• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias Sp.) Dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok Dengan Penambahan Probiotik Bacillus Sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias Sp.) Dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok Dengan Penambahan Probiotik Bacillus Sp."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE (

Clarias

sp.) DALAM

BUDIDAYA SUPER INTENSIF BERBASIS BIOFLOK

DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK

Bacillus

sp.

MAULID WAHID YUSUP

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik Bacillus sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Maulid Wahid Yusup

(4)

RINGKASAN

MAULID WAHID YUSUP. Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik Bacillus

sp. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO, MUNTI YUHANA dan WIDANARNI.

Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang digemari masyarakat Indonesia. Produksi ikan lele pada tahun 2014 sebesar 613.120 ton dan mengalami peningkatan 12.75% dari tahun sebelumnya. Teknologi bioflok adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah limbah budidaya yang memberi keuntungan lebih karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen anorganik, juga dapat menyediakan pakan tambahan bagi ikan budidaya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Teknologi bioflok dapat dilakukan dengan menambahkan C-organik ke dalam media pemeliharaan untuk meningkatkan C/N rasio dan merangsang pertumbuhan bakteri heterotrof. Spesies

Bacillus subtilis, Bacillus megaterium, dan Bacillus polymyxa merupakan spesies yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air pada kolam pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele (Clarias

sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan probiotik

Bacillus sp.

Penelitian ini dilakukan pada ikan lele dumbo (Clarias sp.) berukuran 2.3 ± 0.12 g/ekor yang dipelihara dengan padat tebar 50 ekor/ 100 L. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan pellet dengan kadar protein 31.77%. Sebelum diberikan kepada ikan, pakan difermentasikan terlebih dahulu dengan bakteri

Bacillus sp.sebanyak 2 ml/kg pakan, dengan dosis 102 CFU ml-1 , 104 CFU ml-1

dan 106 CFU ml-1 selama 2 hari. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (A, B, C, K- dan K+) dan 3 kali ulangan yaitu (A): Bioflok + Bacillus sp.(102 cfu ml-1); (B): Bioflok + Bacillus sp. (104 cfu ml-1); (C): Bioflok + Bacillus sp.(106 cfu ml-1); (K-): tanpa bioflok; (K+):

bioflok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari ikan lele menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan penambahan Bacillus sp. dan kontrol (p<0.05). Laju pertumbuhan spesifik dan rasio konversi pakan antara perlakuan penambahan Bacillus sp. lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Kandungan nutrisi bioflok dengan konsentrasi 106 CFU ml-1 menunjukkan nilai protein tertinggi sebesar 34.06%. Kelimpahan bakteri total berkisar antara 106 CFU ml-1 hingga 108 CFU ml-1, menggunakan Bacillus sp. atau tanpa penambahan bakteri sebagai kontrol. Kinerja pertumbuhan dari ikan lele dengan penambahan sel bakteri Bacillus sp. 106 CFU ml-1 menunjukan hasil yang paling baik dibandingkan

perlakuan lainnya.

(5)

SUMMARY

MAULID WAHID YUSUP. Growth performance of catfish (Clarias sp.) in biofloc-based super intensive culture added with Bacillus sp. Supervised by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO, MUNTI YUHANA, and WIDANARNI.

Catfish is one of widely cultivated fish in Indonesia, with 613,120 ton production rate in 2014, 12.75% higher from previous year. Previous study suggested that biofloc aquaculture technology is a promising alternative to overcome the problems. Moreover, application of this technology is more profitable by decreasing inorganic nitrogen waste as well as providing additional feed for cultured fish, thus increasing fish growth and feed efficiency. Biofloc technology can be applied using addition of organic carbon into the culture media to increase C/N ratio and to stimulate the growth of heterotrophic bacteria. Bacillus subtilis,

Bacillus megaterium, and Bacillus polymyxa were among those which can be used to improve water quality of culture ponds. Probiotic is also functioned as immunostimulant, able to increase feed conversion ratio, able to inhibit the growth of pathogenic bacteria, produce antibiotic, and improve water quality. This study was aimed to evaluate growth performance of catfish (Clarias sp.) cultivated in biofloc-based super intensive culture added with Bacillus sp.

Catfish (Clarias sp.) with size approksimately 2.3 ± 0.12 g/fish was used as tested material with stocking density of 50 fishes/ 100 L. Commercial pellet with protein content of 31.77% was used as feed. Before being fed to the fish, feed was fermented using Bacillus sp. cells for two days, with the cells concentration of 102 CFU ml-1 (treatment A), 104 CFU ml-1 (treatment B) and 106 CFU ml-1 (treatment C). Completely randomized design was applied on 5 treatments, which were 102

cfu ml-1 (A), 104 cfu ml-1 (B), 106 cfu ml-1 (C), biofloc without Bacillus sp. cells addition (K+), without biofloc as well as Bacillus sp. cells addition (K-, control). Each data was taken triplicate.

Results showed that Survival rate (SR) of catfish showed significantly different between Bacillus sp. treatment and control (p<0.05). Growth and feed conversion ratios in Bacillus sp. treatments were better than that of the controls. Nutrient content of biofloc containing 106 CFU ml-1 showed the highest protein

value 34.06%. Total bacterial cells abundance were ranging from 106 CFU ml-1 cells to 108 CFU ml-1 cells, either using Bacillus sp. or without the addition of heterotroph as a control. Highest performance of catfish growth was obtained using biofloc treatment by 106 CFU ml-1 Bacillus sp. addition compare to other treatment.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE (

Clarias

sp.) DALAM

BUDIDAYA SUPER INTENSIF BERBASIS BIOFLOK

DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK

Bacillus

sp.

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Tesis : Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik Bacillus sp. Nama : Maulid Wahid Yusup

NIM : C151120451

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi Ketua

Dr Munti Yuhana, SPi MSi Anggota

Dr Ir Widanarni, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Akuakultur

Dr Ir Widanarni, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang

dipilih dalam penelitian ini adalah “Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik

Bacillus sp.” Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Mei 2014 bertempat di Teaching Farm, Laboratorium Kesehatan Organisme Akuatik, Laboratorium Nutrisi ikan, dan Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini tidak lepas dari segala bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik ide, pemikiran, tenaga, moril maupun material. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi, Dr Munti Yuhana, MSi, dan Dr Ir Widanarni, MSi selaku komisi pembimbing atas waktu dan bimbingannya mulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penulisan tesis. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr Julie Ekasari, SPi MSc sebagai dosen penguji tamu dan Dr Ir Eddy Supriyono, MSc sebagai wakil ketua program studi Ilmu Akuakultur SPS IPB yang telah memberikan saran dan masukan dalam ujian sidang tesis ini.

Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) atas penyediaan Beasiswa Unggulan Dalam Negeri (BUDN) sehingga penulis dapat memperdalam ilmu di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis haturkan kepada ayahanda Sodirin dan Ibunda Suparmi, serta adik atas do’a, bantuan, dukungan, dan semangatnya. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan S2 Ilmu Akuakultur angkatan 2012 atas kebersamaannya dalam menempuh studi, rekan-rekan Teaching Farm, Upmal Deswira, Rahma Vida Anandasari, Retno Cahya Mukti, Dody Sihono, Yeni Elisdiana. M. Yusuf Arifin, Dedi Pardinsyah, Denny Wahyudi, Safratilofa, Ahmad Musa Said, Diki Danar, Anisa Rahmi, Abdullah Baharun, Wahidah Mahanani, Bunga Primasari, Pak Jajang, Pak Ranta, dan teknisi lainnya.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan umumnya dan perikanan khususnya.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pemikiran 2

Tujuan 2

Manfaat 2

Hipotesis 2

2 METODE PENELITIAN 3

Waktu dan Tempat 3

Prosedur Penelitian 3

Rancangan Penelitian 4

Parameter Uji 5

Analisis Data 6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 11

4SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan perlakuan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super

intensif berbasis bioflok dengan penambahan Bacillus sp. 5 2 Hasil analisis proksimat bioflok (dalam % bobot kering) 9 3 Hasil analisis proksimat ikan lele (dalam % bobot kering) 9 4 Hasil analisis proksimat pakan fermentasi (dalam % bobot kering) 10 5 Parameter kualitas air ( DO, pH, suhu, TAN, nitrit, nitrat, amonia) 11

DAFTAR GAMBAR

1 Alur penambahan molase dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok 4 2 Kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya

super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri

Bacillus sp. 7

3 Laju pertumbuhan harian ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 8 4 Rasio konversi pakan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super

intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri

Bacillus sp. 9

5 Dinamika populasi bakteri pada media pemeliharaan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri

Bacillus sp. 11

DAFTAR LAMPIRAN

1. Cara menghitung CN ratio (De Schryver et al. 2008) 18

2. Perhitungan molase selama penelitian 19

3. Data statistik uji ANOVA terhadap kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis

bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 20 4. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap kelangsungan hidup ikan lele

(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan

penambahan bakteri Bacillus sp. 20 5. Data statistik uji ANOVA terhadap laju pertumbuhan harian ikan lele

(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan

penambahan bakteri Bacillus sp. 21 6. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap laju pertumbuhan harian

7. ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok

dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 21 8. Data statistik uji ANOVA terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.) dalam

budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri

(13)

9. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan

bakteri Bacillus sp. 22 10.Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat Bioflok pada budidaya

ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok

dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 23 11. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat bioflok pada

budidaya ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 24 12. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat ikan pada budidaya

ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok

dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 27 13. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat ikan pada budidaya

ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang digemari masyarakat Indonesia. Produksi ikan lele pada tahun 2014 sebesar 613.120 ton dan mengalami peningkatan 12.75% dari tahun sebelumnya (KKP 2014). Berdasarkan data tersebut, angka produksi nasional ikan lele terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Peningkatan produksi budidaya lele dengan cara budidaya super intensif membawa dampak negatif terhadap kualitas lingkungan budidaya yang kemudian dapat berakibat bagi kesehatan ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh limbah dari sisa pakan, feses dan sisa metabolisme ikan. Menurut Asaduzzaman et al. (2008), tingginya penggunaan pakan buatan pada budidaya intensif menyebabkan pencemaran lingkungan dan peningkatan kasus penyakit. Dengan demikian, semakin tinggi input pakan semakin tinggi pula akumulasi limbah amonia dalam media budidaya dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Avnimelech 1999; Avnimelech 2012).

Nitrogen dalam sistem akuakultur terutama berasal dari pakan buatan yang mengandung protein tergantung pada kebutuhan dan stadia organisme yang dikultur (Avnimeleeh & Ritvo, 2003). Dari total protein yang masuk ke dalam sistem budidaya, sebagian dikonsumsi oleh organisme budidaya dan sisanya terbuang ke dalam air. Protein dalam pakan akan dicerna namun hanya 20-30% dari total nitrogen dalam pakan dimanfaatkan menjadi biomassa ikan (Brune et al. 2003). Katabolisme protein dalam tubuh organisme akuatik menghasilkan ammonia sebagai hasil akhir dan diekskresikan dalam bentuk ammonia (NH3) tidak terionisasi melalui insang (Ebeling et al. 2006). Pada saat yang sama, bakteri memineralisasi nitrogen organik dalam pakan yang tidak termakan dan feses menjadi ammonia (Gross & Boyd, 2000).

Teknologi bioflok adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah limbah budidaya. Bahkan mampu memberi keuntungan lebih karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen anorganik, juga dapat menyediakan pakan tambahan bagi ikan budidaya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Teknologi bioflok dapat dilakukan dengan menambahkan karbon organik ke dalam media pemeliharaan untuk meningkatkan C/N rasio dan merangsang pertumbuhan bakteri heterotrof (Crab et al. 2007).

Bakteri heterotrof dapat mengasimilasi dengan cepat total ammonia nitrogen (TAN) dalam perairan dan dikonversi menjadi protein bakteri jika terdapat C/N rasio yang optimal untuk pertumbuhannya (Avinemelech 1999). Bakteri heterotrof kemudian akan membentuk bioflok. De Schryver et al. (2008) menyatakan bioflok merupakan suspensi yang terdapat di dalam air yang berupa fitoplakton, bakteri, agregat hidup, bahan organik, kation dan sel mati. Dengan demikian bioflok merupakan suatu jenis kultur mikroba campuran yang tumbuh baik pada buangan nitrogen, dan buangan nitrogen ini didaur ulang menjadi sel muda (Avnimelech 2007), dan dapat digunakan sebagai nutrisi penting tambahan bagi ikan (Ekasari et al. 2010).

