ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN
Oleh:
KURROTUN A’YUNIN NIM : 1801068
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO 2021
2
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN
Sebagai Prasyarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Politeknk Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Oleh:
KURROTUN A’YUNIN NIM : 1801068
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO 2021
ii
SURAT PERSYARATAN Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Kurrotun A’yunin
NIM : 1801068
Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 06 April 2000
Institusi : Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “
ASUHAN
KEPERAWATANDIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA”
” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagaian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Sidoarjo, Februari 2021 Yang menyatakan,
Kurrotun A’yunin NIM.1801065
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ns. Faida Annisa, S.Kep., MNS Bagus Dwi Cahyono, SST.,M.Kes
NIDN : 0708078606 NIDN : 3408067501
iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Kurrrotun A’yunin NIM : 1801068
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan dewan penguji karya tulis ilmiah pada tanggal :...
Oleh
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ns. Faida Annisa, S.Kep., MNS Bagus Dwi Cahyono, SST.,M.Kes
NIDN : 0708078606 NIDN : 3408067501
Mengetahui, Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo Kampus Pasuruan
Agus Sulistyowati S.Kep., M.Kes NIDN : 0703087801
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di program D3 Keperawatan di Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo.
Tanggal : …..
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Ketua : Ns. Kusuma wijaya ridi putra,S.kep.,MNS
Anggota : 1. Ns. Faida Annisa, S.Kep., MNS
2.Bagus Dwi Cahyono, SST., M.kes
Mengetahui Direktur
Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo
(...) (...)
(...)
v
MOTTO
“ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ” (QS. Ar
Ra’d :11).
“dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya “ (An Najm : 39)
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang seharusnya yang ditujukan untuk mencari ridho Allah bahkan hanya untuk mendapatkan kedudukan/kekayaan duniawi maka ia akan
mendapatkan baunya surga nanti pada hari kiamat (riwayat Abu Hurairah radhiallahu anhu) “
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah Hirobbilalamin saya ucapkan kepada Allah S.W.T karna atas ijinnya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini saya permsembahkan kepada :
Untuk Ayah dan ibu saya ucapkan banyak terima kasih karena selama ini telah memberi dukungan do’a dan semangat. Semoga Allah S.W.T memberi saya kesempatan untuk membahagiakan kalian kelak.
Untuk Bapak dan Ibu dosen, Terutama untuk ibu Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes, bapak Bagus Dwi Cahyono, S.ST.,M.Kes dan ibu Ns. Ayu dewi Nastiti, M. Kes. Terima kasih saya ucapkan atas ilmu, bimbingan dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada saya tanpa bapak dan ibu dosen semua ini tidak akan berarti.
Untuk sahabatku Bije nur julaycha, Sinta Tri wulandari, dan putri Anugrah terimakasih atas suport selama belajar di institusi dan selama mengerjakan tugas apapun semoga pertemanan ini bisa terus terjalin
Untuk teman seperjuangan saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih atas kebersamaan selama ini, ada suka dan duka yang kita lewati tetapi taka pa semua itu untuk pendewasaan kita masing-masing. Semoga kita dapat meraih kesuksesan sesuai yang harapan kita. Aminn.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN
”
ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam penyelesaian Program D3 Keperawatan di Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Untuk ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Agus Sulistyowati S.Kep., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo kampus Pasuruan yang telah mengesahkan.
4. Ns. Farida Anisa S.kep., MNS selaku pembimbing 1 yang selalu bijaksana dalam memberikan bimbingan, mencurahkan perhatian, do’a, dan nasehat serta yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini.
5. Dwi Cahyono, SST.,M.Kes selaku pembimbing 2 yang selalu memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penulisan karya tulis ilmiah ini.
6. Untuk Ny. R selaku responden terimakasih atas kesediaan dan kerjasamanya yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Para sahabat yang telah mendukung untuk terselesaikannya proposal karya tulis ilmiah ini tepat waktu, teman teman seperjuangan yang telah menemani selama saya menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
8. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
viii
Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi ksempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.
