1 1.1 Latar Belakang
Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Indonesia berdampak dua sisi. Secara ekonomi akan memberikan peluang kepada pedagang untuk menghidupkan perekonomian, tapi di sisi lain, seringkali PKL menggunakan tempat untuk berjualan di lokasi yang merugikan publik berdagang di trotoar.1
Salah satu Provinsi yang di Indonesia adalah Provinsi Jambi dimana, minimnya lapangan pekerjaan serta sewa pasar tradisional yang sangat besar membuat penduduk mencari jalan alternatif untuk terus melanjutkan hidupnya yang sesuai dengan kebutuhannya, yang salah satunya dengan memilih bekerja di sektor informal, ialah selaku Pedangang Kaki Lima (PKL). Pedagang Kaki Lima merupakan orang dagang di sektor informal yang berdagang memakai gerobak serta terletak di banyak tempat di pinggir jalur perkotaan.2
Pedagang kaki lima adalah salah satu jenis kegiatan informal.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, pedagang kaki lima yang selanjutnya disingkat PKL adalah pelaku usaha yang melakukan usaha
1 Dewa, Z. R., “Revitalisasi Pkl Di Kawasan Skywalk Cihampelas Kota Bandung: Antara Kebijakan Dan Kenyataan”. CosmoGov Jurnal Ilmu Pemerintahan, 5(1) 2019, hlm 1.
2 Rahmawati, R., Muhammad, F., & Huda, I. A. I. S., “Analisis Persebaran Pedagang Kaki Lima (Pkl) Tentang Peraturan Wilayah Kota Jambi No. 12 Tahun 2016 Berbasis Geographic Information System (GIS) Di Kota Jambi” (Doctoral Dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi), 2022, hlm 13.
perdagangan barang atau jasa dengan menggunakan sarana usaha dan tidak bergerak, menggunakan fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan, dan bangunan milik pemerintah dan atau swasta yang bersifat sementara /tidak tetap.3
Keberadaan PKL tersebut akan menimbulkan permasalahan sosial yang kompleks, bukan hanya terbatas pada permasalahan tata ruang kota tapi juga akan berakibat pada permasalahan sosial yang lain. Baik secara langsung maupun tidak langsung keberadaan PKL sangat mempengaruhi kondisi dan lingkungan Kota. Pada dasarnya permasalahan PKL bukan hanya pada persoalan kebersihan, keindahan, keamanan, dan tata ruang kota, tapi juga menyangkut masalah sosial seperti pekerjaan, pengangguran, keadilan sosial, kesejahteraan dan kemiskinan. Penyelesaian permasalahan PKL harus memperhatikan permasalahan sosial yang lain karena kesalahan dalam penanganan terhadap PKL akan menimbulkan permasalahan yang mungkin lebih kompleks lagi. Sebagaimana dimuat dalam Peraturan Daerah (PERDA) Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima, ditegaskan bahwa setiap PKL harus bertanggungjawab terhadap ketertiban, kerapian, keindahan, kesehatan lingkungan, dan keamanan sekitar tempat usaha. Akan tetapi hal ini jauh dari apa yang diharapkan karena PKL tidak menghiraukan dan bebas menggunakan lahan dan jalan di Pasar Talang Banjar.
3 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang kaki lima
Pasar Talang Banjar memiliki persoalan PKL yang sejak lama tak kunjung teratasi, dalam hal merelokasikan PKL yang berjualan dipinggir jalan agar berjualan ke dalam gedung pasar yang telah disediakan, dikarenakan masih banyaknya meja dagang atau lapak dan kios-kios yang tidak di tempati, akibat banyaknya para PKL tetap berjualan di luar lingkungan pasar sehingga aktivitas jalan terganggu dan tidak merata nya pemasukan setiap pedagang.4
Memperluas kesempatan kerja merupakan kebutuhan yang semakin mendesak dan bagian dari pembangunan yang seimbang di seluruh Indonesia.
Laju pertumbuhan angkatan kerja yang berkelanjutan di daerah pedesaan dan perkotaan seringkali tidak sesuai dengan laju pertumbuhan lapangan kerja.
