ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG
PENERIMA BANTUAN BENIH UNGGUL DI KECAMATAN TALUDITI KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO
SKRIPSI
IIN KURNIAWATY DAUD
JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG
PENERIMA BANTUAN BENIH UNGGUL DI KECAMATAN TALUDITI KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO
IIN KURNIAWATY DAUD D1B017089
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
Skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Penerima Bantuan Benih Unggul di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo” oleh Iin Kurniawaty Daud (D1B017089). Telah diuji dan dinyatakan lulus pada tanggal 06 Januari 2023 dihadapan tim penguji yang terdiri dari : Ketua : Prof. Dr. Ir. H. Zulkifli Alamsyah, M.Sc.
Sekretaris : Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M.
Penguji Utama : Prof. Dr. Ir. Dompak Mt Napitupulu, M.Sc.
Penguji Anggota : Dr. Ir. Ernawati HD, M.P.
Ir. Gina Fauzia, S.P, M.Si
Menyetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. H. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M., CIQaR., CIQnR.
NIP. 195608091984031002 NIP. 197301252006042001
Mengetahui Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M., CIQaR., CIQnR.
NIP. 197301252006042001
IIN KURNIAWATY DAUD. Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Penerima Bantuan Benih Unggul di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M., CIQaR., CIQnR. selaku Dosen Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mendeskripsikan gambaran umum usahatani jagung oleh petani penerima bantuan benih dan petani non-penerima bantuan benih, 2) menganalisis pendapatan petani penerima bantuan benih jagung dan petani non-penerima bantuan benih. Penelitian dipilih secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut terdapat dua tipe petani jagung yaitu petani yang penerima bantuan benih dari pemerintah setempat dan petani yang bukan merupakan penerima bantuan benih. Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober hingga Desember 2021. Responden penelitian berjumlah 50 yang terdiri dari 25 petani penerima bantuan benih dan 25 petani non-penerima bantuan benih. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Deskriptif dan Kuantitatif meliputi analisis pendapatan serta uji beda dua rata- rata. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa 1) terdapat beberapa perlakuan yang membedakan antara petani penerima bantuan benih unggul dan petani non- penerima. 2) pendapatan petani penerima bantuan benih sebesar Rp. 38.157.568.- /Ha lebih tinggi dari pendapatan yang diperoleh petani non-penerima bantuan yakni sebesar Rp. 35.338.979.-/Ha. 3) terdapat perbedaan yang signifikan pada pendapatan antara petani penerima bantuan benih unggul dan petani non-penerima di daerah penelitian.
Kata Kunci : Jagung, Pendapatan, Bantuan Benih Unggul
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Iin Kurniawaty Daud
NIM : D1B017089
Jurusan : Agribisnis
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan dimanapun juga atau oleh siapapun juga.
2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari pihak yang diterima selama penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau dinyatakan pada bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiarisme.
3. Apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiarisme di dalam skripsi ini maka penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 2 ayat (1) butir (g) Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pengulangan Plagiat di Perguruan Tinggi yakni Pembatalan Ijazah.
Jambi, Januari 2023
Yang Membuat Penyataan,
Iin Kurniawaty Daud NIM. D1B017089
Iin Kurniawaty Daud dilahirkan di Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo pada tanggal 02 Agustus 1999. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Lukman Daud dan Ibu Tisni Tantu.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Buntulia Utara pada tahun 2011, dan kemudian melanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Marisa pada tahun 2014 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Marisa dan lulus pada tahun 2017. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi Mahasiswa Universitas Jambi dan diterima pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian melalui jalur Afirmasi Pendidikan Tinggi (3T). Penulis melaksanakan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan pada semester ganjil tahun 2020 bertempat di Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Pada Tahun 2021 hingga 2022 penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Penerima Bantuan Benih Unggul di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H.
Zulkifli Alamsyah, M.Sc. dan Ibu Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M. Pada Tanggal 06 Januari 2023 penulis melaksanakan ujian skripsi dan dihadapan Tim Penguji dinyatakan lulus dengan menyandang gelar Sarjana Pertanian (S.P).
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua Orang tua tercinta, Bapak Lukman Daud, S.Pd. dan Ibu Tisni Tantu yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, semangat, dukungan moril dan materi, serta mendoakan dengan tiada hentinya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada saudara tersayang kakak Mohamad Fikran Daud, S.E. dan adikku Ian Kurniawan Daud yang selalu memberikan dukungan, perhatian serta doa yang tulus selama proses kuliah dari awal hingga akhir.
3. Kepada seluruh keluarga besar, khususnya Oma dan Almarhum Opa atas segala bentuk kasih sayang dan motivasi tiada henti yang membawa penulis mampu bertahan sekuat ini.
4. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Zulkifli Alamsyah, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M selaku dosen pembimbing II yang dengan kebaikan hatinya telah sabar dalam membimbing, memberikan arahan, memberi semangat, dan motivasi kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi ini dari awal hingga akhir.
5. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dompak MT Napitupulu., M.Sc, Ibu Dr. Ir. Ernawati HD, M.P. dan Ibu Gina Fauzia, S.P., .M.Si selaku tim penguji skripsi yang telah memberikan kritikan, saran, motivasi, ilmu, dan pengetahuan untuk penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Terima kasih kepada bapak Idris Sardi, S.P., M.Si. selaku pembimbing akademik atas kebaikannya dalam memberikan arahan, semangat, dan motivasi dari awal penulis kuliah di Fakultas Pertanian hingga penulis menyelesaikan proses perkuliahan.
7. Terima kasih kepada bapak dan ibu dosen Prodi Agribisnis yang telah memberikan banyak pengetahuan selama proses belajar sehingga menjadi dasar pengetahuan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
telah membantu penulis dalam bidang administrasi.
9. Terima kasih kepada Bapak/Ibu dari Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data tanaman jagung di Kabupaten Pohuwato.
10. Terima kasih kepada guru-guru yang telah banyak berjasa dari SD, SMP dan SMA yang memberikan nasehat, pengetahuan dan doa sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
11. Terima kasih kepada Kak Kusuma Dewi, A,Md sebagai supporter terbaik dan satu-satunya keluarga yang senantiasa menemani penulis selama berada di Jambi.
12. Terima kasih kepada roommate-ku Anis Cahyani, S.Farm dan Nurul Miptakul Jannah, S.Farm, teman-teman baikku selama di Jambi Yulin dan Dhia, juga Ovila dan Ulfa yang ikut memberi support untuk penulis.
13. Terima kasih kepada sahabat-sahabat baik seper-kuliahan Hafiza Wildihati Huda, S.P., Desy Ratnasari, S.P., Lia Puspita, S.P., Putri Rona Aprilia S.P., Eka Nurmala Dewi, S.P., Silvina Febriani, S.P., Alfita Ningsih, S.P., Nur Anisa Hasanah, S.P., Dina Sri Rejeki, S.P., Citra Syafriadi, S.P., Afif Wirawan, S.P., Furqon Maulana Ramadhan, S.Si atas dukungan dan semangat hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
14. Terima kasih kepada sahabat baikku nyongiez Novalyana Nento, Mega Anjili, dan Miranda Katili. Juga kepada teman-teman baik di kampung halaman, semua member Friendship, Bantara 27, dan Twelsaone.
15. Teman-teman Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Angkatan 2017.
16. Teruntuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kekuatan dan kemampuan yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Penerima Bantuan Benih Unggul di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo”.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis senantiasa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. beserta Ibu Dr. Mirawati Yanita, S.P., M. M. selaku pembimbing skripsi yang banyak memberikan bimbingan dan terus membantu dalam penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Dompak Napitupulu, M.Sc., Ibu Dr. Ir. Ernawati HD., M.P., dan Ibu Ir. Gina Fauzia, S.P., M.Si. selaku penguji skripsi saya yang telah memberikan arahan, masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Idris Sardi, S.P., M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama masa perkuliahan.
