. Oleh
karena itu, faktor-faktor tersebut perlu dikaji pada penelitian ini dan dibatasi
mengenai konsep diri dan persepsi siswa terhadap kompetensi guru. Dengan
demikian, peneliti mengusulkan “Hubungan Konsep Diri Siswa dan
Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa
SMA Negeri Kelas XI pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kabupaten
Sleman” sebagai judul penelitian ini.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diteliti
dibatasi. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan penelitian yang dilakukan.
Ruang lingkup masalah yang diteliti meliputi hubungan motivasi belajar
siswa dengan:
1. Konsep diri siswa SMA Negeri kelas XI di Kabupaten Sleman.
2. Persepsi siswa mengenai kompetensi guru mata pelajaran akuntansi
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas,
maka masalah yang akan diteliti dan dibahas dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan yang signifikan dan positif antara konsep diri
siswa dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata
pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan dan positif antara persepsi
siswa mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa SMA
Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antara konsep diri siswa dengan motivasi
belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di
Kabupaten Sleman.
2. Mengetahui hubungan antara persepsi siswa mengenai kompetensi
guru dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas XI pada mata
pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki manfaat sebagai
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas
pengetahuan di bidang akuntansi terutama dalam bidang pendidikan
yang terkait dengan hubungan konsep diri siswa dan persepsi siswa
mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa. Hasil
penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut
oleh mahasiswa di lingkungan pendidikan, khususnya bidang
pendidikan akuntansi dalam mempelajari pendidikan akuntansi di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Penelitian ini merupakan penelitian yang dikhususkan
mempelajari hubungan konsep diri siswa dan persepsi siswa
mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa. Dari
penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa
sebagai sarana penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan
dapat memperbanyak ilmu pengetahuan yang didapat sehingga
dapat menjadi bekal untuk masa depan sebagai seorang pendidik
agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar yang
b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan
akan pentingnya hubungan konsep diri siswa dan persepsi siswa
mengenai kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa serta
dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lulusan yang dicetak
oleh seluruh SMA Negeri di Kabupaten Sleman.
c. Bagi siswa
Penelitian ini dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui dan
menyampaikan pendapatnya mengenai apa yang mereka
rasakan. Siswa dapat mengetahui hubungan antara konsep diri
siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru dengan
motivasi mereka dalam belajar pada mata pelajaran akuntansi.
d. Bagi guru
Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan guru dalam
hal menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dengan demikian, maka diharapkan para guru untuk terus
meningkatkan kompetensinya yang telah diprasyaratkan.
e. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada
peneliti selanjutnya. Diharapkan dengan penelitian ini, peneliti
selanjutnya dapat mengambil sebuah pelajaran dan pengalaman,
atau kekurangan dari penelitian sebelumnya untuk dijadikan
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1. Motivasi Belajar
Setiap individu memiliki kondisi internal yang turut berperan
dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu kondisi internal tersebut
adalah motivasi.
a. Pengertian motivasi belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif. Menurut Uno
(2007:3), motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri
individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat
diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah
laku tertentu. Dengan demikian, motivasi adalah dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan
perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya.
Majid (2013:308) mengemukakan bahwa motivasi adalah
energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada
diri seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan
melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau
keinginan yang harus terpuaskan. Motivasi juga bisa dikatakan
sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan
menghindari kegagalan hidup.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan kekuatan yang menjadi pendorong bagi
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka
pencapaian tujuan. Dorongan tersebut tersirat pada diri
seseorang melalui sikap dan perilakunya yang melibatkan
kejiwaan, perasaan, dan emosi.