(16)

2

dalam pakan juga meningkatkan pertumbuhan, respon imun, dan resistensi terhadap infeksi virus (Widanarni et al. 2014), dan memperbaiki rasio konversi pakan (Widanarni et al. 2012), serta peningkatan kualitas air (Watson et al. 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele (Clarias

sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan probiotik

Bacillus sp.

Perumusan Masalah

Harga pakan yang tinggi cenderung tidak bisa diikuti oleh penjualan ikan lele sehingga dengan berkembangnya teknologi bioflok diharapkan menurunkan biaya pakan. Untuk menunjang pertumbuhan bakteri Bacillus sp. dalam bioflok, diperlukan rasio C:N yang optimal sebagai unsur nutrisi. Penggunaan probiotik dalam pakan bertujuan untuk meningkatkan populasi probiotik di dalam saluran pencernaan ikan uji sehingga mekanisme aksi dari probiotik dalam menghasilkan enzim eksogenous untuk pencernaan semakin meningkat. Dengan demikian, penelitian terhadap dosis bakteri yang tepat untuk dapat memenuhi perkembangan bakteri pada budidaya sistem bioflok perlu dilakukan. Untuk itu, perlu diketahui pengaruh bakteri Bacillus sp. pada bioflok dalam meningkatkan Survival Rate (SR), pertumbuhan dan Feed Convertion Ratio (FCR), serta kemampuan bakteri dalam memanfaatkan nitrogen organik sehingga dapat meningkatkan kualitas air dalam sistem dengan tanpa pergantian air (zero water exchange).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan probiotik Bacillus sp.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan pada budidaya ikan lele sistem bioflok untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan serta mengatasi permasalahan pada budidaya ikan lele.

Hipotesis

(17)

3

2

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Mei 2014 di

Teaching Farm (pemeliharaan ikan), Laboratorium Nutrisi Ikan (analisis proksimat ikan, proksimat bioflok dan proksimat pakan fermentasi), Laboratorium Kesehatan Ikan (perhitungan total bakteri di air), dan Laboratorium Lingkungan (analisis kualitas air) Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Ikan lele yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele dumbo (Clarias

sp.) berukuran 2.3±0.12 g/ekor yang dipelihara dengan padat tebar 50 ekor/wadah. Sebelum diberi perlakuan, ikan lele terlebih dahulu dipelihara selama tujuh hari dalam akuarium untuk proses adaptasi. Wadah yang digunakan dalam penelitian berupa akuarium yang berukuran 90 × 40 × 50 cm yang diisi 100 L air dan dilengkapi dengan aerator, selang dan batu aerasi. Sumber air yang digunakan adalah air sumur, dengan tanpa pergantian air (zero water exchange).

2. Persiapan Pakan Uji

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan pellet dengan kadar protein 31.77 %. Sebelum diberikan kepada ikan, pakan difermentasikan terlebih dahulu dengan bakteri Bacillus sp. sebanyak 2 ml/kg pakan, dengan dosis 102 CFU ml-1 , 104 CFU ml-1 dan 106 CFU ml-1 selama 2 hari.

3. Bakteri Probiotik (Bacillus sp.)

Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri probiotik (Bacillus sp.) yang berasal dari Probiotik Bioflok 165. Penambahan populasi

(18)

4

Gambar 1. Alur penambahan molase dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok 4. Pemeliharaan Ikan

Empat hari sebelum perlakuan (H-4) diinokulasikan sel Bacillus sp.sebanyak 10 ml/m3 dengan konsentrasi sesuai perlakuan dan molase cair 10 g ke media pemeliharaan. Pertumbuhan bakteri pada media budidaya dimonitor setiap hari sampai H-0, dan penebaran ikan lele dilakukan pada H-0. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 42 hari dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari dan

feeding rate 5% dari biomassa ikan (Lampiran 2). Sampling pertumbuhan ikan dilakukan setiap 2 minggu sekali dan pemuasaan ikan dilakukan seminggu sekali, kecuali perlakuan kontrol tanpa bioflok.

� @ , / = g

� % = , g

� % = , g

� ℎ % = , g

%

= , g

�: ∶

ℎ � = , g

% �

(19)

5 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor. Penelitian ini dilakukan pada ikan stadia juvenil. Perlakuan yang diberikan yaitu penambahan Bacillus sp. dalam media budidaya dengan sistem bioflok dan pakan pellet hasil fermentasi dengan dosis Bacillus sp. 102 CFU ml-1, 104 CFU ml-1, 106 CFU ml-1, kontrol positif (media budidaya bioflok dan tanpa penambahan Bacillus sp.), dan kontrol negatif (tanpa bioflok). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Rancangan penelitian penambahan

Bacillus sp. melalui media budidaya dan pakan untuk kinerja pertumbuhan ikan lele dalam budidaya super intensif berbasis bioflok disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan perlakuan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan Bacillus sp.

Perlakuan Ulangan Kontrol positif (K+)

Bioflok + tanpa penambahan Bacillus sp. K+1 K+2 K+3 Kontrol negatif (K-)

(tanpa bioflok) K-1 K-2 K-3

Parameter yang Diamati

1. Tingkat Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup ikan dihitung pada hari ke-42. Perhitungan SR mengacu pada rumus Effendi (2004):

Keterangan:

TKH = tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatan (ekor) No = jumlah ikan yang hidup pada awal pengamatan (ekor) 2. Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate)

Berdasarkan berat ikan yang diukur selama 42 hari, persentase pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate) dihitung menggunakan rumus Huisman (1987):

(20)

6

Keterangan:

SGR = specific growth rate atau pertumbuhan spesifik (%/hari) Wo = bobot ikan awal (kg)

Wt = bobot ikan akhir (kg) t = waktu (hari)

3. Rasio Konversi Pakan (FCR)

Rasio konversi pakan adalah jumlah pakan (g) yang dimakan oleh ikan untuk menaikkan 1 gram bobot ikan untuk menghubungkan laju pertumbuhan ikan dan jumlah pakan. Rumus penghitungan rasio konversi pakan mengacu pada Zonneveld

et al. (1991) :

FCR =

�+ ��+ �

Keterangan:

F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (gram) Wo = Biomassa awal ikan (gram)

Wm = Biomassa ikan yang mati saat perlakuan (gram) Wt = Biomassa akhir ikan (gram)

