PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI-AP2 DI
SMK PGRI 2 CIMAHI
SKRIPSI
Disusun unutk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran, Fakultas Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh :
Reni Andriyani 1001440
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
PGRI 2 CIMAHI
Oleh
Reni Andriyani
1001440
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
©Reni Andriyani 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Mei 2014
Waktu : 08.00 – Selesai
Tempat : Gedung Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran
Susunan Panitia :
Ketua : Dr. H. Edi Suryadi, M.Si.
NIP. 19600412 198603 1 002
Sekretaris : Dr. Rasto, M.Pd.
NIP. 19720711 200112 1 001
Penguji : 1. Dr. H. Edi Suryadi, M.Si.
NIP. 19600412 198603 1 002
2. Dr. Janah Sojanah, M.Si. NIP. 19571219 198403 2 002
3. Adman S.Pd, M.Pd.
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI-AP2 DI SMK PGRI 2
CIMAHI
Oleh :
Reni Andriyani
1001440
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu ujian guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran ini, telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal seperti
tertera di bawah ini,
Bandung, 28 Mei 2014
Penguji 1 : Dr. H. Edi Suryadi, M.Si.
NIP. 19600412 198603 1 002
...
.
Penguji 2 : Dr. Janah Sojanah, M.Si.
NIP. 19571219 198403 2 002
...
.
Penguji 3 : Adman S.Pd, M.Pd.
NIP. 197412 2001 12 1 002
...
..
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Manajemen Perkantoran
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI-AP2 di
SMK PGRI 2 Cimahi
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing
Drs. Uep Tatang Sontani, M.Si., NIP. 19570415985031005
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Manajemen Perkantoran
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak pihak yang cukup memperhatikan berbagai kegiatan dan
permasalahan yang ada dalam bidang pendidikan. Melalui kegiatan pendidikan
kualitas sumber daya manusia dalam suatu negara dapat ditingkatkan. Pada era
globalisasi ini sudah menjadi kepentingan dan kebutuhan di setiap negara untuk
terus berusaha meningkatkan pembangunannya di bidang pendidikan. Sehingga
dari usaha-usaha tersebut dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas
dan mampu mengikuti berbagai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pendidikan merupakan usaha pembinaan kepribadian dan kemajuan
manusia baik jasmani maupun rohani. Pendidikan merupakan salah satu hal yang
paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan masa depan pada era globalisasi.
Pendidikan bisa diraih dengan berbagai macam cara salah satunya pendidikan di
sekolah.
Dengan demikian bidang pendidikan menduduki posisi penting untuk
menuju perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Sehingga tujuan pendidikan
nasional akan dapat tercapai apabila ada tanggung jawab dari semua pihak. Baik
peserta didik, orang tua, Pendidik, pemerintah, lembaga pendidikan (sekolah)
serta masyarakat. Sehingga pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari salah
Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen
pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai. Dalam proses kegiatan belajar mengajar lingkungan
adalah salah satu faktor penentu dan kunci membangun dan meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam belajar.
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam belajar, karena
motivasi belajar merupakan dorongan peserta didik untuk belajar, dimana peserta
didik semangat dalam proses pembelajaran yang diikuti dengan keaktifan Peserta
didik di dalam kelas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koeswara dalam
Dimyati dan Mudjiono (2006:81) mengatakan bahwa :
Motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar yang di dalamnya terkandung adanya keinginan untuk menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku dalam belajar.
Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan pencapaian
tujuan dari lembaga pendidikan atau sekolah adalah mengenai motivasi belajar
peserta didik. Salah satu sekolah yang diduga motivasi belajar peserta didiknya
masih belum maksimal adalah SMK PGRI 2 Cimahi.
Fenomena yang muncul SMK PGRI 2 Cimahi adalah tidak semua peserta
didik lulusan SMK PGRI 2 Cimahi mempunyai kualitas keahlian yang
diharapkan. Salah satu penyebab hal tersebut, adalah masih rendahnya motivasi
belajar peserta didik. Rendahnya motivasi belajar peserta didik, akan
mengakibatkan seringnya ketidakhadiran peserta didik untuk masuk sekolah, atau
langsung maupun tidak langsung hal tersebut akan berakibat pada kualitas peserta
didik yang kurang dikarenakan motivasi belajar peserta didiknya rendah.
Menurut Hamzah B. Uno (2007: 23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik, peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik.
Salah satu cara untuk melihat tinggi atau rendahnya motivasi belajar peserta
didik adalah dengan melihat proses dan hasil belajar itu sendiri. Hal tersebut
dapat terlihat dari tingkat absensi peserta didik yang tinggi, tingkat ketepatan
waktu dalam mengumpulkan tugas, hal ini juga dapat dilihat dari rendahnya
tanggung jawab peserta didik dalam belajar, dan tidak disiplin waktu serta dapat
terlihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengikuti
pelajaran yaitu dilihat dari nilai akhir yang diperoleh oleh peserta didik.
Tinggi rendahnya motivasi belajar peserta didik dapat dilihat dari nilai yang
diperoleh oleh peserta didik, berikut tabel rekapitulasi nilai Ujian Akhir Semester
Tabel 1.1
Rata-Rata Nilai UAS Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Peserta Didik Kelas XI- AP 2 Semetser Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014
No Mata Pelajaran
1 Mengoperasikan Aplikasi Perangkat Lunak 53
75
2 Mengelola peralatan kantor 64
3 Menangani Penggandaan Dokumen 67
4 Menangani Surat 78
5 Membuat Dokumen 69
6 Mengelola Pertemuan Rapat 63
7 Memberikan Pelayanan Kepada Pela 62
Total Rata-rata
Sumber: Guru mata pelajaran produktif SMK PGRI 2 Cimahi
Berdasarkan tabel di atas diperoleh gambaran bahwa rata-rata nilai UAS
pada mata pelajaran produktif Administrasi Perkantoran peserta didik kelas
XI-AP2 masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal itu terlihat bahwa
pada mata pelajaran mengoperasikan aplikasi perangkat lunak nilai rata-rata yang
di peroleh oleh peserta didik masih jauh di bawah KKM yaitu sebesar 53
sedangkan KKM nya adalah sebesar 75, kemudian untuk mata pelajaran
Mengelola Peralatan Kantor sama saja nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik
masih di bawah KKM yaitu sebesar 64, untuk mata pelajaran Menangani
Penggandaan Dokumen juga sama nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik
masih di bawah KKM yaitu sebesar 67, kemudian lain halnya dengan mata
pelajaran Menangani surat nilai rata-rata yang diperoleh oleh peserta didik sudah
memenuhi KKM yaitu sebesar 78, kemudian untuk mata pelajaran membuat
untuk mata pelajaran Mengelola Pertemuan Rapat nilai rata-rata yang diperoleh
peserta didik juga masih di bawah KKM yaitu sebesar 63, dan untuk mata
pelajaran Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan nilai rata-rata yang di
peroleh peserta didik masih di bawah KKM pula yaitu sebesar 62.
Hasil analisis di atas mengindikasikan adanya permasalahan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Berdasarkan analisis tersebut peneliti
pmenyimpulkan bahwa kelas XI-AP2 dari setiap mata pelajaran produktif
Administrasi Perkantoran masih belum memenuhi standar kriteria ketuntasan
minimum.
Rendahnya motivasi belajar peserta didik dapat terlihat dari keikutsertaan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Berikut ini tabel rekapitulasi
ketidakhadiran peserta didik selama satu semester :
Tabel 1.2
Rekapitulasi ketidakhadiran peserta didik kelas XI-AP2 Semester Ganjil di SMK PGRI 2 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014
Berdasarkan data diatas, jika dilihat dari rekapitulasi ketidakhadiran peserta
didik kelas XI AP 2, pada bulan Juli sebesar 25%, pada bulan Agustus meningkat
menjadi sebesar 50%, sednagkan pada bulan Sepetember menurun menjadi
sebesar 42,5% , pada bulan Oktober kembali mengalami peningkatan menjadi
62,5%, dan pada bulan November sebesar 72,5%. Dilihat dari data di atas, maka
tingkat ketidak hadiran peserta didik kelas XI-AP2 dari bulan ke bulan selama
satu semseter mengalami fluktuatif, artinya dari bulan ke bulan tingkat ketidak
hadirannya mengalami baik kenaikkan maupun penurunan. Dan untuk tingkat
ketidakhadiran tertinggi terjadi pada bulan November 2013. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik, terutama motivasi dari lingkungan keluarga. Pada dasarnya peserta
didik yang dalam lingkungan keluarga biasa disebut dengan anak, akan lebih
merespon dukungan dari lingkungan keluarga untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik
Selanjutnya, motivasi dalam kegiatan belajar peserta didik merupakan suatu
hal yang sangat penting, sebab dengan adanya motivasi ini, gairah dan semangat
belajar peserta didik menjadi tinggi, serta akan membuat mereka tekun dan
sungguh-sungguh. Dari observasi awal yang dilakukan peneliti menunjukkan
bahwa motivasi belajar peserta didik SMK PGRI 2 CIMAHI sangat tergantung
pada lingkungan keluarga dimana peserta didik tersebut tinggal. peserta didik
yang berada di lingkungan keluarga yang memiliki kepedulian terhadap belajar,
sebaliknya, peserta didik yang berada di lingkungan keluarga yang kurang peduli
terhadap belajar anak memiliki motivasi yang rendah dalam belajar.
Lingkungan sering dikatakan secara sempit, seolah-olah lingkungan
hanyalah alam sekitar di luar diri manusia atau individu. Lingkungan sebenarnya
mencakup segala aspek, baik materil dan stimuli di dalam dan luar diri individu.
Lingkungan pendidikan adalah sebagai segala sesuatu yang berada di luar
diri anak dan yang mempengaruhi perkembangannya. Lingkungan yang buruk
dapat mempengaruhi pembawaan yang buruk, tetapi lingkungan yang baik belum
tentu dapat menjadi pengganti suatu pembawaan yang baik. Bila lingkungan
sekitar merupakan lingkungan yang baik dan kondusif untuk belajar, maka dengan
sendirinya masyarakat penghuni lingkungan tersebut akan terpanggil atau
terpengaruh untuk belajar dengan baik. Sebagai contoh : kondisi masyarakat di
pedesaan yang kebanyakan bekerja sebagai petani, maka orang-orang di sekitar itu
akan ikut terpengaruh untuk bertani. Demikian juga jika pada lingkungan tersebut
belajar yang baik sudah menjadi budaya, maka para penghuni lingkungan tersebut
bisa terbawa ke dalam lingkungan belajar
Uraian di atas mengisyaratkan bahwa watak atau kepribadian seseorang
selain ditentukan oleh potensi dasar yang dimilikinya juga ditentukan oleh
lingkungan. Faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan
sosial memberikan andil yang kuat dalam pembentukan, penempatan
potensi-potensi dasar yang dimiliki oleh anak serta dalam memotivasi belajar anak.
baik, demikian pula sebaliknya anak didik akan sangat rugi bila berada dalam
dengan lingkungan yang kurang baik yang kurang menunjang dalam hal belajar.
Permasalahan rendahnya motivasi belajar peserta didik kelas XI AP2 di
SMK PGRI 2 Cimahi ini harus sangat diperhatikan, karena motivasi belajar
merupakan salah satu hal yang penting untuk mencapai tujuan akhir dari sebuah
proses pendidikan, motivasi belajar merupakan kunci utama dalam proses
pendidikan. Dari data yang telah diperoleh tersebut apabila terus dibiarkan tanpa
adanya penanganan maka hal itu akan berdampak kurang baik bagi peserta didik
itu sendiri, yang dimana nantinya akan mengakibatkan peserta didik mengalami
kesulitan dalam mengikuti pelajaran proses pembelajarannya akan terganggu yang
pada akhirnya akan menyebabkan rendahnya kualitas hasil belajar yang diperoleh
oleh peserta didik.
Untuk dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik memang bukanlah
hal yang cukup mudah karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran di dalamnya. Faktor yang mempengaruhinya tersebut ada faktor dari
dalam (intrinsik) dan faktor dari luar (ekstirnsik), faktor dari luar tersebut yaitu
budaya, lingkungan keluarga, sekolah dan diri anak itu sendiri.
Lingkungan keluarga adalah tempat dimana seorang anak di didik dari awal
sejak ia lahir dan perkembangannya akan selalu dipengaruhi oleh bagaimana cara
lingkungan keluarga tersebut mempengaruhi psikologis anaknya, karena dari
lingkungan keluarga pula anak akan belajar pada lingkungan yang lebih besar
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
seseorang dalam memperoleh pendidikan dan lingkungan sekolah merupakan
lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga serta merupakan lembaga
pendidikan formal untuk meperoleh ilmu dan pendidikan. Menurut Sukmadinata
(2009 :163) “keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam
pendidikan, dimana lingkungan keluarga akan memberikan landasan dasar bagi
proses belajar pada lingkungan selanjutnya yaitu sekolah dan masyarakat.”
Sehingga apabila pendidikan dalam lingkungan keluarganya dapat berjalan
dengan baik, maka hal itu akan mempengaruhi kegiatan belajar yang dilakukan
oleh peserta didik di sekolah. Keluarga memberikan dasar tingkah laku, watak,
moral dan pendidikan kepada anak. Keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang besifat informal. Keluarga disebut lembaga pendidikan yang bersifat
informal karena pendidikan dalam lingkungan keluarga tidak memiliki program
yang resmi seperti lembaga pendidikan lainnya.
Dari sudut pandang lingkungan keluarga, orang tua seharusnya tidak
mempercayakan pendidikan anaknya secara totalitas pada pihak sekolah dan
masyarakat, karena keberadaan anak justru lebih banyak berada di lingkungan
keluarga ataupun lingkungan sosialnya, sedangkan di sekolah selain waktu yang
relatif singkat seorang pendidikpun tidak bisa menangani peserta didik secara
intens karena keterbatasan waktu dan jumlah peserta didik yang banyak .
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar. Dalam lingkungan keluarga, peserta didik menjadi anggota keluarga,
orang tua, karena orangtualah yang membiayai pendidikan, menyediakan fasilitas
untuk belajar, serta memberikan dukungan dan perhatian baik secara fisik maupun
psikologis.
Penelitian Benjamin Bloom memberikan bukti gamblang tentang pengaruh
yang sangat kuat dari keluarga terhadap motivasi. Tim penelitiannya melakukan
interview yang mendalam terhadap profesional-profesional muda yang sukses, ia
menemukan karakteristik umum dalam pendidikan keterlibatan orang tua
merupakan poin referensi yang bermanfaat bagi tujuan-tujuan mereka hingga
mereka bisa meraihnya. Keterlibatan orang tua secara antusias memberikan
dampak yang baik bagi motivasi belajar anak.
Lingkungan keluarga ada bermacam-macam, ada keluarga yang kaya, ada
pula yang miskin. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenteram dan
damai, tetapi ada pula yang sebaliknya, ada keluarga yang terdiri dari ayah-ibu
yang terpelajar dan ada pula yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang
mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-anaknya, ada pula yang biasa saja. Suasana
dan keadaan keluarga bermacam-macam itu nantinya akan turut menentukan
bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anaknya.
Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas
yang diperlukan dalam bealajar turut memegang peranan penting pula dalam
proses pembelajaran.
Kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga akan menyebabkan
menjadi hal penting dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang
maksimal.
Dengan demikian lingkungan keluarga merupakan kondisi yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang karena keluarga merupakan lingkungan yang
pertama dan utama bagi perkembangan individu. Kondisi keluarga yang harmonis
dan perhatian akan mendorong anak untuk giat atau disiplin dalam belajar yang
pada akhirnya akan meningkatkan motivasi belajarnya.
Berdasarkan dari fenomena dan data-data di atas, maka untuk mengetahui
bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar peserta didik
kelas XI AP 2 di SMK PGRI 2 Cimahi, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Motivasi Belajar Peserta didik Kelas XI-AP2 di SMK PGRI 2 Cimahi.”
1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah motivasi belajar peserta
didik kelas XI AP 2 di SMK PGRI 2 Cimahi. Hal tersebut diduga sebagai aspek
yang paling penting yang perlu ditingkatkan untuk menciptakan kualitas peserta
didik yang baik. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan tertentu terhadap
peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik, yaitu ada
faktor intrinsik maupun ekstrinsik diantaranya cita-cita, kondisi peserta didik,
kecemasan terhadap lingkungan, penghargaan dan pujian, peran orang tua, peran
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik kelas XI AP 2 SMK
PGRI 2 Cimahi adalah masalah lingkungan, namun yang menjadi fokus kajian
dalam penelitian ini yaitu lingkungan keluarga. Oleh karena itu, masalah motivasi
belajar peserta didik dalam penelitian ini akan dikaji dalam perspektif lingkungan
keluarga.
Seperti yang dijelaskan dalam uraian diatas, maka untuk memperjelas dan
mempermudah pemahaman mengenai permasalahan yang akan diteliti, terlebih
dahulu perlu mengindentifikasi masalah yang dirasa penting untuk diteliti serta
merumuskan masalah kedalam pernyataan sebagai berikut : “lingkungan keluarga
peserta didik kelas XI AP 2 SMK PGRI 2 Cimahi, belum mendukung sepenuhnya
motivasi belajar peserta didik, dan hal ini akan menyebabkan motivasi belajar
peserta didik di rasa masih rendah”.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan masalah di atas, yaitu mengenai pengaruh
lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar peserta didik kelas XI-AP2 dan
dari latar belakang dari masalah yang telah dijabarkan di atas, maka masalah
dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran tingkat kondusif tidaknya lingkungan keluarga
2. Bagaimana gambaran tingkat motivasi belajar peserta didik kelas XI AP
2 di SMK PGRI 2 Cimahi ?
3. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar peserta
didik kelas XI AP 2 di SMK PGRI 2 Cimahi ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari
penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk memperoleh data, mengolah
menganalisa dan kemudian menarik kesimpulan yang didasarkan atas analisa data,
teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang sesuai dibidangnya.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk memperoleh gambaran tingkat kondusif tidaknya lingkungan
keluarga peserta didik kelas XI AP 2 di SMK PGRI 2 Cimahi.
2. Untuk memperoleh gambaran tingkat motivasi belajar peserta didik
kelas XI AP 2 di SMK PGRI 2 Cimahi.
3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi
belajar peserta didik kelas XI AP 2 di SMK PGRI 2 Cimahi.
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
sebagai berikut :
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap perkembangan ilmu pendidikan khususnya
mengenai lingkungan keluarga, dan motivasi belajar peserta didik.
2. Kegunaan secara praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pendidik
SMK khususnya pendidik yang mengajar mata pelajaran produktif
untuk meningkatkan kualitas belajar, pengembangan sikap, dan
keterampilan sosial, kemasyarakatan, serta kemandirian dan motivasi
belajar peserta didik, sehingga nantinya diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar peserta didik dan secara tidak langsung dapat
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengaruh lingkungan keluarga
terhadap motivasi belajar peserta didik kelas XI-AP2 di SMK PGRI 2 Cimahi.
Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini yaitu lingkungan
keluarga yang terdiri dari enam indikator, yaitu : cara orang tua mendidik, relasi
anataranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi orang tua, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Sedangkan variabel dependen (variabel
terikat) dalam penelitian ini yaitu motivasi belajar peserta didik, yang
indikatornya ada delapan yaitu : durasi kegiatan (berapa lama kemampuan
penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan), frekuensi kegiatan (seberapa
sering kegiatan itu dilakukan dalam periode waktu tertentu), persistensinya
(ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan, ketabahan, keuletan, dan
kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai
tujuan, devosi (Pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan
jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan, tingkatan aspirasinya (maksud
rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya) yang hendak dicapai dalam
kegiatan yang dilakukan, tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output
atau tidak, dan arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan ( like or dislike, positif
atau negatif).
Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah yang berada di Cimahi yaitu
Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2 Cimahi (SMK PGRI 2 Cimahi) yang
beralamat di Jalan Encep Kartawiria No. 153, Kota Cimahi. Adapun yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI-AP 2 di SMK PGRI
2 Cimahi, dengan jumlah siswa dalam penelitian ini adalah 40 orang.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu alat yang dapat membantu peneliti
untuk memperoleh hasil atau kesimpulan dari masalah yang sedang diteliti.
Penggunaan metode yang tepat pada akhirnya akan menghasilkan sebuah
kesimpulan yang tepat dan benar pula, termasuk di dalamnya untuk pengujian
hipotesis yang diajukan oleh peneliti.
Menurut Sugiyono (2011 : 1), “Metode adalah suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode Survey Eksplanasi ( Explanatory Survey).
Seperti yang dikemukakan oleh Sofian Effendi (dalam Kania Nurul Falah,
2013:51), bahwa: “Metode Explanatory Survey adalah metode yang menjelaskan
tentang hubungan kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengajuan
hipotesis”.
Kerlinger (dalam Sugiyono 2011:7), juga mengungkapkan bahwa:
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan
hubungan-hubungan antar variabel sosilogis maupun psikologis”.
Pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui
pendekatan analisis kuantitatif berdasarkan informasi statistika. Hal ini dilakukan
karena metode survey memerlukan operasional variabel yang diteliti sehingga
dapat dijadikan kedalam indikator yang dapat diukur secara kuantitatif untuk
dapat digunakan model uji hipotesisnya dengan statistika.
Dengan menggunakan metode dan penedekatan yang telah dijabarkan di
atas, maka diharapkan melalui metode tersebut peneliti dapat memperoleh
gambaran mengenai dua variabel yaitu variabel lingkungan keluarga dan variabel
motivasi belajar peserta didik. Apakah terdapat pengaruh dari lingkungan
keluarga terhadap motivasi belajar peserta didik dan seberapa besar pengaruh
lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar peserta didik.
3.3 Desain Penelitian 3.3.1 Operasional Variabel
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu
variabel yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel terikat yaitu
variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu lingkungan keluarga
terikat (Y) Penulis merumuskan definisi-definisi variabel tersebut sebagai berikut
:
3.3.1.1 Operasional variabel Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga adalah kesatuan ruang yang terdiri dari beberapa
orang yang masih memiliki hubungan darah yang disebabkan oleh perkawinan ,
kelahiran, adopsi dan sebagainya.
“Lingkungan keluarga adalah kondisi dalam keluarga yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang karena keluarga merupakan lingkungan yang
pertama, dan utama bagi perkembangan individu”. Menurut Ki Hajar Dewantoro,
Lingkungan keluarga adalah tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap proses dan prestasi belajar seseorang. Sujtipto wirowidjojo (dalam
Slameto, 2003 :61)
Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kesatuan masyarakat. Keluarga dibangun dari sebuah perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita, kemudian hidup bersama dan menghasilkan keturunan berupa anak.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Lingkungan Keluarga Variabel Konsep
variabel
Indikator Ukuran Skala
keluarga
tua mendidik orang tua
n. Adanya
hubungan
yang baik
antara
orang tua
dan anak.
6. Latar
belakang
kebudayaan
o. Tingk
at
pendi
dikan
orang
tua
interval
3.3.1.2 Operasional variabel Motivasi belajar
Drs.M dalyono memaparkan bahwa “ motivasi adalah daya penggerak atau
pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa berasal dari dalam diri
dan juga dari luar.” (Dalyono 2007:61)
Motivasi belajar didefinisikan Abin Syamsuddin (2007 : 37) yaitu “suatu
keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak
kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.” Dalam penelitian ini
motivasi belajar diteliti melalui indikator sebagai berikut :
a. Durasi kegiatan (beberapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk
b. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode
waktu tertentu)
c. Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
d. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan
dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
e. Devosi (pengabdian) danpengorbanan(uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwa
dan nyawanya) untuk mencapai tujuan
f. Tingkat aspirasinya(maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan
idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
g. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produkatau output yang dicapai dari
kegiatannya (berapa banyak, me madai atau tidak, memuaskan atau tidak)
h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan(like or dislike ; positif atau
negatif)
Jadi motivasi belajar adalah suatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang
individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai
tujuan.
Tabel 3.2
Operasional Variabel Motivais Belajar Variabel Konsep
variabel
Indikator Ukuran Skala
untuk
3.3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Dalam suatu penelitian sudah tentu memerlukan data yang akan diteliti, baik
adalah data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini, sumber data
penelitian yang ada adalah :
3.3.2.1 Data Primer
Data primer menurut M. Burhan Bungin (2010:122), adalah data yang
langsung diperoleh dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek
penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut maka data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari peserta didik kelas XI-AP2 di SMK PGRI 2 Cimahi. Data diperoleh
dari kuesioner wawancara.
3.3.2.2 Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh penulis tidak
langsung dari objek penelitia tetapi sifatnya membantu serta dapat memberikan
informasi untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi data
sekunder adalah buku-buku literatur, hasil observasi maupun laporan-laporan,
serta arsip-arsip atau dokumen yang berhubungan dengan penelitian.
3.3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.3.1 Populasi
Populasi Menurut Hadari Nawawi dalam Metodologi Penelitian Pendidikan
yang dikutip oleh S Margono “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, yang
terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai
tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
Sedangkan menurut Sugiyono (2009:80) “ populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Populasi Menurut Suharsimi Arikunto : “Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya adalah penelitian populasi, studi atau
penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.”
