PRODUKSI GULA HIDROLISAT DARI SERBUK JERAMI PADI OLEH BEBERAPA FUNGI SELULOLITIK
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh: ERVI AFIFAH
1006470
PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PRODUKSI GULA HIDROLISAT DARI
SERBUK JERAMI PADI OLEH
BEBERAPA FUNGI SELULOLITIK
Oleh
Ervi Afifah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
© Ervi Afifah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PRODUKSI GULA HIDROLISAT DARI SERBUK JERAMI PADI OLEH BEBERAPA FUNGI SELULOLITIK
Oleh:
ERVI AFIFAH 1006470
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Dr. Peristiwati, M. Kes. 196403201991031003
Pembimbing II
Yanti Hamdiyati, M. Si 196611031991012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
BAB II FUNGI PENGHASIL GULA HIDROLISAT DARI SERBUK JERAMI PADI ... 5
E. Hidrolisis Lignoselulosa ... 15
1. Lignoselulosa ... 15
2. Proses Hidrolisis Selulosa ... 16
3. Tahapan Proses Hhidrolisis Dengan Fungi Selulolitik ... 17
4. Macam-macam Metode Hidrolisis dengan Fungi Selulolitik ... 19
F. Serbuk Jerami Padi ... 21
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Desain Penelitian ... 25
C. Populasi dan Sampel ... 26
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
E. Alat dan Bahan ... 26
F. Prosedur Kerja ... 28
1. Tahap Persiapan ... 28
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 29
G. Alur Penelitian ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Jumlah Isolat Fungi Pengurai Jerami Padi ... 39
B. Karakteristik Isolat Fungi Pengurai Jerami Padi ... 40
C. Uji Kualitatif Kemampuan Isolat Fungi Mendegradasi Selulosa ... 40
D. Kurva Produksi Spora ... 47
E. Produksi Gula Hidrolisat dari Serbuk Jerami Padi oleh Fungi Selulolitik ... 49
1. Pretreatment Jerami Padi ... 49
2. Produksi Gula hidrolisat Hasil Hidrolisis Fungi Selulolitik ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN ... 67
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PRODUKSI GULA HIDROLISAT DARI SERBUK JERAMI PADI OLEH BEBERAPA FUNGI SELULOLITIK
ABSTRAK
Jerami padi merupakan limbah hasil pertanian yang jumlahnya melimpah, akan tetapi keberadaannya belum dimanfaatkan dengan baik, sehingga memiliki nilai ekonomi yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan alternatif untuk mengelola limbah tersebut, salah satunya yaitu dengan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gula hidrolisat yang memiliki banyak manfaat. Dalam penelitian ini dicari isolat fungi selulolitik pada tanah pesawahan menggunakan uji kualitatif Carboxy Methyl Cellulose (CMC), kemudian dilakukan uji kemampuan fungi selulolitik dalam memproduksi gula hidrolisat melalui proses hidrolisis menggunakan metode Solid State Fermentation (SSF) yang kemudian diukur kadar gulanya menggunakan metode Smogyi-Nelson. Berdasarkan hasil isolasi fungi di tanah pesawahan diperoleh 6 genus fungi yaitu Monilia, Trichoderma, Fusarium, Saccharomyces, Aspergillus
dan Penicillium. Melalui uji kualitatif CMC diketahui 4 fungi selulolitik yang memiliki aktivitas enzim selulase diantaranya Monilia, Trichoderma, Fusarium dan Aspergillus. Kemampuan keempat fungi ini dalam memproduksi gula hidrolisat yaitu, Trichoderma
dengan kenaikan kadar glukosanya sebesar 2 mg/ml, Aspergillus sebesar 1,54 mg/ml,
Fusarium sebesar 1,08 mg/ml dan terakhir adalah genus Monilia sebesar 1,06 mg/ml. Kata kunci : Jerami padi, fungi selulolitik, uji kualitatif CMC, hidrolisis, gula hidtolisat.
HYDROLYSATE SUGAR PRODUCTION FROM RICE STRAW POWDER BY SOME CELLULOLYTIC FUNGI
ABSTRACT
Rice straw is one of the most abundant farming wastes but it hasn’t had good maintenance,
thus it has low value in economic. There for, it needs an alternative to maintain the waste, one of the alternative is with produce hydrolisate sugar (fermentable sugar) that has a lot of benefit. The aim of this research is to find isolate of cellulolytic fungi from soil farming that used qualitative test of Carboxy Methyl Cellulose (CMC). After the cellulolytic fungi were found, the fungi were tested the hydrolisate sugar production used Solid State Fermentation (SSF) method and then the hydrolisate sugars were measured use Smogyi-Nelson method. Based on this research, it got six types of fungi in soil farming; there were Monilia, Trichoderma, Fusarium, Saccharomyces, Aspergillus and Penicillium. According to the result of qualitative test of CMC, there were four fungi that has ability of cellulase enzyme activity, they were Monilia, Trichoderma, Fusarium dan Aspergillus. Among the four fungi isolates,
Trichoderma was found to be the highest hydrolysate sugar production 2 mg/ml, followed by
Aspergillus 1,54 mg/ml, Fusarium 1,08 mg/ml, and Monilia 1,06 mg/ml.
1
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Jerami merupakan limbah hasil panen bahan makanan pokok beras yang
berasal dari tanaman padi (Oryza sativa). Melimpahnya limbah jerami ini
berbanding lurus dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap beras.
Di Indonesia sendiri beras merupakan bahan pokok utama yang dibutuhkan oleh
lebih dari 90% penduduk Indonesia (Puslitbangtan, 2005).
