• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN

Oleh:

KURROTUN A’YUNIN NIM : 1801068

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO 2021

(2)

2

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN

Sebagai Prasyarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Politeknk Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh:

KURROTUN A’YUNIN NIM : 1801068

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO 2021

(3)

ii

SURAT PERSYARATAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kurrotun A’yunin

NIM : 1801068

Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 06 April 2000

Institusi : Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “

ASUHAN

KEPERAWATANDIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA”

” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagaian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Sidoarjo, Februari 2021 Yang menyatakan,

Kurrotun A’yunin NIM.1801065

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Faida Annisa, S.Kep., MNS Bagus Dwi Cahyono, SST.,M.Kes

NIDN : 0708078606 NIDN : 3408067501

(4)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Kurrrotun A’yunin NIM : 1801068

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan dewan penguji karya tulis ilmiah pada tanggal :...

Oleh

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Faida Annisa, S.Kep., MNS Bagus Dwi Cahyono, SST.,M.Kes

NIDN : 0708078606 NIDN : 3408067501

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo Kampus Pasuruan

Agus Sulistyowati S.Kep., M.Kes NIDN : 0703087801

(5)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di program D3 Keperawatan di Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal : …..

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua : Ns. Kusuma wijaya ridi putra,S.kep.,MNS

Anggota : 1. Ns. Faida Annisa, S.Kep., MNS

2.Bagus Dwi Cahyono, SST., M.kes

Mengetahui Direktur

Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo

(...) (...)

(...)

(6)

v

MOTTO

“ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ” (QS. Ar

Ra’d :11).

“dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya “ (An Najm : 39)

“Barangsiapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang seharusnya yang ditujukan untuk mencari ridho Allah bahkan hanya untuk mendapatkan kedudukan/kekayaan duniawi maka ia akan

mendapatkan baunya surga nanti pada hari kiamat (riwayat Abu Hurairah radhiallahu anhu) “

(7)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah Hirobbilalamin saya ucapkan kepada Allah S.W.T karna atas ijinnya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini saya permsembahkan kepada :

Untuk Ayah dan ibu saya ucapkan banyak terima kasih karena selama ini telah memberi dukungan do’a dan semangat. Semoga Allah S.W.T memberi saya kesempatan untuk membahagiakan kalian kelak.

Untuk Bapak dan Ibu dosen, Terutama untuk ibu Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes, bapak Bagus Dwi Cahyono, S.ST.,M.Kes dan ibu Ns. Ayu dewi Nastiti, M. Kes. Terima kasih saya ucapkan atas ilmu, bimbingan dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada saya tanpa bapak dan ibu dosen semua ini tidak akan berarti.

Untuk sahabatku Bije nur julaycha, Sinta Tri wulandari, dan putri Anugrah terimakasih atas suport selama belajar di institusi dan selama mengerjakan tugas apapun semoga pertemanan ini bisa terus terjalin

Untuk teman seperjuangan saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih atas kebersamaan selama ini, ada suka dan duka yang kita lewati tetapi taka pa semua itu untuk pendewasaan kita masing-masing. Semoga kita dapat meraih kesuksesan sesuai yang harapan kita. Aminn.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES TIPE II PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA PEKOREN

ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam penyelesaian Program D3 Keperawatan di Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Untuk ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

3. Ibu Agus Sulistyowati S.Kep., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo kampus Pasuruan yang telah mengesahkan.

4. Ns. Farida Anisa S.kep., MNS selaku pembimbing 1 yang selalu bijaksana dalam memberikan bimbingan, mencurahkan perhatian, do’a, dan nasehat serta yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Dwi Cahyono, SST.,M.Kes selaku pembimbing 2 yang selalu memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Untuk Ny. R selaku responden terimakasih atas kesediaan dan kerjasamanya yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Para sahabat yang telah mendukung untuk terselesaikannya proposal karya tulis ilmiah ini tepat waktu, teman teman seperjuangan yang telah menemani selama saya menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

8. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

(9)

viii

Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi ksempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Sidoarjo, Februari 2021

Penulis

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Metode Penelitian ... 5

1.5.1 Metode ... 5

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 6

1.5.3 Sumber Data ... 6

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep penyakit ... 8

2.1.1 Pengertian ... 8

2.1.2 Etiologi ... 8

2.1.3 Klasifikasi ... 10

2.1.4 Patofisiologi ... 11

2.1.5 Pathway ... 12

2.1.6 Manifestasi klinis ... 13

2.1.7 Komplikasi ... 14

2.1.8 Pemeriksaan penunjang ... 15

2.1.9 Penatalaksanaan ... 16

2.2 Konsep Lansia ... 17

2.2.1 Konsep dampak masalah ... 18

2.2.2 Asuhan keperawatan Defisit pengetahuan ... 18

2.3.3 Konsep Defisit pengetahuan ... 19

2.3.4 Konsep ketidakstabilan kadar glukosa darah... 20

2.4 Asuhan keprawatan ... 20

2.3.1 Pengkajian ... 20

(11)

x

2.3.2 Diagnosa keprawatan ... 25

2.3.3 Intervensi ... 25

2.3.4 Implementasi ... 27

2.3.5 Evaluasi ... 28

BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian ... 29

3.2 Analisa Data ... 40

3.3 Diagnosa Keperawatan ... 41

3.4 Intervensi ... 42

3.5 Penatalaksanaan ... 44

3.6 Evaluasi ... 47

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian ... 48

4.2 Diagnosa Keperawatan ... 48

4.3 Intervensi ... 50

4.4 Implementasi ... 50

4.5 Evaluasi ... 51

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 52

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(12)

xi

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.3.3.1 Intervensi defisit pengetahuan ... 25