Skripsi ini disusun dalam rangka pemenuhan serangkaian tugas akhir sebagai mahasiswa. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan, sehingga penulis menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca agar perbaikan dapat dilakukan.
Jambi, Januari 2023
Penulis
Halaman
KATA PENGANTAR………... i
DAFTAR ISI………... ii
DAFTAR TABEL……….. iv
DAFTAR GAMBAR………. vi
DAFTAR LAMPIRAN……….. vii
I. PENDAHULUAN………... 1
1.1. Latar Belakang………... 1
1.2. Perumusan Masalah………. 10
1.3. Tujuan Penelitian……….……… 12
1.4. Manfaat Penelitian………... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 13
2.1. Ekonomi Komoditas Jagung………... 13
2.2. Benih Unggul………..………. 15
2.3. Penyediaan Bantuan Benih………..……… 16
2.4. Teknik Budidaya….……… 18
2.5. Produksi………... 20
2.6. Produktivitas……… 22
2.7. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani……… 23
2.8. Penelitian Terdahulu……… 26
2.9. Kerangka Pemikiran……… 29
2.10. Hipotesis……….. 32
III. METODE PENELITIAN………... 33
3.1. Ruang Lingkup Penelitian………... 33
3.2. Metode Penentuan Sampel……….. 34
3.2.1. Populasi…...……… 34
3.2.2. Sampel………. 35
3.3. Sumber dan Metode Pengumpulan Data………. 37
3.3.1. Sumber Data……… 37
3.3.2. Metode Pengumpulan Data………. 37
3.4. Metode Analisis Data……….. 37
3.4.1. Uji Normalitas………. 39
3.4.2. Uji Homogenitas……….. 39
3.4.3. Uji Beda Rata-rata t-Test………. 40
3.5. Konsepsi Pengukuran……….. 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 43
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian……… 43
4.1.1. Keadaan Geodrafis…….………... 43
4.1.2. Keadaan Penduduk Daeran Penelitian………... 44
4.2.1. Umur Petani………..………. 46
4.2.2. Pendidikan Petani……….. 48
4.2.3. Jumlah Anggota Keluarga………. 49
4.2.4. Pengalaman Berusahatani Petani...……….... 50
4.3. Deskripsi Usahatani Jagung Penerima Bantuan Benih Unggul dan Non-Penerima Bantuan Benih……….. 51
4.3.1. Tenaga Kerja………..………... 54
4.3.2. Luas Lahan………...………. 55
4.3.3. Pengolahan Lahan………... 55
4.3.4. Penanaman.……… 56
4.3.5. Pemupukan……… 56
4.3.6. Pengendalian Hama dan Penyakit……… 58
4.3.7. Panen dan Pasca Panen………... 59
4.4. Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Penerima Bantuan Benih Unggul dan Non-Penerima Bantuan Benih……….. 61
4.4.1. Biaya Produksi……….. 61
4.4.2. Total Biaya Produksi………. 69
4.4.3. Penerimaan……… 71
4.4.4. Pendapatan……… 72
4.5. Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Penerima Bantuan dan Non-Penerima Bantuan………. 74
4.6. Implikasi Hasil Penelitian……… 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 79
5.1. Kesimpulan……….. 79
5.2. Saran………... 79
DAFTAR PUSTAKA………. 80
DAFTAR LAMPIRAN……….. 82
Tabel Halaman 1 Luas Panen Jagung Menurut Kecamatan di Kabupaten
Pohuwato 2016-2019... 5 2 Lima Kecamatan dengan Luas Panen Jagung Terbesar di
Kabupaten Pohuwato, 2016-2019... 6 3 Data Produktivitas Komoditas Jagung Kabupaten Pohuwato,
2019 ………... 7 4 Sebaran Populasi Kelompok Tani di Dua Desa Kecamatan
Taluditi, 2021 ………... 34
5 Populasi Petani dan Jumlah Petani Sampel di Daerah
Penelitian di Kecamatan Taluditi... 36 6 Distribusi Penduduk Kecamatan Taluditi Berdasarkan Desa
dan Jenis Kelamin, 2017-2021………... 44 7 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Taluditi, 2021... 45 8 Distribusi Petani Berdasarkan Umur di Daerah Penelitian,
2021……… 47
9 Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Petani, 2021………... 48 10 Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga di Daerah Penelitian, 2021………... 49 11 Distribusi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman
Berusahatani di Daerah Penelitian, 2021………... 50 12 Rincian Penggunaan Benih pada Usahatani Jagung di Daerah
Penelitian, 2021 ………... 52 13 Deskripsi Benih Petani di Dareah Penelitian, 2021…………... 53 14 Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Petani Responden
di Daerah Penelitian, 2021... 54 15 Distribusi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Responden di
16 Distribusi Penggunaan Obat-obatan Oleh Petani Responden di
Daerah Penelitian, 2021... 58 17 Gambaran Usahatani di Daerah Penelitian Tahun 2021... 60 18 Rincian Biaya Penyusutan Alat Pada Usahatani Jagung di
Daerah Penelitian Tahun 2021... 62 19 Biaya Penggunan Benih Pada Usahatani Jagung di Daerah
Penelitian Tahun 2021………... 64 20 Biaya Penggunan Pupuk Pada Usahatani Jagung di Daerah
Penelitian Tahun 2021………... 64 21 Biaya Penggunan Obat-Obatan Pada Usahatani Jagung di
Daerah Penelitian Tahun 2021………... 65 22 Biaya Penggunan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada
Usahatani Jagung di Daerah Penelitian Tahun 2021... 66 23 Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada
Usahatani Jagung di Daerah Penelitian Tahun 2021... 67 24 Biaya Sewa Alat Pada Usahatani Jagung di Daerah Penelitian
Tahun 2021... 68 25 Total Biaya Produksi Petani Jagung Penerima Bantuan dan
Non-Penerima di Daerah Penelitian Tahun 2021……... 69 26 Distribusi Biaya Oleh Petani Responden di Daerah Penelitian,
2021... 70 27 Produksi dan Penerimaan Petani Jagung Penerima Bantuan
dan Non-Penerima di Daerah Penelitian Tahun 2021... 71 28 Distribusi Produksi Oleh Petani Responden di Daerah
Penelitian, 2021... 72 29 Pendapatan Petani Jagung Penerima Bantuan dan Non-
Penerima di Daerah Penelitian Tahun 2021…... 73 30 Distribusi Pendapatan Petani Responden di Daerah Penelitian,
2021... 74 31 Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Penerima Bantuan
dan Petani Non-Penerima, 2021...