Selama ini, jerami padi sering terabaikan dan bernilai ekonomi sangat rendah
padahal jerami padi ini berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
gula hidrolisat atau dalam industri disebut gula fermentasi yang memiliki banyak
manfaat. Hal ini dikarenakan jerami padi merupakan bahan lignoselulolitik yang
kandungannya terdiri dari selulosa dan hemiselulosa. Kedua bahan tersebut
merupakan rantai gula yang dapat dihidrolisis menjadi monomer gula (gula
hidrolisat) (Galbe dan Zacchi, 2002).
Produksi gula hidrolisat yang tinggi dari bahan lignoselulosa yang
mengandung selulosa dan hemiselulosa lebih sulit dibandingkan produksi gula
hidrolisat dari derivat gula seperti gula tebu atau jagung. Namun, bahan
lignoselulosa ini memiliki harga yang lebih murah sehingga pihak industri lebih
tertarik menggunakannya. Hal inilah yang menjadi alasan bagaimana para peneliti
dapat mengatasi masalah dalam mengkonversi bahan lignoselulosa menjadi gula
hidrolisat yang selanjutnya dapat dijadikan berbagai macam produk, salah satunya
bioethanol (Galbe dan Zacchi, 2002).
Bioetanol ini adalah bahan bakar alternatif yang secara alami dapat
diperbaharui kembali dan berpotensi untuk mereduksi emisi. (Suhaimi, dkk.
2012). Dengan hal tersebut, keberadaan bioetanol ini dapat menjadi solusi bagi
masalah dunia yaitu kelangkaan bahan bakar fosil dan pencemaran udara oleh
emisi kendaraan bermotor. jerami padi yang dijadikan sebagai bioetanol akan
2
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menurut Peristiwati, dkk. (2013) gula hidrolisat ini dapat dijadikan sebagai asam
asetat, dan bahan kimia lainnya.
Dalam proses hidrolisis, terdapat beberapa metode yaitu secara fisika, kimia
dan biologi (Binder dan Raines, 2010). Menurut Sun, dkk. (2002), proses
hidrolisis secara fisika yaitu dengan suhu tinggi dan secara kimia dengan
hidrolisis asam, memiliki kelemahan yaitu dapat menimbulkan kerusakan dan
hilangnya karbohidrat serta dapat menghasilkan produk sampingan yang dapat
menghalangi proses fermentasi karena bersifat racun dan korosif.
Adapun hidrolisis secara biologis yaitu dengan menggunakan enzim
selulase yang berasal dari fungi selulolitik yang mampu menghasilkan enzim
tersebut. Hidrolisis secara biologis menurut Sun, dkk. (2002), memiliki
keuntungan yaitu menghasilkan konversi lebih tinggi dan produk samping,
kebutuhan energi serta kondisi operasi yang relatif lebih rendah. Selain itu,
hidrolisis selulosa secara enzimatik merupakan proses ramah lingkungan dan
hemat energi.
Fungi yang menghasilkan enzim selulase diantaranya yaitu Trichoderma,
Aspergillus, dan Penicillium (Lynd, dkk. 2002). Fungi selulolitik ini didapatkan
dari tanah pesawahan, dimana terjadi proses pendegradasian jerami yang salah
satunya dilakukan oleh fungi selulolitik tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kadarmoidheen dkk. (2012),
fungi yang berhasil mendegradasi limbah selulosa dari pertanian adalah
Trichoderma, Aspergillus dan Fusarium. Trichoderma menunjukkan aktivitas
enzim selulase paling maksimum. Setelah Trichoderma, Aspergillus memiliki
kemampuan aktivitas enzim selulase tertinggi berikutnya dan kemudian
Fusarium. Ketiga fungi tersebut melakukan degradasi selulosa pada limbah jerami
padi, jumlah selulosa yang terdegradasi tersebut dari yang tertinggi sampai yang
terendah yaitu sebagai berikut: 34,82% total selulosa didegradasi oleh
Trichoderma viridae menjadi 16,12%, kemudian didegradasi oleh Aspergillus
niger menjadi 21,30% dan terakhir didegradasi oleh Fusarium oxysporum menjadi
3
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Trichoderma viridae sebanyak 53,70% diikuti oleh Aspergillus niger sebanyak
38,82% dan terakhir oleh Fusarium oxysporum sebanyak 33,02%.
Keberadaan fungi selulolitik ini sangat penting, oleh sebab itu dilakukan
penelitian mengenai produksi gula hidrolisat dari serbuk jerami padi oleh
beberapa fungi selulolitik. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan isolat fungi
yang memiliki enzim selulolitik yang dapat menghasilkan gula hidrolisat
maksimum serta dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan limbah jerami padi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah produksi gula hidrolisat dari serbuk
jerami padi (Oryza sativa, L) oleh beberapa fungi selulolitik hasil isolasi dan
identifikasi pada tanah pesawahan?”
C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
1) Jenis fungi apakah yang ada pada tanah pesawahan di Desa Ciburial,
Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung?
2) Fungi selulolitik apakah yang terdapat pada tanah pesawahan di Desa
Ciburial, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung?
3) Fungi selulolitik manakah yang memproduksi gula hidrolisat dari serbuk
jerami padi (Oryza sativa, L) dengan konsentrasi maksimum?
D. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Isolasi dan identifikasi fungi selulolitik berasal dari tanah pesawahan di
Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung seluas 1 hektar
yang diambil secara random, menggunakan kunci determinasi.
