PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Pembuatan Tugas Akhir Skripsi
pada Program Guru Sekolah Dasar
Oleh
Nurul Dwi Ramdhany
1101394
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR
Oleh
Nurul Dwi Ramdhany
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
©Nurul Dwi Ramdhany
Juni 2015
Hak cipta dilindugi Undang-undang
Skripsi ini tidak diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR
Oleh
Nurul Dwi Ramdhany
NIM 1101394
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Dosen Pembimbing I
Dr. Dharma Kesuma, M.Pd NIP. 195509271985031001
Diketahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR
Nurul Dwi Ramdhany 1101394
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari keaktifan siswa pada saat pembelajaran di kelas yang masih rendah. Cara guru mengajar yang masih tradisional membuat para siswa tidak semua aktif dikarenakan hanya sebagian siswa saja yang biasa menjawab pertanyaan dari guru. Penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan membuat siswa aktif dan dapat mengemukakan pendapat atau ide-ide pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini yang membuat penulis melakukan penelitian terhadap keaktifan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together pada pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah dasar negeri yang terletak di kecamatan Sukasari kota Bandung. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together untuk meningkatkan keaktifan siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah 39 siswa terdiri dari 24 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan penulis merupakan model Kemmis dan Taggart dalam dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan dibantu oleh lembar observasi dan catatan lapangan. Peningkatan keaktifan yang diperoleh mengalami peningkatan, yakni pada sikus I rata-rata keaktifan adalah 75% meningkat menjadi 90,62% pada siklus II. Rekomendasi untuk guru yang mengajar dikelas sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan juga tidak memakai cara belajar yang tradisional student center sehingga semua siswa dapat mengemukakan pendapatnya. Bagi kepala sekolah diharapkan memotivasi para guru dalam melakukan inovasi mengenai model pembelajaran. Dan bagi peneliti selanjutnya melakukan kajian teori lebih mendalam sebelum melakukan penelitian menggunakan model NHT, pengaturan waktu juga perlu diperhatikan lebih dalam menerapkan model NHT.
IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING NUMBERED HEADS TOGETHER MODE TO INCREASING ACTIVITY OF STUDENT
IN PRIMARY EDUCATION
By
NURUL DWI RAMDHANY 1101394
ABSTRACT
This research began from student activity during class is still low. The method that the teacher use still traditional and it makes not all student in class is active because only a few student that can answer the question from the teacher. Using the appropriate learning methods are expected to make the students active and express their opinion and ideas during class activity. This makes the researcher conducted a study of students activity using cooperative learning model numbered heads together.This research conduct in one of public elementary school at sukasari,Bandung. The objective of this research is observe the implementation of cooperative learning model number heads together to increase student activity. Data was collected from 4th grade students with the number of the students is 39 people, which consist 24 female students and 15 male students. Classroom action research that researcher used was Kemmis and Taggart model in two cycle which consist planning, action, observation and reflection. Data was collected through observation assisted by observation paper and field notes. The result of this research are the activity in cycle one is 75 % and the activity is increasing about 15,62% from 75% to 90,62%.Recommendation for the teachers is it will be good if during class using fun learning method for the students and it will be good if doesnt use traditional student center learning method so the students can express their opinion. Recommendation for the head school that it will be good if head school can motivate the teachers to make inovation in learning method. And for the next researcher, it will be good if the next researcher conduct a deeper study of theory before conduct research using NHT model and it will be good if the next research pay attention more in time table during research using NHT model.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR GRAFIK... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 5
A. Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT... 5
B. Konsep Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran... 12
C. Temuan Relevan………... 18
E. Definisi Operasional……….. 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22