Motivasi seseorang dapat bermacam-macam sesuai dengan
kebutuhannya, salah satunya adalah motivasi belajar. Belajar
menurut Uno (2007:23) adalah perubahan tingkah laku secara
relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka arti dari
motivasi belajar adalah pendorong bagi seseorang agar
mencapai perubahan tingkah laku yang permanen dan potensial
untuk mencapai tujuan tertentu, dengan kata lain motivasi
belajar adalah dorongan yang memacu seseorang untuk
b. Fungsi motivasi
Motivasi berhubungan dengan pencapaian tujuan
seseorang. Oleh karena itu, motivasi memiliki fungsi yang
mempengaruhi aktivitas seseorang. Menurut Sarjiman (Majid,
2013:309), fungsi motivasi adalah sebagai berikut.
1) Mendorong manusia untuk berbuat.
Hal ini bermakna bahwa motivasi bisa dijadikan sebagai
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak
dicapai.
Hal ini berarti bahwa motivasi dapat memberikan arah
atau petunjuk untuk melakukan kegiatan yang seharusnya
dikerjakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
3) Menyeleksi perbuatan.
Hal ini bermakna bahwa motivasi menentukan
perbuatan-perbuatan yang seharusnya dikerjakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dengan cara menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Dengan demikian, motivasi memiliki peran yang penting,
walaupun tidak berarti bahwa setiap tujuan dapat tercapai hanya
c. Sumber motivasi
Dorongan yang ada pada diri seseorang tidak begitu saja
muncul. Sumber motivasi seseorang dengan yang lainnya
berbeda-beda. Menurut Majid (2013:310), berdasarkan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, ada dua macam motivasi, yaitu
motivasi internal dan motivasi eksternal.
Motivasi internal adalah motivasi yang muncul karena
dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor
internal yang mendorong munculnya motivasi terhadap
seseorang adalah sebagai berikut.
1) Adanya kebutuhan
Menurut Purwanto (Majid, 2013:311), tindakan yang
dilakukan oleh seseorang pada hakikatnya adalah sebagai
pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun
kebutuhan psikis.
2) Persepsi individu mengenai dirinya sendiri
Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan
mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk
bertindak.
3) Harga diri dan prestasi
Hal ini mengarahkan individu untuk menjadi pribadi yang
mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta
masyarakat, serta dapat mendorong individu untuk
berprestasi.
4) Adanya cita-cita dan harapan
Cita-cita dan harapan mendorong seseorang melakukan
sesuatu agar apa yang diinginkannya tersebut tercapai.
5) Minat
Minat muncul juga dikarenakan adanya kebutuhan. Oleh
karena itu, minat mampu memunculkan motivasi dalam
diri seseorang.
6) Kepuasan kinerja
Kepuasan terhadap kinerja diri sendiri merupakan
dorongan untuk mencapai tujuan yang lebih dari
sebelumnya.
Motivasi eksternal adalah motivasi yang muncul karena
dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal
yang mendorong munculnya motivasi pada diri seseorang adalah
sebagai berikut.
1) Pemberian hadiah
Hadiah yang diterima oleh seseorang adalah sesuatu yang
positif yang mendorong seseorang untuk semangat dalam
2) Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat mendorong munculnya
motivasi karena seseorang yang berkompetisi adalah
seseorang yang memiliki keinginan untuk menjadi lebih
baik.
3) Hukuman
Hukuman merupakan hal yang bersifat negatif, namun
mampu membuat seseorang jera dan berusaha untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.
4) Pujian
Pujian akan memunculkan perasaan yang senang bagi
seseorang, yang mendorong seseorang untuk melakukan
hal-hal tertentu itu lagi atau hal-hal lain dengan baik dan
benar.
5) Situasi lingkungan pada umumnya
Setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa
mempunyai dalam melakukan interaksi secara efektif
dengan lingkungannya.
6) Sistem imbalan yang diterima
Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek
pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat
mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah
mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem
pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk
berperilaku dalam mencapai tujuan.