2) Fungi yang digunakan untuk proses hidrolisis adalah fungi yang terbukti
memiliki enzim selulolitik hasil isolasi dan identifikasi pada tahap
sebelumnya yang dapat dilihat setelah proses screening menggunakan
CMC (Carboxy Methyl Cellulase), dilanjutkan dengan Uji hidrolisis
4
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui produksi gula hidrolisat oleh fungi selulolitik hasil
isolasi pada serbuk jerami padi (Oryza sativa, L).
F. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi yang penting bagi masyarakat umumnya dan
khususnya bagi peneliti, tentang jenis isolat jamur yang tumbuh pada
media tanah jerami.
2. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yaitu penelitian tentang
produksi bioethanol dari gula hidrolisat serbuk jerami oleh beberapa
khamir.
5
Ervi Afifah, 2014
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif, yaitu
mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungannya terhadap objek yang diamati.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dab variabel terikat. Variabel
bebasnya beberapa fungi selulolitik hasil isolasi. Sedangkan variabel terikatnya
yaitu produksi gula hidrolisat dari serbuk jerami padi.
Pada penelitian ini dilakukan uji kualitatif CMC dan uji produksi gula
hidrolisat. Untuk uji kualitatif CMC terdiri dari 6 perlakuan yaitu isolat fungi hasil
isolasi dari tanah pesawahan tempat terjadinya degradasi jerami padi, fungi
tersebut terdiri dari Monilia, Trichoderma, Fusarium, Saccharomyces, Aspergillus
dan Penicillium. Setiap perlakuan akan dilakukan pengulangan dengan mengikuti
rumus (t)(r) – 1 15 (Gomez, 1995). Di mana t adalah perlakuan (treatment),
sedangkan r adalah pengulangan (replication).
Dengan demikian: (t) (r – 1) 15
(6) (r – 1) 15
6r – 6 15
6r 21
r 3,5
Berdasarkan perhitungan di atas, maka banyaknya pengulangan yang harus
dilakukan untuk uji CMC dengan 6 perlakuan yaitu isolat fungi yang berbeda
adalah 4 kali.
Pada uji gula hidrolisat terdiri dari 4 perlakuan yaitu isolat fungi selulolitik
hasil seleksi melalui uji CMC. Isolat fungi tersebut terdiri dari Monilia,
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengulangan dengan mengikuti rumus (t) (r) – 1 15 (Gomez, 1995). Di mana t
adalahperlakuan (treatment), sedangkan r adalah pengulangan (replication).
Dengan demikian: (t) (r – 1) 15
(4) (r – 1) 15
4r – 4 15
4r 19
r 4,75
Berdasarkan perhitungan di atas, maka banyaknya pengulangan yang harus
dilakukan untuk uji CMC dengan 6 perlakuan yaitu isolat fungi yang berbeda
adalah 5 kali.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Populasi: Seluruh fungi yang tumbuh pada tanah pesawahan yang
diisolasi dari Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan Kabupaten
Bandung.
b. Sampel: Fungi yang diisolasi pada tanah pesawahan yang telah
teridentifikasi dari Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan Kabupaten
Bandung.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari sampai bulan April 2014
yang dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Pendidikan
Indonesia, Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.
E. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada
Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat-alat Penelitian
No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1. Autoklaf Merek EYELA model
HL36AE
1 unit
2. Batang pengaduk, - Secukupnya
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Rak tabung - 3 buah
No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah
5. Pinset - 1 buah
14. Hot plate dan magnetic stirrer
Shimadzu BI-71-16126 1 unit
27. Objek glass dan penutup - 1 boks
14. Rotary shaker - 1 unit
28. Timbangan analitik Merek AND 1 unit
29. Vortex Merek EYELA 1 unit
No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
1. Akuades - Secukupnya
2. Alkohol 70% Secukupnya
3. Buffer Asetat Merek Merck (pa) Secukupnya 4. CMC (Carboxymethyl
cellulose)
Merek Merck (pa) Secukupnya
4. Kertas saring Whatman no.1
Whatman No. 1 Secukupnya
5. Potato Dextrose Agar (PDA)
Merek Merck (pa) Secukupnya
6. NH4OH 2.9 M - 1000 mL
7. Urea - 1.2 g
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8. (NH4)2.SO4 - 4.2 g
9. KH2PO4 - 8 g
10. CaCl2 - 1.2 g
No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
11. MgSO4.7H2O - 1.2 g
1) Penentuan lokasi pengambilan sampel
Penentuan lokasi sampel dengan melihat keadaan lingkungan
dimana terdapat pesawahan yang dapat diambil sampel tanahnya.
2) Persiapan alat dan bahan yang digunakan
3) Pembuatan medium pertumbuhan fungi
Medium pertumbuhan fungi menggunakan Potato Dextrose
Agar (PDA), cara pembuatannya adalah 35 gram Potato Dextrose
Agar (PDA) dilarutkan dalam 1000 mL akuades, lalu didihkan
selama 1 jam. Kemudian medium diangkat dan didinginkan.
Medium lalu ditambahkan larutan kloramfenikol 100 mg/L. Setelah
itu medium dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan takaran
masing-masing 15 ml untuk agar diri dan dan 5 ml untuk agar
miring. Kemudian medium ditutup dengan sumbat kapas yang
dibungkus dengan kain kassa, lalu diautoklaf selama 15 menit pada
suhu 1210 C dengan tekanan sebesar 1,5 atm (Syulasmi, dkk. 2012).
