• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu SMP Luar Biasa Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu SMP Luar Biasa Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SMP LUAR BIASA NEGERI JEMBER TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

MUNZIDAH LAILATUL HIDAYAH NIM. T20151072

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2019

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

رُذَو اَنِجاَوْزَأ ْنِم اَنَل ْبَه اَنَّ بَر َنوُلوُقَ ي َنيِذَّلاَو اًماَمِإ َيُِقَّتُمْلِل اَنْلَعْجاَو ٍُيُْعَأ َةَّرُ ق اَنِتاَّي

"Dan orang-orang yang berkata : Ya Rabb-kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang (anggota keluarga) yang bertaqwa."1

1 Al-Quran, 25:74.

(5)

Nya memberikan cinta dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini dipersembahkan sebagai bentuk tanggung jawab, bakti, dan ungkapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penelitian ini :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Khuzaini dan Ibunda Rosida R sebagai tanda bakti tiada terhingga yang memberikan kasih sayang, dukungan dan cinta kasih tak terhingga yang tidak mungkin dapat terbalas. Semoga menjadi langkah awal untuk membuat Ayah dan Ibu bahagia karena disadari, selama ini belum bisa berbuat lebih. Untuk Ayah dan Ibu yang selalu memberikan doa dan nasihat menjadi yang lebih baik lagi.

2. Kakak dan adik tercinta, Munzidah Lailatun Najah yang kuliah di IAIN Jember Program Studi Tadris Bologi dan adik Ayik Hibatulloh Muhammad yang menjadi teman sekaligus sahabat dalam memberi dukungan, semangat dan juga doa. Terima kasih atas bantuan dan support yang tiada henti sehingga skripsi ini terselesaikan.

3. Teman-teman seperjuangan di kost Barokah F22/23, Munzidah Lailatun Najah, Indah Rizky Amalia, Hilda Mawardah, Siti Kamaliyah, Nailul Mazidah Ahmad, Siti Jauharotus Sa’diyah, serta teman kelas 10 terima kasih

(6)

vi

atas semangat, doa, nasihat dan hiburan yang kalian berikan selama hidup di perantauan, teman-teman PAI kelas A2 2015 yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang mungkin tidak bisa disebutkan satu persatu.

Untuk semua pihak yang disebutkan, terima kasih atas semuanya. Semoga Allah membalas setiap kebaikan dan dimudahkan segala urusan, baik dunia maupun akhirat. Aamiin

Disadari bahwa hasil karya skripsi ini mungkin masih terdapat ketidak sempurnaan, tetapi diharapkan isinya tetap memberi manfaat sebagai ilmu dan pengetahuan bagi para pembacanya.

(7)

Puji syukur kehadirat Allah SWT diucapkan atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, skripsi yang berjudul “Korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Akhlak Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu SMP Luar Biasa Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019” dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin teladan bagi umat islam, yang senantiasa diharapkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Kesuksesan dalam penyelesaian skripsi ini dapat di peroleh karena dukungan dan bantuan banyak pihak. Untuk itu disampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya dengan ucapan jazakumullah ahsanul jaza’.

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., MM. Selaku Rektor IAIN Jember yang telah mendukung dan memfasilitasi selam kegiatan belajar di lembaga ini.

2. Ibu Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember yang memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

3. Bapak Drs. H. D. Fajar Ahwa, M.Pd.I selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember yang selalu memberikan arahannya dalam program perkuliahan yang kami tempuh.

(8)

viii

4. Bapak Dr. H. Mundir, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian

5. Kepala Madrasah dan segenap jajaran pendidik dan kependidikan, serta serta semua peserta didik Sekolah Luar Biasa Negeri Jember yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan penelitian.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk peneliti dan siapa saja yang membaca serta bantuan semua pihak tersebut dibalas oleh Allah SWT dengan segala kebaikan-Nya.

Jember, 25 Juni 2019 Penulis,

MUNZIDAH LAILATUL HIDAYAH NIM. T20151072

(9)

Luar Biasa Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Menjadi persoalan tersendiri jika peserta didik seorang anak penyandang tunarungu. Tidak dipungkiri bahwa anak tunarungu pun juga mempunyai kewajiban dalam menjalankan dan mengamalkan ajaran Islam walau dengan keterbatasannya. Mereka juga perlu dididik dan dibiasakan dalam berakhlak mulia.

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Adakah korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLBN Jember Tahun Pelajaran 2018/2019?, 2) Adakah korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak terhadap orang tua anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLBN Jember Tahun Pelajaran 2018/2019?, 3) Adakah korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak terhadap teman anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLBN Jember Tahun Pelajaran 2018/2019?.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mendeskripsikan korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLBN Jember Tahun Pelajaran 2018/2019, 2) Untuk mendeskripsikan korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak terhadap orang tua anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLBN Jember Tahun Pelajaran 2018/2019, 3) Untuk mendeskripsikan korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak terhadap teman anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLBN Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.

Pendekatan yang digunakan penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi. Penentuan sampel menggunakan teknik sampling jenuh dengan semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dengan sampel 25 siswa-siswi SMPLBN. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi, sedangkan analisis datanya menggunakan rumus Product MomentIBM Statistic SPSS 22.

Berdasarkan hasil analisis Product Moment menggunakan aplikasi SPSS, diperoleh bahwa (1) nilai rhitung adalah 0,784 dan nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0,396 yang berarti 0,784 > 0,396. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan dan korelasi tersebut kuat. (2) Nilai rhitung adalah 0,226 dan nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0,396 yang berarti 0,226 > 0,396. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan dan korelasi tersebut lemah. (3) Nilai rhitung adalah 0,377 dan nilai rtabel

pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0,396 yang berarti 0,377 > 0,396. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan dan korelasi tersebut lemah.