Faktor-faktor tersebut merupakan hal-hal yang umum bagi
setiap orang. Bagi seseorang yang akan atau melakukan kegiatan
belajar, faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut Uno
(2007:31) adalah:
1) adanya hasrat dan keinginan berhasil;
2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
3) adanya harapan dan cita-cita masa depan;
4) adanya penghargaan dalam belajar;
5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;
6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik.
d. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran
Menurut Uno (2007:27), motivasi dapat membantu dalam
memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk
perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan
penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara
lain:
1) Menentukan penguatan belajar.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat
dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
Motivasi dapat menentukan hal-hal yang ada di
lingkungan seseorang yang dapat memperkuat perbuatan
belajar orang tersebut.
2) Memperjelas tujuan belajar.
Seseorang akan tertarik untuk mempelajari sesuatu jika
yang dipelajari sedikitnya sudah dapat diketahui atau
dinikmati manfaatnya oleh orang tersebut.
3) Menentukan ketekunan belajar
Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu,
akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun,
dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal
itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan
seseorang tekun belajar.
e. Teori Motivasi
Beberapa teori dikemukakan oleh para ahli,
(Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012:160) di antaranya:
1) McClelland
Orang yang memiliki motivasi memiliki tiga ciri umum,
a) mengerjakan tugas-tugas dengan senang;
b) menyukai situasi ketika kinerjanya timbul karena
upaya sendiri;
c) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan
kegagalan;
2) Douglas Mc Gregor
Teori X menyatakan mengenai orang yang motivasinya
rendah:
a) tidak menyukai bekerja;
b) tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk
bertanggung jawab dan lebih menyukai diarahkan
dan diperintah;
c) mempunyai kemampuan yang kecil untuk mengatasi
masalah-masalah;
d) hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan
keamanan saja;
e) harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk
mencapai suatu tujuan;
Teori Y menyatakan mengenai orang yang motivasinya
tinggi:
a) pekerjaan pada hakikatnya seperti bermain dan
b) dapat mengawasi diri sendiri dan berusaha mencapai
tujuan;
c) kemampuan berkreativitas dalam memecahkan
masalah;
d) motivasi berlaku pada kebutuhan sosial,
penghargaan, aktualisasi diri, fisiologi dan kemanan;
e) orang-orang yang dapat mengendalikan diri dan
kreatif.
2. Persepsi
a. Pengertian persepsi
Persepsi adalah proses yang didahului oleh suatu proses
penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh seseorang
melalui alat indera (Walgito,2005:99). Stimulus yang ditangkap
oleh alat indera tersebut kemudian oleh seseorang
diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu
menyadari, mengerti tentang apa yang ditangkap oleh alat
inderanya itu. Proses tersebut disebut persepsi. Persepsi
antarindividu berbeda karena persepsi dapat dikemukakan
karena perasaan, kemampuan berpikir, dan
pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama.
b. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi menurut
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri
individu yang bersangkutan.
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf (syarat
fisiologis)
Alat indera merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris
sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat
kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon
diperlukan syaraf motoris.
3) Perhatian (syarat psikologis)
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
sesuatu atau sekumpulan objek.
c. Proses terjadinya persepsi
Menurut Walgito (2005:102), persepsi diawali dengan
sebuah objek yang menimbulkan stimulus dan stimulus
mengenai alat indera. Objek dan stimulus adalah hal yang
satu, misalnya dalam hal tekanan. Tekanan sebagai objek
langsung mengenai kulit sehingga akan terasa tekanan tersebut.
Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh
syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses
fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat
kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau
apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi
dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut
sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan
taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari
stimulus yang diterima melalui alat indera. Respon sebagai
akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai
bentuk.
Walgito (2007:102) mengatakan bahwa individu dikenai
oleh berbagai macam stimulus bahkan pada saat yang
bersamaan. Sehingga tidak semua stimulus dapat direspon oleh
individu tersebut. Stimulus yang akan mendapatkan respon dari
individu yang mempersepsi adalah stimulus yang mendapatkan
perhatian dari individu yang bersangkutan.
