Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh minimnya aktivitas siswa dalam melakukan kegiatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan bahan yang layak diberitakan. Dalam hal ini, peneliti mengajukan model experiential learning yang dapat memudahkan siswa untuk mendapatkan bahan yang layak diberitakan yang kemudian dibentuk dalam teks berita. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1) profil pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model experiential learning; 2) proses pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model experiential learning; 3) perbedaan antara hasil kemampuan menulis teks berita siswa pada kelas ekperimen yang menggunakan model experiential learning dengan siswa kelas pembanding yang tanpa menggunakan model experiential learning.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Kartika XIX-1 Bandung dengan jumlah 214 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa yang diambil secara purposif (purposive sampling). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain Nonequivalent Control
Group Design. Data dalam penelitian ini berupa hasil tulisan siswa dalam menulis
teks berita. Setelah data diperoleh, dilakukan pengolahan data yang meliputi uji reliabilitas antarpenimbang, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t.
Data penelitian menunjukkan bahwa peningkatan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas pembanding. Nilai rata-rata prates kelas eksperimen adalah 40,37 dan nilai rata-rata pascates kelas eksperimen adalah 79,89. Nilai rata prates kelas pembanding adalah 40,53 dan nilai rata-rata pascates kelas pembanding adalah 63,17. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perolehan perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 39,52, sedangkan perbedaan nilai rata-rata kelas pembanding sebesar 22,64.
Berdasarkan penghitungan uji hipotesis, data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ttabel ≤ thitung, yaitu 2,021 ≤ 6,11. Maka, Ha diterima dan Ho ditolak. Pengujian hipotesis ini memberikan gambaran bahwa kemampuan menulis teks berita siswa mengalami peningkatan dan model experiential learning efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks berita. Model experiential
learning mengajak siswa terjun langsung ke lapangan untuk melakukan kegiatan.
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
directly to the field to get a newsworthy material. In this case, the researchers propose of experiential learning model that can allow students to get a newsworthy material which is then shaped in the report text. The purpose of this study was to identify and describe: 1) the profile of learning to write a news text using of experiential learning model; 2) the process of learning to write a news text using of experiential learning model; 3) the difference between the results of students ability to write a news text on a classroom experiment that uses experiential learning model with comparative grade students without using of experiential learning model.
The population in this study were all students of class VIII SMP Kartika XIX-1 Bandung with 214 students. The sample in this research were 30 students drawn purposively (purposive sampling). The method used was experimental method to design Nonequivalent Control Group Design. The data in this study of the writings of the students in writing a news text. Once the data is obtained, performed data processing which includes antarpenimbang reliability test, normality test, homogeneity, and hypothesis testing using t-test.
The research data shows that the increase in the average value of the experimental class is higher than the comparison class. The average value was 40.37 experimental class pretest and post-test average value was 79.89 experimental class. The average value was 40.53 comparator class pretest and post-test average value was 63.17 comparator class. The data shows that there is a difference acquisition the average value of the experimental class of 39.52, while the difference in the average value of 22.64 comparator class.
Based on the calculation of hypothesis testing, the data in this study show that ttable≤ thitung, namely 2.021 ≤ 6.11. Thus, Ha Ho accepted and rejected. Testing
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; 2) menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; 3)
memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan; 4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5) menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; 6)
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia (Cahyani, 2012, hlm. 154). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa siswa agar dapat berkomunikasi, baik
secara lisan maupun tulis.
