• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelatihan, Kompensasi Finansial, dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Bhanuswari Resort & Spa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelatihan, Kompensasi Finansial, dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Bhanuswari Resort & Spa."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN, KOMPENSASI FINANSIAL

DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BHANUSWARI RESORT & SPA

SKRIPSI

Oleh:

KADEK RIDWAN DWINATA ARIS OVA NIM : 1215251054

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

PENGARUH PELATIHAN, KOMPENSASI FINANSIAL

DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BHANUSWARI RESORT & SPA

SKRIPSI

Oleh:

KADEK RIDWAN DWINATA ARIS OVA NIM : 1215251054

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

(3)

iii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 10 Juni 2016.

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. Desak Ketut Sintaasih, S.E., M.Si. ………

2. Sekretaris : Dr. Made Subudi, S.E., M.Si. ………

3. Anggota : Drs. I Komang Ardana, M.M. ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 10 Juni 2016

Mahasiswa,

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pelatihan, Kompensasi Finansial dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bhanuswari Resort & Spa” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas kesempatan yag diberikan sehingga penulis dapat melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, S.E., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas kesediaannya membantu penulis memenuhi segala administrasi mengenai kemahasiswaan. 3. Dr. I Gusti Ayu Ketut Giantari, S.E., M.Si., sebagai Ketua Jurusan

Manajemen dan Agoes Ganesha Rahyuda, SE., M.T., Ph.D., sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas kesediaannya membantu penulis memenuhi segala administrasi. 4. Drs. Ketut Suardhika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas

(6)

vi

5. Ibu Ni Made Rastini, SE., M.M., selaku Koordinator Jurusan Manajemen Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas bantuan administrasi yang diberikan.

6. Dr. Desak Ketut Sintaasih, S.E., M.Si., sebagai Pembimbing Akademik sekaligus sebagai pembahas skripsi ini atas bimbingan, arahan, masukan dan motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

7. Dr. Made Subudi, S.E., M.Si., sebagai dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini. 8. Drs. I Komang Ardana, M.M., selaku dosen penguji atas waktu dan saran

yang telah diberikan.

9. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, kakak, atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

10.Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Juni 2016

(7)

vii

Judul : Pengaruh Pelatihan, Kompensasi Finansial dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Bhanuswari Resort & Spa

Nama : Kadek Ridwan Dwinata Aris Ova NIM : 1215251054

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan mengenai kinerja karyawan yang belum optimal di Bhanuswari Resort & Spa yang disebabkan oleh pelatihan, kompensasi finansial dan komitmen organisasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pelatihan, kompensasi finansial dan komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan.

Penelitian ini dilakukan di Bhanuswari Resort & Spa. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 47 orang karyawan, dengan metode sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.

Berdasarkan hasil analisis data, pelatihan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Kompensasi finansial secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Komitmen organisasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Untuk meningkatkan kinerja karyawan, perusahaan harus menetapkan sasaran pelatihan sesuai standar sehingga dapat diukur sejauh mana karyawan dapat memahami pelatihan tersebut. Selain itu, pihak perusahaan sebaiknya memberikan uang transportasi untuk karyawan yang kinerjanya baik serta memberikan penghargaan atas keberadaan karyawan di perusahaan sehingga karyawan merasa bangga bekerja di perusahaan.

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11

2.1.1 Kinerja karyawan ... 11

2.1.2 Standar kinerja karyawan ... 12

2.1.3 Penilaian kinerja karyawan ... 13

2.1.4 Metode penilaian kinerja karyawan ... 14

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja karyawan ... 16

2.1.6 Indikator kinerja karyawan ... 17

2.1.7 Pelatihan ... 18

2.1.8 Tujuan pelatihan ... 20

2.1.9 Jenis-jenis pelatihan ... 20

2.1.10 Indikator pelatihan ... 23

2.1.11 Kompensasi finansial ... 24

2.1.12 Jenis-jenis kompensasi ... 26

2.1.13 Sistem dan kebijakan kompensasi ... 26

2.1.14 Indikator kompensasi finansial ... 28

2.1.15 Komitmen organisasional ... 29

2.1.16 Bentuk komitmen organisasional ... 29

2.2 Kerangka Konseptual ... 32

2.3 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

(9)

ix

3.3 Obyek Penelitian ... 37

3.4 Identifikasi Variabel ... 38

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 38

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.6.1 Jenis data ... 41

3.6.2 Sumber data ... 41

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel 41 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.9 Instrumen Penelitian ... 42

3.9.1 Uji validitas ... 42

3.9.2 Uji reliabilitas ... 43

3.10 Teknik Analisis Data ... 44

3.10.1 Analisis statistik deksriptif ... 44

3.10.2 Analisis statistik inferensial ... 45

3.10.3 Uji ketepatan model regresi (Uji-F) ... 46

3.10.4 Uji hipotesis (Uji-t) ... 47

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Organisasi ... 48

4.1.1 Sejarah singkat organisasi ... 48

4.1.2 Visi dan misi organisasi ... 49

4.1.3 Struktur organisasi ... 50

4.1.4 Job description Bhanuswari Resort & Spa 51 4.2 Karakteristik Responden ... 55

4.2.1 Jenis kelamin ... 55

4.2.2 Usia ... 56

4.2.3 Pendidikan ... 56

4.2.4 Masa kerja ... 57

4.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 57

4.3.1 Kinerja karyawan ... 58

4.3.2 Pelatihan ... 59

4.3.3 Kompensasi finansial ... 60

4.3.4 Komitmen organisasional ... 61

4.4 Analisis Statistik Inferensial ... 62

4.4.1 Uji asumsi klasik ... 62

4.4.2 Uji ketepatan model regresi (uji-F) ... 63

4.4.3 Uji hipotesis (uji-t) ... 64

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

4.5.1 Pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan pada Bhanuswari Resort & Spa ... 66

(10)

x

4.5.3 Pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan Bhanuswari

Resort & Spa ... 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 69

5.2 Saran ... 69

DAFTAR RUJUKAN ... 71

(11)

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Rekapitulasi Kinerja Karyawan Bhanuswari Resort

& Spa Tahun 2015 ... 2

1.2 Keluhan Pelanggan Bhanuswari Resort & Spa Tahun 2015 ... 3

1.3 Evaluasi Pelatihan Karyawan Bhanuswari Resort & Spa ... 4

1.4 Komponen Kompensasi Finansial Bhanuswari Resort & Spa ... 6

1.5 Data Perputaran Karyawan Bhanuswari Resort & Spa Tahun 2015 ... 7

3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan, Pelatihan, Kompensasi Finansial dan Komitmen Organisasional ... 42

3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Karyawan, Pelatihan, Kompensasi Finansial dan Komitmen Organisasional ... 44