Sidoarjo, Februari 2021
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan masalah ... 4
1.3 Tujuan ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Metode Penelitian ... 5
1.5.1 Metode ... 5
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 6
1.5.3 Sumber Data ... 6
1.5.4 Studi Kepustakaan ... 6
1.6 Sistematika Penulisan ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep penyakit ... 8
2.1.1 Pengertian ... 8
2.1.2 Etiologi ... 8
2.1.3 Klasifikasi ... 10
2.1.4 Patofisiologi ... 11
2.1.5 Pathway ... 12
2.1.6 Manifestasi klinis ... 13
2.1.7 Komplikasi ... 14
2.1.8 Pemeriksaan penunjang ... 15
2.1.9 Penatalaksanaan ... 16
2.2 Konsep Lansia ... 17
2.2.1 Konsep dampak masalah ... 18
2.2.2 Asuhan keperawatan Defisit pengetahuan ... 18
2.3.3 Konsep Defisit pengetahuan ... 19
2.3.4 Konsep ketidakstabilan kadar glukosa darah... 20
2.4 Asuhan keprawatan ... 20
2.3.1 Pengkajian ... 20
x
2.3.2 Diagnosa keprawatan ... 25
2.3.3 Intervensi ... 25
2.3.4 Implementasi ... 27
2.3.5 Evaluasi ... 28
BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian ... 29
3.2 Analisa Data ... 40
3.3 Diagnosa Keperawatan ... 41
3.4 Intervensi ... 42
3.5 Penatalaksanaan ... 44
3.6 Evaluasi ... 47
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian ... 48
4.2 Diagnosa Keperawatan ... 48
4.3 Intervensi ... 50
4.4 Implementasi ... 50
4.5 Evaluasi ... 51
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 52
5.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
xi
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Hal
Tabel 2.3.3.1 Intervensi defisit pengetahuan ... 25
Tabel 2.3.3.2 Intervensi resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah ... 26
Tabel 3.1.7 Pengkajian status Fungsional ... 35
Tabel 3.1.8 Pengkajian status Kognitif dan afektif ... 37
Tabel 3.1.9 Pengkajian status psikologi ... 38
Tabel 3.1.10 Apgar keluarga ... 39
Tabel 3.4.1 Intervensi defisit pengetahuan ... 42
Tabel 3.4.2 Intervensi Resiko ketidaksabilan kadar glukosa darah ... 43
xii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Gambar Hal Gambar 2.1.5 Pathway ... 9
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Lampiran Hal
Lampiran 1 ... 67
Lampiran 2 ... 71
Lampiran 3 ... 72
Lampiran 4 ... 73
Lampiran 5 ... 74
1 1.1 Latar Belakang
Diabetes militus (DM) merupakan kelompok penyakit gangguan metabolisme dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena ada kelainan sekresi urin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2018).Pada umumnya banyak lansia penderita DM yang tidak mengetahui tanda dan gejala penyakit tersebut, dikarenakan kurangnya informasi atau defisit pengetahuan. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Batasan karakteristik defisit pengetahuan dapat ditimbulkan oleh beberapa situasi seperti, keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, dan ketidaktahuan menemukan sumber informasi (sdki).
Data World Health Organization (WHO, 2016)telah mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun. Pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota, dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes.
Menurut American Diabetes Asociation (ADA, 2018). Jawa Timur berada pada urutan kelima provinsi di Indonesia dengan prevalensi diabetes melitus tertinggi yakni mencapai 2,6%. dan berada pada kisaran 1,25% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia. sedangkan penderita DM pada integritas kulit mencapai 1,1%, dan 1,5% dikarenakan defisit pengetahuan. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Dari 26 lansia di dusun ketapan desa pekoren mayoritas dari mereka banyak yang tidak mengetahui tentang penyakit diabetes melitus sebanyak 20 orang yakni sebanyak 76%, sedangkan 23% dari mereka mengalami integritas kulit. Dikarenakan sebagian dari mereka tidak bisa membaca dan kurangnya informasi dari pelayanan kesehatan di daerah tersebut.
DM dapat di klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. DM tipe 2 terjadi karena berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang melibatkan reseptor insulin di membran sel, pada tipe tersebut mengalami peningkatan kadar insulin dalam darah.
Pada tahap ini dapat di atasi dengan berbagai cara dan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi makanan instan,terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada dan kelainan hormonal. Glukosa merupakan bahan adiptif jika dikonsumsi secara berlebihan maka akan menyebabkan racun pada tubuh, diet glukosa juga mampu mengurangi kadar gula dalam tubuh. Usaha untuk menjaga gula darah agar tetap normal, bergantung pada motivasi serta pengetahuan pasien terhadap informasi penyakit yang diderita.
sedangkan pada pasien lansia masih banyak yang belum mengerti tentang informasi penyakit yang dideritanya. Dampak dari kurangnya informasi tentang pentingnya menjaga gula darah agar tetap normal yaitu supaya tidak menyebabkan kerusakan pada integritas kulit, dan tidak mengganggu metabolisme tubuh yang lain sehingga tidak menyebabkan komplikasi terhadap organ lain.
Peran perawat terhadap defisit pengetahuan pada penyakit diabetes melitus adalah memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan pengobatan kepada pasien berdasarkan prosedur dan membantu mengontrol makanan apa saja yang harus di hindari dengan cara diet glukosa. Ada tiga komponen utama pengobatan diabetes yaitu pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, dan konsumsi obat dokter secara rutin. Diet yang disarankan untuk pasien diabetes terutama yang mengandung indeks glikemik rendah. Berikut ini tujuan diet bagi lansia memberikan makanan sesuai kebutuhan, mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal, mempertahankan berat badan menjadi normal, mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah, mengurangi/ mencegah komplikasi. Adapun prinsip diet bagi usia lanjut yaitu Prinsip diet penderita diabetes adalah 3J Tepat Jenis, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu Diet glukosa adalah rancangan pola makan sehat untuk membantu mengontrol gula darah bagi penderita diabetes melitus. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul asuhan keperawatan pada klien diabetes meltius dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada studi kasus ini yakni “ Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dibetes melitus dengan masalah defisit pengetahuan ?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Gangguan Pola Tidur pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren.
1.3.2 Tujuan Khusus
1 Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren
2 Melakukan perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren 3 Melakukanintervensi keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada
Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren
4 Melakukan Implementasi keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren
5 Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren
1.4 Manfaat Penelitan
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat : 1.4.1 Akademis
Hasil studi ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan dengan kasus Diabetes Melitus.
1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi 1) Bagi pelayanan kesehatan
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan atau keluarga agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus dengan baik.
2) Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada kasus Diabetes Melitus.
3) Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada kasus Diabetes Melitus.
1.5 Metode Penulisan 1.5.1 Metode
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses
keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1) Wawancara
Data diambil / diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lain.
2) Observasi
Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien.
3) Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik.
1.5.3 Sumber Data 1) Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari klien 2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat klien, dan hasil hasil pemeriksaan kesehatan lainnya,
1.5.4 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.
1.6 Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.6.1 Bagian awal
Memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, kata pengantar, daftar isi.
1.6.2 Bagian inti
Bagian ini terdiri dari lima bab, yang masing – masing bab terdiri dari sub bab berikut ini :
1) Bab 1: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan studi kasus.
2) Bab 2: Tinjauan pustakaberisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnose Hipertensi, serta kerangka masalah.
3) Bab 3: Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi.
4) Bab 4: Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.
5) Bab 5: Penutup, berisi tentang simpulan dan saran
8
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep penyakit
2.1.1 Pengertian
Diabetes militus (DM) merupakan kelompok penyakit gangguan metabolisme dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena ada kelainan sekresi urin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2018). Pada umumnya banyak lansia penderita DM yang tidak mengetahui tanda dan gejala penyakit tersebut, dikarenakan kurangnya informasi atau defisit pengetahuan. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Batasan karakteristik defisit pengetahuan dapat ditimbulkan oleh beberapa situasi seperti, keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, dan ketidaktahuan menemukan sumber informasi (SDKI, 2017).
2.1.2 Etiologi
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau besar dari sel–sel beta dari pulau Langerhans pada pankreas yang menghasilkan insulin,akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping Itu ada beberapa faktor lain penyebab penyakit diabetes melitus, antara lain :
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori serta tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai, yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus.
2. Obesitas(kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang untuk terkena penyakit diabetes melitus.
3. Faktor genetik
Diabetes melitus dapat di wariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus, pewaris gen ini dapat sampai kecucunya bahkan cicitnya walaupun kemungkinan kecil terjadi.
4. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus, jika orang malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus.
5. Kehamilan diabetes gestasional ,akan hilang setelah melahirkan.
6. Bahan kimia yang dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas yang berakibat fungsi pankreas menurun sehingga ada sekresi hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
7. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikro organisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang berakibat fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon untuk proses metabolisme tubuh (Hasdiana, 2012).
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus sebagai berikut :
1. Tipe 1 : Diabetes Mellitus tergantung pada insulin (IDDM) Diabetes melitus yang disebut juga insulin dependent yaitu tubuh tergantung pada insulin karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang disebabkan oleh masalah genetik, virus atau penyakit autoimun.
2. Tipe 2 : Diabetes Mellitus tidak tergantung pada insulin (NIDDM) Diabetes yang membutuhkan insulin sementara atau seterusnya yang disebabkan oleh resistensi insulin, kekurangan insulin atau karena gangguan sekresi dan obesitas, usia maupun riwayat keluarga. Resistensi insulin adalah banyaknya jumlah insulin yang tidak berfungsi karena terhambat nya produksi glukosa oleh hati.
3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom.
4. Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan (GDM). Diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan akan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin dan protein reaktif pada lintasan patogenesisnya (Padila, 2012).
2.1.4 Patofisiologi
Diabetes militus (DM) merupakan kelompok penyakit gangguan metabolisme dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena ada kelainan sekresi urin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2018). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jariangan. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Makanan sebagian yang masuk diguanakan untuk kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen hati dan jaringan lainnya dengan bantuan insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans pankreas yang kemudian produksinya masuk kedalam darah dengan jumlah sedikit kemudian meningkat jika ada makanan yang masuk. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk mempertahankan glukosa darah tetap stabil antara70-120mg/dl (Tarwonto, 2012).
Pada diabetes tipe 2 masalah utama adalah berhubungan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukan penurunan sensitifitas jariangan pada insulin. Normalnya insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi meliputi metabolisme glukosa. Pada Diabetes Mellitus tipe 2 reaksi intra seluler dikurangi, sehingga menyebabkan efektivitas insulin menurun dalam menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan pembebasan oleh hati. Mekanisme yang pasti menjadi penyebab utama resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Mellitus tipe 2 tidak diketahui, meskipun faktor genetik berperan pertama (Tarwonto, 2012).
2.1.5 Pathway Diabetes mellitus
Gambar 2.1.5 Pathway Diabetes Mellitus Genetik
Faktorimunologi obesitas
Usia
Peningkatan beban metabolisme
glukosa Individu yang
memiliki anti gen Respon autoimun
abnormal Penurunan
fisiologis
Reaksi Autoimun
Diabetes mellitus
Sel B pankreas hancur atau menurun
kelelahan poliuria Poli peptida Olahraga berlebihan Pola makan
Hipergikemi Hipoglikemi
Resiko ketidakstabilan gula
Kurang informasi
Defisit pengetahuan
Glukourina
Peningkatan saluran urine
Kekuranganvolume cairan
Ketidak seimbangan
elektrolit Resiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah
2.1.6 Manifestasi klinis
Adanya penyakit diabetes melitus ini sering kali tidak dirasakan dan disadari oleh penderita beberapa keluhan dan gejala yang perlu dapat perhatian adalah :
1. Gejala akut
a. Banyak kencing (poliuria) Karna sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan sering kencing dengan jumblah yang banyak terutama pada malam hari.
