• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Pembuatan Tugas Akhir Skripsi

pada Program Guru Sekolah Dasar

Oleh

Nurul Dwi Ramdhany

1101394

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Oleh

Nurul Dwi Ramdhany

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar

©Nurul Dwi Ramdhany

Juni 2015

Hak cipta dilindugi Undang-undang

Skripsi ini tidak diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Oleh

Nurul Dwi Ramdhany

NIM 1101394

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Dosen Pembimbing I

Dr. Dharma Kesuma, M.Pd NIP. 195509271985031001

Diketahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)
(5)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Nurul Dwi Ramdhany 1101394

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari keaktifan siswa pada saat pembelajaran di kelas yang masih rendah. Cara guru mengajar yang masih tradisional membuat para siswa tidak semua aktif dikarenakan hanya sebagian siswa saja yang biasa menjawab pertanyaan dari guru. Penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan membuat siswa aktif dan dapat mengemukakan pendapat atau ide-ide pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini yang membuat penulis melakukan penelitian terhadap keaktifan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together pada pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah dasar negeri yang terletak di kecamatan Sukasari kota Bandung. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together untuk meningkatkan keaktifan siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah 39 siswa terdiri dari 24 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan penulis merupakan model Kemmis dan Taggart dalam dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan dibantu oleh lembar observasi dan catatan lapangan. Peningkatan keaktifan yang diperoleh mengalami peningkatan, yakni pada sikus I rata-rata keaktifan adalah 75% meningkat menjadi 90,62% pada siklus II. Rekomendasi untuk guru yang mengajar dikelas sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan juga tidak memakai cara belajar yang tradisional student center sehingga semua siswa dapat mengemukakan pendapatnya. Bagi kepala sekolah diharapkan memotivasi para guru dalam melakukan inovasi mengenai model pembelajaran. Dan bagi peneliti selanjutnya melakukan kajian teori lebih mendalam sebelum melakukan penelitian menggunakan model NHT, pengaturan waktu juga perlu diperhatikan lebih dalam menerapkan model NHT.

(6)

IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING NUMBERED HEADS TOGETHER MODE TO INCREASING ACTIVITY OF STUDENT

IN PRIMARY EDUCATION

By

NURUL DWI RAMDHANY 1101394

ABSTRACT

This research began from student activity during class is still low. The method that the teacher use still traditional and it makes not all student in class is active because only a few student that can answer the question from the teacher. Using the appropriate learning methods are expected to make the students active and express their opinion and ideas during class activity. This makes the researcher conducted a study of students activity using cooperative learning model numbered heads together.This research conduct in one of public elementary school at sukasari,Bandung. The objective of this research is observe the implementation of cooperative learning model number heads together to increase student activity. Data was collected from 4th grade students with the number of the students is 39 people, which consist 24 female students and 15 male students. Classroom action research that researcher used was Kemmis and Taggart model in two cycle which consist planning, action, observation and reflection. Data was collected through observation assisted by observation paper and field notes. The result of this research are the activity in cycle one is 75 % and the activity is increasing about 15,62% from 75% to 90,62%.Recommendation for the teachers is it will be good if during class using fun learning method for the students and it will be good if doesnt use traditional student center learning method so the students can express their opinion. Recommendation for the head school that it will be good if head school can motivate the teachers to make inovation in learning method. And for the next researcher, it will be good if the next researcher conduct a deeper study of theory before conduct research using NHT model and it will be good if the next research pay attention more in time table during research using NHT model.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR GRAFIK... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 5

A. Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT... 5

B. Konsep Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran... 12

C. Temuan Relevan………... 18

(8)

E. Definisi Operasional……….. 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Metode Penelitian ... 22

B. Desain Penelitian ... 23

C. Lokasi Penelitian ... 25

D. Subjek Penelitian ... 26

E. Waktu Penelitian ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Prosedur Penelitan ... 27

H. Perencanaan dan Uji keabsahan Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 32

A. Latar Penelitian ... 32

B. Temuan-Temuan Penelitian ... 46

C. Keterbatasan Penelitian………... 127

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 128

A. Simpulan ... 128

B. Rekomendasi ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 129

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Catatan Lapangan Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 47

Tabel. 4.2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Yang Difokuskan Siklus I.... 56