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Alat dan bahan yang telah disiapkan selama proses persiapan
kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan
autoklaf yang disebut sterilisasi basah yaitu dengan menggunakan
uap air bertekanan pada suhu 1210 C selama 15 menit (Syulasmi,
dkk. 2012).
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Pengambilan sampel yang telah ditentukan lokasinya
Pengambilan sampel tanah pada lokasi yang telah ditentukan,
yaitu dengan mengambil 5 macam sampel tanah dekat jerami
sebanyak 5 sampel yang diambil secara random. Setelah itu, sampel
dibawa ke laboratorium untuk diisolasi fungi yang terdapat pada
sampel tanah tersebut.
2) Pengisolasian dan pengkulturan fungi pada medium
Setiap 1 gr sampel dilarutkan ke dalam 50 ml akuades steril lalu
dihomogenkan dengan cara digoyang-goyangkan. Selanjutnya
pengenceran sampel dengan metode cawan tuang yaitu dengan
menyediakan 10 tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml akuades
steril, letakkan secara berurutan dan beri tanda 1-10. Kemudian
masukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi pertama kemudian
kocok maka konsentrasi menjadi 10-1, kemudian pipet 1 ml larutan
dari tabung pertama masukkan kedalam tabung kedua dan kocok
sampai homogen, konsentrasi menjadi 10-2 demikian seterusnya
sampai tabung ke-10. Lalu ambil larutan dari tabung ke-5 sampai
tabung ke-10 masing-masing 1 ml dengan menggunakan pipet steril
dan memasukkannya ke dalam cawan Petri steril yang sudah diberi
tanda. Setelah itu, masukkan masing-masing 9 ml PDA ke dalam
cawan Petri dan goyangkan sampai homogen. Lalu letakkan di atas
meja dan setelah mengeras inkubasikan pada suhu kamar (Syulasmi,
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
satu jamur dengan yang lainnya. Isolasi fungi ini dapat dilihat pada
Lampiran 1.
3) Pembuatan kultur murni
Pembuatan kultur murni dengan cara membakar jarum inokulasi
di atas api sampai seluruh kawatnya berpijar, biarkan jamur
mendingin. Dengan jarum inokulasi tersebut, ambil satu koloni fungi
dari koloni lain yang terpisah, masukkan jarum yang sudah
mengandung koloni fungi ke dalam tabung yang berisi PDA miring
secara zigzag, lakukan secara steril dengan memanaskan mulut
tabung dan sumbat sebelum dan setelah di-streak. Pijarkan kembali
jarum inokulasi sebelum disimpan dan digunakan lagi. Kemudian
diinkubasikan pada suhu kamar sampai jamur tumbuh (Syulasmi,
dkk. 2012). Pembuatan kultur murni ini dapat dilihat pada Lampiran
1.
4) Pengamatan dan identifikasi isolat fungi
Setiap koloni mikroorganisme diamati bentuk morfologisnya
dengan melihat warna, tekstur, pertumbuhan, warna medium dan
metabolit sekundernya. Ciri-ciri setiap isolate dibandingkan
berdasarkan kunci determinasi pada Moulds Isolation, Cultivation,
Isolation (Malloch, 1997), Smith’s Introduction to Industrial
Mycology Seventh Edition (Onions, dkk, 1981).
5) Pengamatan struktur jamur dengan menggunakan metode slide
culture
Selain mengidentifikasi secara makroskopis dengan mengamati
morfologinya, diamati juga secara mikroskopisnya dengan metode
slide culture yang meliputi pengamatan terhadap hifa, bentuk spora,
dan ukuran spora. Tahap pembuatan slide kultur dapat dilihat pada
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Siapkan sebuah cawan Petri steril yang di dalamnya diberi
kertas saring steril yang dipotong bundar dan telah dilembabkan
dengan menggunakan akuades steril untuk menjaga kelembaban
kultur dalam cawan Petri. Pada cawan Petri tersebut disimpan batang
penahan berbentuk segitiga, dan di atas batang penahan tersebut
diletakkan sebuah objek gelas steril beserta penutupnya seperti
terlihat pada Gambar 3.1. Blok agar steril kira-kira berikiran satu
sentimeter kuadrat dipotong dari medium PDA dalam cawan Petri
steril lain (Gambar 3.1 A) dan diletakkan di atas gela objek dengan
menggunakan pisau atau alat pemotong steril. Kemudian, fungi
diinkubasi pada keempat blok agar (Gambar 3.1 C) dan ditutup oleh
gelas penutup steril (Gambar 3.1 D). Setelah beberapa hari
diinkubasi dalam suhu kamar, sllide dapat diamati dengan
menggunakan mikroskop pada perbesaran rendah sampai tinggi, lalu
diidentifikasi (Hamdiyati, 2012).