b. Banyak minum (polydipsia) Rasa haus sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang melalui kencing. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
c. Banyak makan (polifgia) Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes melitus karena renspasi mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar.
d. Penurunan berat badan dan rasa lemah, mengantuk 2. Gejala kronis
a. Gangguan penglihatan, beru pandangan yang kabur dan menyebabkan sering ganti kacamata.
b. Gangguan saraf tepi berupa kesemutan, terutama pada malam hari sering terasa sakit dan rasa kesemutan dikaki.
c. Rasa tebal pada kulit, yang menyebabkan penderita lupa memakai sandal dan sepatunya.
d. Gangguan fungsi seksual dapat berupa gangguan ereksi, impoten yang disebabkan gangguan pada saraf bukan karena gangguan pada kekurangan hormone seks (testosterone) Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan gatal sering dirasakan, hal ini disebabkan daya tahan tubuh penderita menurun (Suiraoka, 2012).
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi pada penyakit diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Komplikasi akut
a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi Diabetes Mellitus tidak tergantung pada insulin.
b. Ketoasi atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak dan protein terutama terjadi pada Diabetes Mellitus tergantung pada insulin.
c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol
2. Komplikasi kronis Mikroangiopati (kerusakanpadasaraf-sarafperifer) pada organ-organ yang mempunyai pembuluh darah kecil sehingga pada :
Retinopati diabetic (kerusakansarafretinadimata) sehingga menyebabkan kebutaan.
a. Neuropati diabetika (kerusakansaraf-sarafperifer) mengakibatkan gangguan sensori pada organ tubuh.
b. Nefropati diabetika (kelainan atau kerusakan pada ginjal) dapat menyebabkan gagal ginjal
c. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard infark maupun gangguan fungsi jantung karena arterieskelosis
d. Penyakit vaskuler perifer.
e. Gangguan system pembuluh darah otak atau stroke.
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
Untuk menentukan penyakit diabetes melitus, tanda dan gejala yang dialami pasien juga penting adalah dilakukan test diagnostik diantaranya :
a. Pemeriksaan gula darah puasa
Tujuan : menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa. Pembatasan : tidak makan selama 12 jam sebelum test biasanya jam 08.00 pagi sampai jam 20.00, minum boleh.
Prosedur : darah diambil dari vena dan kirim ke laboratorium. Hasil : Normal:80-120 mg/ 100 ml serum
Abnormal : 140mg/100ml atau lebih
b. Pemeriksaan gula darah posprandial
Tujuan : menentukan gula darah setelah makan
Pembatasan : tidak ada
Prosedur : pasien diberimakan kira–kira 100 gr karbohidrat, dua jam kemudian diambil darah vena nya.
Hasil Normal : kurang dari 120mg/100ml serum
Abnormal : lebih dari 200mg/dl atau Lebih
c. Pemeriksaan glukosa urine
Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak dipengaruhi oleh berbagai hal misalnya karena obat-obatan seperti aspirin, vitamin C dan beberapa antibiotic, adanya kelainan ginjal
Dan pada lansia dimana ambang ginjal meningkat adanya glukosuriame nunjukkan bahwa ambang terhadap glukosa terganggu.
d. Pemeriksaan ketone urine
Badan ketone merupakan produk sampingan proses pemecahan lemak, dan senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urine. Jumlah keton yang besar pada urine akan merubah pereaksi pada strip menjadi keunguan adanya ketonuria menunjukkan adanya ketoasidosis.
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan pasien diabetes melitus adalah : a. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.
b. Mencegah komplikasi vaskuler dan neuropati.
c. Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis.
Prinsip penatalaksanaan pasien diabetes melitus adalah mengontrol gula darah dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah ada lima faktor penting yang harus diperhatikan yaitu :
a. Asupan makanan atau managemen diet Perhimpunan diabetes Amerika dan persatuan Diet etik Amerika Merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal dari karbohidrat 60-70% ,Protein 12-20%, Lemak 20-30%
b. Latihan fisik Latihan dengan cara melawan tahan dapat menambah laju metabolisme istirahat, menurunkan berat badan dan menyegarkan tubuh.
c. Obat-obatan penurunan gula darah. Terapi Tablet OAD (OralAntibiotik) diantaranya Sulfanilurea, Biguanida, Insulin (Tarwonto, 2012).
2.2 Konsep lansia
Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru W, 2009).
Lansia adalah seseorang yang berusia > 60 tahun yang tidak mampu mencari nafkah sendiri untuk memenuhi hidupnya (Ratnawati, 2017).
Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 60 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan
2.2.1 Konsep dampak masalah
Pada umumnya Dampak dari kurangnya informasi tentang pentingnya menjaga gula darah agar tetap normal yaitu supaya tidak menyebabkan kerusakan pada integritas kulit, dan tidak mengganggu metabolisme tubuh yang lain sehingga tidak menyebabkan komplikasi terhadap lansia.