76
Gambar Halaman 1 Persentase (%) Struktur Produk Domestik Bruto Menurut
Lapangan Usahan Kuartal III 2019………... 82
2 Skema Kerangka Pemikiran………...………… 31
Lampiran Halaman 1 Persentase (%) Struktur Produk Domestik Bruto Menurut
Lapangan Usaha Kuartal III 2019 (BPS, 2020)... 82 2 Data Produktivitas Komoditas Jagung Kabupaten
Pohuwato, 2019…... 83 3 Identitas Petani Responden di Daerah Penelitian Tahun
2021………... 84
4 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Pupuk Petani Jagung Penerima Bantuan Benih di Daerah Penelitian
Tahun 2021………... 87 5 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Benih Petani
Penerima Bantuan Benih di Daerah Penelitian Tahun 2021... 89 6 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Benih Pada Petani
Non-Penerima Bantuan di Daerah Penelitian Tahun
2021………... 90
7 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Pupuk Petani
Jagung Non- Penerima di Daerah Penelitian Tahun 2021... 91 8 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Obat-Obatan Pada
Petani Penerima Bantuan Benih di Daerah Penelitian Tahun
2021... 93 9 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Obat-Obatan Pada
Petani Non-Penerima Bantuan di Daerah Penelitian Tahun
2021... 95 10 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam
Keluarga Pada Petani Penerima Bantuan di Daerah
Penelitian Tahun 2021……….... 97
11 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada Petani Penerima Bantuan di Daerah
Penelitian Tahun 2021... 99 12 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam
Keluarga Pada Petani Non-Penerima di Daerah Penelitian
Tahun 2021………... 102
13 Rincian Jumlah dan Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada Petani Non-Penerima di Daerah Penelitian
Tahun 2021... 104 14 Rincian Jumlah dan Biaya Penyusutan Alat Pada Petani
Penerima Bantuan di Daerah Penelitian
2021………... 107 15 Rincian Jumlah dan Biaya Penyusutan Alat Pada Petani
Non-Penerima di Daerah Penelitian Tahun 2021... 112 16 Rincian Biaya Sewa Alat Pada Petani Penerima Bantuan di
Daerah Penelitian Tahun 2021... 117 17 Rincian Biaya Sewa Alat Pada Petani Non-Penerima di
Daerah Penelitian Tahun 2021... 118 18 Rincian Biaya Pembelian Karung Pada Petani Penerima
Bantuan di Daerah Penelitian Tahun 2021... 119 19 Rincian Biaya Pembelian Karung Pada Usahatani Petani
Non-Penerima di Daerah Penelitian Tahun 2021... 120 20 Rincian Total Biaya Usahatani Jagung Petani Penerima
Bantuan di Daerah Penelitian Tahun 2021... 121 21 Rincian Total Biaya Usahatani Petani Non-Penerima di
Daerah Penelitian Tahun 2021... 125 22 Rincian Penerimaan Usahatani Petani Penerima Bantuan di
Daerah Penelitian Tahun 2021... 129 23 Rincian Penerimaan Usahatani Petani Non-Penerima di
Daerah Penelitian Tahun 2021 ... 130 24 Total Pendapatan Petani Penerima Bantuan di Daerah
Penelitian Tahun 2021... 131 25 Total Pendapatan Petani Non-Penerima di Daerah Penelitian
Tahun 2021... 133 26 Hasil Uji t Terhadap Pendapatan Pendapatan Petani Jagung
Penerima Bantuan Benih dan Non-Penerima di Daerah
Penelitian Tahun 2021………... 135
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian pada dasawarsa ini masih menjadi sorotan utama di Indonesia. Baik dari segi produksi, lahan, kualitas, hingga kondisi petaninya.
Sektor pertanian di Indonesia masih mejadi sektor utama dalam pembangunan perekonomian, serta merupakan salah satu sektor yang mendominasi keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia. Salah satu peranan yang cukup penting adalah dalam perekonomian yang dapat terlihat melalui kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menurut lapangan usaha yang cukup besar yaitu 13,45 persen pada kuartal ketiga tahun 2019 atau merupakan urutan kedua setelah sektor industri. Selain itu, penyerapan tenaga kerja pada bidang pertanian pun terbilang cukup tinggi. Oleh sebab itu pemerintah terus meningkatkan upaya pembangunan pertanian (Setiawan et al, 2019).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan ragam sumber daya alam yang sangat kaya, terutama pada bidang pertanian yang terlihat dari hasil-hasilnya seperti pangan yang berupa beras, biji jagung, kemudian hasil hortikultura seperti buah-buahan, sayuran dan lain-lain. Dewasa ini, hasil pertanian seperti komoditas pangan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat karena dinilai prospektif, khususnya pada daerah-daearah penghasil pangan sebagai komoditas unggulan daerah. Dalam membantu peningkatan kualitas pangan daerah, dibutuhkan peran dari Pemerintah sebagai pilar yang membantu kebutuhan masyarakat, demi melancarkan aktivitas perekonomian bangsa.
Pemerintah daerah merupakan badan yang memiliki otoritas penting dalam proses pengembangan wilayahnya. Sektor pertanian merupakan salah
satu sektor pendukung untuk pembangunan suatu wilayah. Sektor pertanian harus memperoleh prioritas karena pertanian juga memberikan kontribusi untuk ketahanan pangan. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakan pangan seperti subsidi input produksi, kebijakan harga, dan pembenahan kelembagaan pangan. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah penyediaan bibit unggul untuk petani. Program ini diluncurkan atas dasar kurangnya produksi sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dalam rangka mendukung upaya pencapaian sasaran produksi pertanian yang terus meningkat, pemerintah memfasilitasi berbagai prasarana dan sarana pertanian, antara lain melalui penyediaan benih jagung untuk petani. Penyediaan benih unggul merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membantu dan mempermudah petani dalam kegiatan usaha taninya dengan harapan dapat mendorong produktivitas petani yang kemudian bermuara pada peningkatan ekonomi petani. Penyaluran program benih unggul ini diturunkan oleh Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian kepada para petani melalui kelompok kelompok tani tanaman pangan dalam hal ini tanaman jagung, dan belum pernah menerima bantuan benih sebelumnya. Kriteria kelompok tani sasaran adalah kelompok tani yang bersedia menanam jagung hibrida dan menerapkan teknologi sesuai anjuran dalam melakukan budidaya jagung. Bantuan ini didistribusikan oleh Dinas Pertanian kepada kelompok tani melalui Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat, yang kemudian disalurkan pada petani dengan bantuan PPL (Pelaksana Penyuluh Lapangan) dan ketua gabungan kelompok tani di desa tersebut, kemudian dikirim kepada setiap ketua kelompok tani dan dibagikan kepada para
petani, pengambilan kuota benih ini disesuaikan pada kebutuhan areal lahan yang akan ditanami.
Kebijakan ini sepenuhnya diarahkan untuk mendukung sektor pangan daerah agar terus beroperasi aktif dan efektif yang kemudian mengarah pada peningkatan produksi yang bermuara pada peningkatan pendapatan petani. Seperti diketahui bahwa peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih sangat besar terutama melalui peningkatan produktivitas dengan menggunakan benih bermutu dan varitas unggul serta perluasan areal tanam. Tingkat penggunaan benih bermutu dari varitas unggul saat ini dinilai minim karena tidak seluruh petani memperoleh bantuan benih unggul dari pemerintah setempat. Apabila penggunaan benih unggul ditingkatkan, diharapkan adanya peningkatan produktivitas jagung di dalam negeri. Seperti yang dikteahui bahwa Indonesia masih melakukan impor pangan jagung dari berbagai negara karena dinilai belum mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Provinsi Gorontalo merupakah salah satu daerah dengan pengembangan komoditas tanaman pangan yang cukup intensif. Salah satu komoditas yang diutamakan adalah komoditas jagung. Luas Lahan kering di Gorontalo mencapai 390.929 hektar. Dari luasan tersebut, sekitar 220.406 hektar merupakan lahan yang potensial untuk pengembangan komoditas jagung. Peningkatan produksi jagung dari tahun ke tahun mendorong pertumbuhan ekspor. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Gorontalo menyebutkan selang periode Januari hingga Mei 2015 total ekspor jagung ke Filipina mencapai 55.750 ton. Tingginya ekspor jagung ini menandakan bahwa produksi jagung Gorontalo terus meningkat dengan tingkat kesadaran menanam jagung petani yang tinggi.