Berdasarkan pendapat diatas maka yang dimaksud dengan populasi adalah
sejumlah individu yang diteliti dalam suatu penelitian, sehingga penulis
menentukan populasi penelitian ini adalah seluruh Peserta didik Kelas XI AP 2
yang berjumlah 40 Peserta didik di SMK PGRI 2 Cimahi, jadi penelitian ini
adalah penelitian yang respondennya kurang dari 100 orang, semua populasi
dalam penelitian ini akan diteliti, jadi penelitian ini adalah penelitian populasi
3.3.4 Terknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Untuk kepentingan pengumpulan data, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Angket (kuesioner) merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis yang sudah disiapkan sebelumnya dan diberikan kepada responden
responden yang terdiri dari pertanyaan mengenai karakteristik responden,
pengalaman dan opini responden mengenai Lingkungan keluarga dan
motivasi belajar peserta didik yang berlangsung pada saat itu. Penulis
menggunakan teknik ini karena teknik angket ini memiliki beberapa
kelebihan seperti yang dikemukakan oleh M. Burhan Bungin (2010 : 125),
antara lain :
a) Metode angket membutuhkan biaya yang relatif lebih murah
b) Pengumpulan data lebih mudah, terutama pada responden yang terpencar
pencar
c) Berkaitan dengan kebaikan-kebaikan diatas, metode ini relatif
membutuhkan waktu yang sedikit
2. Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab dengan pihak sekolah untuk mengetahui profil
sekolah, gambaran lingkungan keluarga dan gambaran motivasi belajar
peserta didik di SMK PGRI 2 Cimahi.
3.3.5 Pengujian Instrumen Penelitian 3.3.5.1 Uji validitas
Uji validitas dilakukan berhubungan dengan ketetapan alat ukur terhadap
konsep yang di ukur. Sugiyono (2011 : 267), validitas merupakan derajad
ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan
Untuk menguji validitas adalah menggunakan koefisien Korelasi Product
Moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson (Sambas Ali, 2010 : 26), seperti
berikut :
Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur validitas
instrumen penelitian menurut Sambas Ali Muhidin (2010 : 26-30), adalah sebagai
berikut :
1. Menyebar instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.
2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.
3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk didalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.
4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.
5. Memberikan/menempatkan (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada tabel pembantu .
6. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir/item angket dari skor-skor yang diperoleh.
7. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n-2, dimana n merupakan jumlah responden yang dilibatkan dalam uji validitas dengan ∝ = 5%.
8. Membuat kesimpulan, yaitu dengan cara membandingkan nilai rhitung dan nilai
rtabel. Dengan kriteria sebagai berikut :
Jika rhitung > rtabel , maka instrumen dinyatakan valid.
Jika instrumen tersebut valid, maka item tersebut dapat dipergunakan pada
kuesioner penelitian. Perhitungan uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan Microsoft Office Excel 2013. Maka akan diperoleh nilai rxy hitung yang
kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel dengan n = 20, dengan taraf nyata (∝)
= 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Jika rhitung >rtabel maka item tersebut
dinyatakan valid, dan sebaliknya jika rhitung<rtabel maka item tersebut
dinyatakan tidak valid. Berikut rekapitulasi perhitungannya :
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Keluarga No item rhitung Rtabel Keterangan
1. 0,6105 0,444 Valid
2. 0,4591 0,444 Valid
3. 0,5189 0,444 Valid
4. 0,4824 0,444 Valid
5. 0,7089 0,444 Valid
6. 0,3705 0,444 Tidak Valid
7. 0,7709 0,444 Valid
8. 0,5335 0,444 Valid
9. 0,7464 0,444 Valid
10. 0,7268 0,444 Valid
11. 0,8156 0,444 Valid
12. 0,3739 0,444 Tidak Valid
13. 0,5189 0,444 Valid
14. 0,7733 0,444 Valid
15. 0,4586 0,444 Valid
16. 0,7499 0,444 Valid
Sumber : hasil pengolahan uji instrumen
Berdasarkan tabel hasil uji validitas terhadap 22 item pernyataan angket
variabel X yaitu lingkungan keluarga menunjukkan ada dua item angket yang
dinyatakan tidak valid, yaitu angket nomor enam dan dua belas, dan 20 item
dinyatakan valid. Dengan demikian jumlah item yang digunakan untuk
18. 0,5009 0,444 Valid
19. 0,4646 0,444 Valid
20. 0,5655 0,444 Valid
21. 0,5042 0,444 Valid
mengumpulkan data variabel X yaitu sebanyak 20 item yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5,
7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, dan 22.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Peserta Didik No item rhitung rtabel Keterangan
1. 0,6127 0,444 Valid
2. 0,7266 0,444 Valid
3. 0,6511 0,444 Valid
4. 0,7770 0,444 Valid
5. 0,4664 0,444 Valid
6. 0,4962 0,444 Valid
7. 0,4698 0,444 Valid
8. 0,4783 0,444 Valid
9. 0,4690 0,444 Valid
10. 0,6666 0,444 Valid
11. 0,5257 0,444 Valid
12. 0,6667 0,444 Valid
13. 0,5169 0,444 Valid
14. 0,7159 0,444 Valid
15. 0,4897 0,444 Valid
16. 0,7346 0,444 Valid
17. 0,4618 0,444 Valid
18. 0,6434 0,444 Valid
19. 0,6987 0,444 Valid
Sumber : hasil pengolahan data uji instrumen
Berdasarkan tabel hasil uji validitas terhadap 19 item pernyataan angket
variabel Y yaitu Motivasi Belajar menunjukkan semua item dinyatakan valid.
variabel Y yaitu sebanyak 19 item yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19.
Dengan demikian secara keseluruhan rekapitulasi dari jumlah angket hasil Uji
coba tampak pada tabel berikut :
Tabel 3.5
Jumlah Item Angket Hasil Uji Coba
o.
Variabel Jumlah Item Angket
Sebelum
Sumber : Hasil pengolahan data
Item angket yang tidak valid terletak pada dimensi yang berbeda, sehingga
walaupun item angket ini dibuang, angket yang lain masih dianggap representatif
untuk mengukur dimensi yang dimaksud.
