• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA

(KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil NIM 1103920

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh karakter masyarakat Sunda yang sangat menjunjung tinggi nilai pandangan hidup sebagai alat kontrol dalam berpikir dan berperilaku. Salah satunya, upaya penempatan representasi peran dan posisi seseorang tersebut terjadi di lingkungan masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung. Penelitian ini betujuan mengklasifikasikan dan mendeskripsikan konsep pamali bahasa Sunda, mendeskripsikan fungsi dan nilai kearifan dari konsep pamali bahasa Sunda, dan mendeskripsikan pembentukan kultur representasi perempuan dalam konsep pamali bahasa Sunda pada penutur bahasa Indonesia yang memiliki latar belakang bahasa pertamanya bahasa Sunda. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnosemantik serta metode etnografi komunikasi dalam penjaringan data sebagai bagian dari kajian etnolinguistik. Hasil penelitian ini menemukan enam hal, yaitu (1) konsep pamali masyarakat Soreang memang mewakili dua belas kategori, yaitu kehamilan, kelahiran, masa anak-anak, pekerjaan rumah, pekerjaan/profesi, hubungan sosial, perjodohan, kematian, perilaku, kehidupan rumah tangga, alam gaib, dan religi/agama, (2) semua ungkapan konsep pamali termasuk ungkapan imperatif yang ditunjukkan dengan keberadaan leksikon ulah dan entong, (3) konsep pamali memiliki fungsi sosial, individu, pendidikan, dan keagamaan, (4) konsep pamali mengandung nilai kearifan lokal harmonisasi antarmasyarakat, Tuhan, dan alam, (5) masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung sangat memiliki pengalaman, pengetahuan, perasaan, dan menaruh harapan terhadap konsep pamali bahasa Sunda, dan (6) berdasarkan konsep representasi, perempuan mengungguli representasi laki dalam konsep pamali. Dibandingkan laki-laki, perempuan memiliki peranan dan posisi khusus di dalam pandangan masyarakat Sunda. Hal tersebut ditunjukkan dengan keberadaan ungkapan pamali khusus perempuan. Oleh sebab itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bahwa keberadaan bahasa sebagai produk budaya dapat menjadi cerminan sebuah perbendaharaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan suatu masyarakat.

(2)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

REPRESENTATION OF WOMEN IN THE PAMALI CONCEPT SUNDANESE LANGUAGE AS THE FORMATION OF CULTURE INDONESIAN SPEAKERS (ETHNOSEMANTICS)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil NIM 1103920

ABSTRACT

This research is motivated by the character of the Sundanese community that upholds the value of a view of life as a control tool in thinking and behaving. One of them, representation placement and positioning one's role mentioned occur in society Soreang, Bandung regency. This study aims to classify and describe the concept pamali Sundanese language, describing the functions and values of wisdom from concept pamali Sundanese language, culture and describe the formation of women's representation in the concept pamali Sundanese language for Indonesian speakers with a background first language is the sundanese language. This study uses ethnosemantics approaches and methods of ethnography of communication in the data networking as part of the study entholinguistics. Our research found six things, that is (1) the concept of public pamali Soreang indeed represent the twelve categories, namely pregnancy, birth, childhood, homework, job/profession, social relationships, marriages, deaths, behavior, domestic life, the supernatural, and religion/faith, (2) all the idiom concept pamali including imperative sentence indicated by the existence of the act

‘ulah’ and ‘Entong’ lexicon, (3) pamali concept has a social function, the individual, education, and religion, (4) pamali concept contains the value of local wisdom harmonization between communities, God, and nature, (5) community Soreang, Bandung regency extremely has the experience, knowledge, feelings, and hopes to draft pamali sundanese language, and (6) based on the concept of representation, the representation of women surpass men in draft pamali concept. Compared to men, women have a special role and position in view of the Sundanese people. This is indicated by the presence of specific taboos lexicon women. Therefore, this research is expected to provide awareness that the existence of language as a cultural product may be a reflection of a treasure of knowledge and culture of a society.