(10)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Masalah ... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1. Variabel Penelitian ... 9

2. Indikator Variabel ... 9

F. Definisi Operasional ... 11

G. Asumsi Penelitian ... 11

H. Hipotesis ... 12

(11)

2. Populasi dan Sampel ... 13

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 13

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 15

5. Analisis Data ... 18

J. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu ... 21

B. Kajian Teori ... 23

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian ... 44

B. Penyajian Data ... 53

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 64

D. Pembahasan ... 72

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran-saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(12)

xii LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Matrik Penelitian

3. Surat Izin Penelitian 4. Surat Selesai Penelitian 5. Lembar Angket

6. Data Hasil Analisis Validitas 7. Data Hasil Analisis Reliabilitas

8. Data Hasil Analisis Korelasi Product Moment 9. Denah Lokasi

10. Dokumentasi Foto 11. Biodata Penulis

(13)

No. Keterangan Hal

1.1. Kisi-kisi Instrumen ... 15

1.2. Interpretasi Nilai r Product Moment ... 17

2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian... 22

3.1. Data Kepala Sekolah dan Guru ... 49

3.2. Data Pendidikan ... 50

3.3. Data Siswa SLB Negeri Jember ... 51

3.4. Daftar Nama Responden SLB-B (Tunarungu) ... 53

3.5. Hasil Uji Validitas ... 55

3.6. Hasil Uji Reliabilitas... 57

3.7. Daftar Hasil Skor Data Tentang Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 58

3.8. Daftar Hasil Skor Data Tentang Akhlak Terhadap Orang Tua ... 60

3.9. Daftar Hasi Skor Data Tentang Akhlak Terhadap Teman... 61

3.10. Hasil Rekapitulasi Angket Tentang Akhlak ... 62

3.11. Tabel Persiapan Analisis Tentang Korelasi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Akhlak ... 64

3.12. Tabel Persiapan Analisis Tentang KorelasiPendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Akhlak Terhadap Orang Tua ... 67

3.13. Tabel Persiapan Analisis Tentang Korelasi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Dengan Akhlak Terhadap Teman ... 70

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses penambahan ilmu, baik secara langsung atau tidak. Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah untuk melahirkan manusia-manusia baru yang memiliki jati diri dan keyakinan dengan kemampuannya, serta tidak tercabut dari akar budaya di mana ia berasal. Pendidikan pada dasaranya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari lahir hingga dewasa bahkan meninggal, manusia harus senantiasa belajar tentang lingkungan sekitarnya menyesuaikan dirinya dengan perkembangan zaman hingga pendidikan pun telah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan manusia agar bisa bersaing dalam masyarakat. Pendidikan utama yang didapatkan adalah dari keluarga, keluarga sangat berpengaruh penting dalam awal pendidikan yang nantinya akan membangun sifat, perilaku baik buruknya ditentukan oleh wadah pendidikan pertama yaitu keluarga.

Zuhairini menyatakan bahwa Pendidikan Islam adalah “usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan, dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.”1

1 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 152.

(15)

Pendidikan agama juga mempunyai peran yang dominan agar hidupnya tetap stabil dan terarah pada jalan yang benar. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia, maka penanaman nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan atau kewajiban yang ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan lingkungan keluarga maupun sekolah dan masyarakat.

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara juga untuk melenjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.2 Tujuan pendidikan Islam adalah suatu proses yang mengarah terhadap pembentukan akhlak atau kepribadian yang mulia berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma agama, untuk mencapai hidup seorang muslim yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT.

Dalam prosesnya, internalisasi pendidikan Islam di sekolah terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Dalam materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup bahan-bahan pendidikan agama yang berupa kegiatan, atau pengetahuan dan pengalaman serta nilai atau norma-norma dan sikap dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui

2 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), 22.

(16)

3

mata pelajaran pada semua jenjang dan jenis pendidikan.3 Hal ini berarti Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran wajib yang harus diberikan pada semua jalur pendidikan atau tidak terkecuali untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang biasanya terdapat di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Anak berkebutuhan khusus merupakan manusia yang butuh perawatan dan penanganan khusus. Seringkali di perlakukan yang berbeda. Bahkan bisa jadi pelayanan dan fasilitas proses pendidikannya melebihi apa yang diberikan pada anak normal. Karena pada dasarnya mereka mempunyai potensi dan kemampuan yang sama dengan orang lain pada umumnya. Tidak lain halnya dengan anak yang memiliki kebutuhan khusus terutama anak tunarungu, di sini guru sangat berperan aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran agama, sehingga siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Atas dasarnya semua anak itu sama, baik normal maupun tidak normal mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Anak yang tunarungu juga tidak lepas dari hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak seperti halnya anak-anak pada umumnya. Anak tunarungu tidak hanya terganggu fungsi pendengarannya saja, tetapi kemampuan bicaranya pun juga dipengaruhi seberapa sering ia mendengar pembiacaraan, oleh karena itu anak tunarungu juga sedikit mengalami kesulitan dalam berbicara. Agar dapat berkomunikasi dengan orang lain, anak tunarungu biasa menggunakan

3 Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam Kontemporer (Jakarta: Yamibi, 2015), 3.

(17)

bahasa isyarat dalam kehidupannya sehari-hari. Secara fisik anak tunarungu tidak ada bedanya dengan anak normal biasa, tetapi dalam hal membedakannya pada saat berkomunikasi atau ia mulai berbicara.

Pada Undang-undang Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : “pendidikan bagi setiap warga negara mempunyai hak dalam mendapatkan pendidikan yang layak.” Ketetapan dalam Undang-undang tersebut sangat berarti bagi anak berkebutuhan khusus karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkebutuhan khusus perlu memperoleh kesepakatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pembelajaran.

Bagi orang yang berkebutuhan khusus, mereka memerlukan bantuan yang lebih dalam menjalani kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan.