Tabel 2.3.3.2 Intervensi resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah ... 26

Tabel 3.1.7 Pengkajian status Fungsional ... 35

Tabel 3.1.8 Pengkajian status Kognitif dan afektif ... 37

Tabel 3.1.9 Pengkajian status psikologi ... 38

Tabel 3.1.10 Apgar keluarga ... 39

Tabel 3.4.1 Intervensi defisit pengetahuan ... 42

Tabel 3.4.2 Intervensi Resiko ketidaksabilan kadar glukosa darah ... 43

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal Gambar 2.1.5 Pathway ... 9

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Lampiran Hal

Lampiran 1 ... 67

Lampiran 2 ... 71

Lampiran 3 ... 72

Lampiran 4 ... 73

Lampiran 5 ... 74

(15)

1 1.1 Latar Belakang

Diabetes militus (DM) merupakan kelompok penyakit gangguan metabolisme dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena ada kelainan sekresi urin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2018).Pada umumnya banyak lansia penderita DM yang tidak mengetahui tanda dan gejala penyakit tersebut, dikarenakan kurangnya informasi atau defisit pengetahuan. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Batasan karakteristik defisit pengetahuan dapat ditimbulkan oleh beberapa situasi seperti, keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, dan ketidaktahuan menemukan sumber informasi (sdki).

Data World Health Organization (WHO, 2016)telah mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun. Pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota, dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes.

(16)

Menurut American Diabetes Asociation (ADA, 2018). Jawa Timur berada pada urutan kelima provinsi di Indonesia dengan prevalensi diabetes melitus tertinggi yakni mencapai 2,6%. dan berada pada kisaran 1,25% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia. sedangkan penderita DM pada integritas kulit mencapai 1,1%, dan 1,5% dikarenakan defisit pengetahuan. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Dari 26 lansia di dusun ketapan desa pekoren mayoritas dari mereka banyak yang tidak mengetahui tentang penyakit diabetes melitus sebanyak 20 orang yakni sebanyak 76%, sedangkan 23% dari mereka mengalami integritas kulit. Dikarenakan sebagian dari mereka tidak bisa membaca dan kurangnya informasi dari pelayanan kesehatan di daerah tersebut.

DM dapat di klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. DM tipe 2 terjadi karena berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang melibatkan reseptor insulin di membran sel, pada tipe tersebut mengalami peningkatan kadar insulin dalam darah.

Pada tahap ini dapat di atasi dengan berbagai cara dan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi makanan instan,terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada dan kelainan hormonal. Glukosa merupakan bahan adiptif jika dikonsumsi secara berlebihan maka akan menyebabkan racun pada tubuh, diet glukosa juga mampu mengurangi kadar gula dalam tubuh. Usaha untuk menjaga gula darah agar tetap normal, bergantung pada motivasi serta pengetahuan pasien terhadap informasi penyakit yang diderita.

(17)

sedangkan pada pasien lansia masih banyak yang belum mengerti tentang informasi penyakit yang dideritanya. Dampak dari kurangnya informasi tentang pentingnya menjaga gula darah agar tetap normal yaitu supaya tidak menyebabkan kerusakan pada integritas kulit, dan tidak mengganggu metabolisme tubuh yang lain sehingga tidak menyebabkan komplikasi terhadap organ lain.

Peran perawat terhadap defisit pengetahuan pada penyakit diabetes melitus adalah memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan pengobatan kepada pasien berdasarkan prosedur dan membantu mengontrol makanan apa saja yang harus di hindari dengan cara diet glukosa. Ada tiga komponen utama pengobatan diabetes yaitu pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, dan konsumsi obat dokter secara rutin. Diet yang disarankan untuk pasien diabetes terutama yang mengandung indeks glikemik rendah. Berikut ini tujuan diet bagi lansia memberikan makanan sesuai kebutuhan, mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal, mempertahankan berat badan menjadi normal, mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah, mengurangi/ mencegah komplikasi. Adapun prinsip diet bagi usia lanjut yaitu Prinsip diet penderita diabetes adalah 3J Tepat Jenis, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu Diet glukosa adalah rancangan pola makan sehat untuk membantu mengontrol gula darah bagi penderita diabetes melitus. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul asuhan keperawatan pada klien diabetes meltius dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan.

(18)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada studi kasus ini yakni “ Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dibetes melitus dengan masalah defisit pengetahuan ?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Gangguan Pola Tidur pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren.

1.3.2 Tujuan Khusus

1 Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren

2 Melakukan perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren 3 Melakukanintervensi keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada

Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren

4 Melakukan Implementasi keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren

5 Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. R dengan Defisit Pengetahuan pada Diagnosa Medis Diabetes Melitus Type II di Desa Pekoren

(19)

1.4 Manfaat Penelitan

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat : 1.4.1 Akademis

Hasil studi ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan dengan kasus Diabetes Melitus.

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi 1) Bagi pelayanan kesehatan

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan atau keluarga agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus dengan baik.

2) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada kasus Diabetes Melitus.

3) Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada kasus Diabetes Melitus.

1.5 Metode Penulisan 1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses

(20)

keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1) Wawancara

Data diambil / diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lain.

2) Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien.

3) Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik.

1.5.3 Sumber Data 1) Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari klien 2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat klien, dan hasil hasil pemeriksaan kesehatan lainnya,

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

(21)

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1.6.1 Bagian awal

Memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti

Bagian ini terdiri dari lima bab, yang masing – masing bab terdiri dari sub bab berikut ini :

1) Bab 1: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan studi kasus.