Gambar 3.1 Tahap pembuatan slide kultur : (a) Pengamatan bentuk mikroskopis fungi dilakukan menggunakan mikroskop cahaya. (b) Agar dipotong menggunakan pisau steril, potongan agar yang diambil dari medium PDA, dan inokulasi fungi pada
agar yang disimpan di atas gelas objek. (c) Agar yang telah diinokulasi ditutup dengan kaca penutup. (d) Setelah fungi pada potongan agar tumbuh kemudian lakukan pengamatan di bawah
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6) Pengujian isolat fungi selulolitik
Pengujian isolat fungi yang memiliki enzim seulolitik dilakukan
dengan menggunakan metode CMC agar (Carboxy Methyl
Cellulase) (Pointing, 1999) yaitu dengan menyiapkan medium CBM
(Cgellulase Basic Medium) dengan kandungan (g/l): C4HI2N206 5,
Yeast Extract 0.1, KH2P04 1, CaC12.2H20 0.001, MgS04· 7H2 0 0.5.
kemudian ditambahkan 2% b/v CMC dan 1.6 % w/v agar, lalu
diautoklaf. Secara aseptik medium dipindahkan ke dalam cawan
Petri. Setelah itu, fungi diinokulasikan dan diinkubasi pada suhu
ruang dalam keadaan gelap sampai muncul koloni sebesar 33mm
sekitar 4-5 hari. Setelah itu, siram agar dengan 2 % w/v aqueous
congo red dan dibiarkan selama 15 menit. Cuci agar dengan akuades
steril. Lalu siram kembali dengan IM NaCI dan diamkan selama 15
menit. CMC yang terdegradasi akan berwarna kuning di sekitar area
agar dan jika tidak terdegradasi akan berwarna merah.
Hasil pengujian secara kualitatif menggunakan CMC, data
ditampilkan pada Tabel 3.3:
Tabel 3.3. Contoh Tabel Hasil Pengujian Secara Kualitatif CMC
7) Pembuatan kurva produksi spora
Penentuan umur produksi spora fungi terbaik untuk inokulum
dilakukan dengan membuat kurva produksi spora pada medium PDA
yang diperoleh dari penghitungan jumlah dan viabilitas spora setiap
hari selama 6 hari. Sebanyak 10 ml akuades steril dimasukkan ke Jenis Fungi
Hasil Uji CMC
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam isolat fungi yang telah dikultur dalam PDA miring. Kemudian
digosok perlahan menggunakan jarum inokulasi untuk memisahkan
spora dengan miselium. Suspensi spora di pindahkan ke dalam
tabung reaksi steril lalu dihomogenkan dengan vorteks. Jumlah spora
dihitung dengan menggunakan Haemocytometer.
Penghitungan dilakukan dengan meneteskan suspensi spora
sebanyak 1 tetes pada haemocytometer, lalu menutupnya dengan
gelas penutup. Kemudian di amati dibawah mikroskop dengan
pembesaran 100x. Setelah menemukan kotak pertama, diperbesar
lagi pada pembesaran 400x sampai menumakan kotak ditengah yang
berukuran 1 mm. Gambar Haemocytomer ada pada Gambar 3.2.
Setelah menemukan kotak berukuran 1mm, maka ditentukan lima titik
penghitungan empat ditiap sudut dan satu ditengah, dapat dilihat pada
Gambar 3.2. Kelima kotak tersebut kemudian dihitung mengikuti arah pada
Gambar 3.3. Hasil pengamatan kurva tumbuh berupa data pada Tabel 3.4.
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.3 Lima buah titik pada kotak berukuran1mm. (Sumber: Kim, 2010)
Gambar 3.4 Arah Penghitungan spora
(Sumber: Kim, 2010)
Setelah dilakukan penghitungan spora di tiap kotak, maka hasil
penghitungan dimasukkan ke dalam rumus berikut:
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
S = × 103
L (mm2) x t (mm) x d
Keterangan:
S: Jumlah spora/mL
X: Jumlah spora yang dihitung (A + B + C + D + E)
L: Luas kotak hitung (0,04×5 = 0,2 mm2)
t: Kedalaman bidang hitung (0,1 mm)
d: Faktor pengenceran
103: volume suspensi yang diambil (1 ml = 103 mm3)
Tabel 3.4. Contoh Tabel Hasil Pengamatan Kurva Produksi Spora
Jenis Fungi Hari Ke- Rata-Rata Jumlah
Produksi Spora Log Jumlah Spora/ml
8) Pretreatment serbuk jerami padi
Jerami padi yang diperoleh dari area pesawahan, kemudian
dikeringkan dengan dijemur dan dioven. Setelah itu, jerami padi
digiling sampai berukuran 40 mesh. Lalu dilakukan pretreatment
dengan 5% sodium hidroksida (10 ml/g substrat) (Fatma et al, 2010)
selama 15 menit dalam autoklaf (121oC dengan tekanan 1 Atm).
Hasil pretreatment kemudian didinginkan, disaring dan dicuci
sampai pH netral yang kemudian dikeringkan pada suhu 60 oC di
dalam oven selama 12 jam. Jerami yang sudah kering siap
digunakan.
9) Persiapan inokulum
Kultur jamur yang telah diinokulasi ke dalam medium PDA
dalam cawan Petri. Setelah jumlah spora optimum yaitu 107
spora/ml, spora dipanen dengan menggunakan akuades steril
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10) Hidrolisis jerami padi dengan beberapa fungi selulolitik
Medium yang digunakan adalah SSF yang terdiri dari garam
mineral dan unsur mikro (g/l): urea 10, NH4SO4 0,25, CaCl2 2,
KH2PO4 1,4, MgSO4.7H2O 0.3, pepton 0,3, yeast extract 0,25 dan
unsur mikro 3 ml yang terdiri dari (mg/l): FeSO4.7H2O 5,
MnSO4.7H2O 1,6, ZnSO4.7H2O 1,4 dan CoCl2.6H2O 20. (Mendels,
dkk, 1976). Kemudian diautoklaf pada suhu 1210C selama 10 menit.
Jerami padi yang telah dipretreatment diambil 10 g dicampurkan
dengan medium Mendels sebanyak 30 ml (Fatma, 2010). Kemudian
diautoklaf pada suhu 1210C selama 10 menit dan didinginkan.
