• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Asam Urat (AU) Serum Pada Penderita Traumatic Brain Injury (TBI) Sebuah Studi Potong-Lintang Analitik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kadar Asam Urat (AU) Serum Pada Penderita Traumatic Brain Injury (TBI) Sebuah Studi Potong-Lintang Analitik."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kadar Asam Urat (AU) Serum Pada Penderita Traumatic Brain

Injury (TBI): Sebuah Studi Potong-Lintang Analitik

1

Dwijo Anargha Sindhughosa,2Thomas Eko Purwata,2I Putu Eka Widyadharma &3I Wayan Niryana

1

Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia

2Departemen Neurologi, Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia 3Departemen Bedah Saraf, Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia

ABSTRAK

Traumatic brain injury (TBI) didefinisikan sebagai cedera otak akut akibat adanya energi

mekanik terhadap kepala yang berasal dari tenaga fisik eksternal. Patofosiologi TBI melibatkan adanya iskemia fokal maupun global. Penelitian menunjukkan adanya peningkatan kadar AU serum pada pasien dengan stroke iskemik akut (SIA). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kadar AU serum pada penderita TBI berdasarkan derajat keparahannya. Penelitian ini merupakan studi potong-lintang analitik yang melibatkan total sampel sebanyak 96 pasien TBI baik laki-laki maupun perempuan. Kadar AU serum tinggi didefinisikan sebagai kadar AU serum >7,0 mg/dl pada laki-laki dan >6,0 mg/dl pada perempuan. Karakteristik sampel dianalisis secara deskriptif. Uji ANOVA satu arah dan analisis post hoc digunakan untuk menentukan perbedaan kadar AU serum berdasarkan derajat keparahan TBI. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan rerata kadar AU serum berdasarkan derajat keparahan TBI (5,81 ± 1,46 vs 6,61 ± 2,03 mg/dl vs 7,3 ± 2,06 mg/dl pada derajat ringan, sedang, dan berat ; p < 0,05). Kadar AU serum pada pasien TBI derajat sedang dan berat lebih tinggi secara signifikan dibanding pasien TBI derajat ringan.

Kata kunci: Traumatic brain injury; iskemia; asam urat serum

Serum Level of Uric Acid (UA) in Traumatic Brain Injury patients:

an Analytical Cross-Sectional Study

ABSTRACT

Traumatic brain injury (TBI) is an acute brain injury caused by mechanical energy towards head that comes from external physical forces. Pathophysiology of TBI involves both focal and global ischemia. Research found increase of serum UA in acute ischemic stroke patients. The purpose of this research was to determine changes in serum level of UA of adult TBI patients based on TBI severity. This analytical cross-sectional study involved 96 TBI patients of both gender. Serum level of UA >7.0 mg/dl for male and >6.0 mg/dl for female was considered high. Sample characteristic was analyzed with descriptive analysis. The difference of serum UA level was analyzed with one-way ANOVA and post-hoc analysis. The result of this research showed that mean serum level of UA was increased based on TBI severity (5.81 ± 1.46 mg/dl vs 6.61 ± 2.03 mg/dl vs 7.3 ± 2.06 mg/dl in mild, moderate, and severe TBI, respectively; p < 0.05). Serum level of UA in moderate and severe TBI were significantly higher compared with mild TBI.

(2)