2) Bab 2: Tinjauan pustakaberisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnose Hipertensi, serta kerangka masalah.

3) Bab 3: Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi.

4) Bab 4: Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.

5) Bab 5: Penutup, berisi tentang simpulan dan saran

(22)

8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep penyakit

2.1.1 Pengertian

Diabetes militus (DM) merupakan kelompok penyakit gangguan metabolisme dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena ada kelainan sekresi urin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2018). Pada umumnya banyak lansia penderita DM yang tidak mengetahui tanda dan gejala penyakit tersebut, dikarenakan kurangnya informasi atau defisit pengetahuan. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Batasan karakteristik defisit pengetahuan dapat ditimbulkan oleh beberapa situasi seperti, keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, dan ketidaktahuan menemukan sumber informasi (SDKI, 2017).

2.1.2 Etiologi

Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau besar dari sel–sel beta dari pulau Langerhans pada pankreas yang menghasilkan insulin,akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping Itu ada beberapa faktor lain penyebab penyakit diabetes melitus, antara lain :

(23)

1. Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori serta tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai, yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus.

2. Obesitas(kegemukan)

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang untuk terkena penyakit diabetes melitus.

3. Faktor genetik

Diabetes melitus dapat di wariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus, pewaris gen ini dapat sampai kecucunya bahkan cicitnya walaupun kemungkinan kecil terjadi.

4. Pola hidup

Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus, jika orang malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus.

5. Kehamilan diabetes gestasional ,akan hilang setelah melahirkan.

6. Bahan kimia yang dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas yang berakibat fungsi pankreas menurun sehingga ada sekresi hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

(24)

7. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Infeksi mikro organisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang berakibat fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon untuk proses metabolisme tubuh (Hasdiana, 2012).

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Mellitus sebagai berikut :

1. Tipe 1 : Diabetes Mellitus tergantung pada insulin (IDDM) Diabetes melitus yang disebut juga insulin dependent yaitu tubuh tergantung pada insulin karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang disebabkan oleh masalah genetik, virus atau penyakit autoimun.

2. Tipe 2 : Diabetes Mellitus tidak tergantung pada insulin (NIDDM) Diabetes yang membutuhkan insulin sementara atau seterusnya yang disebabkan oleh resistensi insulin, kekurangan insulin atau karena gangguan sekresi dan obesitas, usia maupun riwayat keluarga. Resistensi insulin adalah banyaknya jumlah insulin yang tidak berfungsi karena terhambat nya produksi glukosa oleh hati.

3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom.

4. Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan (GDM). Diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan akan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin dan protein reaktif pada lintasan patogenesisnya (Padila, 2012).

(25)

2.1.4 Patofisiologi

Diabetes militus (DM) merupakan kelompok penyakit gangguan metabolisme dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena ada kelainan sekresi urin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2018). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jariangan. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Makanan sebagian yang masuk diguanakan untuk kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen hati dan jaringan lainnya dengan bantuan insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans pankreas yang kemudian produksinya masuk kedalam darah dengan jumlah sedikit kemudian meningkat jika ada makanan yang masuk. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk mempertahankan glukosa darah tetap stabil antara70-120mg/dl (Tarwonto, 2012).

Pada diabetes tipe 2 masalah utama adalah berhubungan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukan penurunan sensitifitas jariangan pada insulin. Normalnya insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi meliputi metabolisme glukosa. Pada Diabetes Mellitus tipe 2 reaksi intra seluler dikurangi, sehingga menyebabkan efektivitas insulin menurun dalam menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan pembebasan oleh hati. Mekanisme yang pasti menjadi penyebab utama resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Mellitus tipe 2 tidak diketahui, meskipun faktor genetik berperan pertama (Tarwonto, 2012).

(26)

2.1.5 Pathway Diabetes mellitus

Gambar 2.1.5 Pathway Diabetes Mellitus Genetik

Faktorimunologi obesitas

Usia

Peningkatan beban metabolisme

glukosa Individu yang

memiliki anti gen Respon autoimun

abnormal Penurunan

fisiologis

Reaksi Autoimun

Diabetes mellitus

Sel B pankreas hancur atau menurun

kelelahan poliuria Poli peptida Olahraga berlebihan Pola makan

Hipergikemi Hipoglikemi

Resiko ketidakstabilan gula

Kurang informasi

Defisit pengetahuan

Glukourina

Peningkatan saluran urine

Kekuranganvolume cairan

Ketidak seimbangan

elektrolit Resiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah

(27)

2.1.6 Manifestasi klinis

Adanya penyakit diabetes melitus ini sering kali tidak dirasakan dan disadari oleh penderita beberapa keluhan dan gejala yang perlu dapat perhatian adalah :

1. Gejala akut

a. Banyak kencing (poliuria) Karna sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan sering kencing dengan jumblah yang banyak terutama pada malam hari.

b. Banyak minum (polydipsia) Rasa haus sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang melalui kencing. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.

c. Banyak makan (polifgia) Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes melitus karena renspasi mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar.

d. Penurunan berat badan dan rasa lemah, mengantuk 2. Gejala kronis

a. Gangguan penglihatan, beru pandangan yang kabur dan menyebabkan sering ganti kacamata.

b. Gangguan saraf tepi berupa kesemutan, terutama pada malam hari sering terasa sakit dan rasa kesemutan dikaki.

c. Rasa tebal pada kulit, yang menyebabkan penderita lupa memakai sandal dan sepatunya.

(28)

d. Gangguan fungsi seksual dapat berupa gangguan ereksi, impoten yang disebabkan gangguan pada saraf bukan karena gangguan pada kekurangan hormone seks (testosterone) Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan gatal sering dirasakan, hal ini disebabkan daya tahan tubuh penderita menurun (Suiraoka, 2012).