Empat aspek keterampilan berbahasa dalam pelajaran bahasa Indonesia
diarahkan agar siswa mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Aspek keterampilan berbahasa tersebut meliputi, menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Menurut Nurgiyantoro (2001, hlm. 296), menulis merupakan
kemampuan yang lebih sulit dikuasai dibandingkan tiga kemampuan lain, yaitu
menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis harus senantiasa
dimiliki oleh setiap siswa. Kegiatan menulis merupakan kegiatan produktif yang
menjadikan siswa tidak hanya menjadi penerima informasi melainkan pemberi
informasi. Selain itu, menurut Hairston (dalam Cahyani, 2012, hlm. 64)
kemampuan menulis bagi siswa memiliki fungsi sebagai: a) sarana untuk
menemukan sesuatu dengan cara merangsang pemikiran untuk mengangkat ide
yang ada di alam bawah sadar otak; b) memunculkan ide baru setelah melihat
keterkaitan antaride secara keseluruhan; c) mengorganisasi ide dalam bentuk
tulisan yang padu; d) melatih sikap objektif; e) membantu menyerap dan
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Zaman yang semakin berkembang menuntut siswa harus sadar akan
pentingnya budaya menulis. Melalui kegiatan menulis, gagasan-gagasan yang ada
dalam pikirannya tidak hanya menjadi pengetahuan bagi dirinya melainkan dapat
dibagikan kepada orang lain. Keterampilan menulis akan bermanfaat bagi siswa
untuk mempermudah dalam menyelesaikan tugas-tugas, bahkan menulis dapat
berorientasi pada dunia kerja jika siswa sadar akan pentingnya menulis. Hal ini
sesuai dengan pendapat Cahyani (2012, hlm. 65) yang menyatakan bahwa
kemampuan menulis selain tinggi penggunaannya juga dapat memberikan
kontribusi bagi siswa baik dalam pengembangan potensi diri maupun bagi
pemerolehan komersial.
Banyak media yang memberi ruang bagi siswa untuk menampung hasil
tulisannya. Hal tersebut memberi kesempatan bagi siswa bahwa menulis bukan
lagi sekadar kebutuhan melainkan keharusan. Namun, walaupun tuntutan menulis
merupakan sebuah keharusan, kenyataanya masih banyak siswa yang kurang
mampu dalam menulis. Kegiatan menulis tidak serta merta menulis di atas kertas.
Menulis membutuhkan pengetahuan dan pemahaman mengenai suatu topik yang
akan disampaikan. Pada umumnya siswa kurang mampu dalam hal
mengorganisasikan ide, menata bahasa secara efektif, dan menempatkan kosakata
yang tepat, serta menggunakan mekanisme tulisan (Cahyani, 2012, hlm. 63).
Penelitian mengenai pembelajaran menulis telah banyak dilakukan.
Berbagai metode telah banyak diterapkan agar siswa dapat menulis dengan baik.
Pada kenyataannya, kegiatan menulis masih dianggap sebagai pembelajaran yang
sulit. Kemampuan menulis bukan hanya sekadar menulis teori, melainkan praktik.
Belajar menulis bukan belajar mengenai konsep tetapi aplikasi dari
pengembangan konsep-konsep. Permasalahan pendidikan yang selama ini terjadi
di Indonesia adalah proses belajar mengajar yang hanya mengemukakan
konsep-konsep, bahkan hapalan. Proses belajar mengajar yang banyak dilakukan adalah
model pembelajaran ceramah dengan cara komunikasi satu arah. Kegiatan
pembelajaran hampir didominasi oleh guru. Siswa biasanya hanya memfungsikan
daya ingatannya melalui indera penglihatan dan pendengarannya. Pengenalan
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hanya sampai sebatas pada pengertian, tanpa dilanjutkan pada aplikasi (Kosasih,
2012, hlm. 20).
Menurut Sasmito (2010) rendahnya kemampuan menulis disebabkan oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa
sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan
siswa. Siswa kurang antusias dalam pembelajaran menulis dan guru masih
mengalami kesulitan dalam mengajarkan tentang penulisan berita. Pengembangan
kemampuan menulis menyita waktu yang cukup banyak di kelas sehingga
kegiatan-kegiatan rutin dalam kelas harus dimodifikasi agar siswa mendapat
kesempatan untuk bekerja sama dalam menulis (Ghazali, 2010, hlm. 336).