3. Konsep Diri
Persepsi adalah proses penerjemahan atau menginterpretasikan
stimulus yang masuk melalui panca indera oleh individu yang
(Irham dan Wiyani, 2015:29). Objek yang dapat dipersepsi sangat
banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Manusia itu
sendiri sebagai objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sendiri
sebagai objek persepsi, ini yang disebut sebagai persepsi diri. Persepsi
individu mengenai dirinya sendiri sering disebut konsep diri (Susana,
dkk., 2006:25). Konsep diri merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi seseorang (Majid, 2013:311).
Konsep diri merupakan salah satu aspek perkembangan
psikososial peserta didik yang penting dipahami oleh seorang guru.
Hal ini karena konsep diri merupakan salah satu variabel yang
menentukan dalam proses pendidikan (Desmita, 2014:163).
a. Pengertian konsep diri
Menurut Agustiani (2006:139), keseluruhan persepsi
individu terhadap dirinya sendiri merupakan gambaran tentang
diri atau konsep diri. Konsep diri merupakan gambaran yang
dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungan.
Seifert dan Hoffnung (Desmita, 2014:163)
mengungkapkan konsep diri sebagai suatu pemahaman
mengenai diri sendiri atau ide tentang diri sendiri. Menurut
Atwater (Desmita, 2014:163), konsep diri adalah keseluruhan
perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan
dirinya
Fitts (Agustiani, 2006:138) mengemukakan bahwa konsep
diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena
konsep diri merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Konsep diri berpengaruh kuat terhadap
tingkah laku seseorang, karena dengan mengetahui konsep diri
seseorang, orang lain akan lebih mudah meramalkan dan
memahami tingkah laku orang tersebut. Seseorang yang
termotivasi untuk belajar dengan tekun dan giat dapat terjadi
karena persepsi-persepsi dirinya sendiri yang membentuk suatu
konsep diri bahwa individu tersebut mampu memahami dan
menyimpan semua yang ia pelajari ke dalam memorinya.
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri
sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas
bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,
bagaimana kita merasa tentang diri kita sendiri, dan bagaimana
kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Menurut Agustiani (2006:139), konsep diri seseorang
belum tentu benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep
diri menurut Fitts (Agustiani, 2006:139) adalah sebagai berikut:
1) pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang
mampu memunculkan perasaan positif dan perasaan yang
berharga;
2) kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu
tersebut maupun orang lain;
3) aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari
potensi pribadi yang sesungguhnya.
c. Dimensi-dimensi dalam konsep diri
Pembentukan persepsi individu terhadap dirinya sendiri
bermacam-macam. Fitts (Agustiani, 2006:139) membagi
konsep diri dalam dua dimensi pokok.
1) Dimensi internal
Dimensi internal adalah penilaian yang dilakukan
individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di
dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk, yaitu:
a) Diri identitas
Bagian diri ini merupakan aspek yang paling
mendasar pada konsep diri. Individu mencari tahu
dan simbol-simbol yang menggambarkan dirinya
dan membangun identitasnya.
b) Diri pelaku
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang
tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran
mengenai tindakan yang dilakukan dirinya. Bagian
diri ini berkaitan erat dengan diri identitas.
c) Diri penerimaan/penilai
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu
standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah
sebagai perantara antara diri identitas dan diri
pelaku. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang
akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima
dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan
menimbulkan harga diri yang rendah pula dan akan
mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar
terhadap dirinya, dan sebaliknya.
Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang
berbeda-beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi
membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh.