2.2.2Asuhan Keperawatan Defisit Pengetahuan
Peran perawat terhadap defisit pengetahuan pada penyakit diabetes melitus adalah memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan pengobatan kepada pasien berdasarkan prosedur dan membantu mengontrol makanan apa saja yang harus di hindari dengan cara diet glukosa. Ada tiga komponen utama pengobatan diabetes yaitu pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, dan konsumsi obat dokter secara rutin. Diet yang disarankan untuk pasien diabetes terutama yang mengandung indeks glikemik rendah. Berikut ini tujuan diet bagi lansia memberikan makanan sesuai kebutuhan, mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal, mempertahankan berat badan menjadi normal, mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah, mengurangi/ mencegah komplikasi. Adapun prinsip diet bagi usia lanjut yaitu Prinsip diet penderita diabetes adalah 3J Tepat Jenis, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu Diet glukosa adalah rancangan pola makan sehat untuk membantu mengontrol gula darah bagi penderita diabetes melitus.
2.2.3 konsep defisit pengetauan (D.0111)
Definisi defisit pengetahuan adalah keadaan kurangnya informasi kongnitif yang berkaitan dengan topik tertentu (SDKI, 2017).
Penyebab adalah keterbatasan kongnitif, gangguan fungsi kongnitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Gejala dan tanda mayor :
Subyektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
Obyektif :Menunjukan perilaku yang tidak sesuai anjuran, Menujukkan presepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan tanda minor :
Subyektif : -
Obyektif :Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, Menunjukkan perilaku yang berlebihan (misal.apatis,agitasi,bermusuhan,histeria)
Kondisi klinis terkait yaitu kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien, penyakit akut, penyakit kronis.
2.2.4 konsep ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0038)
Definisi ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah resiko terhadap variasi kadar glukosa darah dari rentan normal (SDKI, 2017)
Faktor resiko yaitu kurang terpapar informasi tentang management diabetes, ketidak tepatan pemantauan glukosa darah, kurang patuh terhadap managemen diabetes, managemen medikasi tidak terkontrol, kehamilan, penambahan berat badan, stress berlebihan.
Kondisi klinis terkait, diabetes mellitus, ketoasidosis diabetik, Hipoglikemi, Diabetes gestasional, penggunaan kortikosteroid, nutrisi parental total.
2.3 Konsep Asuhan keperawatan
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir,agama, jenis kelamin, alamat,status perkawinan, pekerjaan saat ini, pekerjaan saat ini, pendidikan terakhir .
2. Keluhan utama
Saat MRS ( alasan utama maasuk rumah sakit ) Saat pengkajian ( yang paling di keluhkan pasien) 3.Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang perjalanan penyakit Diabetes melitus biasanya mengeluh kesemutan sering buang air kecil berat badan menurun ,seringhaus,dan nafsu makan meningkat.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Berapa lama klien mengalami penyakit Diabetes melitus dan bagaimana penanganannya mendapat terapi insulin apa saja dan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit Diabetes Mellitus 2. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi
menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang pengetahuan dan penatalaksanaan penderita diabetes melitus dengan ketidak stabilan gula darah b. Pola nutrisi
Penderita diabetes melitus mengalami mual, muntah, haus, dan terjadi penurunan berat badan
c. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada kebiasaan BAB dan BAK.
d. Pola aktivitas/istirahat
Sering mengalami susah tidur, lemah, letih, tonus otot menurun.
3. Nilai dan keyakinan
Gambaran tentang penyakit diabetes melitus tentang penyakit yang dideritanya menurut agama dan keprcayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya
6. Pemeriksaanfisik
a. keadaan umum : tampak lemah b. TTV
(tekanan darah menurun, nafas sesak, nadi cepat atau lambat, jumlah gula darah jika dikaji)
d. TB/BB
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan e. Kepala Kulit kepala :
Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit, tekstur kulit dan kebersihan kulit kepala
Inspeksi : Lihat ada apa tidaknya lesi, warna hitam atau kecoklatan. Ada odem apa tidak, dan distribusi kulit rambut.
Palpasi : diraba tentukan turgor kulit dan tekstur kulit ada lesi atau tidak tekstur kasar atau tidak, akral panas apa dingin.
Rambut : untuk mengetahui warna rambut, ada percabangan atau tidak, mudah rontok apa tidak..
Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, bercabang atau tidak, mudah rontok atau tidak.
Palpasi : Mudah rontok atau tidak, kasar atu halus.
f. Mata(tidak ada yang spesifik)
Tujuan : untuk mengetahui adanya kelainan pada mata dan juga untuk melihat pandangan mata.
Inspeksi:kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip atau tidak, konjungtiva dan sclera merah atau konjungtivitis, iktirik/ indikasi bilirubin atau gangguan pada hepar, pupil sokor, miosis atau miodiasis.
Palpasi:tekan secara ringan jika ada peningkatan teraba keras kaji adanya nyeri tekan.
g. Hidung
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya inflamasia ausinusitis.
Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret.
Palpasi : apakah ada nyeritekan massa.
h. Mulut Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk mengetahui kebersihan mulut.
Inspeksi : amati bibir apa ada kelainan congenital (bibirsumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban
pembengkakan, lesi, amati jumlah dan bentuk gigi, berlubang, warna plak, kebersihan gigi.
Palpasi : pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan ada massa atau tumor, pembekakan dan nyeri.
i. Telinga
Tujuan : untuk mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang telinga.
Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebersihan lesi.
Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago
j. Leher
Tujuan : untuk menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk dan organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
Inspeksi : amati mengenai bentuk, warnakulit, jaringan parut, amati adanya pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan belakang dan samping.