A. Metode Penelitian ... 22
B. Desain Penelitian ... 23
C. Lokasi Penelitian ... 25
D. Subjek Penelitian ... 26
E. Waktu Penelitian ... 26
F. Instrumen Penelitian ... 26
G. Prosedur Penelitan ... 27
H. Perencanaan dan Uji keabsahan Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 32
A. Latar Penelitian ... 32
B. Temuan-Temuan Penelitian ... 46
C. Keterbatasan Penelitian………... 127
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 128
A. Simpulan ... 128
B. Rekomendasi ... 128
DAFTAR PUSTAKA ... 129
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Catatan Lapangan Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 47
Tabel. 4.2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Yang Difokuskan Siklus I.... 56
Tabel 4.3 Rubrik Observasi keaktifan Siswa Yang Difokuskan Siklus I…. 66 Tabel 4.4 Hasil Refleksi Siklus I…………... 68
Tabel 4.5 Hasil Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas IVA Siklus I…….... 75
Tabel 4.6 Hasil belajar siklus I... 79
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa yang Difokuskan Siklus I………. 81
Tabel 4.8 Catatan Lapangan Pelaksanaan Tindakan Siklus II... 84
Tabel. 4.9 Lembar Observasi Keaktifan Siswa yang Difokuskan Siklus II ... 93
Tabel 4.10 Rubrik Observasi keaktifan Siswa yang Difokuskan Siklus II... 104
Tabel 4.11 Hasil Refleksi Siklus II…………... 106
Tabel 4.12 Hasil Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV-A Siklus II…… 110
Tabel 4.13 Hasil belajar siklus II... 114
Tabel 4.14 Hasil Belajar Siswa yang Difokuskan Siklus II………. 116
Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa………. 124
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir……… 20
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.4 Grafik Perbandingan Keaktifan Rata-rata dan Presentase Siklus I dan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Perangkat Pembelajaran
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 133
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II...141
Lampiran B: Instrumen Penelitian B.1 Lembar Observasi Keaktifan...149
B.2 Catatan Lapangan……….155
B.3 Lembar Kerja Siswa Siklus I...156
B.4 Lembar Evaluasi Individu Siklus I...157
B.5 Lembar Kerja Siswa Siklus II...158
B.6 Lembar Evaluasi Individu Siklus II...159
B.7 Bahan Ajar Siklus I...160
B.8 Bahan Ajar Siklus II...161
Lampiran C: Data dan Sampel Penelitian C.1 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I...164
C.2 Hasil Observasi Guru Siklus I... .173
C.4 Hasil Evaluasi Individu Siklus I...179
C.5 Hasil Observasi keaktifan Siklus II...182
C.2 Hasil Observasi Guru Siklus II...189
C.3 Hasil Kerja Siswa Siklus II...193
C.4 Hasil Evaluasi Individu Siklus II...196
Lampiran D: Dokumentasi D.1 Dokumentasi Siklus I...198
D.2 Dokumentasi Siklus II...199
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu hal yang harus dimiliki oleh setiap individu
yang berada dimuka bumi ini. Pendidikan adalah proses individu dalam
mengembangkan potensi dirinya menjadi individu yang lebih baik.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi dari setiap individu
kedalam manusia yang lebih dewasa dan bermoral. Dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional maka perlu diperlukan ilmu-ilmu
pengetahuan yang dapat merefleksikan tujuan pendidikan nasional. Untuk
mewujudkan cita-cita pendidikan harus disertai dengan langkah yang
konkrit, seperti pelaksanaannya dalam pembelajaran siswa harus diajarkan
oleh guru yang berkompeten mengajarkan siswa secara benar dan agar
tujuan pembelajarannya tercapai dan harus dinyatakan juga secara jelas.
Tujuan pendidikan di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas
disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu :
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, rohani, keperibadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan .
Didalam pendidikan mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran
yang penting untuk dipelajari bagi setiap siswa, didalam kurikulum pada
pendidikan dasar terdapat mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS adalah
Ilmu Pengetahuan Sosial yang dimana ilmu sosial yang mempelajari
kehidupan sosial di masyarakat yang bukan hanya kehidupan sosial di
masyarakat tetapi gejala-gejala sosial dan perkembangan sosial pada masa
sekarang dan juga dulu. Manfaat mempelajari IPS itu mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat. Pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat,
2
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 tujuan IPS adalah :
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungan.
2. Memiliki kemampuan dasar dan berpikir logis kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan landasan terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, berkerjasama, dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,
nasional dan global.