2) Dimensi eksternal
Dimensi eksternal merupakan penilaian yang dilakukan
luar dirinya. Dimensi eksternal terdiri dari lima bentuk,
yaitu:
a) Diri fisik
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap
keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat
persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya,
penampilannya, dan keadaan tubuhnya.
b) Diri etik-moral
Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap
dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral
dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang
mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan
seseorang akan kehidupan keagamaannya dan
nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan
baik dan buruk.
c) Diri pribadi
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi
seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak
dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan
orang lain, tetapi dipengaruhi oleh tingkat kepuasan
individu terhadap pribadinya atau tingkat penilaian
d) Diri keluarga
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri
seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota
keluarga.
e) Diri sosial
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap
interaksi dirinya dengan orang lain maupun
lingkungan di sekitarnya.
d. Perkembangan konsep diri
Agustiani (2006:143) mengemukakan bahwa
perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus
berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Menurut Symonds
(Agustiani, 2006:143), seorang bayi membentuk pandangan
yang masih kabur tentang dirinya sebagai seorang individu.
Pada usia 6-7 tahun, batas-batas dari diri individu mulai menjadi
lebih jelas sebagai hasil dari eksplorasi dan pengalaman dengan
tubuhnya sendiri.
Menurut Agustiani (2006:144), selama masa anak
pertengahan dan akhir, kelompok teman sebaya mulai
memainkan peran yang dominan, menggantikan orangtua
sebagai orang yang turut berpengaruh pada konsep diri mereka.
Selama masa anak akhir, konsep diri yang terbentuk sudah
perubahan drastis terhadap konsep diri. Penyelesaian masalah
dan konflik pada remaja melahirkan konsep diri orang dewasa.
Nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan bagian dari konsep
diri pada akhir masa remaja yang cenderung menetap dan relatif
merupakan pengatur tingkah laku yang bersifat permanen. Pada
usia 25-30 tahun biasanya ego orang dewasa sudah terbentuk
dengan lengkap, dan mulai dari sini konsep diri menjadi
semakin sulit berubah.
4. Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru
Persepsi adalah proses penerjemahan atau menginterpretasikan
stimulus yang masuk melalui panca indra oleh individu yang
melakukan proses penginderaan sebagai sebuah pengetahuan baru
(Irham dan Wiyani, 2015:29). Persepsi siswa mengenai kompetensi
guru berarti penginterpretasian atau gambaran segala sesuatu yang
berkaitan dengan kompetensi guru yang ditangkap oleh panca indera
siswa.
a. Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi berarti kemampuan mewujudkan sesuatu sesuai
dengan tugas yang diberikan kepada seseorang (Musfah, 2011:28).
Lefrancois (Asmani, 2009:37) mendeskripsikan kompetensi
sebagai kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari
proses belajar. Menurut Cowell (Asmani, 2009:38), kompetensi
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi adalah kemampuan atau keterampilan seseorang dalam
mewujudkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Seorang guru memerlukan kompetensi dalam dirinya untuk
melakukan tugasnya. Kompetensi guru adalah kumpulan
pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki
seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan
yang dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar
mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar (Musfah, 2011:27).
Menurut Mulyasa (Musfah, 2011:27), kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial
dan spiritual yang membentuk kompetensi dasar profesi guru, yang
mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap siswa,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalitas.
b. Jenis Kompetensi Guru
Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah
merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum
dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogis,
kepribadian, sosial, dan profesional (Musfah, 2011:30).
1) Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagogis dalam standar nasional pendidikan
meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
pemahaman terhadap siswa, pengembangan kurikulum
(silabus), perancangan dan pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Musfah, 2011:31).
a) Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan
Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan
konsep lain yang terkait dengannya. Hal ini membuat
guru sadar posisinya di tengah masyarakat dan
perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi
bangsa.
b) Pemahaman tentang siswa
Pemahaman terhadap siswa didasari oleh adanya
keragaman. Keragaman pada siswa memiliki beberapa
dimensi, di antaranya usia, jenis kelamin, ras, gaya
belajar, kesehatan, dan lain-lain. Guru harus
memahami bahwa semua siswa dalam seluruh konteks
pendidikan itu unik. Guru harus selalu belajar dan
berlatih dalam menghadapi kondisi siswa yang
berbeda-beda, agar tidak terjebak pada sikap yang
c) Pengembangan kurikulum
Menurut Miller dan Seller (Musfah, 2011:35),
pengembangan kurikulum mencakup tiga hal, yaitu:
menyusun tujuan umum dan tujuan khusus;
mengidentifikasi materi yang tepat;
memilih strategi belajar mengajar.