Inilah awal mulanya mereka yang tidak bekerja di sektor formal dipaksa untuk masuk ke sektor informal, yang biasanya di sektor perdagangan atau sektor jasa dan bisnis. Sektor perdagangan jasa di Kota merupakan arus orang dari kelas menengah ke bawah, dan umumnya terakumulasi di sektor jasa, sedangkan perdagangan perkotaan umumnya menjadi pembawa arus orang dari kelas menengah ke bawah ke ketimpangan pembangunan daerah dan urbanisasi tekanan kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Kota Jambi tahun ke tahun mengalami kenaikan yang di lansir dari data 2014 jumlah kemiskinan di Kota Jambi 0,98% dan terakhir pada tahun 2017 mencapai 1,37%5
Berbicara tentang sektor perdagangan, maka tidak dapat lepas dari komunitas pedagang sebagai pelakunya, yang salah satunya ialah pedagang
4 Hasil Observasi Penelitian
5 BPS, “Indeks Kemiskinan” diakses dari http”//www.bps.go.id indeks kedalaman kemiskinan diakses pada tanggal 5 Febuari 2022
kaki lima dikenal dengan sebutan PKL yaitu mereka yang bekerja dengan memanfaatkan situasi, tempat keramaian yaitu berjualan dibadan jalan, trotoar atau tempat umum lainnya. Ini menandakan kebijakan pemerintah kurang ditanggap oleh PKL sehingga implementasi antara pedagang dan pemerintah kurang koordinasi.6
Adapun artikel mengenai Penertiban PKL di Pasar Talang Banjar7 Berisi “Penertiban pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Pasar Baru Talang Banjar, Jalan Orang Kayo Pingai, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi, Sabtu (16/5/2020) sore, diwarnai kericuhan. Informasinya, kericuhan terjadi karena pedagang yang masih berjualan di luar pasar tidak terima ditertibkan. Bahkan sempat terjadi aksi saling pukul antara pedagang dengan anggota Satpol PP yang melakukan penertiban. Panit 1 Sabhara Polsek Jambi Timur Ipda Maryoto Saat dikonfirmasi membenarkan terjadinya kericuhan saat penertiban pedagang oleh petugas Satpol PP. "Iya, ada keributan sore tadi antara pedagang kaki lima dengan petugas (Satpol PP, red), karena para pedagang tidak terima ditertibkan," ujar Maryoto saat dikonfirmasi.
Sejumlah pedagang diketahui juga telah membuat laporan Polisi ke Polresta Jambi karena mengaku dipukuli saat terjadi kericuhan dengan petugas Satpol PP."Iya, ada pedagang perempuan berjumlah tiga orang dan saat ini sedang di lakukan pemeriksan di Polresta Jambi,"
tandasnya.
Kemudian ada artikel dari Jambikita.id juga membahas mengenai kemacetan mengenai PKL Pasar Talang Banjar Kota Jambi.
Artikel Penertiban PKL di Pasar Talang Banjar8
6 Zoraya Adryana. “Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Studi Kasus Relokasi PKL Monumen 45 Banjarsari Kota Surakarta” Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
2009. Hlm.3
7 Metro Jambi, “Penertiban PKL di Pasar Talang Banjar Kota Jambi”, diakses dari https://metrojambi.com/read/2020/05/17/53553/penertiban-pkl-di-pasar-talang-banjar-diwarnai- kericuhan diakses pada tanggal 5 Febuari 2022
8 Kumpuran.com, “Kericuhan wargai penertiban pkl pasar baru Talang Banjar di Kota Jambi, diakses, https://kumparan.com/jambikita/kericuhan-warnai-penertiban-pkl-pasar-baru- talang-banjar-di-kota-jambi-1tQbMdb7lbn/full diakses pada tanggal 5 febuari 2022
Berisikan : “Salah satu pedagang mengatakan, dirinya bersama Pedagang lain terpaksa berjualan di seputaran jalan, yang letaknya di jalan arah menuju ke lokasi Pasar Talang Banjar. Hal ini lantaran di lokasi Pasar sudah tidak ada tempat untuk berjualan lagi, atau sudah penuh. Sedangkan dari Joko, salah satu Pembeli mengatakan lebih cepat belanja di jalan dikarenakan tidak perlu parkir motor.”