Tabel 4.3 Rubrik Observasi keaktifan Siswa Yang Difokuskan Siklus I…. 66 Tabel 4.4 Hasil Refleksi Siklus I…………... 68

Tabel 4.5 Hasil Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas IVA Siklus I…….... 75

Tabel 4.6 Hasil belajar siklus I... 79

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa yang Difokuskan Siklus I………. 81

Tabel 4.8 Catatan Lapangan Pelaksanaan Tindakan Siklus II... 84

Tabel. 4.9 Lembar Observasi Keaktifan Siswa yang Difokuskan Siklus II ... 93

Tabel 4.10 Rubrik Observasi keaktifan Siswa yang Difokuskan Siklus II... 104

Tabel 4.11 Hasil Refleksi Siklus II…………... 106

Tabel 4.12 Hasil Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV-A Siklus II…… 110

Tabel 4.13 Hasil belajar siklus II... 114

Tabel 4.14 Hasil Belajar Siswa yang Difokuskan Siklus II………. 116

Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa………. 124

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir……… 20

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.4 Grafik Perbandingan Keaktifan Rata-rata dan Presentase Siklus I dan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 133

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II...141

Lampiran B: Instrumen Penelitian B.1 Lembar Observasi Keaktifan...149

B.2 Catatan Lapangan……….155

B.3 Lembar Kerja Siswa Siklus I...156

B.4 Lembar Evaluasi Individu Siklus I...157

B.5 Lembar Kerja Siswa Siklus II...158

B.6 Lembar Evaluasi Individu Siklus II...159

B.7 Bahan Ajar Siklus I...160

B.8 Bahan Ajar Siklus II...161

Lampiran C: Data dan Sampel Penelitian C.1 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I...164

C.2 Hasil Observasi Guru Siklus I... .173

(13)

C.4 Hasil Evaluasi Individu Siklus I...179

C.5 Hasil Observasi keaktifan Siklus II...182

C.2 Hasil Observasi Guru Siklus II...189

C.3 Hasil Kerja Siswa Siklus II...193

C.4 Hasil Evaluasi Individu Siklus II...196

Lampiran D: Dokumentasi D.1 Dokumentasi Siklus I...198

D.2 Dokumentasi Siklus II...199

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sesuatu hal yang harus dimiliki oleh setiap individu

yang berada dimuka bumi ini. Pendidikan adalah proses individu dalam

mengembangkan potensi dirinya menjadi individu yang lebih baik.

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi dari setiap individu

kedalam manusia yang lebih dewasa dan bermoral. Dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikan nasional maka perlu diperlukan ilmu-ilmu

pengetahuan yang dapat merefleksikan tujuan pendidikan nasional. Untuk

mewujudkan cita-cita pendidikan harus disertai dengan langkah yang

konkrit, seperti pelaksanaannya dalam pembelajaran siswa harus diajarkan

oleh guru yang berkompeten mengajarkan siswa secara benar dan agar

tujuan pembelajarannya tercapai dan harus dinyatakan juga secara jelas.

Tujuan pendidikan di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas

disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu :

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, rohani, keperibadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan .

Didalam pendidikan mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran

yang penting untuk dipelajari bagi setiap siswa, didalam kurikulum pada

pendidikan dasar terdapat mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS adalah

Ilmu Pengetahuan Sosial yang dimana ilmu sosial yang mempelajari

kehidupan sosial di masyarakat yang bukan hanya kehidupan sosial di

masyarakat tetapi gejala-gejala sosial dan perkembangan sosial pada masa

sekarang dan juga dulu. Manfaat mempelajari IPS itu mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat. Pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan

pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat,

(15)

2

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 tujuan IPS adalah :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungan.

2. Memiliki kemampuan dasar dan berpikir logis kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan landasan terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, berkerjasama, dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,

nasional dan global.

Memiliki kemampuan untuk bekerjasama merupakan tujuan IPS dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, yakni sesungguhnya mata

pelajaran IPS itu memerlukan para siswa menjadi pintar untuk

bekerjasama, dalam bekerjasama siswa dituntut untuk aktif mengeluarkan

pendapat agar siswa membangun pengetahuannya sendiri.