Palpasi : letakkan tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid.
k. Abdomen
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan gerakan perut, mendengarkan bunyi peristaltic usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen.
Inspeksi : bentuk perut, warna kulit, adanya reaksi, adanya ketidak simetrisan Palpasi : adanya respon nyeri tekan
Auskultasi : bising usus normal 10-12x/ menit
l. Muskulokoletal
Tujuan : untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu
Inspeksi : mengetahui ukuran dari adanya aerofil dan hipertrofil, amati kekuatan otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah.
2.3.2 Diagnosa keperawatan yang muncul 1. defisit pengetahuan tidak efektif.
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang (NANDA-I, 2018).
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dan perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien yang ditentukan selama tahap intervensi keperawatan, dibuat prioritas dengan kolaborasi klien dan keluarga, konsultasi tim ksehatan lain, telaah literature, modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi yang relavan tentang kebutuhan keperawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinis.
intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan autocome pasien/klien, intervensi keperawatan dilakukan baik langsung maupun tidak langsung yang ditujukan terhadap individu, keluarga dan masyarakat serta orang yang dirujuk oleh perawat, dokter maupun pemberi layanan kesehatan lainnya (Gloria, 2013).
Tabel 2.3.3.1 Intervensi keperawatan Defisit pengetahuan (D.0111) b/d kurang terpapar informasi
SLKI SIKI
KODE LUARAN KODE INTERVENSI
Luaran utama Intervensi utama
L.12111
L.09080 L.10100 L.12110
Tingkat pengetahuan dengan keriteria hasil : 1. Perilaku sesuai anjuran membaik
2. Peningkatan verbalisasi minat dalam belajar 3. Peningkatan kemampuan menjelaskan suatu topik 4. Peninngkatan perilaku sesuai dengan pengetahuan
Luaran tambahan : Motivasi
Proses informasi Tingkat kepatuhan
I.12383 Edukasi kesehatan Tindakan : Observasi :
1. Identifikasi kesiapan menerima informasi 2. Identifikasi faktor yang dapat meningkatkan atau
menurunkan motivasi
Traupetik :
1. Sedisksn materi dan media pendidikan kesehatan sesuai topik
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Tabel 2.3.3.2 Intervensi keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0038) b/d kurang terpapar informasi tentang management diabetes
SLKI SIKI
KODE LUARAN KODE INTERVENSI
Luaran utama Intervensi utama
L.03021
L.03020 L.03021
Tingkat pengetahuan dengan keriteria hasil : 1. Perilaku sesuai anjuran membaik 2. Keluhan lapar normal
3. Rasa haus normal
4. Berkurangnya pengeluaran cairan( keringat berlebih, BAK ynag berlebihan)
Luaran tambahan : Keseimbangan cairan Keseimbangan elektrolit
I.12383 Edukasi kesehatan Tindakan : Observasi :
1. Identifikasi kesiapan menerima informasi 2. Identifikasi faktor yang dapat meningkatkan atau
menurunkan motivasi
Traupetik :
1. Sedisksn materi dan media pendidikan kesehatan sesuai topik
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
2.3.4 Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik, dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pasien.
Tahap-tahap tindakan :
1. Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keprawatan ini perawat mengevaluasi hasil identifikasi pada tahap perencanaan.
2. Tahap 2 : Pelaksanaan
Fokus tahap pelaksanaan ini adalah kegiatan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuan fisik dan emosional.
3. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keprawatan harus di catat dan didokumentasikan yang lengkap dan akurat teradap suatu kejadian dalam proses
keprawatan.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi meruupakan langkahn akhir dalam proses keprawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja secara terus menerus yang melibatkan
pasien,perawat,dan anggota tim kesehatan yang lain.
31
TINJAUAN KASUS
3.1 pengkajian 3.1.1 Identitas
a. Nama : Ny.R
b. Tempat/tgllahir : 6 januari 1954 c. JenisKelamin : Perempuan d. StatusPerkawinan : Sudah menikah e. Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar
f. Alamat : Desa Pekoren
g. Agama : Islam
h. Suku : Jawa
i. Tanggal pengkajian : 22 Februari 2021
j. Orang yang yang paling dekat dengan klien yang bisa di hubungi
Nama : Tn.U
Alamat : Desa Pekoren
Jenis kelamin : Laki-Laki Hubungan dengan klien : Suami
3.1.2 Struktur keluarga
No Nama Umur Jenis kelamin Hubungan dgn klien
Pekerjaan Keterangan
1. Ny.R 67 Perempuan Klien Ibu rumah
tangga
2. Tn.U 69 Laki-Laki Suami Tukang
bangunan
3.1.3 Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
Pekerjaan saat ini Tidak bekerja Pekerjaan sebelumnya Tidak bekerja Sumber pendapatan Dari suami kuli bangunan
Kecukupan pendapatan Cukup
3.1.4 Riwayat Kesehatan
Keluhan utama Pasien mengatakan sering
mengalami buang air kecil secara terus menerus, sering merasa haus
Riwayat penyakit sekarang Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
gejala yang dirasakan faktor pencetus timbul keluhan upaya mengatasi Riwayat penyakit dahulu