4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

4.2 Responden Berdasarkan Usia ... 56

4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56

(12)

xii

4.5 Kriteria Pengukuran Deskripsi Variabel Penelitian ... 58

4.6 Deskripsi Variabel Kinerja Karyawan pada Bhanuswari Resort & Spa ... 58

4.7 Deskripsi Variabel Pelatihan pada Bhanuswari Resort & Spa ... 59

4.8 Deskripsi Variabel Kompensasi Finansial pada Bhanuswari Resort & Spa ... 60

4.9 Deskripsi Variabel Komitmen Organisasional pada Bhanuswari Resort & Spa ... 61

4.10 Hasil Uji Normalitas ... 62

4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ... 62

4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 78

2 Kinerja Karyawan Bhanuswari Resort & Spa ... 83

3 Karakteristik Responden ... 84

4 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 86

5 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 89

6 Analisis Deskriptif ... 92

7 Uji Asumsi Klasik ... 98

(15)

  1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bhanuswari Resort & Spa mengalami masalah dalam pencapaian tujuan

perusahaannya yaitu tingkat kinerja karyawan masih rendah dan belum mencapai

target. Manajer Bhanuswari Resort & Spa dalam menentukan kinerja karyawan

dilakukan melalui penilaian kinerja karyawan yang dilakukan setiap tiga bulan

sekali. Penilaian kinerja karyawan masing-masing departemen ini dijadikan

peninjauan bagi karyawan yang kinerjanya masih rendah. Penilaian kinerja

tersebut dinilai dengan pembobotan tertentu sehingga menghasilkan data kinerja

karyawan dengan klasifikasi A dengan skor 76-100 (istimewa), B dengan skor

51-75 (baik), C dengan skor 26-50 (cukup baik) dan D dengan skor 0-25 (kurang

baik). Hasil skor dari penjumlahan semua aspek juga diklasifikasikan sebagai

berikut dimana A dengan skor 601-800 (istimewa), B dengan skor 401-600 (baik),

C dengan skor 201-400 (cukup baik) dan D dengan skor 0-200 (kurang baik).

Skor ini menunjukkan seberapa produktif karyawan dalam bekerja sehingga

manajemen dapat mengukur dan mengidentifikasi kecenderungan kinerja

karyawan untuk memperbaiki manajemen selanjutnya serta meningkatkan

kepuasan kerja baik bagi manajer maupun karyawan yang bersangkutan.

Berdasarkan wawancara awal ditemukan kondisi kinerja karyawan Bhanuswari

Resort & Spa tahun 2015 yang disajikan pada Lampiran 2. Rekapitulasi kinerja

(16)

  2

Tabel 1.1 Rekapitulasi Kinerja Karyawan Bhanuswari Resort & Spa

No. Departement

Kondisi ini menunjukkan kinerja karyawan belum mencapai target yang

ditetapkan. Manajemen mengharapkan target kinerja karyawan dengan rata-rata

memperoleh nilai A (istimewa) dan B (baik) tetapi masih ada beberapa karyawan

yang memperoleh nilai di bawah itu. Kondisi kinerja karyawan Bhanuswari

Resort & Spa sebagaimana dikemukakan di atas perlu mendapat perhatian khusus.

Rendahnya kinerja karyawan juga ditunjukkan dengan banyaknya keluhan

pelanggan atas pelayanan karyawan Bhanuswari Resort & Spa. Keluhan

wisatawan yang berkunjung pada Bhanuswari Resort & Spa disajikan pada Tabel

1.2. Tabel 1.2 menunjukkan keluhan pelanggan yang terjadi pada Bhanuswari

Resort & Spa mencakup kepedulian karyawan, kebersihan fasilitas kamar,

(17)

  3

Tabel 1.2 Keluhan Pelanggan Bhanuswari Resort & Spa Tahun 2015

Sumber: Bhanuswari Resort & Spa

Berdasarkan Tabel 1.2, jumlah keluhan tertinggi yaitu 57 keluhan mengenai

kecepatan pelayanan yang mengindikasikan masih rendahnya kinerja karyawan di

dalam memberikan pelayanan. Jumlah keluhan terendah adalah pada keterampilan

karyawan dengan keluhan sebanyak 23 keluhan. Berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan dengan karyawan, ada beberapa masalah yang mengakibatkan

kinerja karyawannya belum optimal yaitu masalah pelatihan karyawan, sistem

kompensasi finansial, dan komitmen organisasional.

Kepha et al. (2012) menyatakan kinerja karyawan dipengaruhi oleh

pelatihan karyawan. Ghafoor et al. (2011) juga menemukan adanya pengaruh

positif pelatihan terhadap kinerja organisasi. Selain itu penelitian yang dilakukan

oleh Amin et al. (2013), Farooq & Aslam (2011) dan Sultana (2012) juga

menyatakan bahwa pelatihan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Evaluasi pelatihan karyawan Bhanuswari Resort & Spa menunjukkan bahwa

masih banyak aspek-aspek pelatihan yang harus dibenahi oleh pihak manajemen.

Bulan Tipe Keluhan Pelanggan (Keluhan)

(18)

  4

Tabel 1.3 menyajikan beberapa rekapitulasi evaluasi pelatihan karyawan

Bhanuswari Resort & Spa.

Tabel 1.3 Evaluasi Pelatihan Karyawan Bhanuswari Resort & Spa

No. Nama Karyawan The objectives of training

Tabel 1.3 menunjukkan evaluasi pelatihan beberapa karyawan yang belakangan

ini mengikuti training dan sudah diangkat menjadi staf di Bhanuswari Resort &

Spa. Berdasarkan data tersebut, beberapa aspek yang dievaluasi yaitu meliputi (1)

the objectives of training atau tujuan pelatihan, beberapa karyawan menyatakan

bahwa tujuan pelatihan dikategorikan baik, cukup baik, dan kurang baik. Hal ini

berarti tujuan pelatihan harus dinyatakan lebih jelas kepada karyawan. (2)

organized & easy content atau konten yang terorganisir dan mudah, (3)

knowledgeable trainer atau pelatih yang berpengetahuan luas, (4) suitability

requirement & participant atau kesesuaian kebutuhan dengan peserta pelatihan.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa ada masalah mengenai pelatihan karyawan

Bhanuswari Resort & Spa.

Masalah pelatihan yang terjadi pula yaitu peserta didik tidak dimotivasi

oleh pelatih sehingga peserta hanya datang, dan sekedar mendengarkannya apa

yang diinstruksikan oleh pelatih. Selain itu, pelatihan praktek peserta hanya

(19)

  5

Menurut Mangkunegara (2011:265), salah satu indikator pelatihan adalah

instruktur, hal ini menunjukkan instruktur atau atasan yang melatih karyawan

Bhanuswari Resort & Spa belum memiliki klasifikasi yang memadai. Masalah

yang sering pula terjadi yaitu adanya kesalahpahaman tentang harga kamar antara

harga kamar sudah termasuk (net) atau belum termasuk (++) pajak pelayanan. Hal

ini menimbulkan sejumlah kritik dari para tamu. Masalah yang paling dominan

terjadi juga yaitu adanya kesalahan pencatatan pemesanan, seperti pihak reservasi

menjual kamar melebihi dari jumlah kamar yang tersedia, sehingga ketika tamu

datang, tidak ada kamar tersedia. Hal ini membuktikan bahwa pelatihan karyawan

Bhanuswari Resort & Spa belum terlaksana dengan baik sehingga menyebabkan

kinerja karyawan belum optimal.

Kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh kompensasi finansial, sistem

kompensasi yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan (Wekesa & Nyaroo,

2013). Hameed et al. (2014) juga menyatakan bahwa kompensasi finansial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Menurut Respati

(2010), sistem kompensasi yang baik akan berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan. Dito (2010) juga menemukan bahwa adanya hubungan yang positif

antara kompensasi finansial dengan kinerja karyawan. Oluigbo & Anyiam (2014)

menemukan bahwa kompensasi finansial membantu untuk meningkatkan output

dan produktivitas karyawan sehingga karyawan memiliki kinerja yang lebih baik

dalam pekerjaannya. Permasalahan yang terjadi mengenai kompensasi finansial

yaitu kompensasi finansial yang diberikan kepada 47 karyawan pada Bhanuswari

(20)

  6

dan service charge. Komponen kompensasi finansial karyawan Bhanuswari

Resort & Spa ditunjukkan pada Tabel 1.4 sebagai berikut.

Tabel 1.4 Komponen Kompensasi Finansial Bhanuswari Resort & Spa

Sumber: Bhanuswari Resort & Spa

Berdasarkan Tabel 1.4, gaji diberikan secara tetap setiap bulan dan disesuaikan

dengan jabatan dan masa kerja karyawan. Uang makan yang diberikan sebesar

Rp. 10.000 per hari. Namun karyawan memperolehnya bukan dalam bentuk uang,

tetapi dapat jatah makan siang pada saat jam istirahat, tunjangan hari raya

diberikan satu kali dalam setahun sebesar satu kali gaji, sedangkan service charge

diberikan disesuaikan dengan nilai penjualan yang diperoleh oleh perusahaan.

Meskipun perusahaan sudah memberikan kompensasi finansial yang disesuaikan

dengan standar manajemen tetapi karyawan masih mengeluh, dikarenakan

kompensasi yang diberikan dirasa kurang mencukupi, terlebih karyawan tidak

mendapatkan uang transportasi yang dirasa semakin mahal akibat kenaikan bahan

bakar minyak, hal ini menyebabkan karyawan tidak bersemangat dalam bekerja.

Pihak manajemen juga tidak pernah memberikan bonus, tunjangan berupa

asuransi kesehatan dan memberikan liburan yang ditanggung oleh perusahaan.

Data ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Simamora (2009:445) yang

menyatakan bahwa kinerja karyawan yang belum optimal disebabkan oleh sistem

kompensasi yang tidak adil.

No. Komponen Kompensasi Periode

1. Gaji Pokok Per/bulan 2. Uang Makan Per/hari 3. Tunjangan Hari Raya Per/tahun

4. Service Charge Per/bulan

5. Potongan Pajak Per/bulan

(21)

  7

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Clarke (2006), kinerja karyawan

dipengaruhi oleh komitmen karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Thamrin

(2012), Syauta et al. (2012) dan Madhuri et al. (2012) menyatakan bahwa

komitmen organisasional berefek positif terhadap kinerja karyawan. Permasalahan

berkaitan dengan komitmen organisasi di Bhanuswari Resort & Spa yaitu

karyawan selalu mengeluh dan tidak mau terlibat dalam hal yang mendukung

tujuan perusahaan, karyawan merasa kurang mendapatkan keuntungan finansial

dari pengabdian terhadap perusahaan dan karyawan sering melanggar

kewajiban-kewajibannya di dalam bekerja melayani wisatawan sehingga terjadi complain

dari wisatawan. Meyer, Allen, dan Smith dalam Sopiah (2008:156) menyatakan

komitmen karyawan karyawan yang rendah ditunjukkan dengan ketidakmauan

karyawan untuk terlibat dalam hal yang mendukung tujuan perusahaan.

Komitmen karyawan Bhanuswari Resort & Spa dapat dilihat dari tingkat

perputaran karyawan pada tahun 2015 (Caldwell, et al., 1990). Tabel 1.5

menunjukkan tingkat perputaran karyawan Bhanuswari Resort & Spa.

Tabel 1.5 Data Perputaran Karyawan Bhanuswari Resort & Spa Tahun 2015

(22)

  8

Berdasarkan Tabel 1.5, dapat dinyatakan bahwa sejak bulan Januari sampai

Desember Tahun 2015, tingkat perputaran karyawan pada Bhanuswari Resort &

Spa cukup tinggi. Menurut Caldwell et al. (1990) tingginya tingkat perputaran

karyawan ini manandakan rendahnya komitmen karyawan.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi maka cukup relevan diadakan

penelitian dengan judul: Pengaruh Pelatihan, Kompensasi Finansial, dan

Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Karyawan Pada Bhanuswari Resort &

Spa.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan pada Bhanuswari

Resort & Spa?

2. Apakah ada pengaruh kompensasi finansial terhadap kinerja karyawan pada

Bhanuswari Resort & Spa?

3. Apakah ada pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan

pada Bhanuswari Resort & Spa?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan pada

(23)

  9

2. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi finansial terhadap kinerja karyawan

pada Bhanuswari Resort & Spa.

3. Untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja

karyawan pada Bhanuswari Resort & Spa.

1.4Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis

maupun praktis bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain:

1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkuat bukti-bukti

empiris. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai manajemen sumber daya manusia khususnya peningkatan

kinerja karyawan melalui pelatihan, kompensasi finansial dan komitmen

organisasional. Peneliti juga dapat mengetahui lebih banyak fakta-fakta dan

isu-isu yang terjadi di lingkungan kerja saat ini.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan praktis dalam

meningkatkan kinerja melalui pelatihan karyawan, kompensasi finansial dan

komitmen organisasional dan nantinya hasil dari penelitian ini dapat menjadi

tambahan informasi dan bahan pertimbangan bagi Bhanuswari Resort & Spa

dalam menentukan kebijakan di bidang manajemen sumber daya yang

(24)

  10

1.5Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang berkaitan dengan

pengembangan karir, motivasi kerja karyawan, kinerja karyawan,

penjelasan mengenai penelitian sebelumnya yang melandasi

penelitian ini dan hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian

atau ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi

variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data,

metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian

instrumen serta teknik analisis data.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum organisasi yang

diteliti, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil

analisis dalam pembahasan serta saran-saran yang diberikan sesuai

dengan simpulan yang diperoleh dari penelitian.

(25)

  11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Kinerja karyawan

Sulistiyani (2003:223) menyatakan kinerja karyawan merupakan catatan

outcome yang dihasilkan dari fungsi karyawan tertentu atau kegiatan yang di

lakukan selama periode tertentu. Wirawan (2009:5) mengemukakan bahwa

kinerja merupakan keluaran yang dihasilkan oleh fungsi- fungsi atau

indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Mangkunegara

(2011:9) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil

kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya manusia

persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikannya.