Namum pada kenyataannya siswa di kelas IV-A sekolah dasar yang

terletak di kecamatan Sukasari kota Bandung ini pengajaranya masih

bersifat tradisional seperti mengacungkan tangan lalu guru menunjuknya

untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan, suasana seperti ini

membuat kegaduhan dan juga sebagian besar siswa diam dan hanya

mendengarkan dengan kata lain siswa sebagian besar pasif, jadi yang aktif

hanya itu-itu saja. Siswa yang kurang aktif atau pasif itu kurang bisa

mengungkapkan gagasannya karena merasa telah banyak orang yang

mengacungkan tangan untuk berpendapat, siswa yang pasif juga terkadang

pendiam dan malu-malu untuk menjawab pertanyaan. Salah satu upaya

guru adalah memilih metode yang tepat untuk membuat siswa dapat

mengemukakan pendapatnya serta dapat bekerjasama dengan teman yang

lainnya sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan efektif.

Dari masalah yang dijelaskan, maka dibutuhkan solusi untuk mengatasi

permasalahan tersebut model pembelajaran yang tepat adalah model

(16)

3

pembelajaran, yaitu pembelajaran individual (individual learning),

pembelajaran kompetitif (competitive learning), dan pembelajaran

kooperatif (cooperative learning)”. Salah satu model pembelajaran yang

cocok untuk masalah yang dikemukakan adalah model pembelajaran

kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang mengusungkan nilai kerjasama, model pembelajaran

ini membuat siswa lebih bisa berpendapat, dan yang pasif pun dapat

mengemukakan pendapatnya tanpa malu-malu, pembelajaran lebih

menyenangkan dan juga siswa dapat berpikir kritis dan memahami

pelajaran lebih baik. Siswa dituntut untuk dapat menguasai konsep karena

setiap siswa dapat kapan saja ditunjuk oleh guru untuk menjawab

pertanyaan atau LKS yang telah diberikan oleh guru kepada siswa. Siswa

yang pasif diharapkan agar menjadi aktif dan dapat bekerjasama dengan

teman satu kelompoknya.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together diharapkan mampu

membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan secara umum masalah penelitian ini adalah mengetahui “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together untuk meningkatkan keaktifan siswa sekolah dasar?”. Kemudian, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat

pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together di kelas IV-A?

2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan siswa kelas IV-A pada

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

(17)

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dilaksanakan pada penelitian ini

adalah :

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dalam materi IPS di kelas

IV-A dengan menerapkan model pembelajaran pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together.

2. Mendeskripsikan peningkatan keaktifan siswa di kelas IV-A pada

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

guru, siswa , sekolah dan peneliti lainnya.

1. Manfaat teoretik

Sebagai teori baru untuk penulis lain dapat mengetahui keaktifan siswa

yang meningkat dalam pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads Together.

2. Manfaat bagi guru

Guru-guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together pada pembelajaran IPS dengan baik. 3. Manfaat bagi siswa

Peserta didik dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk

meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS di kelas

4. Manfaat bagi pra peneliti

Para peneliti dapat menggunakan penelitian ini untuk bahan bandingan

(18)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini berdasarkan subjek yang berada pada siswa kelas IV yang

berada di sekolah dasar yang terletak di kecamatan Sukasari bandung

Bandung. Metode yang cocok digunakan saat melakukan penilitian adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga Classroom Action

Research. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang menghasilkan penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis.

Menurut Arikunto (2011, hlm. 20) penelitian yang menggunakan ancangan

pelenitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran

sebagai berikut:

1. Memerhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil

pembelajaran.

2. Menumbuh kembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar

lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran.

3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga

pendidikan dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah

pembelajaran.

4. Meningkatkan kolaborasi antar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

dalam memecahkan masalah pembelajaran.

Adapulamanfaat yang diraih dengan melakukan penelitian tindakan kelas.

Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen

pendidikan dan pembelajaran kelas, antara lain mencakup :

1. Inovasi

2. Pengembangan kurikulum ditingkat regional atau nasional

3. Peningkatan profesionalisme pendidikan

B. Desain Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini

(19)

23

21)menurutnya PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang

yang terlibat didalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan metode

merefleksi diri dan perencanaan tindakan menggunakan sistem spiral refleksi

atau model spiral. Penelitian tindakan kelas dimulai dengan langkah berikut :

rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Ada tahap-tahap dalam

melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu:

Observasi Awal

Rumusan Masalah

Refleksi

Gambar 3.1

Model Tahapan-Tahapan Pelaksanaan PTK adaptasi Suyadi (2010)

Perencanaan

SIKLUS 1

Refleksi I Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan

SIKLUS 2

Refleksi II Pelaksanaan

Observasi

(20)

24

Langkah-langkah pada model spiral menurut Kemmis dan Taggart dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti.