Tingginya produksi jagung tidak terlepas dari perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah yang terus fokus mengembangkan jagung sebagai komoditas unggulan selain padi dan kedelai.
Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu daerah di provinsi Gorontalo yang menjadi wilayah penghasil jagung yang besar. Komoditas jagung di Kabupaten Pohuwato terbilang potensial serta merupakan salah satu komoditas unggulan yang menjadi prioritas pengembangan yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dikarenakan sebagian besar mata pencaharian penduduk bertumpu pada bidang ini.
Berdasarkan data awal dari Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato, jagung merupakan salah satu dari beragam komoditas yang diunggulkan di Kabupaten Pohuwato. Hal ini terlihat dari besaran luas panen komoditas jagung tercatat dalam kurun waktu empat tahun yakni pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 yang memiliki angka luas areal tanam yang relatif besar.
Tabel 1. Luas Panen Jagung Menurut Kecamatan di Kabupaten Pohuwato, 2016-2019.
Kecamatan Luas Panen Jagung Menurut Kecamatan di Kabupaten Pohuwato (Ha)
2016 2017 2018 2019
Popayato 4.140 6.959 5.743 5.887
Popayato Barat 5.643 7.616 6.079 7.328
Popayato Timur 5.351 8.738 7.764 7.451
Lemito 3.301 8.339 7.684 8.312
Wanggarasi 5.014 7.066 6.300 7.081
Marisa 3.308 4.262 3.488 2.492
Patilanggio 8.473 11.818 12.116 9.178,50
Buntulia 3.009 5.578 4.703 4.326
Duhiadaa 780 751 391 764
Randangan 9.200 14.820 13.321 10.378,50
Taluditi 8.125 10.236 9.884 11.101
Paguat 6.331 11.013 10.874 6.772
Dengilo 4.794 7.314 7.460 6.032
Jumlah 67.469 104.510 95.807 87.102
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato (2020).
Berdasarkan data tersebut, komoditas jagung mencatatkan luas panen seluas 67.469 hektar pada tahun 2016, yang selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2017 yaitu seluas 104.510 ha. Kemudian pada tahun 2018 dan 2019, luas panen komoditas jagung mengalami penurunan masing-masing seluas 95.807 ha dan 87.102 ha. Meskipun terbilang tidak stabil, namun angka ini telah memenuhi target capaian pemerintah daerah Kabupaten Pohuwato.
Melalui data awal yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, pada tahun 2020 terdapat sebanyak 1207 total kelompok tani yang terdata pada Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) sebagai penerima bantuan benih jagung yang tersebar di tiga belas kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Sementara untuk luas areal yang
menerima bantuan benih adalah sebesar 37.652 Hektar. Jika meninjau data pada Rencana Strategis Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato, pada tahun 2019 Kabupaten Pohuwato memiliki luas lahan tanam secara keseluruhan adalah sebesar 79.070 hektar (Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato).
Kecamatan Taluditi merupakan salah satu wilayah dengan potensi produksi jagung yang menjanjikan di Kabupaten Pohuwato. Hal ini dapat terlihat melalui data awal luas panen (ha) di Kecamatan Taluditi yang cukup stabil dengan luasan yang terbilang tinggi setiap tahunnya.
Tabel 2. Lima Kecamatan dengan Luas Panen Jagung Terbesar di Kabupaten Pohuwato di Kabupaten Pohuwato, 2016-2019.
Kecamatan Luas Panen Jagung 5 Kecamatan di Kabupaten Pohuwato (Hektar)
2016 2017 2018 2019
Randangan 9200 14820 13321 10378.50
Patilanggio 8473 11818 12116 9178.50.00
Taluditi 8125 10236 9884 11101
Paguat 6331 11013 10874 6772
Popayato Timur 5351 8738 7764 7451
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato (2020).
Berdasarkan data diatas, luas panen jagung di Kecamatan Taluditi memiliki luas panen terbesar ketiga setelah Kecamatan Patilanggio dan Kecamatan Randangan, dengan luasan yang terbilang besar setiap tahunnya yang terlihat dari peningkatan sebanyak 25,98% pada tahun 2017. Walaupun sempat mengalami penurunan sebanyak 3,43% pada tahun 2018, luas panen komoditas jagung kembali meningkat sebanyak 12,31% pada tahun 2019.
Melalui beragam strategi dan kebijakan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato, maka output akhir yang diharapkan adalah peningkatan produksi serta produktivitas petani. Berdasarkan data yang diperoleh,
Kecamatan Taluditi menunjukkan angka yang relatif tinggi dari segi produksi maupun produktivitas. Hal ini terlihat dalam tabel data produktivitas berikut.
Tabel 3. Data Produktivitas Komoditas Jagung Kabupaten Pohuwato, 2019.
No. Kecamatan Produktivitas
(Kw/Ha) Produksi (Ton)
1 Popayato 47,82 28.151,63
2 Popayato Barat 43,85 32.133,28
3 Popayato Timur 45,04 33.559,30
4 Lemito 43,38 36.057,46
5 Wanggarasi 49,93 35.355,43
6 Marisa 49,49 12.332,91
7 Patilanggio 54,28 49.820,90
8 Buntulia 52,77 22.828,30
9 Duhiadaa 49,06 3.748,18
10 Randangan 48,69 50.532,92
11 Taluditi 52,49 58.263,90
12 Paguat 50,63 34.286,64
13 Dengilo 51,38 30.992,42
Jumlah 49,14 428.063,27
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato (2020).
Melalui data diatas, Kecamatan Taluditi adalah kecamatan dengan nilai produksi terbesar yakni 58.263,90 ton dengan nilai produktivitas 52,49 kw/ha.
Kondisi tersebut kemudian dapat dikembangkan untuk menghasilkan produksi yang tinggi secara berkelanjutan apabila pengelolaannya dilakukan secara bijak.
Besarnya potensi komoditas jagung di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato memerlukan tindakan nyata dari pemerintah untuk mengedepankan keberlanjutan pertanian daerah. Diantara upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian bantuan benih resmi untuk disalurkan kepada kelompok petani jagung.
Berdasarkan survey awal di lapangan yang dilakukan pada salah satu kelompok tani penerima bantuan dan kelompok yang tidak menerima bantuan, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam hasil produksi antara petani penerima bantuan benih dengan petani yang mengusahakan usahataninya secara mandiri.
Hal ini diketahui melalui pernyataan oleh salah satu anggota kelompok tani penerima bantuan yakni kelompok tani Sumber Rejeki di desa Puncak Jaya, dimana perolehan produksinya mencapai 5 ton/ha. Sementara berdasarkan pernyataan salah satu petani yang tergabung dalam kelompok tani Huyula yang tidak menerima bantuan benih di desa tersebut, tingkat produksinya berhasil mencapai angka sebesar 6 ton/ha. Perbedaan angka produktivitas tersebut diduga terjadi karena adanya perbedaan varietas benih yang digunakan, serta perbedaan dalam implementasi budidaya tanaman jagung. Kondisi ini sejalan dengan penelitian oleh Amir dan Sarintang (2015), yang menginformasikan bahwa rataan jumlah baris pada benih varietas Bisi-18 adalah 15,1 a, dengan jumlah biji/baris adalah 36,0 yang memiliki diameter tongkol 47 mm. Sedangkan Irmadamayanti, dkk (2020) melaporkan bahwa varietas Bima-9 menghasilkan rataan jumlah baris 14,7 a dengan jumlah biji/baris 35,00 serta memiliki diameter tongkol 42,56 mm.
Hal ini menunjukan, rataan jumlah baris, jumlah biji dan diameter tongkol jagung dari varietas Bisi-18 lebih besar dibanding varietas Bima-9. Ketiga komponen ini dinilai dapat mempengaruhi hasil tanaman jagung.