McNeil mengungkapkan bahwa guru sebagai
pengembang kurikulum diharapkan tidak melupakan
aspek moral dalam proses pembelajarannya.
d) Perancangan pembelajaran
Perancangan pembelajaran membantu guru
mengetahui apa yang akan diajarkannya kepada siswa.
Guru menyiapkan metode dan media pembelajaran
setiap akan mengajar.
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Mengajar adalah proses dua arah, yang berarti siswa
dapat mengklarifikasikan hal-hal yang belum
dipahaminya dari apa saja yang disampaikan guru
dalam kelas. Selain itu, guru juga memerlukan umpan
balik baginya, seperti memeriksa tugas siswa, dan
kemudian menunjukkan hasil tugas siswa ke
f) Evaluasi hasil belajar
Evaluasi hasil belajar dilakukan dengan penilaian
terhadap hasil belajar siswa. Menurut BSNP (Musfah,
2011:40), penilaian dilakukan dengan mengumpulkan
dan mengolah informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar siswa.
g) Pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya
Guru harus bisa menjadi motivator bagi siswanya,
sehingga potensi mereka berkembang maksimal.
2) Kompetensi kepribadian
Theodore M. Newcomb (Asmani, 2009:103)
mengungkapkan bahwa kepribadian adalah organisasi
sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku. Kepribadian menunjuk pada organisasi
sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir,
dan merasakan apabila dia berhubungan dengan orang lain
atau menanggapi suatu keadaan.
BSNP (Musfah, 2011:42) menyatakan bahwa
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dan dewasa, arif dan
bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri,
a) Berakhlak mulia
Garner dan Cowell (Musfah, 2011:43) menyatakan
bahwa guru dengan kondisi moral tinggi berarti guru
memiliki rasa percaya diri bahwa ia dapat bekerja
dengan baik dan antusiasme atau bersungguh-sungguh
ingin bekerja dengan baik. Guru harus berakhlak mulia
atau berkarakter baik karena tugas yang amat pokok
dari seorang guru adalah memperkukuh daya positif
yang dimiliki siswa.
b) Mantap, stabil, dan dewasa
Menurut Mulyasa (Musfah, 2011:46), seseorang yang
dewasa memiliki tujuan dan pedoman hidup, mampu
melihat segala sesuatu secara objektif, dan telah bisa
bertanggungjawab.
c) Arif dan bijaksana
Sifat ini ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat
bagi siswa, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak (Asmani, 2009:117). Menurut Husain dan
Ashraf (Musfah, 2011:46), seorang guru tidak boleh
sombong dengan ilmunya karena merasa paling
mengetahui dan terampil dibanding guru yang lainnya
sehingga menganggap remeh dan rendah rekan
d) Menjadi teladan
Mulyasa (Musfah, 2011:47) menyatakan bahwa
pribadi guru sangat berperan dalam membentuk
pribadi siswa. Secara teoritis, menjadi teladan
merupakan bagian integral dari seorang guru sehingga
menjadi guru berarti menerima tanggung jawab
menjadi teladan.
e) Mengevaluasi kinerja sendiri
Tujuan evaluasi kinerja diri adalah memperbaiki
proses pembelajaran di masa mendatang. Guru dapat
mengetahui mutu pengajarannya dari respon atau
umpan balik yang diberikan para siswa saat
pembelajaran berlangsung atau setelahnya, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Guru dapat
menggunakan umpan balik tersebut sebagai bahan
evaluasi kinerjanya. Oleh karena itu, guru harus
berjiwa terbuka (Musfah, 2011:48).
f) Mengembangkan diri
Seorang guru harus menjadi pembelajar yang baik atau
mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut
ilmu. Berkembang dan bertumbuh hanya dapat terjadi
jika guru mampu konsisten sebagai pembelajar
pendidikan yang ada di sekolah dan lingkungannya
(Musfah, 2011:49).
g) Religius
Seorang guru harus tenteram hatinya, agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Ketenangan hati
ini dapat diperoleh dengan menjalankan ibadah.