PENDAHULUAN

Traumatic brain injury (TBI) didefinisikan

sebagai cedera otak akut akibat adanya

energi mekanik terhadap kepala yang

berasal dari tenaga fisik eksternal.1Data dari

CDC menunjukkan bahwa terdapat 1,7 juta

kematian terkait TBI yang terjadi di

Amerika.2 Di China, insiden TBI mencapai

kurang lebih 50 per 100.000 orang.3

Patofisiologi TBI terdiri atas dua

mekanisme, yaitu cedera primer dan cedera

sekunder. Cedera primer merupakan cedera

yang diakibatkan gaya mekanik dan terjadi

pada saat kejadian. Sedangkan cedera

sekunder tidak diinduksi secara mekanik,

dan terjadi tidak pada saat kejadian tetapi

dalam waktu beberapa jam atau hari setelah

terjadinya cedera primer. Cedera sekunder

dapat memperburuk lesi pada otak yang

sebelumnya sudah cedera akibat cedera

primer dan berperan penting menyebabkan

kerusakan otak dan kematian.4-6

Asam urat (AU) merupakan asam organik

lemah dan merupakan hasil akhir degradasi

nukleotida purin. AU terdapat di intraselular

dan semua cairan tubuh, tetapi memiliki

kadar yang lebih rendah dibanding di

plasma.7 Kadar AU di CSF sepuluh kali

lebih rendah dibandingkan dengan kadar di

plasma. Penelitian yang dilakukan oleh

Bowman GL menunjukkan bahwa kadar AU

di CSF ditentukan oleh kadar AU di plasma

dan integritas sawar darah otak (BBB).8

Studi menunjukkan bahwa terjadi focal

atau global iskemia pada penderita TBI.9

Penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi

iskemia, terjadi peningkatan sintesis AU dan

ROS karena adanya peningkatan aktivitas

xanthine oxidase.7 Hal ini didukung oleh

penelitian yang menunjukkan bahwa

konsentrasi AU serum meningkat pada

pasien dengan gagal jantung kronik.10Selain

itu, konsentrasi AU juga meningkat pada

pasien stroke iskemia akut dalam kurun

waktu 24 jam pertama dan 7 hari

setelahnya.11 Mekanisme dasar yang

dimiliki TBI dan stroke iskemik hampir

serupa, tetapi belum ada penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui kadar AU

serum pada penderita TBI dewasa dan

hubungan kadar AU serum dengan derajat

keparahan TBI. Sampai saat ini penelitian

yang baru dilakukan yaitu pengamatan

mikrodialisis AU di otak pada pasien dengan

TBI derajat berat.12

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui perubahan kadar AU serum

pada penderita TBI berdasarkan derajat

keparahannya dengan melakukan

(3)

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian potong-lintang analitik dan

dilaksanakan di bagian Instalasi Rawat

Darurat (IRD) rumah sakit umum pusat

Sanglah, Bali, dengan jangka waktu tiga

bulan (Januari 2014-April 2014). Total

pasien yang terlibat dalam penelitian ini

yaitu sebanyak 96 pasien TBI baik laki-laki

maupun perempuan, dengan rantang umur

20 hingga 65 tahun. Pasien dengan adanya

tanda infeksi atau inflamasi sebelum

terjadinya TBI, menderita penyakit jantung,

ginjal, tulang, paru, keganasan, penyakit

neurodegeneratif (Alzheimer, Parkinson,

skizofrenia, dll), serta penyakit autoimun

atau penyakit sistemik lainnya tidak

diikutsertakan dalam penelitian ini. Pasien

dengan gout, menggunakan urate-increasing

agents (thiazide, levodopa, aspirin,

pyrazinamid, nicotinate, lactate, β

-hydroxybutyrate, acetoacetate, salicylate,

cyclosporin, tacrolimus ethambutol, β

-bloker) maupun urate-decreasing agents

(uricosuric, xanthine oxidase inhibitors,

uricase) juga dieksklusi. Pasien dengan

konsumsi alkohol yang rutin dieksklusi.

Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan

anamnesis, diikuti dengan pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan tambahan lainnya.

Informed consent didapatkan dari pasien

maupun keluarga pasien sebelum sampel

diikutsertakan dalam penelitian, sesuai

dengan protokol rumah sakit. Penentuan

sampel penelitian dilakukan dengan

menggunakan metode consecutive sampling.

Sampel yang datang dan memenuhi kriteria

dimasukkan dalam penelitian ini hingga

diperoleh jumlah sampel yang diperlukan.

Sampel yang didapatkan kemudian

dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan

tingkat keparahan TBI, yaitu ringan (GCS

14-15), sedang (GCS 9-13), dan berat (GCS

3-8).13 Karakteristik demografis ditelusuri

dari catatan medik. Sampel darah diambil

dari seluruh pasien dalam jangka waktu 24

jam setelah masuk rumah sakit untuk

dilakukan pengukuran kadar AU. Sampel

darah yang didapatkan dikirim ke bagian

Patologi Klinik dan diperiksa dengan

metode enzymatic colorimetric

menggunakan Synchron CX9 Pro buatan

Beckman Coulter, Amerika Serikat tahun

2000. Kadar asam urat serum tinggi adalah

kadar asam urat serum >7,0 mg/dl pada

laki-laki; >6.0 mg/dl pada wanita.7 Pasien

dikatakan merokok apabila merokok lebih

dari satu tahun terakhir secara teratur dan

sekarang masih tetap merokok berdasarkan

(4)

jumlah rokok yang dikonsumsi ≥ 10

batang/hari.