Sehingga mereka mendapatkan hak dan kewajibannya terhadap Tuhannya yakni Allah SWT, orang lain atau masyarakat dan dirinya sendiri. Peran keluarga pun juga berdominasi dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan bagi penyandang kebutuhan khusus ditetapkan dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 32 disebutkan bahwa : “pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesuliatan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial.”4.

4 Muhammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 1.

(18)

5

Pendidikan khusus Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah lembaga yang menyelenggarakan program bagi anak yang berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umunya tanpa menunjukkan pada ketidak mampuan mental, emosi, maupun fisik. Adapun bentuk satuan pendidikan atau lembaga sesuai dengan kekhususan di Indonesia di kenal dengan sebutan SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB D untuk tunadaksa, SLB bagian E tunalaras, dan SLB G untuk cacat ganda.

Pendidikan bagi anak berkelainan atau luar biasa merupakan bagian ilmu Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau sering disebut dengan ortopedagogik.5 Pendidikan luar biasa bukan merupakan pendidikan secara keseluruhan berbeda dari pendidikan pada umumnya. Jika kadang-kadang diperlukan pelayanan yang terpaksa memisahkan anak luar biasa dari anak lain pada umumnya, hendaknya dipandang untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan belajar yang terprogram, terkontrol, dan terukur atau yang secara ringkas disebut tujuan instruksional khusus (insrtuctional objectives).

SLB Negeri Jember merupakan salah satu institusi yang memberikan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, mulai dari anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Pembelajaran pada anak tunarungu khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bud Pekerti sama saja dengan proses pembelajaran di sekolah umum hanya saja berbeda dalam proses

5 Abdurrahman Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta), 19.

(19)

pembelajaran dengan keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu maka pemenuhan kebutuhan diberikan sesuai dengan kemampuan dan kondisi mereka masing-masing.

Menjadi persoalan tersendiri jika peserta didik seorang anak penyandang tunarungu. Karena anak tunarungu memiliki hambatan dalam pendengarannya yang dalam penerimaan belajar mengajar memerlukan strategi khusus dalam proses belajar mengajar. Namun tidak dipungkiri bahwa anak tunarungu pun juga mempunyai kewajiban dalam menjalankan dan mengamalkan ajaran Islam walau dengan keterbatasannya. Mereka juga perlu dididik dan dibiasakan dalam berakhlak mulia.

Untuk melatih sikap atau akhlak anak tunarungu memerlukan waktu relatif lama dan juga menyesuaikan dengan kemampuan anak, tetapi dalam pemahaman setiap harinya, keluarga yang paling dominan dalam menanamkan akhlak. Pemahaman anak tunarungu pada waktu di sekolah yang akan menambah wawasan lebih mendalam mengenai akhlak. Sebagian anak tunarungu tidak hanya bermasalah pada pendengarannya saja, melainkan ada juga yang bermasalah terhadap IQnya. Sehingga dalam meningkatkan akhlak anak tunarungu harus mendapatkan bimbingan yang lebih dari orang tau maupun guru sebagai orang tua di sekolah.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai korelasi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.

(20)

7

B. Rumusan Masalah

1. Rumusan Masalah Umum

Adakah korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019 ?

2. Rumusan Masalah Khusus

a. Adakah korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak terhadap orang tua anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019?

b. Adakah korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak terhadap teman anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019 ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mendeskripsikan korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak terhadap orang tua anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.

(21)

b. Untuk mendeskripsikan korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak terhadap teman anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk semua pihak, adapun manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi peneliti, mampu digunakan untuk menjadi bahan kajian ilmiah dalam penulisan karya ilmiah dan juga memberikan pengalaman dalam bidang penelitian pendidikan serta menambah wawasan seputar pendidikan di Indonesia.

2. Manfaat bagi pendidik, dengan mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak siswa siswi luar biasa akan membantu guru dalam mengadapi sikap dan tindakan yang harus diberikan kepada siswa-siswi luar biasa secara tepat, agar tujuan pembelajaran yang dituju terselenggara dengan baik.

3. Manfaat bagi peserta didik, mampu memberikan pemahaman tentang arti mengenal dan menghargai petemanan dan lingkungan sekitarnya.

4. Manfaat bagi lembaga SLBN Jember, lembaga sekolah lebih memberikan input dan tambahan dalam mengambil kebijakan untuk Pendidikan Agama Islam pada anak berkebutuhan khusus.

5. Manfaat bagi lembaga IAIN Jember, untuk pihak IAIN Jember penelitian ini dijadikan penambahan wawasan keilmuan dan bahan informasi pengetahuan.

(22)

9

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.6 Adapun variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua variabel yaitu, variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dengan uraian seperti berikut :

a. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)7. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (X)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.8 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Akhlak (Y) yang di pecah menjadi dua variabel, yaitu : akhlak terhadap orang tua (Y1), akhlak terhadap teman (Y2)

2. Indikator Variabel

Setalah variabel penelitian terpenuhi kemudian dilanjutkan dengan mengemukakan indikator-indikator variabel yang merupakan rujukan empiris dari variabel yang di teliti. Indikator empiris ini nantinya akan di

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), 38-39.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 61.

8 Ibid., 61.

(23)

jadikan sebagai dasar dalam membuat butir-butir atau item pertanyaan dalam angket.9

Adapun yang menjadi indikator variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (X) 1) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

a) Syukur

Indikator syukur: mensyukuri apa yang telah Allah berikan.

b) Ikhlas

Indikator ikhlas: memberikan pertolongan tanpa pamrih, tidak mengharapkan balasan dan pujian orang.

c) Sholat

Indikator sholat: sholat 5 waktu, sholat tepat waktu.

b. Akhlak (Y)

1) Akhlak terhadap orang tua (Y1) a) Taak kepada orang tua

b) Sopan santun kepada orang tua c) Menghormati orang tua

2) Akhlak terhadap teman (Y2) a) Saling mengasihi

b) Perhatian kepada teman

c) Memberi nasihat kepada teman

9 Tim Penyusun, Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember, 2018), 38.

(24)

11

F. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu : 1. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah salah satu mata pelajaran yang mengarahkan pesera didik kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertangguang jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Adapun Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bab mengenai syukur dan sholat dalam kelas VII, ikhlas dalam kelas VIII.