Religius berkaitan erat dengan akhlak mulia dan
kepribadian seseorang. Kesadaran religius dan moral
akan mendorong seseorang untuk menjadi manusia
yang bermanfaat bagi yang lain, yang ditunjukkan
dengan aktivitas dan kreativitasnya dalam bekerja dan
beramal (Musfah, 2011:49).
3) Kompetensi sosial
Setiap pribadi adalah makhluk sosial. Sama halnya
dengan seorang guru. Guru diharapkan memberikan contoh
yang baik terhadap lingkungannya dengan menjalankan hak
dan kewajibannya. Guru tidak sekedar manusia biasa, tapi
sosok manusia yang mempunyai idealisme tinggi dalam
melakukan perubahan di tengah masyarakat ke arah yang
lebih baik dan dinamis (Asmani, 2009:139).
Menurut BSNP (Musfah, 2011:52), kompetensi sosial
merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan,
fungsional, bergaul secara efektif dengan siswa, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa, dan
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi profesional
Tugas guru adalah mentransfer pengetahuan kepada
siswa. Guru tidak sekedar mengetahui materi yang akan
diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan
mendalam. Endang Komara (Asmani, 2009:157)
menyatakan bahwa kemampuan profesional adalah
kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian
tugas-tugas keguruan.
Menurut BSNP (Musfah, 2011:54), kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi
konsep, struktur, dan metode keilmuan yang berhubungan
dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah, hubungan konsep antarmatapelajaran terkait,
penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari,
dan kompetisi secara profesional dalam konteks global
dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
B. Kerangka Berpikir
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong bagi seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan
memicu seseorang melakukan kegiatan belajar dalam rangka mencapai
tujuan belajar.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi motivasi belajar adalah
konsep diri siswa. Konsep diri merupakan persepsi seseorang mengenai
dirinya sendiri. Ketika konsep diri siswa berubah, motivasi belajar siswa
juga berubah. Hal ini menandakan adanya hubungan antara keduanya.
Adanya hubungan antara keduanya dapat memungkinkan terdapat pengaruh
terhadap motivasi belajar siswa, salah satunya adalah individu yang
memiliki konsep mengenai dirinya yang baik, maka akan membangun
motivasi dalam dirinya. Misalnya, seorang siswa yakin bahwa dirinya
mampu memahami satu kompetensi dasar materi akuntansi, maka ia akan
termotivasi untuk belajar dan berusaha semaksimal mungkin dalam belajar.
Dapat juga sebaliknya, semakin tidak baik persepsi individu terhadap
dirinya sendiri, maka semakin rendah motivasi belajar individu tersebut.
Misalnya, seorang siswa yang merasa bahwa dirinya tidak disayangi
keluarganya, maka ia tidak termotivasi untuk belajar.
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar
adalah kompetensi guru. Kompetensi guru adalah kumpulan pengetahuan,
perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki seorang guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Siswa memiliki persepsi terhadap
kompetensi guru. Persepsi yang mereka miliki merupakan hasil dari apa
kompetensi guru mempengaruhi motivasi belajar siswa apabila antara
keduanya terdapat hubungan. Adanya hubungan akan memungkinkan bagi
persepsi siswa mengenai kompetensi guru untuk mempengaruhi motivasi
belajar siswa, salah satunya adalah persepsi siswa yang baik mengenai
kompetensi gurunya, maka akan menimbulkan motivasi siswa dalam
belajar. Guru yang berkompeten akan dapat menyelenggarakan proses
pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan suasana menarik bagi
siswa dan mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa akan memiliki semangat dan motivasi dalam
belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti, dan merasa
mudah memahami materi yang disajikan. Selain itu, siswa tidak hanya
mendapatkan pengetahuan, tetapi juga memperoleh kesan yang mendalam
mengenai materi pelajaran, dan dapat mendorong siswa untuk
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, dapat
dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu:
Ha
1 = Ada hubungan yang signifikan dan positif antara konsep diri siswa
dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri Kelas XI pada mata
pelajaran akuntansi di Kabupaten Sleman.