Hasil peneliti mewawancarai salah satu Pedangang di PKL Talang Banjar Kota Jambi yang bernama Bambang yang berisi "Saya jualan disitu karena didalam sudah penuh terus juga, sudah punya banyak langgannan diluar juga Dek, terus untuk biaya sewa tempat didalam juga mahal Dek, ya walaupun diluar tu nimbulin kemacetan tapi mau gimana lagi karena sudah betah disini lagian Saya juga bayar iyuran gitu tiap harinya, ya kayak gitulah Dek saya dan temen-temen PKL sering ditertibin tapi masih dak bisa pindah lokasi karena hal tadi tu karena itu mata pencarian kami semua sebagai Pedagang kaki lima disini".9
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa PKL di Pasar Talang Banjar yang berada di pinggir jalan menimbulkan berbagai masalah, seperti kemacetan yang sering dialami pengguna jalan, mengganggu kenyamanan pejalan kaki serta mengganggu keindahan sistem, khususnya pada pagi hari.
Namun di luar itu, PKL menjadi salah satu cara untuk mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan. Menjadi seorang Wirausaha tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi, hanya dibutuhkan kemauan dan kemauan yang kuat untuk berjualan sehari-hari guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan meningkatkan kesejahteraan keluarga Pedagang.10
9 Observasi di Pasar Talang Banjar pada 5 Febuari 2022
10 Observasi di Pasar Talang Banjar pada 5 Febuari 2022
Pada dasarnya PKL mengetahui adanya larangan berjualan di pinggir jalan umum atau bahkan memanfaatkan sebagian badan jalan untuk berjualan dapat mengganggu ketertiban umum terutama mengganggu kelancaran lalu lintas yang menyebakan kemacetan lalu lintas, namun kenyataannya tetap saja para pedagang tersebut melakukan aktivitas. Hal ini menunjukkan seakan-akan para PKL tidak peduli terhadap ketentuan peraturan yang melarang aktivitas berjualan.
Dari kenyataan tersebut, ada beberapa hal yang teridentifikasi mengapa para PKL tidak terganggu dengan adanya larangan berjualan tersebut adalah:
1. Para Penegak Hukum tidak tegas dalam menerapkan sanksi hukum 2. Para PKL merasa bahwa mereka sebagai Pedagang legal berjualan
di kaki lima karena kutipan retribusi dilakukan oleh Petugas dari Pemerintah Daerah.
3. Para PKL tidak mempunyai pilihan lain untuk mencari nafkah, jika Pedagang tersebut terkena kegiatan penertiban maka hal ini dianggap sebagai hari yang “na’as” yang tidak perlu disesalkan, karena setelah itu Pedagang tersebut masih dapat berjualan11 Penataan PKL di Pasar Talang Banjar dinilai perlu dikelola dan ditata sedemikian rupa oleh Pemerintah agar tidak terjadi kebingungan di kalangan masyarakat tentang keberadaan PKL di Pasar Talang Banjar dan memberikan
11 Eka Darma Suryadi. “Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Kota Meulaboh” Skripsi Mahasiswa Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Teuku Umar Aceh Barat. 2013
kepastian hukum untuk fasilitas umum yang biasa ditempati para PKL sehingga lebih terjamin.
Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Kota Jambi, Disperindag Kota Jambi, UPTD Pasar Talang Banjar, semestinya dapat berperan aktif dalam merumuskan, mendukung, dan menata PKL. Pemerintah Kota Jambi telah mengambil berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah PKL, namun dalam implementasikannya di lapangan belum sesuai yang diinginkan.
Berawal dari latar belakang masalah yang disajikan di atas. Maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “Evaluasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 tentang penataan dan pemberdayaan PKL (Studi Kasus : PKL Pasar Talang Banjar Kota Jambi)”.