(Rodhe, 2011).
Suspensi spora ditransfer sebanyak 5 ml pada tiap tabung
(Fatma, 2010). Jumlah inokulum spora fungi yang dimasukkan ke
dalam medium adalah 107 spora/ml (Mekala, dkk. 2008). Inokulum
spora yang dimasukkan telah dihitung pada saat membuat kurva
tumbuh. Setelah inokulum ditransfer, kemudian diinkubasi selama 6
hari pada suhu ruang, dilakukan 3 kali pengulangan untuk setiap
perlakuan (Fatma, 2010).
Pengujian sampel dilakukan setiap 24 jam sekali dengan
pengambilan sampel sebanyak 1 gr, kemudian dicampurkan dengan
0,05 ml buffer sitrat pH 4.8 sebanyak 5 ml. Lalu dishaker selama 1
jam pada 150 rpm. Setelah itu substrat disaring menggunakan filtrat
whatmnan no. 1 dan filtrat diukur kadar glukosanya dengan metode
Smogyi-Nelson.
11) Kurva Standar Glukosa
Kurva standar glukosa dibuat untuk menganalisis kadar glukosa
pada sampel. Kurva standar glukosa ini digunakan untuk
menyatakan hubungan antara konsentrasi glukosa dengan kerapatan
optik (panjang gelombang 520 nm), kurva standar ini dapat
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
transmisi cahaya menggunakan spektrofotometer dengan metode
Smogyi-Nelson (Kusnadi, 2001).
Pertama kurva standar ini dibuat dengan 20 mg glukosa yang
dlarutkan dalam 100 ml akuades. Kemudian dipipet ke dalam
masing-masing tabung reaksi sebanyak 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8
ml; 1 ml; 1,2 ml; 1,4 ml; 1,8 ml; dan 2,0 ml. Selanjutnya
ditambahkan akuades dengan memasukkannya ke dalam tabung
reaksi masing-masing 1,8 ml; 1,6 ml; 1,4 ml; 1,2 ml; 1 ml; 1,2 ml;
1,4 ml; 1,8 ml; dan 2,0 ml. Penambahan akuades ini dilakukan
sebagai pengenceran sehingga terdapat deret konsentrasi 2, 4, 6, 8,
10, 12, 14, 16, 18, 20 mg/10ml.
Setelah itu, larutan Smogyi I dimasukkan sebanyak 1,6 ml dan
Smogyi II sebanyak 0,4 ml. Kemudian ditutup dan dimasukkan ke
dalam air mendidih selama 10 menit dan didinginkan di dalam es.
Setelah dingin, ditambahkan 2 ml larutan Nelson dan 4 ml akuades,
sehingga total volume dalam tabung reaksi adalah 10 ml. Tabung
reaksi ditutup dengan ibu jari dan dikocok dengan kuat hingga gas
CO2 tidak keluar lagi. Kemudian diukur menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 520 nm. Pembuatan
larutan Smogyi I dan II, serta Nelson ada pada Lampiran 2.
12) Pengukuran kadar glukosa dengan metode Smogyi-Nelson
Sampel 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan larutan Smogyi 1 sebanyak 1,6 ml dan larutan Smogyi
2 sebanyak 0,4 ml. Kemudian dihomogenkan dengan cara divortex,
disimpan pada air mendidih selama 10 menit dan didinginkan.
Setelah itu, dimasukkan 4 ml akuades dan 2 ml larutan Nelson.
Lalu dikocok dengan menutup mulut tabung menggunakan ibu jari
sampai terasa tekanan udara pada jari kemudian dilepaskan. Hal ini
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang
520 nm.
Hasil pengukuran kadar glukosa yang diproduksi oleh beberapa
jamur, ditampilkan pada Tabel 3.5:
Tabel 3.5. Contoh Tabel Hasil Pengukuran Kadar Glukosa
Jenis Fungi
Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Hari ke- (mg/ml)
0 1 2 3 4 5 6
G. Alur Penelitian
Alur Penelitian dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Ervi Afifah, 2014
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil isolasi dari jerami padi di tanah pesawahan, diperoleh 6
genus fungi yang berbeda yaitu Monilia, Trichoderma, Fusarium, Saccharomyces,
Aspergillus dan Penicillium. Dari keenam genus fungi tersebut, berdasarkan hasil
uji kualitatif CMC yang termasuk kedalam fungi selulolitik adalah Monilia,
Trichoderma, Fusarium dan Aspergillus.
Stren fungi yang memiliki kemampuan dalam memproduksi gula hidrolisat
dengan konsentrasi paling tinggi pada serbuk jerami padi (Oryza sativa, L) adalah
Trichoderma dengan kenaikan kadar glukosanya yaitu 2 mg/ml. Selanjutnya
adalah Aspergillus dengan kenaikan kadar glukosanya yaitu 1,54 mg/ml, lalu
Fusarium dengan kenaikan kadar glukosanya yaitu 1,08 mg/ml dan terakhir
adalah genus Monilia dengan kenaikan kadar glukosanya yaitu 1,06 mg/ml.
B. Saran
Penelitian yang telah dilakukan ini telah berhasil mengisolasi beberapa
fungi selulolitik pada tanah pesawahan tempat terjadinya pelapukan dari jerami itu
sendiri. Namun, perlakuan hidrolisis pada setiap jenis fungi disamakan. Oleh
karena itu, perlu adanya optimasi pH, suhu dan waktu hidrolisis yang berbeda
pada setiap jenis fungi sesuai dengan kemampuan aktivitas enzim selulase yang
optimum.