2. Akhlak

Akhlak adalah perilaku dan interkasi anak tunarungu yang mencerminkan tindakan dan perbuatan tersebut dalam kehidupan sehari- hari yang tertanam dari jiwa yang nampak. Akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah akhlak terhadap orang tua dan akhlak terhadap teman.

3. Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu

Anak berkebutuhan khusus tunarungu adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan dan penanganan yang memiliki gangguan pendengaran.

G. Asumsi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai asumsi bahwa ada korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak anak

(25)

berkebutuhan khusus tunarungu dan responden dapat mengisi angket dengan sejujurnya sesuai dengan fakta yang ada.

H. Hipotesis

Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Semakin tinggi kualitas pembelajaraan pendidikan agama islam dan budi pekerti maka akan semakin tinggi akhlak peserta didik anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (H0) dapat dirumuskan.

Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Ha : ada korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.

H0 : tidak ada korelasi antara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak anak berkebutuhan khusus tunarungu SMPLB Negeri Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yang mana penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.10

10 Ibid., 14.

(26)

13

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian korelasi. Kata berasal dari bahasa Inggris, yaitu “correlatiion”. Dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “hubungan” atau sering

“saling berhubungan”, atau “hubungan timbal balik”.11 2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.12Adapun populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh siswa SMPLB Negeri Jember yang berjumlah 25 siswa.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun subyek kurang dari 100, sehingga subjek tersebut dijadikan populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih.

Karena penelitian ini subyeknya kurang dari 100, maka peneliti mengambil semua subyek yang berjumlah 25 siswa sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Untuk menentukan data yang diperlukan adanya teknik dan pengumpulan data agar data-data yang diperoleh sebagai data yang objektif, valid dan jauh dari penyimpangan-penyimpangan keadaan sebenarnya.

11 Anas Sudjiono, Pengantar Statistika Pendidikan (Jakarta: Raya Grafindo Persada, 2004), 179.

12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 117.

(27)

a. Angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada reponden untuk diwajibnya. 13 Angket diberikan kepada siswa yang menjadi sampel dari penelitian dan berfungsi untuk mengumpulkan data yang valid dan sesuai dengan indikator penelitian.

Dalam penelitan ini, penelilti menggunakan angket tertutup, karena dirasa lebih memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan maupun pernyataan. Angket untuk data ini menggunakan daftar cheklist dan skala likert adalah pertanyaan yang diajukan untuk variabel independen dan dependen adalah:

1) Data tentang ruang lingkup Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

2) Data tentang akhlak peserta didik tunarungu

Kuesioner ini digunakan memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak anak berkebutuhan khusus SMPLB. Adapun kisi-kisi instrumen disajikan pada tebel 1.1 berikut ini:

13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 199.

(28)

15

Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Variabel Sub

Variabel Indikator Pernyataan Jumlah soal Positif Negatif Pendidikan

Agama Islam dan Budi

Pekerti

Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

Syukur 3,7,9 11,15 5

Ikhlas 1,4,6 10 4

Sholat 2,5,8,

12 13,14 6

Akhlak

Akhlak terhadap Orang tua

Taat kepada

orang tua 1,6,9 3 4

Sopan santun kepada orang tua

7,2 10 3

Menghormati

orang tua 5,8 4 3

Akhlak

Akhlak terhadap Teman

Saling

mengasihi 3 7 49 4

Perhatian

kepada teman 2 1 6 3

Memberi

nasihat 5 8 10 3

Jumlah 35

Sumber : Akhlak Tasawuf I (Majudiin, 2011) 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah ketetapan atau kecermatan suatu instrumen dalam pengukuran. Dalam pengujian instrumen data, validitas dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item. Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas adalah dengann teknik korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

rxy ∑ ∑ ∑

√{ ∑ }{( ∑ )}

Keterangan:

rxy : Koefisien Korelasi antara variabel X dan Y

(29)

N : Jumlah subjek penelitian

∑ : Jumlah hasil perkaliantiap-tiap skor asli dari X dan Y

∑ : Jumlah skor dalam sebaran X

∑ : Jumlah skor dalam sebaran Y

∑ : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑ : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

Uji reliabilitas instrumen digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisiten jika pengukuran tersebut diulang. Ada beberapa metode pengujian reliabilitas, dianataranya metode tes ulang, formula Flanagen, Cronbach’s Alpha, metode formula KR-20, KR-21 dan metode Anova Hoyt. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan reliabilitas skala.

Reliabilitas skala adalah untuk mengukut reliabilitas skala atau kuesioner dapat digunakan rumus Alpha Cronbach :

rtt = ( )

Keterangan:

rtt : Koefisien reliabilitas instrumen

K : Jumlah banyaknya butir pertanyaan yang shahih

∑ : Jumlah varian butir

∑ : Jumlah skor total

Setelah melakukan perhitungan dengan rumus tersebut, untuk mengetahui r tabel maka ditentukan terlebih dahulu derajat kebebasan (db) dengan rumus:

(30)

17

db = N – 2 Keterangan:

db : Derajat kebebasan

N : Jumlah responden

Dari hasil perhitungan reliabilitas tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan angka tersebut dengan tabel r Product Moment dengan jumlah N yang sama pada taraf signifikan 1%

atau 5%. Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 5%. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel (rh > rt) diartikan ada korelasi yang signifikan, instrumen dianggap reliabel. Sebaliknya jika (rh < rt) diartikan tidak ada korelasi yang signifikan, kesimpulan instrumen dianggap tidak reliabel.