Kondisi yang terjadi dilapangan pada saat di daerah penelitian berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian adalah benih jagung varietas Bima 9 Premium 919 merupakan varietas yang diberikan untuk petani penerima bantuan di Kecamatan Taluditi. Selain itu, wilayah lain di Kabupaten Pohuwato ada juga yang menggunakan varietas lain seperti HJ-21, BISI-18 dan BISI 228. Benih varietas Bima Premium 919 dinilai dapat meningkatkan produksi jagung dibandingkan dengan benih local yang digunakan petani non-penerima. Hal tersebut diduga karena varietas benih yang disalurkan pemerintah memiliki klaim yang baik untuk
kualitas buah jagung yang dihasilkan. Namun dalam hal ini diperlukan upaya pada tahapan penanaman serta perawatannya yakni penggunaan input serta tindakan lebih intensif dibandingkan dengan petani non-penerima bantuan. Selain itu, resiko serangan hama dan penyakit pada usahatani petani non-penerima bantuan benih lebih rendah dibandingkan usahatani petani penerima bantuan, sehingga dapat menghindari kesulitan pemeliharaan tanaman.
Selanjutnya, usahatani jagung penerima bantuan benih memerlukan waktu tambahan dalam melakukan kegiatan usahatani seperti sosialisasi dan pendampingan untuk pengarahan pengolahan lahan yang benar, bagaimana penerapan benih unggul di lapangan diantaranya seperti perlakuan khusus terhadap penggunaan fungisida pada benih unggul yang memerlukan biaya tambahan, sedangkan pada usahatani petani non-penerima tidak memerlukan waktu dan biaya yang banyak dalam melakukan kegiatan usahatani, sehingga waktu yang digunakan lebih sedikit.
Hal inilah yang menjadi sorotan penting bagi petani yang cenderung melakukan kegiatan usahatani secara mandiri karena dinilai lebih mudah untuk dilakukan serta tidak memerlukan waktu dan proses pemeliharaan seintensif petani penerima bantuan benih yang akan membutuhkan biaya tambahan sebagai tuntutan dari penggunaan benih yang diedarkan pemerintah tersebut. Tujuan akhir yang diinginkan petani dalam melakukan kegiatan usahatani adalah adanya peningkatan pendapatan melalui penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif, dengan demikian adanya peningkatan pendapatan, akan mampu meninggkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bagi petani.
Memperhatikan hal-hal diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pendapatan petani penerima bantuan benih lebih besar daripada petani bukan penerima bantuan yang dilakukan dengan menganalisis bagaimana pendapatan antara petani penerima bantuan benih dan petani yang tidak memperoleh bantuan.
1.2 Perumusan Masalah
Pemerintah Kabupaten Pohuwato berusaha mengembangkan perekonomian melalui sektor pertanian khususnya komoditas jagung yang merupakan komoditas unggulan daerah. Perwujudan sektor pertanian yang harmonis dapat dilihat melalui angka produktivitasnya. Produktivitas jagung merupakan salah satu tolak ukur pengembangan jagung, sehingga pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan untuk mempertahankan eksistensi dari komoditas ini diantaranya melalui program penyediaan benih unggul untuk petani.
Program penyaluran bantuan benih unggul mengemban misi untuk lebih meningkatkan produksi, kualitas hasil dan pendapatan petani. Oleh karena itu pemberdayaan petani melalui program ini dengan sistem pemberian bantuan benih diharapkan semua pihak untuk dapat mengusahakan usahataninya secara optimal.
Adapun yang memperoleh bantuan benih ini adalah kelompok tani yang mengajukan usulan yang kemudian akan terdata dalam Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL). Sementara terdapat juga beberapa petani yang mengusahakan atau menanam secara mandiri tanpa bantuan benih dari pemerintah.
Berdasarkan keterangan awal dari para petani, baik petani yang tercatat dalam CPCL maupun petani mandiri tidak menunjukkan perbedaan yang berarti.
Dimana terdapat salah satu kelompok tani penerima bantuan yakni kelompok tani
Sumber Rejeki yang memperoleh produksi sebesar 5 ton per-hektar. Sementara, para petani mandiri yang tergabung dalam kelompok tani Huyula memperoleh angka produksi yang tinggi yakni sebesar 6 ton/ha. Hal ini diduga terjadi karena perbedaan jenis benih yang digunakan serta faktor penggunaan input yang variatif.
Perbedaan produksi kemudian akan menyebabkan terjadinya perbedaan pendapatan. Selain itu, faktor lain penyebab perbedaan produksi adalah terkait proses penanaman jagung, dimana para penerima bantuan benih jagung mendapatkan arahan ataupun pendampingan khusus dari PPL setempat yang bekerja sama dengan pihak Dinas Pertanian terkait penerapan dan penggunaan benih bantuan tersebut. Sementara petani yang tidak memperoleh bantuan benih, melakukannya secara mandiri tanpa pendampingan khusus. Dalam hal ini, akan tercipta produktivitas jagung yang variatif karena adanya perbedaan penggunaan benih serta sistem tanam yang digunakan. Dalam perbedaan produktivitas akan terlihat apakah variasi produktivitas sejalan dengan peningkatan pendapatan petani. Untuk mengetahui apakah penggunaan bantuan benih pemerintah lebih menguntungkan petani, maka diperlukan perbandingan dengan petani non- penerima bantuan.
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi usahatani tanaman jagung oleh petani penerima bantuan benih dan petani yang tidak menerima bantuan benih di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato?
2. Apakah pendapatan petani penerima bantuan benih lebih besar dibandingkan dengan petani bukan penerima benih unggul jagung di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan latar belakang serta perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan gambaran umum usahatani tanaman jagung oleh petani penerima bantuan benih dengan petani yang bukan penerima bantuan benih di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato.
2. Menganalisis pendapatan petani penerima bantuan dan petani bukan penerima bantuan benih unggul jagung di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis
1) Untuk meningkatkan pengetahuan serta sebagai bentuk implementasi ilmu yang telah dipelajari semasa perkuliahan.
2) Sebagai pemenuhan salah satu syarat tugas akhir dalam penyelesaian studi strata 1 di Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
2. Bagi Pembaca
1) Sebagai sumber bahan literatur untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan
2) Sebagai bahan studi dan referensi bagi peneliti untuk penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekonomi Komoditas Jagung
Jagung merupakan salah satu serealia strategis yang memiliki nilai ekonomi serta memiliki prospek baik untuk dikembangkan. Pengembangan jagung dapat dilakukan karena selain proses budidayanya yang relatif mudah, komoditi tersebut juga terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan jagung merupakan salah satu komoditi pangan sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras (Wahyudin, 2016).
Jagung atau Zea mays memiliki peluang untuk dikembangkan karena selain dapat mendukung ketahanan pangan, jagung juga berkedudukan sebagai sumber pangan utama setelah beras. Jagung tumbuh subur dan populer di Indonesia memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai sumber karbohidrat, antioksidan, serta bahan baku industri (Ashari dalam Ginting, 2020). Produksi jagung dunia cenderung meningkat dan fluktuatif karena fluktuasi areal panen dan produktivitas yang berkaitan dengan fluktuasi harga dan kebijakan pemerintah. Di negara berkembang seperti Indonesia, pertumbuhan produksi disebabkan oleh peningkatan produktivitas dan areal tanam (Kasryno).
Berdasarkan Aksi Agraris Kanisius (1993), jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis mulai dari datarn rendah sampai dengan daerah pegunungan atau dataran tinggi.
Tanaman jagung memiliki tingkat adaptasi yang relatif luas dan mudah dibudidayakan, sehingga komoditas ini banyak ditanam oleh petani di Indonesia pada beragam kondisi fisik hingga sosial-ekonomi yang beragam. Jagung dapat ditanam pada bebagai areal tanam seperti, lahan kering, lahan sawah, lebak dan
pasang-surut, dengan berbagai jenis tanah, pada beragam tipe iklim serta berada pada titik ketinggian 0 sampai dengan 2000 m dari permukaan laut (Kosim, 2017).
Jagung merupakan salah satu tanaman yang bersifat produktif. Kosim et al 2017 disebutkan bahwa perkebunan jagung di seluruh dunia mencapai kisaran 100 juta hektar, yang menyebar di 70 negara termasuk negara berkembang.
Penyebaran tanaman jagung yang luas dinilai mampu beradaptasi dengan pada berbagai kondisi iklim dan lingkungan tertentu. Jagung tumbuh dengan baik khususnya pada wilayah tropis dari dataran rendah hingga ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut (dpl), dengan tingkat curah hujan tinggi, sedang hingga rendah. Selain itu, tanaman jagung tumbuh optimal pada kondisi tanah yang gembur, drainase baik serta kelembaban tanah yang cukup. Pada dataran rendah, usia jagung berkisar pada angka 3 sampai 4 bulan, tetapi akan memakan waktu 4- 5 bulan untuk wilayah dengan ketinggian 1000m diatas permukaan laut. Umur panen jagung sangat berpengaruh pada suhu, pada setiap ketinggian tempat 50m dari permukaan, umur panen jagung akan mundur sebanyak satu hari (Kosim, 2017).
Proses produksi hingga pemasaran jagung memerlukan keterlibatan banyak pihak. Oleh karenanya, perlu dilibatkan pihak-pihak terkait dalam perumusan program, baik itu dari masalah produksi hingga pemasaran. Menurut Amzeri (2018) yang dikutip dalam Bahtiar (2002), program tersebut mencakup :
1. Pemberian sosialisasi teknologi penyimpanan yang dapat diterapkan petani untuk menghindari ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan.
2. Penyediaan sarana produksi secara tepat yakni tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu, serta tepat harga dan lokasi.
3. Penyediaan kredit usahatani untuk komoditas jagung.
4. Penyerapan hasil berdasarkan standar mutu hasil (jaminan harga dari pemerintah/swasta).
2.2. Benih Unggul
Benih Varietas Unggul adalah benih bina dari varietas unggul yang telah disertifikasi. Adapun Benih bersertifikat adalah benih dengan sertifikasi dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) atau dari produsen benih yang telah mendapatkan sertifikat sistem manajemen mutu dari lembaga penilai yang berwenang (Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu atau Lembaga Sertifikasi Produk) dengan spesifikasi mutu benih sesuai peraturan perundangan yang berlaku (Direktorat Perbenihan, 2020).
Selama ini label yang dikeluarkan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dijadikan jaminan tingkat kualitas benih jagung. Oleh karena itu, ketersediaan benih jagung bersertifikat/berlabel dalam jumlah yang memadai merupakan syarat utama (Mayalibit, 2017). Spesifikasi teknis benih berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Benih Padi dan Jagung tahun anggara 2020 adalah benih jagung hibrida.
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Benih Padi dan Jagung TA 2020, benih jagung hibrida merupakan :
1) Varietas unggul yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian yang merupakan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, Lembaga/Perguruan Tinggi Lainnya dan Swasta.
2) Benih bersertifikat minimal kelas benih sebar (BR/F1) dengan standar mutu sesuai peraturan yang berlaku.
3) Masa edar benih minimal satu bulan saat diterima petani.
4) Benih dikemas menggunakan bahan kedap air dan udara menggunakan plastik Poly Ethylene (PE) berukuran 8-10 micrometer dengan berat/volume benih per kemasan maksimal 10 kg.
5) Kemasan benih bertuliskan “Bantuan Benih Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2020, Barang Milik Pemerintah Dilarang Diperjualbelikan”.
Dalam rangka memanfaatkan potensi dan sumberdaya perbenihan Nasional dan untuk mengantisipasi ketersediaan benih dan penyebaran varietas, usulan bantuan benih agar mempertimbangkan semua varietas unggul bersertifikat yang mempunyai potensi hasil tinggi dan/atau sesuai dengan spesifik lokasi.
2.3. Penyediaan Bantuan Benih Unggul
Dalam pertanian modern, benih berperan sebagai paket keunggulan teknologi bagi petani dan konsumen lainnya. Paket keunggulan teknologi tersebut harus dapat terus berkembang dan dapat tersedia secara tepat. Penyediaan benih unggul memegang peranan yang menonjol diantara teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, baik dalam kontribusinya terhadap peningkatan hasil persatuan luas maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, varietas unggul dinilai mudah diadopsi petani dengan tambahan biaya yang relatif murah dan memberikan keuntungan langsung kepada petani (Heryanto dalam Hidayat, 2006). Keunggulan varietas dan mutu benih merupakan justifikasi utama untuk membangun sistem produksi benih bersertifikat (Heryanto dalam Tripp, 1995).
Penyediaan serta penggunaan benih varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivas
jagung. Memilih varietas hendaknya melihat deskripsi kondsi varietas terutama potensi hasilnya, ketahanannya terhadap hama dan penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam, usia tanaman, warna biji serta disenangi baik petani maupun pedagang (BPTP NAD, 2009).
Benih yang baik adalah yang mempunyai daya tumbuh lebih dari 90%. Hal ini penting karena dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman tanaman yang tidak tumbuh dengan menanam ulang benih pada tempat tanaman yang tidak tumbuh. Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak normal karena adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji yang terbentuk dalam tongkol tidak penuh akibat penyerbukan tidak sempurna, sehingga tidak akan mampu meningkatkan hasil. Benih yang bermutu, jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat 4 hari setelah tanam dalam kondisi normal. Penggunaan benih bermutu akan lebih menghemat jumlah benih yang ditanam. Populasi tanaman yang dianjurkan dapat terpenuhi (sekitar 66.600 tanaman/ha) (BPTP NAD, 2009).
Penyediaan Bantuan Benih untuk Petani dimaksudkan untuk keberlangsungan pertanian dimasa depan. Hal ini kemudian dilaksanakan melalui Visi Dinas Pertanian yaitu Terwujudnya Pertanian yang Maju Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Kesejahteraan Petani, yang direalisasikan dengan Misi sebagai berikut :
1) Mewujudkan Sistem Pertanian Yang Maju.
2) Mengembangkan Sarana Prasarana dan Infrastruktur Pertanian
3) Meningkatkan nilai tambah dan daya saing mutu produk pertanian berbasis ekonomi kerakyatan.
4) Meningkatkan Sumber Daya Manusia Pertanian.
5) Mewujudkan Aparatur Pemerintah Bidang Pertanian Yang Amanah dan Profesional
2.4. Teknik Budidaya
Pengembangan jagung yang efektif, diperlukan adanya upaya efisiensi usahatani, baik mutu dan produktivitas. Selain penerapan teknologi, penggunaan varietas dan benih bermutu, diperlukan juga upaya penanaman serta pemeliharaan yang tepat. Berdasarkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD (2009), teknik budidaya jagung dapat dilakukan dengan upaya, sebagai berikut :
1. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT) bila lahan gembur.