Ha
2 = Ada hubungan yang signifikan dan positif antara persepsi siswa
Negeri Kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di Kabupaten
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ex-post facto.
Sedarmayanti dan Hidayat (2011:31) mengungkapkan bahwa penelitian
ex-post facto adalah penelitian berdasarkan pendekatan. Penelitian
ex-post facto menurut Kelinger (Sangadji dan Sopiah, 2010:24) adalah
penelitian yang dilakukan dengan adanya variabel-variabel bebas yang
telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat
dalam suatu penelitian. Abdurrahman dan Muhidin (2011:5)
mengungkapkan bahwa penelitian ex-post facto adalah penelitian yang
dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian
merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan penelitian terhadap motivasi belajar siswa SMA Negeri kelas
XI pada mata pelajaran akuntansi yang dipengaruhi oleh konsep diri
siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi guru mata pelajaran
akuntansi.
Penelitian ex-post facto yang dilakukan adalah penelitian korelasi.
Kountur (203:108) mengatakan bahwa penelitian korelasi merupakan
penelitian yang melihat hubungan antarvariabel. Narbuko dan Achmadi
penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi-variasi
pada suatu faktor berkaitan atau berhubungan dengan variasi-variasi pada
satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Menurut
Dane (Sangadji dan Sopiah, 2010:25), penelitian korelasi merupakan
suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data yang
berguna untuk menentukan keberadaan hubungan dan tingkat hubungan
antara dua variabel atau lebih. Pada penelitian ini umumnya peneliti tidak
memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan
dalam koefisien korelasi.
Pada penelitian korelasi ini, peneliti tidak dapat melihat hubungan
antarvariabel dengan adanya sebab akibat atau peneliti tidak bisa
mengatakan bahwa variabel pertama dipengaruhi oleh variabel ke dua
atau variabel lainnya maupun sebaliknya. Hal yang dapat dikatakan
adalah terdapat hubungan antarvariabel, yang dapat diartikan bahwa
setiap kali variabel pertama berubah, variabel ke dua juga ikut berubah.
Perubahan variabel ke dua belum tentu disebabkan oleh variabel pertama,
karena ada kemungkinan bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh
faktor-faktor lain. Dalam penelitian ini, peneliti dapat mengetahui
hubungan antara konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai
kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
akuntansi. Konsep diri siswa dan persepsi siswa mengenai kompetensi
variabel bebas tersebut tidak memiliki hubungan dengan motivasi belajar
1. SMA N 1 Ngaglik Kayunan, Donoharjo, Ngaglik 55581 2. SMA N 2 Ngaglik Sukoharjo, Sukoharjo Ngaglik 55581 3. SMA N 1 Mlati Cebongan, Tlogodadi, Mlati 55286 4. SMA N 2 Sleman Brayut, Pandowoharjo 55512
Waktu penelitian adalah waktu secara umum yang digunakan
peneliti selama penelitian. Dalam kesempatan ini, peneliti melaksanakan
penelitian pada bulan Februari hingga Maret 2016 dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Tempat dan waktu penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian SMA Negeri 2 Sleman 22 Februari 2016 SMA Negeri 1 Mlati 24-25 Februari 2016 SMA Negeri 1 Ngaglik 02 Maret 2016 SMA Negeri 2 Ngaglik 29-30 Maret 2016
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa SMA Negeri
kelas XI di Kabupaten Sleman. Sementara itu, objek penelitiannya adalah