Setelah nilai r product moment didapat, maka nilai tersebut di interpretasikan dengan melihat tabel di bawah ini:

Tabel 1.2

Interpretasi Nilai r Product Moment

Nilai r Interpretasi/Tingkat Hubungan

0,800 – 1,000 Sangat Kuat

0,600 – 0,799 Kuat

0,400 – 0,599 Sedang

0,200 – 0,399 Lemah

0,000 – 0,199 Sangat Lemaah

Sumber : Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula

5. Analisis data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data terkumpul. Analisis

(31)

yang digunakan oleh peneliti disini adalah teknik analisis statistik dengan menggunakan rumus korelasi product moment.

Korelasi product moment merupakan salah satu teknik untuk mencari tingkat keeratan hubungan dua variabel dengan cara memperkalikan momen-momen (hal-hal penting) kedua variabel tersebut.

Adapun rumus koreasi product moment adalah sebagai berikut:

rxy

∑ ∑ ∑

√{ ∑ }{ ∑ }

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y N : Jumlah subjek penelitian

∑ : Jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor asli dari X dan Y

∑ : Jumlah skor dalam sebaran X

∑ : Jumlah skor dalam sebaran Y

∑ : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X ∑ : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

Nilai rhitung dicocokkan dengan rtabel Product Moment pada taraf signifikan 5%. Jika rhitung lebih besar darirtabel 5%, maka butir soal tersebut valid dan jika rhitung lebih kecil dari rtabel 5%, maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid.

J. Sistematika Pembahasan

Sisteamtika dalam penulisan yang dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penluisan sebagai berikut:

(32)

19

Bab I merupakan pendahuluan dalam penulisan skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah yaitu alasan peneliti mengambil judul tersebut.

Rumusan masalah yaitu permasalahan berisi tentang hal-hal yang akan dibahas. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian yang berisi variabel dan indikator variabel. Definisi istilah yaitu pengertian tiap kata dari judul tersebut. Asumsi penelitian yaitu anggapan dasar yang dirumuskan oleh peneliti sebelum melangkah mengumpulkan data. Hipotesis yaitu pernyataan sementara terhadap penelitian. Metode penelitian berisikan pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik dan instrumen, analisis data. Sistematika pembahasan yaitu urutan hasil penelitian dari awal hingga akhir. Fungsi bab ini adalah menjelaskan tentang alasan penting mengapa penelitian ini dilakukan dan sekaligus pengantar atas bab-bab selanjutnya.

Bab II Kajian Kepustakaan, fungsi bab ini terdapat dua sub bab yaitu penelitian terdahulu yang mencantumkan penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya dan kajian yang memuat konsep-konsep atau teori yang menjelaskan tentang Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan akhlak. Fungsi sub bab penelitian terdahulu adalah sebagai gambaran yang menunjukkan posisi penelitian yang dilakukan jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. sedangkan fungsi sub bab kajian teori adalah landasan atau pedoman untuk menganalisis data-data yang di peroleh dari penelitian.

(33)

Bab III Penyajian Data Dan Analisis. Fungsi bab ini adalah membahas tentang penyajian dan analisis data secara empiris yang merupakan jawaban dari rumusan masalah. Fungsi bab ini adalah sebagai bahasan kajian untuk memaparkan data yang diperoleh, kemudian dianalsisi, serta untuk menemukan kesimpulan penelitian

Bab IV Penutup. Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran. Sebagai bab terakhir, maka fungsi bab ini adalah menjelaskan tentang kesimpulan penelitian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi atau saran terkait permasalahan yang terkaji.

(34)

21 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

1. Sri Fatmawati (UIN Syarif Hidayatullah, 2011), Hubungan antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Akhlak Siswa Kelas VII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan akhlak siswa. metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskrptif-analisis.

2. Anisa Zein, (UIN Sumatera Utara, 2018), Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunarungu di SLB ABC Taman Pendidikan Islam Medan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui strategi pembelejaran pendidikan agama islam pada anak berkebutuhan khusus tunarungu. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pola pendekatan fenomenogi, dilakukan dengan mendeskripsikan kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran di SLB ABC TPI Medan..

3. Ahmad Mitahudin, 2017, Korelasi antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI dengan Akhlak Siswa di SMK Islam Randudongkol Kabupaten Pemalang. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar dan mencapai presatasi belajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan

(35)

(field research) dengan pendekatan kuantitatif. Objek penelitian sendiri adalah prestasi belajar dan akhlak siswa SMK Islam Randudongkal.

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1 2 3 4 5

1 Sri Fatmawati Hubungan Antara

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Akhlak Siswa Kelas VII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan

a. Sama-sama meneliti tentang Pendidikan Agama Islam dengan akhlak b. Sama-sama

menggunakan metode penelitian kuantitatif

a. Lokasi penelitian b. Fokus

penelitian c. Subjek

penelitian

(36)

23

1 2 3 4 5

2 Anisa Zein Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunarungu di

SLB ABC

Taman Pendidikan Islam Medan

a. Sama-sama meneliti tentang Pendidikan Agama Islam b. Subjek

penelitiian (Tunarungu)

a. Lokasi penelitian b. Fokus

penelitian c. Metode

penelitian

3 Ahmad Miftahudin

Korelasi antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI dengan Akhlak Siswa di SMK Islam Randudongkol Kabupaten Pemalang.

a. Sama-sama meneliti tentang Pendidikan Agama Islam dengan akhlak siswa b. Sama-sama

menggunaka n metode penelitian kuantitatif

a. Lokasi penelitian b. Fokus

penelitian c. Subjek

penelitian

Sumber : Penelitian Terdahulu B. Kajian Teori

1. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia jasmani dan rohani agar menjadi manusia yang berkepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individu, sosial, dan sebagai manusia yang bertuhan hanya dapat tercapai apabila berlangsung melalui proses menuju ke

(37)

arah akhir pertumbuhan dan perkembangannya sampai kepada titik optimal kemampuannya.