Dalam perencanaan PTK ada kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah,

merumuskan masalah, dan pemecahan masalah.

1) Identifikasi Masalah

Langkah pertama dalam menyusun PTK adalah melakukan identifikasi

permasalahan. Identifikasi ini seperti diagnosis yang dilakukan dokter kepada

pasiennya. Identifikasi yang tepat akan mengarahkan pada hasil penelitian

yang akan meningkatkan pembelajaran dan jika identifikasi salah maka

penelitian menjadi sia-sia, disamping memboroskan biaya. Cara untuk

mengidentifikasi masalah agar tepat sasaran, yaitu :

a) Masalah harus riil, masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat

dilihat, dirasakan, didengar secara langung oleh guru.

b) Masalah harus problematik, permasalahan yang bersifat problematik

adalah permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru, mendapat fukungan

literatur yang memadai dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara

penuh.

c) Manfaatnya Jelas, hasil penelitian harus bermanfaat jelas. Hal ini

berkaitan dengan kemampuan dalam mengidentifikasi atau mendiagnosis

masalah.

d) Masalah harus fleksibel, masalah yang hendak diteliti harus bisa diatasi

dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga,

sarana prasarana, dan lain sebagainya.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah

menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak

dikelas. Harus diingat bahwa pada tahap ini tinakan harus sesuai dengan

(21)

25

laporan, peneliti tidak perlu menuliskan apa yang direncanakan sebagaimana

pada tahap I, tetapi lngsung menuliskan apa yang dilaksanakan.

c. Tahap Pengamatan

Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud adalah pengumpulan

data.Pada langkah ini, penelitian harus menguraikan jenis data yang

dikumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan data (angket/

wawancara/observasi dll). Disini diperlukan seorang pengamat yang siap

merekam setiap peristiwa berkaitan dengan tindakan guru.

d. Tahap Refleksi

Tahap keempat atau tahap terakhir dalam PTK adalah refleksi. Refleksi

adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan.

Dalam hal ini peneliti seolah memantulkan penglihatannya kecermin sehingga

tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangan.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan kelas atau PTK dilaksanakan di salah satu sekolah

dasar negeri yang beralamatkan JL. Sarirasa Blok IV di kecamatan Sukasari

kota Bandung. Di sekolah ini ada 18 rombongan belajar (rombel) dan

memiliki ruangan kelas yang banyak dan juga memadai. sekolah ini memiliki

1 ruang perpustakaan, 1 ruang guru, 4 kamar mandi, 1 kantin dan 1 mushola.

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 atau kurtilas tetapi untuk

kelas VI dan III masih menggunakan KTSP 2006. Ekstrakulikuler yang ada di

sekolah ini adalah drumband dan juga angklung.

D. Subjek Penelitian

Kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah kelas IV-A dengan jumlah

39 siswa dari 15 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Dari keseluruhan

siswa ada beberapa siswa yang kurang aktif, lebih suka untuk diam dan

malu-mau untuk berbicara, ada juga siswa yang terlalu ingin diperhatikan sehingga

mengganggu pelajaran. Kelas IV-A para siswanya memiliki latar belakang

(22)

26

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret sampai

dengan bulan Juni 2015.Selama kurang lebih 3 bulan dan tidak mengganggu

pembelajaran sehingga penelitian ini dilaksanakan selama kegiatan

pembelajaran.

F. Instrument Penelitian

Instrumen utama pada penelitian ini adalah diri peneliti sendiri untuk

menetapkan fokus penelitian berdasakan respon siswa atau data-data yang

ditemukan. Setelah menentukan fokus penelitian dikembangkan instrumen

penelitian untuk melengkapi dan membandingkan data sebagai berikut:

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen yang digunakan adalah RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) digunakan untuk sebagai acuan dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together. RPP juga digunakan agar pembelajaran tersusun secara sistematis dan terarah.