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi pada penyakit diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Komplikasi akut

a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi Diabetes Mellitus tidak tergantung pada insulin.

b. Ketoasi atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak dan protein terutama terjadi pada Diabetes Mellitus tergantung pada insulin.

c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol

2. Komplikasi kronis Mikroangiopati (kerusakanpadasaraf-sarafperifer) pada organ-organ yang mempunyai pembuluh darah kecil sehingga pada :

Retinopati diabetic (kerusakansarafretinadimata) sehingga menyebabkan kebutaan.

a. Neuropati diabetika (kerusakansaraf-sarafperifer) mengakibatkan gangguan sensori pada organ tubuh.

b. Nefropati diabetika (kelainan atau kerusakan pada ginjal) dapat menyebabkan gagal ginjal

(29)

c. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard infark maupun gangguan fungsi jantung karena arterieskelosis

d. Penyakit vaskuler perifer.

e. Gangguan system pembuluh darah otak atau stroke.

2.1.8 Pemeriksaan penunjang

Untuk menentukan penyakit diabetes melitus, tanda dan gejala yang dialami pasien juga penting adalah dilakukan test diagnostik diantaranya :

a. Pemeriksaan gula darah puasa

Tujuan : menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa. Pembatasan : tidak makan selama 12 jam sebelum test biasanya jam 08.00 pagi sampai jam 20.00, minum boleh.

Prosedur : darah diambil dari vena dan kirim ke laboratorium. Hasil : Normal:80-120 mg/ 100 ml serum

Abnormal : 140mg/100ml atau lebih

b. Pemeriksaan gula darah posprandial

Tujuan : menentukan gula darah setelah makan

Pembatasan : tidak ada

(30)

Prosedur : pasien diberimakan kira–kira 100 gr karbohidrat, dua jam kemudian diambil darah vena nya.

Hasil Normal : kurang dari 120mg/100ml serum

Abnormal : lebih dari 200mg/dl atau Lebih

c. Pemeriksaan glukosa urine

Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak dipengaruhi oleh berbagai hal misalnya karena obat-obatan seperti aspirin, vitamin C dan beberapa antibiotic, adanya kelainan ginjal

Dan pada lansia dimana ambang ginjal meningkat adanya glukosuriame nunjukkan bahwa ambang terhadap glukosa terganggu.

d. Pemeriksaan ketone urine

Badan ketone merupakan produk sampingan proses pemecahan lemak, dan senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urine. Jumlah keton yang besar pada urine akan merubah pereaksi pada strip menjadi keunguan adanya ketonuria menunjukkan adanya ketoasidosis.

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan pasien diabetes melitus adalah : a. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.

b. Mencegah komplikasi vaskuler dan neuropati.

(31)

c. Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis.

Prinsip penatalaksanaan pasien diabetes melitus adalah mengontrol gula darah dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah ada lima faktor penting yang harus diperhatikan yaitu :

a. Asupan makanan atau managemen diet Perhimpunan diabetes Amerika dan persatuan Diet etik Amerika Merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal dari karbohidrat 60-70% ,Protein 12-20%, Lemak 20-30%

b. Latihan fisik Latihan dengan cara melawan tahan dapat menambah laju metabolisme istirahat, menurunkan berat badan dan menyegarkan tubuh.

c. Obat-obatan penurunan gula darah. Terapi Tablet OAD (OralAntibiotik) diantaranya Sulfanilurea, Biguanida, Insulin (Tarwonto, 2012).

2.2 Konsep lansia

Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru W, 2009).

Lansia adalah seseorang yang berusia > 60 tahun yang tidak mampu mencari nafkah sendiri untuk memenuhi hidupnya (Ratnawati, 2017).

Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 60 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan

(32)

2.2.1 Konsep dampak masalah

Pada umumnya Dampak dari kurangnya informasi tentang pentingnya menjaga gula darah agar tetap normal yaitu supaya tidak menyebabkan kerusakan pada integritas kulit, dan tidak mengganggu metabolisme tubuh yang lain sehingga tidak menyebabkan komplikasi terhadap lansia.

2.2.2Asuhan Keperawatan Defisit Pengetahuan

Peran perawat terhadap defisit pengetahuan pada penyakit diabetes melitus adalah memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan pengobatan kepada pasien berdasarkan prosedur dan membantu mengontrol makanan apa saja yang harus di hindari dengan cara diet glukosa. Ada tiga komponen utama pengobatan diabetes yaitu pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, dan konsumsi obat dokter secara rutin. Diet yang disarankan untuk pasien diabetes terutama yang mengandung indeks glikemik rendah. Berikut ini tujuan diet bagi lansia memberikan makanan sesuai kebutuhan, mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal, mempertahankan berat badan menjadi normal, mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah, mengurangi/ mencegah komplikasi. Adapun prinsip diet bagi usia lanjut yaitu Prinsip diet penderita diabetes adalah 3J Tepat Jenis, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu Diet glukosa adalah rancangan pola makan sehat untuk membantu mengontrol gula darah bagi penderita diabetes melitus.

(33)

2.2.3 konsep defisit pengetauan (D.0111)

Definisi defisit pengetahuan adalah keadaan kurangnya informasi kongnitif yang berkaitan dengan topik tertentu (SDKI, 2017).

Penyebab adalah keterbatasan kongnitif, gangguan fungsi kongnitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Gejala dan tanda mayor :

Subyektif : Menanyakan masalah yang dihadapi

Obyektif :Menunjukan perilaku yang tidak sesuai anjuran, Menujukkan presepsi yang keliru terhadap masalah

Gejala dan tanda minor :

Subyektif : -

Obyektif :Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, Menunjukkan perilaku yang berlebihan (misal.apatis,agitasi,bermusuhan,histeria)

Kondisi klinis terkait yaitu kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien, penyakit akut, penyakit kronis.