(3)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 10

B. Landasan Teoretis ... 11

1. Kajian Linguistik dan Budaya... 11

2. Ranah Sosial ... 13

3. Relativitas Bahasa dan Budaya ... 13

4. Pengertian Etnosemantik ... 15

a. Konsep “Sineger Tengah” (Pandangan hidup) Orang Sunda ... 17

b. Konsep kearifan Lokal ... 22

c. Konsep pamali ... 24

(4)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xi

e. Teori Representasi Perempuan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 30

C. Lokasi Penelitian ... 32

D. Data dan Sumber Data ... 32

E. Definisi Operasional ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Teknik Pengolahan Data ... 40

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi dan Deskripsi Konsep Pamali Bahasa Sunda ... 42

1. Klasifikasi Konsep Pamali Bahasa Sunda ... 45

2. Deskripsi Konsep Pamali Bahasa Sunda ... 54

B. Fungsi dan Nilai Kearifan Lokal dari Konsep Pamali Bahasa Sunda ... 157

1. Fungsi Konsep pamali Bahasa Sunda di Soreang, Kabupaten Bandung... ... 157

2. Nilai Kearifan Lokal dari Konsep Pamali Bahasa Sunda di Soreang, Kabupaten Bandung ... 164

C. Pembentukan Kultur Representasi Perempuan dalam Konsep Pamali Bahasa Sunda pada Penutur Bahasa Indonesia yang Memiliki Latar Belakang Bahasa Pertamanya Bahasa Sunda... ... 172

1. Pembentukan Kultur Masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung terhadap Konsep Pamali Bahasa Sunda ... 173

2. Representasi Perempuan dalam Konsep Pamali Bahasa Sunda di Masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung ... 183

BAB V PENUTUP A. Simpulan... ... 227

(5)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xii

DAFTAR PUSTAKA ... 230

RIWAYAT HIDUP ... 233

(6)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 227

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas serta berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan kategori prinsip pamali bahasa Sunda pada 61 ungkapan konsep pamali bahasa Sunda yang didapatkan memang termasuk ke dalam 12 kategori. Adapun dominasi kategosisasi terletak pada klasifikasi ungkapan yang berhubungan dengan perilaku. Selanjutnya, analisis deskripsi rujukan dan makna menggolongkan semua ungkapan konsep pamali yang berjumlah 61 tersebut termasuk ke dalam ungkapan imperatif yang mengandung pemaknaan ungkapan perintah atau larangan. Hal tersebut dilihat dari penggunaan leksikon ulah dan entong yang merupakan kata perintah atau larangan dalam bahasa Sunda. Konsep pamali bahasa Sunda yang ada di masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung memang memiliki fungsi sosial, individu, pendidikan, dan keagamaan. Hal tersebut ditunjukan dari adanya pesan penjagaan norma dan etika sopan santun terhadap diri sendiri maupun orang lain. Begitupun, pada fungsi pendidikan dan keagamaan, adanya konsep mendidik dalam berperilaku atau menjaga sikap serta mendidik dalam hal urusan agama dan beribadah kepada Tuhan.

(7)

228

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberadaan perannya sebagai makhluk sosial menuntut kerukunan dan ketentraman dalam menjalin hubungan sosial baik lingkungan keluarga ataupun lingkungan pergaulan.

Adapun pembentukan kultur pada masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung terhadap konsep pamali dapat diungkapkan melalui hasil penjaringan data melalui penyebaran angket, yaitu berdasarkan temuan lapangan seluruh komponen pengalaman, pengetahuan, perasaan, dan harapan sangat jelas dimiliki oleh masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung. Begitupun, konsep representasi masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung terhadap perempuan dalam konsep pamali bahasa Sunda, yaitu masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung

menempatkan representasi khusus perempuan untuk menunjukkan bahwa wanita memang memiliki posisi khusus dalam penggunaan konsep pamali di lingkungan masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung. Pengalaman realitas masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung terhadap representasi perempuan sebagai pembentukan kultur masyarakat didasarkan pada pengalaman verbal melalui penyebaran dan pembentukan kultur dari konsep pamali bahasa Sunda. Pengalaman verbal tersebut terbangun di dalam pikiran masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung karena adanya nalar psikologis, budaya, atau pengalaman mental dalam bentuk verbal di masyarakat. Dalam hal ini pengalaman verbal utama yang didapatkan masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung adalah pengalaman verbal dengan mendengarkan atau menyimak, pengalaman berbicara, dan pengalaman berpikir. kebudayaan suatu masyarakat berefleksi di dalam bahasa yang mereka pergunakan. Oleh karena itu, pengalaman verbal (pengalaman mendengarkan, berbicara, dan berpikir) dari ruang mental masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung terbentuk berdasarkan kebudayaan mental yang dimiliki masyarakat terhadap keberadaan konsep pamali yang menyebar di lingkungan masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung.

(8)

229

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu kesamaan yang terjadi karena adanya pengalaman psikologis dan budaya yang dimiliki. Pada masayarakat Soreang, Kabupaten Bandung yang merupakan masyarakat penutur bahasa Sunda, bahasa Indonesia, ataupun keduanya. Adanya kesamaan perilaku karena pengalaman budaya implisit yang dimiliki oleh masyarakat sebagai kelompok pemilik etnis Sunda, baik pada masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung yang hanya menuturkan bahasa Sunda atau bahasa Indonesia saja, ataupun pada masyarakat yang menjadi penutur bahasa Sunda sekaligus bahasa Indonesia secara bersamaan dalam lingkungan sosialnya. Kehadiran budaya impisit yang dimiliki masyarakat di antaranya logika, kognisi, keinginan, sifat-sifat responsi interpersonal di dalam masyarakat. Budaya implisit dapat terlihat di tengah-tengah masyarakat sebagai budaya keyakinan, budaya norma, dan budaya dalil pembicaraan, yaitu tuturan. Oleh sebab itu, hal tersebut mejadi cerminan dari pembentukan kultur yang terjadi pada masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Penelitian ini hanya memfokuskan pada klasifikasi dan deskripsi, fungsi dan nilai kearifan lokal, serta representasi perempuan dalam konsep pamali bahasa Sunda dan pembentukan kultur pada penuturnya. Dalam hal ini penelitian lebih menitikberatkan pada pencitraaan dari representasi perempuan dalam konsep pamali bahasa Sunda serta pembentukan kultur pada penuturnya. Namun,

(9)

230

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(10)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 230

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. (2003). Semantik: pengantar studi tentang makna. Malang: Sinar Baru Algensindo Offset Bandung.

Darheni, N. (2010). Leksikon aktivitas indera penglihatan pada toponimi di Jawa Barat: kajian etnosemantik. Jurnal Linguistik Indonesia, 1 (28), hlm. 55-67.

Duranti, A. (2002). Linguistic anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.

Ekadjati, E. S. (1984). Masyarakat Sunda dan kebudayaannya. Bandung: Girimukti Pasaka.

Endraswara, S. (2003). Metode penelitian kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fishman, J. A. (1970). Sociolinguistics: a brief introduction. Rowly-Massachusett: Newbury House.

Foley, W. A. (2001). Anthropological linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Halliday, M.A.K. (1978). Language and social semiotics: the social interpretation of language and meaning. London: Edward Arnold.

Hayati, S. dan Ahmad Y. (t.t). Studi pemekaran Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung dan pemilihan ibukota kecamatan pada kecamatan

pemekarannya. [Online]. Diakses dari

http://file.upi.edu/directory/FPIPS/JUR._PEN._GEOGRAFI.-196708121997021-AHMAD_YANI/Artikel_Pemekaran_Soreang_.pdf.

Hidayatullah, R. dan Mahmud F. (2012). Konsep nasi dalam bahasa Sunda (studi antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Makalah pada Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 10: Tingkat Internasional, Universitas Atma Jaya, Jakarta.