3.3.5.2 Uji Reliabilitas
Hasil penelitian yang realibel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu
yang berbeda (Sugiyono, 2011 : 137). Sugiyono juga menyatakan bahwa :
“instrumen yang realiabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
Suharsimi Arikunto (dalam Sambas Ali Muhidin, 2010 : 31) menyatakan
bahwa : “Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam
penelitian ini adalah Koefisien alfa ( ) dari Cronbach (1951), yaitu :
11 = �−�1 . 1− ��2
�2
Dimana sebelum menentukan nilai reliabilitas, maka terlebih dahulu
mencari nilai varians dengan rumus sebagai berikut :
�2
=
2 − 2
�
�
Keterangan :
11 = Reliabilitas instrumen/koefisien korelasi/korelasi alpha
K = Banyaknya bulir soal
��2 = Jumlah varians bulir
�2 = Varians total
N = Jumlah Responden
Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur reliabilitas
instrumen penelitian seperti yang dijabarkan oleh Sambas Ali Muhidin (2010 :
31-35), adalah sebagai berikut :
1. Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya, kepada
responden yang bukan responden sesungguhnya.
3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya
lembaran data yang terkumpu. Termasuk didalamnya memeriksa
kelengkapan pengisian item angket.
4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item
yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau
pengolahan data selanjutnya.
5. Memberikan/menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang
sudah diisi responden pada tabel pembantu.
6. Menghitung nilai varians masing-masing item dan varians total.
7. Menghitung nilai koefisien alfa.
8. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas
(db) = n – 2.
9. Membuat kesimpulan dengan cara membandingkan nilai rhitung dan nilai
rtabel. Kriterianya :
Jika nilai rhitung> nilai rtabel , maka instrumen dinyatakan reliabel.
Jika nilai rhitung≤ nilai rtabe , maka instrumen dinyatakan tidak reliabel.
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabelitas angket terhadap variabel
lingkungan keluarga dan variabel motivasi belajar peserta didik, rekapitulasi
perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.6
Rekapitulasi Uji Reliabilitas Instrumen
No. Variabel Hasil Ket
1. Lingkungan Keluarga (X) 0,829 0,444 Reliabel
2. Motivasi Belajar Peserta Didik (Y) 0,648 0,444 Reliabel
Sumber : Uji Coba Angket
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan reliabilitas terhadap variabel X
(Lingkungan Keluarga) dinyatakan reliabel karena � � >� ��yaitu : 0,829> o,444. Selanjutnya, hasil perhitungan reliabilitas terhadap variabel Y (Motivasi
Belajar Peserta Didik) dinyatakan reliabel karena � � >� ��yaitu :0,648 > 0,444 .
3.3.6 Pengujian Persyaratan analisis data
Alasan dilakukannya pengujian persyratan analisis data dalam penelitian ini
adalah karena analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
parametrik. Maka dari itu, perlu dilakukan pengujian persyaratan analisis data
untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi atau tidak untuk
dilakukannya analisis parametrik. Ada beberapa syarat yang harus dilakukan
sebelum melakakukan analisis data, sebelum pengujian hipotesis dilakukan,
terlebih dahulu dilakukan beberapa pengujian yaitu Uji Homogenitas dan Uji
Linieritas.
3.3.6.1 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas merupakan uji perbedaan
varians kelompoknya. Dengan demikian, pengujian homogenitas varians ini untuk
statistika yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Burlett dengan
menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2013. Kriteria yang digunakan
adalah apabila nilai hitung 2 > nilai tabel 2 maka Ho menyatakan varians
skornya ho,ogen ditolak, dalam hal lainnya diterima . Nilai hitung 2 diperoleh
dengan rumus (Sambas A. Muhidin, 2010: 96):
2 = ln 10 [� −( . � �2)]
Dimana :
Si2 = varians tiap kelompok data
dbi = n - 1 = derajat kebebasan tiap kelompok
B = Nilai Barlett = ( Log S2gab) (∑dbi)
S2gab = varians gabungan =
db S db
S gab i
2
2 .
Menurut Sambas A. Muhidin (2010: 97), langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam pengujian homogenitas varians ini adalah:
1. Menentukan kelompok-kelompok data dan menghitung varians untuk
tiap kelompok tersebut.
2. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses penghitungan,
Tabel 3.7
Model Tabel Uji Barlett
Sampel db = n-1 Si2 Log Si2 db. Log Si2 Db.si2 1
2 3 ... ... ∑
3. Menghitung varians gabungan.
4. Menghitung log dari varians gabungan.
5. Menghitung nilai Barlett.
6. Menghitung nilai 2
7. Menentukan nilai dan titik kritis.
8. Membuat kesimpulan.
Untuk kriteria homogenitas adalah sebagai berikut :
Nilai2hitung < nilai2tabel, H0 diterima (variasi data dinyatakan
homogen).
Nilai2hitung ≥ nilai2tabel, H0 ditolak (variasi data dinyatakan
tidak homogen).
3.3.6.2 Uji Linieritas
Uji linieritas menjadi salah satu syarat untuk analisis data yang
menggunakan uji parametrik. Menurut Sambas Ali Muhidin (2010 : 99)
“Teknik analisis data yang didasarkan pada asumsi linieritas adalah analisis hubungan. Teknik analisis statistika yang dimaksud adalah teknik yang terkait dengan korelasi, khususnya korelasi Product Moment, termasuk di dalamnya teknik analisis regresi dan analisi jalur (path
analysis). Dengan demikian, tidak semua teknik statistik didasarkan pada asumsi ini”.
Sambas Ali Muhidin (2010 : 99), mengatakan bahwa pemeriksaan
kelinieran regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol, bahwa regresi linier
melawan hipotesis tandingan bahwa regresi tidak linier. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan dalam pengujian linieritas regresi adalah :
a) Menyusun tabel kelompok data variabel x dan variabel y
X Y � � XY X Y � � XY
b) Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK reg(a)) dengan rumus
JK reg(a)= ( )2
c) Menghitung jumlah kuadrat regresi b a (JK reg b a) dengan rumus:
� ( ) = −
.
d) Menghitung jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus:
JKres= ΣY2– JKReg b a– JK Reg (a)
e) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKreg(a)) dengan rumus:
RJKreg(a)= JK Reg (a)
RJK reg (b a) = JKReg (b a)
g) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:
RJKres= −Res 2
h) Menghitung jumlah kuadrat error (JKE) dengan rumus:
� = 2 − 2
�
Untuk menghitung JKE urutkan data x mulai dari data yang paling kecil
sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya.
i) Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus:
JKTC = JKRes – JKE
j) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus:
RJKTC = JKTC k – 2
k) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus:
RJKE = JKE N – k
l) Mencari nilai uji F dengan rumus:
F= RJKTC RJKE
m) Menentukan kriteria pengukuran: Jika nilai uji F < nilai tabel F, maka
distribusi berpola linier.
n) Mencari nilai F tabel pada taraf signifikansi 95% atau α = 5 % menggunakan
rumus: F tabel = F(1-)(db TC, db E) dimana db TC = k - 2 dan db E = n - k
o) Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F kemudian membuat
kesimpulan.