Data dianalisis menggunakan SPSS versi

19 (SPSS Inc). Uji normalitas distribusi

menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk

mengetahui apakah data menunjukkan

distribusi normal atau tidak. Levene’s test

digunakan untuk menentukan varian data.

Pada analisis deskriptif, variabel kuantitatif

ditunjukkan sebagai rerata ± s.b. dan

variabel kualitatif ditunjukkan dengan

persentase. Uji ANOVA satu arah dan

analisis post hoc digunakan untuk

menentukan perbedaan kadar AU serum

berdasarkan derajat keparahan TBI.

Dinyatakan bermakna secara statistik

apabila nilai p < 0,05.

HASIL

Sampel penelitian terdiri atas 96 pasien

TBI umur 20-65 tahun. Dari total 96 sampel,

62 (64,6%) adalah laki-laki dan 34 (35,4%)

adalah perempuan. Sebanyak 38 (39,6%)

sampel memiliki kadar AU serum tinggi

(tabel.1)

Dilakukan pemeriksaan kadar AU dari

sampel darah pasien TBI. Pemeriksaan

laboratorium menunjukkan bahwa rerata

kadar asam urat (AU) serum dari seluruh

pasien TBI tidak tinggi. (tabel.1)

Tabel 1 Karakteristik demografis dan klinis sampel penelitian (n = 96)

Parameter Hasil

Umur (tahun) rerata ± s.b. 37,33 ± 12,59 Derajat keparahan TBI, n (%)

Ringan

Singkatan: TBI, traumatic brain injury; AU, asam urat; s.b., simpangan baku.

Rerata kadar AU serum pada jenis kelamin

laki-laki maupun perempuan juga tidak

tinggi (6,63 ± 1,77 mg/dl dan 5,64 ±1,77

mg/dl). Hanya pada penderita TBI derajat

berat dengan jenis kelamin laki-laki yang

mengalami peningkatan kadar asam urat

yang lebih dari nilai normal. (tabel.2)

Rerata kadar AU pada penderita TBI

dengan derajat ringan, sedang, dan berat

yaitu 5,81 ± 1,46 mg/dl, 6,61 ± 2,03 mg/dl,

dan 7,3 ± 2,06 mg/dl (p < 0,05). Rerata

kadar AU pada penderita TBI derajat berat

(5)

Tabel 2 Rerata kadar AU serum berdasarkan jenis kelamin dan derajat keparahan TBI

Parameter Hasil, rerata ± s.b. (mg/dl) Laki-laki

TBI ringan TBI sedang TBI berat

6.63 ± 1.77 6.07 ± 1.35 6.80 ± 1.91 7.90 ± 1.79 Perempuan

TBI ringan TBI sedang TBI berat

5.64 ± 1.77 5.58 ± 1.55 5.77 ± 2.42 5.80 ± 2.54 Singkatan: TBI, traumatic brain injury; s.b., simpangan baku.

dengan penderita TBI derajat ringan (7,3 ±

2,06 vs 5,81 ± 1,46; p < 0,05), tapi tidak

dengan penderita TBI derajat sedang (7,3 ±

2,06 vs 6,61 ± 2,03; p > 0,05). Rerata kadar

AU pada penderita TBI dengan derajat

sedang juga lebih tinggi secara signifikan

dibandingkan dengan penderita TBI derajat

ringan (6,61 ± 2,03 vs 5,81 ± 1,46; p < 0.05)

(Gambar.1). Hasil yang didapat

menunjukkan bahwa kadar serum AU

meningkat berdasarkan derajat keparahan

TBI.

DISKUSI

Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan

cedera otak akut akibat adanya energi

mekanik dari luar terhadap kepala.1

Patofisiologi TBI dapat dibagi menjadi dua,

Gambar 1. Rerata kadar AU serum berdasarkan derajat keparahan TBI.

yaitu cedera primer dan cedera sekunder.