(34)

2.2.4 konsep ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0038)

Definisi ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah resiko terhadap variasi kadar glukosa darah dari rentan normal (SDKI, 2017)

Faktor resiko yaitu kurang terpapar informasi tentang management diabetes, ketidak tepatan pemantauan glukosa darah, kurang patuh terhadap managemen diabetes, managemen medikasi tidak terkontrol, kehamilan, penambahan berat badan, stress berlebihan.

Kondisi klinis terkait, diabetes mellitus, ketoasidosis diabetik, Hipoglikemi, Diabetes gestasional, penggunaan kortikosteroid, nutrisi parental total.

2.3 Konsep Asuhan keperawatan

2.3.1 Pengkajian

1. Identitas pasien

Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir,agama, jenis kelamin, alamat,status perkawinan, pekerjaan saat ini, pekerjaan saat ini, pendidikan terakhir .

2. Keluhan utama

Saat MRS ( alasan utama maasuk rumah sakit ) Saat pengkajian ( yang paling di keluhkan pasien) 3.Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

(35)

Berisi tentang perjalanan penyakit Diabetes melitus biasanya mengeluh kesemutan sering buang air kecil berat badan menurun ,seringhaus,dan nafsu makan meningkat.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Berapa lama klien mengalami penyakit Diabetes melitus dan bagaimana penanganannya mendapat terapi insulin apa saja dan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit Diabetes Mellitus 2. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi

menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang pengetahuan dan penatalaksanaan penderita diabetes melitus dengan ketidak stabilan gula darah b. Pola nutrisi

Penderita diabetes melitus mengalami mual, muntah, haus, dan terjadi penurunan berat badan

c. Pola eliminasi

Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada kebiasaan BAB dan BAK.

d. Pola aktivitas/istirahat

Sering mengalami susah tidur, lemah, letih, tonus otot menurun.

3. Nilai dan keyakinan

(36)

Gambaran tentang penyakit diabetes melitus tentang penyakit yang dideritanya menurut agama dan keprcayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya

6. Pemeriksaanfisik

a. keadaan umum : tampak lemah b. TTV

(tekanan darah menurun, nafas sesak, nadi cepat atau lambat, jumlah gula darah jika dikaji)

d. TB/BB

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan e. Kepala Kulit kepala :

Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit, tekstur kulit dan kebersihan kulit kepala

Inspeksi : Lihat ada apa tidaknya lesi, warna hitam atau kecoklatan. Ada odem apa tidak, dan distribusi kulit rambut.

Palpasi : diraba tentukan turgor kulit dan tekstur kulit ada lesi atau tidak tekstur kasar atau tidak, akral panas apa dingin.

Rambut : untuk mengetahui warna rambut, ada percabangan atau tidak, mudah rontok apa tidak..

Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, bercabang atau tidak, mudah rontok atau tidak.

Palpasi : Mudah rontok atau tidak, kasar atu halus.

(37)

f. Mata(tidak ada yang spesifik)

Tujuan : untuk mengetahui adanya kelainan pada mata dan juga untuk melihat pandangan mata.

Inspeksi:kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip atau tidak, konjungtiva dan sclera merah atau konjungtivitis, iktirik/ indikasi bilirubin atau gangguan pada hepar, pupil sokor, miosis atau miodiasis.

Palpasi:tekan secara ringan jika ada peningkatan teraba keras kaji adanya nyeri tekan.

g. Hidung

Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya inflamasia ausinusitis.

Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret.

Palpasi : apakah ada nyeritekan massa.

h. Mulut Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk mengetahui kebersihan mulut.

Inspeksi : amati bibir apa ada kelainan congenital (bibirsumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban

pembengkakan, lesi, amati jumlah dan bentuk gigi, berlubang, warna plak, kebersihan gigi.

Palpasi : pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan ada massa atau tumor, pembekakan dan nyeri.

i. Telinga

(38)

Tujuan : untuk mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang telinga.

Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebersihan lesi.

Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago

j. Leher

Tujuan : untuk menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk dan organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.

Inspeksi : amati mengenai bentuk, warnakulit, jaringan parut, amati adanya pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan belakang dan samping.

Palpasi : letakkan tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid.

k. Abdomen

Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan gerakan perut, mendengarkan bunyi peristaltic usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen.

Inspeksi : bentuk perut, warna kulit, adanya reaksi, adanya ketidak simetrisan Palpasi : adanya respon nyeri tekan

Auskultasi : bising usus normal 10-12x/ menit

(39)

l. Muskulokoletal

Tujuan : untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu

Inspeksi : mengetahui ukuran dari adanya aerofil dan hipertrofil, amati kekuatan otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah.

2.3.2 Diagnosa keperawatan yang muncul 1. defisit pengetahuan tidak efektif.

2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah

3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

5. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang (NANDA-I, 2018).

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dan perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien yang ditentukan selama tahap intervensi keperawatan, dibuat prioritas dengan kolaborasi klien dan keluarga, konsultasi tim ksehatan lain, telaah literature, modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi yang relavan tentang kebutuhan keperawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinis.

(40)

intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan autocome pasien/klien, intervensi keperawatan dilakukan baik langsung maupun tidak langsung yang ditujukan terhadap individu, keluarga dan masyarakat serta orang yang dirujuk oleh perawat, dokter maupun pemberi layanan kesehatan lainnya (Gloria, 2013).