(11)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 231

Kadarisman, A. E. (2008). Hipotesis Safir-Whorf dan ungkap-verbal keagamaan. Jurnal Linguistik Indonesia, 1 (26), hlm.1-6.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Lukman, N. F. (2014). Sambutan bupati Bandung dan khutbah Idul Fitri 1435

H/2014 M. Bandung: Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

Mahsun. (2005). Metode penelitian bahasa. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.

Mbete, A. M. (2004). Lingusitik kebudayaan: Rintisan konsep dan beberapa aspek kajiannya. Dalam Bawa, I Wayan, dan I Wayan Cika (penyunting), Bahasa dalam Perspektif Kebudayaan. Denpasar: Universitas Udayana.

Muthai’in. (2001). Bias gender dalam pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Palmer, G. B. (1999). Toward a theory of cultural linguistics. United States of America: University of Texas Press.

Ramadhani, E. A. (2014). Kandungan nilai kearifan lokal dalam leksikon kaulinan barudak di Kampung Sukarame (sebuah kajian antropolinguistik). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rokhman, F. (2003). Pemilihan bahasa dalam masyarakat dwibahasa: kajian sosiolinguistik di Banyumas. (Disertasi). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rokhman, F. (2013). Sosiolinguistik: suatu pendekatan pembelajaran dalam masyarakat multikultural. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saeed, J. I. (1995). Semantics. Malden: Blackwell Publisher Inc.

Sibarani, R. (2004). Antropolinguistik. Medan: Poda.

Sitaresmi, N. dan Mahmud F. (2011). Pengantar semantik bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.

(12)

Eneng Reni Nuraisyah Jamil, 2015

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KONSEP PAMALI BAHASA SUNDA SEBAGAI PEMBENTUKAN KULTUR PENUTUR BAHASA INDONESIA (KAJIAN ETNOSEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 232

Sudaryanto. (1992). Metode linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudaryat, dkk. (2007). Tata basa Sunda kiwari. Bandung: Yrama Widya.

Susanto, I. (t.t). Metonimia dalam surat kabar berbahasa Indonesia. [Online]. Diaksesdari:http://staff.iu.ac.id/system/files/users/irzanti.susanto/publicaio n/makalah4metonimia.pdf.

Suyudi, I. (t.t). Pengantar linguistik umum: seri diktat kuliah. Yogyakarta: Penerbit Gunadarma.

(t.t). (t.t). Analisis dampak pertumbuhan dan pengembangan industri kecil di

kecamatan Soreang. [Online]. Diakses dari

http://digilib.unpas.ac.download..php?id=3786

Thronham, S. (2000). Teori feminis dan cultural studies: tentang relasi yang belum terselesaikan. Yogyakarta: Jala Sutra.

Tim Penyusun. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Warnaen, S. dkk. (1987). Pandangan hidup orang Sunda seperti tercermin dalam tradisi lisan dan sastra Sunda. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Budaya Sunda.

Wood, T. J. (1993). Gendered lives: communication, gender, and culture. United States of America: International Thomson Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perusahaan juga perlu membentuk tim sosialisasi untuk menerapkan sistem penerimaan bahan baku dengan menggunakan sampling penerimaan agar kualitas bahan baku yang diproduksi

Ieu panalungtikan miboga tujuan pikeun mikanyaho naha aya béda anu signifikan tina kamampuh nulis pangalaman pribadi siswa kelas VII SMP Bina Dharma 3 Bandung

4.1.1 Kamampuh Nulis Pangalaman Pribadi Siswa Kelas VII SMP Bina Dharma 3 Bandung Taun Ajaran 2015/2016 Saméméh Ngagunakeun. Modél

Aber wie überall gibt es auch hier Ausnahmen, einige mehrsprachige Kinder haben keine Motivation, weil ihre Eltern sie zwingen einen Fremdsprachenunterricht zu besuchen und sie

Sedangkan prosedur mengenai pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah, baik yang dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja

Memahami keunikan perangkat lunak sebagai produk dan proses pembuatannya sehubungan dengan kualitas, mengenali karakteristik lingkungan pengembangan perangkat lunak,

Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang