• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seks Bebas Sebagai Penyebab Meningkatnya Populasi HIV/AIDS Di Jepang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Seks Bebas Sebagai Penyebab Meningkatnya Populasi HIV/AIDS Di Jepang."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMERINTAH JEPANG DAN ORGANISASI NON PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN HIV/AIDS ………...9

2.1 Penyebaran Pertama HIV/AIDS Di Jepang………...9

2.2 Ketidaktahuan Dan Pengabaian Akan HIV/AIDS………...11

2.3 Stigma Dan Diskriminasi………...13

2.4 Populasi Yang Mudah Terinfeksi………14

2.4.1 Pria Yang Melakukan Hubungan Seksual Dengan Sesama Pria……...14

2.4.2 Pekerja Seks Komersial………...15

2.4.3 Enjo-Kosai………...18

2.4.4 AV ( Adult Video )………..21

(2)

Universitas Kristen Maranatha ii

2.4.6 Pink Salon………....23

2.4.7 Pekerja Imigran………24

2.5 Penanganan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Untuk Permasalahan HIV/AIDSdi Jepang…………....……….26

2.5.1 Kebijakan HIV/AIDS Yang Dilakukan Pemerintah Jepang………...26

2.5.2 Dukungan Untuk Penelitian HIV/AIDS………..28

2.5.3 HIV/AIDS Surveillance System Di Jepang………..30

2.5.4 Pemeriksaan HIV Gratis………..30

2.5.5 Pengobatan Dan Perawatan HIV/AIDS………...31

2.5.6 Kebijakan Penderita HIV/AIDS Dalam Pekerjaan………..32

2.5.7 Pendidikan Dan Peningkatan Kesadaran Akan HIV/AIDS……….34

2.6 Organisasi-organisasi Non Pemerintah Berjuang Melawan HIV/AIDS ……….. ……35

BAB III ANALISIS KASUS TERJADINYA SEKS BEBAS DI JEPANG……….40

3.1 Kasus Hubungan Seks Bebas Yang Dilakukan Dengan Lawan Jenis….41 3.2 Kasus Hubungan Seks Bebas Yang Dilakukan Dengan Sesama Jenis....71

(3)

Universitas Kristen Maranatha xii

LAMPIRAN

 •

(4)

Universitas Kristen Maranatha xiii

 •

(5)

Universitas Kristen Maranatha xiv

 •

(6)

Universitas Kristen Maranatha xv

 •

(7)

Universitas Kristen Maranatha xvi

 •

(8)

Universitas Kristen Maranatha xvii

(9)

Universitas Kristen Maranatha xviii

 •

(10)

Universitas Kristen Maranatha xix

(11)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Jepang adalah salah satu negara maju di dunia. Selain memiliki kemajuan dalam bidang teknologi, ekonomi dan industri, Jepang pun pada saat ini dikenal sebagai salah satu negara dengan penduduk tersehat di dunia 1. Apabila dibandingkan dengan negara-negara lainnya, Jepang memang mempunyai presentase yang lebih kecil akan populasi pengidap HIV/AIDS.

HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus yang menginfeksi manusia dengan menyerang sistem kekebalan tubuh dan secara perlahan memperlemah pertahanan tubuh manusia terhadap penyakit. HIV terkandung dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sperma dan cairan getah penis pria, cairan vagina wanita dan ASI ( Air Susu Ibu ) dari ibu yang tertular HIV. Sedangkan AIDS ( Acquired Immunodeficiency Virus ) adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus HIV. AIDS muncul dalam ragam gejala dan infeksi penyakit (sindrom) dikenal dengan infeksi oportunistik yang berbahaya, seperti pneumonia atau tuberculosis, yang muncul pada fase akut dari infeksi HIV.

Gejala AIDS dari orang yang terinfeksi HIV baru muncul delapan sampai sepuluh tahun sejak pertama kali terinfeksi virus HIV. HIV menular melalui hubungan seks berganti pasangan tanpa alat pengaman, pemakaian jarum suntik tidak steril dan tercemar darah yang mengandung virus HIV, transfusi darah atau

1

(12)

Universitas Kristen Maranatha 2 transplantasi organ dari pengidap HIV dan dari ibu pengidap HIV positif kepada bayinya saat hamil, melahirkan dan menyusui.

Pada tahun 2004 jumlah orang yang mengidap HIV/AIDS di Jepang kurang lebih 20.000 jiwa. Dengan perkiraan warga negara Jepang yang mengidap HIV sebanyak 15.400 jiwa, pengidap AIDS sebanyak 3.300 jiwa, sedangkan masyarakat yang bukan warga negara Jepang yang mengidap HIV sebanyak 700 jiwa dan mengidap AIDS sebanyak 900 jiwa2.

Data statistik UNAIDS3 pun menunjukkan adanya kenaikan jumlah laporan kasus HIV/AIDS, Jepang masih beruntung jika dibandingkan dengan di Afrika dan negara-negara Asia lainnya. Tetapi hal ini membuat masyarakat Jepang kurang menyadari akan bahaya dari HIV/AIDS.

Berdasarkan laporan tahunan Komite Pengawasan AIDS Nasional 2002 (The National AIDS Surveillance Committee ) jumlah kasus dimana pasien tidak menyadari bahwa penyakitnya berkembang menjadi AIDS, memuncak dari 28 % di tahun 1995 menjadi 80 % di tahun 2000. Menurut kategori umur, diperkirakan 35 % dari kasus yang mengidap HIV melibatkan masyarakat Jepang pada usia 20 sampai 29 tahun, terutama laki-laki. Dari kasus-kasus yang terjadi kebanyakan terjangkit di Jepang, kasus terbesar terdapat di daerah Tokyo termasuk daerah Kanagawa, Chiba dan Saitama, mencakup 57 % dari kasus yang terlapor.

Sex Education dan informasi HIV/AIDS sangat kurang di Jepang,

terutama untuk kalangan remaja, di sekolah pun mereka jarang mendapatkannya4.

2

Hashimoto Shuji.2004. HIV kansenshasu to eizu kanjasu no shorai yosoku (Future Prediction of the Number of HIV Infected Persons and AIDS cases). In Eizu Gakkashi (Journal of AIDS Research).

3

United Nations Programme on HIV/AIDS

4 Kumamoto Yoshiaki. 2001. Research Project on Implementation of Enlightment and Prevention

(13)

Universitas Kristen Maranatha 3 Karena di sekolah pun mereka hanya diajarkan segelintir tentang HIV/AIDS dan alat kontrasepsi, karena pengajar pun kurang merasa nyaman apabila mereka membicarakan tentang hal tersebut. Sedangkan di rumah, orang tua pun jarang atau tidak pernah membicarakan tentang sex education, karena hal tersebut masih tabu dan jarang membicarakan topik mengenai sex education secara terbuka. Padahal sex education adalah salah satu faktor yang sangat penting, supaya setiap orang mengerti bagaimana bahaya dari melakukan seks bebas tersebut.

Berikut ini adalah salah satu contoh artikel tentang kurangnya kesadaran masyarakat Jepang akan bahaya HIV/ AIDS yang dimuat di sebuah jurnal,

… In Japan, one of the world's wealthiest societies, awareness of the risks posed by the disease is almost non-existent among many young people, and yet their sexual behaviour is increasingly risky.

While HIV infection rates in Japan remain officially low at around 6,000, experts fear the real total could be higher, and will get a lot worse unless attitudes begin to change to a disease many Japanese believe only foreigners can catch.

One Friday a month, gynaecologist Dr Tsuneo Akaeda visits Club Jamaica, one of dozens of places in Tokyo where young Japanese party till sunrise. He gives free blood tests for HIV - with almost immediate results. University student Kuki Uchikawa, who has taken the test, said: "It's always been somewhere in the back of my mind, HIV, but I'm afraid I've never done much to protect myself in the past. This is the first time I've decided to come and find out more about the disease."