Selain itu, penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk memperoleh enzim
selulase yang telah diproduksi oleh setiap jenis fungi. Serta produksi bioetanol
dari gula hidrolisat yang telah diperoleh dari hasil hidrolisis oleh beberapa jenis
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos, C. J., dkk. (1996). Introduction Mycology 4th Edition. Ney York: John Wiley & Sons, Inc.
Antonious, D. A., Bellissimi, A. E. dan Brink, J. (2006). Fermentation of Carbon Sources in Biomass Hydrolysates by Saccharomyces cerevisiae: current status. Antonie van Leeuwenhoek (90): 391–418.
Batra, L. R. (1991). Monilia Taxonomy. [Online]. Tersedia:
http://www.mycobank.org/Biolomics.aspx?Table=Mycobank&MycoBankN r_=360531
Belitz, H.D., Grosch, W., dan Schieberle, P. (2008). Food Chemistry, 4th ed. Berlin: Springer-Verlag.
Berry, R. K. (1986). Fractionation of the cellulolytic enzymes produced by a species of Monilia; purification and properties of an extracellular
beta-D-glucosidase. [Online]. Tersedia:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/310206.
Bhoosreddy, G. L. (2012), Comparative Study of Cellulase Production by Aspergillus niger and Trichoderma viride Using Solid State Fermentation On Cellulosic Substrates Corncob, Cane Bagasse and Sawdust.
International Journal of Science and Research (IJSR).
Binder, J.B. dan Raines, R.T. (2010). Fermentable Sugars by Chemical Hydrolysis of Biomass. PNAS (10). 4516–4521
Boisset, C., Chanzy, H. dan Henrissa, B. (1999). Digestion of crystalline cellulose substrates by the Clostridium thermocellum cellulosome : structural and morphological aspects. Biochem Journal (340): 829-835.
Brink, J. dan Vries, R. (2011). Fungal enzyme sets for plant polysaccharide degradation. Appl Microbiol Biotechnol (91): 1477–1492.
Campbell, dkk. (2008). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.
Damisa, D., Ameh, J.B., dan Umoh, V.J. (2008). Effect of chemical pretreatment of some lignocellulosic wastes on the recovery of cellulase from Aspergillus niger AH3 mutant. African J Biotechnol (14): 2444-2450.
Dashtban, M., Schraft, H. dan Qin, W. (2009). Fungal Bioconversion of Lignocellulosic Residues; Opportunities & Perspectives. International Journal of Biological Sciences (6):578-595.
Dekker, R.F.H. (1981). Induction, Localization and Characterization of D-Glucosidases Produced by a Species of Monilia. Journal of General Microbiology (198 I): 127,177-184.
Fatma, H, dkk. (2010). “Production of Bioethanol Via Enzymatic Saccharification of Rice Straw by Cellulase Produced by Trichoderma Reesei Under Solid
State Fermentation”. New York Science Journal.(4),72-78.
Galbe, M. dan Zacchi, G. (2002). A Review of The Production of Ethanol From Softwood. Appl Microbiol Biotechnol. (59), 618–628.
Gray, P. (1801). Trichoderma Taxonomy. [Online]. Tersedia:
http://www.doctorfungus.org/Thefungi/Trichoderma.php
Gusakov, A., Elena, G. K., dan Arkady P. S. (2011). Comparison of TwoMethods for Assaying Reducing Sugars in the Determination of Carbohydrase Activities. Hindawi Publishing Corporation International Journal of Analytical Chemistry.
Gong, S. C, dkk. (1981). Direct Fermentation of Cellulose to Ethanol by a Cellulolytic Filamentous Fungus, Monilia sp.Biotechnology Letters, 2 (3), hlm. 77-82.
Gomez, A., Arturo & Kwanchai, A. (1995). Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Jakarta: UI Press.
Hamdiyati, Y. (2012). Cara Membuat Slide Culture: Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi. [Online]. Tersedia:
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hansen, M. (1883). Saccharomyces Taxonomy. [Online]. Tersedia:
http://www.doctorfungus.org/thefungi/Saccharomyces.php
Hartanti. (2010). Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulolitik Termofilik dari Kawah Air Panas Gunung Pancar, Bogor. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Hölker, U., Höfer, M. dan Lenz, J. (2004). Biotechnological advantages of laboratory-scale solid-state fermentation with fungi. Appl Microbiol Biotechnol (64): 175–186.
Kadarmoidheen, M, dkk. (2012). Effect of Cellulolytic Fungi on The Degradation of Cellulosic Agricultural Wastes. International Journal of Applied Microbiology Science. 1, (2),13- 23.
Kim, O. (2010). The Haemocytometer (Counting Chamber). [Online]. Tersedia:
http://www.microbehunter.com/the-hemocytometer-counting-chamber/
Kim, D. dkk. (2013). Fungal Diversity of Rice Straw for Meju Fermentation. J. Microbiol. Biotechnol. 23(12): 1654–1663
Krogh, K., Mørkeberg, A. dan Jørgensen, H. (2004). Screening Genus Penicillium for Producers of Cellulolytic and Xylanolytic Enzymes. Biotechnology for Fuels and Chemicals: 389-401.
Kusnadi. (2001). Populasi Mikroorganisme yang Berperan dan Optimasi Faktor
Lingkungan Fermentasi dalam Pembuatan “Tea Cider”. Tesis Magister
Bidang Khusus Mikrobiologi pada Program Studi Biologi Pasca Sarjana ITB. Bandung: tidak diterbitkan.