(41)

Tabel 2.3.3.1 Intervensi keperawatan Defisit pengetahuan (D.0111) b/d kurang terpapar informasi

SLKI SIKI

KODE LUARAN KODE INTERVENSI

Luaran utama Intervensi utama

L.12111

L.09080 L.10100 L.12110

Tingkat pengetahuan dengan keriteria hasil : 1. Perilaku sesuai anjuran membaik

2. Peningkatan verbalisasi minat dalam belajar 3. Peningkatan kemampuan menjelaskan suatu topik 4. Peninngkatan perilaku sesuai dengan pengetahuan

Luaran tambahan : Motivasi

Proses informasi Tingkat kepatuhan

I.12383 Edukasi kesehatan Tindakan : Observasi :

1. Identifikasi kesiapan menerima informasi 2. Identifikasi faktor yang dapat meningkatkan atau

menurunkan motivasi

Traupetik :

1. Sedisksn materi dan media pendidikan kesehatan sesuai topik

2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :

1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

(42)

Tabel 2.3.3.2 Intervensi keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0038) b/d kurang terpapar informasi tentang management diabetes

SLKI SIKI

KODE LUARAN KODE INTERVENSI

Luaran utama Intervensi utama

L.03021

L.03020 L.03021

Tingkat pengetahuan dengan keriteria hasil : 1. Perilaku sesuai anjuran membaik 2. Keluhan lapar normal

3. Rasa haus normal

4. Berkurangnya pengeluaran cairan( keringat berlebih, BAK ynag berlebihan)

Luaran tambahan : Keseimbangan cairan Keseimbangan elektrolit

I.12383 Edukasi kesehatan Tindakan : Observasi :

1. Identifikasi kesiapan menerima informasi 2. Identifikasi faktor yang dapat meningkatkan atau

menurunkan motivasi

Traupetik :

1. Sedisksn materi dan media pendidikan kesehatan sesuai topik

2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :

1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

(43)

2.3.4 Implementasi

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik, dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pasien.

Tahap-tahap tindakan :

1. Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keprawatan ini perawat mengevaluasi hasil identifikasi pada tahap perencanaan.

2. Tahap 2 : Pelaksanaan

Fokus tahap pelaksanaan ini adalah kegiatan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuan fisik dan emosional.

3. Tahap 3 : Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keprawatan harus di catat dan didokumentasikan yang lengkap dan akurat teradap suatu kejadian dalam proses

keprawatan.

(44)

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi meruupakan langkahn akhir dalam proses keprawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja secara terus menerus yang melibatkan

pasien,perawat,dan anggota tim kesehatan yang lain.

(45)

31

TINJAUAN KASUS

3.1 pengkajian 3.1.1 Identitas

a. Nama : Ny.R

b. Tempat/tgllahir : 6 januari 1954 c. JenisKelamin : Perempuan d. StatusPerkawinan : Sudah menikah e. Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar

f. Alamat : Desa Pekoren

g. Agama : Islam

h. Suku : Jawa

i. Tanggal pengkajian : 22 Februari 2021

j. Orang yang yang paling dekat dengan klien yang bisa di hubungi

Nama : Tn.U

Alamat : Desa Pekoren

Jenis kelamin : Laki-Laki Hubungan dengan klien : Suami

(46)

3.1.2 Struktur keluarga

No Nama Umur Jenis kelamin Hubungan dgn klien

Pekerjaan Keterangan

1. Ny.R 67 Perempuan Klien Ibu rumah

tangga

2. Tn.U 69 Laki-Laki Suami Tukang

bangunan

3.1.3 Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

Pekerjaan saat ini Tidak bekerja Pekerjaan sebelumnya Tidak bekerja Sumber pendapatan Dari suami kuli bangunan

Kecukupan pendapatan Cukup

3.1.4 Riwayat Kesehatan

Keluhan utama Pasien mengatakan sering

mengalami buang air kecil secara terus menerus, sering merasa haus

Riwayat penyakit sekarang Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir

gejala yang dirasakan faktor pencetus timbul keluhan upaya mengatasi Riwayat penyakit dahulu

Riwayat alergi Riwayat kecelakaan

Riwayat pernah dirawat di RS

Tidaka ada riwayat penyakit Tidak ada riwayat alergi Klien mengatakan tidak pernah kecelakaan

(47)

Riwayat pemakaian obat Tidak pernah di rawat di RS Klien dulu sering mengkonsumsi obat di warung

Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan keluarganya

tidak ada yang mengalami penyakit seperti beliau

3.1.5 Genogram

= Laki-Laki

= Perempuan = Tinggal serumah = Meninggal

= Klien

(48)

3.1.6 Lingkungan dan Aktifitas

Riwayat Tempat Tinggal Jumlah orang yang tinggal dirumah

Klien hanya tinggal dengan suaminya

Kebersihan dan kerapian Dirumah klien terdapat banyak debu terutama pada meja dan lemari

Penerangan / sirkulasi udara Penerangan kurang dan ventilasi udara pada rumahnya hanya di ruang tamu saja Keadaan kamar mandi dan

WC

Klien memiliki kamar mandi dan wc

Pembuangan air kotor Pembuangan air kotor di buang di belakang rumah klien Sumber air minum Air untuk minum klien

mengkonsumsi air galon

Pembuangan sampah Sampah biasanya di buang di belakang rumah setelah itu di bakar

Sumber Pencemaran

Rekreasi Jika ada waktu senggang

biasanya digunakan untuk beristirahat atau bercocok tanam di lahan depan rumah Pola Fungsi Kesehatan Pola tidur / Istirahat

Pola Eliminasi BAK : Pasien biasanya BAK pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur. Tidak ada masalah

BAB : Pasien BAB saat pagi hari bangun tidur dan setelah makan siang. Tidak ada masalah

Pola Nutrisi Makan : Makan 3x sehari (Nasi, Ikan, Sayur) dengan porsi satu piring habis

(49)

Minum : 8-10 gelas sehari (air minum)

Kebiasaan yang

Mempengaruhi Kesehatan

Klien sering makan banyak dan kurang beraktifitas Pola Kognitif Persepsual Penglihatan Normal, Klien dapat melihat

dengan jelas

Pendengaran Normal, Klien dapat

mendengarkan suara dengan jelas

Pengecapan Normal

Sensasi / Peraba Normal

Persepsi diri-pola konsep diri

Gambaran Diri

Identitas Diri Peran Diri Ideal Diri Harga Diri Pola toleransi-Stres koping Penyebab Stres

Penanganan Pola seksual

Pola Hubungan Peran Saat ini klien berperan sebagai

ibu rumah tangga

Pola Keyakinan – Nilai Keyakinan Akan Kesehatan Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya saat ini adalah ujian dari Allah SWT

Keyakinan Spiritual Klien selalu melaksanakan ibadah 5 waktu dengan tepat waktu

Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya

Persepsi kesehatan dan pola managemen kesehatan

Pola Hubungan – Peran Saat ini klien berperan

sebagai ibu. Dan hubungannya dengan keluarganya sangat baik.

(50)

No Pemeriksaan Fisik Klien Ny.R

1. KeadaanUmum Cukup

Kesadaran

GCS

Composmentis 4-5-6

2. Tanda-tanda Vital TekananDarah Nadi

Suhu Respirasi

130/100 mmHg 90x/menit 36⁰C 24x/menit 3. PemeriksaanKepala-Leher Kepala Inspeksi :

1) Bentuk bulat, simetris

2) Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe 3) Penyebaran rambut merata

4) Warna rambut hitam dan terdapat uban putih

5) Rambut tidak berbau

6) Warna kulit wajah sawo matang 7) Wajah simetris

8) Tidak ada sianosis Palpasi : Tidak ada benjolan

Mata Inspeksi :

1) Mata lengkap, simestris 2) Konjungtiva tidak anemis 3) Sklera tidak ikterik

4) Pupil : reflex pupil terhadap cahaya baik, isokor

5) Korneadan iris : tidak ada peradangan 6) Palpebral : normal, tidak ada

peradangan Palpasi :

1) Tidak ada edema

2) Tidak ada peradangan/lesi 3) Tidak ada benjolan

Hidung 1) Tulang hidung dan posisi septum nasi:

tidak ada pembengkakan

2) Lubang hidung tidak ada secret, tidak ada sumbatan

3) Tidak ada pernafasan cuping hidung

Telinga Inspeksi :

1) Bentuk simetris kanan dan kiri

(51)

2) Ukuran sedang

3) Ketegangan telinga lentur 4) Lubang telinga bersih, tidakada

serumen, tidak ada perdarahan 5) Pendengaran baik

Palpasi : tidak ada benjolan

Mulut 1) Bibir tidak ada sianosis

2) Membrane mukosa kering 3) Gigi dan gusi bersih, tidakada

stomatitis

4) Lidah bersih, terdapat bercak putih tipis

Leher Inspeksi :

1) Posisi trakea simetris Palpasi

1) Tidak ada pembesaran tiroid 2) Suara normal

3) Tidak ada pembesaran kelenjar limfe 4) Tidak ada bendungan / distensi vena

jugularis

5) Denyut nadi carotis teraba

Pemeriksaan Integumen Kulit Inspeksi

1) Kulit bersih

2) Warna sawo matang

3) Tidak ada kelainan pada kulit Palpasi

1) Akral hangat

2) Tekstur lembut, lembab Pemeriksaan payudara dan

ketiak

Tidak di kaji

Pemeriksaanthorax / dada Paru-paru Inspeksi

1) Bentuk thorax : normal chest 2) Frekuensinafas 28x / menit 3) Irama nafas irregular

4) Tanda-tanda kesulitan nafas : dyspnea, terdapat retraksi otot intercoste Palpasi : getaran suara (vocal fremitus) simetris Perkusi : sonor

Auskultasi

1) Suara nafas vesikuler 2) Suara ucapan normal

3) Tidak a da suara tambahan ronchi dan wheezing

(52)

Jantung InspeksidanPalpasi 1) Ada pulsasi

2) Ictus cordis : ICS V linea mid clavicula rissinistra

Perkusi

1) ICS II linea sinistra dekstra sinistra 2) ICS IV linea sternalis sinistra 3) ICS V linea mid clavicul arissinistra Austulkasi

1) Bunyi jantung I : lup / S1 2) Bunyi jantung II : dup / S2 3) Tidak ada bunyi jantung tambahan 4) Tidak ada bising / mur-mur

5) Frekuensi denyut jantung 90x/menit

Pemeriksaan abdomen Abdomen Inspeksi

1) Bentuk abdomen : datar 2) Tidak ada benjolan

3) Tidak ada bayangan pembulu darah abdomen

Palpasi

1) Tidak ada nyeri tekan 2) Tidak ada benjolan / massa 3) Tidak ada tanda-tanda ascites

4) Hepar tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan

5) Lien tidak ada pembesaran tidak ada nyeri tekan

Perkusi :

1) Suara abdomen timpani 2) Tidak ada tanda-tanda ascites Auskultasi : peristaltic usus 12x/menit Pemeriksaan kelamin dan

daerah sekitarnya

Tidakdikaji

Pemeriksaan muskuloskeletal

Ekstermitas Inspeksi : struktur dan bentuk tulang : simetris tidak ada kelainan

Palpasi

1) Tidak ada pitting edema 2) Akral hangat

3) Kekuatan otot 5 5 5 5 Perkusi

(53)