Adapun penelitian terdahulu pertama yaitu Mussyidi tahun 2020 mengenai implementasi peraturan Daerah Kota Jambi nomor 12 tahun 2016 tentang penataan dan pemberdayaan Pedagang kaki lima (Studi di Pasar Talang Banjar Kecamatan Jambi Timur tahun 2020), mengenai pelaksanaan kebijakan berupa penataan dan pemberdayaan PKL di Pasar Talang Banjar Kecamatan Jambi Timur sudah sesuai dengan PERDA dan tujuan Disperindag, implementasi kebijakan dalam penataan dan pemberdayaan PKL yaitu pertama, membuatkan Pasar Talang Banjar Baru dengan mengunakan dana APBD dan APBN, Kedua, menyediakan kios dan meja Dagang. Ketiga memfasilitasi sarana penerangan Dagang. Adapun kendala-kendala yang dihadapi seperti: Pertama, kurangnya kesadaran Pedagang dan Pembeli terhadap pentingnya pemberian ruang pada fasilitas umum. Kedua, masih
banyaknya Pedagang Kaki Lima yang berjualan diarea yang bukan diperuntukkannya. Ketiga, sulitnya merelokasi dan menertibkan Pedagang kaki lima bagaikan kucing-kucingan dengan Petugas penertiban. Keempat, belum maksimalnya sarana prasarana menunjang kegiatan jual beli didalam Pasar. Dengan begitu Walikota Jambi bersama Disperindang dibantu dengan tim terpadu melakukan upaya untuk merealisasikan PERDA Nomor 12 Tahun 2016 tentang penataan dan pemberdayaan PKL, seperti : pertama, melakukan penertiban agar tidak lagi jualan di tempat yang bukan di peruntukkannya.
Kedua, memfasilitasi akses permodalan, sarana Dagang dan diarahkan ke Dinas Sosial agar diberi pelatihan. Ketiga, memasang rambu-rambu atau tanda larangan disepanjang jalan agar tidak melakukan transaksi jual beli.12
Perbedaan Peneliti dengan hasil penelitian Mussyidi adalah Peneliti mengevaluasi kebijakan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 sedangkan Penelti Mussyidi adalah implementasi peraturan Daerah Kota Jambi nomor 12 tahun 2016.
Selanjutnya Penelitian kedua yang terdahulu oleh Kurnia Muhammad Ramdani dkk “Pemantauan Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Garut Kota Oleh Tim Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Kabupaten Garut” Berdasarkan hasil penelitian yang telah Penulis paparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pemantauan
12 Mursyidi, K., Rasito, R., & Putra, D. I., “Implementasi Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (Studi Di Pasar Talang Banjar Kecamatan Jambi Timu Tahun 2020)” (Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi), 2020.
Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Garut Kota oleh Tim Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Kabupaten Garut tidak efektif, karena Pemantauan Kebijakan hanya dimaknai secara harfiah, dalam menghasilkan informasi pun tidak melakukan elaborasi yang mendalam, seperti pada aspek Kepatuhan, Pemeriksaan, Akuntansi, dan/ atau Eksplanasi.
Dampak dari Pemantauan Kebijakan yang hanya dimaknai secara harfiah adalah pada pelaksanaannya belum memiliki pedoman yang baku, sehingga tidak dapat diidentifikasi penyebab dari permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan, informasi yang dihasilkan dari proses Pemantauan Kebijakan pun cenderung menjadi terbatas dan dangkal. Hal ini berimplikasi terhadap langkah lanjutan yang semestinya ditempuh oleh Tim Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, upaya koreksi pelaksanaan kebijakan menjadi tidak tepat guna dan hasil guna dikarenakan informasi yang dihasilkan dari Pemantauan Kebijakan tidak begitu menyokong, hal inilah yang membuat Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima belum dapat dilaksanakan dengan baik sesuai koridor tujuannya 13
Perbedaan peneliti dengan hasil penelitian Kurnia Muhammad Ramdani dkk adalah Peneliti memilih objek penelitian di PKL Talang Banjar Kota Jambi sedangkan penelti Kurnia Muhammad Ramdani dkk adalah objek penelitian di PKL Kota Garut.
13 Ramdhan, K. M., Sumaryana, A., & Ismanto, S. U., “Pemantauan Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Garut Kota Oleh Tim Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Kabupaten Garut.” JANE- Jurnal Administrasi Negara, 2(1)., 2017.