Link. (1801). Penicillium Taxonomy. [Online]. Tersedia:
http://www.doctorfungus.org/thefungi/penicillium.php
Lynd, L.R, dkk. (2002). Microbial Cellulose Utilization: Fundamentals and Biotechnology. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 66 (3): 506-577.
Lopes, L. (2006). Oryza sativa. [Online]. Tersedia:
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Malloch, D. (1997). Moulds Isolation, Cultivation, Identification. Departement of Botany, University of Toronto. [Online]. Tersedia:
www.botany.utoronto.ca/Researchlabs/MallochLabs/Moulds.
Manpreet, S., Sawraj, S., Sachin, D., Pankaj, S. dan Banerjee, U.C. (2005). Influence of Process Parameters on the Production of Metabolites in Solid-State Fermentation. Malalaysian Jounal of Microbiology, (1): 1-9.
McKane, L. dan Kandel, J. (1986). Microbiology Essentials and Applications.
Singapore: McGraw-Hill Inc.
McMillan, J. D. (1994). Pretreatment of Lignocellulolisic Biomass. In the series analytic: Enzymatic conversion of biomass for fuels production / edited by M. E. Himmel. ACS symposium series Journa).
Mekala, N. K., Singhania, R. R. Sukumaran, S. R., dan Pandey, A. (2008). Cellulase Production Under Solid-State Fermentation by Trichoderma reesei RUT C30: Statistical Optimization of Process Parameters. Appl Biochem Biotechnol (151):122–131.
Onions, A.H.S, dkk. (1981). Smith’s Introduction to Industrial Mycology (7th ed). London: Edward Arnold Publisher.
Pandey, A., Selvakumar, P., Soccol, C.R. dan Nigam, P. (1999). Solid State Fermentation For The Production of Industrial Enzyme. Current Science (77): 1-10.
Patrick C.Y., dkk. (2010). Agar block smear preparation : A novel method of slide preparation for preservation of native fungal structures for microscopic examination and long term storage. Journal of Clinical Microbiology. 48(9):3053-3061.
Pelczar. (2008). Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia.
Peristiwati., Syulasmi, A. dan Hamdiyati, Y. (2013). Isolasi dan Identifikasi Fungi Penghasil Gula Fermentasi Pada Jerami Padi (Oryza sativa, linn) Serta Optimasi Fermentasi Gula Hidrolisatnya Menjadi Etanol oleh Beberapa Jenis Khamir. Laporan Akhir Penelitian PPKBK. Bandung: UPI.
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pradhan, R. dan Amit, N. (2007). Production of Ethanol From Bagasse. Thesis Department of Chemical Engineering National Institute of Technology Rourkela.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. (2005). Peluang Menuju Swasembada Beras. Berkelanjutan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27 (5).
Ramanathan, G., Banupriya, S. dan Abirami, D. (2009), Production and Optimization of Cellulase from Fusarium oxysporum by Submerged Fermentation. Journal of Scienctific & Industrial Research (69): 454-459
Rodhe, A.V, dkk. (2011). Enzymatic Hydrolysis of Sorghum Straw Using Native Cellulase Produced by T. reesei NCIM 992 Under Solid State Fermentation Using Rice Straw. Springer Biotech (1). 207–215.
Shancez, C. (2009). Lignocellulolisic Residues: Biodegradation and Bioconversion by Fungi. Biotechnology Advances (27):185-194.
Singh, A., Singh, N. dan Bishnoi, N.R. (2009). Enzymatic Hydrolisis of Chemically Pretreated Rice Straw by Two Indigenous Fungal Strains : A Comparative Study. Journal of Scientific and Industrial Research (69): 232-237.
Subramanian, D.K. (2011). Biochemical Conversion of Rice Straw into Bioethanol. Power Point. Department of Biotechnology Bannari Amman Institute of Technology Sathyamangalam.
Suhaimi, S.N, dkk. (2012). Bioconversion of Glycerol for Bioethanol Production Using Isolated Escherichia coli SS1. Brazilian Journal of Microbiology. 506-516.
Sun, Y, dkk. (2002). Hydrolisis of Lignocellulosic Materials for Ethanol Production: A Review. Bioresource Technology.83,1-11.
Syulasmi, A, Hamdiyati, Y, dan Kusnadi. (2012). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Bandung: FPMIPA UPI.
Ervi Afifah, 2014
Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teather, R. M. dan Wood, P.J. (1982). Use of Congo Red-Polysaccharide Interactions in Enumeration and Characterization of Cellulolytic Bacteria from the Bovine Rumen. Journal of Applied and Environmental Microbiology, 4 (43) : 777-780
Tiwari, P., Misra, B.N., dan Sangwan, N. S. (2013). �-Glucosidases from the Fungus Trichoderma: An Efficient Cellulase Machinery in Biotechnological Applications. Hindawi Publishing Corporation BioMed Research International
WARINTEK. (2000). Padi (Oryza Sativa). [Online]. Tersedia:
. arinte .ri te . o.i pertanian pa i.p (18 Januari 2013)..
Wyman, C. (1996). Ethanol From Lignocellulosic Biomass: Technology, Economics, and Opportunities. Bioresource Technology Elsevier Science (50): 3-16.
Wyman, C. E. (2005). Hydrolysis of Cellulose and Hemicellulose: a Review.
[Online]. Tersedia:
nsm1.nsm.iup.edu/.../HydrolysisOfCelluloseAndHemicellulose_review.p.