Riwayat alergi Riwayat kecelakaan
Riwayat pernah dirawat di RS
Tidaka ada riwayat penyakit Tidak ada riwayat alergi Klien mengatakan tidak pernah kecelakaan
Riwayat pemakaian obat Tidak pernah di rawat di RS Klien dulu sering mengkonsumsi obat di warung
Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan keluarganya
tidak ada yang mengalami penyakit seperti beliau
3.1.5 Genogram
= Laki-Laki
= Perempuan = Tinggal serumah = Meninggal
= Klien
3.1.6 Lingkungan dan Aktifitas
Riwayat Tempat Tinggal Jumlah orang yang tinggal dirumah
Klien hanya tinggal dengan suaminya
Kebersihan dan kerapian Dirumah klien terdapat banyak debu terutama pada meja dan lemari
Penerangan / sirkulasi udara Penerangan kurang dan ventilasi udara pada rumahnya hanya di ruang tamu saja Keadaan kamar mandi dan
WC
Klien memiliki kamar mandi dan wc
Pembuangan air kotor Pembuangan air kotor di buang di belakang rumah klien Sumber air minum Air untuk minum klien
mengkonsumsi air galon
Pembuangan sampah Sampah biasanya di buang di belakang rumah setelah itu di bakar
Sumber Pencemaran
Rekreasi Jika ada waktu senggang
biasanya digunakan untuk beristirahat atau bercocok tanam di lahan depan rumah Pola Fungsi Kesehatan Pola tidur / Istirahat
Pola Eliminasi BAK : Pasien biasanya BAK pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur. Tidak ada masalah
BAB : Pasien BAB saat pagi hari bangun tidur dan setelah makan siang. Tidak ada masalah
Pola Nutrisi Makan : Makan 3x sehari (Nasi, Ikan, Sayur) dengan porsi satu piring habis
Minum : 8-10 gelas sehari (air minum)
Kebiasaan yang
Mempengaruhi Kesehatan
Klien sering makan banyak dan kurang beraktifitas Pola Kognitif Persepsual Penglihatan Normal, Klien dapat melihat
dengan jelas
Pendengaran Normal, Klien dapat
mendengarkan suara dengan jelas
Pengecapan Normal
Sensasi / Peraba Normal
Persepsi diri-pola konsep diri
Gambaran Diri
Identitas Diri Peran Diri Ideal Diri Harga Diri Pola toleransi-Stres koping Penyebab Stres
Penanganan Pola seksual
Pola Hubungan Peran Saat ini klien berperan sebagai
ibu rumah tangga
Pola Keyakinan – Nilai Keyakinan Akan Kesehatan Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya saat ini adalah ujian dari Allah SWT
Keyakinan Spiritual Klien selalu melaksanakan ibadah 5 waktu dengan tepat waktu
Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya
Persepsi kesehatan dan pola managemen kesehatan
Pola Hubungan – Peran Saat ini klien berperan
sebagai ibu. Dan hubungannya dengan keluarganya sangat baik.
No Pemeriksaan Fisik Klien Ny.R
1. KeadaanUmum Cukup
Kesadaran
GCS
Composmentis 4-5-6
2. Tanda-tanda Vital TekananDarah Nadi
Suhu Respirasi
130/100 mmHg 90x/menit 36⁰C 24x/menit 3. PemeriksaanKepala-Leher Kepala Inspeksi :
1) Bentuk bulat, simetris
2) Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe 3) Penyebaran rambut merata
4) Warna rambut hitam dan terdapat uban putih
5) Rambut tidak berbau
6) Warna kulit wajah sawo matang 7) Wajah simetris
8) Tidak ada sianosis Palpasi : Tidak ada benjolan
Mata Inspeksi :
1) Mata lengkap, simestris 2) Konjungtiva tidak anemis 3) Sklera tidak ikterik
4) Pupil : reflex pupil terhadap cahaya baik, isokor
5) Korneadan iris : tidak ada peradangan 6) Palpebral : normal, tidak ada
peradangan Palpasi :
1) Tidak ada edema
2) Tidak ada peradangan/lesi 3) Tidak ada benjolan
Hidung 1) Tulang hidung dan posisi septum nasi:
tidak ada pembengkakan
2) Lubang hidung tidak ada secret, tidak ada sumbatan
3) Tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga Inspeksi :
1) Bentuk simetris kanan dan kiri
2) Ukuran sedang
3) Ketegangan telinga lentur 4) Lubang telinga bersih, tidakada
serumen, tidak ada perdarahan 5) Pendengaran baik
Palpasi : tidak ada benjolan
Mulut 1) Bibir tidak ada sianosis
2) Membrane mukosa kering 3) Gigi dan gusi bersih, tidakada
stomatitis
4) Lidah bersih, terdapat bercak putih tipis
Leher Inspeksi :
1) Posisi trakea simetris Palpasi
1) Tidak ada pembesaran tiroid 2) Suara normal
3) Tidak ada pembesaran kelenjar limfe 4) Tidak ada bendungan / distensi vena
jugularis
5) Denyut nadi carotis teraba
Pemeriksaan Integumen Kulit Inspeksi
1) Kulit bersih
2) Warna sawo matang
3) Tidak ada kelainan pada kulit Palpasi
1) Akral hangat
2) Tekstur lembut, lembab Pemeriksaan payudara dan
ketiak
Tidak di kaji
Pemeriksaanthorax / dada Paru-paru Inspeksi
1) Bentuk thorax : normal chest 2) Frekuensinafas 28x / menit 3) Irama nafas irregular
4) Tanda-tanda kesulitan nafas : dyspnea, terdapat retraksi otot intercoste Palpasi : getaran suara (vocal fremitus) simetris Perkusi : sonor
Auskultasi
1) Suara nafas vesikuler 2) Suara ucapan normal
3) Tidak a da suara tambahan ronchi dan wheezing
Jantung InspeksidanPalpasi 1) Ada pulsasi
2) Ictus cordis : ICS V linea mid clavicula rissinistra
Perkusi
1) ICS II linea sinistra dekstra sinistra 2) ICS IV linea sternalis sinistra 3) ICS V linea mid clavicul arissinistra Austulkasi
1) Bunyi jantung I : lup / S1 2) Bunyi jantung II : dup / S2 3) Tidak ada bunyi jantung tambahan 4) Tidak ada bising / mur-mur
5) Frekuensi denyut jantung 90x/menit
Pemeriksaan abdomen Abdomen Inspeksi