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka data dinyatakan tidak berpola linier.
3.3.7 Teknik analisis data
Dalam penelitian ini untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian, maka
disusunlah langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya, kepada responden.
2) Mengumpulkan data dari hasil uji coba instrumen.
3) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran
data yang terkumpul.
4) Pemberian kode atau tanda agar jawaban mudah untuk diperiksa
5) Pemberian skor untuk pilihan dari tiap item pertanyaan yang ada.
6) Rekapitulasi nilai angket, dalam hal ini hasil skoring dimasukan dalam tabel
rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh item tiap variabel.
3.3.7.1 Teknik Analisis Data Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menjabarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya.
Analisis data ini digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Untuk menjawab rumusan masalah
nomor 1 dan rumusan masalah nomor 2, maka teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat
Cimahi, dan untuk mengetahui gambaran tingkat motivasi belajar Peserta didik di
SMK PGRI 2 Cimahi. Termasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif
antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, presentase, frekuensi,
perhitungan mean, median atau modus.
Untuk mempermudah dalam mendeskripsikan variabel penelitian, maka
digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada rata-rata skor kategori angket yang
diperoleh dari responden. Untuk mengetahui jarak rentang pada interval pertama
sampai dengan interval kelima digunakan rumus sebagai berikut :
Rentang = skor maksimal – skor minimal = 5 – 1 = 4
Lebar Interval = rentang/banyaknya interval = 4/5 = 0,8
Jadi, interval pertama meemiliki batas bawah 1; interval kedua memiliki
batas bawah 1,8; interval ketiga memiliki batas bawah 2,6; interval keempat
memiliki batas bawah 3,4; dan interval kelima memiliki batas bawah 4,2.
Selanjutnya disajikan kriteria penafsiran seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.8
Kriteria Penafsiran Deskripsi
Rentang
Penafsiran
X Y
1 – 1,7 Sangat tidak kondusif Sangat rendah
1,8 – 2,5 Tidak kondusif Rendah
2,6 – 3,3 Cukup kondusif Cukup
3,4 – 4,1 Kondusif Tinggi
Sumber : Diadaptasi dari skor kategori ratting scale, Sugiyono (2002:81)
3.3.7.2 Teknik Analisis Data Inferensial
Statistik inferensial ini meliputi statistik parametris yang digunakan untuk
data interval dan ratio, serta statistik non parametris yang digunakan untuk data
nominal dan ordinal. Dalam penelitian ini menggunakan analisis parametris
karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Analisis
data ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam
rumusan masalah nomor 3, yaitu untuk mengetahui adakah pengaruh lingkungan
keluarga terhadap motivasi belajar Peserta didik kelas XI AP 2 di SMK PGRI 2
Cimahi.
Adapun untuk menguji hipotesis yang datanya berbentuk interval, maka
digunakan analisis regresi yang dilakukan untuk melakukan prediksi, bagaimana
perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independennya dinaikkan
atau diturunkan nilainya (dimanipulasi).
3.3.8 Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dengan
pengujian tersebut maka akan diperoleh suatu keputusan untuk menerima atau
menolak suatu hipotesis. Sedangkan pengujian hipotesis adalah suatu prosedur
yang akan menghasilkan suatu keputusan dalam menolak atau menerima hipotesis
Pengujian hipotesis dengan menggunakan model statistik parametrik
analisis regresi yang bertujuan untuk mempelajari hubungan linier antara dua
variabel. Model regresi linier sederhana, yaitu :
= a + bx
Dimana : = variabel tak bebas (nilai duga)
a = penduga bagi intersap (�)
b = penduga bagi koefisiensi regresi ( )
� = −
� = – bx dan b =
�. − �. 2− 2
Adapun langkah-langkah uji keberartian regresi (Ating Somantri dan
Sambas Ali Muhidin, 2006 : 245-255) adalah sebagai berikut :
1. Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1
H0 : = 0 : Tidak ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar Peserta didik.
H1 : ≠ 0 : Terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi
belajar Peserta didik.
2. Menentukan uji statistika yang sesuai. Uji statistika yang digunakan adalah
uji F, rumus dari uji F yaitu : F = 12 22
Untuk melakukan uji F, dapat mengikuti langkah-langkah berikut : a. Menghitung jumlah kuadran regresi ( �( )) dengan rumus :
f. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres), dengan rumus :
res = −2
g. Menghitung F, dengan rumus : F = � ( )
3. Menentukan nilai kritis dengan derajat kebebasan untuk
dbreg = 1 dan dbreg = n – 2
4. Membandingkan nilai uji F terhadap nilai Ftabel = F(1−a) db
reg b
a
(dbres
Dengan kriteria pengujian : jika nilai uji F >Ftabel , maka tolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar Peserta didik.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan serta analisis data yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran lingkungan keluarga peserta didik kelas XI-AP2 di SMK PGRI 2
Cimahi, yang terdiri dari enam indikator yaitu : 1) cara orang tua menidik,
2) Relasi anta anggota keluarga, 3) Suasana rumah, 4) Keadaan ekonomi
keluarga, 5) Pengertian orang tua dan 6) Latar belakang kebudayaan berada
pada kategori kondusif. Dari keenam indikator tersebut, indikator yang
berada pada kategori cukup kondusif, yaitu indikator cara orang tua
mendidik dan keadaan ekonomi keluarga. Hal tersebut berimplikasi
terhadap peningkatan motivasi Belajar Peserta Didik Kelas XI-AP2 di SMK
PGRI 2 Cimahi. Berdasarkan indikator yang menjadi kajian dalam
penelitian ini, diketahui bahwa indikator pengertian orang tua tingkat
persentase tertinggi. Sedangkan indikator cara orang tua mendidik memiliki
tingkat persentase terendah.