Menurut Thamrin (2012), kinerja karyawan didefinisikan sebagai hasil

dari upaya seseorang yang dicapai dengan adanya usaha, kemampuan dan

persepsi tugas. Upaya ini merupakan hasil dari motivasi, kepuasan, dan komitmen

organisasi yang menunjukkan jumlah energi (fisik dan mental) yang digunakan

oleh seorang individu dalam memulai tugas. Usaha adalah karakteristik individu

dalam melakukan tugas. Upaya biasanya tidak langsung dipengaruhi pada periode

jangka pendek. Kepha et al. (2014) menyatakan bahwa kinerja karyawan

merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya

(26)

  12

baik merupakan langkah untuk tercapainya tujuan organisasi. Sehingga perlu

diupayakan usaha untuk meningkatkan kinerja, tetapi hal ini tidak mudah sebab

banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja seseorang. Simamora

(2009:339) menyatakan bahwa kinerja karyawan mengacu kepada kadar

pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja

karyawan merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah

pekerjaan. Jack et al. (2009) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang

dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam organisasi, sesuai dengan wewenang

dan tanggung jawab, dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi secara legal,

tidak melanggar hukum, dan cocok dengan moral dan etika. Rivai (2008:131)

menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan perilaku nyata yang ditampilkan

setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan

perannya dalam perusahaan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

kinerja karyawan adalah suatu hasil kerja atau keluaran yang dicapai oleh seorang

karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas sesuai dengan standar dan

kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.

2.1.2 Standar kinerja karyawan

Menurut Wirawan (2009:66) standar kinerja karyawan adalah tolak ukur

minimal kinerja yang dicapai karyawan secara individu atau kelompok pada

semua indikator kinerjanya, jika prestasi yang dicapai karyawan berada dibawah

(27)

  13

gagal, sedangkan apabila kinerja karyawan berada di posisi tengah atau di atas

standar minimal kinerja maka karyawan tersebut dinyatakan layak dan berhasil.

Menurut Wirawan (2009:68) standar kinerja perlu memenuhi beberapa

persyaratan yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam mengukur kinerja,

yaitu: ada hubungan relevasinya dengan strategi perusahaan, mencerminkan

keluhuran tanggung jawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya,

memperhatikan pengaruh faktor-faktor di luar control karyawan, memperhatikan

teknologi dan proses produksi, sensitif (mampu membedakan antara kinerja yang

dapat diterima dan tidak dapat diterima), memberikan tantangan kepada para

karyawan, realistis, berhubungan dengan kerangka waktu pencapaian standar,

dapat diukur dan ada alat ukur untuk mengukur standar, standar harus konsisten,

standar harus adil, dan memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan

ketenagakerjaan.

2.1.3 Penilaian kinerja karyawan

Penilaian kinerja karyawan berpotensi mempengaruhi efisiensi organisasi

dan kinerja karyawannya (Ikramullah et al., 2011). Penilaian kinerja telah

digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja karyawan, mendistribusikan

imbalan dan meningkatkan kompetensi. Selain itu, organisasi mampu menemukan

kebutuhan pembangunan kekuatan karyawannya melalui penilaian kinerja

(Moulik & Mazumdar, 2012). Meskipun penilaian kinerja karyawan

membutuhkan biaya yang besar, organisasi masih mengadopsi praktek ini karena

(28)

  14

kebutuhan pelatihan yang berpotensi menciptakan motivasi kerja dan komitmen

terhadap organisasi. Oleh karena itu, praktek evaluasi kinerja merupakan bagian

yang melekat dan tidak terpisahkan dari organisasi (Poursafar et al., 2014 &

Obeidat et al., 2014). Hal ini sejalan dengan pernyataan dalam studi yang

dilakukan oleh Getnet et al., (2014) yang mengusulkan bahwa penilaian kinerja

umumnya digunakan oleh organisasi untuk mengukur kinerja karyawannya.

Mudiartha (2011:142) menyebutkan bahwa penilaian kinerja adalah proses

melalui organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Thamrin

(2012) menyatakan bahwa penilaian kinerja bertujuan untuk mengetahui prestasi

yang diraih oleh karyawan yang dilakukan secara berkala oleh pimpinan guna

mengetahui prilaku dan hasil kinerja yang dicapai karyawan.

2.1.4 Metode penilaian kinerja karyawan

Menurut Mondy & Noe (2005:163),ada 7 metode penilaian kinerja yaitu:

1) Rating Scales, yaitu menilai kinerja pegawai dengan menggunakan skala

untuk mengukur faktor-faktor kinerja (performance factor). Misalnya dalam

mengukur tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai. Skala yang

digunakan adalah 1 sampai 5, yaitu 1 adalah yang terburuk dan 5 adalah yang

terbaik. Jika tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai tersebut biasa saja,

maka ia diberi nilai 3 atau 4 dan begitu seterusnya untuk menilai faktor-faktor

(29)

  15

2) Critical Incidents, evaluator mencatat mengenai apa saja perilaku atau

pencapaian terbaik dan terburuk (extremely good or bad behaviour) pegawai.

Dalam metode ini, penilai harus menyimpan catatan tertulis tentang

tindakan-tindakan atau prilaku kerja yang sangat positif (high favorable) dan perilaku

kerja yang sangat negatif (high unfavorable) selama periode penilaian.

3) Essay,evaluator menulis deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan

karyawan, kinerjanya pada masa lalu, potensinya dan memberikan saran-

saran untuk pengembangan pekerja tersebut. Metode ini cenderung lebih

memusatkan perhatian pada perilaku ekstrim dalam tugas-tugas karyawan

daripada pekerjaan atau kinerja rutin yang mereka lakukan dari hari ke hari.

Penilaian seperti ini sangat tergantung kepada kemampuan menulis seorang

penilai.

4) Work standard,metode ini membandingkan kinerja setiap karyawan dengan

standar yang telah ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat keluaran yang

diharapkan. Standar mencerminkan keluaran normal dari seorang pekerja yang

berprestasi rata-rata, yang bekerja pada kecepatan atau kondisi normal. Agar

standar ini dianggap objektif, para pekerja harus memahami secara jelas

bagaimana standar yang ditetapkan.

5) Ranking,penilai menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai

dengan peringkat yang disusun berdasarkan kinerja secara keseluruhan.

Contohnya, pekerja terbaik dalam satu bagian diberi peringkat paling tinggi

dan pekerja yang paling buruk prestasinya diletakkan di peringkat paling

(30)

  16 atau sebanding.

6) Forced distribution,penilai harus “memasukan” individu dari kelompok kerja

ke dalam sejumlah kategori yang serupa dengan sebuah distribusi frekuensi

normal. Contoh para pekerja yang termasuk ke dalam 10 persen terbaik

ditempatkan ke dalam kategori tertinggi, 20 persen terbaik sesudahnya ke

dalam kategori berikutnya, 40 persen berikutnya ke dalam kategori menengah,

20 persen sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, dan 10 persen sisanya ke

dalam kategori terendah. Bila sebuah departemen memiliki pekerja yang

semuanya berprestasi istimewa, atasan “dipaksa” untuk memutuskan siapa

yang harus dimasukan ke dalam kategori yang lebih rendah.

7) Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS),evaluator menilai pegawai

berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang mencerminkan dimensi

kinerja dan membuat skalanya. Misalnya penilaian pelayanan pelanggan. Bila

pegawai bagian pelayanan pelanggan tidak menerima tip dari pelanggan, ia

diberi skala 4 yang berarti kinerja lumayan. Bila pegawai itu membantu

pelanggan yang kesulitan atau kebingungan, ia diberi skala 7 yang berarti

kinerjanya memuaskan, dan seterusnya. Metode ini mendeskripsikan perilaku

yang diharapkan sesuai dengan tingkat kinerja yang diharapkan.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan

Menurut Le Tran & Chiou-su (2015) beberapa faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan yaitu:

(31)

  17

mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama.

2) Coaching, faktor ini telah menjadi teknik penting untuk meningkatkan kinerja.

Ini bukan komunikasi satu arah dan terbukti menjadi komunikasi dua arah di

mana pelatih mengidentifikasi apa yang dapat ditingkatkan dan bagaimana hal

itu dapat ditingkatkan.

3) Participation, manajemen partisipasi adalah tentang melibatkan karyawan

dalam proses pengambilan keputusan di mana karyawan merasa bahwa

karyawan memiliki kesempatan untuk membahas masalah dan dapat

mempengaruhi keputusan organisasi. Dampak keseluruhan dari partisipasi

tersebut adalah meningkatnya kinerja karyawan.

4) Motivation, motivasi sangat penting untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Jadi, manajemen harus bisa memotivasi karyawan agar karyawan tetap

produktif dalam bekerja.

2.1.6 Indikator kinerja karyawan

Bernardin dan Russel dalam Sutrisno (2010:179) menyatakan bahwa

enam kriteria primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja yaitu :

1) Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan

kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.

2) Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan misalnya : jumlah rupiah, jumlah

(32)

  18

3) Timeliness, merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada

waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan koordinasi output lain serta

waktu yang tersedia untuk kegiatan yang lain.

4) Cost Effective, yaitu tingkat sejauh mana penerapan sumber daya manusia,

keuangan, teknologi, material dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi

atau pengurangan kerugian dari setiap unit pengguna sumber daya.

5) Need for Supervisor, merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat

melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang

supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.

6) Interpersonal Import, merupakan tingkat sejauh mana karyawan memelihara

harga diri, nama baik dan kerja sama di antara rekan kerja dan bawahan.

2.1.7 Pelatihan

Kemampuan profesional diperlukan untuk mencapai kinerja karyawan

yang maksimal melalui pelatihan, pendidikan dan pengembangan, Kepha et al.

(2012). Wibowo (2014:370) menyatakan bahwa pelatihan (training) merupakan

investasi organisasi yang penting dalam sumber daya manusia. Pelatihan adalah

investasi organisasi untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan

pembelajaran sehingga mereka segera akan dapat menggunakannya dalam

pekerjaan. Menurut Dessler (2012:216), pelatihan adalah proses pengajaran

keterampilan yang dibutuhkan karyawan baru untuk melakukan pekerjaanya.

Pelatihan merupakan komponen yang sangat penting yang dapat dilakukan oleh

(33)

  19

(knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) yang dapat memenuhi

kebutuhan organisasi di masa kini dan di masa yang akan datang, Ghafoor (2011).

Mangkunegara (2011:258) menyatakan bahwa pelatihan terdiri atas serangkaian

aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman,

ataupun perubahan sikap seseorang. Pelatihan berkenaan dengan perolehan

keahlian atau pengetahuan tertentu. Elnaga & Imran (2013) menyatakan pelatihan

adalah suatu proses yang sistematis untuk meningkatkan keterampilan,

pengetahuan dan kompetensi karyawan yang diperlukan untuk bekerja dengan

efektif. Pelatihan dapat diberikan melalui metode yang berbeda seperti pada

pembinaan dan mentoring, rekan-rekan kerja sama dan partisipasi oleh bawahan.

Kerja tim ini memungkinkan karyawan untuk berpartisipasi aktif pada pekerjaan

dan menghasilkan kinerja yang lebih baik, sehingga meningkatkan kinerja

organisasi. Program pelatihan tidak hanya mengembangkan karyawan tetapi juga

membantu organisasi untuk membuat penggunaan terbaik dari sumber daya

manusiawi demi mendapatkan keunggulan kompetitif, oleh karena itu, tampaknya

wajib oleh perusahaan untuk merencanakan suatu program pelatihan bagi

karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan di

tempat kerja, (Farooq & Aslam, 2011).

Pelatihan tidak hanya mengembangkan kemampuan karyawan tetapi

mempertajam kemampuan berpikir dan kreativitas untuk mengambil keputusan

yang lebih baik dalam waktu dan dengan cara yang lebih produktif (Brinkerhoff,

2006). Gorda (2008:121) menyatakan bahwa pelatihan adalah kegiatan untuk

(34)

  20

perusahaan dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawabnya. Notoatmodjo

(2006:101) menyatakan bahwa pelatihan karyawan adalah suatu pelatihan yang

ditujukan untuk para karyawan dalam hubungannya dengan peningkatan

kemampuan pekerjaan (job) pegawai saat ini.

Berdasarkan pendapat di atas, pelatihan adalah suatu kegiatan untuk

meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap

seseorang terhadap disiplin, sikap dan etos kerja sesuai dengan jenjang jabatan

tertentu.

2.1.8 Tujuan Pelatihan

Menurut Mangkunegara (2011:45) tujuan pelatihan adalah untuk

meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi, meningkatkan produktivitas kerja,

meningkatkan kualitas kerja, meningkatkan ketepatan perencanaan sumber daya

manusia, meningkatkan sikap moral dan semangat kerja, meningkatkan

rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara maksimal, meningkatkan

kesehatan dan keselamatan kerja, menghindarkan keusangan (absolescence), dan

meningkatkan perkembangan pegawai.

2.1.9 Jenis-jenis pelatihan

Simamora (2009:278) menyatakan bahwa jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan di dalam organisasi adalah pelatihan keahlian, pelatihan ulang,

(35)

  21

1) Pelatihan keahlian (skills training), merupakan pelatihan yang sering dijumpai

dalam organisasi. Program pelatihannya relatif sederhana, kebutuhan atau

kekurangan diidentifikasi melalui penilaian yang jeli.

2) Pelatihan ulang (Retraining), adalah subset pelatihan keahlian. Pelatihan ulang

berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka

butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah.

3) Pelatihan lintas fungsional, pada dasarnya organisasi telah mengembangkan

fungsi kerja yang terspesialisasi dan deskripsi pekerjaan yang rinci.

Sungguhpun demikian, dewasa ini organisasi lebih menekankan multikeahlian

ketimbang spesilisasi. Pelatihan karyawan dalam bermacam-macam fungsi

menjadi semakin populer.

4) Pelatihan tim, tim adalah sekompok individu yang bekerjasama demi tujuan

bersama. Tujuan bersama inilah yang sesungguhnya menentukan sebuah tim,

dan seandainya anggota tim mempunyai tujuan-tujuan yang bertentangan atau

konflik, efisiensi seluruh unit dapat terganggu.