2. Instrumen Pengungkap Data Penelitian

Instrumen pengungkap data penelitian ini berupa:

a. Data peningkatan proses pembelajaran penerapan pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan keaktifan siswa di

sekolah dasar

b. Melalui lembar non tes:

1) Instrumen non tes

a) Lembar observasi siswa

Lembar observasi adalah alat yang digunakan untuk mengamati aktifitas

belajar siswa maupun guru selama kegiatan belajar belajar yang menggunakan

model NHT.

b) Catatan Lapangan

Catatan lapangan berupa hasil yang didapatkan di lapangan. Catatan

lapangan membantu pengamat melengkapi, mejelaskan data dari pengamat

(23)

27

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan hasil dari pengumpulan data berupa foto – foto

dan video.

G. Prosedur Penelitian

Penelitia ini digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa didalam kelas.

Berikut tahap penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc taggart :

1. Tahap pendahuluan (Pra penelitian)

a. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran awal mengenai

keaktifan siswa pada saat pembelajaran atau objek penelitian yang terdiri dari

tempat, orang dan aktivitas di kelas yang akan dijadikan subjek penelitian

b. Identifikasi Masalah

Kegiatan identifikasi dilakukan untuk mencatat respon-respon atau data

selama proses observasi, melakukan wawancara keadaan kelas dan siswa

kepada guru yang bersangkutan, menentukan fokus permasalahan,

menentukan solusi, menentukan rencana pembelajaran.

2. Perencana Tindakan

Setelah mengidentifikasi masalah dan menemukan alternatif pemecahan

masalahnya, selanjutnya peneliti merencanakan perilaku atau tindakan yang

akan dilakukan, di antaranya meliputi:

a. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disiapkan pada proses

pembelajaran

b. Menyusun perencanaan pembelajaran berupa RPP sesuai dengan

kurikulum 2013 yang menggunakna model Numbered heads together

c. Menyusun instrumen penelitian sebagai pengumpul data berupa lembar

observasi aktivitas guru dan siswa, lembar observasi keaktifan belajar

siswa, catatan lapangan, dan pedoman wawancara.

d. mengkonsultasikan instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian

dengan dosen pembimbing.

e. Menyiapkan alat, bahan dan media yang akan digunakan saat pelaksanaan

(24)

28

f. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu

dipersiapkan dan dikembangkan seperti lembar evaluasi, kriteria penilaian,

dan kunci jawaban.

g. Membuat daftar kelompok belajar siswa dengan karakteristik kemampuan

anggota yang heterogen.

h. Menyiapkan reward berupa bintang bagi kelompok yang paling aktif dan

mendapatkan skor tertinggi.

i. Menyiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama

pembelajaran.

3. Pelaksanaan Tindakan

Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti, yaitu :

a. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari satu

kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa.

b. Setiap anggota kelompok diberi ikat kepala yang sudah bertuliskan nomor

dan warna yang berbeda.

c. Guru memberikan lembar masalah agar para siswa bekerja sama dan

memberikan pendapat atau ide masing-masing lalu memilih jawaban

terbaik yang akan dijadikan jawaban kelompok.

d. Guru memanggil nomor dan semua siswa yang bernomor tersebut

mengacungkan tangannya lalu menjawab masalah yang telah diberikan.

e. Mengerjakan lembar evaluasi

4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh beberapa observer yang mengikuti jalannya

proses pembelajaran yang pelaksanaannya bersamaan dengan proses

pelaksanaan tindakan penelitian.

5. Refleksi

Pada tahap ini merupakan tahapan untuk memperoses data yang didapat

pada saat dilakukan pengamatan, observasi yang merupakan pengumpulan

hasil penelitian gabugan antara peneliti dengan observer dan temuan

dilapangan.Refleksi merupakan gambaran pengamatan melalui tindakan yang

(25)

29

H. Perencanaan dan Uji Keabsahan Data

Untuk analisi dan intrerpretasi data kualitatif, Miles dan Huberman (dalam

Koshy, 2005, hlm 113) menyarankan sebuah model yang dapa membantu

anda memakai data dan berbagai interpretasi dengan pembaca. Mereka

mendefinisikan analisis data sebagai terdiri atas tiga arus aktivitas yang

bersamaan: reduksi data, pemanjangan data dan penarikan.

Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 168) ada beberapa bentuk

validasi data yang dapat peneliti lakukan dalam penelitian tindakan kelas,

yaitu :

1. Triangulasi Data, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang anda sendiri timbulkan dengan membandingkan hasil orang

lain, misalnya mitra penelitian lain, yang hadir dan menyaksikan situasi

yang sama.

2. Member check , yakni memerisa kebali keteragan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari

narasumber, siapapun juga (Kepala sekolah, guru teman sejawat, siswa,

orang tua dll)

3. Expert Opinion,yaitu degan meminta nasihat para pakar, dalam hal ini dosen pembimbing yang akan memeriksa semua tahapan kegiatan

penelitian anda dan memberikan arahan terhadap masalah penelitian.

Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi.

Triangulasi adalah korelasinya suatu data berdasarkan tiga sudut pandang,

yakni sudut pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang peserta didik dan

sudut pandang mitra peneliti yang melakukan pengamatan.

Data hasil tes dianalisis menggunakan analisis data kuantitatif.

Langkah-langkah dalam menganalisis data kuantitatif adalah sebagai berikut:

1. Penskoran terhadap jawaban peserta didik

Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif peserta

didik adalah tes uraian bebas dengan bobot soal: 30, 30, 10, 20, 10. Sehingga

(26)

30

Mencari rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik melalui rumus yang

diadaptasi dari Sudjana, N. (2012, hlm. 109)

� = ∑

Keterangan:

R = nilai rata-rata peserta didik ∑x = jumlah skor peserta didik ∑y = jumlah peserta didik Tabel

Kriteria Penilaian Rata-rata Kelas

Kriteria Nilai

Baik Sekali 85 – 100

Baik 70 - 84

Cukup 60 – 69

Kurang 50 – 59

Kurang Sekali  50

(Sumber: Depdiknas, 2006)

1. Mengitung persentase ketuntasan belajar peserta didik yang lulus di kelas

V dengan rumus:

� =∑� ∑� %

Keterangan:

P = persentase peserta didik yang lulus ∑P = jumlah peserta didik yang lulus ∑N = jumlah seluruh peserta didik

2. Pengolahan data keaktifan

Penilaian keaktifan dalam penelitian ini diberikan skala sikap pada

(27)

31

diberikan tanda centang (√) pada kolom tidak. Indicator keaktifan berjumlah 10, jadi skor tertingga adalah 10. Untuk mengetahui skor

rata-rata dari pencapaian kekatifan belajar peserta didik digunakan rumus:

%� = ∑ %

% K = persentase dari keaktifan belajar peserta didik ∑x = total perolehan tanda centang pada kolom ya

(28)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilakukan disalah

satu sekolah dasar percobaan di kecamatan Sukasari Bandung mengenai

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together

untuk meningkatkan keaktifan siswa di sekolah dasar, maka peneliti dapat

menyimpulkan semua hasil penelitian sebagai berikut

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe numbered heads togetherdari siklus I sampai siklus II

pembelajaran telah sesuai dengan harapan yang diinginkan dan perubahan

sudah semain membaik. Hal ini dapat dilihat dari suasana kelas yang

semakin kondusif dikarenakan siswa sudah mengerti dan terbiasa dengan

aturan guru saat mengajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe numbered heads together. Hal ini dapat dilihat dari lembar

aktivitas guru yang semakin membaik dari siklus I sampai siklus II

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together

dinyatakan mampu untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas IV A

sekolah dasar. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator keaktifan yang

sudah terlaksana dan mendapat perolehan presentase yang semakin

meningkat disetiap siklusnya. Dalam siklus I perolehan presentasenya

adalah sebesar 68,75% dan dalam pelaksanaan siklus II sebesar 91,75%.