Selanjutan Penelitian Ketiga terdahulu oleh Joni Prasetyo yang berjudul “Peran Perindustrian dan Perdagangan dalam Pelaksanaan Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Angso Duo Baru Jambi” ia menyimpulkan bahwa penataan Pedagang kaki lima cukup terealisasi dengan baik, dimana sebagian besar Pedagang tidak lagi berjualan diluar Pasar karena telah direlokasi kedalam Pasar. Upaya yang dilakukan yakni melakukan tempat usaha dan pengawasan adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan penataan Pedagang kaki lima tersebut yaitu adanya peraturan Daerah Kota Jambi nomor 12 tahun 2016 tentang penataan dan pemberdayaan Pedagang kaki lima.14
Perbedaan peneliti dengan hasil penelitian Joni Prasetyo adalah peneliti memilih objek penelitian di PKL Talang Banjar Kota Jambi sedangkan Penelti Joni Prasetyo adalah objek penelitian di Pedagang Kaki Lima di Pasar Angso Duo Baru Jambi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana Penataan dan Pemberdayaan PKL menurut Perda Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Penataan PKL di Pasar Talang Banjar Kota Jambi?
14 Joni Prasetyo, “Peran Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Dalam Pelaksanaan Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Angso Duo Baru Jambi, Skripsi Ekonomi dan BisnisIslam”, Universitas Islam Negri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2016.
1.2.2 Bagaimana evaluasi kebijakan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Penataan PKL di Pasar Talang Banjar Kota Jambi?
1.3 Tujuan Penelitian
Segala hal penelitian tentu mempunyai tujuan, adapun tujuan Penelitian ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui penataan Pedagang kaki lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi menurut Peraturan Daerah nomor 12 Tahun 2016.
1.3.2 Untuk mengetahui evaluasi dari penataan Pedagang kaki lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi menurut Peraturan Daerah nomor 12 Tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan Pendidikan, khususnya mengenai evaluasi kebijakan penataan PKL.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan perbandingan bagi Mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama.
2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Jambi dalam evaluasi kebijakan penataan PKL.
1.5 Landasan Teori 1.5.1 Kebijakan Publik
Kebijakan publik sebagai respon suatu sistem politik, melalui kekuasaan pemerintah terhadap masalah-masalah masyarakat. Dengan kata lain, kebijakan publik adalah keputusan pemerintah guna memecahkan masalah publik. Keputusan itu bisa berimplikasi pada tindakan maupun bukan- tindakan. Kata “publik” dapat berarti masyarakat dan perusahaan, bisa juga berarti negara, dan sistem politik serta administrasi. Sementara
“pemerintah” adalah orang atau sekelompok orang yang diberi amanat oleh seluruh anggota suatu sistem politik untuk melakukan pengaturan terhadap keseluruhan sistem bisa RT, RW, Desa, Kabupaten, Provinsi, Negara hingga supra negara (ASEAN, EU) dan dunia (WTO, PBB).15
Menurut agutino ada beberapa karekteristik utama dari suatu definisi kebijakan publik: (a) pada umumnya kebijakan publik perhatianya ditunjukan pada tindakan yang mempunyai maksud tertentu pada tindakan yang mempunyai maksud tertentu. (b) kebijakan publik mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dari pada keputusan yang terpisah-pisah, misalnya suatu kebijakan tidak hanya
15 Yahya, H. M. Teori Evaluasi Kebijakan Publik. Teori SoSial empirik, Malang: PT.
Literindo Berkah Karya tahun 2020, hlm.93
meliputi keputusan untuk mengeluarkan pereturan tertentu tetapi juga keputusan berikutnta yang berkaitan dengan penerapan dan pelaksanaanya.
(c) kebijkan publik merupakan apa yan sesunguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau meneawarkan perumahankan perumahan rakyat, yang terpenting bukan maksud apa yang akan dikerjakan oleh pemerintah. (d) kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif, secara posistif kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan; secara negatif, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalm konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.16
Sementara menurut William Dunn (1995) kebijakan publik merupakan pedoman yang yang berisi nilai-nilai dan norma-norma yang mempunyai kewenangan untuk mendudukung tindakan-tindakan pemerintah dalam wilayah yuridisksinya. Kebijakan publik muncul dari adanya permasalahan publik yang dianggap membutuhkan suatu kebijakan. Lahitnya suatu kebijakan akan melalui suatu proses yang disebut siklus kebijakan publik.17 Maka kebijakan publik sangat diperlukan sebagai upaya atau jawaban dalam
16 Agus Hiplunidin, Kebijakan, Birokrasi Dan Pelayanan Publik (Jogjakarta: Calpulis, 2017), hlm. 25.
17 Rizkie, “Kebijakan publik sebuah konsep”, diakses Hhtp://rizkie- library.blogspot.com/2015/12/ kebijakan-publik-sebuah-konsep. html. Di akses pada tanggal 7 Maret 2022.