1) Bentuk abdomen : datar 2) Tidak ada benjolan
3) Tidak ada bayangan pembulu darah abdomen
Palpasi
1) Tidak ada nyeri tekan 2) Tidak ada benjolan / massa 3) Tidak ada tanda-tanda ascites
4) Hepar tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan
5) Lien tidak ada pembesaran tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
1) Suara abdomen timpani 2) Tidak ada tanda-tanda ascites Auskultasi : peristaltic usus 12x/menit Pemeriksaan kelamin dan
daerah sekitarnya
Tidakdikaji
Pemeriksaan muskuloskeletal
Ekstermitas Inspeksi : struktur dan bentuk tulang : simetris tidak ada kelainan
Palpasi
1) Tidak ada pitting edema 2) Akral hangat
3) Kekuatan otot 5 5 5 5 Perkusi
1) Fungsi motoric baik 2) Fungsi sensorik baik 3) Reflek fisiologis
(1) Trisep (+) (2) Bisep (+) (3) Patella (+)
Pemeriksaan neurologi Tingkat kesadaran GCS 4-5-6 kesadaran composmentis
Tanda-tanda rangsangan
otak
Pusing (-) febris (-) mual (-) muntah (-)
Syaraf otak (nervus
cranial)
Tidak di kaji
Fungsi motoric Klien mampu menggerakkan tubuh dengan baik
Fungsi sensorik Klien mampu mengikuti perintah dengan baik
Reflex Reflex fisiologis (+) tidakada reflex patologis
Pemeriksaan status mental Kondisi mental / perasaan Stabil, klien tampak gelisah
Orientasi Baik
Proses berpikir (ingatan,
atensi, keputusan, perhitungan)
Klien mampu mengingat dengan baik
Motivasi Klien ingin segera sembuh dan bisa beraktifitas
lagi
Persepsi Klien menilai bahwa sakit ada lah ujian dari
Allah SWT
Bahasa Jawa, Indonesia
3.1.7 Pengkajian Status Fungsional Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial Tabel Pengkajian status fungsional (index Katz)
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi Mandiri:
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri
√
2 Berpakaian Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, me- makai pakaian, melepaskan pakaian, mengancingi/mengikatpakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya se- bagian
√
3 Ke Kamar Kecil Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genetaliasendiri Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot
√
4 Berpindah Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih per- pindahan
√
5 KontinenMandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaankate- ter,pispot, enema dan pembalut (pampers)
√
6 Makan Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyua- pinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral (NGT)
√
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien Analisis Hasil :
NilaiA :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil, mandi danberpakaian.
NilaiB :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsitersebut NilaiC : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan
NilaiE : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsitambahan.
NilaiF : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsitambahan
NilaiG : Ketergantungan pada keenam fungsitersebut
3.1.8 Pengkajian status kognitif dan afektif
Tabel Shorth Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)
Analisis Hasil :
Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual Utuh Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual Berat
No Item Pertan-
yaan
Benar Salah 1 Jam berapa sekarang ?
Jawab:………..
√
2 Tahun berapa sekarang ?
Jawab:………. √
3 Kapan Bapak/Ibu lahir?
Jawab:………
√
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab : ………. √
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab :………..
√
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu?
Jawab :………..
√
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu ?
Jawab :……….………
√
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ?
Jawab : ………...………
√
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ?
Jawab :………. √
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ?
Jawab :………
√
JUMLAH 10
3.1.9 Pengkajian status psikologi
Tabel Geriatric depression scale ( skala depresi)
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda?
1 2 Apakah anda telah meninggalkan banyak
Kegiatan dan minat/kesenangan anda
1
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 1
4 Apakah anda sering merasa bosan? 1
5 Apakah anada mempunyai semangat yang baik Setiap saat?
1 6 Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk
Akan terjadi pada anda?
1
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian Besar hidup anda?
1
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya? 1
9 Apakah anda lebih sering dirumah daripadapergi Keluar dan mengerjakan sesuatu hal yangbaru?
1
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah Dengan daya ingat anda dibandingkan ke- banyakan orang ?
1
11 Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda Sekarang menyenangkan?
1
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti Perasaan anda saat ini?
1
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 1
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak Ada harapan?
1
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik Keadaannya daripada anda?
1
Skor 11 5
Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor 1 (satu) : 5-9 kemungkinan depresi
Skor >10 : depresi