Kesulitan siswa dalam menulis tidak hanya ditemukan dalam menulis
fiksi, melainkan teks nonfiksi, khususnya dalam menulis teks berita. Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa masih ada kendala yang dihadapi guru dan siswa
dalam pembelajaran menulis teks berita. Masih banyak siswa yang mengeluh
karena kesulitan untuk memulai menulis berita. Selain itu, pengadaan sarana dan
penerapan metode pengajaran yang kurang kreatif merupakan kendala utama. Hal
ini menyebabkan rasa bosan pada diri siswa (Dianstiti, dkk., 2012, hlm. 176).
Problematika menulis senantiasa berpangkal dari metode pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Menurut Cahyani (2012, hlm. 66) metode pembelajaran
menulis di sekolah masih menggunakan metode tugas yang dapat menyebabkan
siswa merasa bosan dengan teknik belajar yang demikian. Selain itu, model
pembelajaran yang konservatif dan tradisional harus diubah. Menulis bukan
belajar teori melainkan membangkitkan inspirasi, gagasan, kegiatan meneliti, dan
menerapkannya dalam bentuk pengalaman. Dengan demikian, dibutuhkan
pemilihan model yang tepat dalam pembelajaran menulis. Melalui model tersebut
diharapkan siswa tidak lagi menemukan kesulitan dan rasa bosan dalam
pembelajaran menulis.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengujicobakan
sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran yang peneliti ajukan adalah
model experiential learning. Model experiential learning memudahkan siswa
dalam menuangkan pengetahuan yang diperolehnya. Siswa diajak terjun ke
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam bentuk tulisan. Siswa harus terbiasa dengan lingkungan sebagai sarana
belajar. Model experiential learning tidak hanya memberikan wawasan
pengetahuan konsep-konsep saja tetapi memberikan pengalaman kepada siswa.
Pengalaman tersebut merupakan suatu kenyataan hidup yang dapat menjadi
renungan, bahan perbandingan, dan pengetahuan bagi orang lain apabila
pengalaman itu dituliskan (Cahyani, 2012, hlm. 174).
Penelitian terkait dengan model experiential learning pernah dilakukan oleh
Pangelista (2011) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan
Menulis Cerpen Melalui Model Experiential Learning pada Siswa Kelas X-F SMA
Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan siswa dalam
menulis cerpen setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan
model experiential learning.
Triansyah (2013) dalam skripsinya yang berjudul Pembelajaran Menulis
Puisi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman
(Experiential Learning) pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Bandung,
penelitiannya menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes awal pada kelas eksperimen
adalah 42,21, sedangkan tes akhir mendapatkan nilai 64,06. Sementara itu, nilai
rata-rata tes awal pada kelas kontrol adalah 33,90, sedangkan tes akhir diperoleh
nilai 42,03. Dengan demikian, metode experiential learning terbukti efektif untuk
digunakan pada pembelajaran menulis puisi.
Purnami dan Rohayati (2013) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul
Implementasi Metode Experiential Learning dalam Pengembangan Softskills
Mahasiswa yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen, dan Bisnis. Dalam
penelitiannya diperoleh simpulan bahwa pengembangan softskills dengan metode
experiential learning dapat dijadikan sebagai fasilitator yang mempermudah dan
membantu siswa untuk belajar melalui apa yang dialaminya. Oleh karena itu,
metode experiential learning sangat sesuai diterapkan dalam proses pembelajaran.
Juwita (2014) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Kemampuan
Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian
Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 19 Bandung Tahun Pelajaran
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
deskripsi dengan menggunakan model experiential learning siswa mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus ke I nilai rata-rata siswa adalah
61,21, pada siklus ke II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 70,04, namun
belum mencapai KKM. Pada siklus ke III nilai rata-rata siswa meningkat dan
melebihi KKM menjadi 81,98. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
sudah mampu menulis karangan deskripsi dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
menggunakan model experiential learning karena model tersebut dapat memicu
siswa untuk menarik pengetahuan dan keterampilannya dari pengalaman. Oleh
karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul
Penerapan Model Experiential Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks
Berita (Penelitian Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VIII SMP Kartika XIX-1
Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015).