5) Pelatihan kreativitas, berlandaskan pada asumsi bahwa kreativitas dapat

dipelajari. Salah satu cara yang lazim digunakan untuk pelatihan kreaktivitas

adalah brainstorming yaitu para partisipan diberikan peluang untuk

mengeluarkan gagasan sebebas mungkin. Setelah gagasan dianggap cukup

banyak, para partisipan diminta memberikan penilaian rasional dari segi biaya

dan kelaikan.

Notoatmodjo (2006 : 101) menyatakan bahwa pelatihan mencakup antara

(36)

  22

menggunakan alat-alat atau fasilitas-fasilitas baru, pelatihan-pelatihan untuk para

pegawai yang akan mendudukui job atau tugas-tugas baru, pelatihan-pelatihan

untuk pengenalan proses atau prosedur kerja yang baru, dan pelatihan-pelatihan

bagi pegawai baru dan sebagainya.

Tohardi (2006 : 237-238) menyatakan bahwa ada beberapa macam bentuk

dari pelatihan, yaitu :

1) On the job training, yaitu pelatihan sambil bekerja, maksudnya pelatihan yang

menggunakan situasi tempat kerja sebagai tempat untuk memberikan

pelajaran.

2) Vestibule training, adalah pelatihan yang diselenggarakan dalam suatu

ruangan (kamar) pelatihan khusus yang terpisah dari tempat kerja.

3) Apprentic Training, yaitu suatu pelatihan yang mengupayakan orang yang

masih muda menjadi tukang-tukang lebih cakap.

4) Understudy Training, adalah pelatihan dimana peserta pelatihan bekerja

langsung untuk menjadi pegawai yang cakap dan mempelajari suatu jenis

pekerjaan.

5) Role Playing, yaitu peserta pelatihan memainkan peranan, dimana seperti

pelatihan belajar dengan memainkan salah satu peristiwa mengenai apa yang

ia sungguh-sungguh akan mengerjakannya.

6) Conference Training, adalah suatu bentuk pelatihan yang menitikberatkan

pada pembicaraan-pembicaraan suatu masalah secara berkelompok, bertukar

ide dan memberikan praktek dalam mempengaruhi sikap dari anggota

(37)

  23

2.1.10 Indikator-indikator pelatihan

Indikator - indikator pelatihan menurut Mangkunegara (2011:265), diantaranya:

1) Instruktur, mengingat pelatih umumnya berorientasi pada peningkatan skill,

maka para pelatih yang dipilih untuk memberikan materi pelatihan harus

benar-benar memiliki kualifikasi yang memadai sesuai bidangnya, personal

dan kompeten, selain itu pendidikan intruktur pun harus benar-benar baik

untuk melakukan pelatihan.

2) Peserta, peserta pelatihan tentunya harus diseleksi berdasarkan persyaratan

tertentu dan kualifikasi yang sesuai, selain itu peserta pelatihan juga harus

memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti pelatihan.

3) Materi, pelatihan sumber daya manusia merupakan materi atau kurikulum

yang sesuai dengan tujuan pelatihan sumber daya manusia yang hendak

dicapai oleh perusahaan dan materi pelatihan pun harus update agar si peserta

dapat dapat memahami masalah yang terjadi pada kondisi yang sekarang.

4) Metode, metode pelatihan akan lebih menjamin berlangsungnya kegiatan

pelatihan sumber daya manusia yang efektif apabila sesuai dengan jenis materi

dan komponen peserta pelatihan.

5) Tujuan, pelatihan merupakan tujuan yang ditentukan, khususnya terkait

dengan penyusunan rencana aksi (action play) dan penetapan sasaran, serta

hasil yang diharapkan dari pelatihan yang akan diselenggarakan,selain itu

tujuan pelatihan pula harus disosialisasikan seblumnya pada para peserta agar

(38)

  24

6) Sasaran, sasaran pelatihan harus ditentukan dengan kriteria yang terinci dan

terukur (measurable).

2.1.11 Kompensasi finansial

Wibowo (2014:289) menyatakan bahwa kompensasi merupakan kontra

prestasi terhadap pengunaan tenaga atau jasa yang telah diberikan oleh tenaga

kerja. Kompensasi merupakan jumlah paket yang ditawarkan organisasi kepada

pekerja sebagai imbalan atas penggunaan tenaga kerjnya. Werther dan Davis

dalam Wibowo (2014:289) menyatakan kompensasi sebagai apa yang diterima

pekerja sebagai tukaran atas kontribusinya kepada organisasi. Wekesa & Nyaroo

(2013) mendefinisikan kompensasi sebagai segala bentuk pembayaran atau

imbalan yang diberikan kepada karyawan yang timbul dari pekerjaan.

Kompensasi adalah salah satu alasan dasar bagi karyawan untuk mencari

pekerjaan. Karyawan diberikan kompensasi untuk jasa dan upaya mereka

mengerahkan dalam pekerjaan mereka. Umar (2010) menyatakan bahwa untuk

memperoleh kinerja yang optimal, perusahaan harus memiliki rencana

kompensasi menarik. Idealnya para karyawan harus dibayar sedemikian rupa

bahwa apa yang karyawan ingin lakukan untuk kepentingan pribadi dan

keuntungannya sendiri adalah kepentingan perusahaan juga. Robbins (2001)

menyatakan bahwa ketika karyawan merasa usahanya dihargai dan perusahaan

memperkenalkan sistem kompensasi dan kepuasan yang adil, perusahaan akan

(39)

  25

Kompensasi adalah seluruh balas jasa baik berupa uang, barang maupun

kenikmatan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan atas kinerja yang

disumbangkan kepada perusahaan. Kompensasi merupakan kontra prestasi yang

diterima oleh karyawan atas kinerjanya. Bila ditinjau dari sudut pandang

karyawan sendiri, maka kompensasi merupakan hak yang timbul karena karyawan

telah memenuhi kewajibannya. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan,

kompensasi merupakan kewajiban atas hak yang telah diterima dari karyawan

(Gorda, 2008:179). Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai

balas jasa untuk kerja mereka (Umar, 2008:16). Kompensasi merupakan sesuatu

yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada

perusahaan (Rivai, 2008:357). Kompensasi adalah pengaturan keseluruhan

pemberian balas jasa bagi karyawan maupun perusahaan, yang berlangsung

seperti uang/finansial maupun yang tidak langsung berupa barang non finansial

(Martoyo, 2008:176). Kompensasi adalah semua balas jasa yang diterima seorang

karyawan dari perusahaannya sebagai akibat dari jasa, waktu, pikiran dan tenaga

kerja yang telah diberikan kepada perusahaan tersebut (Simamora, 2009:431).

Wekesa & Nyaroo (2013) menyatakan tujuan kompensasi yang baik

adalah untuk menarik, memotivasi dan mempertahankan orang-orang baik untuk

pencapaian tujuan organisasi. Kompensasi diakui sebagai faktor utama yang

mempengaruhi kinerja karyawan. Ini adalah salah satu kebutuhan fisik yang

mempengaruhi motivasi yang mempengaruhi kinerja karyawan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat dikatakan kompensasi

(40)

  26

maupun kenikmatan kepada para pekerja yang memberikan kontribusi dalam

mewujudkan tujuannya melalui kegiatan yang disebut bekerja.