mengatasi permasalahan-peramsalahan yang sedang terjadi atau berlangsung ditengah - tengah masyarakat.
Gambar 1.1 Proses Kebijakan publik (William N. Dunn)
a. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada konstituennya dan untuk menilai sejauh mana tujuan dicapai. Tujuan pokok dari evaluasi adalah bukan untuk menyalahnyalahkan, tetapi untuk mengetahui seberapa besar pencapaian dan harapan suatu kebijakan publik.
Tugas selanjutnya adalah bagaimana mengurangi atau menutup kesenjangan tersebut. Jadi, evaluasi kebijakan harus dipahami sebagai
18 Nugroho, R. Public Policy: Theory. Management Dynamics, Analysis, Convergence, and Chemical Policy, 2014
sesuatu yang bersifat positif. Evaluasi bertujuan untuk mencari kekurangan dan menutup kekurangan. Ciri dari evaluasi kebijakan adalah: 18
a) Tujuannya menemukan hal-hal strategis untuk meningkatkan kinerja kebijakan.
b) Evaluator mampu mengambil jarak dari pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan target kebijakan.
c) Prosedur dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis.
d) Dilaksanakan tidak dalam suasana permu . suhan atau kebencian.
e) Mencakup rumusan, implementasi, lingkungan, dan kinerja kebijakan.
Evalauasi kebijakan menurut William, N. Dunn, istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pembagian angka (rating), dan penilaian (assesment). Evaluasi berkenaan dengan menghasilkan informasi yang valid dan manfaat hasil kebijakan. Evaluasi dapat memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa valid kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah mampu diraih melalui tindakan dari kebijakan publik; memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan target; memberikan sumbangan pada aplikasi metodemetode analisis kebijakan lainnya, termasuk juga perumusan masalah dan rekomendasi. Meskipun berkenaan dengan
19 Nugroho, R. Public Policy: Theory. Management Dynamics, Analysis, Convergence, and Chemical Policy. 2014
keseluruhan proses kebijakan, evaluasi lebih berkenaan dengan kinerja dari kebijakan, khususnya pada implementasi kebijakan.19
Wiliam N Dunn menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan publik dengan tabel berikut:
Tabel 1.1
Kriteria Evaluasi Kebijakan menurut William N Dunn
Tipe Kriteria
Pertanyaan Ilustrasi
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?
Unit pelayanan
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah?
Biaya tetap, Efektivitas tetap
Pemerataan Apakah biaya manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok- kelompok yang berbeda?
Kriteria pareto, Kriteria Kaldor- Hicks, Kriteria Rawls.
Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferens, atau nilai kelompok-kelompok tertentu?
Konsistensi dengan survei warga negara
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai?
Program publik harus merata dan efisien
139.
Evaluasi implementasi kebijakan dibagi menjadi tiga menurut waktunya, yaitu pada saat sebelum dilaksanakan, pada waktu dilaksanakan, dan setelah dilaksanakan. Evaluasi pada waktu pelaksanaan biasanya disebut evaluasi proses, sedangkan evaluasi setelah kebijakan tersebut dilaksanakan disebut sebagai evaluasi konsekuensi (output) kebijakan dan/atau evaluasi impak/pengaruh (outcome) kebijakan. Evaluasi setelah pelaksanaan disebut juga evalusi sumatif. Pengembangan pendekatan evaluasi implementasi kebijakan menurut Dunn terdiri dari tiga pendekatan, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, dan evaluasi keputusan teoritis.20
1.5.2 Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima atau PKL sebagai salah satu bentuk sektor informal adalah setiap orang yang melakukan kegiatan niaga yang beroperasi secara keliling dengan modal terbatas dan berlokasi di tempat umum tanpa legalitas formal.