Cedera sekunder berperan penting dalam

perburukan gejala dan kematian akibat TBI,

dimana cedera sekunder dapat memperburuk

lesi pada otak yang sebelumnya sudah

mengalami cedera.4-6

Mekanisme pada cedera sekunder

melibatkan berbagai proses dalam tingkat

molekular yang menyebabkan terjadinya

depolarisasi yang luas dan pelepasan asam

amino eksitatori (EAA) sehingga

menyebabkan eksitotoksisitas. EAA yang

dilepas yaitu glutamat, dimana produksi

yang berlebih dari glutamat dapat

membahayakan.14 Persson15 dan Zauner16

membuktikan bahwa terjadi peningkatan

glutamat pada pasien TBI. Glutamat diserap

oleh astrosit melalui ATP-dependent

(6)

juga berikatan dengan reseptornya, yaitu

reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA)

sehingga menyebabkan gangguan elektrolit

pada otak (efluks potasium dan influks

kalsium serta sodium ke kompartemen

selular). Akumulasi intraselular ion Ca2+

dapat menyebabkan kerusakan mitokondria,

peningkatan produksi ROS, aktivasi protein,

dan perubahan ekspresi gen.14

Pada penelitian ini didapatkan rerata

kadar AU serum tidak tinggi, baik pada jenis

kelamin laki-laki maupun perempuan. Pada

laki-laki, kadar asam urat (AU) serum

dikatakan tinggi apabila kadar AU pada

darah >7,0 mg/dl, sedangkan pada

perempuan >6,0 mg/dl. Pada penelitian ini

rerata kadar AU serum tinggi hanya pada

laki-laki dengan derajat keparahan berat.

Tetapi, penelitian yang dilakukan oleh

Schretlen et al17 menemukan bahwa kadar

AU serum≥ 5,75 mg/dl pada laki-laki dan≥

4,8 mg/dl pada perempuan memiliki total

lesi WMH (white matter hyperintensities)

2,6 kali lebih tinggi dibandingkan pasien

dengan kadar AU yang lebih rendah (IK95%

1,2 – 5,4). White matter hyperintensities

(WMH) merupakan daerah di otak yang

mengalami kematian akibat sel-sel di otak

kekurangan oksigen. Temuan ini

menunjukkan bahwa asam urat serum yang

mengalami sedikit peningkatan berhubungan

dengan terjadinya perubahan iskemik yang

patologis pada otak. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, kadar AU serum yang

meningkat dapat dijadikan penanda

terjadinya kerusakan sel-sel di otak yang

lebih luas.17Pada penelitian ini, rerata kadar

AU serum pada laki-laki > 5,75 mg/dl dan

pada perempuan > 4,8 mg/dl, baik pada

derajat keparahan ringan, sedang, maupun

berat. Hal ini menunjukkan bahwa pada

penderita TBI terjadi kerusakan sel-sel otak

yang ditandai dengan adanya peningkatan

kadar AU serum.

Penelitian kali ini menemukan bahwa

kadar AU serum mengalami peningkatan

berdasarkan derajat keparahan TBI. Pada

penelitian ini, rerata kadar AU serum pada

penderita TBI derajar ringan, sedang, dan

berat yaitu 5,81 ± 1,46, 6,61 ± 2,03, dan 7,3

± 2,06 mg/dl. Pasien dengan TBI derajat

sedang dan berat memiliki rerata kadar AU

serum yang lebih tinggi secara signifikan

dibandingkan pasien TBI dengan derajat

keparahan ringan. Tetapi, rerata kadar AU

serum penderita TBI derajat berat tidak lebih

tinggi secara signifikan dibandingkan pasien

dengan TBI derajat sedang. Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh

(7)

kadar asam urat kortikal mengalami

peningkatan sebesar 10 kali lipat pada 1 hari

dan 2 hari setelah terjadi TBI. Hasil yang

didapat menunjukkan bahwa terdapat

kemungkinan adanya kerusakan sel-sel otak

yang lebih luas seiring dengan peningkatan

derajat keparahan TBI.