2.1.12 Jenis-jenis kompensasi

Kompensasi dapat dibagi 2 menjadi : (Rivai, 2008 : 357–358)

1) Kompensasi Finansial, terdiri dari kompensasi langsung dan kompensasi tidak

langsung. Kompensasi langsung terdiri dari pembayaran karyawan dalam

bentuk upah, gaji, bonus, atau komisi. Kompensasi tidak langsung, atau

benefit, terdiri dari semua pembayaran yang tidak tercakup dalam kompensasi

finansial langsung yang meliputi liburan, berbagai macam asuransi, jasa

seperti perawatan anak atau kepedulian keagamaan, dan sebagainya.

2) Kompensasi Non Finansial, misalnya berupa peluang promosi, pengakuan

kerja, dapat pujian, bersahabat, menyenangkan, kondusif, dan sebagainya yang

dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan, produktifitas, dan kepuasan.

2.1.13 Sistem dan kebijaksanaan kompensasi

Menurut Hasibuan (2009:122) sistem dan kebijaksanaan kompensasi terdiri atas:

1) Sistem kompensasi

(1) Sistem Waktu, dalam sistem waktu, besarnya kompensasi ditetapkan

berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan. Administrasi

pengupahan sistem waktu relatif mudah serta dapat diterapakan kepada

karyawan tetap maupun pekerja harian. Kebaikan sistem ini adalah

(41)

  27

dibayarkan tetap. Kelemahan sistem waktu ialah pekerja yang malas pun

kompensasinya tetap dibayar sebesar perjanjian.

(2) Sistem Hasil, dalam sistem hasil, besarnya kompensasi ditetapkan atas

kesatuan unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, Meter, Liter,

dan Kilogram. Kebaikan sistem hasil memberikan kesempatan kepada

karyawan yang bekerja bersungguh-sungguh serta berprestasi baik akan

memperoleh balas jasa yang lebih besar. Kelemahan sistem ini ialah

kualitas barang yang dihasilkan kurang baik dan karyawan yang kurang

mampu balas jasanya kecil, sehingga kurang manusiawi.

(3) Sistem Borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya

jasanya atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.

2) Kebijaksanaan Kompensasi

Kebijaksaan kompensasi, baik besarnya, susunan, maupun waktu pembayarannya

dapat mendorong gairah kerja dan keinginan karyawan untuk mencapai prestasi

kerja yang optimal sehingga membantu terwujudnya sasaran perusahaan.

Besarnya kompensasi harus ditetapkan berdasarkan analisis pekerjaan, uraian

pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, posisi jabatan, konsistensi eksternal, serta

berpedoman kepada keadilan dan Undang-Undang perburuhan.

3) Waktu Pembayaran Kompensasi

Kompensasi harus dibayar tepat pada waktunya, jangan sampai terjadi penundaan,

supaya kepercayaan karyawan terhadap bonafiditas perusahaan semakin besar,

(42)

  28

tidak tepat pada waktunya akan mengakibatkan disiplin, moral, gairah kerja

karyawan menurun, bahkan turn over karyawan semakin tinggi.

2.1.14 Indikator-indikator kompensasi finansial

Menurut Simamora (2009:445), adapun beberapa indikator kompensasi finansial

adalah sebagai berikut:

1) Upah dan gaji, upah berhubungan dengan tarif gaji per jam. Upah merupakan

basis bayaran yang kerap kali digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan

pemeliharaan. Gaji umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan,

atau tahunan.

2) Insentif, adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji atau upah yang

diberikan oleh organisasi atas dasar prestasi kerja karyawannya. Jenis-jenis

insentif yaitu terbagi menjadi (1) insentif material: bonus, komisi, pembagian

laba, kompensasi yang ditangguhkan, bantuan hari tua; (2) insentif

non-material: jaminan sosial, pemberian piapgam penghargaan, pemberian

promosi, pemberian pujian lisan atau tulisan.

3) Tunjangan, contoh-contoh tunjangan adalah asuransi kesehatan dan jiwa,

liburan yang ditanggung perusahaan, program pensiun, dan tunjangan lainnya

yang berkaitan dengan hubungan kepegawaian.

4) Uang transportasi, yaitu uang tambahan yang diberikan oleh manajemen untuk

(43)

  29

2.1.15 Komitmen organisasional

Thamrin (2012) membuktikan dalam penelitiannya bahwa komitmen

organisasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan di suatu organisasi.

Khyzer et al., (2011) menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah ikatan

psikologis karyawan untuk organisasi yang ditandai dengan (1) keyakinan yang

kuat dan penerimaan untuk tujuan organisasi dan nilai-nilai (2) keinginan untuk

mencapai tujuan organisasi, dan (3) kemauan yang kuat untuk membela posisi

mereka sebagai anggota organisasi. Hal-hal tersebut yang menyebabkan kinerja

karyawan dinilai baik oleh setiap karyawan yang bekerja di suatu organisasi.

Ivancevich, Konopaske dan Matteson (2008:184) menyatakan bahwa komitmen

adalah perasaan identifikasi, pelibatan, dan loyalitas dinyatakan oleh pekerja

terhadap perusahaan, dengan demikian komitmen menyangkut tiga sifat yaitu:

1) Perasaan identifikasi dengan tujuan organisasi

2) Perasaan terlibat dalam tugas organisasi

3) Perasaan loyal pada organisasi

Robbins dan Judge (2009:109) menyatakan bahwa komitmen

organisasional (organizational commitment) merupakan suatu keadaan dimana

seorang karyawan memihak terhadap tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut.

Kreitner dan Kinicki (2010:166) menyatakan bahwa komitmen adalah

kesepakatan untuk melakukan sesuatu untuk diri sendiri, individu lain, kelompok

(44)

  30

keadaan dimana individu mengidentifkasikan dirinya dengan organisasi dan

terikat pada tujuannya.

Schermerhorn, Hunt, Osborn dan Uhl-Bein (2011:72) menyatakan

komtimen sebagai loyalitas seorang individu pada organisasi. Individu dengan

komitmen organisasional tinggi mengidentifikasi dengan sangat kuat dengan

organisasi dan merasa bangga mempertimbangkan dirinya sebagai anggota.

Newstorm (2011:223) menyatakan bahwa komitmen organisasional atau loyalitas

pekerjaan adalah tingkatan di mana pekerja mengidentifikasi dengan organisasi

dan ingin melanjutkan secara aktif berpartisipasi di dalamnya. Gibson,

Ivancevich, Donnely dan Konopaske (2012:182) memberikan pengertian

komitmen organisasional sebagai perasaan identifikasi, loyalitas dan pelibatan

dinyatakan oleh pekerja terhadap organisasi atau unit dalam organisasi.

Meyer, Allen dan Smith dalam Sopiah (2008:156) menyatakan bahwa

komitmen organisasional adalah perasaan, sikap dan perilaku individu

mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi, terlibat dalam proses

kegiatan organisasi dan loyal terhadap organisasi dalam mencapai tujuan

organisasi. Tranggono (2008) mengatakan bahwa komitmen organisasional

merupakan kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan nilai-nilai dari organisasi

dan berkeinginan untuk selalu memelihara keanggotaannya dalam organisasi

tersebut. Menurut Madhuri et al. (2014) komitmen organisasional dapat

digambarkan sebagai kekuatan yang mengikat individu untuk suatu tindakan yang

(45)

  31

Menurut Jack, et al. (2012) menyatakan bahwa komitmen organisasional

adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan

organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi.