Pendidikan tidak hanya terbatas dalam hal mengembangkan intelektualitas manusia, melainkan juga mengembangkan aspek kepribadian manusia untuk mencapai kehidupan yang sempurna. Hal ini juga sebagaimana di ungkapkan oleh Herbert Spencer (seorang Filosof Pendidikan Inggris, 1320-1903) dalam bahasannya bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup sempurna.

Dengan demikian, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia.

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.14

Menurut Zuhairini dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam”

ia menyebutkan bahwasannya pendidikan Islam adalah usaha sadar yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertangguang jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.15 Hal ini dapat dilihat dalam Firman Allah SWT dalam Q.S Al- Imron ayat 104 sebagai berikut:

14 Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum dan Dasar (Jakarta: Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama ), 3.

15 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bum Aksara, 2004), 152.

(38)

25

ُأ ْمُكْنِم ْنُكَتْلَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َنْوَهْ نَ يَو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَيَو ِْيَْْلْا َلَِإ َنوُعْدَي ٌةَّم

َنوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِئَلوُأَو

Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung." 16– (QS.3:104)

Dari ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses penambahan ilmu, baik secara langsung atau tidak. Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah untuk melahirkan manusia-manusia baru yang memiliki jati diri dan keyakinan dengan kemampuannya, serta tidak tercabut dari akar budaya dimana ia berasal.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Quran dan Al-Hadits, keimanan, Akhlak, Fiqh, Sejarah Islam, sekaligus mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama, dan makhluk lainnya.

dalam Kurikulum 2013 atau sering disebut dengan K13. Pendidikan Agama Islam mendapatkan tambahan kalimat “dan Budi Pekerti”, sehingga berubah menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, sehingga dapat diartikan pendidikan yang memberikan pengetahun dan pembentukan sikap kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam yang dilaksanakan melalui mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan.

16 Al-Quran, 25:74.

(39)

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Tujuan pendidikan merupakan hal yang sangat domnan dalam suatu proses pendidikan. Mengenai Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, tujuan maupun pengertiannya harusalah mengacu kepada penanaman nilai-nilai pendidikan Islam. Penanaman nilai-nilai yang mempunyai implikasi sosial (moralitas sosial, krisis akhlak) hampir tidak pernah mendapatkan perhatian serius. Padahal ajaran Islam pada dasarnya yaitu membangun antara sesama manusia (mu’amalah baina al-nas) yang sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas sosial tersebut.

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam keimanan, ketakwaanya, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.17

Dalam merumuskan tujuan tentunya tidak boleh menyimpang dari ajaran Islam. Sebagaimana yang telah diungkapkan Zakiyah Darajat dalam bukunya “Metodologi Pengajaran Islam” menyebutkan tiga prinsip dalam merumuskan tujuan yaitu:

17 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep Dan Implementasi Kurikululm 2004 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 135.

(40)

27

1) Memelihara kebutuhan pokok hidup yang vital, seperti agama, jiwa dan raga, keturunan, harta, akal dan kehormatan.

2) Menyempurnakan dan melengkapi kebutuhan hidup sehingga yang diperlukan mudah didapat, kesulitan dapat diatasi dan dihilangkan.

3) Mewujudkan keindahan dan kesempurnaan dalam suatu kebutuhan.18

Menurut Hamdan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bertujuan untuk:

1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tenteng agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

2) Mewujudkan peserta didk yan taat beragama, berakhlakul karimah, berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, etis, santun, disiplin, toleran, dan mengembangkan budaya Islami.

3) Membentuk peserta didik yang berkarakter melalui pengenalan, pemahaman, dan pembiasaan norma-norma Islam dan aturan-aturan yang Islam dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungan secara harmonis.

18 Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 74.

(41)

4) Mengembangkan nalar dan sikap moral yang selaras dengan niai- nilai Islam dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia.19

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup usaha yang mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara lain:

1) Hubungan manusia dengan Allah SWT 2) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri 3) Hubungan manusia dengan sesama manusia 4) Hubungan manusia dengan lingkungan alamnya

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti meliputi Al-Quran, Akidah Akhlak, Tarikh (Sejarah Islam)., Fiqh.

Sebagian pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang mencakup dalam keseharian yang dialami dalam seorang muslim adalah sebagai berikut:

1) Syukur

Syukur adalah menggunakan nikmat Allah untuk taat kepada Allah SWT dan tidak menggunakan untuk berbuat maksiat kepada Allah.20 Meyakini adanya Allah SWT dan mensyukuri karunia dan pemberian Allah SWT. Mengertahui keesaan Allah

19 Hamdan, Pengembangan dan Pembinaan Kurikulum (Teori dan Praktek Kurikulum PAI (Banjarmasin: 2009), 42-43.

20 Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta: Amzah), 175.

(42)

29

SWT berdasarkan pengamatan terhadap dirinya dan makhluk ciptaan-Nya yang dijumpai di sekitar rumah dan sekolah.

2) Ikhlas

Ikhlas adalah suci dalam hati, bersih batin dalam beramal, tidak berpura-pura, lurus hati dalam bertindak, jauh dari riya’ dan kemegahan dalam berlaku berbuat, mengharapkan ridha Allah semata-mata.21 Ikhlas merupakan amalan hati yang senantiasa harus dipupuk sejak dini. Ikhlas merupakan hakikat dan kunci dakwah pada masa Nabi Muhammad SAW.