2. Gambaran tingkat Motivasi Belajar Peserta Didik di SMK PGRI 2 Cimahi,
yang diukur melalui delapan yaitu : 1) Durasi Kegiatan (berapa lama
kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan), 2) frekuensi
kegiatan (seberapa sering kegiatan itu dilakukan dalam periode waktu
rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) devosi (pengabdian) dan
pengorbanan (uang, tenaga, pikiran bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk
mencapai tujuan, 6) tingkatan aspirasinya ( maksud, rencana, cita-cita,
sasaran atau target, dan idolanya) yang hendak dicapai dalam kegiatan yang
dilakukan, 7) tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang
dicapai dari kegiatannya berapa banyak, memadai atau tidak, meuaskan atau
tidak, dan 8) arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan ( like or dislike,
positif atau negatif) berada pada kategori tinggi. Dari kedelapan indikator
tersebut, indikator yang berada pada kategori cukup, yaitu indikator
persistensi kegiatan dan indikator devosi (pengabdian) dan pengorbanan.
Persentase jawaban responden tertinggi pada variabel motivasi belajar
berada pada indikator tingkat kualifikasi prestasi yang dicapai, sedangkan
persentase jawaban responden terendah berada pada indikator persistensi
(ketetapan dan kelekatan) pada tujuan kegiatan.
3. Lingkungan Keluarga berpengaruh positif terhadap Motivasi Belajar Peserta
Didik kelas XI-AP2 di SMK PGRI 2 Cimahi ditunjukkan oleh hasil
perhitungan dan analisis data yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
Cukup Kuat dari Variabel Lingkungan Keluarga terhadap Motivasi Belajar
Peserta Didik. Artinya terdapat pengaruh yang positif dari lingkungan
keluarga terhadap peserta didik kelas XI-AP2 di SMK PGRI 2 Cimahi.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan keluarga menjadi
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dan merujuk kepada hasil dari penelitian
yang telah peneliti lakukan maka peneliti memberikan saran yang dikemukakan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan dari skor jawaban responden menunjukkan
bahwa indikator terendah adalah indikator cara orang tua mendidik.
Merujuk pada hasil perhitungan tersebut, salah satu upaya agar motivasi
belajar peserta didik meningkat, yaitu dengan cara orang tua mendidik anak
di rumah lebih diperbaiki lagi yaitu seperti lebih memperhatikan lagi
bagaimana siswa itu belajar di rumah, menengur anak apabila anak tidak
mau belajar, mengambil peran dalam memperhatikan belajar anak dan
dengan tidak terlalu memanjakan anak.
2. Berdasarkan hasil perhitungan dari skor jawaban responden menunjukkan
bahwa indikator terendah adalah indikator Persistensinya(ketetapan dan
kelekatannya) pada tujuan kegiatan. Merujuk pada hasil tersebut, salah satu
upaya agar persistensi siswa dalam mencapai tujuan dalam pembelajaran
lebih meningkat adalah dengan meningkatkan semangat dan kelekatannya
terhadap prestasi belajar agar motivasi belajar peserta didik meningkat, serta
pendidik harus mampu menciptakan suasan belajar yang kondusif, aman
dan nyaman sehingga semnagat anak dalam belajar akan lebih meningkat
dan anak akan lebih memperhatikan lagi terhadap materi yang sedang
3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan keluarga
mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi belajar peserta didik
kelas XI-AP2 di SMK PGRI 2 Cimahi. Mengingat bahwa lingkungan
keluarga berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik, maka peneliti
menyarankan agar orang tua peserta didik ikut mengawasi belajar anaknya.
Senantiasa menciptakan kondisi lingkungan keluarga yang nyaman, tenang
dan aman sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi seorang
anak atau peserta didik harus lebih ditingkatkan lagi tingkat kondusifitas
lingkungan keluraga yang nantinya akan berpengaruh terhadap motivasi
Ahmadi,Abu. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Baharudin. (2009). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Bahri, Djamarah Syaiful. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka
Bungin, M Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Kencana
Dalyono. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiona. (2002).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hakim, Thursan. (2001). Belajar Secara Efektif “Panduan menenmukan teknik
belajar, memilih jurusan, dan menentukan cita-cita. Jakarata : Puspa
Swara
Hamalik,Oemar. 2001. Proses Belajar Mnegajar. Jakarta : PT Bumi Aksara
Huitt, W. (2001). Motivation to Learn :An Overview educational psychology
interactive. Valdosta, GA :Valdosta State University
J. Winardi. (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen . Jakarta : PT. Raja Grafindo persada
Khairuddin. (2008). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty
Makmun, Abin Syamsudin. (2005) Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Muhidin, Sambas Ali. 2010. Statistika 1 Pengantar untuk Penelitian. Bandung : Karya Adhika Utama.
Muhidin, Sambas Ali. 2010. Statistika 2 Pengantar untuk Penelitian. Bandung : Karya Adhika Utama.
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Rosda Karya
Purwanto,Ngalim. (2010). Psikologi pendidikan. Jakarta : Remaja Rosda Karya.
S, Nasution. (1992) Asas-asas Kurikulum. Jakarata : Bumi Aksara
Sagala, Syaiful,M.pd. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sardiman. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Depok : PT
Rajagrafindo Persada
Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina aksara.
Sudarwa, Danim. (2004) Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana. (2004). Statiistika untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung : Tarsito
Sugiyono. 2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Peneliti. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata,Nana syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sukmadinata. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Rosda.
Supardi, iman. (2003). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : PT Alumni
Syamsu, Yusuf. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Uno,Hamzah B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andy.
Wlodkowski,Raymond J. (2004). Hasrat untuk belajar (judul asli Aeger To
Sumber Jurnal :
Ames, Carole. (1990) Teachers College Record Volume 91, Number 3. Columbia University
Lumdsen, Linda S. (1994) Student Motivation to Learn, Eric Digest, 1-7
Retrieved, November 24th, 2004, From Eric Database
Ridho, Muhamad Akbar. (2012). Pengaruh Lingkungan Terhadap Motivasi
Belajar Siswa dan Dampaknya Terhadap Prestasi Belajar Siswa Keahlian Audio Video SMK Muh.Kutowaringun Kebumen.
jurnal pendidikan. Volume 1, No.1.
Sudarma K, Nugraheni F. (2006). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Strategi
Belajar Efektif Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi. Dinamika
Pendidiakn.1, (1), 28-43.
Suhardiansyah. (2013). Pengaruh Lingkungan Belajar di Sekolah, Motivasi dan
Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Kependidikan.
Volume 1, No 5.
Usmam, Tambat. (2009). Hubungan Motivasi Orang Tua dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas II SMU Yayasan Budaya Bandar Lampung.