Asam urat merupakan asam organik yang

merupakan hasil akhir degradasi nukleotida

purin. Dalam prosesnya, purin akan

menghasilkan beberapa senyawa seperti

adenosin. xanthine, dan lain-lain dibantu

oleh berbagai enzim seperti xanthine

oxidase. Aktivitas enzim xanthine oxidase

dipengaruhi oleh kondisi iskemia, dimana

akan terjadi peningkatan aktivitas enzim

pada kondisi iskemik.7

Studi yang dilakukan pada binatang dan

manusia menunjukkan bahwa TBI dapat

menyebabkan iskemia. Mekanisme yang

menyebabkan terjadinya iskemia

post-trauma meliputi kerusakan morfologis

(distorsi pembuluh darah), hipotensi akibat

kegagalan proses autoregulasi, nitric oxide

dan neurotransmitter kolinergik yang tidak

adekuat, dan vasokontriksi yang diinduksi

oleh prostaglandin. Pada kondisi iskemia,

ATP mengalami degradasi membentuk

adenin dan xanthine. Selain itu juga terjadi

peningkatan aktivitas xanthine oxidase.

Jumlah xanthine yang meningkat serta

peningkatan aktivitas xanthine oxidase

menyebabkan peningkatan kadar AU.9

Penelitian lain juga membuktikan bahwa

kadar AU meningkat pada kondisi iskemik

seperti penyumbatan aliran darah ke anggota

badan19, setelah coronary angioplasty20,

pembedahan coronary artery bypass21, dan

kondisi hipoksik lain seperti gagal jantung

kronik.22 Penelitian oleh Chiquete et al

menunjukkan bahwa konsentrasi serum AU

yang rendah berhubungan dengan outcome

jangka pendek yang sangat bagus pada

pasien stroke iskemik akut (SIA).23

Peningkatan AU serum juga merupakan

faktor resiko independen terjadinya CMB

(cerebral microbleeds), dengan OR = 1,98;

IK 95% 1,43-5,24.24

Kadar asam urat dalam darah dipengaruhi

oleh berbagai faktor, seperti merokok dan

obat-obatan. Pada penelitian ini sebanyak 15

sampel (15,6%) merupakan perokok aktif

sedangkan 81 sampel (84,4%) tidak

merokok. Pengaruh konsumsi rokok

terhadap kadar AU serum masih kontroversi.

Penelitian yang dilakukan oleh Jha et al25

yang melibatkan 61 sampel merokok dan 57

sampel tidak merokok menunjukkan bahwa

kadar AU pada perokok lebih tinggi secara

(8)

(5,7 ± 1,6 pada perokok dan 4,7 ± 1,4 pada

bukan perokok; p < 0,01). Tetapi hasil yang

didapatkan tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hanna et al26 yang

melibatkan 60 sampel perokok dan 60

sampel tidak merokok. Pada studi tersebut

didapatkan kadar asam urat serum pada

perokok lebih rendah secara signifikan

dibandingkan yang tidak merokok (0,22 ±

0,07 pada perokok dan 0,27 ± 0,05 pada

bukan perokok; p < 0,001).26

Peningkatan kadar asam urat pada

perokok diakibatkan karena terjadi

peningkatan sintesis asam urat. Merokok

dapat meningkatkan konversi xanthine

dehydrogenase menjadi xanthine oxidase.27

Oleh karena itu, peningkatan asam urat

dapat menjadi penanda terjadinya

pemecahan dan kerusakan asam nukleat.28,29

Beberapa keterbatasan penelitian ini

diantaranya jumlah sampel yang sedikit,

terutama pada pasien TBI derajat berat.

Selain itu, pengukuran kadar AU tidak

dilakukan setelah puasa karena metode

pengambilan data secara consecutive

sehingga hasil pengukuran tidak

mencerminkan kondisi basal yang

sebenarnya. Penelitian ini juga dilaksanakan

hanya pada satu rumah sakit. Penelitian

multisenter dengan jumlah sampel yang

lebih banyak harus dilakukan untuk menarik

kesimpulan yang lebih definitif.