4. Analisis Proksimat

Analisis proksimat dilakukan pada bioflok, ikan lele dan pakan hasil fermentasi. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi: kadar protein, kadar lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), kadar air, dan kadar abu (AOAC 1995). 5. Jumlah koloni bakteri

Perhitungan populasi bakteri total dilakukan setiap 7 hari sekali dengan metode hitung cawan yaitu dengan melakukan pengenceran berseri 10-1 hingga 10

-8. Kultur diinkubasi pada suhu 28-30 oC selama 24 hingga 28 jam. Jumlah koloni

bakteri yang tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus Madigan et al. (2014):

Jumlah Koloni Bakteri = N × × �

Keterangan:

N = jumlah bakteri dalam cawan petri (koloni)

fp = faktor pengenceran

S = jumlah sampel yang diambil dari suspensi bakteri (ml) 6. Kualitas Air

(21)

7 Analisa Data

Data pertumbuhan spesifik, kelangsungan hidup (SR), rasio konversi pakan (FCR) dan hasil proksimat dianalisa secara statistik dengan one-way analysis of variance (Steel & Torrie, 1980) menggunakan software statistik SPSS (versi 18) pada selang kepercayaan 95% (P<0.05). Apabila terdapat perbedaan nyata, dilakukan uji lanjut Tukey. Data kelimpahan bakteri dan kualitas air dianalisis secara deskriptif.

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Tingkat Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup ikan uji selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 2. Kelangsungan hidup ikan pada perlakuan C lebih tinggi (P<0.05) dibanding kontrol negatif dan kontrol positif (Lampiran 3). Kelangsungan hidup pada perlakuan C adalah 89.33% tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan A (87.33%) dan perlakuan B (86.67%). Sedangkan perlakuan A dan B berbeda nyata (P<0.05) terhadap kontrol negatif (50.67%) namun tidak berbeda nyata terhadap kontrol positif (75.33%) (Lampiran 4).

Gambar 2 Kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 102 CFU ml-1; B: perlakuan dosis 104 CFU ml-1; C: perlakuan dosis 106 CFU ml-1; K+: kontrol positif; K-: kontrol negatif) dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

2. Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate)

(22)

8

dibandingkan dengan perlakuan A (6.04%) dan perlakuan B (6.16%). Namun ketiganya berbeda nyata dengan K+ (kontrol positif) dan K- (kontrol negatif) dengan nilai masing-masing 5.21% dan 5.08% (Lampiran 6).

Gambar 3 Laju pertumbuhan harian ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 102 CFU ml-1; B: perlakuan dosis 104 CFU ml-1; C: perlakuan dosis 106 CFU ml-1; K+: kontrol positif; K-: kontrol negatif) dengan penambahan bakteri

Bacillus sp. 3. Rasio Konversi Pakan (FCR)

Nilai rasio konversi pakan pada ikan lele berbasis bioflok dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Rasio konversi pakan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 102 CFU ml-1; B: perlakuan dosis 104 CFU ml-1; C: perlakuan dosis 106 CFU ml-1; K+:

kontrol positif; K-: kontrol negatif) dengan penambahan bakteri Bacillus

sp.

Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0.05) antara perlakuan dengan K-(kontrol negatif) (Lampiran 7). Nilai rasio konversi pakan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan C (0.91), diikuti oleh perlakuan B (0.98),

(23)

9 perlakuan A (0.99), kemudian K+ (1.01), sedangkan pada kontrol negatif (K-) mencapai 1.42. Hasil analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0.05) antar perlakuan tersebut. Nilai rasio konversi pakan perlakuan A, B, dan C berbeda nyata (P<0.05) dengan kontrol negatif, namun tidak berbeda nyata terhadap kontrol positif (Lampiran 8).

4. Proksimat Bioflok, Ikan Lele dan Pakan Fermentasi

Komposisi proksimat bioflok pada akhir pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai protein, BETN, abu dan serat kasar bioflok pada semua perlakuan probiotik tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan K+(Lampiran 9). Kadar protein bioflok pada perlakuan C 34.06±1.70, A 31.99±2.70dan B 31.81±1.51, kemudian K+ 31.64±4.31. Kadar lemak bioflok pada semua perlakuan probiotik berbeda nyata (P<0.05) dengan K+. Nilai proksimat lemak bioflok yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan K+ (14.92±2.87), diikuti perlakuan C (9.17±4.53), perlakuan A (7.87±1.69), dan perlakuan B (6.47±0.86) (Lampiran 10).

Tabel 2 Hasil analisis proksimat bioflok (dalam % bobot kering) Proksimat bioflok (dalam % bobot kering)

Perlakuan Protein Lemak BETN Abu SK

A 31.99±2.70a 7.87±1.69b 30.10±9.65a 17.85±3.89a 12.17±7.00a

B 31.81±1.51a 6.47±0.86b 39.46±4.17a 15.29±1.29a 6.95±3.67a

C 34.06±1.70a 9.17±4.53b 33.37±4.18a 18.73±6.51a 4.65±6.63a

K+ 31.64±4.31a 14.92±2.87a 30.54±12.78a 13.92±2.58a 8.95±10.23a

Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) (A) Perlakuan dosis 102 CFU ml-1; (B) Perlakuan dosis 104 CFU ml-1;(C) Perlakuan dosis 106 CFU ml-1; (K+) Kontrol positif; BETN (Bahan ekstrak tanpa nitrogen);

SK: serat kasar

Nilai proksimat ikan pada akhir pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa proksimat ikan (protein dan abu) pada semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan kontrol positif dan negatif (Lampiran 11). Kadar protein rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 59.04±2.81%, perlakuan C 57.27±2.27%, perlakuan kontrol positif 55.34±4.51%, selanjutnya perlakuan A 54.80±1.59% kemudian kontrol negatif 54.42±1.22%.).

Tabel 3 Hasil analisis proksimat ikan (dalam % bobot kering) Proksimat ikan (dalam % bobot kering)

Perlakuan Protein Lemak BETN Abu SK

Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) (A) Perlakuan dosis 102 CFU ml-1; (B) Perlakuan dosis 104 CFU ml-1;

(24)

10

Pada proksimat lemak ikan perlakuan C berbeda nyata (P<0.05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Sedangkan perlakuan A dan B tidak berbeda nyata (P<0.05) terhadap kontrol negatif dan kontrol positif. Nilai proksimat lemak ikan yang terbaik ditunjukan oleh perlakuan C (21.98±1.84%), diikuti oleh perlakuan B (18.59±1.74%), dan perlakuan kontrol negatif (18.35±1.85%), kemudian kontrol positif (17.33±2.02%) dan perlakuan A (17.30±1.93%) (Lampiran 12).

Nilai proksimat pakan fermentasi selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 4. Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan C (33.48), diikuti oleh perlakuan B (31.96%), A (31.83%), kemudian K+ dan K-(31.77%). Kadar lemak tertinggi juga terdapat pada perlakuan C (8.32%), diikuti oleh perlakuan A (7.01%), B (6.94%), kemudian K+ dan K- (5.88%). Berikut komposisi proksimat pakan:

Tabel 4 Hasil analisis proksimat pakan fermentasi (dalam % bobot kering)

Perlakuan Protein Lemak BETN Abu SK

K+ 31.77 5.88 51.46 9.34 1.53

A 31.83 7.01 50.27 9.42 1.45

B 31.96 6.94 49.30 9.12 2.65

C 33.48 8.32 47.59 9.00 1.59

(K+): kontrol positif; (A) : inokulan dengan dosis 102 CFU ml-1; (B) : inokulan dengan dosis 104CFU ml-1; (C) : inokulan dengan dosis 106CFU ml-1;

BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; SK: serat kasar

5. Penghitungan Populasi Bakteri Total

Penghitungan populasi bakteri total dilakukan setiap seminggu sekali selama 42 hari. Hasil penghitungan bakteri total ditunjukkan pada Gambar 5. Populasi bakteri total selama pemeliharaan terlihat dinamis. Populasi bakteri total pada semua perlakuan dari awal hingga akhir yaitu pada kisaran 105 CFU ml-1 hingga 108 CFU ml-1.Pada awal perlakuan kepadatan bakteri total mencapai 105 CFU ml-1

hingga 107 CFU ml-1, sedangkan pada akhir perlakuan kepadatan bakteri total mencapai 106 CFU ml-1 hingga 108 CFU ml-1.

Gambar 5 Dinamika populasi bakteri pada media pemeliharaan ikan lele (Clarias

sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 102 CFU ml-1; B: perlakuan dosis 104 CFU ml-1; C: perlakuan dosis 106 CFU ml-1; K+: Kontrol positif) dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

(25)

11 6. Pengamatan Kualitas air

Hasil pengukuran parameter kualitas air berupa suhu setiap hari. DO, pH, TAN, nitrit, nitrat yang dilakukan setiap 7 hari sekali pada media pemeliharaan ikan lele dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Parameter kualitas air (DO, pH, suhu, TAN, nitrit, nitrat, amonia)

Perlakuan (P<0.05) dibanding kontrol negatif (K-) dan kontrol positif (K+). Perlakuan A dan B berbeda nyata (P<0.05) terhadap kontrol negatif (50.67%) namun tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol positif (75.33%). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan sel Bacillus sp. dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok terbukti mampu meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele. Hasil serupa ditunjukkan pada penggunaan Staphylococcus lentus pada budidaya ikan lele dengan sistem bioflok yang menghasilkan nilai kumulatif mortalitas yang lebih rendah dibanding kontrol (Salamah et al. 2015). Hasil penelitian DeCamp et al. (2008); Tseng et al. (2009); Verschuere et al. (2000) juga menunjukkan bahwa penggunaan Bacillus sp.mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada budidaya.

Azim dan Little (2008) menyatakan bahwa keberadaan sel mikroba pada konsentrasi yang optimal dalam bioflok dapat meningkatkan status kesehatan ikan. Bakteri dalam bioflok mengakumulasi komponen PHB atau poly-β-hidroxybutirate

yang diduga berperan dalam pengontrolan bakteri patogen pada sistem budidaya. Kandungan PHB pada bioflok yang dimakan ikan pada perlakuan bioflok dapat meningkatkan sistem imun ikan sehingga ikan dapat lebih tahan terhadap gangguan yang terjadi selama pemeliharaan (Michaud et al. 2006).

Perlakuan kontrol tanpa bioflok (K-) memiliki nilai kelangsungan hidup yang rendah pada penelitian ini. Rendahnya nilai kelangsungan hidup pada perlakuan (K-) terjadi karena ketidakseragaman pertumbuhan ikan sehingga meningkatkan sifat kanibalisme pada ikan lele. Pada penelitian ini, sumbangan utama dari kanibalisme terhadap kematian ikan kontrol tanpa bioflok mencapai 49.33%. Baras

dan d’Almeida (2001) menyatakan ketidakseragaman ukuran sangat berpengaruh

(26)

12

Pertumbuhan spesifik (SGR) ikan lele pada perlakuan A, B, dan C secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, kandungan protein dalam bioflok meningkat sejalan dengan peningkatan penambahan Bacillus

sp.dan tertinggi mencapai 34.06% pada perlakuan C. Hal ini menunjukkan bahwa ikan lele efektif dapat memanfaatkan bioflok dengan penambahan Bacillus sp. Beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa bioflok dapat meningkatkan pertumbuhan seperti pada ikan nila (Avnimelech 1999; 2007; Ekasari et al. 2015),

Macrobrachium rosenbergii (Asaduzzaman et al. 2008), udang vanname (Xu et al.

2012; Ju et al. 2008b; Kuhn et al. 2009, 2010; Burford et al. 2004), udang windu (Anand et al. 2014) dan crucian carp (Wang et al. 2015).

Pemberian Bacillus sp.pada pakan berpengaruh baik pada sistem pencernaan ikan karena Bacillus sp. dalam bioflok dapat menghasilkan enzim eksogenous (Ekasari et al. 2010) sehingga sistem pencernaan ikan menjadi lebih efektif dalam pembelanjaan energi (expenditure energy) untuk proses pencernaan. Selisih energi yang diakibatkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk proses pertumbuhan. Liu et al. (2009) menyatakan adanya kenaikan pertumbuhan pada hewan akuatik yang diberikan penambahan probiotik pada pakan dapat dikaitkan dengan adanya peningkatan aktivitas pencernaan oleh aktivitas enzimatik dan sintesis vitamin sehingga dapat meningkatkan nilai kecernaan dan pertambahan bobot.