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan dalam latar belakang,
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.
(1) Bagaimana profil pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan
model experiential learning?
(2) Bagaimana proses pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan
model experiential learning?
(3) Apakah terdapat perbedaan antara hasil kemampuan menulis teks berita siswa
pada kelas eksperimen yang menggunakan model experiential learning
dengan siswa kelas pembanding yang tanpa menggunakan model experiential
learning?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.
(1) Profil pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model
experiential learning.
(2) Proses pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(3) Perbedaan antara hasil kemampuan menulis teks berita siswa pada kelas
ekperimen yang menggunakan model experiential learning dengan siswa
kelas pembanding yang tanpa menggunakan model experiential learning.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat yang
dapat dirasakan baik oleh peneliti maupun pihak-pihak lain. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai alternatif atau rujukan dalam pemilihan dan
pengembangan model pembelajaran menulis teks berita.
(2) Bagi siswa, dengan model ini siswa mendapatkan pengajaran yang tepat
dalam pembelajaran menulis teks berita sehingga siswa dapat menulis teks
berita dengan baik. Experiential learning membantu siswa dalam
menumbuhkan ide atau gagasan dari pengalaman yang didapatnya kemudian
menuangkannya ke dalam bentuk teks berita.
(3) Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai wahana penambah
pengetahuan dan konsep keilmuan, khususnya model yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar.
(4) Bagi pembaca, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya penelitian
dalam bidang nonfiksi dan dapat dijadikan sebagai wahana penambah
pengetahuan dan konsep keilmuan dalam mengembangkan keterampilan
menulis teks berita.
E.Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Experiential Learning dalam
Pembelajaran Menulis Teks Berita (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa
Kelas VIII SMP Kartika XIX-1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015)” ini terdiri
dari lima bab. Bab pertama yaitu pendahuluan yang mencakup latar belakang
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi skripsi. Bab kedua yaitu kajian pustaka yang berisi ihwal
model experiential learning, pembelajaran menulis teks berita, pembelajaran
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dasar, hipotesis, dan kerangka berpikir. Semua komponen tersebut berkaitan
dengan penelitian. Bab tiga yaitu metode penelitian yang mencakup metode dan
desain penelitian, partisipan, definisi operasional, populasi dan sampel, instrumen
penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data. Bab empat yaitu temuan dan
pembahasan, dan bab lima merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran.
Pada bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.
Bab I Pendahuluan, latar belakang masalah penelitian berisi ulasan-ulasan
ideal mengenai kemampuan menulis, kesulitan dalam menulis teks berita,
kesenjangan antara harapan dan kenyataan, pemberian solusi dengan memberikan
sebuah model experiential learning, serta ketertarikan peneliti dalam mengadakan
penelitian. Rumusan masalah merupakan permasalahan-permasalahan dalam
penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal
yang tercantum dalam rumusan masalah. Manfaat penelitian mengungkapkan
bahwa penelitian ini memiliki manfaat khususnya baik secara teoretis maupun
praktis dalam pembelajaran menulis teks berita. Struktur organisasi berisi
gambaran keseluruhan penelitian.
Bab II Kajian Pustaka/Landasan Teoretis (Model Experiential Learning
dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita), pada bab ini diuraikan tentang
teori-teori yang berkaitan dengan judul skripsi. Bab dua menjelaskan setiap variabel
dalam penelitian dan melihat penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki
kontribusi dalam penelitian ini. Bab kedua merupakan kajian mengenai teori dan
menjadi acuan penelitian.
Bab III Metodologi Penelitian, menjelaskan metode dan desain penelitian
(menjelaskan eksperimen kuasi), partisipan yang terlibat dalam penelitian,
penentuan populasi dan sampel dari partisipan yang terlibat dalam penelitian,
definisi operasional, instrumen yang digunakan dalam penelitian, prosedur
penelitian (langkah-langkah penelitian), teknik pengumpulan, dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menjawab setiap rumusan
masalah dan hasil dari penelitian. Deskripsi proses pelaksanaan penelitian,
deskripsi data hasil penelitian (analisis data tes dan analisis data nontes), analisis
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
uji hipotesis), dan pembahasan hasil penelitian. Bab ini merupakan inti dari
sebuah penelitian dilakukan.