Memiliki kemampuan untuk bekerjasama merupakan tujuan IPS dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, yakni sesungguhnya mata
pelajaran IPS itu memerlukan para siswa menjadi pintar untuk
bekerjasama, dalam bekerjasama siswa dituntut untuk aktif mengeluarkan
pendapat agar siswa membangun pengetahuannya sendiri.
Namum pada kenyataannya siswa di kelas IV-A sekolah dasar yang
terletak di kecamatan Sukasari kota Bandung ini pengajaranya masih
bersifat tradisional seperti mengacungkan tangan lalu guru menunjuknya
untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan, suasana seperti ini
membuat kegaduhan dan juga sebagian besar siswa diam dan hanya
mendengarkan dengan kata lain siswa sebagian besar pasif, jadi yang aktif
hanya itu-itu saja. Siswa yang kurang aktif atau pasif itu kurang bisa
mengungkapkan gagasannya karena merasa telah banyak orang yang
mengacungkan tangan untuk berpendapat, siswa yang pasif juga terkadang
pendiam dan malu-malu untuk menjawab pertanyaan. Salah satu upaya
guru adalah memilih metode yang tepat untuk membuat siswa dapat
mengemukakan pendapatnya serta dapat bekerjasama dengan teman yang
lainnya sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan efektif.
Dari masalah yang dijelaskan, maka dibutuhkan solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut model pembelajaran yang tepat adalah model
3
pembelajaran, yaitu pembelajaran individual (individual learning),
pembelajaran kompetitif (competitive learning), dan pembelajaran
kooperatif (cooperative learning)”. Salah satu model pembelajaran yang
cocok untuk masalah yang dikemukakan adalah model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengusungkan nilai kerjasama, model pembelajaran
ini membuat siswa lebih bisa berpendapat, dan yang pasif pun dapat
mengemukakan pendapatnya tanpa malu-malu, pembelajaran lebih
menyenangkan dan juga siswa dapat berpikir kritis dan memahami
pelajaran lebih baik. Siswa dituntut untuk dapat menguasai konsep karena
setiap siswa dapat kapan saja ditunjuk oleh guru untuk menjawab
pertanyaan atau LKS yang telah diberikan oleh guru kepada siswa. Siswa
yang pasif diharapkan agar menjadi aktif dan dapat bekerjasama dengan
teman satu kelompoknya.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together diharapkan mampu
membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan secara umum masalah penelitian ini adalah mengetahui “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together untuk meningkatkan keaktifan siswa sekolah dasar?”. Kemudian, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat
pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together di kelas IV-A?
2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan siswa kelas IV-A pada
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dilaksanakan pada penelitian ini
adalah :
1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dalam materi IPS di kelas
IV-A dengan menerapkan model pembelajaran pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together.
2. Mendeskripsikan peningkatan keaktifan siswa di kelas IV-A pada
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together.
D. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
guru, siswa , sekolah dan peneliti lainnya.
1. Manfaat teoretik
Sebagai teori baru untuk penulis lain dapat mengetahui keaktifan siswa
yang meningkat dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads Together.
2. Manfaat bagi guru
Guru-guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together pada pembelajaran IPS dengan baik. 3. Manfaat bagi siswa
Peserta didik dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS di kelas
4. Manfaat bagi pra peneliti
Para peneliti dapat menggunakan penelitian ini untuk bahan bandingan
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini berdasarkan subjek yang berada pada siswa kelas IV yang
berada di sekolah dasar yang terletak di kecamatan Sukasari bandung
Bandung. Metode yang cocok digunakan saat melakukan penilitian adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga Classroom Action
Research. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang menghasilkan penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis.
Menurut Arikunto (2011, hlm. 20) penelitian yang menggunakan ancangan
pelenitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran
sebagai berikut:
1. Memerhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil
pembelajaran.
2. Menumbuh kembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar
lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga
pendidikan dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah
pembelajaran.
4. Meningkatkan kolaborasi antar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
dalam memecahkan masalah pembelajaran.
Adapulamanfaat yang diraih dengan melakukan penelitian tindakan kelas.
Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen
pendidikan dan pembelajaran kelas, antara lain mencakup :
1. Inovasi
2. Pengembangan kurikulum ditingkat regional atau nasional
3. Peningkatan profesionalisme pendidikan
B. Desain Penelitian
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini
23
21)menurutnya PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang
yang terlibat didalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan metode
merefleksi diri dan perencanaan tindakan menggunakan sistem spiral refleksi
atau model spiral. Penelitian tindakan kelas dimulai dengan langkah berikut :
rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Ada tahap-tahap dalam
melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu:
Observasi Awal
Rumusan Masalah
Refleksi
Gambar 3.1
Model Tahapan-Tahapan Pelaksanaan PTK adaptasi Suyadi (2010)
Perencanaan
SIKLUS 1
Refleksi I Pelaksanaan
Observasi
Perencanaan
SIKLUS 2
Refleksi II Pelaksanaan
Observasi
24
Langkah-langkah pada model spiral menurut Kemmis dan Taggart dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti.
Dalam perencanaan PTK ada kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah,
merumuskan masalah, dan pemecahan masalah.
1) Identifikasi Masalah
Langkah pertama dalam menyusun PTK adalah melakukan identifikasi
permasalahan. Identifikasi ini seperti diagnosis yang dilakukan dokter kepada
pasiennya. Identifikasi yang tepat akan mengarahkan pada hasil penelitian
yang akan meningkatkan pembelajaran dan jika identifikasi salah maka
penelitian menjadi sia-sia, disamping memboroskan biaya. Cara untuk
mengidentifikasi masalah agar tepat sasaran, yaitu :
a) Masalah harus riil, masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat
dilihat, dirasakan, didengar secara langung oleh guru.
b) Masalah harus problematik, permasalahan yang bersifat problematik
adalah permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru, mendapat fukungan
literatur yang memadai dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara
penuh.
c) Manfaatnya Jelas, hasil penelitian harus bermanfaat jelas. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan dalam mengidentifikasi atau mendiagnosis
masalah.
d) Masalah harus fleksibel, masalah yang hendak diteliti harus bisa diatasi
dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga,
sarana prasarana, dan lain sebagainya.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah
menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak
dikelas. Harus diingat bahwa pada tahap ini tinakan harus sesuai dengan
25
laporan, peneliti tidak perlu menuliskan apa yang direncanakan sebagaimana
pada tahap I, tetapi lngsung menuliskan apa yang dilaksanakan.
c. Tahap Pengamatan
Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud adalah pengumpulan
data.Pada langkah ini, penelitian harus menguraikan jenis data yang
dikumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan data (angket/
wawancara/observasi dll). Disini diperlukan seorang pengamat yang siap
merekam setiap peristiwa berkaitan dengan tindakan guru.
d. Tahap Refleksi
Tahap keempat atau tahap terakhir dalam PTK adalah refleksi. Refleksi
adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan.
Dalam hal ini peneliti seolah memantulkan penglihatannya kecermin sehingga
tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangan.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan kelas atau PTK dilaksanakan di salah satu sekolah
dasar negeri yang beralamatkan JL. Sarirasa Blok IV di kecamatan Sukasari
kota Bandung. Di sekolah ini ada 18 rombongan belajar (rombel) dan
memiliki ruangan kelas yang banyak dan juga memadai. sekolah ini memiliki
1 ruang perpustakaan, 1 ruang guru, 4 kamar mandi, 1 kantin dan 1 mushola.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 atau kurtilas tetapi untuk
kelas VI dan III masih menggunakan KTSP 2006. Ekstrakulikuler yang ada di
sekolah ini adalah drumband dan juga angklung.
D. Subjek Penelitian
Kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah kelas IV-A dengan jumlah
39 siswa dari 15 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Dari keseluruhan
siswa ada beberapa siswa yang kurang aktif, lebih suka untuk diam dan
malu-mau untuk berbicara, ada juga siswa yang terlalu ingin diperhatikan sehingga
mengganggu pelajaran. Kelas IV-A para siswanya memiliki latar belakang
26
E. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret sampai
dengan bulan Juni 2015.Selama kurang lebih 3 bulan dan tidak mengganggu
pembelajaran sehingga penelitian ini dilaksanakan selama kegiatan
pembelajaran.
F. Instrument Penelitian
Instrumen utama pada penelitian ini adalah diri peneliti sendiri untuk
menetapkan fokus penelitian berdasakan respon siswa atau data-data yang
ditemukan. Setelah menentukan fokus penelitian dikembangkan instrumen
penelitian untuk melengkapi dan membandingkan data sebagai berikut:
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen yang digunakan adalah RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) digunakan untuk sebagai acuan dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together. RPP juga digunakan agar pembelajaran tersusun secara sistematis dan terarah.
2. Instrumen Pengungkap Data Penelitian
Instrumen pengungkap data penelitian ini berupa:
a. Data peningkatan proses pembelajaran penerapan pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan keaktifan siswa di
sekolah dasar
b. Melalui lembar non tes:
1) Instrumen non tes
a) Lembar observasi siswa
Lembar observasi adalah alat yang digunakan untuk mengamati aktifitas
belajar siswa maupun guru selama kegiatan belajar belajar yang menggunakan
model NHT.
b) Catatan Lapangan
Catatan lapangan berupa hasil yang didapatkan di lapangan. Catatan
lapangan membantu pengamat melengkapi, mejelaskan data dari pengamat
27
c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan hasil dari pengumpulan data berupa foto – foto
dan video.
G. Prosedur Penelitian
Penelitia ini digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa didalam kelas.
Berikut tahap penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc taggart :
1. Tahap pendahuluan (Pra penelitian)
a. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran awal mengenai
keaktifan siswa pada saat pembelajaran atau objek penelitian yang terdiri dari
tempat, orang dan aktivitas di kelas yang akan dijadikan subjek penelitian
b. Identifikasi Masalah
Kegiatan identifikasi dilakukan untuk mencatat respon-respon atau data
selama proses observasi, melakukan wawancara keadaan kelas dan siswa
kepada guru yang bersangkutan, menentukan fokus permasalahan,
menentukan solusi, menentukan rencana pembelajaran.
2. Perencana Tindakan
Setelah mengidentifikasi masalah dan menemukan alternatif pemecahan
masalahnya, selanjutnya peneliti merencanakan perilaku atau tindakan yang
akan dilakukan, di antaranya meliputi:
a. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disiapkan pada proses
pembelajaran
b. Menyusun perencanaan pembelajaran berupa RPP sesuai dengan
kurikulum 2013 yang menggunakna model Numbered heads together
c. Menyusun instrumen penelitian sebagai pengumpul data berupa lembar
observasi aktivitas guru dan siswa, lembar observasi keaktifan belajar
siswa, catatan lapangan, dan pedoman wawancara.
d. mengkonsultasikan instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian
dengan dosen pembimbing.
e. Menyiapkan alat, bahan dan media yang akan digunakan saat pelaksanaan
28
f. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu
dipersiapkan dan dikembangkan seperti lembar evaluasi, kriteria penilaian,
dan kunci jawaban.
g. Membuat daftar kelompok belajar siswa dengan karakteristik kemampuan
anggota yang heterogen.
h. Menyiapkan reward berupa bintang bagi kelompok yang paling aktif dan
mendapatkan skor tertinggi.
i. Menyiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
pembelajaran.
3. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti, yaitu :
a. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari satu
kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa.
b. Setiap anggota kelompok diberi ikat kepala yang sudah bertuliskan nomor
dan warna yang berbeda.
c. Guru memberikan lembar masalah agar para siswa bekerja sama dan
memberikan pendapat atau ide masing-masing lalu memilih jawaban
terbaik yang akan dijadikan jawaban kelompok.
d. Guru memanggil nomor dan semua siswa yang bernomor tersebut
mengacungkan tangannya lalu menjawab masalah yang telah diberikan.
e. Mengerjakan lembar evaluasi
4. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh beberapa observer yang mengikuti jalannya
proses pembelajaran yang pelaksanaannya bersamaan dengan proses
pelaksanaan tindakan penelitian.