Among the volunteers helping Dr Akaeda is Mariko - she is 18, and has only just become aware of the risk HIV poses to her generation…

(Jonathan Head, BBC Correspondent in Tokyo, 13 July 2004, BBC News)

… Di Jepang, salah satu masyarakat sejahtera di dunia, kesadaran akan HIV/AIDS di antara anak muda hampir tidak ada, dan tingkah laku seksual mereka yang berbahaya semakin meningkat.

Ketika kecepatan penyebaran infeksi HIV tetap rendah di sekitar 6000, para ahli mengkhawatirkan kecepatan penyebarannya akan semakin cepat dan akan bertambah buruk apabila sikap orang Jepang tetap mempercayai bahwa mereka tidak akan terinfeksi HIV/AIDS, hanya orang asing yang akan terinfeksi.

(14)

Universitas Kristen Maranatha 4 muda Jepang melakukan pesta sampai pagi. Dia memberikan tes darah gratis untuk HIV yang hasilnya segera diketahui.

Seorang mahasiswi yang bernama Kuki Uchikawa, yang mengikuti tes tersebut berkata “ Tidak pernah terpikirkan oleh saya tentang HIV, tetapi saya takut karena sebelumnya saya tidak pernah menjaga diri saya sendiri. Ini pertama kalinya saya memutuskan untuk datang dan mencari tahu tentang HIV/AIDS.”

Diantara para relawan yang membantu dr.Akaeda ada seorang gadis berumur 18 tahun yang mempunyai kesadaran tentang penyebaran HIV yang menginfeksi generasinya…

Berdasarkan data UNAIDS5, sekarang banyak anak muda di Jepang melakukan kegiatan seks dengan berganti-ganti pasangan dan mereka pun jarang menggunakan alat pengaman, hal ini sangat memudahkan mereka terinfeksi virus HIV. Tidak hanya di kalangan anak muda Jepang saja yang melakukan seks bebas, di kalangan dewasa pun banyak yang melakukan kegiatan seks bebas, baik dengan lawan jenis ataupun sesama jenis.

Informasi penduduk Tokyo yang terinfeksi HIV dan mengidap AIDS sepanjang bulan Oktober 2005 sampai dengan bulan Januari 2006, berdasarkan data yang diperoleh dari Stop Aids News Letter No.109 yang terbit tanggal 31 Januari 2006, terlapor 73 kasus orang yang terinfeksi HIV dan 19 kasus orang yang mengidap AIDS. Sebanyak 58 kasus disebabkan oleh kontak seksual sesama jenis dan 29 kasus yang disebabkan oleh kontak seksual dengan lawan jenis.

Menurut Toshiiki Ishi, direktur dari perusahaan “Nihon Condom Kogyokai” , penjualan alat pengaman atau yang lebih dikenal dengan kondom di Jepang mengalami puncaknya pada tahun 1997 yaitu 1.230.000.000 pak, tetapi di tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 667.000.000 pak, yang berarti banyak dari orang Jepang yang mulai melakukan kegiatan seks yang tidak aman.

5

(15)

Universitas Kristen Maranatha 5 Selain itu juga maraknya kegiatan prostitusi dan produksi film-film porno di Jepang merupakan faktor pendukung berkembangnya pengidap HIV/AIDS di Jepang. Oleh karena itu penulis tertarik menganalisa tentang perkembangan populasi pengidap HIV/AIDS di Jepang yang disebabkan oleh kegiatan seks bebas dengan memanfaatkan data-data yang ada di tahun 2006.