Pedagang kaki lima sebagai salah satu komponen utama dari usaha mikro yang terlibat dalam usaha sektor informal, menghadapi lingkungan yang masih kurang kondusif, sehingga menjadi faktor yang menghambat eksistensi dan perkembangan bisnisnya. mengakibatkan kondisi umum Pedagang kaki lima mengalami produktivitas dan daya saing yang relatif rendah.21 Pedagang
20 Nugroho, R. Public Policy: Theory. Management Dynamics, Analysis, Convergence, and Chemical Policy. 2014
21 Jumhur, J. “Model Pengembangan Pedagang Kaki Lima (PKL) Kuliner di Kota Singkawang. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan (JEBIK)”, 4(1), 2015, 125-
Tourism Center Di Kota Batu)” (Doctoral dissertation, Brawijaya University). 2013, hlm.945
kaki lima menjadi pekerjaan yang tersedia bagi anggota masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta keterampilan yang sangat terbatas.22
a. Penataan dan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41 tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, dijelaskan bahwa Penataan Pedagang kaki lima adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban dan penghapusan lokasi Pedagang kaki lima dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.23
22 Sedyastuti, K. “Analisis Pemberdayaan UMKM dan Peningkatan Daya Saing Dalam Kancah Pasar Global.” INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia, 2(1), 2018, 117- 127.
23 Evita, E. “Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Batu
Program Penataan Kaki Lima di Kota Jambi Sesuai PERDA
Nomor 12 Tahun 2016
Evaluasi menurut William N Dunn:
1. Efektivitas 2. Kecukupan 3. Pemerataan 4. Responsivitas Indikator menurut
Perda nomor 12 tahun 2016:
1. Penataan PKL 2. Penertiban 3. Pembinaan
Evaluasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL
(Studi Kasus: PKL Pasar Talang Banjar Kota Jambi) 1.6 Kerangka Pikir
Gambar 1.2 Kerangka Pikir24
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dalam penelitian deskriptif penelitian mengambarkan suatu kondisi apa adanya dari hasil penelitian di lapangan.
Dalam konteks ini metode penelitian adalah serangkaian prosedur, berupa cara yang digunakan peneliti untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, sehingga dalam berkelanjutannya menjadi satu kesatuan yang
24 Pedoman Walikota Jambi Provinsi Jambi Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
utuh dan konsisten antara metode yang digunakan dengan teknik operasional dalam pengumpulan data, instrument penelitian dan analisis data.
1.7.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Pengertian penelitian deskriptif sebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data, menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi bersifat komperatif dan korelatif 25
Ciri-ciri dari penelitian deskriptif yaitu:
a. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual. Ada kalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan dilakukan secara survei. oleh karena itu penelitian deskriptif sering disebut juga sebagai penelitian survei. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan eksperimental.
b. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail c. Mengidentifikasi masalah-masalah untuk mendapatkan keadaan dan
praktek- praktek yang sedang berlangsung.
25 Achmadi dan Narbuko, Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 2004
d. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu dalam waktu yang bersamaan26
Dalam penelitian ini akan digunakan metodologi pendekatan studi kasus yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terinci, memiliki data, pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas atau individu.27
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif peneliti rasa mampu dalam mendefinisikan dan menjelaskan situasi mengenai evaluasi dalam penataan dan pemberdayaan PKL di Pasar Talang Banjar Kota Jambi.
1.7.2 Lokasi Penelitian
Lingkup dalam penelitian ini adalah tentang Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 tentang penataan dan pemberdayaan PKL (studi kasus PKL Pasar Talang Banjar Kota Jambi) di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi.