Memari, et al. (2013) komitmen organisasi merupakan dimensi perilaku penting

yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan

sebagai anggota organisasi. Komitmen organisasi adalah keinginan anggota

organisai untuk mempertahankan keanggotannya dalam organiasi dan bersedia

berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi. Thamrin (2012) menyebutkan

komitmen karyawan pada organisasi sebagai ikatan kejiwaan individu terhadap

organisasi yang mencakup keterlibatan kerja, kesetiaan dan perasaan percaya

terhadap nilai-nilai organisasi. Komitmen organisasi yang tinggi memiliki

hubungan yang negatif dengan tingkat perputaran karyawan/turnover (Caldwell et

al., 1990). Yudhaningsih (2011) mengemukakan komitmen organisasi terbangun

bila tiap individu mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap

organisasi dan atau profesi meliputi identification yaitu pemahaman atau

penghayatan dari tujuan organisasi, involvement yaitu perasaan terlibat dalam

suatu pekerjaan atau perasaan bahwa pekerjaannya adalah menyenangkan, dan

loyality yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempat bekerja dan tempat

tinggal.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen

organisasional adalah perasaan, sikap dan perilaku individu mengidentifikasikan

dirinya sebagai bagian dari organisasi, terlibat dalam proses kegiatan organisasi

(46)

  32

2.1.16 Bentuk komitmen organisasional

Meyer, Allen, dan Smith dalam Sopiah (2008:157) mengemukakan bahwa ada

tiga komponen komitmen organisasional yaitu :

1) Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari

organisasi karena adanya ikatan emisional.

2) Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu

organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau

karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain.

3) Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan

bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa

komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.

2.2 Kerangka Konseptual

Ghafoor et al. (2011) menyatakan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap

kinerja organisasi. Amin et al. (2013) menemukan bahwa pelatihan berkorelasi

positif terhadap kinerja karyawan pada sektor pendidikan di Pakistan. Kepha et al.

(2014) menemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara training kerja

terhadap kinerja karyawan pada Institut Penelitian di Kenya.

Penelitian dari Wekesa & Nyaroo (2013) menemukan bahwa kompensasi

finansial mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru Sekolah Dasar Umum di

Eldoret Municipality Kenya. Hameed et al. (2014) dalam penelitiannya

menemukan bahwa kompensasi finansial berpengaruh positif signifikan terhadap

(47)

  33

Memari et al. (2013) menemukan diantara tiga dimensi dari komitmen

organisasi efektitif komitmen, normatif komitmen dan kesinambungan komitmen,

normative komitmen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

kerja karyawan. Thamrin (2012) menemukan komitmen organisasi mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Syauta et al. (2012)

menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan penelitian di atas,

maka kerangka konseptual penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1.

(48)

  34

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan

Edy & Mudiartha (2016) menyatakan bahwa pelatihan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Ghafoor et al. (2011) menyatakan

bahwa pelatihan berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Amin et al. (2013)

menemukan bahwa pelatihan berkorelasi positif terhadap kinerja karyawan pada

sektor pendidikan di Pakistan. Yulianti (2015) menyatakan bahwa pelatihan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Grand Fatma Hotel.

Kepha et al. (2014) menemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara

training kerja terhadap kinerja karyawan pada Institut Penelitian di Kenya.

Sultana (2012) menemukan bahwa berdasarkan hasil analisis diperoleh efek yang

sangat kuat dari pelatihan terhadap kinerja karyawan pada sektor telekomunikasi

di Pakistan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut.

H1 : Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

pada Bhanuswari Resort & Spa.

2.3.2 Pengaruh kompensasi finansial terhadap kinerja karyawan

Penelitian dari Wekesa & Nyaroo (2013) menemukan bahwa kompensasi

finansial mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru Sekolah Dasar Umum di

Eldoret Municipality Kenya. Yogi & Salit (2016) bahwa kompensasi finansial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dharma & Dewi

(2014) bahwa kompensasi finansial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

(49)

  35

dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hameed et al. (2014) dalam

penelitiannya menemukan bahwa kompensasi finansial berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja karyawan sektor perbankan di Pakistan. Penelitian

yang dilakukan oleh Tirtayasa (2010) menemukan bahwa pengaruh kompensasi

terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendapatan Daerah/pasedahan Agung

Kabupaten Bandung adalah positif dan signifikan. Penelitian dari Respati (2010)

menemukan bahwa sistem kompensasi finansial terhadap variabel kinerja

karyawan. Dito (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa kompensasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pada PT. Slamet Langgeng

Purbalingga. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut.

H2 : Kompensasi finansial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan pada Bhanuswari Resort & Spa.

2.3.3 Pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan

Memari et al. (2013) menemukan diantara tiga dimensi dari komitmen

organisasi efektitif komitmen, normatif komitmen dan kesinambungan komitmen,

normative komitmen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

kerja karyawan. Thamrin (2012) menemukan komitmen organisasi mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Syauta et al. (2012)

menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan baik langsung maupun tidak langsung. Clarke (2006) mempelajari

komitmen dan jaringan kinerja di unit perawatan berbasis kesehatan di Inggris dan

(50)

  36

dengan hasil kinerja. Penelitian Madhuri et al. (2012) menyatakan bahwa

komitmen organisasi berefek positif signifikan terhadap kinerja kerja karyawan.

Berdasarkan uraian diatas, sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H3 : Komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Gambar

Tabel Halaman
Tabel 1.1 Rekapitulasi Kinerja Karyawan Bhanuswari Resort & Spa
Tabel 1.2 Keluhan Pelanggan Bhanuswari Resort & Spa Tahun 2015
Tabel 1.3 Evaluasi Pelatihan Karyawan Bhanuswari Resort & Spa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok kerja FRAC (sekarang Forum Ahli) mendukung penggunaan campuran atau pergantian secara umum dan menghindari penggunaan eradicant kecuali benar-benar diperlukan. Penggunaan

Pada hari ini Selasa tanggal Lima Belas bulan September tahun Dua Ribu Dua Puluh , bertempat di Kantor Desa Pejambon, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa

Dalam perencanaan pembangunan jangka menengahProvinsi Jawa Timur, Kabupaten Lamongan masuk dalam cluster Segitiga Emas yang terdiri dari Kawasan

SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total pendapatan dikurangi total belanja dan transfer ditambah total penerimaan pembiayaan dikurangi dengan total pengelu aran pembiayaan SiLPA

prediktif dianggap lebih efektif dan efisien karena pemeliharaan dilakukan berdasarkan hasil pengamatan (monitoring) dan analisa untuk menentukan kondisi dan kapan pemeliharaan

[r]

[r]

fasilitas pendidikan dan Menciptakan pusat fasilatas olahraga yang multifungsi yang dapat digunakan sebagai sarana olahraga kesehatan maupun pelatihan dengan fasilitas yang