1.2 PEMBATASAN MASALAH

Penulis akan membahas tentang perkembangan kegiatan seks bebas sebagai penyebab meningkatnya populasi HIV/AIDS di Jepang. Penulis hanya mengkhususkan penganalisaan hanya pada kota Tokyo, dengan rentang umur 18 sampai 40 tahun baik pria dan wanita,sepanjang tahun 2006 dari bulan Januari sampai bulan Desember.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kegiatan seks bebas sebagai penyebab meningkatnya populasi HIV/AIDS di Jepang, terutama di kota Tokyo, dengan rentang umur 18 sampai 40 tahun baik pria dan wanita, sepanjang tahun 2006 dari bulan Januari sampai bulan Desember.

1.4 METODOLOGI

(16)

Universitas Kristen Maranatha 6 Metode deskriptif analitik terdiri dari dua istilah, yaitu deskriptif yang merupakan pemaparan dari satu per satu parameter kuantitatif dan kualitatif 6 dari apa yang dilihat, didengar dan dirasa untuk mendapatkan suatu definisi, sedangkan analitik yaitu menganalisa suatu hal dengan tujuan mengetahui penyebabnya.

Secara harafiah, metode deskriptif analitik ini adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data. Peneliti juga menerangkan hubungan, menguji hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

Penelitian deskriptif analitik mempelajari dan menganalisis masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena7 .

Tujuan dari penelitian deksriptif analitik adalah untuk memecahkan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi8 . Seperti pada kasus HIV/AIDS yang penulis bahas, hal yang dilakukan adalah menganalisis data-data yang didapat dengan menyajikan potret keadaan yang nantinya dapat digunakan sebagai suatu hipotesa ataupun tidak. Perspektif waktu yang dijangkau dalam melakukan penelitian deskriptif analitik ini adalah

6

Parameter kuantitatif dan kualitatif adalah ukuran banyak dan mutu suatu data. 7

Moh.Nazir,Phd, Metodologi Penelitian, hal.63

8

(17)

Universitas Kristen Maranatha 7 waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih bisa terjangkau dalam ingatan responden.9

Penelitian deskriptif analitik merupakan suatu metode pendekatan yang menganalisis, kemudian memaparkan segala sesuatunya dengan bersifat apa adanya dan terfokus pada sebuah struktur fenomena, menguraikan inti dari stuktur tersebut dan menghasilkan sebuah jawaban dari yang tak terlihat menjadi terlihat.

Data yang bisa digunakan dalam pendekatan ini berupa pengumpulan informasi yang kemudian dianalisis melalui pandangan pribadi penulis berdasarkan artikel-artikel,kasus-kasus dan data-data statistik yang telah dilihat dan dibaca. Cara yang digunakan dalam pendekatan ini adalah dengan berusaha menghidupkan kembali suatu kejadian dengan menggunakan imajinasi, yang kemudian berusaha disusun menjadi suatu rentetan kejadian dan akhirnya menghasilkan suatu interpretasi dari proses penganalisisan.

1.5 ORGANISASI PENULISAN

Untuk mendapatkan karya tulis yang sistematis, maka penulis membagi penelitian ini dalam IV bab, dimana setiap babnya terdiri dari beberapa sub bab.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan subbab-subbab, yaitu latar belakang masalah yang memaparkan tentang latar belakang mengapa penulis membahas tentang populasi pengidap HIV/AIDS di Jepang yang disebabkan oleh kegiatan seks bebas, pembatasan masalah, yang membatasi ruang lingkup bahasan yang hanya membahas tentang populasi HIV/AIDS di Jepang yang disebabkan oleh kegiatan seks bebas di kota Tokyo sepanjang tahun 2006, tujuan penelitian,

9

(18)

Universitas Kristen Maranatha 8 yaitu menjelaskan tujuan dari penelitian dari pembuatan penelitian ini, metode penelitian yang memaparkan metode apa yang penulis gunakan dalam menganalisis penelitian ini, dan organisasi penulisan yang menjelaskan apa saja yang akan ditulis di dalam penelitian ini.