Nilai rasio konversi pakan perlakuan A, B, dan C berbeda nyata (P<0.05) dengan kontrol negatif, namun tidak berbeda nyata terhadap kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya sistem bioflok dapat meningkatkan efisiensi pakan dengan menekan nilai rasio konversi pakan. Beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa bioflok dapat menggantikan pakan ikan dan mengurangi FCR pada pemeliharaan udang windu (Anand et al. 2014). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian Bacillus sp. dalam media budidaya memberikan efek yang positif terhadap efisiensi pakan ikan lele secara signifikan dibanding kontrol. Hal ini dikarenakan bahwa bioflok adalah sumber yang kaya senyawa bioaktif seperti karotenoid, klorofil, pitosterol, bromophenols, gula amino (Ju et al.

2008a) dan senyawa anti-bakteri (Crab et al. 2010). Penambahan Bacillus sp.dalam bioflok telah mengakibatkan pertumbuhan dan FCR yang lebih baik pada ikan lele dengan sistem bioflok. Aplikasi penerapan teknologi bioflok terhadap pakan bisa mengurangi penggunaan pakan 10-20% (De Schryver et al. 2008). Verschuere et al. (2000) menyatakan bahwa sel-sel probiotik berkontribusi pada peningkatan respon imun dengan meningkatkan keseimbangan mikroflora usus melalui peningkatan nilai pakan, kontribusi enzimatik untuk pencernaan, penghambatan mikroorganisme patogen, dan faktor pertumbuhan.

Kadar protein dalam pakan merupakan faktor penting untuk nutrisi organisme akuatik. Kandungan nutrisi dalam pakan yang sesuai kebutuhan ikan lele meliputi 24-26% protein (Halver & Hardy, 2002) dan 3-6% lemak (Webster & Lim 2002). Dalam penelitian ini, rata-rata kandungan protein dari bioflok pada perlakuan adalah 32.81±1.25, dan 7.83±1.35 lemak (Tabel 2). Tingginya kandungan protein dan lipid dari bioflok diduga berkaitan dengan konsentrasi zat ekstraseluler polimer (EPS) yang mencakup 80-95% dari bahan organik dalam bioflok (Wilen et al. 2008).

(27)

13 kadar abu pada bioflok dapat digunakan sebagai nutrisi penting tambahan pada pakan budidaya (Crab et al. 2010; Ekasari et al. 2010). Bioflok dapat menjadi sumber lengkap nutrisi dan berbagai senyawa bioaktif, dan mungkin mengandung beberapa faktor yang belum ditemukan (Ju et al. 2008b). Dengan kandungan protein yang sama sebagai pakan komersial, bioflok bermanfaat untuk pertumbuhan ikan.

Pada penelitian ini, kelimpahan bakteri total dari awal hingga akhir perlakuan berkisar antara 106 CFU ml-1 hingga 108 CFU ml-1. Kelimpahan sel Bacillus sp.

terlihat dinamis dari awal sampai akhir pemeliharaan (Gambar 4). Peningkatan populasi sel bakteri terjadi pada hari ke-3 setelah penambahan inokulan sel Bacillus

sp. Hal tersebut juga diamati sebelum perlakuan. Pada hari pertama setelah penambahan inokulan (H-4 perlakuan) populasi bakteri mencapai 104 CFU ml-1 hingga 105 CFU ml-1, kemudian pada hari ke-2 (H-3 perlakuan) populasi mulai meningkat menjadi 106 CFU ml-1 hingga 107 CFU ml-1. Pada hari ke-3 (H-2 perlakuan) masih dalam kelimpahan 105 CFU ml-1 hingga 107 CFU ml-1, sedangkan

pada hari ke-4 (H-1 perlakuan) kelimpahan mulai menurun yaitu menjadi 104 hingga 105 CFU ml-1.

Molase merupakan sumber karbon yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan populasi sel mikroba. Penambahkan C-organik dalam media budidaya dapat merangsang pertumbuhan secara cepat sel bakteri heterotrofik (Avnimelech, 1999). Hal itu karena penambahan molase sebagai sumber karbon dapat mendukung perkembangbiakan populasi sel mikroba di air. Hal ini sejalan dengan Burford et al.

(2004) yang menyatakan bahwa penambahan sumber karbon dapat membantu proses transformasi dari nitrogen anorganik menjadi protein mikroba melalui peningkatan populasi sel mikroba heterotrof.

Kisaran kualitas air selama pemeliharaan untuk semua perlakuan masih dalam kisaran normal. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai kualitas air berupa suhu, DO, pH, TAN, nitrit, nitrat dan amonia pada semua perlakuan masih dalam kondisi optimal yang digunakan dalam budidaya ikan lele. Kisaran DO pada semua perlakuan berkisar 4.0-8.1 ppm. Nilai pH mencapai 5.30-7.95 untuk semua perlakuan. Selama pemeliharaan, nilai suhu pada semua perlakuan berkisar 30.2-32.6 oC. Kadar amonia dari semua perlakuan berkisar 0.001-0.028 mg l-1, hal ini masih dalam kisaran normal. Menurut Boyd (1982), kandungan amonia sebesar 0.1 mg l-1 dapat menurunkan pertumbuhan dan menyebabkan kerusakan insang pada

(28)

14

4

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kinerja pertumbuhan ikan lele dumbo pada perlakuan bioflok dengan penambahan probiotik Bacillus sp. 106 CFU ml-1 menunjukkan hasil yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya, dengan nilai SR 89.33±2.49%, SGR 6.35±0.05%, dan FCR 0.91±0.01

Saran

Dalam penelitian dengan menggunakan sistem bioflok sebaiknya dilakukan pengukuran kelimpahan plankton selain kelimpahan bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analitical Chemist. 1995. Official methods of analysis of the association of analytical chemists. Washington DC. Association of Official Analytical Chemist.

Adamek J, Kamler E, Epler P. 2011. Uniform maternal age/size and light restrictions mitigate cannibalism in Clarias sp. larvae and juveniles reared under production-like controlled conditions. Aquaculture Engineering. 45:13-19.

Anand PSS, Kohli MPS, Kumar S, Sundaray JK, Roy SD, Venkateshwarlu G, Sinha A, Pailan GH. 2014. Effect of Dietary Supplementation of Biofloc on Growth Performance and Digestive Enzyme Activities in Penaeus monodon.

Aquaculture, 418-419:108-115.

Asaduzzaman M, Wahab MA, Verdegem MCJ, Huque S, Salam MA, Azim ME. 2008. C/N Ratio Control and Substrate Addition for Periphyton Development Jointly Enhance Freshwater Prawn Macrobrachium rosenbergii Production in Ponds. Aquaculture. 280:117-123.