Para siswa sudah mampu untuk mengemukakan pendapatnya baik saat

melaksanakan kegiatan berdiskusi kelompok atau sedang melakukan tanya

jawab dengan guru

B. Rekomendasi

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat

memberikan pengaruh positif terhadap upaya meningkatkan pembelajaran

(29)

mengajukan saran berdasarkan hasil dari temuan-temuan dalam penelitian ini,

yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Bagi guru penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads

together ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, maka dianjurkan kepada guru untuk memakai model ini karena mampu untuk siswa

memiliki sesuatu kemampuan dalam mengeluarkan pendapat yang seharusnya

sudah setiap individu miliki. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together ini juga dapat meningkatkan rasa menghargai siswa terhadap temannya yang lain karena siswa harus menghargai pendapat

temannya dan tidak boleh memotong pembicaraan saat temannya

mengungkapkan pendapat. Model pembelajaran ini dapat dijadikan referensi

salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai ketika mengajar. Membuat

kesepakatan aturan sebelum mengajar adalah langkah yang baik sebelum

memulai pembelajaran, siswa menjad lebih tertib dibandingkan tidak memakai

aturan pembelajaran, situasi dan kondisi dalam pembelajaranpun akan lebih

menyenangkan dan juga lebih kondusif. Dalam melaksanakan Numbered

Heads Together ini sebaiknya guru membaca dan memahami prinsip-prinsip Numbered Heads Together sehingga guru akan lebih mudah saat menjalankan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran ini. Media juga harus

diperhatikan agar guru lebih siap saat melaksanakan pembelajaran dengan

model Numbered Heads Togethe, mempersiapkan fasilitas media yang hemat

biaya dan tidak menyulitkan kepada siswa. Media dipersiapkan sebelum

pembelajaran dimulai agar pembelajaran terasa maksimal dan lebih matang.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) dalam

pembelajaran lainnya dengan mengambil materi pokok atau bahan ajar lainnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

(30)

3. Bagi Siswa

Meskipun sudah dianggap penelitian ini berhasil dapat meningkatkan

keaktifan siswa belajar, peneliti berharap kemampuan siswa dalam

meningkatkan keaktifan belajarnya terus meningkat karena mengingat

aktifnya siswa di kelas dapat membawa efek positif bagi bekal masa depan

siswa dimasyarakat sebagai manusia yang aktif dan juga dapat berpendapat,

(31)

131

Daftar Pustaka

Apriyani, Ita F. (2014). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together Untuk Meningkatkan Pemhaman Siswa terhadap Mata Pelajaran IPS Dalam Konsep Menghargai Jasa Dan Peranan Tokoh Perjuangan Dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia Skripsi FIP UPI. Bandung.

Arikunto, S., Suhardjono,. Supardi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas.

Bandung : Bumi Aksara.

Aulia, Gadis M.(2014). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A

Match untuk Meningkatkan Keaktifan Pada Pembelajaran IPS Materi Masalah-Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Kelas IV SDN 5 Cikidang. Skripsi FIP UPI. Bandung

Hamalik, Oemar. (1990). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar

Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru

Huda, M. (2012) .Cooperative Learning : metode , teknik, struktur dan model

penerapan. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Isjoni. (2011). Cooperative Learning: efektifitas pembelajaran kelompok.

Bandung : Alfabeta.

Jacobsen, dkk. (2009) Methods For Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Raka, Joni T., (1998) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: P3LPTK

Rusman.(2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Slavin, Robert F. (1986). Cooperative Learning : Teori , Risetdan Praktik.

Bandung : Nusa Media.

Sudjana, Nana. (1991) Cara belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar

Mengajar . Bandung : Sinar Baru

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

(32)

132

Susanto, A. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenada media Group

Gambar

Gambar 3.1 Model Tahapan-Tahapan Pelaksanaan PTK adaptasi Suyadi (2010)
Tabel Kriteria Penilaian Rata-rata Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada pemilik game rental playstation dan warnet game agar memperhatikan lama kerja operatornya per hari, mengatur tata ruang

Layanan konssultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara- cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani

menggunakan daun pisang// Tidak seperti tempe pada umumnya yang dibuat dengan jumlah yang besar dan dibungkus menjadi satu// tetapi makanan yang mengandung protein ini/ dijual hanya

Kompetensi guru tidak berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, artinya semakin tinggi kompetensi yang dimiliki guru

[r]

[r]

Tulisan tentang ketentuan zakat fitrah di karton Pendidikan Agama Islam untuk SD Kelas VI/Semester II/dikutip oleh henri hatoguan harahap, dari CV.. Ayat Alquran atau hadis Nabi

Guru Taman Kanak-kanan dalam pembelajaran seni tari, disamping harus menguasai bentuk-bentuk tarian dan ketrampilan dalam