1.7.3 Fokus Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai mana dari fakta yang relevan. Sebagai sebuah studi kasus, penelitian ini juga ingin
26 Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia. 2002
27 Bagong Suyanto dan Sutinah, “Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan”, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2007.
mengurai serta menjelaskan secara komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program atau suatu situasi sosial.28
Untuk membatasi peneliti dalam penelitian digunakan batasan masalah yang disebut dengan fokus penelitian. Adapun fokus dari penelitian ini adalah evaluasi kebijakan peraturan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 tentang penataan dan pemberdayaan pkl. Sebagai langkah untuk mengukur permasalahan penelitian. Maka dari itu peneliti memfokuskan penelitian pada :
a. Bagaimana penataan dan pemberdayaan PKL menurut Perda Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 tentang penataan PKL di Pasar Talang Banjar Kota Jambi.
b. Bagaimana evaluasi kebijakan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 tentang penataan PKL di Pasar Talang Banjar Kota Jambi.
1.7.4 Sumber Data
Ada 2 (dua) jenis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder.
28 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainny, Bandung, Remaja Roesdakarya, 2003. Hlm. 201
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (responden).29 Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.30
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber di tempat. Data utama penelitian ini adalah data terkait penataan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi. Sumber data adalah teknis terstruktur pelaksanaan, realisasi konsep PKL terstruktur dan resmi di Pasar Talang Banjar Kota Jambi.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau instansi tertentu.31 Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.32
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain sebagai pendukung data primer yang dipandang berkaitan dengan pokok kajian yang diteliti. Data sekunder bersumber dari dokumen- dokumen, baik berupa dokumen-dokumen penting seperti Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 tentang penataan dan pemberdayaan PKL maupun bahan perpustakaan lainnya.
29 Bagong Suyanto dan Sutinah, Op. Cit.,
30 Hardani, dkk, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu, 2020.
31 Bagong Suyanto dan Sutinah, Loc. Cit.
32 Hardani, dkk, Loc. Cit
1.7.5 Teknik Penentuan informan
Informan adalah orang yang berada di dalam lingkup penelitian, yang artinya orang tersebut dapat memberikan informasi tentang situasi serta kondisi latar penelitian. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan snowball sampling, dimana informan diperoleh melalui proses bergulirnya penelitian dilapangan. Teknik ini bermanfaat untuk menemukan, mengidentifikasi, memilih, dan mengambil sampel dalam suatu hubungan.33
Informan yang akan menjadi sumber informasi bagi penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala Bidang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi yaitu Bapak Budi Siswanto, SP
2. Pendamping Danton K2 Satker Pasar Talang Banjar yaitu Bapak Supriyono.
3. Pedagang di PKL Pasar Talang Banjar Kota Jambi yaitu Bapak Ahmad seorang pedagang makanan, Ibu Herlina Sihombing seorang PKL makanan, dan Bapak Yanto pedagang sayuran.
1.7.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
33 Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2012).
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.34 1. Observasi
Menurut Sukmadinata, menyatakan bahwa observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.35
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tujuan dari mengadakan ini ditegaskan oleh Lincoln dan Guba yaitu mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian.36
34 Hardani, dkk, Op. Cit.,
35 Ibid., hlm 23
36 Ibid., hlm 24
37 Ibid., hlm. 25
38 Ibid., hlm. 26
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono, dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumentasi yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dokumentasi yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.37
1.7.7 Teknis Analisis Data
Analisis data di dalam penelitian kualitatif bergerak secara induktif yaitu dari data atau fakta menuju ketingkat abstraksi yang lebih tinggi, termasuk juga melakukan sintesis dan mengembangkan teori (bila diperlukan, serta datanya menunjang). Jadi artinya analisis data pada penelitian kualitatif lebih bersifat open ended dan harus disesuaikan dengan data atau informasi di lapangan sehingga prosedur analisisnya sukar untuk dispesifikkan sedari awal.38
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian dari analisis data yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
39 Ibid., hlm.27
40 Ibid., hlm. 26
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa. Sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diveryfikasi. Dengan reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara melalui seleksi ketat. Melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya.39
2. Penyajian Data
Menurut Miles dan Huberman, penyajian data yang dimaksud adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowcard dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.40
3. Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. Kesimpulan yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian dan temuan
41 Ibid., hlm 27
42 Ibid., hlm 28
penelitian yang sudah dilakukan interpretasi dan pembahasan. perlu diingat kesimpulan penelitian bukan ringkasan penelitian.41
1.7.8 Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan, dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Apabila peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu memeriksa kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.42