3) Sholat

Sholat merupakan ibadah mahdhah bagi setiap orang Islam, apabila orang Islam tidak melaksanakan sholat, maka akan mendapatkan dosa. Sebagai salah satu rukun Islam, sholat menjadi dasar yan harus ditegakkan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan ajaran Islam. Kewajiban orang tua untuk mengajari anak sholat terdapat dalam Firman Allah Surah Al-Luqman ayat 17:

ىَلَع ِْبِْصاَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َهْناَو ِفوُرْعَمْلاِب ْرُمْأَو َةلاَّصلا ِمِقَأ ََّنَُ ب اَي

اَم ِروُملأا ِمْزَع ْنِم َكِلَذ َّنِإ َكَباَصَأ

Artinya : "Hai anakku, dirikanlah shalat, dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik, dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya, yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." 22– (QS.31:17)

21 Sidi Gazalba, Asas Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang),

22 Al-Quran, 31:17.

(43)

Sholat mempunyai kedudukan yang istimewa dalam agama Islam, keistimewaan itu antara lain:

a) Sholat diperintahkan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

b) Sholat adalah tiang agama, barang siapa yang menjalankan sholat sebagaimana menegakkan agama Islam, dan barang siapa yang meninggalkan sholat maka ia akan hancur.

c) Sholat berbeda dengan ibadah lainnya, sholat dikerjakan lima waktu dalam sehari.23

d. Fungsi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Sebagai suatu pelajaran, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mempunyai fungsi berbeda dengan pelajaran yang lain.

Pendidikan Agama Islam dapat memiliki fungsi yang bermacam- macam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai masing-masing lembaga pendidikan 24 Namun secara umum, Abdul Majid mengemukakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah sebagai berikut:

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban dilakukan leh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui

23 M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998)

24 Cabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 8.

(44)

31

bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketawaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3) Penyesuaian mental, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik mampu lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam

4) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.

6) Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri.

(45)

2. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Akhlak secara bahasa berasal dari kata قلخ yang berasal dari kata قلخ yang berarti perangai, tabiat, adat atau قلخ yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat.25

Sedangkan menurut Rachmat Djatmika dalam bukunya Sistem Etika Islam akhlak adalah budi pekerti yang merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifesitasi pada krasa dan tingkah laku manusia.26 Sedangkan Al-Qurtuby mengatakan bahwasannya sebagai berikut:

ِهْيِف ِةَقْلِْلْاَنِم ُرْ يِصَي ُهَّنَِلأ .اًقُلُخ ىَّمَسُي ِبَدَْلْا ْنِم ُهَسْفَ ن ِنَاسْنِْلْا ِهِبذُخْأَيَوُهاَم

Artinya : ”Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab- kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dar kejadiannya.”

Al-Qurtuby menekankan, bahwa akhlak itu merupakan bagian dari kejadian manusia. Oleh karena itu, kata Al-khuluq tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan kata al-khaliq, yaitu fitrah yang dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia.

Muhammad bin ‘Ilan Al-Sadiqi, Ibnu Maskawaih dan Abu Bakar Jabir Al-Jaziri menekankan, bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu menimbulkan perbuatan yang gampang dilakukan.

25 Zakiiya Darajat, Dasar-Dasar Agaa Islam : Buku Tes Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Negeri Dan Umum (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), 253.

26 Rachmat Djatmika, Sistem Ethika Islami : Akhlak Mulia (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), 26.

(46)

33

Meskipun ketiganya menekankan keadaan jiwa sebagai sumber timbulnya akhlak, namun dari sisi lain mereka berbeda pendapat, yaitu:

1) Muhammad bin ‘Ilan Al-Sadiqi menekankan hanya perbuatan baik saja yang dinamakan akhlak.

2) Ibnu Maskawaih menekankan perbuatan seluruh perbuatan manusia disebut akhlak.

3) Abu Bakar Jabir Al-Jaziri menjelaskan perbautan baik dan buruk yang disebut akhlak. 27

b. Sumber dan Nilai-Nilai Akhlak

Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar.

Sumber akhlak bagi manusia muslim adalah Al-Quran dan As-Sunnah.

Sehingga ukuran baik buruk, patut atau tidak, secara utuh diukur dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.28

Dengan demikian dalam proses pembentukan akhlak perlu diperhatikan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah agar tidak terjadi penyimpangan terhadap akhlak tersebut. Nilai-nilai yang terdapat dalam sumber akhlak yaitu, akhlak al-karimah (akhlak terpuji) dan akhlak al-madzmumah (akhlak tercela).

27 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I (Jakarta : Kalam Mulia, 2011), 3-5.

28 Novi Hardin, Pandunan Keislaman Untuk Remaja (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2003) 156- 157.

(47)

c. Jenis-jenis Akhlak

Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang Shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaitan dan orang-orang yang tercela. Maka pada dasarnya, akhlak itu menjadi dua macam jenis:

1) Akhlak baik atau terpuji (al-akhlaku al-mahmudah), yaitu perbuatan-perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.

2) Akhlak buruk atau tercela (al-akhlaku al-madhmumah), yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk- makhluk yang lain.

d. Faktor-Faktor Pembentukan Akhlak

Menurut Abudin Nata dalam bukunya akhlak tasawuf, faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak terbagi menjadi 3, yaitu:

1) Aliran Nativisme

Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain- lain.

2) Aliran Empirisme

Aliran ini menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor

(48)

35

dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.

3) Aliran Konvergensi

Aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.29

Sedangkan menurut Novi Hardian dalam bukunya Super Mentoring: Panduan Keislaman Remaja, mengatakan bahwa faktor- faktor pembentuk akhlak terbagi menjadi empat diantaranya:

1) Al-Wiratsiyyah (Genetik)

Misal, seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara keras, tetapi hal ini bukan melegitimasi untuk berbicara keras karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya.

2) Al-Nafsiyyah (Psikologis)

Faktor ini berasal dari niali-nilai yang ditanamkan oleh keluarga, tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir.

3) Syariah Ijtima’iyyah (Sosial)

Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.

29 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), 166-167.

(49)

4) Al-Qiyam (Nilai Islam)

Nilai Islami akan membentuk akhlak Islmai. Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidp yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi-motivasi semata-mata mencari keridhoan Allah.

3. Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki makna spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan.

Istilah lain dari anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus sesuai dengan kemampuan dan potensi mereka.30

b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi anak berkebutuhan khusus permanen dan temporer. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi: Secara umum anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori, anak yang memiliki kebutuhan khusus bersifat

30 Meitha Shanty, Strategi Belajar Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Famillia, 2012), 26.

(50)

37

permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu, dan anak yang bersifat temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan disebabkan kondisi dan situasi lingkungan. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi:

1) Anak gangguan penglihatan (tunanetra) a) Anak kurang awas (Low Vision) b) Anak buta (Blind)

2) Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara (tunarungu/tunawicara)

a) Anak kurang dengar (Heard Of Hearing) b) Anak tuli (Deaf)

3) Anak dengan kelainan kecerdasan

a) Anak dengan gangguan kecerdasan (inetelektual) dibawah rata- rata (tunagrahita)

(1) Anak tunagrahita ringan (IQ 50-70) (2) Anak tunagrahita sedang (IQ 25-49) (3) Anak tunagrahita berat (IQ dibawah 25)

b) Anak dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata

(1) Guiffted atau genius, yaitu anak yang memilliki kecerdasan diatas rata-rata

(2) Talented, anak yang memiliki keberbakatan khusus 4) Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa)

a) Anak luyuh anggota gerak (polio)

(51)

b) Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (Cereble Palcy) 5) Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras)

a) Anak dengan gangguan perilaku

(1) Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan (2) Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang (3) Anak dengan gangguan perilaku taraf berat b) Anak dengan gangguan emosi

(1) Anak dengan gangguan emosi taraf ringan (2) Anak dengan gangguan emosi taraf sedang c. Pengertian Anak Tunarungu

Tunarunngu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun temporer. Kalsifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

1) Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40 db) 2) Gangguan pendengaran ringan (41-55 db)

3) Gangguan pendengaran sedang (56-70 db) 4) Gangguan pendengaran berat (71-90 db)

5) Gangguan pendengaran ektrim/tuli (diatas 90 db)

Berikut indentifikasi anak yang mengalami gangguan pendengaran:

1) Tidak mampu mendengar

2) Terlambat perkembangan bahasa

3) Sering menggunakan isyarat saat berkomunikasi

(52)

39

4) Kurang atau tidak tanggap bila diajak bicara 5) Ucapan kata tidak jelas

6) Kualitas suara aneh atau monoton

7) Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.

8) Banyak perhatian dalam getaran.

9) Keluar nanah dari kedua telinga.

10) Terdapat kelainan organis telinga.31

d. Perkembangan Kognitif, Emosional, Sosial dan Kepribadian Pada Anak Tunarungu

1) Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu

Intelegensi yang dimiliki anak tunarungu pada hakekatnya berpotensi sama dengan anak normal, namun karena keterbatasan dalam pendengaran mempengaruhi kemampuan berbahasa, keterbatasan informasi dan daya abstraksi anak. Pada umumnya tingkat kerendahan intelegensi anak tunarungu bukan berasal dari intelektualnya yang rendah, namun disebabkan intelegensiya tidak dapat mendapatkan kesempatan untuk berkembang. Membimbing anak tunarungu meningkatkan kemampuan berbahasa akan membantu perkembangan intelegensi anak tunarungu.

Para ahli berbeda pendapat tentang kemampuan intelektual anak tunarungu. Beberapa ahli menyatakan bahwa kemampuan kognitif berhubungan erat dengan bahasa, sementara ahli yang lain

31 Meitha Shanty, Strategi Belajar Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Yogyakarta: Famillia, 2012), 29.

(53)

berpendapat bahwa tingkat intelegensi anak tunarungu tidak harus lebih rendah dari anak normal.

2) Perkembangan Emosi Anak Tunarungu

Keterbatasan berbahasa anak tunarungu sering menyebabkan salah penafsiran ke arah negatif. Hal ini berakibat adanya tekanan emosi bagi mereka yang menimbulkan sikap menutup diri, bertindak agresif, dan memperlihatkan kebimbangan.

3) Perkembangan Sosial Anak Tunarungu

Anak tunarungu juga memerlukan interakasi dengan sesama. Namun keterbatasan dalam menerima dan menyampaikan informasi membantu tingkat keberterimaan yang rendah dari teman sebayanya. Penilaian anak tunarungu sebagai orang yang kurang dalam berkarya membantu mereka merasa kurang berharga sehingga suka menyendiri dan memiliki sift egosentris.

4) Perkembangan Kepribadian Anak Tunarungu

Kepribadian anak tunarungu dapat dilihat dari penyesuaian mereka dengan lingkungan karena pada hekekatnya kepribadian adalah keseluruhan sikap dan sifat yang menentukan cara-cara unik dalam menyesuaikan diri dengan pertemuan beberapa aspek diri mereka yaitu ketidak mampuan menerima rangsangan pendengaran, kemiskinan dalam berbahasa, ketidak tetapan emosi, dan keterbatasan intelegensi sehingga menghambat perkembangan kepribadian.

Referensi

Dokumen terkait

Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap

adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Sedangkan menurut Herjanto

1) Menampilkan peta pelayanan kesehatan yang ada di kota Bengkulu yang terintegerasi dengan menggunakan Google Maps API. 2) Terdapat pilihan tampilan peta, yakni tampilan jalan

Dari hasil analisis pada data ketiga buku teks mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu buku Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama Islam, buku Pendidikan Agama Islam,

Terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap kader kesehatan mengenai deteksi dini kanker leher rahim secara bermakna pada promosi kesehatan dengan penyuluhan dengan

Berdasar pemaparan di atas dapat disimpulkan, pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di luar jam pelajaran sebagai laboratorium agama untuk pencapaian

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, dan peraturan perundang-undangan terutama Peraturan Walikota Lhokseumawe Nomor 06