Bab II membahas tentang sejarah penyebaran HIV/AIDS di Jepang, situasi sosial yang kurang pengetahuannya akan HIV/AIDS, stigma dan diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS, populasi yang mudah terinfeksi, serta penanganan yang dilakukan pemerintah yang melakukan perlawanan terhadap penyebaran HIV/AIDS di Jepang.

Bab III merupakan analisis kasus-kasus terjadinya kegiatan seks bebas dan analisis perkembangan data-data pengidap HIV/AIDS di Jepang terutama di kota Tokyo.

(19)

Universitas Kristen Maranatha vi

0342018

(20)

Universitas Kristen Maranatha vii HIV/AIDS

UNAIDS HIV/AIDS

HIV/AIDS

HIV/AIDS

HIV/AIDS

UNAIDS

(21)

Universitas Kristen Maranatha viii

2005 10 2006 1

HIV AIDS 2006 1

31 Stop AIDS News Letter

No.109

HIV 73 AIDS 19

58

2006

HIV/AIDS HIV/AIDS

1982 1985 40 1400

HIV 1990

HIV/AIDS HIV/AIDS

HIV/AIDS

(22)

Universitas Kristen Maranatha ix HIV/AIDS

HIV/AIDS

HIV/AIDS HIV/AIDS HIV/AIDS HIV/AIDS HIV/AIDS HIV/AIDS

HIV/AIDS

HIV/AIDS

(23)
(24)

Universitas Kristen Maranatha x

DAFTAR PUSTAKA

de Bruyn, Theodore.1998”HIV/AIDS and Discrimination: A Discussion Paper.”,

Montreal, Canadian AIDS Society

Hashimoto, Shuji., 2004, HIV kansenshasu to eizu kanjasu no shorai yosoku

(Future Prediction of the Number of HIV Infected Persons and AIDS cases),

Eizu Gakkashi (Journal of AIDS Research)

Kumamoto Yoshiaki., 2001, Research Project on Implementation of Enlightment

and Prevention of HIV Infection as STI Through The Media, Tokyo:

Ministry of Health, Labour and Welfare

Nazir, Muhammad., 1999, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia

Nelson, Andrew N., 2002, Kamus Kanji Modern : Jepang Indonesia, Bekasi, PT.

Kesaint Blanc Indah Corp.

Ramaiah, Dr.Savitri., 2000, All You Wanted To Know About – HIV and AIDS,

New Delhi, Sterling Publishers Private Limited

The Japan Center for International Exchange, 2004. Japan’s Response to the

Spread of HIV/AIDS, Tokyo

Yamamoto Tadashi,1999,Deciding the Public Good: Governance and Civil

Society in Japan, Tokyo: Japan Center for International Exchange

http://www.A-Zjapan.com

http://fukushihoken.metro.tokyo.jp/index.html

http://jaids.umin.ac.jp

(25)

Universitas Kristen Maranatha xi http://www.japantoday.com/jp/quote/1977

http://www.japanweekender.com

www.mhw.go.jp/index.html

http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/asia-pacific/3890689.stm

http://www.unaids.com

http://www.wikipedia.com/mariaozawa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perusahaan dalam meningkatkan minat beli produk bedak wajah viva cosmetics dengan melalui beberapa analisis faktor

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penalaran matematis dan partisipasi kontributif siswa kelas VII C SMP N 1 Sumbang melalui pembelajaran SAVI (Somatis Auditori

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

PLN yang mana ini akan diterapkan pada PT.PLN tersebut dalam rangka memberikan pelayanan dan menyampaikan informasi yang cepat, tepat dan akurat kepada masyarakat

and you can see from the radar screen – that’s the screen just to the left of Professor Cornish – that the recovery capsule and Mars Probe Seven are now close to convergence..

Sistem kontrol kipas angin otomatis menggunakan sensor suhu LM35 merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mendeteksi suhu ruangan serta mentransmisikan data perubahan suhu

Hasil penelitian untuk faktor permintaan secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat pendapatan, selera, jumlah tanggungan dan harapan masa yang akan datang

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.