5. Refleksi
Pada tahap ini merupakan tahapan untuk memperoses data yang didapat
pada saat dilakukan pengamatan, observasi yang merupakan pengumpulan
hasil penelitian gabugan antara peneliti dengan observer dan temuan
dilapangan.Refleksi merupakan gambaran pengamatan melalui tindakan yang
29
H. Perencanaan dan Uji Keabsahan Data
Untuk analisi dan intrerpretasi data kualitatif, Miles dan Huberman (dalam
Koshy, 2005, hlm 113) menyarankan sebuah model yang dapa membantu
anda memakai data dan berbagai interpretasi dengan pembaca. Mereka
mendefinisikan analisis data sebagai terdiri atas tiga arus aktivitas yang
bersamaan: reduksi data, pemanjangan data dan penarikan.
Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 168) ada beberapa bentuk
validasi data yang dapat peneliti lakukan dalam penelitian tindakan kelas,
yaitu :
1. Triangulasi Data, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang anda sendiri timbulkan dengan membandingkan hasil orang
lain, misalnya mitra penelitian lain, yang hadir dan menyaksikan situasi
yang sama.
2. Member check , yakni memerisa kebali keteragan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari
narasumber, siapapun juga (Kepala sekolah, guru teman sejawat, siswa,
orang tua dll)
3. Expert Opinion,yaitu degan meminta nasihat para pakar, dalam hal ini dosen pembimbing yang akan memeriksa semua tahapan kegiatan
penelitian anda dan memberikan arahan terhadap masalah penelitian.
Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi.
Triangulasi adalah korelasinya suatu data berdasarkan tiga sudut pandang,
yakni sudut pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang peserta didik dan
sudut pandang mitra peneliti yang melakukan pengamatan.
Data hasil tes dianalisis menggunakan analisis data kuantitatif.
Langkah-langkah dalam menganalisis data kuantitatif adalah sebagai berikut:
1. Penskoran terhadap jawaban peserta didik
Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif peserta
didik adalah tes uraian bebas dengan bobot soal: 30, 30, 10, 20, 10. Sehingga
30
Mencari rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik melalui rumus yang
diadaptasi dari Sudjana, N. (2012, hlm. 109)
� = ∑∑
Keterangan:
R = nilai rata-rata peserta didik ∑x = jumlah skor peserta didik ∑y = jumlah peserta didik Tabel
Kriteria Penilaian Rata-rata Kelas
Kriteria Nilai
Baik Sekali 85 – 100
Baik 70 - 84
Cukup 60 – 69
Kurang 50 – 59
Kurang Sekali 50
(Sumber: Depdiknas, 2006)
1. Mengitung persentase ketuntasan belajar peserta didik yang lulus di kelas
V dengan rumus:
� =∑� ∑� %
Keterangan:
P = persentase peserta didik yang lulus ∑P = jumlah peserta didik yang lulus ∑N = jumlah seluruh peserta didik
2. Pengolahan data keaktifan
Penilaian keaktifan dalam penelitian ini diberikan skala sikap pada
31
diberikan tanda centang (√) pada kolom tidak. Indicator keaktifan berjumlah 10, jadi skor tertingga adalah 10. Untuk mengetahui skor
rata-rata dari pencapaian kekatifan belajar peserta didik digunakan rumus:
%� = ∑ %
% K = persentase dari keaktifan belajar peserta didik ∑x = total perolehan tanda centang pada kolom ya
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilakukan disalah
satu sekolah dasar percobaan di kecamatan Sukasari Bandung mengenai
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together
untuk meningkatkan keaktifan siswa di sekolah dasar, maka peneliti dapat
menyimpulkan semua hasil penelitian sebagai berikut
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered heads togetherdari siklus I sampai siklus II
pembelajaran telah sesuai dengan harapan yang diinginkan dan perubahan
sudah semain membaik. Hal ini dapat dilihat dari suasana kelas yang
semakin kondusif dikarenakan siswa sudah mengerti dan terbiasa dengan
aturan guru saat mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered heads together. Hal ini dapat dilihat dari lembar
aktivitas guru yang semakin membaik dari siklus I sampai siklus II
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together
dinyatakan mampu untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas IV A
sekolah dasar. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator keaktifan yang
sudah terlaksana dan mendapat perolehan presentase yang semakin
meningkat disetiap siklusnya. Dalam siklus I perolehan presentasenya
adalah sebesar 68,75% dan dalam pelaksanaan siklus II sebesar 91,75%.