Avnimelech Y. 1999. Carbon/nitrogen ratio as a control element in aquaculture systems. Aquaculture. 176: 227-235.

Avnimelech Y, Ritvo G. 2003. Shrimp and fish pond soils: processes and management. Aquaculture. 220: 549–567.

Avnimelech Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bioflocs technology ponds. Aquaculture. 264(1):140-147.

Avnimelech Y. 2012. Biofloc Technology - A Practical Guide Book. 2d Edition. Baton Rouge, Louisiana, United States: The World Aquaculture Society. Azim ME dan Little DC. 2008. The biofloc technology (BTF) in indoor tanks:

Water quality, biofloc composition, and growth and welfare of Nile tilapia (Oreochromis niloticus). Aquaculture. 283: 29 -35.

(29)

15 cannibalism among larvae of sharptooth catfish Clarias sp.. Aquatic Living Resources. 14:251 - 256.

Boyd CE. 1982. Water quality management in aquaculture and fisheries science. Amsterdam: Elsevier Scientific Publishing Company. 3125p.

Burford MA dan Thompson PJ, McIntosh RP. 2004. The contribution of flocculated material to shrimp (Litopenaeus vannamei) nutrition in a high–intensity, zero exchange system. Aquaculture. 232(1-4): 525-537.

Brune D, Schwartz G, Eversole A, Collier J, Schwedler T. 2003. Intensification of pond aquaculture and high rate photosynthetic systems. Aquacultural Engineering.28: 65–86.

Crab R, Avnimelech Y, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2007. Nitrogen Removal Techniques in Aquaculture for Sustainable Production. Aquaculture. 270: 1-14.

Crab R, Chielens B, Wille M, Bossier P, Verstraete W. 2010. The effect of different carbon sources on the nutritional value of bioflocs, a feed for Macrobrachium rosenbergii postlarvae. Aquaculture Research. 41:559–567.

Decamp O, Moriarty DJW, Lavens P. 2008. Probiotics for shrimp larviculture: review of field data from Asia and Latin America. Aquaculture Research. 39:334–338.

De Schryver P, Crab R, Defoirdt T, Boon N, Verstraete W. 2008. The Basics of Bioflocs Technology: The Added Value for Aquaculture. Aquaculture. 277: 125-137.

Ebeling JM, Timmons MB, Bisogni JJ. 2006. Engineering analysis of the stoichiometry of photoautotrophic autotrophic and heterotrophic removal of ammonia – nitrogen in aquaculture systems. Aquaculture. 257: 346–358. Ebeling JM, Michael BT. 2007. Recirculating Aquaculture. Cayuga: NRAC

Publication.

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Depok: Penebar Swadaya.

Ekasari J, Crab R, Verstraete W. 2010. Primary Nutritional Content of Bio-Flocs Cultured with Different Organic Carbon Sources and Salinity. Hayati J. Biosci., 17: 125–130

Ekasari J, Zairin Jr M, Putri DU, Sari NP, Surawidjaja EH, Bossier P. 2015. Biofloc-based reproductive performance of Nile tilapia Oreochromis niloticus L. broodstock.Aquac Res., 46:509–512

Gross A, Boyd CE, Wood CW. 2000. Nitrogen transformations and balance in channel catfish ponds. Aquacultural Engineering. 24: 1-14

Halver JE,Hardy RW. 2002. Fish nutrition. New York: Academic Press Inc. 3rd Ed.

pp. 671-702.

Huisman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Department of Aquaculture. Wageningen University. Netherland.170 p.

Irianto A. 2003. Probiotik Akuakultur. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ju ZY, Forster IP, Conquest L, Dominy W, Kuo WC, David Horgen F. 2008a. Determination of microbial community structures of shrimp floc cultures by biomarkers and analysis of floc amino acid profiles. Aquaculture Research. 39:118-133.

(30)

16

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Statistik Kelautan dan Perikanan 2014. Jakarta: KKP RI. 301p.

Kuhn DD, Boardman GD, Lawrence AL, Marsh L, Flick GJ. 2009. Microbial floc meal as a replacement ingredient for fish meal and soybean protein in shrimp feed. Aquaculture. 296:51-57.

Kuhn DD, Lawrence AL, Boardman GD, Patnaik S, Marsh L, Flick GJ. 2010. Evaluation of two types of bioflocs derived from biological treatment of fish effluent as feed ingredients for Pacific white shrimp, Litopenaeus vannamei.

Aquaculture.303:28-33.

Liu CH, Chiu CS, Ho PL, Wang SW. 2009. Improvement in the growth performance of white shrimp, Litopenaeus vannamei, by a protease-producing probiotic, Bacillus subtilis E20, from natto. Journal of Applied Microbiology.

107:1031-1041.

Madigan MT, Martinko JM, Bender KS, Buckley DH, Stahl DA. 2014. Brock Biology of Microorganism. Fourteenth edition. Paersons Prentice Hall LTD, London.

Michaud L, Blancheton JP, Bruni V, Piedrahita. 2006. Effect of particulate organic carbon on heterotropic bacterial populations and nitrification efficiency in biological filters. Aquaculture Engineering. 34:224-233.

Salamah, Priyo UtomoNB, Yuhana M, Widanarni. 2015. Growth performance of catfish (Clarias sp.) cultured on biofloc system with addition of heterotrophic bacteria. Journal Ikhtiologi Indonesia. Submitted.

Steele RGD dan Torrie JH. 1980. Principles and Procedures of Statistic. NewYork: McGraw-Hill. 2nd Ed.

Tacon AGJ, Cody JJ, Conquest LD, Divakaran S, Forster IP, Decamp OE. 2002.

Effect of culture system on the nutrition and growth performance of Pacific

white shrimp Litopenaeus vannamei (Boone) fed different diets. Aquaculture Nutrition. 8:121-137.

Tseng DY, Ho PL, Huang SY, Cheng SC, Shiu YL, Chiu CS, Liu CH. 2009. Enhancement of immunity and disease resistance in the white shrimp,

Litopenaeus vannamei, by the probiotic, Bacillus subtilis E20. Fish &

Shellfish Immunology. 26:339-344.

Verschuere L, Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000. Probiotic bacteria as biocontrol agents in aquaculture. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 64:655-671.