SIMPULAN

Pengukuran asam urat (AU) serum pada

pasien traumatic brain injury (TBI) dapat

digunakan sebagai indikator keparahan

pasien. Dari hasil penelitian ini didapatkan

bahwa kadar AU serum meningkat

berdasarkan derajat keparahan TBI. Oleh

karena itu, pengukuran AU pada penderita

TBI dapat digunakan sebagai salah satu

metode untuk menentukan kondisi pasien

sehingga dapat segera dilakukan upaya

pencegahan progresivitas keparahan kondisi

pasien.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan

dengan melibatkan jumlah sampel yang

lebih banyak pada masing-masing

kelompok. Selain itu, pengukuran kadar AU

juga sebaiknya dilakukan setelah pasien

dipuasakan sehingga mencerminkan kondisi

basal yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. New Zealand Guidelines Group (2007)

(9)

Acute Management and Rehabilitation,

Wellington: ACC.

2. Faul M, Xu L, Wald MM. Coronado

VG. Traumatic brain injury in the United

States: emergency department visits,

hospitalizations and deaths 2002–2006.

Centers for Disease Control and

Prevention, National Center for Injury

Prevention and Control [online],

http://www.cdc.gov/traumaticbraininjury

/tbi_ed.html (2010)

3. Roozenbeek B, Maas AIR, Menon DK.

Changing patterns in the epidemiology

of traumatic brain injury. Nat. Rev.

Neurol. 2013;9:231-236

4. Pangilinan PH, Kelly BM, Hornyak JE.

Classification and complications of

traumatic brain injury. 2013. Available

at:

http://emedicine.medscape.com/article/3

26643-overview [Accessed: November

20, 2013]

5. Granacher RP (2007). Traumatic Brain

Injury: Methods for Clinical & Forensic

Neuropsychiatric Assessment, Second

Edition. Boca Raton: CRC. Pp.26-32

6. Sullivan PG, Rabchevsky AG, Hicks

RR, Gibson TR, Fletcher-Turner A,

Scheff SW. Dose-response curve and

optimal dosing regimen of cyclosporine

A after traumatic brain injury in rats.

Neuroscience 2000;101(2):289-95

7. Amaro S, Planas AM, Chamorro A. Uric

acid administration in patients with acute

stroke: a novel approach to

neuroprotection. Expert Rev.

Neurotherapeutics. 2008;8(2):259-270

8. Bowman GL, Shannon J, Frei B, Kaye

JA, Quinn JF. Uric acid as a CNS

antioxidant. J Alzheimers Dis.

2010;19(4):1331-1336

9. Werner C, Engelhard K.

Pathophysiology of traumatic brain

injury. British Journal of Anesthesia.

2007;99(1):4-9

10. Reyes AJ. The increase in serum uric

acid concentration caused by diuretics

might be beneficial in heart failure. The

European Journal of Heart Failure.

2005;461-467

11. Cojocaru IM, Cojocaru M, Sapira V,

Ionescu A. Evaluation of oxidative stress

in patients with acute ischemic stroke.

Rom. J. Intern. Med. 2013;51(2):97-106

12. Langemann H, Feuerstein T,

Mendelowitsch A, Gratzl O.

Microdialytical monitoring of uric and

ascorbic acids in the brains of patients

(10)

neurovascular surgery. J Neurol

Neurosurg Psychiatry. 2001;71:169-174

13. Greenberg MS (2000). Handbook of

Neurosurgery, Fifth Edition. New York:

Thieme Medical Publishers. Pp.627

14. Clausen F. (2004) Delayed cell death

after traumatic brain injury: role of

reactive oxygen species. (PhD

dissertations). Acta Universitatis

Upsaliensis. p. 15-16

15. Persson L, Hillered L. Chemical

monitoring of neurosurgical intensive

care patients using intracerebral

microdialysis. J Neurosurg

1992;76:72-80

16. Zauner A, Bullock R, Kuta AJ,

Woodward J, Young HF. Glutamate

release and cerebral blood flow after

severe human head injury. Acta

Neurochir Suppl (Wien) 1996;67:40-44

17. Schretlen DJ, Inscore AB, Vannorsdall

TD, Kraut M, Pearlson GD, Gordon B,

et al. Serum uric acid and brain ischemia

in normal elderly adults. Neurology.

2007;69(14):1418-23

18. Tayaq EC, Nair SN, Wahhab S, Katsetos

CD, Lighthall JW, Lehmann JC.

Cerebral uric acid increases following

experimental traumatic brain injury in

rat. Brain Res. 1996;733(2):287-91

19. Friedl HP, Smith DJ, Till GO, Thomson

PD, Louis DS, Ward PA.