Namun bila tanah berkadar Hat tinggi sebaiknya dilakukan pengolahan tanah sempurna. Pada lahan yang ditanami jagung dua kali setahun, penanaman pada musim penghujan (rendeng) tanah diolah sempurna dan pada musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman dapat dilakukan dengan tanpa olah tanah untuk mempercepat waktu tanam. Setelah ditentukan penetapan pengolahan tanah kemudian dilakukan penataan lahan, pembuatan saluran/draenase. Selanjutnya bila pH tanah kurang dari 5, sebaiknya ditambah kapur (dosis 300 kg/ha).
2. Penanaman
Penanaman pada perlakuan TOT bisa dilakukan langsung dicangkul/koak tempat menugal benih sesuai dengan jarak tanam lalu beri pupuk kandang atau kompos 1-2 genggam (+ 50 gr) tiap cangkulan/koakan. Penanaman pada lahan OTS cukup ditugal untuk dibuat lubang tanam benih sesuai dengan jarak tanam, selanjutnya diberikan pupuk kandang atau kompos 1-2 genggam (+ 50 gr).
Pemberian pupuk kandang ini dilakukan 3-7 hari sebelum tanam. Bisa juga pupuk kandang ini diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih yang baru ditanam.
Jarak tanam yang dianjurkan ada 2 cara adalah: (a) 70 cm x 20 cm dengan 1benih per lubang tanam, atau (b) 75 cm x 40 cm dengan 2 benih per lubang tanam).
Dengan jarak tanam seperti ini populasi mencapai 66.000-71.000 tanaman/ha.
3. Pemupukan
Berdasarkan hasil penelitian, takaran pupuk untuk tanaman jagung di Lampung berdasarkan target hasil adalah 350-400 kg urea/ha, 100-150 kg SP- 36/ha, dan 100-150 kg KCl/ha. Cara pemberian pupuk, ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari batang tanaman dan ditutup dengan tanah.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit bulai, jamur (Fusarium sp). Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih, 1 kg benih dicampur dengan metalaksis (Ridhomil atau Saromil) 2 gr yang dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sementara itu untuk jamur (Fusarium) dapat disemprot dengan Fungisida (Dithane M-45) dengan dosis 45 gr / tank isi 15 liter.
Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman di bawah tongkol. Ini dilakukan sesaat setelah ada gejala infeksi jamur. Dapat juga dilakukan dengan cara membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan biji tongkol sudah terisi sempurna dan biji sudah keras.
5. Pengairan (Pada musim kemarau)
Setelah benih ditanam, penyiraman dilakukan secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu penyiraman yang lebih intensif. Bila musim kemarau
pengairan perlu dilakukan pengaturan antara lain umur pertumbuhan, 15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst. Pada fase atau umur tersebut tanaman jagung sangat riskan dengan kekurangan air.
6. Panen dan Pasca Panen
Pemanenan jagung dilakukan pada saat jagung telah berumur sekitar 100 hst tergantung dari jenis varietas yang digunakan. Jagung yang telah siap panen atau sering disebut masak fisiolologis ditandai dengan daun jagung/klobot telah kering, berwarna kekuning-kuningan, dan ada tanda hitam di bagian pangkal tempat melekatnya biji pada tongkol. Panen yang dilakukan sebelum atau setelah lewat masak fisiologis akan berpengaruh terhadap kualitas kimia biji jagung karena dapat menyebabkan kadar protein menurun, namun kadar karbohidratnya cenderung meningkat. Setelah panen dipisahkan antara jagung yang layak jual dengan jagung yang busuk, muda dan berjamur selanjutnya dilakukan proses pengeringan.
2.5. Produksi
Produksi adalah kegiatan pengalokasian faktor produksi dengan tujuan menambah kegunaan atau menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegunaan (utility) suatu barang dan atau jasa adalah kemampuan barang dan atau jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia (Karmini, 2018).
Proses produksi adalah serangkaian kegiatan yang meliputi seluruh tahapan kegiatan produksi barang dan atau jasa dari awal hingga akhir kegiatan yaitu produk dapat dihasilkan. Contoh proses produksi antara lain pengadaan sarana produksi, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran.
Hasil akhir dari proses produksi yang dilakukan produsen adalah barang dan atau jasa yang disebut dengan produk (output). Pada bidang pertanian, jumlah produk yang diperoleh tiap satuan luas lahan disebut hasil. Sementara itu produk yang diperoleh dari suatu wilayah selama periode waktu tertentu disebut produksi.
Berdasarkan karya Karmini (2018) yang dikutip dalam Soekartawi (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dikelompokkan menjadi :
1) Faktor biologi seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya.
2) Faktor sosial-ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, risiko dan ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit, dan sebagainya.
3) Faktor produksi (input) terdiri dari 2 golongan berdasarkan perubahan tingkat produksi yaitu faktor produksi tetap (fixed input) adalah faktor produksi yang jumlahnya tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan pasar menghendaki perubahan tingkat produksi misalnya mesin dan gedung.
Sebuah faktor produksi termasuk faktor produksi tetap jika pengguna tidak dapat mengontrol/mengatur atau mengubahubah tingkat penggunaanya selama periode produksi. Contohnya lahan pertanian bagi seorang petani adalah faktor produksi tetap. Sementara faktor produksi variabel (variabel input) adalah faktor produksi yang jumlahnya dapat diubah dalam waktu relatif singkat sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan misalnya tenaga kerja dan bahan mentah. Karmini dalam Beattie dan Taylor (1994) menjelaskan bahwa faktor produksi variabel dapat berkurang selama suatu periode produksi tertentu. Benih diklasifikasikan sebagai faktor produksi
variabel, tetapi setelah benih disebar di persemaian maka benih bukan lagi faktor produksi variabel tetapi menjadi faktor produksi tetap. Demikian halnya dengan pupuk, saat belum diaplikasikan pupuk merupakan faktor produksi variabel. Tetapi setelah diaplikasikan di lahan pertanian maka petani tidak dapat lagi mengontrol tingkat penggunaan sehingga pupuk yang semula adalah faktor produksi variabel menjadi faktor produksi tetap.
2.6. Produktivitas
Pertanian secara etimologi diambil dari kata Agriculture yakni Agri yang berarti tanah dan Culture memiliki arti mengelolaan. Jadi dapat diartikan secara sederhana bahwa pertanian merupakan kegiatan mengolah tanah, kemudian tanah tersebut dapat digunakan sebagai wadah atau sebuah tempat kegiatan dari pengelolaan yang dilakukan manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Wijaya dalam Anwas (2002) menambahkan poin penting dari definisi pertanian, bahwa pertanian adalah kegiatan manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasilhasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam.
Produktivitas dalam bidang pertanian, menurut Wijaya dalam Suparmi (2004) dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, lahan pertanian, ketersediaan modal, kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan serta pengetahuan petani. Selain faktor-faktor tersebut, praktek manajemen (pemupukan, pemberian pestisida dan sebagainya) juga sangat mempengaruhi produktivitas (Wijaya, 2018).
Berdasarkan Tanjung (2016) dalam Matanari (2009), suatu produktivitas dapat dikatakan meningkat jika dapat menghasilkan lebih banyak produk dalam
waktu yang sama, atau dapat menghasilkan produk dengan jumlah yang sama dalam jangka waktu yang singkat. Dari pernyataan tersebut, terdapat dua cara meningkatkan produktivitas yaitu sebagai berikut :
1) Meningkatkan jumlah yang dihasilkan.
2) Mengurangi waktu yang dibutuhkan Produktivitas digunakan sebagai pengukur seberapa baik sumber daya yang digunakan di dalam sebuah usahatani.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diturunkan rumus sebagai berikut:
Produktivitas (kg/ha) = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥𝐤𝐚𝐧 (𝐤𝐠) 𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐋𝐚𝐡𝐚𝐧 (𝐡𝐚)
2.7. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani 1. Biaya Usahatani
Berdasarkan Gustiana (2017), biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan produsen (petani, nelayan dan peternak) untuk mendapatkan faktor- faktor produksi, yang akan digunakan dalam mengelolah usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya usahatani berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua yaitu :
a. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus di keluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit seperti biaya sewa lahan, biaya alat-alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan produksi.
b. Biaya tidak tetap (variable cost)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi.Seperti biaya saprodi seperti tenaga kerja, pupuk, pestisida dan bibit.