Wang G, Ermeng Y, Jun X, Deguang Y, Li Z, Luo W, Qiu L, Zheng Z. 2015. Effect of C/N ratio on water quality in zero-water exchange tanks and the biofloc supplementation in feed on the growth performance of crucian carp,

Carassius auratus. Aquaculture. 443:98-104.

Watson AK, Kaspar H, Lategan MJ, Gibson L. 2008. Probiotics in aquaculture: The need, principles and mechanisms of action and screening processes.

Aquaculture. 274:1–14.

Webster CD, Lim CE. 2002. Nutrient requirements and feeding of finfish foraquaculture. CABI Publishing: Walingford, UK. 184-202p.

(31)

17 Widanarni, Yuhana M dan Muhammad A. 2014. Bacillus NP5 Improves Growth Performance and Resistance against Infectious Myonecrosis Virus in White Shrimp (Litopenaeus vannamei). Ilmu Kelautan. 19(4):211-218.

Wilen BM, Onuki M, Hermansson M, Lumley D, Mino T. 2008. Microbial community structure in activated sludge floc analyzed by fluorescence in situ hybridization and its relation to floc stability. Water Research. 42: 2300-2308. Xu WJ, Pan LQ, Zhao DH. 2012. Preliminary investigation into the contribution of

bioflocs on protein nutrition of Litopenaeus vannamei fed with different dietary protein levels in zero-water exchange culture tanks. Aquaculture. 350-353: 147-153.

(32)

18

Lampiran 1. Cara menghitung CN ratio (De Schryver et al. 2008)

Perhitungan penambahan molase dalam budidaya ikan lele

(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

Penambahan molase pada media pemeliharaan dilakukan berdasarkan perhitungan (Avnimelech, 2012). Contoh perhitungan dengan asumsi sebagai berikut :

1. Σ pakan = 10 g

2. Kadar protein pakan = 30%

3. Kadar nitrogen dalam protein = 16% 4. Kadar nitrogen yang terbuang ke media budidaya = 75%

5. C/N rasio target = 15

6. Kadar karbon dalam molase (%C) = 35% Jawaban :

Protein pakan : 10 g x 30% = 3 g N pada pakan : 3 g x 16% = 0,48 g N terbuang : 0,48 g x 75% = 0,36 g C/N rasio : 0,36 g x 15 = 5,4 g C ditambahkan : 5,4 g / 35% = 15,43 g

(33)

19 Lampiran 2. Perhitungan molase selama penelitian (gr)

Perlak

(34)

20

Lampiran 3. Data statistik uji ANOVA terhadap kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

ANOVA

Lampiran 4. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

(35)

21 Lampiran 5. Data statistik uji ANOVA terhadap laju pertumbuhan harian ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

ANOVA

Lampiran 6. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap laju pertumbuhan harian ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

Laju Pertumbuhan Harian

(36)

22

Lampiran 7. Data statistik uji ANOVA terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri

Bacillus sp.

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups

.52 4 .13 5.17 .016

Within Groups .25 10 .025

Total .77 14

Lampiran 8. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

FCR

Perlakuan

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Duncan(a)

C 3 .91

B 3 .95

A 3 .96

K+ 3 1.01

K- 3 1.42

(37)

23 Lampiran 9. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat Bioflok pada budidaya

ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

(38)

24

Lampiran 10. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat bioflok pada budidaya ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

(39)

25 SK

perl

akuan N

Subset for alpha

= .05

1 1

Dun can(a)

C

3 4.6505

B 3 6.9540

A 3 8.9598

K+ 3 8.9598

Sig. .559

BETN

perlakuan N

Subse t for alpha

= .05

1 1

Duncan (a)

A

3 30.10

07

K+

3 30.54

69

C

3 33.37

92

B

3 39.46

99

(40)

26

Abu

perlakuan N

Subse t for alpha

= .05

1 1

D uncan(a

)

K+

3 13.92

78 B

3 15.29

46 A

3 17.85

44 C

3 18.73

01

(41)

27 Lampiran 11. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat ikan pada budidaya ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

(42)

28

Lampiran 12. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat ikan pada budidaya ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

(43)
(44)

30

Abu

perla

kuan N

Subset for alpha

= .05

1 1

Duncan (a)

K-

3 14.370

7

B

3 14.821

4

C

3 14.914

6

K+

3 15.693

4

A

3 15.825

4

(45)

31 RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maulid Wahid Yusup, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Desember 1985, merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sodirin dan Ibu Suparmi. Pendidikan sarjana penulis tempuh di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada program studi Ilmu Akuakultur, serta terdaftar sebagai penerima Beasiswa Unggulan Dalam Negeri Dikti selama tahun 2012-2014. Selama kuliah penulis aktif dalam Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB yang diamanahkan sebagai sekretaris umum periode 2013-2014 dan dewan pengarah periode 2014-2015.

Gambar

Gambar 1. Alur penambahan molase dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok
Tabel 1   Rancangan perlakuan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif
Gambar 2 Kelangsungan hidup ikan lele ( Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 102 CFU ml-1; B:  perlakuan dosis 104 CFU ml-1; C: perlakuan dosis 106 CFU ml-1; K+: kontrol positif; K-: kontrol negatif) dengan penamb
Gambar 3  Laju pertumbuhan harian ikan lele ( Clarias sp.) dalam budidaya super

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor Produk Domestik Regional Bruto, Inflasi, tingkat suku bunga, dan eksport total mempengaruhi Investasi di Jawa

Maka dapat diprediksikan batok kelapa yang sudah disulap menjadi suatu benda yang unik dan bernilai seni tinggi akan mendapat respons yang besar oleh masyarakat misalnya pada

³UHJURXSLQJ´ peserta KMB sesuai dengan level bisnis peserta. Telah dikembangkan pula.. 21 kurikulum mini kewirausahaan pada program KMB TDA Jaksel 5.0 utamanya untuk

Untuk itu, waktu solat di kawasan tersebut ialah pada jam 4:15 pagi bagi waktu Subuh, 12:16 tengah hari bagi waktu Zuhur, 3:38 petang bagi waktu Asar, 6:54 petang bagi waktu

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan layanan bimbingan kelompok memiliki pengaruh terhadap perkembangan karakter kerja keras siswa menghadapi ujian di

Hasilnya terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan modul dengan siswa yang menggunakan metode konvensional dengan taraf

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L) terhadap Kadar Glukosa Darah dan Gambaran Histologi Pankreas Tikus Putih (Rattus