1) Fungsi motoric baik 2) Fungsi sensorik baik 3) Reflek fisiologis

(1) Trisep (+) (2) Bisep (+) (3) Patella (+)

Pemeriksaan neurologi Tingkat kesadaran GCS 4-5-6 kesadaran composmentis

Tanda-tanda rangsangan

otak

Pusing (-) febris (-) mual (-) muntah (-)

Syaraf otak (nervus

cranial)

Tidak di kaji

Fungsi motoric Klien mampu menggerakkan tubuh dengan baik

Fungsi sensorik Klien mampu mengikuti perintah dengan baik

Reflex Reflex fisiologis (+) tidakada reflex patologis

Pemeriksaan status mental Kondisi mental / perasaan Stabil, klien tampak gelisah

Orientasi Baik

Proses berpikir (ingatan,

atensi, keputusan, perhitungan)

Klien mampu mengingat dengan baik

Motivasi Klien ingin segera sembuh dan bisa beraktifitas

lagi

Persepsi Klien menilai bahwa sakit ada lah ujian dari

Allah SWT

Bahasa Jawa, Indonesia

(54)

3.1.7 Pengkajian Status Fungsional Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial Tabel Pengkajian status fungsional (index Katz)

No Aktivitas Mandiri Tergantung

1 Mandi Mandiri:

Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya

Tergantung :

Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri

2 Berpakaian Mandiri :

Mengambil baju dari lemari, me- makai pakaian, melepaskan pakaian, mengancingi/mengikatpakaian.

Tergantung :

Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya se- bagian

3 Ke Kamar Kecil Mandiri :

Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genetaliasendiri Tergantung :

Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot

4 Berpindah Mandiri :

Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri

Bergantung :

Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih per- pindahan

(55)

5 KontinenMandiri :

BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri Tergantung :

Inkontinensia parsial atau total; penggunaankate- ter,pispot, enema dan pembalut (pampers)

6 Makan Mandiri :

Mengambil makanan dari piring dan menyua- pinya sendiri

Bergantung :

Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan

parenteral (NGT)

Keterangan :

Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien Analisis Hasil :

NilaiA :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil, mandi danberpakaian.

NilaiB :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsitersebut NilaiC : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi

tambahan

Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan

NilaiE : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsitambahan.

NilaiF : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsitambahan

NilaiG : Ketergantungan pada keenam fungsitersebut

(56)

3.1.8 Pengkajian status kognitif dan afektif

Tabel Shorth Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)

Analisis Hasil :

Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual Utuh Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual Berat

No Item Pertan-

yaan

Benar Salah 1 Jam berapa sekarang ?

Jawab:………..

2 Tahun berapa sekarang ?

Jawab:……….

3 Kapan Bapak/Ibu lahir?

Jawab:………

4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ?

Jawab : ……….

5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ?

Jawab :………..

6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu?

Jawab :………..

7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu ?

Jawab :……….………

8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ?

Jawab : ………...………

9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ?

Jawab :……….

10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ?

Jawab :………

JUMLAH 10

(57)

3.1.9 Pengkajian status psikologi

Tabel Geriatric depression scale ( skala depresi)

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda?

1 2 Apakah anda telah meninggalkan banyak

Kegiatan dan minat/kesenangan anda

1

3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 1

4 Apakah anda sering merasa bosan? 1

5 Apakah anada mempunyai semangat yang baik Setiap saat?

1 6 Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk

Akan terjadi pada anda?

1

7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian Besar hidup anda?

1

8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya? 1

9 Apakah anda lebih sering dirumah daripadapergi Keluar dan mengerjakan sesuatu hal yangbaru?

1

10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah Dengan daya ingat anda dibandingkan ke- banyakan orang ?

1

11 Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda Sekarang menyenangkan?

1

12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti Perasaan anda saat ini?

1

13 Apakah anda merasa penuh semangat? 1

14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak Ada harapan?

1

15 Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik Keadaannya daripada anda?

1

Skor 11 5

Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor 1 (satu) : 5-9 kemungkinan depresi

Skor >10 : depresi

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Langkah terakhir dalam logistic regression adalah estimasi parameter dan interprestasi yang menunjukan bahwa variable profitabilitas, ukuran perusahaan, dan

Setelah melakukan analisa, hasil yang didapat adalah terdapat lima jenis bahasa kiasan yang berdasarkan pada teori terjemahan yang dikemukakan oleh Larson dan dianalisa

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti mencoba memberikan saran agar dapat menyelesaikan masalahan-masalahan yang di temui di SMK Al- Musyawirin Cirebon. Guru

sistem norma tersebut bekerja di dalam masyarakat. 16 Permasalahan yang dibahas adalah penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pencurian. dengan kekerasan di Polres

Berbeda dengan hasil kesimpulan pada hipotesis kedua yang menyimpulkan bahwa variabel otonomi tugas tidak dapat menjadi variabel moderating yang menguatkan pengaruh

Pemberian jus Aloe vera dengan dosis 2ml/hari, 3ml/hari, 4 ml/hari selama 15 hari pada tikus putih Wistar jantan hiperlipidemia terbukti mampu menurunkan

Pelaksanaan babak semifinal dan final mewajibkan peserta tidak hanya menjawab soal berbentuk pilihan ganda tetapi juga akan melakukan presentasi dan unjuk kemampuan sesuai

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, hipotesis tindakan kelas yang diajukan dalam penelitian ini yaitu jika pembelajaran menarasikan hasil