Menurut Hernanto (1989) dalam jangka pendek, dalam satu kali proses produksi, biaya dapat dibedakan atas biaya tetap dan biaya variable. Tetapi dalam jangka panjang semua biaya akan menjadi biaya variabel. Menurut Ken Suratiyah(2015) menyatakan total biaya (TC) adalah jumlah biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC) maka di tulis dengan rumus :
TC = FC + VC Dimana :
TC = Biaya Total (Total Cost) FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) VC = Biaya Variabel ( Variabel cost) 2. Penerimaan Usahatani
Menurut Soekartawi (1995) penerimaan adalah hasil perkalian antara hasil produksi yang telah dihasilkan selama proses produksi dengan harga jual produk.
Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: luas usahatani, jumlah produksi, jenis dan harga komoditas usahatani yang di usahakan. Faktor-faktor tersebut berbanding lurus, sehingga apabila salah satu faktor mengalami kenaikan atau penurunan maka dapat mempengaruhi penerimaan yang di terima oleh produsen atau petani yang melakukan usahatani.
Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka hasil produksinya akan semakin banyak, sehingga penerimaan yang akan diterima oleh produsen atau petani semakin besar pula.
Penerimaan dalam usahatani dapat di artikan sebagai pemasukan yang diterima oleh produsen atau petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan yang telah menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-biaya yang di keluarkan selama produksi. Ken Suratiyah (2015), menyatakan penerimaan dapat dihitung dengan formula :
TR = Y x Py Dimana :
TR : Total Penerimaan (Rp)
Y : Produksi yang diperoleh dalam usahatani (Kg/ha/tahun) Py : Harga (Rp)
3. Pendapatan Usahatani
Tujuan seorang petani dalam menjalankan usahatani adalah untuk dapat menetapkan kombinasi dalam cabang usahatani yang nantinya dapat memberikan pendapatan yang sebesar-besarnya, karena pendapatan memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat memberikan kepuasan kepada petani sehingga dapat melanjutkan kegiatannya. Pendapatan adalah besarnya selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi yang digunakan selama proses produksi (Soekartawi, 1995).
Besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh petani merupakan besarnya penerimaan dan pengeluaran selama proses produski. Terdapat beberpa faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh petani, antara lain: skala usaha, tersedianya modal, tingkat harga, tersedianya tenaga kerja, sarana transportasi. Dari segi ekonomi, keberhasilan uahatani dinilai dari
pendapatan yang diperoleh dari usahatani tersebut. Petani yang rasonal akan selalu berusaha mendapatkan pendapatan yang lebih besar dari setiap usahanya.
Menurut Hernanto (1989), suatu usahatani dikatakan sukses ketika situasi pendapatan yang memenuhi syarat yakni usahatani dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar semua pembelian sarana produksi, cukup untuk membayar modal, serta ada dana yang cukup untuk membayar kehidupan sehari- hari untuk kebutuhan keluarga. Soekartawi (2002), pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan biaya total yang dikeluarkan petani selama proses produksi. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Pd = TR – TC Dimana :
Pd = Pendapatan Usahatani (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) 2.8. Penelitian Terdahulu
Fius Bara Wisnu (2016), melakukan penelitian mengenai “Komparasi Pendapatan Usahatani Jagung Hibrida dan Manis di Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong “ dari hasil penelitian yang dilakukan Fius Bara Wisnu mendapatkan hasil bahwa rata-rata penerimaan petani jagung hibrida di Kecamatan Curup Selatan sebesar Rp 15.566.667 per Ha dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 6.240.901 per Ha, dan rata-rata pendapatan petani jagung hibrida adalah Rp 9.325.765 per Ha. Sedangkan rata-rata penerimaan petani jagung manis di Kecamatan Curup Selatan sebesar Rp 17.424.061 per Ha, dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 4.863.293 per Ha dan rata-rata pendapatan petani jagung manis
adalah sebesar Rp 12.562.767 per Ha. Perhitungan perbandingan pendapatan dengan menggunakan uji t dimana thitung sebesar (1.676) > ttabel (1,292) yang artinya rata-rata pendapatan usahatani jagung hibrida dan jagung manis berbeda.
Berdasarkan Nasution (2018), dengan judul publikasi “Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung di Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur”, dapat disimpulkan bahwa produksi jagung di lokasi penelitian secara serentak dipengaruhi oleh faktor produksi luas lahan, jumlah benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk phonska dan insektisida. Nilai elastisitas masing-masing faktor produksi bernilai positif, yang berarti jika dilakukan penambahan penggunaan faktor produksi maka akan memberikan kenaikan produksi jagung. Sementara secara parsial, jumlah benih juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian.
Berdasarkan Rozi (2018), dengan judul “Dampak Bantuan Benih Terhadap Produksi Jagung (Zea mays L)” (Studi Kasus : Desa Suka Maju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang). Berdasarkan hasil pembahasan dalam tulisan tersebut dapat disimpulkan bahwa besaran benih bantuan berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas. Dimana nilai koefisien regresi (besaran benih bantuan) sebesar 446,930 berarti bahwa jika jumlah benih bantuan bertambah 1 kilogram (kg), maka jumlah produksi akan naik sebesar 446,930 kg.
Berdasarkan Juniarsih (2018), dengan judul “Dampak Kebijakan Subsidi Benih Jagung Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani Di Propinsi Sulawesi Selatan”, disimpulkan bahwa dari tiga bentuk kebijakan subsidi benih jagung hanya ada dua bentuk subsidi benih jagung yang ada di Propinsi Sulawesi
Selatan, yaitu Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Cadangan Benih Nasional (CBN). Dampak kebijakan subsidi benih jagung terhadap peningkatan produksi adalah produksi dan pendapatam di kedua Kabupaten mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak dimulai program BLBU, hal ini menunjukkan bahwa usahatani jagung layak untuk dikembangkan dikedua kabupaten.
Ginting (2020), dengan judul “Efektivitas dan Dampak Program Bantuan Langsung Benih Unggul Jagung Hibrida Terhadap Pendapatan Petani di Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun”, didapatkan hasil bahwa program tersebut terlaksana dengan efektif sesuai dengan prosedur pedoman pelaksanaan BLBU. Berdasarkan hipotesis yang dianalisis dengan menggunakan uji paired sample ttest dengan bantuan SPSS versi 25, menunjukkan nilai sig. (2- tailed) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, serta nilai rata-rata pendapatan petani sesudah menerima program BLBU Jagung Hibrida sebesar Rp.1,700,554.35 yang lebih besar dari nilai rata-rata sebelum menerima program BLBU Jagung Hibrida sebesar Rp.1,103,544.09 dengan selisih rata-rata sebesar Rp.597,010.25, yang berarti terjadi dampak yang signifikan terhadap pendapatan petani setelah menerima bantuan benih. Peningkatan pendapatan terjadi karena angka produksi yang besar.
Pada kelima penelitian terdahulu terdapat kesamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan yang terdapat pada penelitan terdahulu dengan penelitian ini terdapat pada komoditi yang digunakan yakni jagung. Sementara, untuk perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah daerah atau wilayah yang menjadi lokasi penelitian dimana penelitian ini dilakukan di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, kemudian terdapat