Ischemia-reperfusion in humans. Appearance of

xanthine oxidase activity. Am. J. Pathol.

1990;136(3):491-495

20. Huizer T, de Jong JW, Nelson JA,

Czarnecki W, Serruys PW, Bonnier JJ,

et al. Urate production by human heart.

J. Mol. Cell Cardiol.

1989;21(7):691-695

21. Lazzarino G, Raatikainen P, Nuutinen

M, Nissinen J, Tavazzi B, Di Pierro D, et

al. Myocardial release of

malondialdehyde and purine compounds

during coronary bypass surgery.

Circulation. 1994;90(1):291-297

22. Leyfa F, Anker S, Swan JW, Godsland

IF, Wingrove CS, Chua TP, et al. Serum

uric acid as an index of impaired

oxidateove metabolism in chronic heart

failure. Eur. Heart J. 1997;18(5):858-865

23. Chiquete E, Ruiz-Sandoval JL,

Murillo-Bonilla LM, Arauz A, Orozco-Valera

DR, Ochoa-Guzman A, et al. Serum uric

acid and outcome after acute ischemic

stroke: PREMIER study. Cerebrovasc

Dis. 2013;35(2):168-74

24. Ryu W, Kim CK, Kim BJ, Lee S. Serum

(11)

in patients with acute ischemic stroke.

PLoS ONE. 2013;8(1):e55210

25. Jha JC, Maharjan BR, Adhikari D,

Vishwanath P, Akila, nagamma T, et al.

Cigarette smoke induced oxidative insult

in local population of Pokhara.

Kathmandu University Medical Journal.

2007;5(4):511-517

26. Hanna BE, Hamed JM, Touhala LM.

Serum uric acid in smokers. Oman

Medical Journal. 2008;23(4):1-6

27. Lain KY, Nina M, Ness BR, and Roberts

JM. Effects of smoking on uric acid and

other metabolic markers throughout

normal pregnancy. J of Clin Endocrinol

and Met. 2005;90:5743-46

28. Munia A, Stefano B, Anna V, Roberto

Q, Monica N, and Marco P. Bronchial

malondialdehyde DNA adducts, tobacco

smoking and lung cancer. Free Rad Biol

and Med. 2006;41:1499-05

29. Maura L, Cristna L, Carlotta DF, Chiara

R, and Franco B. Smokers and passive

smokers gene expression profiles:

correlation with the DNA oxidation

damage. Free Rad Biol and Med.

Gambar

Tabel 1 Karakteristik demografis danklinis sampel penelitian (n = 96)ParameterHasil
Tabel 2 Rerata kadar AU serumberdasarkan jenis kelamin dan derajat

Referensi

Dokumen terkait

kondisi baseline 1 (B) pada sesi pertama sampai sesi ke enam datanya tidak stabil ( variabel ) yaitu 42,8% sedangkan ppada subyek RZ juga mendapatkan kategori

Dua atribut True Customer Needs direkomendasikan untuk dikembangkan yaitu Fitur yang tersedia pada website beragam (EU2), dan Proses return barang yang mudah (FL3), lalu sembilan

Asumsi-asumsi yang digunakan untuk membentuk model ini adalah setiap individu dapat terinfeksi oleh satu atau dua penyakit sekaligus, tidak terdapat kekebalan

Peserta dianggap sah bila mendaftarkan diri secara tertulis pada panitia penyelenggara di SubDin PLS selambat-lambatnya tanggal hari Sabtu, 22 Nopember 2008 pada pukul 15.00..

Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam pelaksanaan proyek akhir ini adalah : Terwujudnya sistem informasi yang dapat menampilkan nilai secara online sehingga informasi

Adibide gehiago badira ere, espazio kontuak direla eta batzuk bakarrik ekarriko dira lerrootara: “eskolan bertan bakarrik erabiliko baitgenuke (…) honela, arropa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang kompetensi pedagogik guru di SMPN Ketapang yang terdiri dari guru pendidikan jasmani di SMPN 1, SMPN 2 dan SMPN 4

COLLES atau Constructivist On-Line Learning Environment Survey [5] merupakan suatu kuesioner yang secara khusus ditujukan untuk mengetahui tingkat kenyaman