Pada bab V Simpulan dan Saran. Simpulan adalah hasil penelitian untuk
melihat efektivitas dari model experiential learning yang peneliti ajukan. Saran
merupakan pendapat atau anjuran yang dikemukakan sebagai bahan
pertimbangan. Pada bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran. Daftar
pustaka merupakan hal yang penting sebagai rujukan peneliti dalam memeroleh
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
119
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa simpulan.
Pertama, pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model
experiential learning dapat membantu siswa dalam penulisan teks berita.
Kemampuan menulis teks berita kelas eksperimen sebelum mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model experiential learning termasuk ke
dalam kategori “sangat kurang”. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata
prates kelas eksperimen sebesar 40,37. Kemampuan menulis teks berita kelas
eksperimen setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
experiential learning berada pada kategori “baik” dengan nilai rata-rata 79,89.
Peningkatan pada kelas eksperimen sebesar 39,32. Data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan menulis berita kelas eksperimen sebelum
dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model experiential
learning.
Kedua, kemampuan awal menulis teks berita kelas pembanding sebelum
mengikuti pembelajaran menulis teks berita termasuk ke dalam kategori “sangat
kurang”. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata prates kelas pembanding
sebesar 40,53. Kemampuan akhir menulis teks berita kelas pembanding setelah
mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan model experiential learning
termasuk ke dalam kategori “cukup”. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata
pascates kelas pembanding sebesar 63,17. Peningkatan pada kelas pembanding
sebesar 22,64. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
menulis teks berita siswa kelas pembanding sebelum dan sesudah pembelajaran
tanpa menggunakan model experiential learning.
Ketiga, penelitian ini memperlihatkan bahwa kemampuan menulis teks
berita siswa SMP Kartika XIX-1 Bandung sebelum mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model experiential learning memberikan perbedaan yang
signifikan antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas pembanding.
Dian Ludiawanti, 2015
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Jika Ha diterima, maka
terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks berita siswa
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
experiential learning. Pengujian hipotesis ini sekaligus memberikan gambaran
bahwa model experiential learning efektif diterapkan dalam pembelajaran
menulis teks berita.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini beberapa
saran yang dapat diberikan.
1. Guru bahasa dan sastra Indonesia sebaiknya dapat memilih model yang tepat
untuk pembelajaran menulis teks berita. Model experiential learning dapat
dijadikan alternatif agar siswa tertarik dalam pembelajaran menulis teks
berita. Model ini terbukti efektif dapat meningkatkan kemampuan menulis
teks berita siswa.
2. Pada penelitian ini ditemukan hambatan yang terjadi pada perlakuan ketiga
kelas eksperimen. Hal tersebut sesuai dengan pengamatan observer. Hasil
pengamatan observer menyatakan bahwa siswa tidak merasakan kebosanan
dalam pembelajaran yang melibatkan lingkungan, namun siswa menjadi
kurang kondusif dalam hal kedisiplinan. Berdasarkan temuan tersebut,
pendidik yang akan menerapkan model pembelajaran ini diharapkan lebih
bisa mengondisikan siswa agar lebih kondusif dan mudah diatur saat
pembelajaran berlangsung di lapangan (luar kelas).
3. Penelitian ini hanya terfokus pada model experiential learning dalam
pembelajaran menulis teks berita. Peneliti berharap ada penelitian lebih lanjut
yang meneliti model experiential learning dengan keterampilan berbahasa
yang lain. Hal ini bertujuan untuk memperkaya rujukan model yang tepat
dalam proses pembelajaran. Selain itu, penelitian terhadap model experiential
learning dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dikaji secara