Para siswa sudah mampu untuk mengemukakan pendapatnya baik saat
melaksanakan kegiatan berdiskusi kelompok atau sedang melakukan tanya
jawab dengan guru
B. Rekomendasi
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat
memberikan pengaruh positif terhadap upaya meningkatkan pembelajaran
mengajukan saran berdasarkan hasil dari temuan-temuan dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Bagi guru penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
together ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, maka dianjurkan kepada guru untuk memakai model ini karena mampu untuk siswa
memiliki sesuatu kemampuan dalam mengeluarkan pendapat yang seharusnya
sudah setiap individu miliki. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together ini juga dapat meningkatkan rasa menghargai siswa terhadap temannya yang lain karena siswa harus menghargai pendapat
temannya dan tidak boleh memotong pembicaraan saat temannya
mengungkapkan pendapat. Model pembelajaran ini dapat dijadikan referensi
salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai ketika mengajar. Membuat
kesepakatan aturan sebelum mengajar adalah langkah yang baik sebelum
memulai pembelajaran, siswa menjad lebih tertib dibandingkan tidak memakai
aturan pembelajaran, situasi dan kondisi dalam pembelajaranpun akan lebih
menyenangkan dan juga lebih kondusif. Dalam melaksanakan Numbered
Heads Together ini sebaiknya guru membaca dan memahami prinsip-prinsip Numbered Heads Together sehingga guru akan lebih mudah saat menjalankan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran ini. Media juga harus
diperhatikan agar guru lebih siap saat melaksanakan pembelajaran dengan
model Numbered Heads Togethe, mempersiapkan fasilitas media yang hemat
biaya dan tidak menyulitkan kepada siswa. Media dipersiapkan sebelum
pembelajaran dimulai agar pembelajaran terasa maksimal dan lebih matang.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) dalam
pembelajaran lainnya dengan mengambil materi pokok atau bahan ajar lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
3. Bagi Siswa
Meskipun sudah dianggap penelitian ini berhasil dapat meningkatkan
keaktifan siswa belajar, peneliti berharap kemampuan siswa dalam
meningkatkan keaktifan belajarnya terus meningkat karena mengingat
aktifnya siswa di kelas dapat membawa efek positif bagi bekal masa depan
siswa dimasyarakat sebagai manusia yang aktif dan juga dapat berpendapat,
131
Daftar Pustaka
Apriyani, Ita F. (2014). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together Untuk Meningkatkan Pemhaman Siswa terhadap Mata Pelajaran IPS Dalam Konsep Menghargai Jasa Dan Peranan Tokoh Perjuangan Dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia Skripsi FIP UPI. Bandung.
Arikunto, S., Suhardjono,. Supardi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung : Bumi Aksara.
Aulia, Gadis M.(2014). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A
Match untuk Meningkatkan Keaktifan Pada Pembelajaran IPS Materi Masalah-Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Kelas IV SDN 5 Cikidang. Skripsi FIP UPI. Bandung
Hamalik, Oemar. (1990). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar
Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru
Huda, M. (2012) .Cooperative Learning : metode , teknik, struktur dan model
penerapan. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Isjoni. (2011). Cooperative Learning: efektifitas pembelajaran kelompok.
Bandung : Alfabeta.
Jacobsen, dkk. (2009) Methods For Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Raka, Joni T., (1998) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: P3LPTK
Rusman.(2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Slavin, Robert F. (1986). Cooperative Learning : Teori , Risetdan Praktik.
Bandung : Nusa Media.
Sudjana, Nana. (1991) Cara belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar
Mengajar . Bandung : Sinar Baru
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :
132
Susanto, A. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenada media Group